Analisis Kualitas Air Sungai Bringin Kot

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI BRINGIN

KOTA SEMARANG DENGAN METODE NSF – IKA


(Studi Kasus Sungai Bringin Pada Tanggal 10 Juli 2014 )
Suryo Ari W* ), Winardi Dwi Nugraha**), Endro Sutrisno**)

) * Student of Environmental Engineering , Faculty of Engineering , University of Diponegoro


) ** Lecturer Environmental Engineering Program , Faculty of Engineering , University of Diponegoro

ABSTRACT

Geographically DAS Bringin is located between 110o17 ' 30 "110o21 ' LS-LS 100" and 7o4 ' 00
"E-6o50 ' 00 BT. Bringin River is a river that flows in the region West of Semarang, ranging from Sub
Mijen Subdistrict and Ngaliyan, and Tugu sub-district of 1,355 (flows continue to kea rah Java Sea). If
seen from the topography of the area wide Bringin WATERSHED/catchment area of 32.8 km2 with a
river length of 22,26 miles. the purpose of this research is to analyze the level of River water quality by
using method Bringin National Sanitation Foundation's water quality Index (NSF-IKA) and also analyzes
the influence of conditions of land use coverage River basin water quality against Bringin Bringin River.
Results calculation of the NSF-IKA from upstream to downstream River Bringin obtained the following
results for the upstream segment score of 71,15 with good quality category, segment 1 score of 61,35 with
medium quality, segment 2 score 48,47 with a category of bad quality, segment 3 score of 51,99 with
category medium quality, category 4 segment score of 48,78 category with bad quality, segment 5 score
of 50,02 with bad quality category, 6 segments, specifically to segment 6 is divided into 2 segments again
which is a tributary of the segment and the segment 6 itself was a meeting between the tributary of the
segment with segment 5. The result of his score is a tributary of the segments 52,04 with a category of
medium quality, segment 6 is scores of 51,51 with medium quality, category 7 segment score of 53,94
category with medium quality, segment 8 score of 50,03 category with bad quality, segment 9 score of
48,64 with a category of poor quality, and the last segment of the segment of 10 score of 47,84 with a
category of worse quality.

Key words: River National Sanitation methods, Bringin Foundation's water quality Index (NSF-IKA),
water quality.

PENDAHULUAN secara umum metode ini dapat menunjukan


Semakin berkembangnya teknologi dan kualitas air sungai dengan Sembilan parameter
bertumbuhnya jumlah penduduk maka kebutuhan yang diukur, diantaranya parameter fisika, kimia
akan lahan juga semakin besar. Dengan maupun biologi. Adapun parameter tersebut yang
bertumbuhnya jumlah penduduk maka manusia akan diukur ialah Temperatur, pH, DO, BOD,
akan berkembang dengan membangun perumahan Total Solid, Fosfat, Nitrat, Kekeruhan, dan Fecal
dan membuat lapangan pekerjaan. Hal tersebut Coliform.
yang menjadi salah satu faktor dimana kualitas, Tujuan dari penelitian ini yaitu
kuantitas, dan kontinuitas air sungai menurun. menganalisa tingkat kualitas air Sungai Bringin
Dalam upaya mengetahui seberapa besar dengan menggunakan metode National Sanitation
pencemaran air yang terjadi di Sungai Bringin, Foundation’s Indeks Kualitas Air (NSF-IKA), dan
penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan juga menganalisa pengaruh kondisi tata guna lahan
metode National Sanitation Foundation’s Water dicakupan wilayah Sungai Bringin terhadap
Quality Indeks (NSF-IKA), NSF-IKA dipilih karena kualitas air Sungai Bringin.

