Jurnal Insidensi Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) DI KECAMATAN LANGOWAN BARAT
Jurnal Insidensi Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) DI KECAMATAN LANGOWAN BARAT
Jurnal Insidensi Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) DI KECAMATAN LANGOWAN BARAT
DOSEN PEMBIMBIING :
Muhammad Fadly Syam1,2, Max M. Ratulangi2, Guntur S.J. Manengkey2, Max Tulung2
¹´² Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama & Penyakit Fakultas Pertanian,Universitas Sam Ratulangi, Jl. Kampus
Unsrat Mando, 95515 Telp (0431) 846539
ABSTRACK
ABSTRAK
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena
sebagai tanaman sayuran tomat memegang peranan yang penting dalam pemenuhan gizi
masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab penyakit layu fusarium dan
insidensi penyakit. Penelitian ini dilaksanakan di laha petani di Desa Tumaratas, Raringis,
dan Kopiwangker dari bulan Februari sampai April 2014. Penelitian ini menggunakan metode
survei atau observasi lapang secara purposif sampling. Bahan dan alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lahan tanaman tomat, tanaman yang terserang penyakit layu fusarium,
media PDA, media CLA, antibiotik, aquades, alkohol 95%, petridish, parafilm, tabung reaksi,
jarum ose, lampu spiritus, timbangan analitik, pinset, cutter, selotip, autoclave, laminar air
flow, rak kultur, cover gelas, objek gelas, mikroskop, kamera digital, dan alat tulis menulis.
Hasil penelitian menunjukkan jamur penyebab penyakit layu fusarium yang menginfeksi
pada tanaman tomat di Kecamatan Langowan Barat adalah Fusarium sp. Insidensi penyakit
layu fusarium pada tanaman tomat di Kecamatan Langowan Barat adalah desa Tumaratas
rata-rata 6,16%, desa Raringis rata-rata 8,66%, dan didesa Kopiwangker rata-rata 9,61%.
Insidensi penyakit tertinggi rata-rata 13,66% sedangkan tanaman tomat dengan insidensi
terendah rata-rata 4,33%.
Kata kunci : Tanaman Tomat, Fusarium sp.
1
I. PENDAHULUAN serangan mencapai 23% (Bustaman,
1.1 Latar Belakang 1997). Sedangkan di Kalimantan Tengah
Tomat (Lycopersicum esculentum serangan patogen ini mencapai 25%-50%
Mill) sudah tidak asing lagi bagi berdasarkan data Balai Pengkajian
masyarakat karena sebagai tanaman Teknologi Pertanian (1997). Adanya
sayuran tomat memegang peranan yang serangan F. oxysporum menjadi salah
penting dalam pemenuhan gizi satu pembatas yang menyebabkan
masyarakat. Menurut Tugiyono (2005), terjadinya penurunan produksi tomat
dalam buah tomat terdapat 30 kalori, (Freeman et al., 2002). Patogen ini dapat
vitamin C 40 mg, vitamin A 1.500 S.I, zat ditemukan pada daerah beriklim sedang
besi, dan kalium. Tanaman sayuran seperti dan tropis serta pada lingkungan yang
tomat merupakan komoditas sayuran yang beragam, seperti daerah kutub utara dan
mempunyai arti penting bagi masyarakat daerah padang pasir (Nelson, 1981).
