Urindo Referensi 174 290 1 SM
Urindo Referensi 174 290 1 SM
Urindo Referensi 174 290 1 SM
e-ISSN 2550-0864
1,2
Universitas Ahmad Dahlan
3
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
*HP/Email: 081330303420 / [email protected]
Abstract
Intisari
71
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864
adalah upaya untuk menjaga keamanan pangan dari mikroorganisme penyebab penyakit.
Sedangkan personal hygiene merupakan upaya untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
individu. Personal hygiene dan sanitasi makanan yang buruk dapat membuat makanan yang
diberikan kepada balita terkontaminasi dengan mikroorganisme sehingga menyebabkan diare.
Di Puskesmas Umbulharjo I, kasus diare pada balita mengalami peningkatan dari 25 orang
pada tahun 2015 menjadi 35 orang pada tahun 2016.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara personal hygiene dan sanitasi makanan dengan
kejadian diare pada balita.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross
sectional,dengan lokasi penelitian di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta. Penentuan
responden dilakukan dengan metode acak sederhana. Pengumpulan data melalui wawancara
dengan ibu balita menggunakan kuesioner kemudian data dianalisis menggunakan analisis
univariat dan bivariat (Chi-Square).
Hasil: Penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara personal hygiene dan
sanitasi makanan dengan kejadian diare pada balita. Sebagian besar responden memiliki
personal hygiene yang baik khususnya perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) yakni
sebelum mengolah makanan, setelah buang air besar atau kecil dan sebelum menyuapi anak.
Responden juga telah mengetahui sanitasi makanan dengan baik meliputi pemilihan bahan
makanan, penyimpanan bahan makanan dan pencucian alat makan.
Kesimpulan: Tidak adanya hubungan antara personal hygiene dan sanitasi dengan diare
pada balita menunjukkan bahwa personal hygiene dan sanitasi makanan sebagai faktor resiko
penyakit diare pada balita.
72
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018
e-ISSN 2550-0864
keperluan sehari-hari masih kurang. Diare diperoleh kemudian dianalisis secara statistik
masih termasuk dalam 10 masalah kesehatan menggunakan analisis univariat dan bivariat (uji
dengan peringkat ke- 6 yang ada di Puskesmas Chi square).
Umbulharjo I. Setelah dilakukan studi pendahuluan
di Puskesmas Umbulharjo I pada hari sabtu HASIL PENELITIAN
tanggal 5 November 2016, maka didapatkan
1. Karakteristik responden
jumlah penderita diare di Kelurahan Warungboto
a. Usia
berdasarkan golongan umur yang dapat dilihat
Karakteristik responden berdasarkan usia di
pada Tabel 1.5
Puskesmas Umbulharjo I dapat dilihat pada Tabel
2. Tabel 2 menunjukkan sebagian besar usia ibu
Tabel 1. Jumlah balita penderita diare
balita di Puskesmas Umbulharjo I pada kelompok
berdasarkan kelompok umu
25-30 tahun yakni sebesar 39 responden (44,3%).
Sedangkan responden paling sedikit adalah pada
Jumlah Penderita diare (balita)
No Thn kelompok usia 41-45 tahun yakni sebesar tujuh
0-<1 th >6 bln-<1th 1-4 th
1 2013 24 0 59 responden (8%).
2 2014 15 0 26
3 2015 4 0 21 Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan
4 2016 2 5 28 usia
73
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864
Sanitasi Makanan n %
Baik 51 58,0
Tidak Baik 37 42,0
Jumlah 88 100
74
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018
e-ISSN 2550-0864
Diare
Total
Personal Hygiene Ya Tidak P Value RP (95% CI)
n % n % n %
Tidak 15 12,2 22 24,8 37 37,0
1,477
Baik 14 16,8 37 34,2 51 51,0 0,289
(0,816-2,672)
Total 29 29,0 59 59,0 88 100
Diare
Total
Sanitasi Makanan Ya Tidak P Value RP (95% CI)
n % n % n %
Tidak 15 13,8 22 28,2 42 42,0
1,173
Baik 14 15,2 37 30,8 46 46,0 0,654
(0,646-2,103)
Total 29 29,0 59 59,0 88 100
75
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864
Umbulharjo I Yogyakarta. Hal ini disebabkan menjaga dan merawat kebersihan tangan dan
karena hampir seluruh responden memiliki perilaku kuku selalu dipotong apabila sudah panjang dan
personal hygiene yang baik. Dalam penelitian ini, kotor.