1
METODOLOGI PENELITIAN pembahasan. Adapun pengolahan data yang
Penelitian ini merupakan penelitian dilakukan adalah untuk menentukan
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan konsentrasi parameter kualitas air sungai.
kualitatif. Penelitian deskriptif dengan pendekatan Tahapan pengolahan meliputi perhitungan
kuantitatif untuk menggambarkan kondisi mutu air sumber pencemar domestik (sumber non point
Sungai. Penelitian ini juga didukung dengan data source), sumber non point source meliputi
kualitatif untuk memberikan gambaran yang lebih limbah domestik.
dalam terhadap aktivitas yang menimbulkan g. Dalam bagian analisa dan pembahasan,
pencemran di Sungai. setelah nilai konsentrasi parameter kualitas air
sungai terbentuk maka hal selanjutnya yng
dilakukan adalah menganalisis dan membahas
pengaruh antara buangan limbah terhadap
konsentrasi parameter kualitas air sungai
perairan sungai. Adapun analisisnya meliputi
analisa kecenderungan konsentrasi parameter
kualitas air sungai di Sungai Bringin, analisa
pengaruh beban cemaran yang diterima akibat
buangan limbah terhadap kualitas air Sungai
Bringin, dan analisa pengendalian pencemaran
air limbah di Sungai Bringin.
h. Pada akhirnya dalam tahap kesimpulan dan
saran yaitu, manjabarkan kembali semua hasil
analisis dan pembahasan mengenai ketarkaitan
antara buangan limbah domestik dengan
konsentrasi parameter kualitas air sungai
perairan sungai serta strategi pengendalian
Gambar 1. Diagram Alir Penetitian pencemaran air limbah faktor – faktor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diagram Alir Penelitian yang dilakukan Nilai Konsentrasi Parameter Pencemar
tergambar dalam suatu diagram alir penelitian, Parameter pencemar kualitas air yang
adapun penjelasan dari diagram alur penelitian ditinjau dalam penelitian ini yaitu Temperatur, pH,
diatas adalah sebagai berikut : DO, BOD, Total Solid, Fosfat, Nitrat, Kekeruhan,
a. Menjelasakan latar belakang dilakukannya dan Fecal Coliform.
penelitian ini serta mengidentifikasi masalah Parameter tersebut kemudian
sehingga penelitian ini perlu dilakukan. dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor
b. Menentukan wilayah studi dan analisa tata 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
guna lahan, yaitu Sungai Bringin. dan Pengendalian Pencemaran Air untuk
c. Menentukan segmentasi sungai dan titik selanjutnya dapat mengetahui mutu air sungai
sampling yang penentunnya berdasarkan berdasarkan metode Indeks Pencemaran. Nilai
pertimbangan yang mewakili wilayah tertentu konsentrasi masing-masing parameter pencemar
Sungai Bringin. dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
d. Melakukan pengukuran konsentrasi parameter
kualitas air pada sungai dan mengirimkan
sampel ke laboratorium.
e. Mengumpulkan data debit Sungai Bringin,
Meteorologi & Klimatologi, jumlah
penduduk, dan limbah domestik Sungai
Bringin.
f. Melakukan pengolahan data yang selanjutnya
akan digunakan dalam analisis dan

2
1. Temperatur ke laut/hilir sungai sehingga pengendapan padatan
juga tinggi.
3. pH

