0% found this document useful (0 votes)
121 views54 pages

Wirayanta 2002

The objective of this study was to assess the growth and yield of chili peppers (Capsicum annuum L.) using three different floating cultivation systems compared to conventional cultivation. The study found differences in plant height, canopy diameter, fruiting age, fruit number, shoot dry weight, and harvest yield among the three floating systems. The treatment without a gunny sack barrier (P2) yielded the highest average of 334.10 g/crop. The treatment with a gunny sack barrier (P1) showed the best growth with an average plant height of 47.74 cm/crop, canopy diameter of 48.06 cm/crop, and leaf number of 388.56 sheets/crop.

Uploaded by

samsir
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
121 views54 pages

Wirayanta 2002

The objective of this study was to assess the growth and yield of chili peppers (Capsicum annuum L.) using three different floating cultivation systems compared to conventional cultivation. The study found differences in plant height, canopy diameter, fruiting age, fruit number, shoot dry weight, and harvest yield among the three floating systems. The treatment without a gunny sack barrier (P2) yielded the highest average of 334.10 g/crop. The treatment with a gunny sack barrier (P1) showed the best growth with an average plant height of 47.74 cm/crop, canopy diameter of 48.06 cm/crop, and leaf number of 388.56 sheets/crop.

Uploaded by

samsir
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 54

SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI


(Capsicum annuum L) PADA SISTEM BUDIDAYA
TERAPUNG DENGAN KONDISI BIDANG SENTUH
PERMUKAAN AIR YANG BERBEDA

GROWTH AND YIELD OF CHILI PEPPER (Capsicum


annuum L) IN FLOATING CULTIVATION SYSTEM
WITH DIFFERENSIAL CONDITION OF WATER
SURFACE

Rika Lisda
05071381320046

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERISTAS SRIWIJAYA
2017
SUMMARY

RIKA LISDA. Growth and Yield of Chili Pepper (Capsicum annuum L) in


Floating Cultivation System with Differensial Condition of Water Surface
(Supervised by BENYAMIN LAKITAN and ENTIS SUTISNA HALIMI).

The objective of this study was to make assessment on growth and yield
of chilli pepper (Capsicum annuum L.) in floating cultivation system with three
differensial condition of water surface as compared to conventional system. This
research was conducted at Jakabaring and Tissue Culture Laboratory of
Agricultural Faculty of Sriwijaya University, Palembang, South Sumatera from
October 2016 to February 2017. This research was arranged in Randomized
Complete Design (RCD) with 4 treatments consisted of 3 different condition of
water interface of using gunny sack (P1), without gunny sack (P2) and submerged
2-3 cm (P3), and conventional cultivation as control (P0). The observed variables
were plant height, canopy diameter, number of leaves, age at flowering, number
of flowers, age at fruiting, number of fruits, fruiting period, harvest yield, root
length, root dry weight and shoot dry weight. Result showed that there were
differences among the three floating culture in effect plant height, canopy
diameter, age of fruiting, number of fruits, dan shoot dry weight and harvest yield.
The treatment condition of water interface of without gunny sack (P2) treatment
exhibited the highest yield on the average of 334,10 g/crop and the treatment
condition of water interface of using gunny sack (P1) treatment exhibited highest
growth on the average plant height of 47,74 cm/crop, canopy diameter of 48,06
cm/crop, and number of leaves of 388,56 sheet/crop.

Keyword : Chili pepper, floating culture


RINGKASAN

RIKA LISDA. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L)


pada Sistem Budidaya Terapung dengan Kondisi Bidang Sentuh Permukaan Air
yang Berbeda. (Dibimbing oleh BENYAMIN LAKITAN dan ENTIS SUTISNA
HALIMI).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan dan hasil


tanaman cabai keriting (Capsicum annuum L.) pada sistem budidaya terapung
dengan tiga perbedaan kondisi bidang sentuh permukaan air dibandingkan dengan
budidaya secara konvensional sebagai kontrol.. Penelitian ini dilaksanakan di
Jakabaring, dan Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya Palembang, Sumatera Selatan dari bulan Oktober 2016 sampai Februari
2017. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (
RAL ), dengan 4 perlakuan terdiri dari 3 kondisi bidang sentuh yaitu diberi karung
goni (P1), tanpa karung goni (P2), 2-3 cm bagian dasar media tanam tergenang
(P3) dan sistem budidaya secara konvensional sebagai kontrol. Peubah yang
diamati meliputi tinggi tanaman, diameter kanopi, jumlah daun, umur mulai
berbunga, jumlah bunga, umur mulai berbuah, jumlah buah, lama periode
berbuah, panen, panjang akar, berat kering akar dan berat kering tajuk. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan diantara tiga perlakuan kondisi
bidang sentuh yaitu peubah tinggi tanaman, diameter kanopi, umur mulai berbuah,
jumlah buah, hasil panen, berat kering tajuk. Kondisi bidang sentuh permukaan
yang tanpa karung goni (P2) memberikan hasil terbaik dengan rata-rata hasil
334,10 g per tanaman dan kondisi bidang sentuh permukaan yang diberi karung
goni (P1) menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan rata-rata tinggi tanaman
47,74 cm per tanaman, rata-rata diameter kanopi 48,06 cm pertanaman dan rata-
rata jumlah daun 388,56 helai per tanaman

Kata kunci : Cabai, budidaya terapung


SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI


(Capsicum annuum L) PADA SISTEM BUDIDAYA
TERAPUNG DENGAN KONDISI BIDANG SENTUH
PERMUKAAN AIR YANG BERBEDA

GROWTH AND YIELD OF CHILI PEPPER (Capsicum


annuum L) IN FLOATING CULTIVATION SYSTEM
WITH DIFFERENSIAL CONDITION OF WATER
SURFACE

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Pertanian

Rika Lisda
05071381320046

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERISTAS SRIWIJAYA
2017
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 8 November 1995 di Desa Sungai Pinang. Penulis


bernama Rika lisda. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis
memiliki kedua orang tua yang luar biasa. Nama kedua orang tua penulis yaitu
Iswani dan Muslimah. Orang tua penulis ini bekerja sebagai petani padi. Alamat
penulis di Desa Sungai Pinang Nibung, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten
Ogan Ilir. Penulis memiliki 2 orang adik,satu perempuan dan satu laki laki.Adik
perempuan penulis bernama Rati Yusri yang sedang duduk di bangku SMA, dan
adik laki laki penulis bernama Aldi Saputra duduk di bangku SMP.
Penulis masuk sekolah dasar pada tahun 2001, yaitu SDN 11 Sungai
Pinang. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2
Sungai Pinang sampai dengan tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan
pendidikan ke jenjang sekolah menengah atas yaitu SMA Negeri 1 Sungai Pinang
hingga lulus pada tahun 2013. Sejak tahun 2013 penulis diterima sebagai
mahasiswi salah satu Universitas di Sumatera Selatan yaitu Universitas Sriwijaya,
program studi Agroekoteknologi. Pada tahun 2015 penulis masuk sebagai
mahasiswa peminatan Agronomi program studi Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya sampai saat ini.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi


sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan sekalian
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skrpsi yang berjudul
“Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L) pada
Sistem Budidaya Terapung dengan Kondisi Bidang Sentuh Permukaan Air
yang Berbeda. “
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada
1. Allah SWT
2. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pembimbing Bapak
Prof. Dr. Ir. Benyamin Lakitan, M.Sc. dan Bapak Dr. Ir. Entis Sutisna
Halimi, M.Sc., yang telah memberikan bimbingan, dukungan, motivasi
dan waktunya hingga terselesainya tugas akhir ini.
3. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada penguji yaitu Bapak Dr.
Ir. Dwi Putro Priadi, M.Sc., Dr. Ir. M. Ammar, M.P., dan Ibu Dr. Ir.
Susilawati, M.Si. yang telah memberikan masukan, saran, serta dukungan
hingga terselesainya tugas akhir ini.
4. Kedua orang tua yang memberikan dukungan motivasi serta selalu
mendoakan yang terbaik untuk keberhasilan penulis.
5. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada sahabat, teman curhat
sekaligus keluarga kedua yaitu Sastri, S.P., Wike Nurwita, S.P., Martha
Maya Sari, S.P., Nisa Ramadinanti, S.P.(soon) yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini, memberikan saran-saran
terbaik, penasehat yang sabar serta pendengar keluh kesah yang baik bagi
penulis
6. Benyamin’s squad (Verra Gumisa (uni), S.P., Dwi Paramutia (Mucak),
S.P., Rafika Febriani, S.P., Istiqom A. Bela (soon S.P)) yang sudah
Universitas Sriwijaya
ix
membantu hampir setiap hari, memberikan dukungan, sama-sama
melewati asam manis penelitian.
7. Mbak-mbak ku (Dr. Erna, Dr. Laili, Dr.Tika, dan Lindi, M.Si ) dan Ibu
Meihana yang selalu mendukung, sabar, dan selalu memberikan motivasi
hingga terselesainya tugas akhir ini
8. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Widya wati, S.P., Dwi
Rizki, S.P. , Iam Novriadi, Wanda Randhika, S.P. beserta kawannya, Bang
Solah, Bobot Sudoyo, S.P., Gian, Yugo, Ara, Ogi, Mucik dan segenap
keluarga Agroekoteknologi 2013 yang telah memberikan bantuan,
bimbingan, dukungan, kasih sayang , dan kepercayaan yang begitu besar
hingga terselesainya proposal ini. Dari sanalah semua kesuksesan ini
berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sebaagai sarana menambah dan mengembangkan ilmu pengentahuan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas akhir ini
dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Indralaya, Agustus 2017

