Analisis Resepsi: Program Studi Sastra Bali FS Unud

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

1

BABAD DALEM SUKAWATI DAN


GEGURITAN BABAD DALEM SUKAWATI:
ANALISIS RESEPSI

I Putu Eka Suantara


Program Studi Sastra Bali FS Unud

Abstract:
The research of “Babad Dalem Sukawati and Geguritan Babad Dalem Sukawati:
Analysis Reception” aims to describe the narrative elements of Babad Dalem Sukawati
and how Babad Dalem Sukawati was receipted in Geguritan Babad Dalem Sukawati. The
theory applied in the present research was the structural theory proposed by Teew
(1984), supported by Sutrisno (1983), Luxemburg (1984), Hutagalung (1975), and
Pradotokusumo (1986). The theory referred to the concept which was related to the
structure of belles-lettres. To analyze Babad Dalem Sukawati receipted in Geguritan
Babad Dalem Sukawati the writer implemented the reception approach referring to the
opinion of Junus (1985), Fokkema (1977), and Suwardi (1979). Script reading method
was used in the data collecting stage and was supported with retroactive and translating
techniques which was continued by holding interview method supported with noting
technique. The analysis stage applied hermeneutic and qualitative methods with
descriptive-analytical technique. The analysis results were presented by formal and
informal methods supported with deductive and inductive techniques, then the comparing
method was used supported with tabulating technique.

The result gained in the present study of Babad Dalem Sukawati and Geguritan
Babad Dalem Sukawati was the existence of the formation structure. The formation
method includes the plots, the settings, the characters and characterizations, the theme,
and the values. Babad Dalem Sukawati that was receipted in Geguritan Babad Dalem
Sukawati was regarded to the realtions between those two scripts, the relations intended
were the relations the plots, the settings, the characters and characterizations, the theme,
and the values.

Keywords: Babad, Geguritan, structure, and resepsi.

1. Latar Belakang
Babad Dalem Sukawati merupakan karya sastra yang berbentuk prosa yang
didalamnya mengandung peristiwa-peristiwa sejarah Kerajaan Sukawati. Babad
Dalem Sukawati menceritakan tentang perjalanan Dewa Agung Anom yang
merupakan putra dari Dewa Agung Dalem Jambe dari Kerajaan Klungkung.
2

Dewa Agung Anom sebagai raja pertama di Kerajaan Sukawati, hingga


dinobatkannya Dewa Agung Gedhe yang merupakan keturunan ketiga dari Dewa
Agung Anom menjadi raja di Kerajaan Sukawati, namun masyarakat tidak tahu
akan Babad Dalem Sukawati, hal ini diperparah dengan kurangnya minat baca
masyarakat mengenai Babad Dalem Sukawati, maka Guru Bambang Gde Wisma
selaku masyarakat Sukawati melakukan saduran kesebuah karya sastra yang dapat
diterima oleh masyarakat dengan lebih mudah, dengan tujuan masyarakat mau
dan mampu mencerna isi dari naskah Babad Dalem Sukawati dengan lebih mudah
ke dalam sebuah karya sastra geguritan.
Guru Bambang Gde Wisma yang menciptakan sebuah karya sastra
geguritan pada tahun 2000 yang berjudul Geguritan Babad Dalem Sukawati. Oleh
karena profesi pengarang adalah sebagai seorang guru sekaligus sebagai kaum
intelektual sehingga sangat menarik bagaimana pengarang yang berprofesi
sebagai seorang guru meresepsi Babad Dalem Sukawati yang dituangkan ke
dalam sebuah karya sastra geguritan.
Keunikan dari naskah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Dewa
Agung Madhe yang diresepsi oleh masyarakat Sukawati, bahwa resepsi
masyarakat Sukawati menyatakan Dewa Agung Madhe merupakan tokoh
antagonis dan ada juga yang menyatakan sebagai tokoh protagonis. Berdasarkan
perbedaan resepsi yang terjadi di masyarakat Sukawati, maka akan diungkap
bagaimana Guru Bambang Gde Wisma sebagai masyarakat Sukawati yang
berprofesi seorang guru meresepsi Tokoh Dewa Agung Madhe dalam Babad
Dalem Sukawati ke dalam Geguritan Babad Dalem Sukawati.

2. Masalah
Bertolak dari uraian di atas, maka akan timbul permasalahan dalam
mengkaji suatu karya sastra. Adapun permasalahan yang timbul dalam latar
belakang di atas yaitu:
2.1 Bagaimanakah struktur naratif Babad Dalem Sukawati dan Geguritan Babad
Dalem Sukawati?
3

2.2 Bagaimanakah Babad Dalem Sukawati diresepsi dalam bentuk Geguritan


Babad Dalem Sukawati?

