Pengaruh Pelatihan Dan Pengalaman Mengajar Terhadap Profesionalisme Guru

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN MENGAJAR

TERHADAP PROFESIONALISME GURU

( Studi di SMK Prisma dan SMK Pasundan I Kota Serang )

MUJIATI
Prodi Manajemen Pendidikan Islam (S2)
Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten

Abstract
The purpose of this study is to reveal how the correlation of training
and teaching experience with teacher professionalism at Prisma Vocational
School and Pasundan 1 Vocational School in Serang City. There are three
hypotheses tested 1) training influences teacher professionalism; 2) teaching
experience influences teacher professionalism; 3) simultaneously, teaching
experience and training influence teacher professionalism. The study
population was all teachers of Prisma Vocational School and Pasundan
Vocational School with a total of 65 teachers selected as research samples.
Research data were collected through a questionnaire. Data analysis using
validity test, reliability test and analysis prerequisite tests include normality
test, multicollinearity test, heterokedasticity test. Hypotheses are tested using
the coefficient of determination, Goodness of fit (Statistical Test F) and the
Significance of Individual Parameters (Statistical Test t). The results showed
that: a) the training had a significant effect on teacher professionalism,
indicated by the value of Fcount > Ftabel (9,896 > 1,669); b) teaching
experience does not affect the professionalism of teachers shown by the value
of Fcount < Ftabel (1.041 < 1.669); c) Together; Training and Teaching
Experience has an effect (91.3%) on teacher professionalism. The conclusion
of this research is that: training influences teacher professionalism and has a
strong value while teaching experience on teacher professionalism does not
have a significant effect but together contributes to the improvement of
teacher professionalism.
Keywords : Training, Teaching experience & teachers professionalism

193
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan serta perluasan kesempatan belajar bagi


anak bangsa merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional. Hal ini
selaras dengan tujuan Pendidikan nasional yaitu untuk membangun karakter
perseta didik dan memajukan peradaban dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dan juga sejalan dengan amanat UU Sisdiknas Nomor 20
Tahun 20031 yang menyebutkan Peningkatan SDM perlu didukung dengan
pendidikan yang bermutu.
Oleh sebab itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan,
maka dibutuhkan pendidik yang professional. Tugas seorang guru sebagai
tenaga pendidik yang profesional yaitu merencanakan dan melakukan proses
pembelajaran, melakukan assesment pembelajaran, membimbing dan melatih
pseserta didik, serta melaksanakan penelitian dan pengabdian masyarakat,
utamanya untuk dosen di perguruan tinggi (UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun
2003). Profesionalisme dalam pekerjaan juga diterangkan dalam Al-Quram
yaitu:“Katakanlah hai kaum-Ku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
Sesungguhnya Akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui,
siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini.
Sesungguhnya orang-orang yang dhalim itu tidak akan mendapatkan
keberuntungan.”2
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru memiliki
peranan vital dalam pendidikan. Guru diharuskan bekerja secara profesional
sebagaimana termaktub dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yang menjabarkan bahwa “guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

1
Undang-undang RI Nomor 20, tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional.
2
Qur’an Asy-Syifaa’. Al-An’an: 135. PT. Syigma Exmedia Arkanleema

194
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.3
Berdasarkan hasil observasi awal penulis, pada bulan september 2019
penulis menemukan berbagai informasi, antara lain (1) sebagian guru yang
ada di SMK Prisma dan SMK Pasundan I belum memenuhi kriteria
berdasarkan kualifikasi pendidikan yang dimaksud yaitu S1 (sarjana). (2)
guru mengaJAR tidak linear dengan background pendidikannya (3) masih
sedikitnya pelatihan-pelatihan kependidikan yang diikuti oleh guru (4) masih
ditemukannya beberapa guru yang belum mengerti mengenai kurikulum
2013 (5) ada beberapa tenaga pengajar yang tingkat pengalamannya belum
memadai (6) guru belum maksimal dalam menerapkan ilmu yang didapatkan
dari diklat yang diikutinya terlihat dari caranya dalam mengelola kelas saat
KBM berlangsung (7) minimnya guru yang memperoleh sertifikat pendidik
masih berkisat 30% dari total guru yang mengajar di sekolah (8) guru kurang
memanfaatkan insentif/tunjangan kinerja dari pemerintah untuk
pengembangan diri.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka
berikut adalah identifikasi masalah dalam penelitian ini:
1. Sebagian guru yang ada di SMK Prisma dan SMK Pasundan I belum
memenuhi kriteria berdasarkan kualifikasi pendidikan yang dimaksud
yaitu S1 (sarjana).
2. Guru mengajar tidak linear dengan background pendidikannya.
3. Masih sedikitnya pelatihan-pelatihan kependidikan yang diikuti oleh
guru
4. Masih ditemukannya beberapa guru yang belum mengerti mengenai
kurikulum 2013 .

