Jurnal Morfometrik, Meristik Dan Pola Pertumbuhan Ikan JULUNG-JULUNG (Hemirhamphodon Pogonognathus Bleeker, 1865) Dari Perairan Umum Universitas Riau

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

JURNAL

MORFOMETRIK, MERISTIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN


JULUNG-JULUNG (Hemirhamphodon pogonognathus Bleeker, 1865)
DARI PERAIRAN UMUM UNIVERSITAS RIAU

OLEH

ARI FADLI

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RAIAU
2018
Morphometric, meristic and growth patterns of Hemirhamphodon
pogonognathus Bleeker (1865) from the waters around the University of Riau

By:

Ari Fadli11), Windarti2), Ridwan Manda Putra2)


Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau
Email: [email protected]

Abstract

Hemirhamphodon pogonognathus is a type of freshwater fish that inhabit waters around the
Riau University. This fish is potential for decorative fish. Information on biological,
including morphometric, meristic, and growth patterns, however, is rare. To understand the
morphometrical and meristical characteristics and also the growth pattern of the fish, a
research has been conducted February-March 2018. There were 100 fishes (33.35-82.65 TL
mm and 1.3-0.1 gr BW). There were 28 morphological characteristic measured and 11
meristical characteristic counted. The meristical characteristics obtained were as follows:
D.15-17; P.5-8; V.5-6; A.8-9; C.17-20. The number of scale in the pre-dorsal fin was 47-52,
around the body 52-62, in the caudal peduncle was 14-16, in the lateral line was 98-110,
above lateral line was 19-25 and under lateral line was 25-31. Resylts of Withney test shown
that there were 9 morphometrical characteristic differences between male and female. They
were height of caudal-peducle depth, distance between dorsal fin and the base caudal fin,
height of dorsal fin, length pectoral fin base, anal fin height, length of ventral fin base, height
of ventral fin, length of caudal fin base, and height of caudal fin. The length - weight
relationship shown that the growth of male and female was isometric.

Keywords: freshwater fish, isometric, decorative fish, morphological characteristic, meristic


characteristic

1) Student of the Fisheries and Marine Science Faculty, University of Riau


2) Lecturer of the Fisheries and Marine Science Faculty, University of Riau
MORFOMETRIK, MERISTIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN
JULUNG-JULUNG (Hemirhamphodon pogonognathus Bleeker, 1865)
DARI PERAIRAN UMUM UNIVERSITAS RIAU
Oleh :

Ari Fadli11), Windarti2), Ridwan Manda Putra2)


Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau
Email: [email protected]

Abstrak

Ikan Julung-julung (Hemirhamphodon pogonognathus) adalah salah satu jenis ikan air tawar
yang hidup di perairan umum Universitas Riau. Ikan ini memiliki potensi jika dijadikan
sebagai ikan hias. Informasi mengenai aspek biologi morfometrik, meristik dan pola
pertumbuhan ikan ini masih sedikit. Untuk mengetahui ciri morfometrik, meristik dan pola
pertumbuhan ikan ini. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2018.
Jumlah ikan tertangkap adalah 100 ekor (33,35-82,65 mm dan berat 1,3-0,1 g). Ada 28
karakter morfometrik yang diukur dan 11 karakter meristik yang dihitung. Jumlah meristik
(D.15-17; P.5-8; V.5-6; A.8-9; C.17-20). Sisik Depan Sirip Punggung 47-52, Sisik Sekeliling
Badan 52-62, Sisik Batang Ekor 14-16, Sisik Linea Lateralis 98-110, Sisik di Atas
Linealateralis 19-25 dan Sisik di Bawah Linealateralis 25-31. Berdasarkan uji withney
terdapat perbedaan karakter morfometrik antara ikan julung-julung jantan dan betina yaitu
pada karakter morfometrik tinggi batang ekor (TBE) ikan julung-julung jantan lebih panjang
daripada ikan julung-julung betina. Jarak sirip punggung ke pangkal sirip ekor (JSDSC).
Tinggi sirip punggung (TSD. Panjang dasar sirip dada (PDSP). Tinggi sirip anus (TSA).
Panjang dasar sirip perut (PDSV). Tinggi sirip perut (TSV). Panjang dasar sirip caudal
(PDSC). Tinggi sirip caudal (TSC). Hubungan pola pertumbuhan ikan julung-julung (H.
pogonognathus) dalam penelitian ini menunjukkan hubungan yang alometrik negatif.