Penulis

Universitas Sriwijaya
x
DAFTAR ISI

Halaman
SUMMARY ..................................................................................................... ii
RINGKASAN .................................................................................................. iii
HALAMAN JUDUL........................................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v
KOMISI PENGUJI ......................................................................................... vi
PENYATAAN INTEGRITAS ......................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2.Tujuan ........................................................................................................ 3
1.3.Hipotesis..................................................................................................... 3
1.4.Manfaat ...................................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4
2.1.Lahan Rawa Lebak ..................................................................................... 4
2.2.Cabai .......................................................................................................... 6
2.3.Budidaya Tanaman Terapung .................................................................... 7
BAB 3. PELAKSANAAN PENELITIAN ....................................................... 9
3.1.Tempat dan Waktu ..................................................................................... 9
3.2.Alat dan Bahan ........................................................................................... 9
3.3.Metode Penelitian....................................................................................... 9
3.4.Analisis Data .............................................................................................. 10
3.5.Cara Kerja .................................................................................................. 10
3.5.1. Persiapan Media Tanam ....................................................................... 10

Universitas Sriwijaya
xi
3.5.2. Penyemaian Benih ................................................................................ 10
3.5.3. Penanaman ........................................................................................... 10
3.5.4. Pemeliharaan ........................................................................................ 10
3.5.5. Panen .................................................................................................... 11
3.6. Peubah yang Diamati ................................................................................ 11
3.6.1. Tinggi Tanaman ................................................................................... 11
3.6.2. Diameter ............................................................................................... 11
3.6.3. Jumlah Daun ........................................................................................ 11
3.6.4. Umur Mulai Berbunga ......................................................................... 12
3.6.5. Umur Mulai Berbuah ........................................................................... 12
3.6.6. Lama Periode Berbuah ......................................................................... 12
3.6.7. Jumlah Buah ......................................................................................... 12
3.6.8. Hasil ..................................................................................................... 12
3.6.9. Panjang Akar ........................................................................................ 12
3.6.10. Berat Kering Akar ................................................................................ 13
3.6.11. Berat Kering Tajuk ............................................................................... 13
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 14
4.1.Hasil ........................................................................................................... 14
4.1.1. Tinggi Tanaman .................................................................................. 15
4.1.2. Diameter Kanopi .................................................................................. 15
4.1.3. Jumlah Daun ........................................................................................ 16
4.1.4. Umur Mulai Berbunga ......................................................................... 16
4.1.5. Umur Mulai Berbuah ........................................................................... 17
4.1.6. Lama Periode Berbuah ......................................................................... 17
4.1.7. Jumlah Buah ......................................................................................... 18
4.1.8. Hasil ..................................................................................................... 18
4.1.9. Panjang Akar ........................................................................................ 19
4.1.10. Berat Kering Akar ................................................................................ 19
4.1.11. Berat Kering Tajuk ............................................................................... 20
4.2. Pembahasan ............................................................................................... 21
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 26
5.1.Kesimpulan ................................................................................................ 26

Universitas Sriwijaya
xii
5.2.Saran ........................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27
LAMPIRAN ..................................................................................................... 31

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Pengaruh perbedaan kondisi bidang sentuh terhadap peubah


jumlah daun…………………………………………………
16
Gambar 4.2. Pengaruh perbedaan kondisi bidang sentuh terhadap peubah
umur mulai berbunga……………………………………….
16
Gambar 4.3. Perbandingan rata-rata perlakuan terhadap peubah berat
kering akar………………………………………………….
19

Universitas Sriwijaya
xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil anailis keragaman peubah yang di amati ............................... 14


Tabel 4.2. Uji BNJ 5% terhadap peubah tinggi tanaman ................................. 15
Tabel 4.3. Uji BNJ 5% terhadap peubah diameter kanopi ............................... 15
Tabel 4.4. Uji BNJ 5% terhadap peubah umur mulai berbuah ........................ 17
Tabel 4.5. Uji BNJ 5% terhadap peubah lama periode berbuah ...................... 17
Tabel 4.6. Uji BNJ 5% terhadap peubah jumlah buah ..................................... 18
Tabel 4.7. Uji BNJ 5% terhadap peubah hasil panen....................................... 18
Tabel 4.8. Uji BNJ 5% terhadap peubah panjang akar .................................... 19
Tabel 4.9. Uji BNJ 5% terhadap peubah berat kering tajuk............................. 20

Universitas Sriwijaya
xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Penelitian .......................................................................... 31

Lampiran 2. Analisis Data................................................................................ 32

Lampiran 3. Foto-foto Penelitian ..................................................................... 36

Universitas Sriwijaya
xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia memiliki lahan rawa yang tersebar luas, diantaranya terdapat
pada pulau Sumatera, Papua, dan Kalimantan. Lahan rawa di Indonesia ditaksir
mencapai total luas antara 33,41-39,10 juta Ha, dengan rincian rawa pasang surut
seluas 20,13-25,82 juta Ha, lahan rawa lebak 13,28 juta Ha, dan lahan gambut
14,9 juta Ha. Penyebaran lahan rawa yang terluas yaitu di Sumatera (8,41 juta
Ha), Papua (7,49 juta Ha), dan Kalimantan (6,99 juta Ha) (Arsyad et al., 2014).
Lahan rawa lebak terbagi kedalam tiga jenis yaitu: (1) Lahan rawa lebak dalam,
memiliki tinggi genangan air >100 cm dan lama genangan > 6 bulan, lahan ini
cocok untuk budidaya perikanan, (2) Lahan rawa lebak tengahan, memiliki tinggi
genangan air 50-100 cm dan lama genangan 3-6 bulan, lahan ini cocok untuk
budidaya padi lokal dan budidaya ikan, dan (3) Lahan rawa lebak pematang,
memiliki tinggi genagan air < 50 cm dan lama genangan < 3 bulan, lahan ini
cocok untuk budidaya sayur dan tanaman pangan ( Suriadikarta dan Mas, 2007 ).
Lahan rawa lebak memiliki potensi yang besar untuk budidaya tanaman,
yaitu tanaman pangan, palawija dan hortikultura. Selain memiliki potensi, juga
terdapat berbagai kendala yang dapat menurunkan produktivitas tanaman, yaitu
perubahan tinggi genangan air yang sering sangat besar dan mendadak serta
kecepatan tinggi genangan air lebih besar dari kecepatan tumbuh tanaman,
mengakibatkan bibit yang baru ditanam terendam air dan mati (Las, 2006).
Tanaman sayuran yang biasanya dibudidayakan dilahan rawa lebak yaitu
cabai, terong, tomat, mentimun, dan kacang panjang. Petani biasanya menanam
tanaman sayuran pada bulan Agustus di pematang sawah (Widuri et al., 2016) .
Beberapa petani ada yang menanam tanaman sayuran setelah menanam padi,
tetapi tidak begitu berhasil karena kekeringan, akan tetapi ada peluang untuk
budidaya tanaman sayuran pada saat musim banjir yaitu dengan model pertanian
terapung (Bernas et al., 2012).

Universitas Sriwijaya
1
2

Salah satu komoditas tanaman sayuran yang dapat dikembangkan yaitu tanaman
cabai. Keuntungan budidaya tanaman terapung yaitu tidak perlu dilakukan
penyiraman karena air selalu tersedia.
Cabai merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang sangat
tinggi, dan banyak dimanfaatkan penduduk Indonesia terutama sebagai bumbu
untuk memasak. Cabai juga dapat digunakan sebagai obat, dan bahan dasar untuk
membuat saus. Budidaya cabai biasanya dilakukan pada musim kemarau dilahan
rawa lebak . Sebelum ditanam di lapangan, tanaman cabai harus disemai terlebih
dahulu. Persemaian bertujuan untuk menyeleksi bibit tanaman yang sehat dan
bugar. Penanaman dilakukan pada saat bibit cabai berumur 4 minggu setelah
penyemaian. Pemeliharaan berupa pemupukan, pengairan, penyiangan dan
pengendalian penyakit (Humaerah, 2015). Danapriatna dan Emma (2011)
menyatakan bahwa pemupukan tanaman cabai menggunakan 50% pupuk organik
dan 50% pupuk anorganik dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang
diaplikasikan sesuai dengan dosis anjuran.
Panen tanaman cabai yaitu saat tanaman berumur 70-75 hari di dataran
rendah dan 4-5 bulan di dataran tinggi dengan interval panen 3-7 hari (Wardani
dan Jamhari, 2008). Menurut Syukur et al. (2010) umur panen tanaman cabai
bervariasi, sesuai dengan varietas cabai dan lokasi penanaman cabai, selain itu
hasil produksi tanaman cabai juga tergantung pada lahan yang digunakan serta
iklim. Produktivitas cabai di Sumatera Selatan pada tahun 2013 yaitu 2,51 ton ha-
1
, pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 0,02 ton ha-1, dan pada tahun
2015 juga mengalami penurunan sebesar 0,2 ton ha-1 (Badan Pusat Statistik dan
Direktorat Jenderal Hortikultura, 2017).
Tanaman cabai tidak tahan terendam ataupun tergenang, karena akan
mengakibatkan akar tanaman busuk, bunga menjadi rontok dan produksi menurun
(Soetiarso et al., 2006). Tanaman cabai yang tergenang selama kurun waktu
tertentu akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat serta menyebabkan
tanaman cepat mati, sehingga produksi akan menurun (Priadi dan Susilawati,
2014). Untuk itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan memberikan solusi
kepada petani untuk budidaya tanaman pada saat musim hujan di lahan rawa lebak
dengan sistem terapung yang ekonomis, mudah, dan bahannya mudah didapatkan

Universitas Sriwijaya
3

1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pertumbuhan dan
hasil tanaman cabai keriting (Capsicum annuum L.) pada sistem budidaya
terapung dengan kondisi bidang sentuh permukaan air yang berbeda.

