Mikoriza Bawang Merah PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)

RESPON TANAMAN BAWANG MERAH TERHADAP CENDAWAN MIKORIZA


ARBUSKULA (CMA) PADA CEKAMAN KEKERINGAN DI TANAH GAMBUT

Rini Suryani1), Sutarman Gafur2) dan Tatang Abdurrahman3)

1) Program Magister Agroteknologi Fakultas Pertanian UNTAN


2) Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UNTAN
3) Jurusan Budidaya, Fakultas Pertanian UNTAN
Email : [email protected]

ABSTRACT

Onion is one of horticultural crops, included as a commodity having high economic value.
Cultivation of onion crop in peat soil has many problems, especially its poor physical, chemical,
and biological properties. The main concerns of peat soil are easy to store and easy to release
water. Water is a major requirement for plants growth. The availability of water significantly
affects the growth and yield mainly by its function as a solvent for soil nutrients. Shallow root system of
onion plants will make it difficult in absorbing ground water, especially at limited conditions. To
anticipate the problem, the use of arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) can help plants to
absorb water from the soil, especially in drought stress conditions.
This research aims to study the effect of the AMF and the frequency of watering, as well as their
interaction on the growth and yield of onion in peat soil. The experiment was conducted by
planting onions in poly bags within the plastic-roof building Field Experimental Land of
Faculty of Agriculture, Tanjungpura University for three months. The research is using Split
Plot Experimental Design consist of two factors. AMF treatment function as main-plot
consisting of 2 levels; m0 = without AMF, m1 = with AMF. While the frequency of watering
treatment function as sub-plot consisting of 4 levels; a1 = everyday, a2 = 3 days, a3 = 5 days, a4
= 7 days watering intervals.
Results of this research showed that the inoculation of AMF had the significant effects on plant
height, P uptake, root volume, percentage of infected root and bulb dried weight per clump.
Frequency of watering treatment significantly affect nutrient P uptake and bulb dried weight
per clump. There were no interaction effects of AMF inoculation treatment and the frequency
of watering.

Keywords: Onion, AMF, drought stress, peat soil.

ABSTRAK
Tanaman bawang merah merupakah satu diantara komoditi hortikultura yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Budidaya tanaman bawang merah di tanah gambut mempunyai banyak
permasalahan, terutama sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang buruk. Fokus utama dari tanah
gambut adalah kemampuannya dalam menyimpan dan melepaskan air secara cepat. Air
merupakan kebutuhan utama untuk pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air sangat berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan dan produksi terutama berhubungan dengan fungsinya sebagai
bahan pelarut unsur hara tanah. Sistem perakaran tanaman bawang yang dangkal akan
menyebabkan terhambatnya penyerapan air terutama pada ketersediaan air yang terbatas.

69
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)

Penggunaan cendawan mikoriza arbuscular (CMA) dapat membantu tanaman bawang merah
untuk menyerap air dari dalam tanah, terutama pada kondisi cekaman kekeringan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh CMA dan frekuensi penyiraman serta
interaksinya terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah di tanah gambut. Penelitian
dilakukan di rumah kaca lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura selama
3 bulan. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi yang terdiri dari 2 faktor. Fungsi
perlakuan CMA sebagai plot utama terdiri dari 2 taraf; m0 = tanpa CMA, m1 = dengan CMA,
sedangkan fungsi perlakuan frekuensi penyiraman sebagai sub-plot terdiri dari 4 taraf; a1 =
setiap hari, a2 = setiap 3 hari, a3 = setiap 5 hari, a4 = setiap 7 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi AMF berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, serapan P, volume akar, persentase akar terinfeksi dan berat kering bulir bawang per
rumpun. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara
perlakuan inokulasi AMF dan frekuensi penyiraman.

Kata kunci: tanaman bawang merah, CMA, cekaman kekeringan, tanah gambut.