Kata Kunci: Ikan Air Tawar, Allometrik negatif, Ikan hias, Karakter morfometrik, Karakter
meristik

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau


Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
1. PENDAHULUAN Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei,
Ikan julung-julung merupakan dimana ikan julung-julung dijadikan
salah satu biota yang hidup di perairan sebagai objek penelitian dan perairan
umum Universitas Riau. Kondisi perairan umum Universitas Riau dijadikan sebagai
umum Universitas Riau masih bagus lokasi penelitian. Sedangkan pengambilan
karena masih banyak terdapat organisme sampel ikan julung-julung menggunakan
pada perairan tersebut serta sering metode dalam pengambilan sampel
digunakan sebagai tempat praktikum menggunakan metode sensus yaitu
mahasiswa dan pemancingan ikan. Ikan ini mengambil semua ikan yang tertangkap.
sangat unik, dimana ikan tersebut memiliki Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3
warna yang bervariasi dan mulut kali dengan interval waktu 1 minggu.
berbentuk paruh, rahang bawah lebih Untuk mendapatkan data mengenai
panjang daripada rahang atas. Ikan ini morfometrik dan meristik data yang
memiliki potensi sebagai ikan hias karena dikumpulkan berupa data primer yang
tubuhnya tidak besar dan memiliki warna didapat dari pengukuran ikan sampel di
yang cocok jika dimasukan kedalam laboratorium.
akuarium. Selama ini informasi tentang Pengukuran morfometrik dilakukan
aspek biologi seperti ciri-ciri morfometrik dengan menggunakan kapiler digital,
dan meristik ikan julung-julung belum sedangkan karakter meristik dihitung
banyak dilaporkan, oleh karena itu penulis manual dengan bantuan kaca pembesar.
melakukan penelitian tentang morfometrik, Pengukuran karakter morfometrik pada
meristik dan pola pertumbuhan ikan ikan julung-julung mengacu pada Chan
julung-julung dari perairan umum (2001) dengan menyesuaikan morfologi
Universitas Riau. ikan dan ditambah dengan petunjuk buku
Saanin (1984) dan Kottelat (1993).
2. MERODE PENELITIAN Karakter Morfometrik dan Meristik yang
diukur dapat dilihat pada Gambar 1 dan
Tabel 1.

Gambar 2. Sketsa Pengukuran Morfometrik Ikan Julung-julung.

Keterangan Gambar 1.
1. Panjang Tolal (PT) 15. Jarak Sirip Perut ke Pangkal Sirip
Anus (JSVSA)
2. Panjang Standar (SL) 16. Jarak Sirip Anus ke Pangkal Sirip
Ekor (JSASC)
3. Panjang Kepala (PK) 17. Panjang Dasar Sirip Punggung
(PDSD)
4. Tinggi Kepala (TK) 18. Tinggi Sirip Punggung (TSD)
5. Tinggi Badan (TB) 19. Panjang Dasar Sirip Dada (PDSP)
6. Tinggi Batang Ekor (TBE) 20. Tinggi Sirip Dada (TSP)
7. Lebar Badan (LB) 21. Panjang Dasar Siri Anus (PDSA)
8. Jarak Mulut ke Pangkal Sirip 22. Tinggi Sirip Anus (TSA)
Dorsal (JMSD)
9. Jarak Mulut ke Mata (JMM) 23. Panjang Dasar Sirip Perut (PDSV)
10. Jarak Mulut ke Pangkal Sirip Dada 24. Tinggi Sirip Perut (TSV)
(JMSP)
11. Jarak Mulut ke Pangkal Sirip Perut 25. Panjang Dasar Sirip Caudal
(JMSV) (PDSC)
12. Jarak Sirip Punggung ke Pangkal 26. Tinggi Sirip Caudal (TSC)
Sirip Ekor (JSDSC)
13. Diameter Mata (DM) 27. Panjang Rahang Atas (PRA)
14. Jarak Mata ke Tutup Insang (JMTI) 28. Panjang Rahang Bawah (PRB)

Tabel 1. Perhitungan Meristik Bagian Tubuh Ikan Julung-julung.


No. Perhitungan Meristik
1. Jumlah jari-jari sirip punggung
2. Jumlah jari-jari sirip dada
3. Jumlah jari-jari sirip perut
4. Jumlah jari-jari sirip anus
5. Jumlah jari-jari sirip ekor
6. Jumlah sisik di depan sirip punggung
7. Jumlah sisik di sekeliling badan
8. Jumlah sisik batang ekor
9. Jumlah sisik di linea lateralis
10. Jumlah sisik di atas linea lateralis
11. Jumlah sisik di bawah linea lateralis