1.3. Hipotesis
Diduga pertumbuhan dan hasil terbaik tanaman cabai diperoleh dari
perlakuan kondisi bidang sentuh permukaan permukaan air diberi karung goni.

1.4. Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah
1. Mengenalkan cara baru menanam tanaman sayuran kepada petani
sehingga dapat menjadi tambahan penghasilan.
2. Memberikan peluang kepada petani di lahan rawa agar tetap bisa
melakukan budidaya tanaman sayuran pada saat musim tergenang.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Lahan Rawa Lebak


Lahan rawa adalah lahan yang selalu tergenang atau jenuh air yang terjadi
dalam kurun waktu yang panjang dalam setahun (Putryanda, 2012). Lahan rawa
tersebar luas di Indonesia, yaitu di Sumatera, Kalimantan, Papua dan hanya
sebagian kecil di Sulawesi. Lahan rawa lebak memiliki luas adalah 33,41 juta ha
yang terbagi ke dalam lahan rawa lebak seluas 13,28 juta ha, dan lahan rawa
pasang surut 20,13 juta ha. Lahan rawa terbagi dalam 3 zona yaitu zona lahan
rawa pasang surut air payau atau asin, zona lahan rawa pasang surut air tawar dan
zona lahan rawa non-pasang surut atau lahan rawa lebak (Las, 2006).
Menurut Raihana dan Eddy (2006), definisi lahan rawa lebak yaitu daerah
yang berupa cekungan yang akan mengalami banjir apabila musim hujan, tidak
hanya disebabkan oleh hujan tetapi juga disebabkan oleh adanya limpasan air
sungai yang membawa lumpur dan material lainnya. Lahan rawa lebak terbagi
tiga yaitu lahan rawa lebak dangkal, lahan rawa lebak tengahan dan lahan rawa
lebak dalam. Djafar (2013) menjelaskan bahwa untuk menanam tanaman dilahan
rawa lebak, petani biasanya mengikuti musim yaitu pada akhir musim penghujan
tanaman yang dapat ditanaman yaitu tanaman padi dan palawija, daerah yang
tidak tergenang ditanami tanaman buah tahunan dan tanaman sayuran atau buahan
semusim biasanya ditanam di pematang sawah.
Pengembangan budidaya tanaman sayuran diluar musim tanam masih
mengalami beberapa kendala seperti cekaman genangan dan cekaman kekeringan
sehingga petani belum maksimal melakukan kegiatan budidayanya. Selain itu,
tingginya tingkat kehilangan hasil karena kendala lingkungan yang tidak bisa
diprediksi menjadikan kegiatan budidaya tanaman di lahan rawa menjadi terbatas.
(Helmi, 2015).
Cekaman kekeringan akan mengakibatkan rendahnya laju penyerapan air
oleh akar tanaman. Ketidakseimbangan antara penyerapan air oleh akar dan
kehilangan air akibat transipirasi membuat tanaman menjadi layu. Tanaman dapat
mengalami defisit air pada kondisi lingkungan tertentu. Defisit air berarti terjadi

Universitas Sriwijaya
4
penurunan gradien potensial air antara tanah, akar, dan daun, sehingga laju
transpor air dan hara menurun. Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor
yang akan mengurangi tingkat kecepatan pertumbuhan yang pada dasarnya dapat
menurunkan berat segar dan berat kering tanaman. (Moctava et al., 2013).
Cekaman genangan yaitu stres abiotik utama yang disebabkan karena
kelebihan air. Terdapat dua kondisi pada tanaman yang tergenang yang pertama
hanya akar tanaman yang tergenang dan yang kedua seluruh bagian tanaman
tergenang (Hatta, 2013). Genangan menyebabkan beberapa perubahan elektro-
kimia, antara lain penurunan potensial redoks, peningkatan pH tanah masam,
penurunan pH tanah alkalin, perubahan keseimbangan hara, reaksi pertukaran
kation dan anion, serta penyerapan dan pelepasan ion, menurunkan serapan N, P,
K, dan beberapa hara mikro. OIeh karena itu, tanaman yang tergenang
menunjukkan kiorosis seperti gejala kekahatan nitrogen yang diduga akibat
berkurangnya N tanah karena denitrifikasi atau pelindian (Sedyowati,2014).
Kadar air didalam tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Secara
umum kadar air kapasitas lapang didefinisikan sebagai kadar air tanah di lapang
pada saat air drainase sudah berhenti atau hampir berhenti mengalir karena adanya
gaya grafitasi setelah sebelumnya tanah tersebut mengalami jenuh sempurna
(Haridjaja et al., 2013). Titik layu sementara adalah kondisi saat akar tanaman
untuk sementara waktu tidak mampu menyerap air, sehingga tanaman mengalami
kelayuan sementara sedangkan titik layu permanen yaitu adalah kondisi saat akar
tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman
menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari
meskipun tanaman ditempatkan ke dalah ruangan yang jenuh uap air (Marta,
2012)

Universitas Sriwijaya
5
6

2.2.Cabai
Cabai termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) serta termasuk
kedalam tanaman perdu dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran
rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak digunakan oleh
masyarakat Indonesia untuk bumbu masakan, industri makanan dan obat,
sehingga tanaman cabai banyak diminati oleh masyarakat. Tanaman cabai
memberikan keuntungan yang besar apabila harga cabai naik, tetapi dalam
budidaya tanaman cabai juga terdapat berbagai kendala yang dihadapi petani yaitu
hama, penyakit sertamusim yang sulit di prediksi (Nurfalach, 2010).
Secara sistematika menurut Wiryanta (2002), tanaman cabai dapat di
klasifikasikan sebagai berikut:
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.
Menurut Harpenas dan Dermawan (2010), cabai adalah tanaman semusim
yang berbentuk perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman
cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini berfungsi antara
lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya
batang tanaman. Tanaman ini memiliki tinggi 50-150 cm dengan batang tegak.
Pola pertumbuhan vegetatifnya berupa percabangan dari batang utama dan tunas-
tunas lateral. Cabai memiliki daun tunggal berpetiol dengan helai daun berbentuk
oval atau kadang-kadang lonjong dan tepi daun rata. Bunga dan buah umumnya
tunggal pada setiap buku. Tangkai bunga tegak (erect) atau kadang-kadang
menggantung (pendant) (Arini et al., 2013).
Tanaman cabai memiliki tinggi 45-100 cm dengan batang yang berkayu,
bunga berupa bunga tunggal yang memiliki makhokta berwarna putih berbentuk
meyerupai bintang, dengan kelopak yang berbentuk seperti lonceng, bunga
muncul pada tiap cabang tanaman dengan posisi menggantung, buah memiliki
bentuk seperti tabung memanjang, buah tunggal pada tiap ruas, berwarna hijau

Universitas Sriwijaya
7

saat masih mentah dan merah ketika sudah matang, biji berwarna kuning pucat.
(Djarwaningsih, 2005).
Tanaman cabai dapat dibudayakan ditempat yang tinggi maupun rendah
dengan syarat tumbuh yaitu ketinggian tempat antara 0-1000 mdpl, tanah yang
baik untuk tanaman cabai yaitu tanah dengan pH 6-7 dan memiliki tekstur remah
serta subur dan banyak mengandung bahan organik (Wardani dan Jamhari, 2008).
Curah hujan yang cocok untuk tanaman cabai yaitu 600-1250 mm pertahun atau
50-105 mm perbulan, intensitas cahaya matahari yang baik untuk tanaman cabai
yaitu lebih dari 6-10 jam yaitu 60-75 % sehari (Zahroh, 2015)

2.3. Budidaya Tanaman Terapung


Satiapermas dan Sodiq (2008), menyatakan tanaman cabai yang ditanam
pada bulan Januari sampai dengan Februari dan Oktober sampai dengan
Desember menghasilkan panen diatas 80% atau kehilangan kurang dari 20%,
penerapan metode irigasi, mulsa dan tumpang sari memberikan hasil optimal yaitu
0,6 kg per tanaman. Menurut Priadi dan Susilawati (2014), berdasarkan karakter
agronomi, tanaman cabai tidak tahan terhadap genangan, dalam kurun waktu
tertentu tanaman cabai akan mati. Berdasarkan karakter fisiologi kandungan
klorofil yang diperoleh tanaman cabai meningkat seiring dengan peningkatan
umur tanaman saat tergenang, sedangkan N jaringan menurun.
Pada kondisi tergenang, serapan hara tanaman cabai berkurang yang
disebabkan oleh terhambatnya sintesis ATP, pengangkutan karbohidrat dari daun
ke akar masih berlangsung, tetapi pengangkutan ke ujung akar terhambat,
sehingga akar kekurangan energi untuk metabolisme. Kondisi inilah yang
menyebabkan tanaman sayuran tidak tahan terhadap cekaman tergenang, sehingga
pada musim hujan, petani di lahan rawa lebak tidak bisa bercocok tanam karena
tingginya permukaan air, terutama dilahan rawa lebak dalam. (Safrizal et al.,
2008).
Pertanian terapung memanfaatkan bahan-bahan yang bisa mengapung,
bisa dilihat pada penelitian Bernas et al. (2012), yang menggunakan bambu
sebagai media apung untuk menanam tanaman kangkung. Selain menggunakan

Universitas Sriwijaya
8

media bambu, bisa juga menggunakan media gelas dan botol air mineral bekas.
Menurut Syafrullah (2014), jenis rakit limbah gelas air mineral bekas memberikan
pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam, dan
penerapan teknologi budidaya tanaman bayam terapung pada lahan rawa yang
tergenang memberikan hasil yang sama bila dibandingkan dengan sistem
budidaya secara konvensional di lahan kering.
Berbeda dengan hasil penelitian Karya et al. (2015), yang menyatakan
bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman sawi menggukan rakit limbah botol
plastik ukuran 300 ml dan rakit limbah botol plastik 1500 ml memberikan hasil
lebih rendah dibandingkan dengan menggunkan rakit botol ukuran 600 ml. Hal ini
diduga disebabkan karena daya apung rakit limbah botol plastik ukuran 600 ml
lebih tinggi dari rakit limbah botol plastik ukuran 300 ml dan ketahanan fisiknya
yang tidak berpengaruh dengan air, tetapi ketersedian air untuk tanaman tersedia.

Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan Jakabaring (3º01’35,4”S 104º46’43,5”E),
Palembang, dan Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya Palembang yang dimulai pada bulan Oktober 2016 sampai Februari
2017.

3.2.Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rakit yang dirangkai dari
1).botol air mineral bekas ukuran 1500ml dan 600 ml sebagai pengapung, dengan
kerangka pipa PVC yang dirancang membentuk siklus tertutup sehingga berfungsi
ganda sekaligus juga sebagai pengapung. Rakit berbentuk empat persegi panjang
dengan ukuran 1m x 2m. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: 1) Benih cabai var CK 9856 , 2) Pupuk Kompos, 3) Pupuk NPK mutiara,
4). Sekam padi dan 5).Tanah.

3.3. Metode Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak
Lengkap ( RAL ), dengan 3 perlakuan kondisi bidang sentuh antara air-media
tanam dan 1 kontrol terdiri dari 6 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 2 tanaman.
Masing-masing perlakukan menggunakan 2 rakit, sehingga total jumlah rakit yang
digunakan berjumlah 6 rakit. Setiap rakit menampung 6 polibag atau 3 ulangan.
P0 : Kontrol
P1 : diberi karung goni
P2 : tanpa karung goni
P3 : dasar media tergenang 2-3 cm.

Universitas Sriwijaya
9
10

3.4. Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran dianalisis
menggunakan metode Analysis of Variance ( ANOVA ), jika hasil menunjukkan
perbedaan yang nyata maka akan diuji lanjut dengan BNJ 5%

3.5. Cara Kerja


3.5.1. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah, kompos, dan sekam
padi dengan perbandingan 1:1:1 berdasarkan volume yang dimasukkan ke dalam
polibag ukuran 5 kg. Untuk persemaian media tanam menggunakan tray yang
diisi dengan campuran tanah, kompos dan sekam padi dengan perbandingan 1:1:1
berdasarkan volume.

3.5.2. Penyemaian Benih


Sebelum melakukan persemaian, benih terlebih dahulu di didiamkan
dalam kain basah selama semalam sampai muncul radikula ( mentis ).Persemaian
dilakukan dengan memasukkan satu benih yang sudah muncul radikula kedalam
lubang tray. Benih yang digunakan adalah benih varietas CK 9856 yang
merupakan benih hibrida. Persemaian dilakukan selama 1 bulan.

3.5.3. Penanaman
Sebelum bibit di tanam, tanah di dalam polibag disiram terlebih dahulu.
Bibit cabai yang ditanam berumur 1 bulan setelah semai. Tiap polibeg hanya
ditanam satu bibit saja. Bibit yang ditanam kedalam polibag dipilih yang
tingginya seragam dan sehat, jika ada bibit yang sakit langsung di musnahkan.
Kemudian polibeg diletakkan diatas rakit terapung.

3.5.4. Pemeliharaan
Pemeliharaan terdiri dari penyulaman jika ada tanaman yang mati. Jika
diperlukan untuk menopang tegaknya batang, maka pada masing-masing polibeg
akan digunakan ajir. Pengajiran, ini bertujuan untuk menahan batang tanaman

Universitas Sriwijaya
11

cabai agar tidak rebah dan dilakukan pada 3 MST. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan saat tanaman terserang hama ataupun penyakit. Pemupukan
pertama dilakukan setelah tanaman berumur 1 MST, kemudian pemupukan
selanjutnya pada 4 MST dan 8 MST. Pupuk yang dipakai yaitu pupuk NPK
mutiara yang diberikan masing-masing 6 g/tanaman.

3.5.5. Panen
Panen dilakukan setelah tanaman berumur 9 MST, kriteria buah cabai siap
panen yaitu buah yang rata-rata telah berubah warna menjadi warna merah.

3.6. Peubah yang Diamati


3.6.1. Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan meteran.
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ke pucuk tertinggi dari
tanaman. Pengukuran tinggi tanaman ini dimulai sejak tanaman berumur 1 MST
dan diukur seminggu sekali.

3.6.2. Diameter kanopi


Pengukuran diameter kanopi tanaman dilakukan dengan menggunakan
meteran, pengukuran diameter ini dilakukan dengan mengukur jarak antara sisi
kanopi yang satu kesisi kanopi lainnya dengan melintasi titik tengah pangkal
batang. Kemudian diukur lagi dengan cara yang sama, tetapi dari arah tegak lurus
terhadap garis pengukuran yang pertama. Kedua hasil pengukuran ini dirata-rata
kan dan digunakan sebagai hasil pengukuran diameter kanopi tanaman. Diameter
kanopi diukur seminggu sekali dimulai pada 1 MST dan diukur seminggu sekali.

3.6.3. Jumlah Daun


Daun yang dihitung adalah semua daun yang sudah membuka.
Perhitungan jumlah daun dimulai setelah tanaman berumur 1 MST dan dihitung
seminggu sekali secara langsung pertanaman.

Universitas Sriwijaya
12

3.6.4. Umur Mulai Berbunga


Umur mulai berbunga tanaman dihitung mulai dari munculnya bunga
pertama untuk masing-masing individu tanaman.

3.6.5. Umur Mulai Berbuah


Perhitugan umur mulai berbuah tanaman dilakukan setelah buah pertama
muncul memiliki panjang minimal 1 cm pada tiap individu tanaman

3.6.6. Lama Periode Berbuah


Perhitungan lama periode berbuah dilakukan mulai dari pembentukan
buah pertama dengan ukuran minimal 1 cm sampai buah panen pada tiap individu
tanaman.

3.6.7. Jumlah Buah


Jumlah buah pertanaman dihitung total jumlah buah per tanaman
sepanjang periode berbuah. Buah yang dihitung adalah buah yang berukuran
minimal 1 cm. Perhitungan ini dilakukan 2 hari sekali dam dihitung secara
langsung.

3.6.8. Hasil
Hasil buah cabai dihitung dengan menggunakan timbangan. Hasil buah
cabai dihitung per tanaman untuk masing-masing perlakuan. Kriteria buah cabai
yang dipanen yaitu buah sudah merah sepenuhnya. Panen dilakukan mulai dari
buah pertama masak sampai buah terakhir .

3.6.9. Panjang Akar


Peubah panjang akar diukur menggunakan meteran, Sebelum diukur akar
tanaman dicuci terlebih dahulu sampai bersih lalu dikering Selanjutnya akar
tanaman dipisahkan dari bagian tajuk dengan cara dipotong menggunakan
gunting. Pengukuran panjang akar tanaman dimulai dari pangkal akar sampai
ujung akar terpanjang. Pengukuran panjang akar dilakukan pada akhir panen.

Universitas Sriwijaya
13

3.6.10. Berat Kering Akar


Akar tanaman yang sudah diukur panjangnya dimasukkan kedalam
amplop berwarna coklat dan diberi label sesuai dengan kode tanamannya,
selanjutnya di oven selama 24 jam dengan suhu 105ºC. Setelah dioven, akar
tanaman ditimbang dengan menggunakan neraca analitik untuk mendapatkan nilai
berat kering akarnya. Perhitungan berat kering dilakukan di akhir panen

3.6.11. Berat Kering Tajuk


Tajuk tanaman mencakup batang, daun, bunga dan buah. Bagian-bagian
tajuk tanaman dipisahkan dan dimasukkan ke dalam amplop yang berbeda, untuk
bagian batang digunting terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam amplop
kemudian diberi label sesuai dengan kode tanaman nya. Selanjutnya di oven
selama 24 jam dengan suhu 105ºC. Setelah dioven, bagian tajuk tanaman
ditimbang dengan menggunakan neraca analitik untuk mendapatkan nilai berat
kering tajuknya. Perhitungan berat kering tajuk dilakukan di akhir panen.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman
cabai keriting (Capsicum annuum L.) pada sistem budidaya terapung dengan
kondisi bidang sentuh permukaan air yang berbeda berbengaruh nyata terhadap
peubah tinggi tanaman, diameter kanopi, umur mulai berbuah, jumlah buah, hasil,
panjang akar dan berat kering tajuk. Sedangkan untuk peubah jumlah daun, umur
mulai berbunga, dan berat kering akar berpengaruh tidak nyata ( Tabel 4.1.).

