518-Article Text-2335-1-10-20201230
518-Article Text-2335-1-10-20201230
518-Article Text-2335-1-10-20201230
Oleh: Syarboini
Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Lhokseumawe
Email: [email protected]
ABSTRACT
Ma'had Jami'ah Lhokseumawe State Islamic Institute which is inhabited by
hundreds of students has been running for four years, the aim is to find out
the learning of the yellow book, what methods are used in implementing the
learning of the yellow book and what factors are supporting and hindering
the implementation yellow book learning in ma'had Jami'ah Lhokseumawe
State Islamic Institute of Aceh Province, using a qualitative descriptive
approach with a field research study design (Fiel Reseacrh), this study
collected data through observation, interviews and documentation. The
results obtained are the implementation of the learning of the yellow book
carried out at Ma'had Jami'ah Lhokseumawe IAIN running as learning is
carried out by salafi pesantren in general in Aceh, the yellow book
curriculum taught by Fiqh, Nahu, Saraf, Tauhid, Tasawuf , Hadith, Ulumul
Hadith, Morals and Tafsir. The methods used in teaching the yellow book
are the Qiraat wa Tarjamah Method, the Mahfudhat Method, the Murajaah
Method, the Mudzakarah Method, the Peer Tutor Method, the Question and
Answer Method and the 'Ikrab Sentence Method and which are the
supporting factors for learning the yellow book are the mahasantri already
have the basic knowledge of the yellow book , high interest, have written
regulations, the existence of a book of charity to write violations committed
by mahasantri, the availability of yellow book teachers who already have
deep knowledge and understanding of the study of the yellow book, while
the inhibiting factor is the educational background of students who are
different, not all mahasantri have the same passion to study the yellow
book.
ABSTRAK
Ma’had Jami’ah Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe yang dihuni
ratusan mahasiswa sudah berjalan pembelajarannya selama empat tahun,
tujuannya adalah untuk mengetahui pembelajaran kitab kuning, metode apa
saja yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran kitab kuning dan
faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan
pembelajaran kitab kuning di ma’had Jami’ah Institut Agama Islam Negeri
Lhokseumawe Provinsi Aceh, dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif dengan rancangan studi penelitian lapangan (Fiel Reseacrh),
penelitian ini mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Adapun hasil yang diperoleh adalah proses pelaksanaan
pembelajaran kitab kuning yang dilaksanakan di Ma’had Jami’ah IAIN
Lhokseumawe berjalan sebagaimana pembelajaran yang dilaksanakan oleh
pesantren salafi pada umumnya yang ada di Aceh, kurikulum kitab kuning
yang diajarkan Fiqih, Nahu, Saraf, Tauhid, Tasawuf, Hadist, Ulumul
Hadist, Akhlak dan Tafsir. Metode yang digunakan dalam mengajarkan
kitab kuning adalah Metode Qiraat wa tarjamah, Metode Mahfudhat,
Metode Murajaah, Metode Mudzakarah, Metode Tutor Sebaya, Metode
Tanya Jawab dan Metode ‘Ikrab Kalimat dan yang menjadi faktor
pendukung pembelajaran kitab kuning adalah mahasantri telah memiliki
ilmu dasar kitab kuning,minat yang tinggi,memiliki peraturan
tertulis,adanya buku catatan amal untuk menulis pelanggaran yang
dilakukan oleh mahasantri, tersedianya tenaga pengajar kitab kuning yang
telah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang dalam terhadap kajian
kitab kuning, sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah latar
belakang pendidikan mahasantri yang berbeda, tidak semua mahasantri
memiliki semangat yang sama untuk belajar kitab kuning.
PENDAHULUAN
Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe memiliki ma’had yang
dinamakan ma’had Jami’ah Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
yang dihuni ratusan mahasiswa sudah berjalan pembelajarannya selama 4
(empat) tahun sudah berganti pengurusnya dua kali yang di dalamnya juga
mempelajari kitab kuning atau sering disebut kitab klasik.
Pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga ma’had hampir sama
seperti pembelajran dayah, hanya yang membedakan waktu, kalau di dayah
proses interaksi yang dilakukan antara guru dengan santri pada setiap aspek
kehidupan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, Maksudnya adalah
karena para santri dan guru tinggal bersama dalam satu lingkungan pondok
yang serba mungkin untuk melakukan pembelajaran tidak hanya
berlangsung di dalam lokal kelas saja. Unsur inilah kemudian yang
membedakan lembaga pendidikan dayah dengan lembaga pendidikan
formal lainnya khususnya ma’had. Pada ma’had di samping belajar kitab
kuning santri harus memenuhi kewajiban yang lain sebagai kewajiban
utama yaitu mengikuti kuliah, inilah yang membedakan ma’had dengan
dayah khususnyan dayah salafiyyah.