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Letak awal sirip perut ikan ini berada di
Ikan julung-julung dari hasil depan sirip punggung, sirip punggung
penangkapan selama penelitian berjumlah lebih panjang dari pada sirip lainnya dan
100 ekor, 60 ekor ikan betina dan 40 ekor memiliki dorsal 15-17 dan sirip anus 8-9.
ikan jantan. Alat tangkap yang digunakan Hal ini sesuai dengan pendapat
adalah tangguk (scop net) dengan mesh Kottelat et al. (1993) yang menyatakan
size 3 mm. bahwa ikan julung-julung (H.
Ciri-ciri ikan julung-julung (H. pogonognathus) ciri khususnya yaitu
pogonognathus) yang tertangkap pada memiliki rahang bawah yang memanjang.
penelitian ini yaitu memiliki bentuk tubuh Letak awal sirip perut di depan sirip
yang memanjang atau disbeut fusiform punggung, melanofor pada sirip punggung
dengan warnah putih keabu-abuan, bentuk hanya satu ukuran saja tidak berlanjut
kepala simetris. Ikan ini memiliki tipe sampai pangkal membran antara jari-jari 3-
mulut seperti rahang dimana rahang bawah 7. Saanin (1968) juga menyatakan bahwa
lebih panjang dari pada rahang atas. Pada ikan ini memiliki kepala yang simetris,
rahang atas terdapat lubang hidung dan moncong seperti paruh, bagian bawah
memiliki lekukan yang menonjol memanjang lebih dari bagian atas.
sedangkan pada rahang bawah bergerigi. Permulaan sirip punggung ikan ini berada
di atas atau di muka permulaan sirip dubur, dan betina. Dimorfisme ciri seksual
sirip punggung lebih panjang, bagian sekunder pada ikan jantan yaitu tubuhnya
rahang bawah yang melewati rahang atas lebih besar dan lebih panjang daripada
bergerigi dan memiliki sirip dorsal 15-17. ikan betina (Gambar 2 sampai 4).
Secara morfologi terdapat
perbedaan antara ikan julung-julung jantan

Gambar 3. Ikan Julung-julung (H.


pogonognathus) Jantan.
Gambar 2. Ikan Julung-julung (H.
pogonognathus) Betina.
Kusumah et al., (2014) Rahang bawah pada ikan jantan terlihat
menyatakan bahwa pada spesies ikan lebih lebar daripada ikan betina. Selain itu
julung-julung (H. pogonognathus) ukuran terdapat juga perbedaan pada papila
jantan tampak lebih besar dari panjang genital, pada ikan jantan papila genitalnya
ikan betina. Selain karakter di atas karakter menonjol keluar sedangkan pada ikan
pembeda seksual lainnya juga terdapat betina tidak begitu menonjol. Untuk lebih
pada rahang bawah dan rahang atas. jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3c.
antara ikan julung-julung jantan dan
betina.
Karakteristik morfometrik ikan
julung-julung (H. pogonognathus) yang
diukur pada penelitian ini ada 28 karakter
(termasuk panjang baku). Panjang baku
dipilih sebagai “acuan” dan hasil dari
pengukuran ke 27 karakter lainnya
Gambar 4. a) Papila Genital Jantan, b) dibandingkan dengan panjang baku.
Papila Genital Betina, c) Rahang Ikan Ukuran maksimum dan minimum setiap
Betina, d) Rahang Ikan Jantan karakter morfometrik dapat dilihat pada
Tabel 2.
Jika dilihat dari ciri seksual
dichromatisme tidak terdapat perbedaan

Tabel 2. Ukuran Maksimum dan Minimum Karakter Morfometrik Ikan Julung-julung (H.
pogonognathus).
KARAKTER Betina Jantan
NO Kode
MORFOMETRIK Maks Min Maks Min
1 Panjang Total PT 63,04 31,61 71,93 28,94
2 Panjang Standar PB 73,99 36,88 82,65 33,35
3 Panjang Kepala PK 25,77 9,29 28,33 10,99
4 Tinggi Kepala TK 4,05 2,09 5,01 2,08
5 Tinggi Badan TB 6,69 2,77 7,56 2,31
6 Tinggi Batang Ekor TBE 2,68 1,05 3,26 1,02
7 Lebar Badan LB 5,32 1,67 5,81 1,75
Jarak Mulut ke Pangkal
8 JMSD 50,86 26,21 55,14 23,94
Sirip Dorsal
9 Jarak Mulut ke Mata JMM 21,33 9,79 24,92 9,52
Jarak Mulut ke Pangkal
10 JMSP 28,14 13,25 32,31 12,89
Sirip Dada
Jarak Mulut ke Pangkal
11 JMSV 45,9 23,9 51,42 22,12
Sirip Perut
Jarak Sirip Punggung ke
12 JSDSC 2,96 0,22 3,51 0,46
Pangkal Sirip Ekor
13 Diameter Mata DM 3,31 1,39 3,41 1,1
Jarak Mata ke Tutup
14 JMTI 6,48 1,39 7,15 2,14
Insang
Jarak Sirip Perut ke
15 JSVSA 8,73 3,09 10,97 2,62
Pangkal Sirip Anus
Jarak Sirip Anus ke
16 JSASC 5,75 0,94 5,72 0,79
Pangkal Sirip Ekor
Panjang Dasar Sirip
17 PDSD 11,28 4,97 13,28 4,99
Punggung
18 Tinggi Sirip Punggung TSD 4,95 0,8 5,76 0,73
19 Panjang Dasar Sirip Dada PDSP 1,73 0,43 1,86 0,62
20 Tinggi Sirip Dada TSP 7,47 2,34 8,74 3,01
21 Panjang Dasar Sirip Anus PDSA 3,82 0,88 4,67 0,98
22 Tinggi Sirip Anus TSA 7,91 2,45 12,42 1,93
23 Panjang Dasar Sirip Perut PDSV 0,98 0,32 1,77 0,49
24 Tinggi Sirip Perut TSV 7,28 1,64 9,64 1,99
25 Panjang Dasar Sirip Caudal PDSC 2,8 1,18 4,19 1,19
26 Tinggi Sirip Caudal TSC 10,58 3,4 11,5 3,66
27 Panjang Rahang Atas PRA 7,19 2,06 6,8 1,83
28 Panjang Rahang Bawah PRB 20,25 7,02 22,97 9,07