Tabel 4.1.Hasil anailis keragaman peubah yang di amati


No Parameter F Hitung Perlakuan KK (%)
1 Tinggi Tanaman (cm) 9,73** 5,81
2 Diameter Kanopi (cm) 4,61* 8,14
tn
3 Jumlah Daun (helai) 1,78 28,24
tn
4 Umur Mulai Berbunga (hst) 0,61 7,47
5 Umur Mulai Berbuah (hst) 3,66* 5,81
6 Lama Periode Berbuah (hari) 3,32* 4,08
7 Jumlah Buah (buah) 4,44* 21,77
8 Hasil (gram) 16,70** 32,79
9 Panjang Akar (cm) 12,40** 11,03
tn
10 Berat Kering Akar (gram) 0,68 34,60
11 Berat Kering Tajuk (gram) 4,41* 14,62
Keterangan: * : berpengaruh nyata
** : berpengaruh sangat nyata
tn : berpengaruh tidak nyata
KK : Koefisian Keragaman

Universitas Sriwijaya
14
15

4.1.1. Tinggi Tanaman (cm)


Hasil anailis keragaman menunjukkan bahwa penanaman tanaman cabai
diatas rakit terapung berpengaruh sangat nyata terhadap peubah tinggi tanaman.
Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.2.) menunjukkan bahwa perlakuan P1 berbeda sangat
nyata terhadap perlakuan P0, P2 dan P3.

Tabel 4.2. Uji BNJ 5% terhadap peubah tinggi tanaman


Perlakuan Rata-rata tinggi tanaman (cm) BNJ 0,05 = 1,69
P0 40,40 a
P1 47,74 d
P2 45,81 c
P3 42,61 b
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
taraf uji BNJ 5%.

4.1.2. Diameter Kanopi (cm)


Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penanaman tanaman cabai
diatas rakit terapung berpengaruh nyata terhadap peubah diameter kanopi. Hasil
uji BNJ 5% (Tabel 4.3.) menunjukkan bahwa perlakuan P1 berpengaruh nyata
terhadap perlakuan P0, P2, dan P3.

Tabel 4.3. Uji BNJ 5% terhadap peubah diameter kanopi


Perlakuan Rata-rata diameter kanopi (cm) BNJ 0,05= 2,37
P0 40,36 a
P1 48,06 c
P2 44,24 b
P3 43,80 b
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak bebeda nyata pada
taraf uji BNJ 5%.

Universitas Sriwijaya
16

4.1.3. Jumlah Daun (helai)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman tanaman cabai
menggunakan rakit terapung berpengaruh tidak nyata terhadap peubah jumlah
daun. Hasil rata-rata dan standar deviasi (Gambar 4.1.) menunjukkan bahwa
keragaman tertinggi pada perlakuan P2 yaitu 113,67 dan keragaman terendah pada
perlakuan P1 yaitu 40,41.
Jumlah daun (helai) 600.0
500.0
388.56
400.0
252.85 271.07 261.22
300.0
200.0
100.0
0.0
P0 P1 P2 P3
P0 P1 P2 P3
Perlakuan

Gambar 4.1. Pengaruh perbedaan kondisi bidang sentuh terhadap peubah jumlah daun.

4.1.4. Umur Mulai Berbunga (hst)


Hasil penelitian tentang penanaman tanaman cabai dengan rakit apung
berpengaruh tidak nyata terhadap peubah umur berbunga. Hasil rata-rata dan
standar deviasi (Gambar 4.2.) menunjukkan keragaman tertinggi pada perlakuan
P2 yaitu 3,56 dan keragaman terendah pada perlakuan P3 1,10.
40.0
Umur Mulai Berbunga (hst)

31.80
29.20
30.0 26.80 26.80

20.0

10.0

0.0
P0 P1 P2
P0 P1 P2 PP3
3
Perlakuan

Gambar 4.2. Pengaruh perbedaan kondisi bidang sentuh terhadap peubah umur mulai
berbunga.

Universitas Sriwijaya
17

4.1.5. Umur Mulai Berbuah (hst)


Hasil penelitian tentang penanaman tanaman cabai dengan rakit apung
berpengaruh sangat nyata terhadap peubah umur mulai berbuah. Hasil uji BNJ 5%
(Tabel 4.4.) menunjukkan perlakuan P0 berpengaruh sangat nyata terhadap
perlakuan P1, P2 dan P3.

Tabel 4.4. Uji BNJ 5% terhadap peubah umur mulai berbuah


Perlakuan Rata-rata umur mulai berbuah (hst) BNJ 0,05 = 1,56

P0 35,00 c
P1 33,00 b
P2 33,40 b
P3 31,00 a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak bebeda nyata pada
taraf uji BNJ 5%

4.1.6. Lama Periode Berbuah (hari)


Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penanaman tanaman cabai
diatas rakit terapung berpengaruh nyata terhadap peubah lama periode berbuah.
Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.5.) menunjukkan bahwa perlakuan P3 berpengaruh
nyata terhadap perlakuan P0, P1 dan P2.

Tabel 4.5. Uji BNJ 5% terhadap peubah lama periode berbuah


Perlakuan Rata-rata lama periode berbuah (hari) BNJ 0,05 = 1,63
P0 52,00 b
P1 51,80 b
P2 49,60 a
P3 53,80 c
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak bebeda nyata pada
taraf uji BNJ 5%.

Universitas Sriwijaya
18

4.1.7. Jumlah Buah (buah)


Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penanaman tanaman cabai
diatas rakit terapung berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah buah kumulatif.
Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.6.) menunjukkan bahwa perlakuan P1 berpengaruh
nyata terhadap perlakuan P0, dan P3 tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan
P2.

Tabel 4.6. Uji BNJ 5% terhadap peubah jumlah buah


Perlakuan Rata-rata jumlah buah >1 cm (buah) BNJ 0,05 = 10,12
P0 42,86 a
P1 65,27 c
P2 68,58 c
P3 53,09 b
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
taraf uji BNJ 5%.

4.1.8. Hasil (gram)


Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penanaman tanaman cabai
diatas rakit terapung berpengaruh sangat nyata terhadap peubah hasil panen. Hasil
uji BNJ 5% (Tabel 4.7.) menunjukkan bahwa perlakuan P2 berpengaruh sangat
nyata terhadap perlakuan P0, P1 dan P3.

Tabel 4.7. Uji BNJ 5% terhadap peubah hasil

Perlakuan Rata-rata Hasil (gram) BNJ 0,05= 31,85


P0 110.22 a
P1 195.72 b
P2 334.10 c
P3 165.08 b
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
taraf uji BNJ 5%.

Universitas Sriwijaya
19

4.1.9. Panjang Akar (cm)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman tanaman cabai
menggunakan rakit terapung berpengaruh sangat berbeda nyata pada peubah
panjang akar. Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.8.) menunjukkan perlakuan P0
berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan P1,P2 dan P3.

Tabel 4.8. Uji BNJ 5% terhadap peubah panjang akar


Perlakuan Panjang akar fase akhir panen (gram) BNJ 0,05 = 5,64
P0 44,73 b
P1 27,93 a
P2 33,40 a
P3 29,43 a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
taraf uji BNJ 5%.

4.1.10. Berat Kering Akar (gram)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman tanaman cabai
menggunakan rakit terapung berpengaruh tidak nyata terhadap peubah berat
kering akar Hasil rata-rata dan standar deviasi (Gambar 4.4.) menunjukkan bahwa
keragaman tertinggi pada perlakuan P1 yaitu 8,04 dan keragaman terendah pada
perlakuan P0 yaitu 2,37.

30.0
Berat Kering Akar (gram)

25.0
19.26
20.0 16.73 15.65
15.0 12.86
10.0
5.0
0.0
PP0
0
P1
P 1
P2
P2 PP3
3
Perlakuan

Gambar 4.3. Perbandingan rata-rata perlakuan terhadap peubah berat kering akar.

Universitas Sriwijaya
20

4.1.11. Berat Kering Tajuk (gram)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman tanaman cabai
menggunakan rakit terapung berpengaruh nyata terhadap peubah berat kering
akar. Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.9.) menunjukkan perlakuan P1 berbeda nyata
terhadap perlakuan P0 dan P3, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan
P2.

Tabel 4.9. Uji BNJ 5% terhadap peubah berat kering tajuk

Perlakuan Rata-rata berat kering tajuk (gram) BNJ 0,05 =15,58


P0 62,27 a
P1 80,30 b
P2 82,26 b
P3 57,57 a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
taraf uji BNJ 5%.