PENDAHULUAN tanaman bawang merah. Luas penyebaran


gambut Kalimantan Barat sekitar 1,73 juta
Tanaman bawang merah merupakan
ha (8,49 % dari luas gambut di
komoditas hortikultura, tergolong sayuran
Indonesia), dibanding luas Kalimantan
rempah yang hampir selalu dibutuhkan
Barat sekitar 14.680.700 ha, maka luas
sebagai bumbu masakan. Tanaman bawang
lahan gambut di Kalimantan Barat adalah
merah termasuk komoditas yang
11,79 % (Wahyunto, dkk, 2005). Tanah
mempunyai nilai ekonomi tinggi dengan
gambut memiliki potensi yang cukup tinggi
permintaan dari tahun ke tahun cenderung
untuk dikembangkan sebagai lahan
meningkat. Hal ini menyebabkan bawang
pertanian, akan tetapi dalam pemanfaatan
merah memiliki arti penting bagi
tanah gambut ini dihadapkan berbagai
masyarakat Indonesia.
masalah terutama sifat fisik, kimia dan
Menurut Badan Pusat Statistik (2015),
biologi tanah.
saat ini diduga Indonesia sedang
Pengembangan tanaman di tanah
mengalami masalah pada distribusi bawang
gambut perlu memperhatikan sifat fisiknya.
merah. Satu diantara faktor penyebabnya
Terutama oleh sifat tanah gambut yang
adalah plot tanam yang hanya fokus pada
mudah menyimpan dan melepaskan air.
beberapa daerah dan belum
Padahal air merupakan kebutuhan utama
dikembangkannya daerah produksi baru.
pada tanaman. Menurut Gardner, dkk
Dilihat dari produksinya, berdasarkan data
(1985), kekeringan merupakan faktor yang
Badan Pusat Statistik dan Direktorat
sangat mempengaruhi hasil tanaman serta
Jenderal Hortikultura (2014), Produksi
kandungan hara tanah yang rendah dan pH
bawang merah di Indonesia tahun 2014
nya yang tidak optimum. Menurut Rahayu
sebesar 1.233.984 ton dengan luas panen
dan Nur (2008), akar bawang merah tidak
120.704 ha dengan daerah penghasil
panjang sehingga tanaman ini tidak tahan
tertinggi Jawa Tengah, Jawa Timur dan
kering.
Jawa Barat.
Satu diantara alternatif dalam
Tanah gambut merupakan satu diantara
mengatasi hal tersebut adalah dengan
jenis tanah di Kalimantan Barat yang cukup
memberikan Cendawan Mikoriza
potensial untuk pengembangan budidaya
Arbuskula (CMA) yang dapat membantu

70
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)

tanaman dalam melakukan penyerapan air frekuensi penyiraman (cekaman


dari dalam tanah. Mikoriza merupakan kekeringan), sebagai anak petak yang
asosiasi atau simbiosis antara tanaman terdiri dari 4 taraf yaitu : 1 hari sekali (a1),
dengan jamur yang mengkoloni jaringan 3 hari sekali (a2), 5 hari sekali (a3) dan 7
kortek akar selama periode aktif hari sekali (a4) . Jumlah seluruh kombinasi
pertumbuhan tanaman. Mikoriza perlakuan 8 dengan 4 kali ulangan dan
mempunyai kontribusi penting dalam setiap unit terdiri dari 4 tanaman sampel,
kesuburan tanah dengan jalan sehingga seluruhnya berjumlah 128
meningkatkan kemampuan tanaman dalam tanaman.
penyerapan unsur hara, seperti fosfat, Media tumbuh yang digunakan dalam
kalsium, natrium, mangan, kalium, penelitian ini adalah tanah gambut dengan
magnesium, tembaga dan air. Oleh karena tingkat kematangan hemis. Persiapan
itu, perlu dilakukan penelitian respon media tanam dilakukan dengan mengambil
tanaman bawang merah yang diinokulasi tanah gambut pada kedalaman 20 cm
mikoriza pada berbagai frekuensi kemudian dikeringanginkan dan
penyiraman dengan harapan hasilnya dapat dibersihkan dari serasah kasar dengan
membantu mengusahakan tanaman bawang menggunakan ayakan berukuran 0,5 x 0,5
merah pada kondisi air terbatas. cm. Kemudian media dimasukkan ke dalam
polibag, dengan bobot tanah 3,4 kg,
selanjutnya disusun di rumah penelitian
METODOLOGI sesuai dengan pengacakan yang telah
dilakukan sebelumnya.
Penelitian dilaksanakan di Kebun
Kapur yang digunakan berupa kapur
Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas
dolomit [CaMg(CO3)2] sebanyak 67,4
Tanjungpura selama 3 bulan. Tanaman
g/polybag yang diberikan 2 minggu
bawang merah ditanam di dalam polibag
sebelum tanam dan dicampur merata
yang disusun sesuai rancangan dalam
dengan tanah. Pupuk dasar yang digunakan
rumah beratap plastik. Bahan-bahan yang
terdiri dari pupuk kandang sapi sebesar 40
digunakan antara lain tanah gambut dengan
g/polybag, Urea, SP-36 dan KCl dengan
tingkat kematangan hemis, bibit bawang
masing-masing dosis 4,7 g/polybag, 3,6
merah varietas Bima Brebes, kapur
g/polybag dan 1,9 g/polybag. Pupuk Urea,
dolomit, pupuk kandang, Urea, SP-36, KCl,
SP-36 dan KCl diaplikasikan 2 kali.
inokulum mikoriza arbuskula, KOH 10%,
Pemupukan pertama dilakukan 2 minggu
HCl 1%, dan acid fuchsin 0,05%, Alat-alat
setelah tanam, khusus untuk urea diberikan
yang digunakan antara lain polibag,
½ dosis dari dosis anjuran. Pemupukan
termohigrometer, oven, gelas ukur,
kedua, diberikan ½ dosis urea pada 4
timbangan analitik, penggaris, alat tulis,
minggu setelah tanam.
kaca preparat dan mikroskop.
Bibit yang digunakan adalah bibit yang
Penelitian menggunakan Rancangan
berukuran sedang, sehat, keras dan
Percobaan Petak Terpisah (Split Plot) RAL,
permukaan kulit luarnya licin/mengkilap.
dengan ulangan 4 kali. Perlakuan terdiri
Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan
dari 2 faktor; faktor pertama adalah
bentuk umbi yang kompak (tidak keropos),
mikoriza, sebagai petak utama yang terdiri
kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau
dari 2 taraf yaitu : m0 = tanpa inokulum
berkilau). Bibit yang digunakan varietas
mikoriza dan m1 = pemberian inokulum
Bima Brebes.
mikoriza. Selanjutnya faktor kedua adalah
71
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)