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa 36,88-73,99 mm. Artinya ukuran ikan
ukuran ikan julung-julung (H. yang paling kecil dijumpai pada ikan
pogonognathus) yang terkecil sampai julung-julung jantan dan ukuran ikan yang
ukuran terbesar adalah 33,35-82,65 mm. terpanjang juga dijumpai pada ikan
Ikan julung-julung jantan memiliki kisaran julung-julung jantan. Sedangkan nilai
panjang baku (PB) 33,35-82,65 mm, proporsi karakter morfometrik ikan julung-
sedangkan ikan julung-julung betina julung (H. pogonognathus) dapan dilihat
memiliki kisaran panjang (PB) baku pada Tabel 3

Tabel 3. Proporsi Karakter Morfometrik terhadap Panjang Baku (%)


KARAKTER BETINA JANTAN
NO KODE
MORFOMETRIK Ʃ (%) RATIO Ʃ (%) RATIO
1 Panjang Total PT 116 7/6 116 7/6
2 Panjang Kepala PK 40 1/3 40 1/3
3 Tinggi Kepala TK 7 1/15 7 1/15
4 TInggi Badan TB 9 1/11 9 1/11
5 Tinggi Batang Ekor TBE 4 1/26 4 1/25
6 Lebar Badan LB 7 1/14 7 1/14
Jarak Mulut ke Pangkal Sirip
7 JMSD 80 ¾ 79 ¾
Dorsal
8 Jarak Mulut ke Mata JMM 33 1/3 33 1/3
Jarak Mulut ke Pangkal Sirip
9 JMSP 44 1/2 44 ½
Dada
Jarak Mulut ke Pangkal Sirip
10 JMSV 73 ¾ 73 ¾
Perut
Jarak Sirip Punggung ke
11 JSDSC 3 1/33 4 1/28
Pangkal Sirip Ekor
12 Diameter Mata DM 4 1/23 4 1/23
13 Jarak Mata ke Tutup Insang JMTI 9 1/11 10 1/11
Jarak Sirip Perut ke Pangkal
14 JSVSA 14 1/7 14 1/7
Sirip Anus
Jarak Sirip Anus ke Pangkal
15 JSASC 6 1/17 6 1/17
Sirip Ekor
16 Panjang Dasar Sirip Punggung PDSD 17 1/6 17 1/6
17 Tinggi Sirip Punggung TSD 5 1/20 5 1/19
18 Panjang Dasar Sirip Dada PDSP 2 1/50 2 1/47
19 Tinggi Sirip Dada TSP 11 1/9 11 1/9
20 Panjang Dasar Sirip Anus PDSA 5 1/22 4 1/22
21 Tinggi Sirip Anus TSA 9 1/11 11 1/9
22 Panjang Dasar Sirip Perut PDSV 2 1/63 2 1/56
23 Tinggi Sirip Perut TSV 8 1/13 10 1/10
24 Panjang Dasar Sirip Caudal PDSC 4 1/25 4 1/23
25 Tinggi Sirip Caudal TSC 15 1/7 16 1/6
26 Panjang Rahang Atas PRA 8 1/12 9 1/12
27 Panjang Rahang Bawah PRB 30 1/3 30 1/3

Pada Tabel 7 data kisaran proporsi Karakter morfometrik yang


setiap karakter morfometrik terhadap berbeda juga dapat dilihat pada Tabel 8
panjang baku (PB). Proporsi 27 karakter yang merupakan hasil dari uji Withney.
morfometrik yang berkisar 30-80% (lebih Jika hasil dari uji withney dibawah 0,5
dari seperempat PB) adalah PK, JMSD, menunjukkan bahwa pada karakter
JMM, JMSP, JMSV dan PRB. Sementara tersebut terdapat perbedaan antara karakter
yang berkisar 2-17% (kurang dari morfometrik jantan dan betina, jika hasil
seperempat PB) adalah TK, TB, TBE, LB, dari uji withney 0,5 atau di atas 0,5 artinya
JSDSC, DM, JMTI, JSVSA, JSASC, pada karakter morfometrik tersebut tidak
PDSD, TSD, PDSP, TSP, PDSA, TSA, memiliki perbedaan antara jantan dan
PDSV, TSV, PDSC, TSC dan PRA. betina.