Maka dari paparan masalah tersebut di atas penulis tertarik untuk
mengkaji dan membuat suatu penelitian mengenai pelaksanaan
pembelajaran kitab kuning di Ma’had Jami’ah Institut Agama Islam Negeri
Lhokseumawe yang tujuannya adalah untuk mengetahui tentang
Pembelajaran kitab kuning, metode apa saja yang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran kitab kuning dan faktor apa saja yang menjadi
pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di
ma’had Jami’ah Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe Provinsi Aceh.
LANDASAN TEORI
Pembelajaran Kitab Kuning
Menurut Asep Usmani Ismail Kitab Kuning Marupakan kitab-kitab
klasik biasanya ditulis atau dicetak memakai huruf-huruf Arab dalam
bahasa Arab, Melayu, Jawa, dan sebagainya yang berasal sekitar abad XI
hingga XVI Masehi,(2001: 09) Dinamakan kitab kuning karena kertasnya
berwarna kuning. Adapun dari sisi materi yang termuat di dalam kitab
kuning itu, sebenarnya sangat beragam. Mulai dari masalah aqidah, tata
bahasa Arab, ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu ushul fiqih, ilmu fiqih, ilmu
sastra bahkan sampai cerita dan hikayat yang tercampur dengan dongeng.
Hal lain adalah bahwa kitab kuning merupakan sebuah dokumen intelektual
keislaman, sebuah khazanah Islam yang “lengkap” yang berisi beragam
pendapat para ulama, memuat teks-teks al-Qur’an beserta tafsir yang
dikemukakan sejak sahabat sampai tabi’in, menampung berbagai
penjelasan status hadits dari yang shahih sampai dha’if dan bahkan hadits
maudhu’i dan lain-lain.
Singkatnya, kitab kuning dianggap sudah menyediakan “segalanya”
bagi umat Islam dewasa ini yang menginginkan basis penggalian hukum.
Oleh karena itu, berpegang pada kitab kuning dalam istinbath al-hukm, di
samping lebih praktis karena di dalamnya menyediakan “menu” yang
beraneka ragam, juga untuk menghindari kesalahan dalam memahami al-
Qur’an dan hadits. Pada kenyataan inilah kemudian, kitab kuning tetap
eksis dan dipelajari oleh kaum santri di dayah atau pondok pesantren
ma’had pada kalangan perguruan tinggi, meskipun jumlah santri yang
mempelajarinya dan lembaga yang masih menerapkan metode tradisonal
ini telah relatif berkurang.
benar dan bisa salah terlepas dari tingkatannya, bisa berbeda dari satu
individu atau kelompok kepada individu atau kelompok lainnya.
Secara esensial seluruh kitab kuning mendasarkan diskursusnya
pada epistimologi ini. Namun, pada tingkat yang lebih praktis, hampir
seluruh kitab kuning yang ditulis para ulama atau pemikir asli Indonesia,
selain mendasarkan diri pada ketiga sumber tersebut, juga berpijak pada
hasil– hasil pemikiran ulama yang diakui otoritasnya.
Hampir tidak diragukan lagi kitab kuning mempunyai peran besar tidak
hanya dalam transmisi ilmu pengetahuan Islam, bukan hanya dikalangan
komunitas santri, tetapi juga di tengah masyarakat muslim Indonesia secara
keseluruhan. Lebih jauh lagi, kitab kuning khususnya yang ditulis oleh para
ulama dan pemikir Islam di kawasan ini merupakan refleksi perkembangan
intelektualisme dan tradisi keilmuan Islam Indonesia. Bahkan, dalam batas
tertentu, kitab kuning juga merefleksikan perkembangan sosial Islam.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui
studi lapangan (fiel research), tehnik pengumpulan data dilakukan dengan
cara (a). observasi objek penelitian untuk mendapatkan gambaran secara
umum tentang Ma’had Jami’ah Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe
Provinsi Aceh, seperti: letak geografis, keadaan Para Santri, sarana dan
prasarana, (b).wawancara, interview adalah suatu proses tanya jawab lisan
dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yaitu satu
dapat melihat yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri,
tampaknya merupakan alat pengumpulan informasi langsung tentang
beberapa jenis data sosial. Sutrisno Hadi, (1989: 192).
Dalam hal ini peneliti mewawancarai direktur ma’had IAIN
Lhokseumawe, serta informan lain yang terkait dengan masalah yang
dibahas,(c).Dokumentasi, Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat dan sebagainya. Arikunto
( 1996 :206Adapun data-data yang penulis peroleh dari metode ini antara
lain adalah: Sejarah berdirinya ma’had IAIN Lhokseumawe, struktur
organisasi ma’had IAIN Lhokseumawe, jumlah santri ma’had IAIN
Lhokseumawe, data guru di ma’had IAIN Lhokseumawe dan Sarana
prasarana di ma’had IAIN Lhokseumawe. Data yang telah diperoleh akan
dianalisis secara kualitatif serta diuraiakan dalam bentuk deskriptif.