Mikoriza yang digunakan dalam Bawang merah dapat dipanen berumur


bentuk technofert yang mengandung 3 ± 60 hari setelah tanam, dengan tanda-tanda
(tiga) jenis mikoriza arbuskular yaitu 60% leher batang lunak, tanaman rebah dan
Gigaspora margaritha, Glomus manihotis daun menguning. Selanjutnya umbi dijemur
dan Acaulospora sp, dengan bentuk sampai cukup kering dibawah sinar
inokulumnya granular (dalam media matahari langsung.
zeolit). Mikoriza diberikan saat tanam Variabel yang diamati terdiri dari
kepada polybag yang mendapat perlakuan tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun,
pemberian mikoriza sebanyak 10 g, jumlah anakan per rumpun, volume akar,
diletakkan di bawah umbi benih pada berat kering total tanaman, persentasi akar
rizosfer (zona perakaran) disebar dan terinfeksi mikoriza, kandungan serapan
diratakan dari permukaan tanah sebelum hara N, P dan K pada daun, jumlah umbi per
benih ditanam di dalam polybag. rumpun, berat kering umbi per rumpun.
Penanaman dilakukan setelah media
tanam siap dan telah diberikan perlakuan
mikoriza. Bibit ditanam di tengah-tengah HASIL DAN PEMBAHASAN
polybag. Penanaman dilakukan pada sore
hari untuk menghindari kematian tanaman 1. Hasil
karena pengaruh suhu tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Perlakuan berbagai taraf interval perlakuan pemberian CMA dan frekuensi
penyiraman mulai dilaksanakan pada saat penyiraman (cekaman kekeringan)
bibit berumur 2 minggu setelah tanam dan terhadap semua variabel pengamatan
dihentikan saat 5 hari menjelang diperoleh hasil bahwa perlakuan CMA
menunjukkan pengaruh nyata pada variabel
pemanenan (55 HST). Pemberian air
tinggi tanaman 21, 28 dan 35 HST, serapan
dilakukan dengan air kapasitas lapang.
hara P, volume akar, persentase akar
Penentuan kapasitas lapang dilakukan di terinfeksi mikoriza dan berat kering umbi.
laboratorium secara gravimetri dengan Perlakuan CMA memberikan pengaruh
perhitungan sebagai berikut : tidak nyata terhadap jumlah daun per
BB−BK rumpun, jumlah anakan per rumpun,
Kapasitas Lapang = x 100% serapan hara N, K, berat kering tanaman
BK
dan jumlah umbi per rumpun. Perlakuan
Keterangan : frekuensi penyiraman berpengaruh nyata
BB = bobot tanah basah terhadap serapan hara P dan berat kering
BK = bobot tanah kering oven. Penyiraman umbi, namun memberikan pengaruh tidak
dilakukan sesuai dengan taraf interval nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun
penyiraman 1, 3, 5 dan 7 hari. per rumpun, jumlah anakan per rumpun,
volume akar, berat kering, persentase akar
Volume penyiraman ditentukan sebelum terinfeksi, serapan hara N, K dan jumlah
penanaman yang diberikan ke dalam setiap umbi per rumpun. Tidak terdapat interaksi
polybag berisi tanah 3,4 kg dirumuskan : pada masing-masing perlakuan terhadap
%KAKL−%KAKU semua variabel pengamatan.
V= 𝑥 3,4 𝑘𝑔 Analisis keragaman untuk setiap
100
variabel pengamatan dapat dilihat pada
dengan :
V : volume siram (ml) Tabel 1 dan Uji BNJ pada Tabel 2 dan 3.
KAKL : kadar air kapasitas lapang
KAKU : kadar air kering udara
72
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)