Gambar 2. Nilai Temperatur di Sungai Bringin


Melihat tren grafik diatas hampir semua Gambar 4. Nilai pH di Sungai Bringin
segmen memenuhi standart baku mutu kelas II Dilihat dari grafik pada bagian hulu
berdasarkan Kriteria Mutu Air Kelas (PP 82 Tahun sungai yakni pada segmen hulu hingga segmen 2
2001) yakni tidak boleh melampaui standart masih sesuai dengan standar baku mutu yang
deviasi beda 30C dari kondisi temperature alamiah ditetapkan menurut Kriteria Mutu Air Kelas (PP
lingkungan setiap segmen (250C-290C). Akan 82 Tahun 2001) yakni nilai pH antara 6-9. Hal
tetapi pada segmen 2 tidak memenuhi standart tersebut dikarenakan pada titik sempel tersebut
baku mutu dikarenakan pengambilan sampel kondisi daerahnya masih alami dan belum banyak
dilakukan pada jam puncak terik matahari selain adanya aktivitas/campurtangan dari manusia.
itu kondisi di lokasi sampling yang tidak ada Kemudian pada segmen 3 hingga segmen 10 hasil
tumbuhan/pepohonan sama sekali yang membuat dari pengukuran pH tidak sesuai/melebihi dari
temperatur tinggi. standar baku mutu yang ditetapkan. Hal tersebut
2. Kekeruhan dikarenkan pada titik-titik sampling tersebut
kondisi lokasi/daerahnya didominasi/sudah mulai
banyak perumahan/permukiman, karena faktor
tersebut sangat berpengaruh dalam kenaikan nilai
pH yangmana dipengaruhi oleh masuknya limbah
domestik berupa deterjen/air sabun yang masuk
kebadan sungai. Tren dari grafik diatas dapat
dilihat bahwa kondisi pengukuran pH dari hulu
Sungai Bringin hingga hilir sungai berangsur-
angsur naik, akan tetapi kenaikan tidak begitu
signifikan.
Gambar 3. Nilai Kekeruhan di Sungai Bringin
4. DO
Melihat grafik kekeruhan diatas hasil
pengukuran kekeruhan Sungai Bringin dari
segmen hulu hingga segmen 10 hasilnya
menunjukkan bahwa tidak ada yang memenuhi
standar yang telah ditetapkanoleh Kriteria Mutu
Air (PerMenKes RI No.492 Th 2010) yakni nilai
kekeruhan tidak boleh melampaui/melebihi yang
telah ditetapkan yaitu sebesar 5 NTU. Dapat
disimpulkan melihat tren grafik diatas nilai
kekeruhan dari hulu hingga hilir mengalami
Gambar 5. Nilai DO di Sungai Bringin
peningkatan yang signifikan pada segmen 2
Melihat grafik diatas hasil pengukuran
selebihnya dari segmen 3 hingga segmen 10
DO di Sungai Bringin dari segmen hulu hingga
cenderung menurun. Hal tersebut dikarenakan
segmen 10 semuanya memenuhi standar baku
faktor tinggi sungai yang semakin dalam menuju
mutu yang ditetapkan dari Kriteria Mutu Air Kelas
(PP 82 Tahun 2001) kelas II yakni tidak boleh

3
kurang dari 4 nilai DO nya. Dari tren grafik diatas 6. Phospat
menunjukkan bahwa hasil pengukuran DO dari
hulu sungai hingga hilir sungai berangsur-angsur
turun. Kenaikan nilai DO pada air sungai
dipengaruhi oleh bentuk hidrolika sungai/bentuk
sungainya. Misalnya adanya terjunan, batu-batuan
sungai, bentuk sungai yang masih alami dengan
aliran air yang masih deras. Faktor-faktor tersebut
yang membuat air sungai mengalami proses aerasi
secara alami. Sedangkan untuk penurunan DO
pada sungai diakibatkan oleh rekayasa sungai yang
sudah dibuat oleh manusia yang sudah tidak sesuai Gambar 7. Nilai Phospat di Sungai Bringin
sebagaimana mestinya, contohnya pelurusan Apabila dilihat dari grafik diatas dapat
sungai, membuat sudetan sungai untuk aliran disimpulkan bahwa pada segmen hulu hingga
irigasi sawah. Faktor tersebut yang dapat membuat segmen 10 kandungan phospat di Sungai Bringin
nilai DO menjadi turun. Pada dasarnya nilai DO tidak memenuhi standart baku mutu kelas II yang
tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi hidrolika telah ditetapkan oleh Kriteria Mutu Air Kelas (PP
sungainya saja melainkan juga adanya proses 82 Tahun 2001) yakni tidak boleh lebih dari 0.2
fotosintesis biota air yang ada di dalam sungai, mg/l kandungan phospat. Tingginya kadar phospat
tentunya dengan adanya bantuan sinar matahari dipengaruhi oleh aktivitas/kegiatan manusia di
yang cukup dalam proses fotosintesis tersebut. sekitar sungai antara lain dari pertanian dengan
Pada intinya semakin besar kandungan DO pada penggunaan pestisida dan insectisida, akan tetapi
air maka akan semakin baik pula kualitas air 80% tingginya kandungan phospat dipengaruhi
tersebut. oleh limbah domestik karena pemakaian sabun,
5. Nitrat detergen, shampoo, dll. Karena limbah-limbah
domestik tersebut dilakukan pengolahan maka
kondisi air sungai menjadi agak berbuih dan dapat
menurunkan absorb oksigen di perairan.
7. BOD