HASIL PENELITIAN
Sejarah Pendirian
Didirikannya Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe merupakan
realisasi atas dasar intruksi Dirjend Pendidikan Islam Kementerian Agama
RI Nomor : Dj.I/Dt.I.IV/PP.009/2374/2014, tahun 2014 merupakan tahun
awal pendirian Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe yang dinahkodai oleh
Ust. Fauzan, M.A, di awal pendiriannya model pembelajaran yang di
laksanakan di ma’had hanya di lakukan pada hari Rabu dan Jum’at di sore
hari, kemudian pada periode selanjutnya ketika kepemimpinan ma’had
beralih kepada ust. Fahrurrazi MA terus di lakukan sebuah inovasi dengan
dua model bentuk pembelajaran yaitu ma’had mondok dan ma’had non
mondok, mahasantri yang mondok akan menerima transformasi Ilmu agama
dari para ustad yang telah teruji kemampuannya dengan berbagai macam
disiplin ilmu setiap malam ba’da shalat magrib sampai dengan pukul 09.00
Wib, sementara mahasantri yang non mondok khusus belajar tahsinul Qur’an
dan kajian kitab kuning. Ma’had al-Jami’ah IAIN Lhokseumawe merupakan
sebuah unit pelaksana teknis yang dimaksudkan untuk menunjang program
Institut dalam rangka pembentukan mahasiswa berakidah Ahlussunnah dan
berakhlak mulia. Unit ini merupakan unit yang terintegrasi ke dalam struktur
dan tata kelola IAIN Lhokseumawe yang bertugas memberikan layanan
hunian bagi mahasantri yang berkeinginan mondok dalam upaya mendorong
serta menumbuhkembangkan iklim berprestasi, berilmu dan bertakwa serta
berjiwa saling asah, asih dan asuh dalam kehidupannya.
spirit bagi ustadz dan ustadzah untuk mengajarkan kitab kuning kepada
mahasantri, ketiga, peraturan tertulis yang wajib di taati oleh semua
Mahasantri Ma’had, ini menjadi sesuatu yang sangat penting bagi
mahasantri untuk dapat mengalokasikan waktu dengan baik untuk terus
memperdalam kajian kitab kuning, hanya sedikit ruang waktu bagi mereka
yang tersedia untuk bisa bermain-main. Keempat, diberlakukan absensi
bagi mahasantri pada waktu belajar dan shalat berjamaah, sehingga tidak
ada mahasantri yang tidak berada dikelas pada saat jam belajar
berlangsung, kelima, setiap Mahasantri dibekali dengan buku catatan amal
yang berwarna merah untuk ditulis pelanggaran peraturan yang dilakukan,
sehingga dengan adanya buku ini mahasantri akan selalu menjaga diri
untuk tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan, keenam, lingkungan
Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe yang terletak ditengah areal kampus
IAIN Lhokseumawe, ini membuat para pengurus Ma’had mudah untuk
memantau dan mengontrol Mahasantri setiap saat, ketujuh, tersedianya
tenaga pengajar kitab kuning yang mumpuni, pengajar kitab kuning di
Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe merupakan alumni dari pesantren-
pesantren tradisional dan pesantren modern yang ada di Aceh, sehingga
mereka bisa menyesuaikan pembelajaran kitab kuning sesuai dengan
kearifan lokal dan bisa diterima oleh masayarakat umum.
Adapun beberapa faktor yang menjadi penghambat dan kendala
dalam proses pembelajaran kitab kuning di Ma’had Jami’ah IAIN
Lhokseumawe, adalah: pertama, latar belakang pendidikan mahasantri
yang berbeda, sebahagian mereka berasal dari sekolah umum dan belum
pernah belajar kitab kuning sama sekali, sehingga ini akan menjadi sulit
bagi para ustadz dan ustadzah untuk mengajari mereka dalam memahami
kitab kuning, kedua, tidak semua mahasantri memiliki semangat yang sama
untuk mempelajari kitab kitab kuning,ini akan membuat semangat para
ustadz dan ustadzah sedikit menurun dalam mengajar kitab kuning ketika
terdapat mahasantri dalam kelas yang kurang memperhatikan apa yang
disampaikan oleh ustadz atau ustadzah.
