Studi Penambahan Karagenan Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Dalam Pembuatan Mie Basah Berbasis Tepung Sagu (Metroxylon SP.)
Studi Penambahan Karagenan Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Dalam Pembuatan Mie Basah Berbasis Tepung Sagu (Metroxylon SP.)
Studi Penambahan Karagenan Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Dalam Pembuatan Mie Basah Berbasis Tepung Sagu (Metroxylon SP.)
Studi Penambahan Karagenan Rumput Laut (Kaudin et al.,) J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 2
Cara sitasi: Kaudin O, Patadjai AB, Isamu KT. 2019. Studi penambahan karagenan rumput laut (Eucheuma cottonii)
dalam pembuatan mie basah berbasis tepung sagu (Metroxylon sp.). Jurnal Fish Protech. 2(2):251-259.
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of adding carrageenan to the sensory quality, proximate and
physical quality of sago flour based wet noodles. This study used a Completely Randomized Design (CRD) using an
experimental method with a concentration of 51% flour composite material, 41% sago flour with the addition of carrageenan
consisting of three treatments, addition of carrageenan T0 (control 0%), T1 (8%), and T2 (10%) and repeated three times.
Data from observations were analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) at a level of 95%, if there is a real difference
(P> 0.05) then a further test was performed with a DMRT (Duncan Multiple Range Test) test at a 95% significance level.
The results of the study were drawn from the best assessment results of the highest sensory value obtained in the T2
treatment with a color value of 5.13, suppleness 7.20, taste 7.73, and aroma 6.23. Proximate composition of wet noodles
was obtained at T2 treatment, water content with a value of 35.94%, protein content of 5.07%, fat content of 1.39%, ash
content of 5.47%, carbohydrate content of 31.45% and crude fiber content of 15 , 16%. The physical quality of wet wet
noodles can be obtained at T2 treatment, wet noodle development test with a value of 0.83 mm (milli meters) and water
absorption test with a value of 1.04%. The results showed that there was a significant influence on the addition of
carrageenan to the proximate quality and physical quality of wet noodles but did not have a significant effect on sensory
quality on the aroma attributes.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan karagenan terhadap kualitas sensorik,
proksimat dan kualitas fisik mie basah berbasis tepung sagu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan menggunakan metode eksperimen dengan konsentrasi bahan komposit tepung terigu 51%, tepung sagu
41% dengan penambahan karagenan yang terdiri dari tiga perlakuan, penambahan karagenan T0 (kontrol 0%), T1 (8%),
dan T2 (10%) dan ulangan sebanyak tiga kali. Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan ANOVA (Analysis of
Variance) pada taraf 95%, apabila terdapat beda nyata (P>0,05) maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan
Multiple Range Test) pada taraf nyata 95%. Hasil penelitian diambil dari hasil penilaian terbaik dari nilai tertinggi sensorik
yang diperoleh pada perlakuan T2 dengan nilai warna 5,13, kekenyalan 7,20, rasa 7,73, dan aroma 6,23. Komposisi
proksimat mie basah diperoleh pada perlakuan T2, kadar air dengan nilai 35,94%, kadar protein 5,07%, kadar lemak
1,39%, kadar abu 5,47%, kadar karbohidrat 31,45% dan kadar serat kasar 15,16%. Kualitas fisik mie basah basah dapat
diperoleh pada perlakuan T2, uji pengembangan mie basah dengan nilai 0,83 mm (mili meter) dan uji daya serap air
dengan nilai 1,04%. Hasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata penambahan karagenan terhadap kualitas
proksimat dan kualitas fisik mie basah namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas sensorik pada atribut
aroma.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 251
ISSN : 2621 - 1475
Studi Penambahan Karagenan Rumput Laut (Kaudin et al.,) J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 2
PENDAHULUAN
Mie merupakan jenis makanan utama yang sudah dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat
dikenal dibeberapa negara asia. Pada umumnya di disamping mengganti beras sebagai makanan pokok
negara Asia terdapat variasi yang luas pada (Rahim et al, 2009). Selain sagu, bahan alternatif lain
komposisi, metode pembuatan dan penyajian mie. untuk meningkatkan nilai gizi mie yang digunakan
Dalam perkembangannya, mie merupakan produk sebagai substitusi tepung terigu adalah karagenan.