Tabel 4. Karakter Morfometrik Uji Withney


Karakter Chi- Asymp.
df
Morfometrik Square Sig.
PSP 7,262 1 0,5
PT 0,209 1 0,647
PK 0,546 1 0,56
TK 0,401 1 0,527
TB 1,448 1 0,52
TBE 0,278 1 0,41*
LB 1,941 1 0,514
JMSD 1,159 1 0,582
JMM 0,459 1 0,5
JMSP 1,768 1 0,54
JMSV 0,546 1 0,5
JSDSC 3,347 1 0,067*
DM 0,392 1 0,531
JMTI 0,064 1 0,8
JSVSA 0,026 1 0,871
JSASC 1,499 1 0,51
PDSD 2,183 1 0,5
TSD 0,419 1 0,417*
PDSP 2,828 1 0,093*
TSP 0,026 1 0,871
PDSA 0,525 1 0,69
TSA 10,069 1 0,002*
PDSV 3,45 1 0,063*
TSV 11,029 1 0,001*
PDSC 8,65 1 0,003*
TSC 1,189 1 0,275*
PRA 1,027 1 0,511
PRB 0,134 1 0,714
*= Karakter yang berbeda

Pada penelitian ini setiap karakter sedangkan pada ikan julung-julung


morfometrik ikan dihitung proporsinya betina 1/33, artinya jarak sirip
terhadap panjang baku. Tabel 3 dan Tabel punggung ke pangkal sirip ekor
4 menunjukkan bahwa karakter (JSDSC) ikan julung-julung jantan
morfometrik antara ikan julung-julung lebih panjang daripada ikan julung-
jantan dan betina terdapat 9 perbedaan, julung betina.
yaitu pada TBE, JSDSC, TSD, PDSP, 3. Karakter morfometrik Tinggi Sirip
TSA, PDSV, TSV, PDSC, dan TSC. Punggung (TSD) ikan julung-julung
Adapun perbedaan karakter jantan memiliki ratio atau
tersebut adalah sebagai berikut: perbandingan 1/19, sedangkan pada
1. Karakter morfometrik tinggi batang ikan julung-julung betina 1/20, artinya
ekor (TBE) ikan julung-julung jantan tinggi sirip punggung (TSD) ikan
memiliki ratio atau perbandingan 1/25, julung-julung jantan lebih panjang
sedangkan pada ikan julung-julung daripada ikan julung-julung betina.
betina 1/26. Artinya tinggi batang ekor 4. Karakter morfometrik Panjang
(TBE) ikan julung-julung jantan lebih Dasar Sirip Dada (PDSP) ikan julung-
panjang daripada ikan julung-julung julung jantan memiliki ratio atau
betina. perbandingan 1/47, sedangkan pada
2. Karakter morfometrik Jarak Sirip ikan julung-julung betina 1/50, artinya
Punggung ke Pangkal Sirip Ekor panjang dasar sirip dada (PDSP) ikan
(JSDSC) ikan julung-julung jantan julung-julung jantan lebih panjang
memiliki ratio atau perbandingan 1/28, daripada ikan julung-julung betina.
5. Karakter morfometrik Tinggi Sirip Chahyani (2016) juga menyatakan bahwa
Anus (TSA) ikan julung-julung jantan morfometrik untuk setiap individu
memiliki ratio atau perbandingan 1/9, menunjukkan hasil pengukuran yang
sedangkan pada ikan julung-julung berbeda-beda, beberapa hal yang
betina 1/11, artinya karakter mempengaruhinya adalah umur, jenis
morfometrik tinggi sirip anus (TSA) kelamin, makanan dan lingkungan
ikan julung-julung jantan lebih panjang hidupnya.
daripada ikan julung-julung betina. Untuk karakter morfometrik ikan
6. Karakter morfometrik Panjang julung-julung jantan dan betina yang lain
Dasar Sirip Perut (PDSV) ikan tidak terdapat perbedaan, karena ratio
julung-julung jantan memiliki ratio perbandingan karakter morfometrik yang
atau perbandingan 1/56, sedangkan lain antara ikan julung-julung jantan dan
pada ikan julung-julung betina 1/63, betina menunjukan nilai yang sama.
artinya panjang dasar sirip perut Setiap karakter morfometrik ikan
(PDSV) ikan julung-julung jantan lebih tersebut dilihat hubungannya dengan
panjang daripada ikan julung-julung panjang baku (PSD). Hubungan setiap
betina. karakter morfometrik dan panjang total
7. Karakter morfometrik Tinggi Sirip ikan julung-julung dapat dilihat pada
Perut (TSV) ikan julung-julung jantan gambar 5a-5aa.
memiliki ratio atau perbandingan 1/10,
sedangkan pada ikan julung-julung
betina 1/13, artinya tinggi sirip perut
(TSV) ikan julung-julung jantan lebih
panjang daripada ikan julung-julung
betina.
8. Karakter morfometrik Panjang
Dasar Sirip Caudal (PDSC) ikan
julung-julung jantan memiliki ratio Gambar 5a. Hubungan Karakter
atau perbandingan 1/23, sedangkan Morfometrik Panjang Total (PT) dan
pada ikan julung-julung betina 1/25, Panjang Baku (PSD)
artinya panjang dasar sirip caudal
(PDSC) ikan julung-julung jantan lebih
panjang daripada ikan julung-julung
betina.
9. Karakter morfometrik Tinggi Sirip
Caudal (TSC) ikan julung-julung
jantan memiliki ratio atau
perbandingan 1/23, sedangkan pada
ikan julung-julung betina 1/25, artinya
tinggi sirip caudal (TSC) ikan julung- Gambar 5b. Hubungan Karakter
julung jantan lebih panjang daripada Morfometrik Panjang Kepala (PK) dan
ikan julung-julung betina. Panjang Baku (PSD)
Perbedaan 9 karakter diatas
disebabkan oleh faktor umur, jenis
kelamin, sifat ikan itu sendiri dan
lingkungan hidupnya. Kusumah et al.
(2014) menyatakan bahwa pada spesies
ikan julung-julung (H. pogonognathus)
ukuran jantan tampak lebih panjang dari
panjang ikan betina. Rekamunandar dalam
Gambar 5c. Hubungan Karakter Gambar 5g. Hubungan Karakter
Morfometrik Jarak Mulut Ke Pangkal Sirip Morfometrik Tinggi Sirip Ekor (TSC) dan
Dorsal (JMSD) dan Panjang Baku (PSD) Panjang Baku (PSD)

