Mikoriza Bawang Merah PB
Mikoriza Bawang Merah PB
Mikoriza Bawang Merah PB
ABSTRACT
Onion is one of horticultural crops, included as a commodity having high economic value.
Cultivation of onion crop in peat soil has many problems, especially its poor physical, chemical,
and biological properties. The main concerns of peat soil are easy to store and easy to release
water. Water is a major requirement for plants growth. The availability of water significantly
affects the growth and yield mainly by its function as a solvent for soil nutrients. Shallow root system of
onion plants will make it difficult in absorbing ground water, especially at limited conditions. To
anticipate the problem, the use of arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) can help plants to
absorb water from the soil, especially in drought stress conditions.
This research aims to study the effect of the AMF and the frequency of watering, as well as their
interaction on the growth and yield of onion in peat soil. The experiment was conducted by
planting onions in poly bags within the plastic-roof building Field Experimental Land of
Faculty of Agriculture, Tanjungpura University for three months. The research is using Split
Plot Experimental Design consist of two factors. AMF treatment function as main-plot
consisting of 2 levels; m0 = without AMF, m1 = with AMF. While the frequency of watering
treatment function as sub-plot consisting of 4 levels; a1 = everyday, a2 = 3 days, a3 = 5 days, a4
= 7 days watering intervals.
Results of this research showed that the inoculation of AMF had the significant effects on plant
height, P uptake, root volume, percentage of infected root and bulb dried weight per clump.
Frequency of watering treatment significantly affect nutrient P uptake and bulb dried weight
per clump. There were no interaction effects of AMF inoculation treatment and the frequency
of watering.
ABSTRAK
Tanaman bawang merah merupakah satu diantara komoditi hortikultura yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Budidaya tanaman bawang merah di tanah gambut mempunyai banyak
permasalahan, terutama sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang buruk. Fokus utama dari tanah
gambut adalah kemampuannya dalam menyimpan dan melepaskan air secara cepat. Air
merupakan kebutuhan utama untuk pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air sangat berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan dan produksi terutama berhubungan dengan fungsinya sebagai
bahan pelarut unsur hara tanah. Sistem perakaran tanaman bawang yang dangkal akan
menyebabkan terhambatnya penyerapan air terutama pada ketersediaan air yang terbatas.
69
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)
Penggunaan cendawan mikoriza arbuscular (CMA) dapat membantu tanaman bawang merah
untuk menyerap air dari dalam tanah, terutama pada kondisi cekaman kekeringan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh CMA dan frekuensi penyiraman serta
interaksinya terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah di tanah gambut. Penelitian
dilakukan di rumah kaca lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura selama
3 bulan. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi yang terdiri dari 2 faktor. Fungsi
perlakuan CMA sebagai plot utama terdiri dari 2 taraf; m0 = tanpa CMA, m1 = dengan CMA,
sedangkan fungsi perlakuan frekuensi penyiraman sebagai sub-plot terdiri dari 4 taraf; a1 =
setiap hari, a2 = setiap 3 hari, a3 = setiap 5 hari, a4 = setiap 7 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi AMF berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, serapan P, volume akar, persentase akar terinfeksi dan berat kering bulir bawang per
rumpun. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara
perlakuan inokulasi AMF dan frekuensi penyiraman.
Kata kunci: tanaman bawang merah, CMA, cekaman kekeringan, tanah gambut.
70
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)
F Hitung F. Tabel
SK Db JA BK N P K 5%
21 HST 28 HST 35 HST
Mikoriza 1 4,54 tn 3,08 tn 1,06 tn 2,26 tn 0,84 tn 7,42 * 0,66 tn 5,99
Frek. Air 3 1,15 tn 0,37 tn 0,21 tn
1,90 tn 0,47 tn 3,22 * 1,39 tn 3,16
Interaksi 3 1 tn 1,57 tn 0,49 tn
0,72 tn 0,55 tn 0,17 tn 1,08 tn 3,16
KK petak utama 5,00 3,91 7,10 19,19 11,99 29,27 7,74
KK anak petak 5,44 2,97 7,82 23,83 9,34 31,93 6,25
73
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)
peran CMA yang memiliki struktur hifa air pada tanaman yaitu diberikan dalam
yang menjalar keluar ke dalam tanah. kondisi 100% air tersedia (air kapasitas
Rhodes dan Gerdemann (1980) dalam lapang). Kecilnya interval frekuensi
Simanungkalit (2006) membagi proses penyiraman yang diberikan pada setiap
bagaimana hara dipasok ke tanaman oleh perlakuan diduga menyebabkan respon
cendawan MA menjadi tiga fase: (1). tanaman menunjukkan pengaruh yang tidak
Absorbsi hara dari tanah oleh hifa eksternal; nyata terhadap kekeringan. Akibatnya
(2). Translokasi hara dari hifa eksternal ke interaksi perlakuan CMA dan frekuensi
miselium internal dalam akar tanaman penyiraman tidak menunjukkan pengaruh
inang; (3). Pelepasan hara dari miselium yang nyata.