Tabel 1. Analisis Keragaman Pada Semua Variabel Pengamatan


F Hitung F. Tabel
SK Db TT JD V.A 5%
21 HST 28 HST 35 HST 21 HST 28 HST 35 HST
Mikoriza 1 14,37 * 15,80 * 22,79 * 0,16 tn 2,32 tn 0,74 tn 22,37 * 5,99
Frek. Air 3 1,48 tn 1,70 tn 1,41tn 1,23 tn 0,56 tn 1,07 tn 0,98 tn 3,16
Interaksi 3 1,23 tn 0,48 tn 0,47 tn 0,02 tn 0,26 tn 0,37 tn 0,86 tn 3,16
KK petak utama 2,64 3,23 6,46 4,22 10,45 7,58 7,57
KK anak petak 3,31 3,70 3,48 3,04 7,13 6,79 12,62

F Hitung F. Tabel
SK Db JA BK N P K 5%
21 HST 28 HST 35 HST
Mikoriza 1 4,54 tn 3,08 tn 1,06 tn 2,26 tn 0,84 tn 7,42 * 0,66 tn 5,99
Frek. Air 3 1,15 tn 0,37 tn 0,21 tn
1,90 tn 0,47 tn 3,22 * 1,39 tn 3,16
Interaksi 3 1 tn 1,57 tn 0,49 tn
0,72 tn 0,55 tn 0,17 tn 1,08 tn 3,16
KK petak utama 5,00 3,91 7,10 19,19 11,99 29,27 7,74
KK anak petak 5,44 2,97 7,82 23,83 9,34 31,93 6,25

F Hitung F. Tabel Keterangan :


% IA JU BKU 5% TT = Tinggi Tanaman
SK Db JD = Jumlah Daun
JA = Jumlah Anakan
Mikoriza 1 524,63 * 5,24 tn 43,98 * 5,99 VA = Volume Akar
Frek. Air 3 2,43 tn 1,75 tn 5,34 * 3,16 BK = Berat Kering Tanaman
Interaksi 3 2,43 tn 1,28 tn 3,03 tn 3,16 N, P dan K = Serapan Hara N, P dan K
KK petak utama 9,51 5,74 5,86 % IA = % Infeksi Akar
JU = Jumlah Umbi
KK anak petak 7,35 4,89 5,45 BKU = Berat Kering Umbi
m0 = Tanpa CMA
m1 = Pemberian CMA
Keterangan : * = berpengaruh nyata
tn = berpengaruh tidak nyata

Tabel 2. Uji Beda Nyata Jujur Perlakuan Pemberian CMA


Pemberian TT (cm) VA P (ppm) % IA BKU
CMA 21 HST 28 HST 35 HST (cm3)
m0 29,19 b 33,95 b 35,24 b 1,09 b 178,92 b 0 b 16,08 b
m1 31,34 a 37,18 a 38,52 a 1,75 a 319,41 a 59,38 a 21,21 a
BNJ 5% 1,38 1,99 1,68 0,15 3,79 0,71 1,89

73
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)

Tabel 3. Uji Beda Nyata Jujur Perlakuan Frekuensi Penyiraman


Frekuensi Serapan Hara P Berat Kering Umbi
Penyiraman (ppm) (g)
Setiap hari 245,36 ab 19,03 ab
3 hari sekali 228,57 ab 19,33 a
5 hari sekali 383,72 a 16,02 a
7 hari sekali 139,01 b 13,38 b
BNJ 5% = 225,07 BNJ 5% = 2,88