baik dilihat dari nilai ekonominya maupun Penyebab layu fusarium juga
kandungan gizinya yang juga yang sangat menyerang hampir seluruh bagian tanaman
berguna bagi kesehatan tubuh manusia yang dibudidayakan termasuk tumbuhan
apabila dikonsumsi dalam jumlah yang liar (Kranz et al., 1977). Di Kecamatan
cukup. Selain produk itu tanaman tomat Langowan Barat pada areal pertanaman
umumnya dapat dijadikan bahan baku tomat ditemukan adanya serangan penyakit
industri (Nurtika, 1995). layu, yang disebabkan oleh bakteri, jamur,
Dalam budidaya tomat terdapat virus dan mikroorganisme lain, yang
kendala di lapangan yaitu gangguan hama menginfeksi tanaman tomat tersebut sudah
dan penyebab penyakit tanaman baik sering muncul namun belum diketahui
bakteri, jamur, virus maupun secara pasti penyebabnya. Berdasarkan
mikroorganisme lain. Salah satu penyakit laporan dari petani bahwa penyakit layu
yang mengganggu tanaman tomat yaitu termasuk masalah yang penting dalam
penyakit layu yang disebabkan oleh jamur budidaya tomat di daerah ini, maka perlu
Fusarium oxysporum f.sp lycopersici yang kajian yang mendasar tentang deteksi
merupakan salah satu penyakit utama penyebab penyakit layu, dan tingkat
pada tanaman tomat. Penyakit ini pernah insidensinya di lapang untuk menentukan
dilaporkan menimbulkan kerugian yang cara pengendalian yang efektif dan efisien.
besar di Jawa Timur dengan tingkat
2
1.2 Tujuan Penelitian selotip, autoclave, laminar air flow, rak
Penelitian ini bertujuan untuk kultur, cover gelas, objek gelas,
mengetahui penyebab penyakit layu mikroskop, handcounter, kamera digital,
fusarium dan insidensi penyakit tersebut dan alat tulis menulis.
pada tanaman tomat di Kecamatan 2.3 Metode Penelitian
Langowan Barat. 2.3.1 Di Lapangan
Penelitian ini menggunakan
1.3 Manfaat Penelitian
metode survei atau observasi lapang secara
Hasil penelitian ini diharapkan
purposif sampling dengan objek penelitian
dapat memberikan informasi mengenai
lahan petani tomat. Petak pengamatan
penyakit layu fusarium dan insidensinya
diambil 60 unit contoh tanaman yang
pada tanaman tomat sehingga dapat
menunjukkan serangan secara diagonal
diperoleh masukan yang efektif dalam
(Gambar 1).
upaya pengendaliannya.
II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilapangan dilaksanakan
di desa Tumaratas, Raringis dan desa
Kopiwangker, Kecamatan Langowan
Barat, penelitian laboratorium Gambar 1. Denah penempatan subplot di
dilaksanakan di Laboratorium setiap desa sampel.
3
a. Pengambilan inang/tanaman sakit di dilakukan proses subkultur untuk
lapangan. mendaptkan biakan murni.
Cara dilakukan dengan mengamati c. Subkultur
tanaman yang terserang / menunjukkan Pada hari ke 3 patogen yang
gejala penyakit layu Fusarium pada tumbuh setelah isolasi di subkultur sampai
tanaman tomat, kemudian dimasukkan ke mendapatkan biakan murni. Untuk
dalam kantong plastik diikat dan diberi mendapatkan sporulasi jamur patogen
label kemudian dibawa ke laboratorium dilakukan subkultur pada media CLA
untuk diisolasi. (Carnation Leaf Agar). Caranya tempatkan
b. Isolasi 6-8 potogan daun anyelir ke dalam cawan
Pelaksanaan isolasi dilakukan di petri berisi media WA selanjutnya
laboratorium Mikrobiologi dan Penyakit masukkan juga potongan kecil jamur
Tumbuhan Fakultas Pertanian Unsrat berukuran 2-3 mm2 dari media PDA dan
Manado. Tahapan- tahapan isolasi diusahakan berdekatan dengan potogan
patogen penyakit layu pada tanaman tomat daun anyelir, subkultur dilakukan di
dilaksanakan sebagai berikut: laminar air flow, kemudian kultur-kultur
1. Tanaman sakit disortir berdasarkan ini diletakkan pada rak kultur dan di
gejala penyakit kemudian dicuci di air inkubasi selama 7 hari.
mengalir ditempatkan pada wadah d. Identifikasi jamur
berisi tissue menurut gejala. Karakter diagnostik pada CLA,
2. Setelah spesimen dikering anginkan, makrokonidia terbentuk berwarna putih
selanjutnya dipotong-potong dengan kecokelatan, dan biasanya berlimpah.