Gambar 5d. Hubungan Karakter Gambar 5h. Hubungan Karakter


Morfometrik Jarak Mulut ke Mata (JMM) Morfometrik Panjang Rahang Bawah
dan Panjang Baku (PSD) (PRB) dan Panjang Baku (PSD)

Gambar 5a-5h menunjukkan


hubungan korelasi yang erat. Dimana nilai
koefisien korelasi (r) ikan jantan maupun
betina yang diperoleh dari 8 karakter
morfometrik tersebut terhadap panjang
baku (PB) berkisar 0,8192-0,9987, yang
mana nilai koefisien korelasi (r)
menunjukkan hubungan yang sangat erat.
Gambar 5e. Hubungan Karakter Hal ini sesuai dengan pendapat
Morfometrik Jarak Mulut ke Pangkal Sirip Syafriadiman (2006) menyatakan bahwa
Dada (JMSP) dan Panjang Baku (PSD) jika nilai koefisien korelasi (r) = 0,8-1
korelasi kuat atau erat. Korelasi erat
memiliki arti bahwa semakin bertambah
panjang baku (PB) maka morfometrik
pembandingnya juga bertambah. Hasil
korelasi tersebut diduga dipengaruhi oleh
ketersediaan makanan. Faktor ketersediaan
makanan saat berperan dalam proses
pertumbuhan. Pola pertumbuhan
dipengaruhi oleh umur, makanan dan
Gambar 5f. Hubungan Karakter adanya gangguan penyakit seperti parasit.
Morfometrik Jarak Mulut ke Pangkal Sirip (Amran dan Norbaiti dalam Chahyani,
Perut (JMSV) dan Panjang Baku (PSD) 2016).
morfometrik pada penelitian ini
disebabkan oleh respon ikan julung-julung
yang berbeda terhadap lingkungan. Variasi
morfometrik merupakan respon terhadap
lingkungan fisik tempat hidup jenis
tersebut, seperti adanya adaptasi pada
habitat tertentu. (Haryono, 2001).

Gambar 5i. Hubungan Karakter


Morfometrik Lebar Badan (LB) dan
Panjang Baku (PSD)

Gambar 5l. Hubungan Karakter


Morfometrik Tinggi Kepala (TK) dan
Panjang Baku (PSD)

Gambar 5j. Hubungan Karakter


Morfometrik Diameter Mata (DM) dan
Panjang Baku (PSD)

Gambar 5m. Hubungan Karakter


Morfometrik Tingi Basan (TB) dan
Panjang Baku (PSD)

Gambar 5k. Hubungan Karakter


Morfometrik Tinggi Sirip Punggung
(TSD) dan Panjang Baku (PSD)

Gambar 5i-5k menunjukkan


hubungan korelasi sedang dimana nilai
koefisien korelasi (r) ikan jantan maupun
betina yang diperoleh dari 3 karakter
morfometrik tersebut berkisar 0,5456-
0,7829. Hal ini sesuai dengan pendapat Gambar 5n. Hubungan Karakter
Syafriadiman (2006) menyatakan bahwa Morfometrik Jarak Mata ke Tutup Insang
jika nilai koefisien korelasi (r) = 0,5-0,8 (JMTI) dan Panjang Baku (PSD)
korelasi sedang. Korelasi sedang memiliki
arti jika panjang baku (PB) bertambah
maka sebagian morfometrik karakter
pembandingnya bertambah dan ada pula
sebagian tidak ikut bertambah (Chahyani,
2016). Perbedaan korelasi karakter
Gambar 5o. Hubungan Karakter Gambar 5s. Hubungan Karakter
Morfometrik Tinggi Sirip Dada (TSP) dan Morfometrik Jarak Sirip Perut ke Sirip
Panjang Baku (PSD) Anus (JSVSA) dan Panjang Baku (PSD)