Keterangan : Nilai yang diikuti dengan huruf yang berbeda


menunjukkan perlakuan berbeda nyata pada taraf uji BNJ 5%

2. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa


perlakuan pemberian CMA meningkatkan
Perlakuan pemberian CMA
tinggi tanaman sebesar 9,31%
menunjukkan adanya pertumbuhan dan
dibandingkan dengan perlakuan tanpa
hasil yang lebih baik bila dibandingkan
CMA. Pada perlakuan dengan CMA
dengan perlakuan tanpa CMA. Terdapat
tanaman lebih tinggi disebabkan asosiasi
peran langsung mikoriza melalui
CMA dalam memproduksi hormon. Parnata
pembentukan hifa yang memperpanjang
(2004), menyatakan bahwa mikoriza
jelajah akar. Menurut Lakitan (2011), CMA
berfungsi untuk menghasilkan hormon dan
membentuk rajutan hifa secara internal
zat pengatur tumbuh seperti auksin,
pada jaringan korteks, sebagian hifanya
sitokinin dan giberelin. Gardner, dkk
memanjang dan menjulur keluar serta
(1985), menerangkan bahwa sitokinin dan
masuk ke dalam tanah untuk menyerap air
auksin banyak berperan dalam pembelahan
dan unsur hara.
sel dan pembesaran sel terutama dominansi
Diduga adanya hifa yang memperluas
apikal. Auksin dapat mempercepat
jelajah akar menyebabkan meningkatnya
pembentukan dan perpanjangan batang
volume akar pada tanaman yang diberi serta daun, berperan dalam perpanjangan
CMA. Hasil penelitian menunjukkan dan pertumbuhan awal akar, meningkatkan
pemberian CMA meningkatkan volume permeabilitas sel terhadap air dan
akar sebesar 60,55% dibandingkan pada pengembangan dinding sel (Parnata, 2004).
perlakuan tanpa CMA. Rosseau, dkk (1994) Giberelin tidak hanya merangsang
dalam Handayanto dan Hairiah (2007), pemanjangan batang tetapi juga
menyatakan bahwa hifa jamur mikoriza pertumbuhan tanaman secara keseluruhan,
sangat berpotensi meningkatkan luas termasuk daun dan akar (Lakitan, 2011).
permukaan serapan akar sampai 80%. Hifa Pemberian CMA efektif meningkatkan
jamur pada luar akar membantu perluasan serapan unsur hara P bila dibandingkan
akar untuk mengabsorpsi air dan unsur hara pada perlakuan tanpa CMA. Tanaman yang
mengandung mikoriza dapat mengambil
(Foth, 1994). Meningkatnya volume akar
fosfat lebih cepat per unit panjang akar
menyebabkan penyerapan air dan hara yang
dibandingkan tanaman yang tidak
lebih baik pada tanaman yang diinokulasi bermikoriza (Fitter dan Hay, 1998).
CMA yang juga berhubungan dalam
memacu pertumbuhan dan hasil terutama Pemberian CMA memberikan
pengaruh nyata terhadap berat kering umbi
pada tinggi tanaman, penyerapan unsur hara
bawang merah dan meningkatkan hasil
P dan berat kering umbi.
tanaman sebesar 31,90% dibandingkan
dengan perlakuan tanpa CMA. Terdapat
74
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)