3
Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentag Guru dan Dosen

195
5. Ada beberapa tenaga pengajar yang tingkat pengalamannya belum
memadai .
6. Guru belum maksimal dalam menerapkan ilmu yang didapatkan dari
diklat yang diikutinya terlihat dari caranya dalam mengelola kelas saat
KBM berlangsung.
7. Minimnya guru yang memperoleh sertifikat pendidik yaitu masih
berkisar di angka 30% dari total guru yang mengajar di sekolah.
8. Guru kurang memanfaatkan insentif/tunjangan kinerja dari pemerintah
untuk pengembangan diri.

Tujuan Penelitian
Peningkatan mjtu pendidikan sangat diperlukan untuk memajukan
kualitas SDM di Indonesia melalui peningkatan profesionalisme guru di
setiap satuan pendidikan salah satunya di di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Prisma dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasundan 1 di Kota
Serang Banten. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk : (1) Memperoleh
gambaran empirik antara pengaruh pelatihan guru terhadap profesionalisme
guru; (2) Memperoleh gambaran empirik antara pengaruh terhadap
profesionalisme guru; (3) Memperoleh gambaran empirik secara bersamaan
pengaruh pelatihan dan pengalaman mengajar terhadap profesionalisme guru.

KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pelatihan Guru
Tugas seorang guru sebagai tenaga pendidik yang profesional yaitu
merencanakan dan melakukan proses pembelajaran, melakukan assesment
pembelajaran, membimbing dan melatih pseserta didik, serta melaksanakan
penelitian dan pengabdian masyarakat, utamanya untuk dosen di perguruan

196
tinggi (UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003). 4 Atas dasar hal tersebut,
pentingnya peningkatan kualitas susmberdaya manusia merupakan suatu hal
yang harus diprioritaskan, dengan mengikut sertakan guru didalam program
pelatihan. Menurut Robbins, bahwa yang dimaksud pelatihan disini
pelatihan formal yang direncanakan dengan sistematis dan dilaksanakan
5
secara terstruktur. Selanjutnya dariGomez Mejia, Balkin & Cardy,
menjelaskan mengenai Pelatihan yang biasanya dilaksanakan jika pendidik
dirasa mempunyai kompetensi yang kurang atau apabila suatu institusi
mengalami pergantian sistem dan pekerjanya perlu beradaptasi dengan sistem
yang baru dan belajar keterampilan yang baru6 .
Pelatihan adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan serta pengetahuan
karyawan yang disesuaikan dengan regulasi organisasi. 7 Pelatihan terkait
dengan proses belajar guna mendapatkan dan mengupgrade skill diluar
institusi yang mempunyai waktu relatif singkat serta fokus pada praktik
daripada teori/konsep, juga dengan mengunakan tehnik tertentu. Secara
konseptual pelatihan yang dimaksud adalah untuk meningkatkan
keterampilan seseorang atau kelompok memiliki sasaran untuk mereka yang
sudah bekerja pada instansi atau lembaga yang produktifitas kerjanya perlu
untuk ditingkatkan dengan terarah dan prakmatik.
Dengan demikian, pelatihan bisa menjadi sarana bagi guru untuk
lebih memperbaiki performa di dalam melaksanakan tugas serta tanggung
jawabnya sebagai pendidik. Sebab melalui program pelatihan ini, banyak
materi berupa pengetahuan maupun keterampilan yang akan mampu

4
Undang – Undang N0.20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan Bab XI Pasal 39 Ayat 2
5
Robbins, Stephen P. (2001). Organization behavior, 9th edition. Upper Saddle River, New
Jersey: Prentice Hall, International, Inc.
6
Gomez-Mejia, Luis R, Balkin, David B.,& Cardy, Robert L. (2001). Managing Human
Resources, rd Edition. Upper Saddle River, new jersey : Prentice-Hall Inc.
7
Payaman J Simanjuntak. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta 2005 : FE UI.
Halaman. 152

197
mendukung tugas-tugasnya sebagai pendidik yang kemudian memberikan
manfaat baik terhadap prestasi serta motivasi belajar peserta didik.