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus. Secar umum tujun penelitian ini adalah mengimformasikan
lebih jauh hasil-hasil karya sastra tradisional, sebagai warisan nenek moyang dan
diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat penikmat sastra dan membantu
maningkatkan daya apresiasi terhadap karya sastra Bali Tradisional. Demikian
pula pada jangkauan yang lebih luas, hasil tersebut diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi menumbuh kembangkan kehidupan kesusastraan Bali
Tradisional, pengarang Bali, dan ilmu sastra itu sendiri. Tujuan khusus penelitian
ini adalah untuk mendeskripsikan struktur naratif Babad Dalem Sukawati dan
Geguritan Babad Dalem Sukawati dan mendeskriptifkan Babad Dalem Sukawati
di resepsi dalam bentuk Geguritan Babad Dalem Sukawati.

4. Metode dan Teknik Penelitian


Dalam penelitian ini metode dan teknik yang digunakan dibagi atas tiga
tahapan. Di setiap tahapan tersebut menerapkan metode dan tekniknya sendiri-
sendiri namun masih memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Ketiga tahapan motode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1)
metode dan teknik penyediaan data, 2) metode dan teknik analisis data, 3) metode
dan teknik penyajian hasil analisis data. Pada tahap penyediaan data dipergunakan
metode pembecaan naskah disertai teknik retroaktif dan teknik terjemahan serta
metode wawancara dibantu teknik catat. Pada tahap analisis data, menggunakan
metode kualitatif, disertai dengan teknik deskriptif-analitik. Pada tahap penyajian
hasil analisis digunakan metode formal dan informal, disertai teknik berpikir
induktif dan deduktif serta metode perbandingan dibantu dengan teknik tabulasi.
4

5. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa; struktur naratif
Babad Dalem Sukawati dan Geguritan Babad Dalem Sukawati terdiri dari alur,
latar, tokoh dan penokohan, tema dan amanat.
Alur Babad Dalem Sukawati dan Geguritan Babad Dalem Sukawati beralur
longgar hal ini terbukti karena ketika pengarang menceritakan suatu peristiwa
pengarang juga menyempatkan untuk memasukkan cerita tentang keindahan
kerajaan, namun apabila cerita tentang keindahan kerajaan tersebut dihilangkn
maka Babad Dalem Sukawati dan Geguritan Babad Dalem Sukawati beralu lurus
hal ini terbukti karena cerita tersebut menampilkan gambaran peristiwa dari
awalsampai akhir. Latar Babad Dalem Sukawati dan Geguritan Babad Dalem
Sukawati terdiri dari dua latar yaitu latar tempat dan latar waktu. Tokoh dan
penokohan Babad Dalem Sukawati dan Geguritan Babad Dalem Sukawati dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu: tokoh utama, tokoh sekender, dan tokoh
komplementer. Tema Babad Dalem Sukawati dan Geguritan Babad Dalem
Sukawati terdiri dari tema silsilah Dalem Sukawati, tema persatuan dan tema
pendidikan. Amanat Babad Dalem Sukawati dan Geguritan Babad Dalem
Sukawati ditujukan kepada keturunan Dalem Sukawati dan masyarakat luas.
Babad Dalem Sukawati yang diresepsi dalam Geguritan Babad Dalem
Sukawati ada beberapa bagian yang diubah, ditambah atau dikurangi seperlunya.
Baik dari segi alur, latar, tokoh dan penokohan, tema dan amanat sesuai dengan
resepsi penyadur, seperti yang dipaparkan sebagai berikut:
Dilihat dari segi pertalian alur, penyadur Geguritan Babad Dalem Sukawati
tidak banyak melakukan modifikasi sub alur dan insiden-insiden. Bahwa dalam
meresepsi dari segi alur penyadur tetap menampakkan adanya gejala modifikasi,
konversi, ekspansi, dan penyadur yang merupakan hasil pemahaman terhadap
karya yang telah dibacanya.
Dilihat dari segi pertalian latar, nampaknya penyadur Geguritan Babad
Dalem Sukawati melakukan penyempitan dalam latar Geguritan Babad Dalem
Sukawati. Karena dalam Geguritan Babad Dalem Sukawati tidak menceritakan
Balian Batur yang terdapat dalam Babad Dalem Sukawati. Kemungkinan hal ini
5