peran CMA yang memiliki struktur hifa air pada tanaman yaitu diberikan dalam
yang menjalar keluar ke dalam tanah. kondisi 100% air tersedia (air kapasitas
Rhodes dan Gerdemann (1980) dalam lapang). Kecilnya interval frekuensi
Simanungkalit (2006) membagi proses penyiraman yang diberikan pada setiap
bagaimana hara dipasok ke tanaman oleh perlakuan diduga menyebabkan respon
cendawan MA menjadi tiga fase: (1). tanaman menunjukkan pengaruh yang tidak
Absorbsi hara dari tanah oleh hifa eksternal; nyata terhadap kekeringan. Akibatnya
(2). Translokasi hara dari hifa eksternal ke interaksi perlakuan CMA dan frekuensi
miselium internal dalam akar tanaman penyiraman tidak menunjukkan pengaruh
inang; (3). Pelepasan hara dari miselium yang nyata.
internal ke sel-sel akar yang dapat dicapai Penelitian ini menunjukkan frekuensi
oleh rambut akar. Ketika fosfat di sekitar penyiraman 5 hari sekali memberikan
rambut akar sudah terkuras, maka hifa serapan hara dan hasil berat kering umbi
membantu menyerap fosfat di tempat- yang lebih baik dibandingkan dengan
tempat yang tidak dapat lagi dijangkau penyiraman setiap hari, terutama frekuensi
rambut akar. penyiraman 7 hari sekali. Frekuensi
Pada perlakuan pemberian CMA penyiraman 5 hari sekali menunjukkan
memiliki persentase akar terinfeksi kondisi air tanah mencukupi bagi
dibandingkan dengan tanpa CMA. Rungkat kebutuhan tanaman. Kondisi ini
(2009) menyatakan bahwa infeksi mikoriza berhubungan dengan sifat dari tanah tanah
dapat meningkatkan pertumbuhan dan gambut yang mampu menyimpan air
produksi tanaman. Pada penelitian ini sehingga tanaman masih bertahan pada
perlakuan pemberian CMA memiliki frekuensi penyiraman 5 hari sekali. Diduga
serapan P yang tertinggi dan hasil berat frekuensi penyiraman 5 hari sekali
kering umbi tertinggi, hal tersebut berkaitan merupakan kondisi optimal bagi
erat terhadap serapan P yang lebih tinggi ketersediaan air pada tanaman bawang
dibandingkan dengan perlakuan tanpa merah di tanah gambut. Kondisi
CMA. Terdapat mekanisme penyerapan ketersediaan air akan mempengaruhi
unsur hara P yang dilakukan oleh CMA. ketersediaan hara dan melarutkan hara
Bolan (1991) dalam Musfal (2010) secara optimal. Keadaan tersebut
menjelaskan bahwa kecepatan masuknya mendorong proses metabolisme yang
hara P ke dalam hifa CMA dapat mencapai terjadi pada tubuh tanaman akan semakin
enam kali lebih cepat pada akar yang meningkat, termasuk fotosintesis,
terinfeksi CMA dibandingkan dengan yang mengakibatkan semakin tinggi laju
tidak terinfeksi. Hal ini terjadi karena fotosintesis, maka semakin banyak
jaringan hifa eksternal CMA mampu fotosintat yang terbentuk. Semakin banyak
memperluas bidang serapan. fotosintat yang dihasilkan maka berat
kering umbi akan semakin tinggi juga,
Perlakuan frekuensi penyiraman hanya
sehingga mempengaruhi terhadap
berpengaruh nyata terhadap variabel
peningkatan hasil umbi bawang merah.
serapan hara P dan berat kering umbi
sedangkan variabel pengamatan tinggi Cekaman kekeringan yang diberikan
tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah melalui perlakuan frekuensi penyiraman
anakan per rumpun, volume akar, berat cenderung menurunkan serapan hara P dan
kering tanaman, serapan hara unsur N, K, berat kering umbi tanaman. Menurunnya
persentase akar terinfeksi mikoriza, dan serapan hara P terutama pada frekuensi
jumlah umbi per rumpun menunjukkan penyiraman 7 hari sekali menunjukkan
pengaruh tidak nyata, diduga perlakuan bahwa kurangnya serapan air pada tanaman
yang diberikan masih memenuhi kebutuhan sehingga kelarutan hara yang terlarut
75
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)