Gambar 5t. Hubungan Karakter


Gambar 5p. Hubungan Karakter Morfometrik Panjang Dasar Sirip
Morfometrik Tinggi Sirip Perut (TSV) dan Punggung (PDSD) dan Panjang Baku
Panjang Baku (PSD) (PSD)

Gambar 5l-5t menunjukkan


hubungan korelasi yang berbeda antara
ikan jantan dan betina. karakter
morfometrik tinggi kepala (TK), diameter
mata (DM), jarak mata ke tutup insang
(JMTI), tinggi sirip dada (TSP), tinggi
sirip perut (TSV), tinggi sirip anus (TSA),
panjang dasar sirip ekor (PDSC), jarak
Gambar 5q. Hubungan Karakter sirip perut ke sirip anus (JSVSA), dan
Morfometrik Tinggi Sirip Anus (TSA) dan panjang dasar sirip punggung (PDSD)
Panjang Baku (PSD) terhadap panjang baku (PB) memiliki nilai
koefisien korelasi pada ikan betina
berkisar 0,5011-0,7966, artinya karakter
morfomterik tersebut memiliki hubungan
korelasi sedang. Sedangkan pada ikan
jantan berkisar 0,8302-0,9291, artinya
karakter morfomterik tersebut memiliki
hubungan korelasi erat atau kuat.

Gambar 5r. Hubungan Karakter


Morfometrik Panjang Dasar Sirip Ekor
(PDSC) dan Panjang Baku (PSD)
Gambar 5u. Hubungan Karakter
Morfometrik Panjang Sirip Punggung ke Gambar 5x. Hubungan Karakter
Sirip Ekor (JSDSC) dan Panjang Baku Morfometrik Panjang Dasar Sirip Dada
(PSD) (PDSP) dan Panjang Baku (PSD)
Pada gambar 4x dapat dilihat
bahwa hubungan karakter morfometrik
panjang dasar sirip dada (PDSP) dan
panjang baku (PSD) menunjukkan
hubungan kolerasi yang berbeda antara
jantan dan betina. Dimana nilai koefisien
korelasi (r) ikan betina adalah 0,3749
merupakan hubungan korelasi lemah
Gambar 5v. Hubungan Karakter sedangkan pada ikan jantan 0,6565
Morfometrik Panjang Dasar Sirip Anus memiliki hubungan korelasi sedaang.
(PDSA) dan Panjang Baku (PSD)

Gambar 4y. Hubungan Karakter


Gambar 5w. Hubungan Karakter Morfometrik Tinggi Batang Ekor (TBE)
Morfometrik Panjang Dasar Sirip Perut dan Panjang Baku (PSD)
(PDSv) dan Panjang Baku (PSD)

Gambar 6u-6w menunjukkan


hubungan kolerasi lemah dimana nilai
koefisien korelasi (r) ikan jantan maupun
betina yang diperoleh dari 3 karakter
morfometrik tersebut berkisar 0,1990-
0,5034. Hal ini sesuai dengan pendapat
Syafriadiman (2006) menyatakan bahwa
jika nilai koefisien korelasi (r) = 0-0,5 Gambar 4z. Hubungan Karakter
korelasi lemah. Korelasi lemah memiliki Morfometrik Jarak Sirip Anus ke Sirip
arti bahwa apa bila panjang baku (PB) Ekor (JSASC) dan Panjang Baku (PSD)
bertambah tidak diikuti oleh pertambahan
karakter morfometrik pembandingnya.
(Chahyani, 2016).
korelasi (r) ikan betina berkisar antara
0,4452-0,4953 merupakan hubungan
korelasi lemah sedangkan pada ikan jantan
berkisar antara 0,8317-0,8244 memiliki
hubungan korelasi erat atau kuat.
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh hasil perhitungan meristik ikan
julung-julung (H. pogonognathus). Ikan
Gambar 4aa. Hubungan Karakter ini hanya memiliki jari-jari lemah pada
Morfometrik Panjang Rahang Atas (PRA) setiap sirip dan memiliki sisik. Untuk lebih
dan Panjang Baku (PSD) jelasnya meristik ikan julung-julung (H.
pogonognathus) dapat dilihat pada Tabel 5
Gambar 4y-4aa menunjukkan
hubungan kolerasi yang berbeda antara
jantan dan betina. Dimana nilai koefisien

Tagel 5. Perhitungan Meristik Ikan Julung-julung (H. pogonognathus).