Gambar 6. Nilai Nitrat di Sungai Bringin


Apabila dilihat dari tren tabel dan juga
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk
pengukuran kandungan nitrat ini hampir 90 %
memenuhi standar baku mutu Kriteria Mutu Air Gambar 8. Nilai BOD di Sungai Bringin
Kelas (PP 82 Tahun 2001) nitrat kelas II yakni Dari hasil pengukuran BOD dapat dilihat
tidak melampaui 10 mg/l. Akan tetapi terdapat 2 di tabel dan grafik menunjukkan bahwa nilai BOD
segmen yang melebihi standar baku mutu yakni di Sungai Bringin tidak memenuhi standar kelas II
pada segmen 2 dan segmen 6. Pada dasarnya dari Kriteria Mutu Air Kelas (PP 82 Tahun 2001)
semua air sampel pada Sungai Bringin dari hulu yakni tidak boleh melampaui 3 mg/l. Hal tersebut
hingga hilir terdapat kandungan nitratnya hanya dikarenakan beberapa faktor yakni tingginya bahan
saja tidak melampaui standar baku mutu yang organik yang dibuang ke badan sungai sehingga
ditetapkan. Karena faktor timbulnya nitrat tidak sulit untuk didegradasi. Selain itu juga aliran
hanya dari pertanian, dapat dari permukiman, dari sungai yang menggenang sehingga bahan-bahan
limbah ikan, dan juga limbah dari angkutan air organik mengendap dan tidak dapat menggelontor
seperti perahu. sehingga menimbulkan bau. Pada dasarnya BOD
sangat berkaitan dengan nilai DO semakin besar