IAIN Lhokseumawe yang terletak ditengah areal kampus IAIN
Lhokseumawe, ini membuat para pengurus Ma’had mudah untuk
memantau dan mengontrol Mahasantri setiap saat, ketujuh, tersedianya
tenaga pengajar kitab kuning yang mumpuni, pengajar kitab kuning di
Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe merupakan alumni dari pesantren-
pesantren tradisional dan pesantren modern yang ada di Aceh, sehingga
mereka bisa menyesuaikan pembelajaran kitab kuning sesuai dengan
kearifan lokal dan bisa diterima oleh masayarakat umum.
KESIMPULAN
Kurikulum yang diterapkan di Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe
lebih menitik beratkan pada kajian kitab kuning, ini disebabkan oleh tujuan
pendidikan yang ingin dicapai di Ma’had adalah untuk melahirkan lulusan
yang mahir membaca dan memahami kitab kuning secara mendalam serta
mengetahui makna yang tersirat dalam kalimat-kalimat yang di baca dalam
literatur kitab kuning tersebut, kurikulum kitab kuning yang diajarkan di
Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe dapat di kelompok menjadi Fiqih,
Nahu, Saraf, Tauhid, Tasawuf, Hadist, Ulumul Hadist, Akhlak dan Tafsir.
Metode yang digunakan oleh ustadz dan ustadzah dalam mengajarkan
ilmu pembelajaran kitab kuning kepada mahasantri adalah Metode Qiraat
dan Tarjamah yaitu dengan membaca, menerjemahkan, menerangkan
kalimat demi kalimat kitab yang diajarkan,Metode Mahfudhat, yaitu
metode menghafal materi kitab seperti Kitab Tasrifan, al-Jurumiyah,
Kailani dan Mutammimah setiap selesai pembelajaran, kemudian menyetor
kembali hafalan kepada ustadz atau ustadzah pada hari masuk berikutnya,
metode Murajaah, yaitu membaca teks kitab kuning dihadapan ustadz atau
usdtazah. metode mudzakarah, yaitu dengan cara mahasantri diperkenankan
untuk menyampaikan, atau memberikan argumentasi terhadap pemahaman
materi yang ia pelajari serta menanyakan sesuatu yang masih belum
dimengerti, untuk dimuzakarahkan bersama,metode Tutor Sebaya,yaitu
dengan menugasakan mahasantri senior untuk memberikan pengajaran
kitab kuning dan bimbingan terhadap mahasantri baru, metode Tanya
Jawab, yaitu metode memberikan pertanyaan kepada mahasantri atau
sebaliknya tentang penjelasan yang diberikan pada pertemuan dalam
pembelajaran tersebut, metode ‘Ikrab Kalimat, yaitu dengan cara
meng’irabkan setiap `ibarat kalimat yang tertera pada teks kitab kuning
pada setiap pembelajaran.
Adapun yang menjadi faktor pendukung pembelajaran kitab kuning
di Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe adalah mahasantri telah memiliki
ilmu dasar ilmu kitab kuning sebelum menjadi mahasantri Ma’had Jami’ah
IAIN Lhokseumawe, minat yang tinggi dari mahasantri untuk
memperdalam kajian kitab kuning, Ma’had memiliki peraturan tertulis yang
wajib diikuiti oleh semua mahasantri, pemberlakuan absensi belajar untuk
mengontrol mahasantri dalam proses pembelajaran, adanya buku catatan
amal untuk menulis pelanggaran yang dilakukan oleh mahasantri,
tersedianya tenaga pengajar kitab kuning yang telah memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang dalam terhadap kajian kitab kuning.
Selanjutnya yang menjadi kendala atau faktor penghambat dalam
proses pembelajaran kitab kunig di Ma’had Jami’ah IAIN Lhokseumawe
adalah latar belakang pendidikan mahasantri yang berbeda,bahkan ada yang
belum pernah melihat kitab kuning sehingga menjadi sulit bagi para ustadz
dan ustadzah untuk mengajari mereka dalam memahami kitab kuning, tidak
semua mahasantri memiliki semangat yang sama untuk belajar kitab
kuning.
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Sagala. (2007). Konsep Dan Makna Pembelajaran, Bandung :
Alfabeta
Oemar Hamalik Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:Bumi Aksara, 2011
Asep Usmani Ismail. (2001). Menguak yang Gaib Khazanah Kitab Kuning,
Cet Ke I, Jakarta: Hikmah
Mujamil Qomar. (2004). Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokrasi Intitusi, Jakarta: Erlangga
Udin. S. Winataputra, dkk. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta.
Universitas Terbuka
Haedari, H.Amin. (2007). Transformasi Peasntren, Jakarta : Media
Nusantara
Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Islam. Cet. ke-8. Jakarta: Ictiar
Baru Van Hoeve
Azyumardi Azra. (2002). Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi
Menuju millennium Baru Cet. Ke; IV, Jakarta : Logos Wacana Ilmu
J. Supranto. (1993). Metode Ramalan Kuantitatif, Cet. I, Jakarta: Rineka
Cipta