Jurnal Penelitian Sains
Jurnal Penelitian Sains
Jurnal Penelitian Sains
Research Articles
Keyword: ABSTRACT: Nitrate and phosphate are essential nutrients that are needed and
Banyuasin River Estuary; have effected in the growth and development of living organism in the waters.
Nitrate; If these two elements increase an excessive amount, they will become pollutants
Phosphate; which can reduce water quality. The purpose of this study is to determine the
Sediments concentration of nitrate and phosphate and to exausable is water quality status
based on nitrate and phosphate concentration in the Banyuasin River Estuary.
This research was conducted in October - December 2018. The results showed
that the concentration of nitrate in sediments in the Banyuasin River Estuary
ranged from 0.56 - 4.28 mg/kg and phosphate concentration ranged from 13.80
- 32.19 mg/kg. Based on the nitrate concentration in sediments, the Banyuasin
River Estuary belongs to the less fertility category while based on the phosphate
concentration in sediments, the Banyuasin River Estuary is categorized in high
fertility. @2019 Published by UP2M, Faculty of Mathematics and Natural
Sciences, Sriwijaya University
Kata Kunci: ABSTRAK: Nitrat dan fosfat merupakan nutrien yang dibutuhkan serta
Muara Sungai Banyuasin; memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup
Nitrat; organisme di perairan. Apabila kedua unsur ini mengalami jumlah berlebih akan
Fosfat; menjadi pencemar yang dapat menurunkan kualitas perairan. Penelitian ini
Sedimen bertujuan untuk mengetahui kandungan nitrat dan fosfat serta mengkaji
konsentrasi nitrat dan fosfat pada sedimen berdasarkan klasifikasi kesuburan
perairan di Muara Sungai Banyuasin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada
bulan Oktober - Desember 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi nitrat pada sedimen di Muara Sungai Banyuasin berkisar antara 0,56
- 4,28 mg/kg dan konsentrasi fosfat berkisar antara 13,80 - 32,19 mg/kg.
Berdasarkan kandungan nitrat pada sedimen, Muara Sungai Banyuasin
termasuk dalam kategori kurang subur sedangkan berdasarkan kandungan
fosfat pada sedimen, Muara Sungai Banyuasin dikategorikan dalam kesuburan
yang tinggi. @2019 Published by UP2M, Faculty of Mathematics and Natural
Sciences, Sriwijaya University
∗ Corresponding author.
E-mail address: [email protected]
DOI: https://doi.org/10.36706/jps.v21i3.545
ISSN: 2597-7059 Online, 1410-7058 Print/ @2019 Published by UP2M, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Universitas Sriwijaya
Permatasari et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 140-150
141
Permatasari et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 140-150
142
Permatasari et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 140-150
143
Permatasari et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 140-150
11. Pada stasiun 5 dan 6 memiliki tipe substrat ukuran yang lebih kecil/halus akan semakin
pasir, sedangkan stasiun 10 termasuk kedalam tipe mudah terendapkan. Barnes and Hugs (1999)
substrat lempung berpasir. Pada stasiun 5 dan 6 dalam Sinaga (2009) juga menambahkan bahwa
memiliki jenis substrat pasir dikarenakan pada titik pada daerah pesisir dengan kecepatan arus dan
lokasi ini telah terjadi sedimentasi yang sangat gelombang yang lemah, substrat cenderung
tinggi, sehingga dapat menyebabkan partikel- berlumpur.
partikel yang lebih besar akan mudah mengendap Wood (1987) dalam Irmawan (2010)
dan substrat pasir akan lebih mendominasi pada menjelaskan terdapat hubungan antara
stasiun tersebut. Sedimentasi yang sangat tinggi di kandungan bahan organik dan ukuran partikel
stasiun 5 dan 6 menyebabkan pada saat kondisi sedimen. Pada sedimen yang halus persentase
surut terlihat hamparan pasir pada titik lokasi bahan organik lebih tinggi daripada sedimen yang
tersebut. kasar, hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi
Dominasi tipe substrat lempung di Muara lingkungan. Lingkungan yang agak tenang
Sungai Banyuasin dapat dipengaruhi oleh kondisi memungkinkan pengendapan lumpur yang diikuti
arus pada penelitian ini yaitu masuk ke dalam oleh akumulasi bahan organik ke dasar perairan.
kriteria lambat hingga sangat lambat. Hal ini Lestari (2008) juga menyatakan bahwa terdapat
sesuai dengan pernyataan Surbakti (2010) yang pengaruh antara partikel halus dengan total
mengemukakan bahwa Muara Sungai Banyuasin bahan organik, dimana pada ukuran butir lumpur
merupakan daerah yang relatif terlindung dengan luas permukaan yang besar dapat
sehingga energi gerak air di lokasi ini jauh lebih menyerap bahan organik lebih banyak.