personal hygiene dititikberatkan pada perilaku Responden yang memiliki perilaku
cuci tangan pakai sabun (CTPS) responden personal hygiene yang baik dimungkinkan
dalam kehidupan sehari-hari. Dewasa ini, CTPS telahmendapatkan informasi dan penyuluhan dari
masih menjadi hal yang disepelekan. Padahal, Petugas Kesehatan terkait. Karena dengan adanya
tangan merupakan media yang bisa membawa penyuluhan maka responden bisa mendapatkan
mikroorganisme patogen ke makanan. Kebiasaan pengetahuan dan sadar akan pentingnya menjaga
tidak melakukan CTPS setelah buang air besar kebersihan diri. Pendekatan edukasi lebih tepat
maupun kecil sangat berbahaya bagi ibu yang dalam rangka pembinaan dan peningkatan
memiliki anak khususnya balita yang mana sistem perilaku kesehatan masyarakat. Pendekatan
pencernaan pada balita masih rentan, salah edukasi promosi kesehatan merupakan suatu
satu akibatnya yakni diare. Pentingnya CTPS bentuk intervensi yang ditunjukkan keada perilaku,
khususnya bagi ibu yang memiliki balita harus agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan.
ditekankan karena CTPS dapat mengurangi resiko Materi pencegahan diare dalam diagnosa edukatif
penyakit diare hingga 50%. Dalam prakteknya, dinilai penting sebagai bentuk upaya peningkatan
prinsip CTPS dilakukan dengan sabun sebagai pemahaman dalam rangka mengurangi insiden
zat pembersih atau desinfektan, penggosokan dan penyakit diare pada balita.9
pembilasan dengan air mengalir agar kontaminan
yang terdapat di tangan terhanyut bersama air.8 Hubungan sanitasi makanan dengan kejadian
Cuci tangan dengan sabun (CTPS) diare pada balita di Puskesmas Umbulharjo I
merupakan upaya dasar untuk memutuskan mata Yogyakarta
rantai kuman dengan cara membersihkan tangan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
dan jari menggunakan sabun dan air mengalir. di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo I diperoleh
Dengan terputusnya mata rantai kuman, maka hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
akan terputus pula mata rantai penyakit. CTPS antara sanitasi makanan dengan kejadian
dinilai penting karena tangan merupakan agen diare pada balita di Puskesmas Umbulharjo I
pembawa mikroorganisme baik dengan kontak Yogyakarta. Hal ini disebabkan karena hampir
langsung maupun tidak langsung. Pada umumnya, seluruh responden memiliki perilaku sanitasi
tangan manusia selalu kontak dengan benda- makanan yang baik. Sanitasi makanan ibu balita
benda yang tidak higienis seperti tinja (faeces) di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta termasuk
serta cairan-cairan tubuh (ingus, urin, dll.) yang dalam kategori cukup baik, hal ini dikarenakan
dapat mengkontaminasi. Apabila dalam kondisi orang tua yang sebagian besar berpendidikan SMA
tersebut tangan tidak dicuci dengan sabun terlebih telah mengetahui tentang sanitasi makanan yang
saat akan memegang makanan/minuman, makan baik sehingga orang tua dapat memilih makanan
tangan dapat memindahkan bakteri, virus dan yang baik untuk dikonsumsi dan sesuai dengan
parasit yang bersifat patogen ke dalam makanan/ kebutuhan balita. Selain itu pola sanitasi makanan
minuman. Akibatnya, makanan/minu-man tersebut yang baik ditunjang dengan pemahaman orang tua
dapat menjadi vehicle bagi mikroorganisme- yang baik tentang sanitasi makanan.a