Pengalaman Mengajar
Pengalaman berhubungan dengan lamanya berkerja, yang menjadi
unsur yang mendukung pekerjaan guru sebagai pendidik. Pengalaman bisa
didapatkan baik secara langsung/tidak langsung. Pengalaman langsung
adalah pengalaman yang didapatkan seseorang saat melakukan pekerjaan di
organisasi pekerjaannya, adapun pengalaman tidak langsung yaitu
pengalaman yang didapatkan seseorang saat ia sedang tidak dalam kondisi
bekerja/diluar pekerjaanya 8 . Pengalaman mengajar juga dimuat didalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor18 Tahun mengenai
Sertifikasi Guru dalam Jabatan yang menyebutkan masa bekerja pendidik
disesuaikan dengan surat tugas dari institusi pendidikan tempatnya
bertugas.”9
Semakin tinggi pengalaman seseorang dalam bekerja maka akan
semakin terampil dan cekatan ia dalam merampungkan pekerjaannya. 10 .
Pengalaman mengajar pada dasarnya adalah iktisar yang diperoleh dari
pengetahuan seseorang berdasarkan pengalamannya mengajar, sehingga apa
yang dialami memberikannya pemahaman mengenai ilmu pengetahuan, skill
ataupun niai-nilai tertentu yang telah menjadi satu dalam dirinya. 11 Semakin
beragam tugas yang dilaksanakan seseorang, maka pengalamannya akan
semakin banyakm serta berdampak pada peningkatan kinerjanya. Jadi, dapat
dikatakan bahwa pengalaman yang didapatkan seorang pendidik di lembaga
pendidikan akan berpengaruh pada pencapaiannya dalam bekerja.

8
Imam Bukhori, Hubungan tingkat pendidikan dan masa kerja terha-dap prestasi kerja
karyawan PT. PLN area pelayanan dan jaringan Malang [versi elektronik]. Jurnal Manajemen Gaja-
yana, 2009. H 17.
9
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.18 Tahun 2007
10
Imam Bukhori, Hubungan Tingkat Pendidikan dan Masa kerja Karyawan PT. PLN Jurnal
Manajemen Gaja- yana,2009.
11
Widoyoko, S. Eko Putro. 2005. Kopetensi mengajar guru IPS SMA, Bandung: Gamma

198
Berdasarkan uraian di atas kesimpulan yang dapatkan bahwa
pengalaman mengajar merupakan apa-apa yang telah dirasakan oleh seorang
pendidik sebagai suatu pengalaman bekerja yang memberikannya sebuah
keahlian mengajar dan terjadi dalam kurun waktu tertentu. Semakin lama
pendidik memiliki pengalaman mengajar, maka ia akan semakin mahir dalam
mengerjakan pekerjaannya dan meminimalisir kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam bekerja. Pengalaman mengajar yang di teliti pada
penelitian ini merujuk pada lamanya waktu seorang guru melaksanakan
tugasnya sebagai pengajar disekolah.
Profesionalisme Guru
Definisi profesional berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005
mengenai guru dan dosen yang menjelaskan“ Profesional adalah pekerjaan
yang dilakukan oleh seorang guru dan menjadi salah satu pendapatan bagi
kehidupannya serta membutuhkan skill, pengetahuan/keterampilan tertentu
yang dianggap sesuai dengan standar kualitas pendidik profesional”.12
Guru profesional dapat ditempuh dengan mengenyam pendidikan
guru dan mempunyai gelar master yang diakui secara legal berdasarkan
ijazahnya serta berpengalaman mengajar di kelas yang berkapasitas besar 13.
Guru professional merupakan tenaga terdidik dan terlatih yang mempunyai
pengalaman yang banyak pada bidangnya 14 . Guru profesional merupakan
guru yang memiliki keahlian dalam melaksanakan KBM. Keahlian
profesional seorang guru disini maksudnya yaitu eperangkat keahlian yang
diperlukan oleh seorang pendidik supaya berhasil dalam melakukan tugasnya
saat mengajar”. Mengenai kompetensi profesional yang diperlukan bagi
seorang guru ada serta kompetensi proesional 15 . Di Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 mengenai guru dan dosen,