menjadi berkurang. Handayanto dan yang mengalami kematian pada umur 45


Hairiah (2007), menerangkan bahwa jika HST. Hasil penelitian Pangaribuan (2001),
tanah menjadi kering, ketersediaan P menunjukkan bahwa terjadi penurunan
menjadi terbatas. Harjadi dan Yahya (1988) produksi bawang merah akibat cekaman
mempertegas kekeringan mengurangi kekeringan yaitu sebesar 36 – 37%
ketersediaan hara yang ditunjukkan oleh cenderung terjadi pada tanaman bawang
menurunnya serapan hara dan kadang- merah yang berumur 40 – 52 HST. Periode
kadang konsentrasi hara tanaman. ini adalah periode kritis yakni periode
Menurunnya konsentrasi hara tanaman pembentukan dan pembesaran umbi.
dapat terjadi bila sebagian besar hara berada Kekurangan air pada fase pembentukan
pada permukaan tanah yang menjadi umbi akan berpengaruh terhadap produksi
kering, sedangkan akar tanaman umbi.
memperoleh air (untuk pertumbuhan) dari Kadar air tanah gambut cenderung
lapisan yang lebih dalam. Pada hasil menurun setelah mengalami cekaman
penelitian ini menunjukkan berkurangnya kekeringan. Sebelum mendapatkan
serapan hara P terlihat nyata terhadap cekaman kekeringan kadar air tanah sampel
penurunan hasil (berat kering umbi). berkisar 212,50 – 254,61 %. Setelah
Pada frekuensi penyiraman 7 hari seminggu mengalami cekaman kekeringan
sekali menunjukkan hasil yang rendah hingga pada 35 HST menurun dengan kadar
dibandingkan perlakuan lainnya, air berkisar 242,47 – 152,52 %. Pada akhir
disebabkan berkurangnya ketersediaan air penelitian terjadi penurunan dengan kadar
dalam tanah. Diduga perlakuan frekuensi air berkisar 185,71 – 55,76, hal ini
penyiraman telah memberikan kondisi disebabkan menjelang masa panen
cekaman kekeringan pada tanaman. Levitt dilakukan penghentian pemberian air.
(1980) menjelaskan cekaman kekeringan Gambut yang telah mengering, dengan
dapat terjadi akibat kekurangan pasokan air kadar air <100% (berdasarkan berat),
di daerah perakaran dan laju tidak bisa menyerap air lagi kalau dibasahi
evapotranspirasi yang melebihi laju (Agus dan Subiksa, 2008). Cekaman
absorbsi air oleh tumbuhan. kekeringan hingga masa panen
Kondisi cekaman kekeringan menunjukkan bahwa cekaman kekeringan
membatasi jumlah air yang diperlukan bagi yang diberikan telah menyebabkan kering
pertumbuhan tanaman yang berkaitan erat tak balik. Sabiham (2000), menjelaskan
pada proses fotosintesis serta proses penurunan kemampuan gambut menyerap
metabolisme lainnya. Pada saat terjadi air berkaitan dengan penurunan
kekeringan, sebagian stomata daun ketersediaan gugus karboksilat dan OH-
menutup sehingga terjadi hambatan fenolat dalam bahan gambut. Kedua
masuknya CO2 dan menurunkan aktivitas komponen organik ini merupakan senyawa
fotosintesis. Selain menghambat aktivitas yang bersifat hidrofilik, sehingga jika fase
fotosintesis, cekaman kekeringan juga cair telah hilang maka gambut yang pada
menghambat sintesis protein dan dinding mulanya hidrofilik berubah menjadi
sel (Salisbury and Ross, 1995). hidrofobik (menolak air).
Pengaruh cekaman kekeringan tidak Najiyati dkk., (2005) menjelaskan
saja menekan pertumbuhan dan hasil tanah gambut memiliki daya hantar
bahkan menjadi penyebab kematian hidrolik (penyaluran air) secara horizontal
tanaman. Hal ini terjadi pada perlakuan 7 (mendatar) yang cepat sehingga memacu
hari sekali menunjukkan berat umbi percepatan pencucian unsur-unsur hara ke
terendah dan terdapat beberapa sampel saluran drainase. Sebaliknya, gambut
76
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)

memiliki daya hidrolik vertikal (ke atas) DAFTAR PUSTAKA


yang sangat lambat. Akibatnya, lapisan atas
Agus, F dan Subiksa, I.G.M. 2008. Lahan
gambut sering mengalami kekeringan,
Gambut, Potensi Untuk Pertanian dan
meskipun lapisan bawahnya basah
Aspek Lingkungan. Balai Penelitian
disamping itu juga menyulitkan pasokan air
Tanah. Bogor.
ke lapisan perakaran. Gambut yang telah
mengalami kekeringan ekstrim ini memiliki Badan Pusat Statistik dan Direktorat
bobot isi yang sangat ringan sehingga Jenderal Hortikultura. 2014. Luas
mudah hanyut terbawa air hujan, Panen Bawang Merah Menurut
strukturnya lepas-lepas seperti lembaran Provinsi, [internet]. Tersedia pada :
serasah, mudah terbakar, dan sulit ditanami http://www.pertanian.go.id/EIS-SEM -
kembali. HORTI-2014/LP-B.Merah-ASEM-
Secara keseluruhan, hasil berat kering HORTI2014.pdf. Dilihat pada 16
umbi tertinggi pada perlakuan m1a3 sebesar Desember 2015.
23,99 g, dikonversikan sehingga diperoleh
hasil produksi per hektar sebesar 6 ton/ha. Badan Pusat Statistik dan Direktorat
Jenderal Hortikultura. 2014. Produksi
Hal ini menunjukkan masih rendahnya hasil
Bawang Merah Menurut
produksi bawang merah pada hasil Provinsi,[internet]. Tersedia pada:
penelitian bila dibandingkan dengan http://www.pertanian.go.id
potensi hasil dari varietas Bima Brebes /ATAP2014-HORTI-pdf/2014-Prod -
sebesar 9,9 ton/ha. BwMerah.pdf. Dilihat pada 16
Desember 2015.