Universitas Sriwijaya
21

4.2. Pembahasan
Penelitian perbedaan kondisi bidang sentuh permukaan air yang berbeda
menggunakan 4 perlakuan yaitu budidaya secara konvensional sebagai kontrol
(P0) dan budidaya terapung ada 3 yaitu diberi karung goni (P1), tanpa karung goni
(P2) dan dasar media tergenang 2-3 cm (P3). Perlakuan diberi karung goni antara
permukaan air dan dasar media tanam sebagai sumbu yang digunakan untuk
menyerap air, perlakuan tanpa karung goni yaitu antara permukaan air dan dasar
media tanam bersentuhan langsung tanpa adanya karung goni dan dasar media
tergenang 2-3 cm yaitu dasar media tanam diatas rakit terapung tergenang air 2-3
cm
Penelitian perbedaan kondisi bidang sentuh permukaan air yang berbeda
dari perlakuan kontrol, dengan goni, tanpa goni dan tergenang 2-3 cm
memberikan pertumbuhan dan hasil panen yang berbeda, untuk pertumbuhan
tanaman terbaik yaitu pada perlakuan dengan goni dan untuk hasil panen terbaik
pada perlakuan tanpa goni, hal ini dikarenakan saat buah cabai masih hijau banyak
terserang penyakit busuk buah sehingga buahnya rontok dan hasil panen
berkurang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman tanaman cabai diatas
rakit terapung memberikan hasil lebih baik dari pada budidaya tanaman secara
konvensional, hal ini ditunjukkan oleh hasil panen buah cabai. Hasil panen
terendah didapatkan pada perlakuan kontrol dan hasil panen tertinggi didapatkan
pada perlakuan tanpa goni. Selain itu, budidaya tanaman secara terapung juga
memberikan keuntungan yaitu tidak perlu disiram karena air diserap langsung
oleh akar tanaman dari bawah media tanam.
Air sangat berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, yaitu sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat tersedia bagi tanaman
yang digunakan untuk berfotosintesis. Kekurangan air pada tanaman
menyebabkan perubahan kondisi fisik seperti daun layu, bunga gugur dan apabila
terjadi secara terus menerus akan menyebabkan hasil menurun dan tanaman bisa
mati, kelebihan air pada tanaman akan menunjukkan kondisi fisik seperti daun
layu, daun menguning kemudian rontok, bunga rontok dan apabila terjadi secara
terus menerus akan menyebabkan hasil menurun dan tanaman mati. Menurut

Universitas Sriwijaya
22

Hendriyani dan Nintya (2009) air berperan penting sebagai pelarut unsur hara
didalam tanah sehingga hara dapat dengan mudah diserap akar sebagai makanan
yang kemudian diangkut kebagian tanaman melalui pembulu xilem serta air juga
berperan dalam melarutkan glukosa sebagai hasil fotosintesis yang kemudian
diangkut keseluruh tubuh melalui pembulu floem untuk digunakan dalam proses
pertumbuhannya.
Hasil penelitian pertumbuhan dan hasil tanaman cabai dengan perbedaan
kondisi bidang sentuh permukaan air yang berbeda pada sistem budidaya terapung
seperti pada tabel 4.1. Pertumbuhan merupakan proses pemanjangan dan
pembelahan sel yang ditunjukkan dengan adanya pertambahan tinggi, volume,
berat, perkembangan yaitu ditunjukkan dengan terbentuknya organ
perkembangbiakan seperti munculnya bunga dan buah. Perlakuan perbedaan
kondisi bidang sentuh berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman (Tabel
4.2.). Pertumbuhan tanaman membutuhnkan air sebagai pelarut unsur hara agar
dapat tersedia bagi tanaman dan mudah untuk diserap. Diduga tanaman
mendapatkan ketersediaan air yang cukup sehingga pertumbuhan tinggi tanaman
lebih baik. Hal ini sejalan dengan Noorhadi dan Surdadi (2003) yang menyatakan
air merupakan salah satu unsur yang dibutuhkan tanaman untuk perluasan sel
yang akan mempengaruhi kerja auksin yang berfungsi dalam pemanjangan sel
sehingga akan menambah tinggi tanaman.
Perlakuan kondisi bidang sentuh permukaan air yang berbeda pada sistem
budidaya terapung berpengaruh tidak nyata terhadap peubah jumlah daun
(Gambar 4.1). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan tidak mempengaruhi jumlah
daun pada tanaman. Daun berperan penting dalam proses fotosintesis yang
menghasilkan energi untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
dalam proses fotosintesis dibutuhkan ketersediaan air untuk melarutkan hara
didalam tanah sehingga tersedia dan mudah diserap oleh tanaman. Menurut
Fahrudin (2009) daun memiliki klorofil yang diperlukan untuk melakukan proses
fotosintesis serta sebagai tempat berlangsungnya proses tersebut, sehingga
semakin banyak jumlah daun maka tempat untuk melakukan proses fotosintesis
lebih banyak.

Universitas Sriwijaya
23

Peubah diameter kanopi (Tabel 4.3) menunjukkan pengaruh nyata pada


taraf uji BNJ 5%. Tanaman yang memiliki diameter kanopi lebar menunjukkan
bahwa tanaman tersebut mendapatkan air dan hara yang cukup sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi baik. Air dibutuhkan tanaman sebagai pelarut
unsur hara sehingga tersedia bagi tanaman yang digunakan dalam proses
fotosintesis yang menghasilkan energi untuk digunakan dalam proses
pertumbuhan tanaman. Hal ini sejalan dengan penelitian Mahdiannoor (2011)
pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan
dalam jumlah yang cukup yang digunakan dalam proses fotosintesis.
Bunga adalah ciri tanaman telah mengakhiri fase vegetatif dan memasuki
fase genaratif. Saat memasuki fase generatif, hasil fotosintesis akan lebih banyak
digunakan untuk proses pembungaan dan pembuahan dibandingkan dengan
pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun. Peubah umur mulai berbunga
(Gambar 4.2.) berpengaruh tidak nyata. Cepat atau lambatnya waktu berbunga
dapat dikaitkan dengan kecukupan air pada tanaman. Penelitian Arsyadmunir
(2016) Dalam proses pembungaan sangat diperlukan kecukupan air karena air
berperan penting dalam mempercepat proses pembungaan.
Umur mulai berbuah (Tabel 4.4.) dan lama periode berbuah (Tabel 4.5)
menunjukkan pengaruh nyata. Umur mulai berbuah yaitu umur tanaman saat
pertama kali berbuah. Pembentukan buah pada suatu tanaman memerlukan energi
yang dihasilkan dari proses fotosintesis, dalam proses ini memerlukan air yang
cukup. Hal ini sejalan dengan penelitian Desmarina (2009) kekurangan air
menghambat proses pembentukan buah yang disebabkan oleh penurunan laju
translokasi fotosintesis ke bagian organ pemupukan.
Perbedaan kondisi bidang sentuh permukaan air yang berbeda pada sistem
budidaya terapung berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah buah (Tabel 4.6.)
dan hasil panen (Tabel 4.7.) Tingginya hasil panen di pengaruhi oleh jumlah buah
yang dihasilkan tanaman, jumlah buah juga dipengaruhi baik atau tidaknya
pertumbuhan tanaman. Tanaman membutuhkan air yang optimal yang digunakan
dalam proses pertumbuhan, kelebihan atau kekurangan air akan menyebabkan
hasil fotosintesis menurun dan tanaman mengalami stress yang ditunjukkan
dengan daun mulai layu dan menguning, sehingga proses fotosintesis terhambat.

Universitas Sriwijaya
24

Hal ini menyebabkan hasil fotosintesis menurun sehingga buah sedikit dan hasil
menurun. Mapegau (2006) tanaman yang mengalami cekaman tergenang akan
menyebabkan penurunan jumlah fotosintat tersedia dan menyebabkan
distribusinya ke bagian buah menurun sehingga hasil juga menurun.
Berat kering tajuk mencakup bagian tanaman yang berada ditajuk yaitu
batang, daun, bunga dan buah. Peubah berat kering tajuk berpengaruh nyata pada
taraf uji BNJ 5% (Tabel 4.9.). Kekurangan air menyebabkan tanaman menyerap
air dalam jumlah sedikit, akibatnya sel pada jaringan tajuk kehilangan turgor yang
berdampak pada rendahnya nilai bobot tajuk tanaman cabai, kerusakan struktur
akar dan fungsi akar akan menyebabkan berkurangnya kemampuan akar
menyerap hara dan air yang tersedia dalam tanah sehingga translokasi hara dan air
ke bagian tajuk berkurang. Hal ini sesuai dengan penelitian kedelai oleh Rozari
dan Mir’atul (1995) bahwa pemberian air 90% tersedia dapat meningkatkan berat
kering tanaman dibandingan dengan pemberian air 50% kapasitas lapang.
Perlakuan kondisi bidang sentuh permukaan air yang berbeda
berpengaruh tidak nyata pada peubah berat kering akar (Gambar 4.3.), tetapi
berpengaruh nyata pada peubah panjang akar (Tabel 4.8). Tanaman yang
mengalami kekurangan air akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk
mengurangi stress dengan cara memanjangkan akar kedalam tanah untuk mencari
air yang cukup sebagai pemenuhan kebutuhan hidupnya. Hal ini sejalan dengan
penelitian Djazuli (2010) yang menyatakan bahwa untuk menghindari cekaman
kekeringan tanaman memiliki mekanisme morfo-fisioligis yaitu kemampuan
tanaman memanjangkan akarnya untuk mencari sumber air jauh dari permukaan
tanah pada saat terjadi cekaman kekeringan di areal dekat permukaan tanah.
Tanaman yang fokus memanjangkan akar untuk mencari sumber akan
menyebabkan pertumbuhan akar hanya memanjang menuju sumber air sehingga
akarnya sedikit, hal ini menyebabkab berat kering akar juga akan rendah. Hasil
penelitian Ai dan Patricia (2013) menyebutkan bahwa kekurangan air dapat
menurunkan berat kering akar tanaman.
Hasil panen tanaman cabai tertinggi didapatkan pada perlakuan tanpa goni
sedangkan yang memberikan hasil pertumbuhan terbaik yaitu perlakuan dengan
goni. Selama penelitian tanaman banyak terserang penyakit seperti virus kuning

Universitas Sriwijaya
25

(Gemini virus) yang menyebabkan daun menguning, bunga menjadi kerdil


akibatnya banyak bunga yang tidak menjadi buah dan juga menyebabkan buah
menjadi kerdil, virus motel (Cucumber Mosaic Virus (CMV) menyebabkan daun
keriting dan kecil , bunga kerdil sehingga menyebabkan banyak bunga yang tidak
menjadi buah. Busuk buah disebabkan oleh lalat buah (Bactrocera dorsalis),
penyakit busuk buah menyebabkan buah cabai yang masih hijau membusuk,
rontok sebelum siap dipanen dan didalam buah cabai yang busuk terdapat larva
lalat buah. Diduga hal ini yang mempengaruhi hasil panen tanaman cabai. Hama
dan penyakit pada tanaman cabai sangat mempengaruhi hasil panen cabai
terutama saat musim hujan (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2014)
Selama penelitian hama yang menyerang antara lain kutu daun (Myzus
persicae), lalat buah (Bactrocera dorsalis), dan peyakit yaitu virus kuning (gemini
virus) menyebabkan daun tanaman menguning, bunga rontok, dan buah kerdil,
virus mosaik (Cucumber Mosaic Virus (CMV) menyebabkan daun keriting, bunga
tidak muncul dan batang kerdil, antraknosa (Colletotrichum capsici) menyerang
buah cabai menyebabkan buah busuk dan rontok, layu fusarium (Fusarium sp)
menyebabkan batang tanaman patah dan akhirnya mati. Selain hama dan penyakit,
juga terdapat serangga predator yaitu kumbang koksi (Coccinella septempunctata)
, dan belalang sembah (Stagmomantis carolina).