12
Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,2.
13
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,(Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006, Cet. Ke-4, h. 27.
14
Kunandar. 2007. Guru profesional imple-mentasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan sukses dalam sertifikasi guru. (Jakarta: Raja Gra-findo Persada 2007).
15
Hamzah B. Uno. Profesi kependidikan problema, solusi, dan reformasi pendidikan di
Indonesia. (Jakarta: Bumi Aksara 2011). H.

199
dijelaskan mengenai kompetensi profesional yaitu keahlian dalam menguasai
bahan ajar secara mendalam dan luas yang memungkinkan membina siswa
untuk memenuhi setandar kopetensi yang ditentukan sesuai dengan Setandar
Nasional Pendidikan16.
Dari defenisi diatas, maka dapat disimpulkan mengenai
proesionalisme guru sebagai seperangkat keahlian guru sebagai tenaga
pendidik dalam meelakukan pekerjaan profesionalnya dengan berbekal
keterampilam, rasa keterpanggilan jiwa, serta teguh dalam melaksanakan
pengabdian memberikan pelayanan kepada orang lain. Proesionalisme
terlihat dari keahlian seorang pendidik dalam melaksanakan semua
kompetensi profesional yang diperlukan dalam untuk melaksanakan tugas
pendidikan serta pengajaran.
Keterkaitan Pelatihan dan Pengalaman Mengajar Terhadap
Profesionalisme guru.
Profesi tidak dapat dilakukan oleh setiap orang. Profesi memerlukan
keahlian yang teruji dan tidak didapatkan begitu saja tanpa mengikuti
pelatihan. Seorang guru profesional perlu mempunyai kualifikasi akademik
yang memadai serta diikuti dengan terlibat dalam program pelatihan khusus
yang mendukung keahilian guru untuk dapat bekerja profesional. Indikator
profesionalisme guru dilihat dari keahlian guru dalam mengusai kompetensi
yaitu yaitu: kompetensi kpribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Ditambah dengan masa kerja yang cukup diharapkan seorang
guru semakin banyak pengalamannya sehingga akan menambah pula
pengetahuan yang dimilikinya.

16
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,2 h.19

200
Dan berikut adalah gambar kerangka penelitian ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Pelatihan (X2)
Profesionalisme
Pengetahuan & Keterampilan Guru (Y)
prilaku
- Kompetensi
pribadi
Pengalaman Mengajar (X3) - Kompetensi sosial
- Kompetensi
Pengetahuan & Keterampilan professional
masa kerja guru mengajar

Hipotesis Penelitian
Penelitian ini merumuskan hubungan antar variabel penelitian dengan
hipotesis dimana
1. HO : Tidak ada pengaruh pelatihan terhadap profesionalisme
guru
HI : Ada pengaruh pelatihan terhadap profesionalisme guru
1 HO : Tidak Ada penngaruh pengalaman mengajar terhadap
profesionalisme guru.
HI : Ada pengaruh pengalaman mengajar tehadap
profesionalisme guru
2. HO : Tidak ada pengaruh pelatihan dan pengalaman mengajar
terhadap profesionalisme guru
HI : Ada pengaruh pelatihan dan pengalaman mengajar terhadap
profesionalisme guru.

201
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
Metode penelitian korelasional yaitu mencari hubungan antara pelatihan dan
pengalaman mengajar dengan profesionalisme guru. Analisis data digunakan
yaitu analisis korelasi berganda yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
dua variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu variabel pelatihan (X1) dan
pengalaman mengajar (X2) sebagai variabel bebas, dan profesionalisme guru
sebagai variabel terikat (Y).
Populasi pada penelitian ini yaitu salah satu Sekolah Menengah
Kejuruan swasta yang berumur lama dikota Serang, dimana yang menjadi
responden penelitiannya yaitu semua guru SMK Prisma dan SMK Pasundan
1 di Kota Serang Banten. Dimana jumlah guru yang mengajar aktif di SMK
Prisma ada 22 orang dan di SMK Pasundan 1 ada 43 orang. Selanjutnya
semua anggota populasi dijadikan sampel sehingga jumlah keseluruhan
sampel yaitu 65 orang.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner atau
angket yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dari responden, yaitu
mengenai pelatihan yang pernah diikuti dan pengalaman mengajar serta
profesionalisme guru. Adapun penyusunan instrumen dalam penelitian ini
terdiri dari: (1) menentukan variabel penelitian; (2) menyusun indikator
Pelatihan dan Pengalaman Mengajar; (3) menyusun kisi-kisi instrumen; (4)
uji coba instrumen dan (5) pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.
Penelitian dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS Versi 25
(2020.