ukuran 0,25 cm x 0,25 cm selanjutnya Makrokonidia terlihat panjang, berbentuk
dicelup dalam alkohol 95% selama 2 sabit hampir lurus, berdinding tipis dan
sampai 3 detik. biasanya 3 ruas. Mikrokonidia terlihat
3. Selanjutnya dibakar pada lampu spiritus pendek cenderung agak bulat atau
hanya sesaat kemudian diletakkan pada meruncing pada setiap akhir. Apikal
media PDA+AB, dua potong per cawan berbentuk sel pendek pada beberapa isolat
petri kemudian beri label dan (Burgess et al.,1989).
ditempatkan pada rak kultur. 2.4.2. Di lapangan
4. Kemudian pada setiap cawan petri Pengamatan di lapang adalah untuk
dilakukan pengamatan dengan melihat menentukan insidensi penyakit layu
morfologi yang sesuai dengan fusarium pada tanaman tomat. Langkah
karakteristik fusarium kemudian pertama yang dilakukan adalah penentuan
4
lokasi penelitian untuk dilakukan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengamatan. Lahan tanaman tomat adalah 3.1. Gejala Penyakit dilapangan
pertanaman milik petani tanaman tomat di Hasil pengamatan gejala penyakit,
daerah sentra produksi. Lahan penelitian menunjukkan tanaman tomat yang
dilaksanakan di tiga desa yaitu desa terinfeksi penyebab penyakit layu
Tumaratas, desa Raringis, dan desa Fusarium menunjukkan gejala pemucatan
Kopiwangker. Masing-masing desa atau klorosis pada daun, diikuti dengan
diambil 3 blok areal tanaman dan masing- terkulainya tangkai daun yang lebih tua
masing blok dibuat irisan diagonal dengan dan sebelum tanaman layu biasanya daun
petak ukuran 5 m x 6 m untuk desa tanaman berubah warna menjadi kuning.
Tumaratas, 4,1 m x 4,5 m untuk desa Gejala layu seperti ini, sama dengan yang
Raringis, dan 3,6 m x 4,5 m untuk desa ditimbulkan oleh jamur Fusarium
Kopiwangker. Pada setiap petak oxysporum f.sp lycopercisi sebagaimana
didapatkan 60 tanaman yang berumur 3 yang dikemukakan oleh Semangun (1994)
minggu dari lahan pertanaman, dari variasi gejala yang terlihat tanaman
pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali yang layu dan terus menguning dari
dengan interval waktu satu minggu. tangkai hingga daun tanaman yang
Untuk mengetahui insidensi terserang.
penyakit, dari hasil pengamatan di lokasi Pada gambar 2A merupakan
pengamatan dihitung dengan tanaman tomat yang sehat, gejala penyakit
menggunakan rumus insidensi penyakit: layu fusarium pada tanaman tomat dapat
dilihat pada gambar 2B dimana tanaman
terlihat layu dan menguning, pada gambar
Dimana: IP= Insidensi penyakit
2C merupakan potongan dari batang tomat
n= Jumlah tanaman terinfeksi yang terinfeksi layu fusarium dan akan
N= Jumlah tanaman yang diamati (Rivai, terlihat berkas pembuluh yang berwarna
2005) cokelat yang merupakan gejala khas dari
3.4.3. Hal- Hal yang Diamati: layu fusarium.
Gejala serangan penyakit layu
Fusarium, pertumbuhan miselia pada
media PDA dan media CLA, betuk
konidia, dan insidensi penyakit layu.