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
(Capsicum annuum L) pada sistem budidaya terapung dengan kondisi bidang
sentuh permukaan air yang berbeda dapat disimpulkan bahwa
1. Perlakuan yang memberikan hasil panen terbaik yaitu tanpa goni (P2) dan
yang memberikan hasil pertumbuhan terbaik yaitu dengan goni (P1).
2. Perlakuan dengan karung goni (P1) memberikan hasil terbaik pada
pertumbuhan yang ditunjukkan pada peubah tinggi tanaman, diameter
kanopi, dan jumlah daun sedangkan untuk hasil panen menunjukkan hasil
terbaik dibandingkan dengan perlakuan kontrol (P0) dan perlakuan dasar
media tergenang 2-3 tergenang (P3) tetapi lebih rendah dibandingkan
dengan perlakuan tanpa goni (P2).
3. Hama dan penyakit banyak menyerang tanaman yang tergenang .
4. Keuntungan budidaya terapung yaitu tidak perlu disiram karena air diserap
langsung oleh akar tanaman dari bawah media tanam.

5.2. Saran
Disarankan jika ingin melakukan budidaya tanaman cabai dilahan rawa
lebak yang tergenang menggukan rakit terapung tanpa karung goni untuk
mendapatkan hasil cabai terbaik dan juga lebih ekonomis.

Universitas Sriwijaya
26
DAFTAR PUSTAKA

Ai NS dan Patricia T. 2013. Karakter Morfologi Akar Sebagai Indikator


Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Bioslogos. 3(1) : 32-39.

Arini LDD., Suranto., dan Edwi M. 2013. Studi Morfologi dan Anatomi pada
Tanaman Capsicum annuum L. Terinfeksi Virus di Daerah Eks
Karesidenan Surakarta. El-vivo. 1(1): 32-41

Arsyadmunir A. 2016. Periode Kritis Kekeringan pada Pertumbuhan dan Produksi


Kacang Hijau (Vigna radiata L). Jurnal Agrovigor. 9(2):132-140.

Arsyad DM., Busyra BS., dan Enrizal. 2014. Pengembangan inovasi pertanian di
lahan rawa pasang surut mendukung kedaulatan pangan. Jurnal
Pengembangan Inovasi Pertanian. 7 ( 4 ) : 170-172.

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura. 2017. Produktivitas


Cabai Besar. http://www.pertanian.go.id/ap_pages/mod/datahorti. Diakses
pada tanggal 26 Mei 2017.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2014. Hama dan Penyakit Pada Tanaman
Cabai Serta Pengendaliannya. BPTP, Jambi.

Bernas SM., Alamsyah P., Siti NAF., dan Edi K. 2012. Model pertanian terapung
dari bambu untuk budidaya kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.) di
lahan rawa. Jurnal Lahan Suboptimal. 1 ( 2 ): 178-185.

Danapriatna N dan Emma AH. 2011. Pengaruh pupuk organik sampah kota dan
Gliocladium sp. terhadap pertumbuhan dan hasil cabai (Capsicum annum
L.) pada ultisol asal bekasi. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan
Wilayah. 2 (2): 17-21.

Desmarina R. 2009. Respon Tanaman Tomat Terhadap Frekuensi dan Taraf


Pemberian Air. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Djafar ZR. 2013. Kegiatan Agronomis untuk Meningkatkan Potensi Lahan Lebak
menjadi Sumber Pangan. Jurnal Lahan Suboptimal. 2 (1): 58-67.

Universitas Sriwijaya
27
28

Djarwaningsih T. 2005. Capsicum spp. (Cabai) Asal, Persebaran dan Nilai


Ekonomi. Biodoversitas. 6 (4): 292-296

Djazuli M. 2010. Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan dan


Beberapa Karakter Morfo-Fisiologis Tanaman Nilam. Bul. Littro. 21(1): 8-
17
Fahrudin F. 2009. Budidaya Caisim (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak
The dan Pupuk Kascing. Skripsi . Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.

Haridjaja O., Baskoro DPT., dan Setianingsih M. 2013. Perbedaan Nilai Kadar
Air Kapasitas Lapang Berdasarkan Metode Alhricks, Drainase Bebas, dan
Pressure Plate pada Berbagai Tekstur Tanah dan Hubungannya dengan
Pertumbuhan Bunga Matahari (Helianthus annus L.). Jurnal Tanah
Lingkungan. 15(2) : 52-59.

Harpenas A dan R Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. PT Niaga


Swadaya. 106 Hal.

Hatta M. 2013. Respons Tanaman terhadap Penggenangan.


https://emhatta.wordpress.com/2013/04/20/respons-tanaman-terhadap-
penggenangan/. (Diakses pada tanggal 12 Agustus 2017).

Hendriyani IS dan Nintya S. 2009. Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan Kacang


Panjang ( Vigna sinensis ) pada Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda. J.
Sains dan Mat. 17(3): 145-150.

Helmi. 2015. Peningkatan Produktivitas Padi Lahan Rawa Lebak Melalui


Penggunaan Varietas Unggul Padi Rawa. Jurnal Pertanian Tropik. 2(2):
78-92.

Humaerah AD. 2015. Budidaya tanaman cabai keriting (Capsicum annuum l.)
pada berbagai wadah tanam dengan pupuk anorganik dan organik. Jurnal
Ilmiah Ilmu Biologi. 1 (2): 71-72.

Karya B., Heniyati H., dan Erni H. 2015. Pengaruh Jenis Rakit Limbah Botol
Plastik dan Jenis Pupuk Organik Padat Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Sawi (Brassica oleracea L. Var. alboglabra Bailey) di
Lahan Rawa Lebak yang Tergenang. 10(2): 108-110.

Las I. 2006. Karakteristik dan pengelolaan lahan. Balai Besar penelitian dan
pengembangan lahan pertanian. Bogor.

Mahdiannooor. 2011. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabe Besar


(Capsicum annum L.) terhadap Pemberian Arang Sekam Padi dan Dosis
Pupuk Kandang Kotoran Itik di Lahan Rawa Lebak. Jurnal Agroscientiae.
18(3) : 164-171.

Universitas Sriwijaya
29

Mapegau. 2006. Pengaruh Cekaman Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil


Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr). Jurnal Ilmiah Pertanian
Kultura. 41(1) : 43-51.

Marta AP. 2012. Kapasita Lapang (field capacity), Titik Layu Sementara, Titik
Layu Permanen (Permanent Wilting Point), Air Higroskopis, Air
Gravitasi, Hubungan Air dengan Metabolisme Tumbuhan, Pengaruh
Kekurangan dan Kelebihan Air.
https://prayudimarta.wordpress.com/2012/06/15/1-kapasita-lapang-field-
capacitytitik-layu-sementaratitik-layu-permanen-tepipermanent-wilting-
pointair-higroskopisair-gravitasihubungan-air-dengan-metabolisme-
tumbuhanpengaruh-kekurangan/. (Diakes pada tanggal 13 Agustus 2017).

Moctava MA., Koesriharti dan Moch DM. 2013. Respon tiga varietas sawi
(Brassica rapa L.) terhadap cekaman air. Jurnal Produksi Tanaman. 1(2) :
90-98.

Noorhadi dan Sudadi. 2003. Kajian Pemberian Air dan Mulsa Terhadap Iklim
Mikro pada Tanaman Cabai di Tanah Ultiso. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan. 4(1): 41-49.

Nurfalach DS. 2010. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) Di
Uptd Perbibitan Tanaman Hortikultura Desa Pakopen Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang, Skripsi . Fakultas Pertanian. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.

Priadi DP dan Susilawati. 2014. Hubungan karakter agronomi dan fisiologi


sepuluh varietas cabai merah akibat perbedaan waktu genangan. Prosiding
Seminar Nasional Lahan Suboptimal, di Universitas Sriwijaya 26-27
September 2014, Herlinda S (Eds) Palembang. 434-441

Putryanda Y. 2012. Karakteristik Tipe Luapan Air Lahan Rawa Pasang Surut di
Kota Banjarmasin, Kabupaten Baritokuala dan Kabupaten Banjar. Badan
Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan,
Banjarmasin.