202
HASIL PENELITIAN
Uji Validitas
Dari hasil penilitian dan perhitungan dengan menggunakan program
SPSS Versi 25(2020) nilai r-hitung> r-tabel yaitu 0,205 dan signifikan pada
taraf α 5% atau < 0,05. Sehingga semua indikator adalah valid
Uji Realibilitas
Penelitian dianggap reliabel bila memberikan hasil yang konsisten
pada pengukuran yang sama. Variabel penelitian dianggap reliable apabila
nilainya ≥ 0.700.
Pengujian Reabilitas

Variabel Cronbach's Alpha N of Items


Pelatihan 0,909 20
Pengalaman Mengajar 0,932 20
Profesionalisme Guru 0,950 35
Sumber : output SPSS Versi 25(2020)
Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua indikator
variable penelitian dinyatakan realibel karena nilai cronbach alpha ke tiga
variabel > dari nilai standard reabilitasnya yakni 0,70.
Uji Normalitas
Uji Normalita dilakukan dengan uji Kolmogrof-Smirnov terhadap nilai
residual hasil persamaan regresi. Apabila nilai signifikansi >0,05 maka data
dikatakan berdistribusi normal. Berikut adalah hasil uji Kolmogorov-
Smirnov::
Uji Normalitas

Test Statistic 0,0903


Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200c,d

Sumber : output SPSS Versi 25(2020)

203
Dari data tabel di atas, didapatkan bahwa besarnya nilai asymp sig
adalah 0,200 dengan probabilitas signifikansi pada 0,0903 atau 90,3 % hal ini
berarti data residual terdistribusi normal dengan nilai >0,05 atau 5%.

Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya
Variance Inflation Factor (VIF). Adapun hasil uji multikolinieritas adalah
sebagai berikut :
Pengujian multikolinieritas
Variabel Tolerance Variance Inflation Factor (VIF).
(Constant)
Pelatihan 0,128 7,825
Pengalaman Mengajar 0,165 6,051
Sumber : output SPSS Versi 25(2020)
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa besarnya nilai Variance
Inflation Factor (VIF) tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai
> 10 dan nilai Tolerance > 0,10 hal ini dapat disimpulkan bahwa data tidak
terjadi multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.
Uji Heterokedastisitas
Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas.
Jika regresi dengan nilai signifikansi t > 0,05 (α=5%), maka disimpulkan
dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas :
Pengujian heterokedasitas dengan metode gletjser
Unstandardized Standardized
t Sig.
Model Coefficients Coef.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,155 0,821 2,627 0,011
PLT -0,011 0,030 -0,128 -0,363 0,718
PM 0,019 0,026 0,226 0,729 0,469
Sumber : output SPSS Versi 25(2020)

204
Berdasarkan hasil uji diatas diketahui dengan nilai signifikansi t >
0,05, maka disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi,
sehinggi asumsi tidak ada heteroskedastisitas telah dipenuhi.
Selanjutnya dalam penelitian ini dilakukan pengujian hipotesis yang
meliputi:
1. Pengaruh Pelatihan (X1) terhadap profesionalisme guru (Y)
2. Pengaruh pengalaman mengajar (X2) terhadap profesionalisme guru (Y)
3. Pelatihan Guru (X1) dan Pengalaman Mengajar (X2) terhadap
Profesionalisme guru (Y).
Diuji dengan menggunakan koefisien determinasi, Goodness of fit
(Uji Statistik F) dan Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) dengan
uraian penjelasan pengujian sebagai berikut:

Koefisien Determinasi (R2)


Uji Koefisien Determinasi dimaksudkan untuk mengukur tingkat
hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji
koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Koefisiensi determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


1 ,957a 0,915 0,913 7,42297

Sumber : output SPSS Versi 25(2020)


Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa koefisien determinasi
yang memperlihatkan nilai adjusted R2 sebesar 0,913, yang artinya nilai
tersebut menunjukan bahwa variabel Profesionalitas Pengajar dipengaruhi
oleh variabel pendidikan, pelatihan dan pengalaman mengajar sebesar 91,3%
dan 8,7 % sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada
penelitian ini.