mikroorganisme penyebab pe-nyakit.9 Kebersihan Salah satu penerapan Perilaku Hidup Bersih
tangan dan kuku adalah kegiatan membersihkan dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga
tangan serta sela-sela jari tangan dan kuku yakni kemampuan ibu dalam menjaga kebersihan
menggunakan air dengan atau tanpa sabun makanan atau sanitasi makanan. Sanitasi makanan
pada waktu tertentu sehingga menjadi bersih. merupakan upaya untuk menjaga keamanan
Berdasakan hasil wawancara dan pengamatan pangan dalam rangka memutus mata rantai
menunjukkan sebesar 80 responden (90,9%) ibu perkembangbiakan mikroorganisme penyebab
76
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018
e-ISSN 2550-0864
penyakit khususnya penyakit bawaan makanan yang mudah rusak (Perishable food) disimpan
(food borne disease). Upaya pengamanan dengan teliti dengan memper-timbangkan hal-
pangan harus dilakukan terhadap makanan hal seperti kadar air dalam bahan makanan,
mulai dari proses pemilahan bahan baku hingga suhu ruang penyimpanan yang harus sesuai,
12
menghidangkan makanan jadi. penggunaan wadah yang transparan harus sesuai
Dalam menjaga keamanan pangan, perlu dengan bahan makanan yang disimpan karena
dilakukan upaya sanitasi makanan. Sanitasi terdapat beberapa jenis makanan yang rusak
makanan dilakukan untuk mencegah terjadinya terhadap sinar, waktu penyimpanan yakni terkait
food borne disease. Upaya tersebut meliputi proses dengan masa simpan bahan dan lain-lain.15 Hasil
pemilahan bahan baku, penyimpanan bahan baku, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
pengolahan (proses memasak), penyimpanan responden mempunyai perilaku penyimpanan
makanan jadi hingga penyajian makanan untuk bahan makanan yang baik yaitu sebanyak 86
dikonsumsi.12 responden (97,7%). Ibu balita diketahui telah
Pemilahan bahan baku makanan sangat melakukan penyimpanan yang baik yakni
penting kaitannya dengan keamanan pangan. memisahkan bahan mentah dan bahan jadi serta
Kualitas bahan baku pangan yang baik tentunya wadah yang digunakan adalah wadah yang bersih.
menghasilkan makanan yang baik. Pemilahan Sejalan dengan penelitian yang Rosidy (2015)
bahan merupakan hal mendasar yang dilakukan bahwa ibu balita telah melakukan pencucian
sebelum mengolah pangan. Pada umumnya, bahan makanan sebelum disimpan, kemudian
pemilahan bahan baku biasanya didasarkan pada bahan makanan diwadahkan dalam wadah khusus
keadaan sik bahan (kebersihan dan kesegaran). dan disimpan di tempat yang bersih (dibersihkan
Namun, perlu juga diperhatikan hal-hal seperti setiap hari).14
pemilahan sayur dan buah yang bersifat organik Pencucian alat makan balita berpengaruh
agar tidak terkontaminasi pestisida; pemilahan terhadap kontaminasi silang. Dalam hal ini
sayur, buah, daging dan ikan yang masih dalam alat makan yang umum dititikberatkan pada
keadaan masih segar; kematangan bahan yang sanitasi botol susu. Pencucian alat makan yang
harus sesuai (benar-benar matang tetapi tidak tidak benar dapat menyebabkan alat makan
busuk).13 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tersebut menjadi media perkembangbiakan
hampir seluruh responden mempunyai perilaku mikro-organisme patogen. Mencuci peralatan
pemilihan bahan makanan baik yaitu sebanyak hendaknya menggunakan sabun bebas detergen
84 responden (95,4%). Ibu lebih mengutamakan dan dibilas dengan air bersih yang mengalir.