5
3.3. Subkultur
Dari hasil isolasi yang telah
dilaksanakan kemudian miselium
dipindahkan ke dalam wadah yang berisi
media CLA (Carnation Leaf Agar) dan
hasil pengamatan selama 3 hari
menunjukkan pada permukaan daun
anyelir terdapat miselium berwarna putih
dan kemudian daun anyelir dipenuhi
dengan miselium-miselium dan juga
terdapat sporokodium yang berisi
6
Gambar 5. Bentuk makrokonidia dan yang dikemukakan oleh Burgers., et al
mikrokonidia Fusarium sp
(1989) dan Semangun (2006) bahwa
(pembesaran 400x).
makrokonidia terlihat panjang, berbentuk
Makrokonidia terlihat panjang
seperti sabit dan biasanya memiliki tiga
memiliki bentuk seperti sabit dan memiliki
sampai empat septa, mikrokonidia agak
tiga hingga empat septa sedangkan
bulat atau meruncing pada setiap akhir
mikrokonidia terliht pendek agak bulat dan
ada yang memiliki satu septa juga ada 3.5 Insidensi Penyakit Layu Fusarium
7
7,78% dan yang terendah di desa
Pada pengamatan kedua insidensi tertinggi
Tumaratas yaitu 5,11%. Pengamatan
terjadi didesa Raringis sebesar 7,88%
ketiga insidensi tertinggi di desa
kemudian didesa Kopiwangker sebesar
dan yang terendah di desa Tumaratas yaitu
Kopiwangker sebesar 10,77% kemudian di
8,00%. Perkembangan insidensi penyakit
desa Raringis sebesar 9,88% dan yang
layu Fusarium pada tanaman tomat pada
terendah di desa Tumaratas yaitu 7,22%.
ketiga desa yang menjadi lokasi sampel
Pengamatan keempat insidensi tertinggi di
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
desa Kopiwangker sebesar 13,66%
kemudian di desa Raringis sebesar 11,00%
8
mengeradikasi tanaman terserang dengan sehingga mempengaruhi penyebaran
cara mencabut dan memusnahkan, karena patogen Penggunaan jamur Trichoderma
bila dibiarkan maka menjadi sumber spp yang dicampur dengan pupuk kompos
inokulum untuk menginfeksi tanaman, pada beberapa lahan petani mempengaruhi
selain itu petani juga belum sepenuhnya perkembangan patogen sehingga infeksi
melakukan tindakan agronomi seperti dari patogen dapat ditekan, selain itu juga
rotasi tanaman dan perbaikan drainase agar petani juga menggunakan mulsa plastik
tidak terjadi genangan air dan kelembaban sebagai penutup tanah sehingga
yang tinggi. Petani belum sepenuhnya menghambat perkembangan patogen
menggunakan jarak tanam yang ideal dalam tanah.
9
nonpathogenic mutants of Tugiyono, H.2005. Bertanam Tomat.
Fusarium oxysporum f. sp. Penerbit PT. Penebar Swadaya,
melonis for biological control Anggota IKAPI. Jakarta.
of Fusarium wilt in cucurbits.
Phytopathology 92: 164-168.
(oxysporum)
Kranz, J.H. Schmutterer and W. Koch.
1977. Disease Pests and
Weeds In Tropical Crops John
Wiley and Sons. New York.
666 p.
Nelson, P.E. 1981. Life Cycle and
epidemiologi of Fusarium
oxysporum. In Marshal, E. M.,
A.A. Bell and C.H. Beckman
(editor). Fungi Wilt Disease of
Plants. Javanivich, London.
640 PP
Nurtika, N., 1995. Penelitian paket
usahatani tomat dalam Pelita
V. Prosiding Evaluasi Hasil
Penelitian Hortikultura Dalam
Pelita V. Segunung 27-29 Juni
1994. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura.
Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian :
129-138.
Rivai, F., 2005. Dasar-Dasar Epidemiologi
Penyakit Tumbuhan. Yayasan
Perguruan Tinggi Komputer
UPI PRESS. Padang
Semangun, H. 1991. Host index of plants
diseases in Indonesia. Gadjah
Mada Univ.Press. Yogyakarta.
351 pp
, H, 1994. Penyakit-Penyakit
Tanaman Hortikultura di
Indonesia. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Hal 556 – 561.
10