205
Goodness of fit (Uji Statistik F)
Uji F dimaksudkan untuk memnggambarkan aapakah semua variabel
bebas memiliki secara simultan terhadap variabel terikat.
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 36918,325 2 18459,162 335,009 ,000b
Residual 3416,229 62 55,100

Total 40334,554 64
Sumber : output SPSS Versi 25(2020)
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 335,009
dengan probabilitas 0,00 dan lebih kecil dari 0,05, dan Fhitung > dari Ftabel
(3,14), maka model regresi dapat digunakan untuk melihat bagaimana
pengaruh variabel pelatihan dan pengalaman berpengaruh secara bersamaan
terhadap profesionalitas pengajar.
Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas
t
terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan dengan membandingkan antara hitung

dengan ttabel dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan df =


(n-k-1).
Coefficient
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 8,186 4,742 1,726 ,089
PLT 1,506 ,152 ,873 9,896 ,000

PM ,156 ,150 ,092 1,041 ,302

Sumber : output SPSS Versi 25(2020)


Berdasarkan tabel tersebut diketahu bahwa nilai konstanta pada
persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebesar 8,186. Sehingga jika
206
variabel dependen dalam penelitian ini dianggap nol maka nilai konstantanya
sama dengan nilai variabel dependent.
Nilai T-Hitung variabel pelatihan adalah sebesar 9,896 lebih besar
daripada nilai T-Tabel pada taraf signifikan 5% yaitu 1,669. Selain nilai
koefisian variabel pelatihan adalah 1,506 dan signifikan pada tingkat
probalitas 5%. Sehingga dapat disimpulkan pelatihan berpengaruh terhadap
profesionalitas pengajaran.
Nilai T-Hitung variabel pengalaman mengajar adalah 1,041 < nilai T -Tabel
dengan taraf signifikan 5% yaitu 1,669. Selain nilai koefisian variabel
pengalaman mengajar adalah 0,156 dan tidak signifikan pada tingkat
probalitas 5%. Sehingga dapat disimpulkan pengalaman mengajar tidak
berpengaruh terhadap profesionalitas pengajaran.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


Pengaruh Pelatihan (X1) terhadap profesionalisme guru (Y)
Meningkatnya kualitas guru sangat dipengaruhi dengan meningkatnya
keterampilan guru yang disesuaikan dengan standar kompetensi guru di
setiap jenjang pendidikan. Hal ini sejalan dengan bunyi Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2,
yang menyebutkan bahwa guru sebagai tenaga pendidik yang profesional
bekerja untuk merencanakan, melakukan proses kegiatan belajar mengajar,
melakukan assesment pembelajaran, bimbingan dan pelatihan, serta
penelitian dan pengabdian pada masyarakat, utamanya bagi dosen di
perguruan tinggi17
Upaya yang perlu dilakukan untuk mengupgrade profesionalisme guru
yaitu dengan pelatihan. Atas dasar inilah mengapa pelatihan merupakan hal
yang sangat diperlukan bagi seorang guru yang menekuni profesinya sebagai
pendidik di lembaga pendidikan agar diakui sebagai tenaga profesional,
Semakin sering dan efektif secara materi pelatihan yang diselenggarakan para
17
Undang – Undang N0.20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan Bab XI Pasal 39 Ayat 2