kualitas dalam memilih bahan makanan yang Penggunaan air bilasan juga perlu diperhatikan
akan diolah yaitu dengan memilih sayuran karena air yang kualitasnya tidak baik justru dapat
segar dan memperhatikan tanggal kadaluarsa mengkontaminasi peralatan. Peralatan makan
apabila membeli bahan makanan pabrik. Sejalan yang tidak bersih akan mengkontaminasi makanan
dengan penelitian Rosidy (2015) bahwa ibu balita yang dikonsumsi oleh balita. Akibatnya makanan
melakukan pemilahan bahan baku makanan yang dikonsumsi dapat menjadi agen pembawa
yakni sayuran segar berwarna hijau terang dan penyakit (Food borne disease). Hasil penelitian
mengecek batas kadaluarsa bahan makanan.14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
Penyimpanan bahan makanan erat kaitannya mempunyai perilaku yang baik dalam pencucian
dengan terjadinya kontaminasi silang (cross peralatan makanan yaitu sebanyak 72 responden
contamination). Penyimpanan bahan makanan (81,8%). Penelitian yang dilakukan Priyantika
sebaiknya disesuaikan dengan jenis bahan. Bahan (2017) menunjukkan bahwa ibu balita mencuci
makanan yang tidak mudah rusak (Non-perishable peralatan makanan (botol bayi) dengan cara
food) seperti kacang-kacangan dapat disimpan merebus dan tidak menggunakan air mengalir. Hal
dalam gudang atau rak yang terbebas dari tikus ini meningkatkan resiko kontaminasi alat makan
dan serangga vektor. Sedangkan bahan makanan oleh mikroorganisme.16
77
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018 p-ISSN 2502-5570
e-ISSN 2550-0864
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat secara terus menerus sampai masyarakat
ibu balita yang memiliki sanitasi makanan baik khususnya ibu balita bisa mamahami akibat dari
namun balita mengalami diare (14 balita). Hal ini personal hygiene dan sanitasi makanan yang tidak
disebabkan karena kejadian diare pada balita tidak baik. Masyarakat bagi masyarakat khususnya ibu
sepenuhnya dipengaruhi oleh sanitasi makanan yang memiliki anak balita agar memperhatikan
dimana sanitasi makanan hanya sebagai faktor kebersihan diri dalam mengasuh anak balita
resiko. Adapun faktor risiko kejadian diare pada sehingga personal hygiene dan sanitasi makanan
balita antara lain: personal hygiene dan sarana menjadi lebih baik agar dapat mencegah terserang
air bersih yang digunakan dalam kegiatan sehari- diare. Bagi peneliti lain perlu adanya penelitian
17
hari. lebih lanjut dengan jenis desain penelitian dan
Selain itu, diare pada balita juga dipengaruhi variabel yang berbeda untuk lebih mengetahui
oleh pemberian ASI Eksklusif oleh ibu balita. ASI faktor lain yang berhubungan dengan kejadian
eksklusif yang diberikan hingga usia enam bulan diare.
akan menunda pemberian makanan pendamping
ASI (MP-ASI). Pemberian MP-ASI pada bayi DAFTAR PUSTAKA
yang belum cukup umur berupa makanan yang
1. Mandasari, D.A., dkk., (2017), Differences in
dihaluskan dapat meningkatkan risiko diare atau
Effects of Latrine Availability and Toddler’s
penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri.18
Nutritional Status on Incidence of Diarrhea
in Rural Areas of Bondowoso and Coastal
KESIMPULAN DAN SARAN Area of Situbondo, Dama International of
1. Kesimpulan Researchers (DIJR), Vol. 2, Issues 9, Page.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai 06-11.
hubungan personal hygiene dan sanitasi makanan
2. Astuti, P.W., dkk., (2011), Hubungan
dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas
Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi Makanan
Umbulharjo I, dapat diketahui bahwa mayoritas
dengan Kejadian Diare pada Balita, Jurnal
ibu balita memiliki personal hygiene dan perilaku
Ilmiah Keperawatan, Vol. 7, No. 3, Hal. 151-
sanitasi makanan yang baik. Meskipun ibu balita
158.