rendah, sehingga sedimen, terutama dengan
144
Permatasari et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 140-150
dilakukan oleh Amelia et al. (2014) menghasilkan akumulasi sedimen, sehingga nitrat yang berada
kandungan nitrat yang cukup tinggi pada sedimen pada perairan maupun di mangrove telah
yaitu berkisar 11,45 - 22,13 mg/kg dengan lokasi terakumulasi secara merata.
yang berbeda. Pada stasiun 3 dan 4 juga terletak pada
Hutan mangrove memiliki kandungan mangrove akan tetapi memiliki kandungan nitrat
nutrien tinggi yang disebabkan oleh serasah yang yang rendah, hal ini dapat dipengaruhi oleh
membusuk kemudian terurai menjadi zat hara kerapatan mangrove yang terdapat pada stasiun
karena adanya bakteri pengurai (Felonita, 2004 tersebut yang diduga termasuk ke dalam jenis
dalam Sihombing, 2011). Berdasarkan hal kerapatan sedang hingga jarang. Kerapatan jenis
tersebut, seharusnya titik stasiun yang berada mangrove yang kecil dapat menyebabkan nutrien
pada mangrove memiliki kandungan nitrat yang yang terkandung dalam sedimen mudah terbawa
lebih tinggi dibandingkan pada perairan. Akan oleh pasang surut. Pernyataan ini sependapat
tetapi berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa dengan Andriawan (2016) dalam Dewi et al.
seluruh stasiun baik yang berada di perairan (2017) menjelaskan bahwa kecilnya kerapatan
(stasiun 2, 5, 6, 9, dan 10) maupun mangrove mangrove mengakibatkan nitrat dan fosfat yang
(stasiun 1, 3, 4, 7, 8, dan 11) tidak menunjukkan terkandung dalam sedimen akan sangat mudah
perbedaan yang signifikan. Hal ini diduga bahwa terbawa oleh arus pasang surut
pada Muara Sungai Banyuasin telah terjadi
145
Permatasari et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 140-150
Ditinjau dari tipe substrat, stasiun 1 memiliki jenis dilihat bahwa konsentrasi nitrat yang relatif tinggi
substrat lempung. Hardjowigeno (1992) dalam terletak pada stasiun yang mengarah ke laut dan
Madjid (2007) menjelaskan bahwa tanah bagian dalam sungai. Pada stasiun 9 dan 10
bertekstur lempung mempunyai luas permukaan memiliki konsentrasi yang tinggi diduga mendapat
yang lebih besar sehingga kemampuan menahan pengaruh masukan nutrien yang berasal dari
air dan menyediakan unsur hara tinggi. Akan Muara Sungai Musi. Stasiun 6 memiliki
tetapi apabila dilihat dari pH sedimen, stasiun 1 kandungan nitrat yang rendah, dilihat
memiliki pH yang rendah, hal tersebut berbanding berdasarkan tipe substrat stasiun ini memiliki
terbalik dengan pernyataan Darlita et al. (2017) substrat pasir sehingga sesuai dengan pernyatan
bahwa rendahnya pH tanah akan menyebabkan Hardjowigeno (1992) dalam Madjid (2007) bahwa
menurunnya ketersediaan hara. tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas
Pada Gambar 4 menunjukkan pola permukaan yang kecil sehingga sulit untuk
sebaran nitrat yang terjadi di wilayah penelitian menahan air dan unsur hara.
ini. Berdasarkan pola sebaran tersebut, dapat
146
Permatasari et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 140-150
147
Permatasari et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 140-150
Pola sebaran fosfat pada sedimen di terletak pada stasiun 4 (0,56 mg/kg).
Muara Sungai Banyuasin dapat dilihat pada Konsentrasi fosfat memiliki rata-rata 22,95
Gambar 6 dengan konsentrasi yang bervariasi. mg/kg dengan konsentrasi fosfat tertinggi
Berdasarkan pola sebaran tersebut dapat dilihat terletak pada stasiun 6 (32,19 mg/kg) dan
bahwa stasiun 6, 10, dan 11 memiliki konsentrasi konsentrasi terendah terletak pada stasiun 2
yang tinggi, hal tersebut diduga mendapat (13,80 mg/kg).