KESIMPULAN Badan Pusat Statistik, 2015. Distribusi


Perdagangan Komoditas Bawang
1. Perlakuan pemberian CMA belum Merah Indonesia 2015.
berpengaruh optimal terhadap http://www.bps.go.id/website/pdf_pub
pertumbuhan bawang merah yang likasi/Distribusi-Perdagangan-
ditanam pada tanah gambut di dalam Komoditi-Bawang-Merah-di-
polybag. Indonesia-2015.pdf. Dilihat pada 3
November 2015.
2. Perlakuan frekuensi penyiraman tidak
memberikan pengaruh yang nyata Fitter, A.H dan Hay, R K K. 1998. Fisiologi
namun pada frekuensi penyiraman 5 hari Lingkungan Tanaman. UGM Press.
sekali menunjukkan gejala peningkatan Yogyakarta.
pada variabel serapan hara P dan berat
kering umbi bawang merah yang Foth, H.D., 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah,
(Diterjemahkan oleh Soenartono
ditanam pada tanah gambut di dalam
Adisoemarto), Erlangga, Jakarta.
polybag.
3. Tidak terdapat perbedaan pada pengaruh Gardner, F.P; R.B. Pearce, R.L. Mitchel.
interaksi perlakuan CMA dan frekuensi 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI
penyiraman terhadap pertumbuhan dan Press. Jakarta.
hasil tanaman bawang merah yang
Handayanto, E, dan K. Hairiah. 2007.
ditanam pada tanah gambut di dalam Biologi Tanah : Landasan Pengelolaan
polybag. Tanah Sehat. Pustaka Adipura. Malang

77
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (69-78)

Harjadi, S.S dan S. Yahya. 1988. Fisiologi Rahayu, E dan Nur B.V.A. 2008. Bawang
Stress Tanaman. PAU IPB. Bogor. Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lakitan, B. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Rungkat, J. A. 2009. Peranan MVA Dalam


Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Meningkatkan Pertumbuhan dan
Jakarta. Produksi Tanaman. Jurnal FORMAS
4. Hal 270 -276.
Levitt, J. 1980. Responses of Plants to
Environmental Stresses. II Water, Sabiham, S. 2000. Kadar Air Kritis Gambut
radiation, salt and other stresses. 2nd Kalimantan Tengah Dalam Kaitannya
Ed. Academic Press. New York. dengan Kejadian Kering Tidak Balik.
J. Tanah Tropika. 11:21-30.
Musfal. 2010. Potensi Cendawan Mikoriza
Salisburry, F.B and C.W Ross. 1995.
Arbuskula Untuk Meningkatkan Hasil
Fisiologi Tumbuhan Jilid III.
Tanaman Jagung. Jurnal Litbang
Terjemahan Diah R. Lukman dan
Pertanian 29 (4). Sumaryono) Penerbit ITB. Bandung.
Najiyati, S., L. Muslihat dan I.N.N. Simanungkalit, R.D.M. 2006. Cendawan
Suryadiputra. 2005. Panduan Mikoriza Arbuskuler. Balai Penelitian
Pengelolaan Lahan Gambut untuk Tanah. Bogor.
Pertanian Berkelanjutan. Proyek
Climate Change, Forests and Peatlands Wahyunto, S. Ritung, Suparto dan H.
in Indonesia. Wetlands International- Subagyo. 2005. Sebaran Gambut dan
Indonesia Programme dan Wildlife Kandungan Karbon di Sumatera dan
Habitat Canada. Bogor. Kalimantan. Proyek Climate Change,
Foresta and Peatlands in Indonesia.
Pangaribuan, Darwin. H. 2001. Pengaruh Wetlands International. Indonesia
Waktu Cekaman Air Terhadap Programme dan Widlife Habitat
Produksi Bawang Merah. J. Pen. Canada. Bogor
Pengb. Wil. Lahan Kering. 23 (2).

Parnata, Ayub. S. 2004. Pupuk Organik


Cair. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

78

You might also like