memiliki personal hygiene dan sanitasi makanan
yang baik, masih terdapat balita yang menderita 3. Maharani, D. dan Yusiana, M.A., (2013),
diare (33%) Maka dari itu diperoleh kesimpulan Personal Hygiene Ibu yang Kurang
bahwa tidak ada hubungan yang signikan Berhubungan dengan Kejadian Diare pada
antara personal hygiene dan sanitasi makanan Balita di Ruang Anak, Jurnal STIKES, Vol. 6,
dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas No. 1, Hal. 119-128.
Umbulharjo I. Dalam hal ini, personal hygiene dan 4. Dinas Kesehatan Yogyakarta, (2013), Prol
sanitasi makanan hanya sebagai faktor resiko Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta
terjadinya penyakit diare pada balita. tahun 2013, Yogyakarta.
78
p-ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2018
e-ISSN 2550-0864
8. Ferllando, H.T dan Asfawi, S., (2015), 14. Rosidy, D.P., (2015), Hubungan Sanitasi
Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dan Makanan dengan Kejadian Diare Pada Balita
Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Mojokerto, Jurnal Kesehatan, Vol.
Mangkang, Jurnal Visikes, Vol. 14, No. 2 5, No. 2, Hal. 1-5.
September 2016, Hal. 131-138.
15. Mareta, D.T., A., Soa N., (2011), Pengemasan
9. Kementerian Kesehatan RI, 2014, Info DATIN Produk Sayuran dengan Bahan Kemas Plastik
: Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di Pada Penyimpanan Suhu Ruang dan Suhu
Indonesia, Jakarta : Kementerian Kesehatan Dingin, Jurnal Ilmu Pertanian : MEDIAGRO,
RI. Vol. 7, No. 1, Hal. 26-40.
10. Herlina, S., (2018), Model Pendekatan 16. Priyantika, D., dkk., (2017), Gambaran
Education of Mother Communitu (EMC) dalam Kontaminasi Salmonella sp pada Botol Susu
Pencegahan Diare pada Anak di Pekapuran dan Kejadian Diare pada Bayi dan Balita
Raya, Jurnal Kesehatan Islam, Vol. 7, No. 1, (Studi di Kelurahan Tandang Kecamatan
Hal. 11-24. Tembalang), Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal), Vol. 5, No. 4, Oktober 2017, Hal.
11. Rachman, H.F., dkk., (2016), Faktor-faktor
316-321
yang Berhubungan dengan Kejadian Diare di
Desa Solor Kecamatan Cermee Bondowoso, 17. Hannif, Mulyani NS, Kuscithawati S., 2011,
NurseLine Journal, Vol. 1, No. 1, Hal. 24-35. Faktor Risiko Diare Akut pada Balita, Berita
Kedokteran Masyarakat, Vol. 27, No. 1, Maret
12. Maidartati., Anggraeni, R.D., (2017), Faktor-
2011, Hal. 10-17
faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Diare Pada Balita (Studi Kasus : Puskesmas 18. Graka D., Sabilu Y., Munandar S., (2017),
Babakansari), Jurnal Keperawatan BSI, Vol. Faktor Risiko Kurangnya Perilaku Hidup
V, No. 2, Hal. 110-120. Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah
Tangga terhadap Kejadian Diare pada Balita di
13. Amaliyah, N., Gunawan, T.A., (2017),
Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota
Penyehatan Makanan dan Minuman – A,
Kendari Tahun 2017, JIMKESMAS: Jurnal
Yogyakarta : Deepublish
Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,
Vol. 2, No. 7, Agustus 2017, Hal. 1-10
79