yang sangat dikenal di berbagai belahan dunia. Di Karagenan adalah polisakarida yang berantai
Indonesia, mie telah banyak digemari oleh masyarakat linear atau lurus yang mempunyai molekul galaktan
luas baik dari anak-anak sampai orang dewasa. Selain dengan unit-unit utamanya adalah galaktosa dan
itu, mie juga telah menjadi pangan alternatif utama memiliki senyawa hidrokoloid yang terdiri dari ester
setelah nasi. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh kalium, natrium, magnesium, kalsium sulfat dan
rasanya yang enak dan nilai gizinya yang relatif tinggi, galaktosa, dengan 3,6 anhidro galaktokopolimer.
tetapi cara penyajiannya yang mudah dan praktis Karagenan merupakan bahan alami pembentuk gel
(Astawan, 1999). dan pengemulsi yang dapat digunakan untuk
Bahan-bahan yang umum digunakan dalam mengenyalkan mie dan bakso (Hope et al, 1979).
pembuatan mie adalah NaCl, kansui (campuran antara Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan suatu
natrium karbonat dan kalium karbonat). Bahan baku penelitian mengenai studi penambahan karagenan
utama pembuatan mie adalah gandum sebagai bahan rumput laut dalam pembuatan mie basah berbasis
baku pembuatan tepung terigu yang memiliki tepung sagu.
konstribusi penting terhadap mutu mie. Mesda (2002),
protein gluten yang terdapat pada pengadonan terigu METODE PENELITIAN
dapat memberikan sifat elastis, struktur dan Alat dan Bahan
kemampuan menahan gas terhadap mie. Namun Alat yang digunakan dalam penelitian ini teridiri
tepung terigu sebagai bahan dasar pembuatan mie antara lain, mixer, ayakan, sendok, cetakan mie,
masih impor sampai sekarang, sehinggga tepung baskom, panci, gelas dan kompor. Peralatan untuk
terigu perlu disubstitusi dengan bahan lain yang melakukan uji fisik adalah mistar/penggaris sedangkan
ketersediaannya cukup melimpah di Indonesia. Salah peralatan untuk melakukan analisis kimia adalah
satu cara alternatif tersebut adalah mengembangkan cawan petri (pyrex), oven (memmert), desikator
komoditas lain yang memiliki komposisi yang tidak (equipment pharmacy), tanur (alabtech), cawan
jauh berbeda dengan tepung terigu. Bahan alternatif porselen (RRC), kompor listrik, gelas piala (iwaki
tersebut adalah tepung sagu. pyrex), corong buncher (pyrex), labu penghisap
Sagu (Metroxylon sp.) yang dimanfaatkan (pyrex), gelas ukur (pyrex), gegep, dan
sebagai bahan baku mie merupakan salah satu jenis spektrofotometer.
tanaman pangan dengan kandungan karbohidrat yang Bahan yang digunakan dalam pembuatan mie
cukup tinggi tetapi sangat rendah kandungan protein, basah adalah bahan baku, bahan tambahan, dan
serat, lemak, dan abu. Di Indonesia, keberadaan sagu bahan kimia untuk analisis mie basah. Bahan baku mie
cukup melimpah dengan luas areal sagu secara yang digunakan adalah tepung sagu yang diperoleh
nasional diperkirakan sudah mencapai 1 juta hektar dari pedagang di kelurahan Kambu, Sulawesi
sehingga jika jumlah pohon sagu sebanyak 25 Tenggara dan karagenan diperoleh di Toko Indogrosir
pohon/hektar dan produktivitasnya 100 kg pati sagu Anduonohu Kendari, Sulawesi Tenggara. Bahan
kering/pohon maka dapat diperkirakan potensi sagu tambahan mie yang digunakan meliputi telur, garam,
nasional mencapai 2,5 juta ton/tahun. Dengan potensi soda kue, air, minyak nabati dan Carboxy Methyl
produksi sagu yang cukup tinggi tersebut maka sagu Cellulosa (CMC). Bahan kimia untuk keperluan
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 252
ISSN : 2621 - 1475
Studi Penambahan Karagenan Rumput Laut (Kaudin et al.,) J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 2
analisis adalah asam sulfat pekat, Natrium hidroksida, alkohol, Natrium dioksida, aquades, tisu, kertas saring,
Cu kompleks, asam borat, dietil eter, Asam klorida, H2SO4 dan alkohol.