207
guru sangat positif terhadap output siswa dalam persaingan di dunia
pendidikan baik antar lembaga ataupun antar individu siswa sendiri.
Kondisi ini sangat relevan dimana hasil analisis penelitian ini
menunjukan untuk variabel pelatihan diperoleh nilai T -Hitung variabel pelatihan
adalah sebesar 9,896 artinya T-Hitung lebih besar daripada nilai T-Tabel pada
taraf signifikan 5% yaitu 1,669. Selain itu koefisian variabel pelatihan
memiliki nilai 1,506 dan signifikan pada tingkat probalitas 5%. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini yaitu pelatihan membawa
pengaruh positif dan signifikan terhadap profesionalitas pengajar.
Pengaruh Pengalaman (X2) terhadap profesionalisme guru (Y)
Pengalaman mengajar yang dimaksud yaitu lama masa kerja seorang
guru atau pendidik. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 menegnai
Sertifikasi Guru dalam Jabatan yang menyebutkan “ yang menyebutkan masa
bekerja pendidik disesuaikan dengan surat tugas dari institusi pendidikan
tempatnya bertugas. Semakin tinggi pengalaman seseorang dalam bekerja
maka akan semakin terampil dan cekatan ia dalam merampungkan
pekerjaannya18. Semakin beragam tugas yang dilaksanakan seseorang, maka
pengalamannya akan semakin banyakm serta berdampak pada peningkatan
kinerjanya. Jadi, dapat dikatakan bahwa pengalaman yang didapatkan
seorang pendidik di lembaga pendidikan akan berpengaruh pada
pencapaiannya dalam bekerja.
Dari olah data diatas variabel pengalaman mengajar didapat nilai T -
Hitung yaitu 1,041 <T-Tabel dengan taraf signifikan 5% yaitu 1,669. Sementara
itu koefisian variabelnya meimilki nilai 0,156 pada tingkat probalitas 5%.
Dari hasil tersebut maka dapat ditarik kesimpulannya yaitu bahwa
pengalaman mengajar tidak memberi pengaruh signifikan terhadap
profesionalisme guru. Ini artinya belum tentu guru dengan masa kerja yang

18
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan

208
relatif dapat dikatakan pengajar profesional karena harus diikuti dengan
faktor lain yang bisa mempengaruhi profesionalitasnya pengajar seperti diklat
atau faktor lainnya yang tidak diteliti dalam dipenelitian ini.
Adapun pengalaman mengajar bisa menjadi optimal ketika ada
komponen lain yang bersinergi untuk meningkatkan kemampuan guru.
Sehingga secara langsung akan berdampak pada keberhasilan atau
kesuksesan siswa atau peserta didik dan nama baik lembaga pendidikan
tersebut. Semakin tinggi perhatian dari penyelenggara sekolah atau kepala
sekolah terhadap guru yang memiliki masa kerja yang relatif lama untuk bisa
di kembangkan pengalamannya dengan melakukan upaya lain atau program-
program pengembangan lain maka akan berdampak sangat positif terhadap
guru tersebut sehingga akan berimbas baik pada peserta didik.

Pengaruh Pelatihan Guru (X1) dan Pengalaman Mengajar (X2)


terhadap Profesionalisme guru (Y).
Menjadi guru yang profesional memerlukan kopetensi yang cukup
antara lain kualifikasi akademik, kopetensi kepribadian, kopetensi sosial,
sehat jasmani, sehat rohani dan lainnya ini akan menjadi modal utama bagi
guru untuk menjadi pengajar yang mampu mengelola pembelajaran ketika
KBM berlangsung di lembaga pendidikan. Mengenai kompetensi profesional
dijelaskan lebih lanjut dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 mengenai guru dan dosen, diebutkan kompetensi profesional
merupakan keahlian dalam menguasai bahan ajar secara mendalam dan luas
yang memungkinkan membina siswa untuk memenuhi setandar kopetensi
yang ditentukan sesuai dengan Setandar Nasional Pendidikan 19 . Pelatihan
dan Pengalaman Mengajar merupakan sebagian faktor dari banyak faktor lain
yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan seorang guru dalam
menjalankan profesinya di sekolah.

19
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,2.