dilakukan penyadur untuk mengurangi sisi negatif yang terdapat dalam Babad
Dalem Sukawati dan Geguritan Babad Dalem Sukawati.
Dilihat dari segi pertalian tokoh dan penokohan, nampaknya penyadur
Geguritan Babad Dalem Sukawati tetap mempertahankan peran tokoh utama,
yaitu Dewa Agung Anom, Dewa Agung Pamayun, Dewa Agung Gedhe dan Dewa
Agung Madhe. Gusti Anglurah Agung Menguwi, Balian Batur, Ki Lanang
munang sebagai tokoh sekender. Ki Gusti Jambe Tangkeban, Ki Gusti Agung
Putu Agung, Dewa Agung Jambe dan Dewa Agung Karna sebagai putra dari
Dewa Agung Anom, Dewa Agung Dalem Dimadya dan Dewa Agung Ketut
Agung sebagai putra dari Dewa Agung Jambe merupakan tokoh komplementer.
Namun ada perbedaan resepsi pengarang dalam menggambarkan perwatakan dari
Dewa Agung Madhe, yang digambarkan memiliki perwatakan antagonis dalam
Babad Dalem Sukawati sedangkan dalam Geguritan Babad Dalem Sukawati
sebagai saduran digambarkan sebagai tokoh protagonis, hal ini kemungkinan
pengarang lakukan untuk mengangkat martabat dari Dewa Agung Madhe,
sekaligus menggambarkan bahwa pengarang merupakan pengikut setia dari Dewa
Agung Madhe mengingat pernah terjadinya perpecahan di Kerajaan Sukawati.
Selanjutnya mengenai pertalian tema, nampaknya penyadur Geguritan
Babad Dalem Sukawati melakukan perluasan dari tema yang terdapat dalam
Babad Dalem Sukawati. Tema yang terdapat dalam Babad Dalem Sukawati
terdiri dari tema silsilah Dalem Sukawati dan tema persatuan sedangkan dalam
Geguritan Babad Dalem Sukawati terdiri dari tema silsilah Dalem Sukawati, tema
persatuan dan tema pendidikan. Penambahan tema yang terdapat dalam Geguritan
Babad Dalem Sukawati kemungkinan pengarang ingin menutupi kelemahan
dalam Babad Dalem Sukawati yang tidak terdapat tema pendidikan, karena
kekuasaan dan kekuatan tidaklah cukup untuk memimpin sebuah kerajaan dan
perlu adanya kepandaian dan kecerdikan dalam memimpin sebuah kerajaan yang
besar.
Kemudian dilihat dari segi pertalian amanat, penyadur Geguritan Babad
Dalem Sukawati juga melakukan perluasan dari amanat yang terdapat dalam
Babad Dalem Sukawati. Amanat yang terdapat dalam Babad Dalem Sukawati
6

ditujukan kepada anggota Puri Sukawati dan masyarakat Sukawati diharapkan


bisa besatu untuk menuju hal yang lebih baik sedangkan dalam Geguritan Babad
Dalem Sukawati ditujukan kepada keluarga Puri Sukawati dan masyarakat
Sukawati namun ditambahkan bahwa persatuan tidak hanya cukup untuk
membangun sebuah negara yang baik, namun diperlukan kecerdasan didalamnya
untuk menata pemerintahan yang adil dan bijaksana.

6. Simpulan
Struktur naratif Babad Dalem Sukawati dan Geguritan Babad Dalem
Sukawati terdiri dari alur, latar, tokoh dan penokohan, tema dan amanat.
Geguritan Babad Dalem Sukawati adalah sebuah karya transformasi dari karya
sastra Babad Dalem Sukawati. Sebagai karya transformasi (saduran) ada bagian
yang diubah, ditambah atau dikurangi seperlunya, baik dari segi alur, latar,
penokohan, tema dan amanat sesuai dengan resepsi penyadur. Dari segi bentuk
antara kedua karya sastra tersebut memiliki bentuk yang berbeda. Babad Dalem
Sukawati berbentuk Babad (prosa) sedangkan Gaguritan Babad Dalem Sukawati
berbentuk Geguritan (puisi).

7. Daftar Pustaka
Bagus, I Gusti Ngurah. 1990. Pengkajian Sastra Sebuah Pengantar. Fakultas
Sastra Universitas Udayana: Denpasar.
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. 1994. Babad Dalem Sukawati. Denpasar: Dinas
Kebudayaan Provinsi Bali.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Jakarta: PT. Buku Kita.
Fokkema, D.W. and Elrud Kunne-Ibsch. 1977. Theories of Literature in the
Twentieth Century. London: C. Hurst & Company.
Hutagalung, MS. 1975. Kritik Atas Kritik Atas Kritik. Jakarta:Yayasan Tulis.
Jauss, Hans Robert. 1983. Toward an Aesthetic of Reseption. Minneapolis:
University of Minnesota Press.
Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.
7

Luxemburg, dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Diindonesian oleh Dick Hartoko.
Jakarta: PT. Gramedia.
Pradotokusumo, Partini Sarjono. 1986. Kakawin Gajah Mada (sebuah karya sastra
kakawin abad ke-20 suntingan naskah serta telaah struktur, tokoh dan
hubungan antar teks). Bandung: Bina Cipta.
Sutrisno, Sulastin. 1983. Teori Filologi dan Penerapannya, Pengantar Teori
Filologi. Yogyakarta: proyek penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan
daerah pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. DEPDIKBUD.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT.
Dunia Pustaka Jaya.
Wisma, I Wayan Bambang Gde. 2000. Geguritan Babad Dalem Sukawati.
Pustaka Pribadi. Cemenggaon.

You might also like