Parameter Uji Pembuatan Mie Basah
Cara menentukan penilaian sensori terhadap Pembuatan mie basah diawali dengan
produk mie basah yang meliputi warna, kekenyalan, menimbang bahan-bahan yaitu bahan baku berupa
rasa dan aroma. Pengujian menggunakan 20 orang tepung terigu, tepung sagu dan karagenan sesuai
panelis (Lolopayung et al, 2019). dengan kebutuhan dalam setiap perlakuan. Kemudian
Pengamatan analisis uji fisik meliputi uji daya bahan tambahan berupa, telur 16%, garam 2%, CMC
serap air (Muhajir, 2007) dan uji daya pengembangan 2%, soda kue 3% dan air 32% dicampurkan ke dalam
(Aisya et al, 2014) sedangkan pengamatan analisis uji adonan sesuai perlakuan sampai telihat rata di dalam
proksimat meliputi kadar air AOAC (1995). Kadar serat baskom, adonan diulenin sampai terbentuk adonan
kasar (Sudarmadji et al, 2007). Kadar abu (AOAC, yang kalis/sempurna. Adonan kalis dibulatkan lalu
2005). Kadar protein (AOAC, 2005). Kadar lemak ditutup plastik dan didiamkan ± 5 menit. Setelah itu
(AOAC, 2005). Kadar karbohidrat (AOAC, 2005). penipisan adonan dengan alat pembuat mie dimulai
dari ukuran ketebalan terbesar sampai terkecil dengan
Rancangan Penelitian pengulangan 6 sampai 7 kali. Pada akhir proses
Rancangan penelitian yang digunakan adalah pembentukan lembaran, adonan yang tipis dipotong
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan memanjang selebar 2 mili meter dengan roll pemotong
menggunakan metode eksperimen dengan mie sampai terbentuk untaian mie. Mie basah yang
konsentrasi bahan komposit tepung terigu 51%, telah jadi diletakan pada lembaran plastik transparan
tepung sagu 41% dengan penambahan karagenan yang telah di taburi tepung terigu kurang lebih 10 gram.
yaitu: T0 : Tepung terigu 51% : Tepung sagu 41% : Mie direbus selama 3 menit pada suhu 100 0C dan
karagenan 0%, T1 : Tepung terigu 51% : Tepung sagu ditambahkan 15 gram minyak goreng.
41% : Karagenan 8%, T2 : Tepung terigu 51% : Tepung
sagu 41% : Karagenan 10%. Masing-masing Analisis Data
perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga Data yang diperoleh dianalisis dengan
diperoleh 9 unit percobaan. menggunakan sidik ragam (Analysis of variance atau
Anova) dan apabila sidik ragam menunjukan
perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 95%
(α=0,05).
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 253
ISSN : 2621 - 1475
Studi Penambahan Karagenan Rumput Laut (Kaudin et al.,) J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 2
Uji Fisik
Hasil rerata analisis uji fisik mie basah meliputi penilaian uji daya serap air dan uji daya pengembangan
mie basah dapat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata Analisis uji fisik mie basah
Uji Fisik Perlakuan Rerata ± SD (%) DMRT 0,05 %
T0 0,94a ± 0,15 -
Daya Serap Air T1 0,94a ± 0,15 -
T2 1,04b ± 0,31 -
T0 0,33a ± 0,57
Daya Pengembangan T1 0,66b ± 0,11 2 = 0,66
T2 0,83c ± 0,57 3 = 0,83
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dan huruf tidak
sama menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 0,05 taraf kepercayaan 95%.