209
Berdasarkan hasil analisis hipotesis diatas menunjukan bahwa
koefisien determinasi yang bernilai adjusted R2 sebesar 0,913. nilai terebut
mengandung arti bahwa variabel Profesionalitas Pengajar dipengaruhi oleh
variabel pelatihan dan pengalaman mengajar sebesar 91,3% atau dengan kata
lain Pelatihan Guru dan Pengalaman Mengajar secara bersamaan
berpengaruh sangat kuat terhadap Profesionalisme guru sebesar 91,3% dan
8,7 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Dengan demikian dua variabel ini yaitu Pelatihan Guru dan
Pengalaman mengajar adalah variabel yang sangat krusial atau berpengaruh
signifikan terhadap Profesionalisme guru dalam menunjang pendidik agar
mampu menjadi seorang tenaga pengajar profesional dalam menjalankan
tugasnya sebagai pengabdi di dunia pendidikan. Hal ini bisa berkontribusi
besar terhadap kesuksesan pengajar dalam proses transfer ilmu
pengetahuannya ke para siswa disekolah sehingga mencerdaskan kehidupan
bangsa yang menjadi tujuan pendidikan bagi bangsa ini bisa terwujud.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analaisis data dan pembahasan yang telah diuraikan
di atas, maka kesimpulan penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel pelatihan dengan nilai T-Hitung 9,896 > 1,669 nilai T-Tabel
pada taraf signifikan 5% dengan nilai koefisien adalah sebesar 1,506
dan signifikan pada tingkat probalitas 5%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel pelatihan memberi pengaruh positif dan
signifikan terhadap profesionalitas guru
2. Variabel pengalaman mengajar dengan nilai T-Hitung 1,041< 1,669
nilai T-Tabel pada taraf signifikan 5% dengan nilai koefisien adalah
sebesar 0,156 pada tingkat probalitas 5%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara variabel pengalaman
mengajar terhadap profesionalitas guru

210
3. Dari uji determinasi dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi
adjusted R2 sebesar 0,913 yang berarti bahwa variabel Profesionalitas
guru dipengaruhi secara bersama-sama oleh variabel pelatihan dan
pengalaman mengajar sebesar 91,3% dan 8,7 % sisanya dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4. Dari uji ANOVA atau F test dapat diketahui bahwa nilai (F hitung)
335,009> 3,14 (F tabel) dengan probabilitas 0,00 < 0,05 maka model
regresi digunakan untuk memprediksi bagaimana pengaruh variabel
pelatihan dan pengalaman mengajar berpengaruh secara bersama-
sama terhadap profesionalitas guru.

DAFTAR PUSTAKA

Qur’an Asy-Syifaa’. Al-An’an: 135. PT. Syigma Exmedia Arkanleema


Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentag Guru dan Dosen
Undang – Undang N0.20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan Bab XI
Pasal 39Ayat2
Robbins, Stephen P. Organization behavior, 9th edition. Upper Saddle
River,New Jersey: Prentice Hall, International, Inc.2001
Gomez-Mejia, Luis R, Balkin, David B.,& Cardy, Robert L. (2001).
Managing Human Resources, rd Edition. Upper Saddle River, new
jersey : Prentice-Hall Inc.
Noe, Raymond A. Employee training and development. New York: The
McGraw-Hill Companies 2002
Wajosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011
Payaman J Simanjuntak. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta 2005 :
FE UI. Halaman.
Imam Bukhori, Hubungan tingkat pendidikan dan masa kerja terhadap
prestasi kerja karyawan PT. PLN area pelayanan dan jaringan
Malang [versi elektronik]. Jurnal Manajemen Gajayana, 2009.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.18 Tahun
2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.

211
Margaret E Gredler, Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi, Tri
Wibowo (Jakarta:Kencana, 2011)
Widoyoko, S. Eko Putro. 2005. Kopetensi mengajar guru IPS SMA,
Bandung: Gamma
Kunandar, Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta :
Rajagrafindo Persada, 2007), H 45.
Usman, M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya,2006, Cet. Ke-20,h. 14-15.
Sagala, Saiful. 2006. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan. Bandung: Alfabeta
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan
Kompetensi,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006, Cet. Ke-4, h. 27.
Hamzah B. Uno. Profesi kependidikan problema, solusi, dan reformasi
pendidikan di Indonesia. (Jakarta: Bumi Aksara 2011).
Penelitian Rusdin (2017), “Pendidikan dan Pelatihan Sebagai Sarana
Peningkatan Kompetensi Guru di SMP”Jurnal
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian
Suray,(Yogyakarta :LPE3S),3.
Mohammad Nazir. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia ,2005).
Ranupandojo dan Suad Husnan . Manajemen Sumberdaya Manusia.
Yokyakarta: BPFE.

212

You might also like