pengaruh masukan sumber fosfat yang berasal 2. Berdasarkan kandungan nitrat pada sedimen,
dari Muara Sungai Musi bahkan dari dalam sungai Muara Sungai Banyuasin termasuk dalam
sehingga terjadi pencampuran massa air tawar kategori kurang subur karena memiliki kriteria
hasil buangan limbah masyarakat dari darat yang nitrat yang rendah. Berdasarkan kandungan
bercampur dengan air laut dan terakumulasi fosfat pada sedimen, Muara Sungai Banyuasin
dalam substrat. Ditinjau berdasarkan tipe substrat, dikategorikan dalam kesuburan yang tinggi
stasiun 6 memiliki jenis substrat pasir dan memiliki karena didominasi oleh kriteria fosfat yang
kandungan fosfat tertinggi. Tingginya kandungan tinggi.
fosfat pada stasiun 6 dapat dipengaruhi oleh letak
stasiun yang terdapat di lokasi terjadinya REFERENSI
sedimentasi yang sangat tinggi, sehingga
memungkinkan stasiun tersebut mendapatkan Amelia Y, Max RM, Pujiono WP. 2014. Sebaran
[1]
sumber masukan yang terbawa oleh struktur sedimen, bahan organik, nitrat dan
partikelpartikel sedimen dari berbagai sumber. fosfat di perairan dasar Muara Morodemak.
Selain itu, mangrove juga dapat berperan dalam Diponegoro journal of maquares. Vol. 3 (4): 208-
memberi masukan fosfat pada stasiun 6 ini. Pada 215.
penelitian yang telah dilakukan oleh Maulana et
Andriana W. 2008. Keterkatitan struktur
[2]
al. (2014) kandungan fosfat tertinggi dengan nilai komunitas makrozoobenthos sebagai indikator
117,809 mg/kg juga terletak pada stasiun dengan keberadaan bahan organik di perairan hulu
jenis substrat pasir. Sungai Cisadane Bogor, Jawa Barat [skripsi].
Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
KESIMPULAN
Institut Pertanian Bogor.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian
ini adalah sebagai berikut : Arisandy KR, EY Herawati, E Suprayitno. 2012.
[3]
1. Konsentrasi nitrat pada sedimen di Muara Akumulasi logam berat timbal (Pb) dan
Sungai Banyuasin memiliki rata-rata 2,27 gambaran histologi pada jaringan Avicennia
mg/kg dengan konsentrasi tertinggi terletak marina (forsk.) Vierh di perairan pantai Jawa
pada stasiun 1 (4,28 mg/kg) dan terendah Timur. Jurnal Penelitian Perikanan. Vol. 1(1): 15-
148
Permatasari et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 140-150
25.
Makatita JR, AB Susanto, Jubhar CM. 2016.
[14]
Kandungan nitrat dan fosfat dalam air pori kandungan fosfat bioavailable dan karbon
sedimen di Sungai dan Muara Sungai Wedung organik total (KOT) pada sedimen di Muara
Demak. Diponegoro Journal of Sungai Manyar Kabupaten Gresik. Buletin
Maquares. Vol. 3 (1): 7-16. Oseanografi Marina. Vol. 3(1): 32-36.
Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Food and Agriculture Organization, United
Bogor: Departemen Pertanian. 234 hal. Nations Development: Palembang. 188 hal.
beberapa sifat kimia tanah terhadap fosfat, nitrit, nitrat, dan silikat di perairan
peningkatan produksi Kelapa Sawit pada tanah Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Jurnal
pasir di Perkebunan Kelapa Sawit Selangkun. Ilmu Kelautan. Vol. 16 (3):
Jurnal Agrikultura. Vol. 28 (1): 15-20. 135-142.
Kandungan nitrat dan fosfat sedimen serta Pendekatan status pada sedimen untuk
keterkaitannya dengan kerapatan mangrove di mengukur struktur komunitas makrozoobentos
kawasan Mertasari di aliran sungai TPA Suwung di wilayah muara sungai dan pesisir Pantai
Denpasar, Bali. Journal of marine and aquatic Rancabuaya, Kabupaten Garut. Jurnal
science. Vol. 3 (2): 180-190. Perikanan dan Kelautan. Vol. 8 (2): 7-16.
Kerapatan dan penutupan ekosistem lamun di 2014. Tingkat sedimentasi di Muara Sungai
pesisir Desa Bahoi, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmu Wudung Kecamatan Wedung, Demak.
dan Teknologi Kelautan Tropis. Vol. 9 (1): 375- Maquares. Vol. 3 (2): 129-137.
383.
Setiawan H. 2013. Status ekolohi hutan
[20]
Alam, Universitas Indonesia. 85 hal. tersuspensi dan pola arus di perairan Pesisir
Banyuasin, Sumatera Selatan [thesis]. Bogor:
Madjid A. 2007. Dasar-dasar ilmu tanah: bahan
[13]
Institut Pertanian Bogor.
ajar online. Palembang: Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya.
149
Permatasari et al. Jurnal Penelitian Sains 21 (3) 2019: 140-150
150