T0 : tepung terigu 51% : tepung sagu 41% : karagenan 0%
T1 : tepung terigu 51% : tepung sagu 41% : karagenan 8%
T2 : tepung terigu 51% : tepung sagu 41% : karagenan 10%
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 254
ISSN : 2621 - 1475
Studi Penambahan Karagenan Rumput Laut (Kaudin et al.,) J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 2
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 255
ISSN : 2621 - 1475
Studi Penambahan Karagenan Rumput Laut (Kaudin et al.,) J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 2
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 256
ISSN : 2621 - 1475
Studi Penambahan Karagenan Rumput Laut (Kaudin et al.,) J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 2
sebanyak-banyaknya. Pada proses pembuatan mie mempunyai ikatan rangkap sehingga mempunyai titik
basah terjadi gelatinisasi pati yang diawali dengan lebur yang tinggi.
penyerapan air dan pembengkakan granula pati
sehingga amilosa keluar dari granula pati. Hal ini Kadar Protein
sesuai pernyataan Mustakim et al. (2016), kandungan Hasil perhitungan rerata uji proksimat
kadar air dipengaruhi oleh pati yang terdapat dalam berdasarkan Tabel 3 menunjukan pengaruh nyata
bahan bakunya dimana pati dapat menyerap air terhadap perlakuan T2. Hal ini diduga karena semakin
sehingga mie yang diperoleh mengandung kadar air banyak penambahan karagenan maka kadar protein
yang tinggi. Granula pati dapat menyerap air dan mie basah dapat mengalami penurunan, akan tetapi
membengkak tetapi tidak dapat kembali seperti penurunan tersebut tidak dipengaruhi oleh
semula (Khomsatin, 2011). Menurut Mulyani (2015), bertambahnya konsentrasi karagenan. Menurut
perbandingan amilosa dan amilopektin akan Abubakar (2011), kadar protein dipengaruhi oleh
mempengaruhi sifat kelarutan dan derajat gelatinisasi jumlah dan jenis tepung yang digunakan sebagai
pati. Semakin besar kandungan amilopektin maka pati bahan baku serta kandungan protein dari bahan
akan lebih basa, lengket dan cenderung sedikit tambahan yang digunakan. Karagenan tidak
menyerap air. Sebaliknya jika kandungan amilosa mempengaruhi kadar protein karena merupakan
tinggi, maka pati bersifat kering, kurang lekat dan polisakarida. Karagenan dapat berikatan dengan
mudah menyerap air. protein menjadi proteokaragenat sehingga
memperbesar luasan permukaan yang dapat
Kadar Lemak menyerap atau mengikat air.
Hasil perhitungan rerata uji proksimat
berdasarkan Tabel 3 menunjukan pengaruh nyata Kadar Abu
terhadap perlakuan T2. Hal ini diduga karena semakin Hasil perhitungan rerata uji proksimat
banyak penambahan karagenan maka kadar lemak berdasarkan Tabel 3 menunjukan pengaruh nyata
mie basah dapat mengalami penurunan, hal ini sesuai terhadap perlakuan T2. Hal ini diduga karena semakin
pernyataan Nugroho et al. (2014) dalam penelitianya banyak penambahan karagenan maka dapat
mengatakan bahwa penambahan karagenan bakso meningkatkan kandungan mineral pada mie basah.
udang dengan kosentrasi 8% sebesar 0,22% Hal ini sesuai pernyataan Harris et al, (1989), semakin
menunjunkan penambahan karagenan mengalami banyak karagenan yang digunakan cenderung
penurunan kandungan lemak bakso udang. Menurut meningkatkan kadar abu pada mie yang dihasilkan.
Abubakar (2011), karagenan merupakan serat alami Tingginya kadar abu mie dengan penambahan
yang menunjukan sifat hipokolestrolemik (penurunan karagenan dipengaruhi oleh unsur-unsur mineral
kadar kolestrol) yang bermanfaat untuk mengurangi seperti kalsium, zat besi dan fosfor sehingga semakin
resiko mendapatkan serangan jantung. Hal ini sangat tinggi penambahan karagenan kadar abu mie semakin
sesuai dengan minat masyarakat akhir-akhir ini yang meningkat (Subandiyono, 2009). Hal ini berbeda
lebih memilih makanan dengan kadar kolestrol dengan penelitian Cipto et al. (2016), kadar abu kukis
rendah. Menurut Astawan (2006), lemak memberikan semakin rendah seiring dengan meningkatnya
rasa gurih, sebagai pelarut vitamin, memperbaiki penambahan karagenan sebaliknya, kadar abu akan
tekstur dan cita rasa bahan pangan. Penurunan cita semakin tinggi seiring dengan meningkatnya
rasa pada mie basah menunjukan penurunan kadar penambahan tepung terigu dalam pembuatan kukis.