internal ke sel-sel akar yang dapat dicapai Penelitian ini menunjukkan frekuensi
oleh rambut akar. Ketika fosfat di sekitar penyiraman 5 hari sekali memberikan
rambut akar sudah terkuras, maka hifa serapan hara dan hasil berat kering umbi
membantu menyerap fosfat di tempat- yang lebih baik dibandingkan dengan
tempat yang tidak dapat lagi dijangkau penyiraman setiap hari, terutama frekuensi
rambut akar. penyiraman 7 hari sekali. Frekuensi
Pada perlakuan pemberian CMA penyiraman 5 hari sekali menunjukkan
memiliki persentase akar terinfeksi kondisi air tanah mencukupi bagi
dibandingkan dengan tanpa CMA. Rungkat kebutuhan tanaman. Kondisi ini
(2009) menyatakan bahwa infeksi mikoriza berhubungan dengan sifat dari tanah tanah
dapat meningkatkan pertumbuhan dan gambut yang mampu menyimpan air
produksi tanaman. Pada penelitian ini sehingga tanaman masih bertahan pada
perlakuan pemberian CMA memiliki frekuensi penyiraman 5 hari sekali. Diduga
serapan P yang tertinggi dan hasil berat frekuensi penyiraman 5 hari sekali
kering umbi tertinggi, hal tersebut berkaitan merupakan kondisi optimal bagi
erat terhadap serapan P yang lebih tinggi ketersediaan air pada tanaman bawang
dibandingkan dengan perlakuan tanpa merah di tanah gambut. Kondisi
CMA. Terdapat mekanisme penyerapan ketersediaan air akan mempengaruhi
unsur hara P yang dilakukan oleh CMA. ketersediaan hara dan melarutkan hara
Bolan (1991) dalam Musfal (2010) secara optimal. Keadaan tersebut
menjelaskan bahwa kecepatan masuknya mendorong proses metabolisme yang
hara P ke dalam hifa CMA dapat mencapai terjadi pada tubuh tanaman akan semakin
enam kali lebih cepat pada akar yang meningkat, termasuk fotosintesis,
terinfeksi CMA dibandingkan dengan yang mengakibatkan semakin tinggi laju
tidak terinfeksi. Hal ini terjadi karena fotosintesis, maka semakin banyak
jaringan hifa eksternal CMA mampu fotosintat yang terbentuk. Semakin banyak
memperluas bidang serapan. fotosintat yang dihasilkan maka berat
kering umbi akan semakin tinggi juga,
Perlakuan frekuensi penyiraman hanya
sehingga mempengaruhi terhadap
berpengaruh nyata terhadap variabel
peningkatan hasil umbi bawang merah.
serapan hara P dan berat kering umbi
sedangkan variabel pengamatan tinggi Cekaman kekeringan yang diberikan
tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah melalui perlakuan frekuensi penyiraman
anakan per rumpun, volume akar, berat cenderung menurunkan serapan hara P dan
kering tanaman, serapan hara unsur N, K, berat kering umbi tanaman. Menurunnya
persentase akar terinfeksi mikoriza, dan serapan hara P terutama pada frekuensi
jumlah umbi per rumpun menunjukkan penyiraman 7 hari sekali menunjukkan
pengaruh tidak nyata, diduga perlakuan bahwa kurangnya serapan air pada tanaman
yang diberikan masih memenuhi kebutuhan sehingga kelarutan hara yang terlarut
75
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)
77
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)
Harjadi, S.S dan S. Yahya. 1988. Fisiologi Rahayu, E dan Nur B.V.A. 2008. Bawang
Stress Tanaman. PAU IPB. Bogor. Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.
78