Raihana Y dan Eddy W. 2006. Pemberian Mulsa Terhadap Tujuh Varietas


Kacang Hijau dan Keharaan Tanah di Lahan Lebak Tengahan. Bul. Agron.
34(3) :148 – 152.

Rozari MBD dan Mir’atul M. 1995. Pengaruh Ketersediaan air dan Pemupukan
Kalium Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai. Jurnal Agromet. 11(1
dan 2 ) : : 72-79

Safrizal., Edi S., dan Bakhtiar. 2008. Pengaruh Penggenangan Terhadap


Pertumbuhan Vegetatif Cabai. J. Floratek 3: 61 – 67.

Universitas Sriwijaya
30

Satiapermas MN dan Sodiq J. 2008. Penerapan Irigasi Mikro, Tumpangsari dan


Mulsa untuk Mengantisipasi Kehilangan Hasil Cabai Merah pada
Penanaman di Musim Kemarau. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Semarang.

Sedyowati YT. 2014. Pengaruh Cekaman Genangan Terhadap Kedelai.


http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/8931/pengaruh-
cekaman-genangan-terhadap-kedelai. (Diakses pada tanggal 12 Agustus
2017).

Soetiarso T.A., M. Ameriana L., Prabaningrum., dan N. Sumarni. 2006.


Pertumbuhan, hasil, dan kelayakan finansial penggunaan mulsa dan pupuk
buatan pada usahatani cabai merah di luar musim. Jurnal Hortikultura. 16
(1) : 63-65.

Suriadikarta DA dan Mas TS. 2007. Jenis-jenis lahan berpotensi untuk


pengembangan pertanian di lahan rawa. Jurnal Litbang Pertanian. 26
(3) : 117-118

Syafrullah. 2014. Sistem Pertanian Terapung dari Limbah Plastik pada Budidaya
Bayam ( Amaranthus tricolor L ) di Lahan Rawa Lebak. 9 (2): 80-83.

Syukur M., Sriani S., Rahmi Y., dan Darmawan AK. 2010. Evaluasi Daya Hasil
Cabai Hibrida dan Daya Adaptasinya di Empat Lokasi dalam Dua Tahun.
Jurnal Agronomi Indonesia. 38(1): 43-51.

Wardani N dan Jamhari HP. 2008. Teknologi budidaya cabai merah. Balai Besar
Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Lampung.

Widuri LI., Lindi L., Kartika K., Erna S., dan Mei M. 2016. Identifikasi
Kebutuhan Petani dan Permasalahan Budidaya Sayuran di Lahan Rawa
Lebak Menggunakan Grounded Theory. Prosiding Seminar Nasional
Lahan Suboptimal, di Universitas Sriwijaya 20-21 Oktober 2016, Herlinda
S (Eds). Palembang. 547-554.

Wiryanta BTW. 2002. Bertanam Cabai pada Musim Hujan. AgroMedia Pustaka.
Jakarta. 91 Hal.

Zahroh F. 2015. Perbandingan Variasi Konsentrasi Pupuk Organik Cair Dari


Limbah Ikan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah (Capsicum
annum L.) Skripsi . Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas
Islam Negeri Walisongo. Semarang.

Universitas Sriwijaya
31

Lampiran 1. Denah Penelitian

Kolam 1

P3 P2 P1
U1.1 U1.2 U1.1 U1.2 U1.1 U1.2
P0
U1.1 U1.2 U2.1 U2.2 U2.1 U2.2 U2.1 U2.2

U2.1 U2.2 U3.1 U3.2 U3.1 U3.2 U3.1 U3.2

U3.1 U3.2

U4.1 U4.2

Kolam 2
U5.1 U5.2
P1 P2 P3
U6.1 U6.2
U4.1 U4.2 U4.1 U4.2 U4.1 U4.2

U5.1 U5.2 U5.1 U5.2 U5.1 U5.2

U6.1 U6.2 U6.1 U6.2 U6.1 U6.2

Keterangan : P0 : Kontrol
P1 : Dengan karung goni
P2 : Tanpa karung goni
P3 : Dasar media tergenang 2-3 cm

Universitas Sriwijaya
32

Lampiran 2. Analisis data


Analisis data tinggi tanaman cabai
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rerata
1 2 3 4 5 6

P0 38,52 40,58 36,76 41,55 43,47 41,54 242,41 40,40


P1 49,39 47,87 49,95 45,15 48,83 45,23 286,43 47,74
P2 44,09 44,44 48,71 46,27 47,08 44,29 274,87 45,81
P3 4531 47,43 38,85 39,67 39,97 44,44 255,66 42,61
Jumlah 177,31 180,32 174,27 172,63 179,34 175,50 1059,37 44,14

Faktor Koreksi = Jumlah Total 2


Ulangan (r) x Perlakuan (t)
= 1059,372
6x4
= 46761,23
Jumlah Kuadrat Total = (38,522 + 40,582+ ... + 44,442) - 46761,23= 324,05
Jumlah Kuadrat Perlakuan =(242,412 +286,432 +274,872 +255,662) – 4676,23
= 192,33
Jumlah Kuadrat Galat = 324,05- 192,33 = 131,72

Tabel anova
F TABEL
SK DB JK KT F HIT
5% 1%
Perlakuan 3 192,33 64,11 9,73 3,10 4,94
Galat 20 131,72 6,59
Total 23 324,05

DB Pelakuan = 4-1 =3
DB Galat = ((4 x 6) - 1) - (4 - 1) = 20
DB Total = (4 x 6) – 1 = 23
KT Perlakuan = 192,33 = 64,11
3
KT Galat = 131,72 = 6,59

Universitas Sriwijaya
33

20
F Hitung Perlakuan = 64,11 = 9,73
6,59

Koefisien Keragaman = 00% 44.14

= x 100%

= 5,81%
Uji BNJ 5%
Perlakuan Rata-rata tinggi tanaman (cm) BNJ 0.05 = 1,69

P0 40,40 a
P1 47,74 d
P2 45,81 c
P3 42,61 b

BNJ =

BNJ = √6,59 = 0,43


6
Perlakuan =4
Galat = 20
Q 5% = 3,95
BNJ 5% = 3,95 x 0,43 = 1,69

Tabel anova diameter kanopi

F TABEL
SK DB JK KT F HIT
5% 1%
Perlakuan 3 178,35 59,45 4,61 3,10 4,94
Galat 20 257,93 12,90
Total 23 436,28 18,97

Tabel anova jumlah daun

F TABEL
SK DB JK KT F HIT
5% 1%
Perlakuan 3 36697,76 12232,59 1,78 4,07 7,59
Galat 8 54945,84 6868,23

Universitas Sriwijaya
34

Total 11 91643,60
Tabel anova umur mulai berbunga

F TABEL
SK DB JK KT F HIT
5% 1%
Perlakuan 3 85,35 28,45 0,61 3,24 5,29
Galat 16 7320 4,58
Total 19 158,55

Tabel anova jumlah bunga

F TABEL
SK DB JK KT F HIT
5% 1%
Perlakuan 3 38,83 12,94 0,61 3,24 5,29
Galat 16 57,25 3,58
Total 19 96,09

Tabel anova umur mulai berbuah

F TABEL
SK DB JK KT F HIT
5% 1%
Perlakuan 3 40,60 13,53 3,66 3,24 5,29
Galat 16 59,20 3,70
Total 19 99,80

Tabel anova jumlah buah

F TABEL
SK DB JK KT F HIT
5% 1%
Perlakuan 3 2084,93 694,98 4,44 3,24 5,29
Galat 16 2502,64 156,42
Total 19 4587,57

Tabel anova lama periode berbuah

F HITUNG
SK DB JK KT F HIT
5% 1%
Perlakuan 3 44,40 14,80 3,32 2,95 4,57
Galat 28 124,80 4,46
Total 31 169,20

Universitas Sriwijaya
35

Tabel anova panen

F HITUNG
SK DB JK KT F HIT
5% 1%
Perlakuan 3 1563,77 521,26 9,45 2,95 4,57
Galat 28 1545,27 55,19
Total 31 3109,04

Tabel Anova panjang akar

F F TABEL
SK DB JK KT
HIT 5% 1%
Perlakuan 3 519,48 173,16 12,40 4,07 7,59
Galat 8 111,76 13,97
Total 11 631,24

Tabel Anova berat kering akar

F TABEL
SK DB JK KT F HIT
5% 1%
Perlakuan 3 63,24 21,08 0,68 4,07 7,59
Galat 8 249,06 31,13
Total 11 312,30

Tabel Anova berat kering tajuk saat panen

F TABEL
SK DB JK KT F HIT
5% 1%
Perlakuan 3 1407,49 469,16 4,41 4,07 7,59
Galat 8 852,03 106,50
Total 11 2259,52

Universitas Sriwijaya
36

Lampiran 3. Foto-foto selama penelitian

Persiapan media tanam Penanaman

Media tanam Pemindahan ke rakit

Persemaian benih Pemupukan

Persemaian benih Pengajiran

Universitas Sriwijaya
37

Pengendalian hama penyakit P3 (2-3 cm dasar tergenang)

Panen P0 (Kontrol)

P1 (dengan goni) Cabai diatas rakit

P2 (tanpa goni) Cabai terapung

Universitas Sriwijaya
38

P2 P3

Perempelan daun, bunga, dan buah untuk dibongkar Serangan virus kuning

Pengukuran panjang akar Penyakit layu fusarium

Bunga cabai Serangan virus mosaik

Universitas Sriwijaya
39

Serangan hama lalat buah Hama kutu daun

Belalang sembah Kumbang koksi

Universitas Sriwijaya

You might also like