lemak. Menurut Winarno (2002) menyatakan bahwa Tinggi rendahnya kadar abu dipengaruhi oleh
lemak adalah suatu esrter asam lemak dengan gliserol perbedaan kandungan mineral yang terdapat dalam
yang berbentuk padat dalam suhu kamar, tidak bahan baku (Mustakim et al, 2016).
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 257
ISSN : 2621 - 1475
Studi Penambahan Karagenan Rumput Laut (Kaudin et al.,) J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 2
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 258
ISSN : 2621 - 1475
Studi Penambahan Karagenan Rumput Laut (Kaudin et al.,) J. Fish Protech 2019, Vol. 2 No. 2
Kurniawati dan Fitriyono A. 2012. Pengaruh Subtitusi Pati Sagu. Jurnal Argoland. Vol. 2. No. 16.
Tepung Terigu Dengan Tepung Tempe dan Hal. 124-129.
Tepung Ubi Jalar Kuning Terhadap Kadar Subandiyono. 2009. Bahan ajar nutrisi ikan protein
Protein, Kadar β-Karoten, dan Mutu dan lemak. Jurusan perikanan. Universitas
Organoleptik Roti Manis. Journal of Nutrition Diponogoro Bandung.
College. Vol. 1 No.1. Hal : 344-351. Lolopayung S, Asnani, Isamu KT. 2019. Studi
Moehyi, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi formulasi rumput laut (Kappaphycus alvarezii)
dan Jasa Boga. Jakarta: Bharata. dan tepung sagu (Metroxylon sp.) terhadap
Mustakim, Yusmarini, dan Netti, H. 2016. komposisi kimia, stabilitas dan sifat sensori
Pemanfaatan Bubur Rumput laut dan Tepung pada produk cendol rumput laut. Jurnal Fish
Sagu Dalam Pembuatan Mie Basah. Jom Protech. 2(1):1-10.
Faperta. Vol. 3. No. 2. Hal. 1-15. Tomasik, P., 2004. Chemical and Functional
Mulyani, D. 2015. Kajian Mutu Mie Instan Yang Properties Of Food Components Series. CRC
Terbuat Dari Tepung Jagung Lokal Riau dan Press, Boca Raton, Florida.
Pati Sagu. Skripsi. Fakultas Pertanian Winarno, F. G. 1996. Kimia Pangan dan Gizi. PT.
Universitas Riau. Pekanbaru. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Muhajir, A. 2007. Peningkatan Gizi Mie Basah dari . 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia
Campuran Tepung Terigu dan Tepung Ubi Pustaka Utama. Jakarta.
Jalar Melalui Penambahan Tepung Tempe . 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia
dan Tepung Ikan. Skripsi. Jurusan Teknologi Pustaka Utama: Jakarta.
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Nurhadi, B., dan Nurhasana, S. 2010. Sifat Fisik
Bahan Pangan. Widya Padjajaran. Bandung.
Mesda, B.M., 2002. Pencampuran Tepung Kasava
dan Gluten serta Penambahan Kalsium
Hidroksida sebagai Pengganti Bleng dalam
Pembuatan Mie Kasava Basah.
Skripsi.Fakultas Teknologi Pertanian, UGM,
Yogyakarta.
Nugroho, A.N., Dewi, E.K., dan Romadhan, 2014.
Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Karagenan
Terhadap Mutu Bakso Udang (Litopeneaus
vannamei). Journal Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan.
Vol.3.No.4.Hal.59-64.
Pangesti, T., 2009. Pemanfaatan Pati Ganyong
(Canna Edulis) Pada Pembuatan Mie Segar
Sebagai Upaya Penganekaragaman Pangan
Non Beras. Media pendidikan, Gizi dan
kuliner. Vol 1, no.1
Rahim, A., Nova. W., dan Bisma. 2009. Sifat
Fisikokimia dan Sensori Sohun Instan dari
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jfp 259