Penelitian Saanin Kottelat
No. Jenis
ini (1968) (1993)
1 Jari-jari Sirip Dorsal 15-17 15-17 13-17
2 Jari-jari Sirip Pektoral 5-8 TI TI
3 Jari-jari Sirip Ventra 5-6 TI TI
4 Jari-jari Sirip Anal 8-9 TI 8-9
5 Jari-jari Sirip Caudal 17-20 TI TI
Sisik Depan Sirip
6 47-52 TI TI
Punggung
7 Sisik Sekeliling Badan 52-62 TI TI
8 Sisik Batang Ekor 14-16 TI TI
9 Sisik Linea Lateralis 98-110 TI TI
10 Sisik di Atas Linealateralis 19-25 TI TI
Sisik di Bawah
11 25-31 TI TI
Linealateralis
33,35-
12 Panjang Baku TI 58 mm
82,65 mm
TI= Tidak ada informasi
Untuk melihat hubungan panjang
baku dan berat tubuh ikan julung-julung
dapat dilihat pada Gambar 6.
terdiri dari 40 ekor jantan dan 60 ekor
betina. Ikan ini memiliki kisaran panjang
total (TL) yaitu 33,35-82,65 mm dan berat
1,3-0,1 g. Hubungan dari 27 karakter
morfometrik dan Panjang Baku ikan
julung-julung jantan maupun betina
bervariasi, yaitu terdapat hubungan yang
berkorelasi lemah, sedang dan kuat.
Gambar 6a. Grafik Hubungan Antara Berdasarkan uji Withney terdapat
Panjang Baku (mm) dengan Berat Tubuh perbedaan karakter morfometrik antara
(g) Ikan Julung-julung Jantan dan Betina ikan julung-julung jantan dan betina yaitu
pada karakter morfometrik TBE, JSDSC,
TSD, PDSP, TSA, PDSV, TSV, PDSC,
dan TSC ikan julung-julung jantan lebih
panjang daripada ikan julung-julung
betina. Jumlah meristik (D.15-17; P.5-8;
V.5-6; A.8-9; C.17-20). Sisik Depan Sirip
Punggung 47-52, Sisik Sekeliling Badan
52-62, Sisik Batang Ekor 14-16, Sisik
Linea Lateralis 98-110, Sisik di Atas
Gambar 6b. Grafik Hubungan Antara Linealateralis 19-25 dan Sisik di Bawah
Linealateralis 25-31.
Panjang Baku (mm) dengan Berat Tubuh
(g) Ikan Julung-julung Jantan dan Betina Hubungan pola pertumbuhan ikan
julung-julung (H. pogonognathus) dalam
Nilai b dari persamaan panjang penelitian ini menunjukkan hubungan
yang allometrik negatif, yaitu pertambahan
berat adalah 2,6884 untuk ikan betina dan
2,9134 untuk ikan jantan, sedangkan panjang lebih cepat dari pertambahan
berat/bobot. Berdasarkan pengukuran
gabungan antara ikan jantan dan betina
2,8456 Dimana nilai b yang didapatkan kualitas air di lokasi penelitian masih
cukup baik dan dapat mendukung
untuk ikan jantan dan betina kurang dari 3,
atau disebut juga allometrik negatif yang kehidupan ikan, khususnya ikan julung-
artinya pertambahan panjang lebih cepat julung (H. pogonognathus).
daripada pertambahan berat. Artinya hasil
yang diperoleh baik jantan maupun betina DAFTAR PUSTAKA
berkecenderungan memiliki kesamaan Chahyani N., Titrawani dan Rauf W. H.
dalam pertumbuhan. Hal tersebut berbeda 2016. Variasi Morfometrik Bufo
dengan hasil penelitian yang dilaporkan asper Gravenhorst (1829) di
oleh Marson (2012) dimana pola Kawasan Universitas Riau dan
pertumbuhan ikan julung-julung (H. Desa Bencah Kelubi Tapung
pogonognathus) bersifat allometrik positif
Kampar. Journal of Biology. 9(2),
(pertambahan berat lebih cepat dibanding
pertambahan panjang). Dari laporan 102-117.
tersebut artinya ikan sampel pada
Fitria, Ibrohim dan D. Lystiyorini. 2015.
penelitian ini menunjukkan keadaan ikan
kurus dimana pertambahan panjang lebih Kajian Genetik Ikan Julung–Julung
cepat daripada pertambahan berat. (Dermogenys sp.) Berdasarkan
DNA Barcode Cytochrome–
4. KESIMPULAN Oxidase Subunit 1 di Perairan
Jumlah total ikan tertangkap Kabupaten Pasuruan dan Malang.
selama penelitian ini adalah 100 ekor yang
Jurnal Penelitian Universitas Hias Asli Indonesia. Jurnal
Negeri Malang. Penelitian Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Ikan
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Hias. 303-313.
Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo.
1993. Freswater Fishes of Western Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci
Identifikasi Ikan. Binacipta: Bogor
Indonesia and Sulawesi-Ikan Air
Tawar Indonesia Bagian Barat dan Marson. 2012. Hubungan panjang berat
Sulawesi. Periplus dan faktor kondisi ikan julun-
Editions.Kuncoro, B.E. 2009. julung (hemirhamphodon
Ensiklopedia Populer Ikan Hias Air pogonognatus) di perairan Sungai
Tawar. Yogyakarta: Lily Publisher. Musi bagian hilir Sumatera Selatan.
Jurnal Penelitian Balai Penelitian
Kusumah, R.V. 2014. Biologi, Potensi, Perikanan Perairan Umum.
dan Upaya Budidaya Julung-julung Palembang. Vol.1 No.1
Zenarchopteridae Seabagai Ikan

You might also like