4
nilai BOD maka akan semakin rendah nilai DO satu sama lain. Hasil dari total solid pada segmen 5
nya. adalah sebesar 224 mg/l, kemudian segmen anak
8. Total Solid sungai sebesar 204 mg/l, dan segmen 6 sebesar
222 mg/l. segmen 6 adalah pertemuan dari segmen
5 (Sungai Bringin) dengan segmen anak sungai.
Hasil total solid dari segmen 6 mengalami
penurunan nilai total solid dikarenakan pada
segmen ini bentuk sungai masih alami, terdapat
bebatuan yang mana batuan-batuan tersebut dapat
berfungsi sebagai penyaring padatan atau sedimen
yang melewatinya.
Terjadi penurunan nilai total solid segmen
Gambar 8. Nilai Total Solid di Sungai Bringin 7 sebesar 172 mg/l dikarenakan banyak adanya
Diperoleh hasil pengukuran total solid bebatuan di segmen ini sahingga terjadi proses
pada segmen hulu sebesar 70 mg/l, dikarenakan pengendapan/penyaringan padatan sedimen secara
pada segmen ini air sungai masih bersih dan belum alami di batu-batu tersebut, kemudian pada
banyak terdapat pencemaran. Mengingat pada segmen 8 terjadi kenaikan yakni sebesar 226 mg/l
daerah hulu belum banyak terdapat perumahan. dikarenakan pada saat pengambilan sampel
Kemudian segmen 1 dengan hasil pengujian total terdapat wagra/penduduk sekitar yang melakukan
solid sebesar 94 mg/l. Terdapat kenaikan hasil total pengambilan pasir, dimungkinkan faktor tersebut
solid hal ini dikarenakan sudah banyak lahan yang menyebabkan kenaikan total solid. Segmen
pertanian disekitar segmen 1, pengaruh pertanian selanjutnya adalah segmen 9 dan segmen 10,
terhadap total solid ini adalah adanya sedimen dari kedua segmen ini berada di bagian hilir sungai
lahan pertanian yang masuk ke badan sungai. yang sudah dekat dengan laut, hasil pengambilan
Selanjutnya adalah segmen 2, hasil pengujian segmen 9 adalah sebesar 210 mg/l, dan segmen 10
sampel terjadi peningkatan yang signifikan yakni sebesar 212 mg/l, melihat ketiga hasil pengukuran
sebesar 392 mg/l dikarenakan pada segmen ini tersebut diperoleh hasil yang konstan kenaikan
terdapat alih fungsi lahan dari pertanian/sawah serta penurunan tidak begitu jauh hal tersebut
yang akan dibangun pabrik, sehingga banyak karena aliran sungai pada segmen 9 dan segmen 10
sedimen tanah yang masuk kebadan sungai bersifat menggenang dan debit aliran kecil
sehingga dari segi warna, sungai di segmen 2 ini sehingga padatan/sedimen terakumulasi pada
berwarna sangat keruh kecoklatan. segmen 9 dan segmen 10.
Berikutnya adalah segmen 3, pada 9. Fecal Coliform
segmen ini terjadi penurunan hasil pengukuran
yakni sebesar 160 mg/l. Penurunan tersebut
dikarenakan jarak dari segmen 2 ke segmen 3 jauh,
sehingga sudah terjadi pengendapan
padatan/sedimen yang terlarut dalam air sungai,
maka pada saat air sampai ke segmen 3
padatan/sedimen sudah agak hilang. Kemudian
segmen berikutnya adalah segmen 4. Hasil
pengukuran total solid pada segmen 4 adalah
sebesar 234 mg/l, terjadi peningkatan kembali
daripada segmen 3, dikarenakan di perjalanan dari Gambar 9. Nilai Fecal Coliform di Sungai
segmen 3 menuju segmen 4 terdapat proyek Bringin
pembangunan prumahan yang memecah bukit Melihat tren pada grafik diatas, dapat
sehingga terjadi adanya longsor disekitar tempat disimpulkan bahwa pada Sungai Bringin dari hulu
pengerukan yang dekat dengan aliran Sungai hingga hilir sudah tercemar bakteri e-coli, dengan
Bringin. Sehingga terjadi peningkatan nilai total ditunjukkan tingginya nilai pengukuran fecal
solid. Segmen selanjutnya adalah segmen 5,anak coliform yang semua titik sampel melebihi standar
sungai,dan 6, ketiga segmen ini saling berkaitan baku mutu dari PP no 82 th 2001. Tingginya

5
kandungan e-coli didominasi oleh Segmen 1
ternak/peternakan yang dimiliki oleh penduduk
sekitar yang mencemari air sungai karena tidak
adanya pengelolaan limbah ternak tersebut. Selain
itu tingginya e-coli juga dipengaruhi oleh adanya
aktivitas penduduk sekitar yang dilakukan disungai
seperti MCK yang terdapat pada beberapa segmen
sungai.

NSF-IKA (National Sanitation Foundation’s


Indeks Kualitas Air)
Berdasarkan hasil analisis 9 parameter
yang telah dilakukan, kondisi per segmen dari 12
titik sampel pada Sungai Bringin kemudian diolah
dengan software WQI, selanjutnya nilai diperoleh
dari perhitungan software WQI akan
Segmen 2
dikelompokkan sesuai jangkauan nilai seperti pada
tabel dibawah ini :

Perhitungan hasil Indeks Kualitas Air di


Sungai Bringin dengan menggunakan software
WQI sesuai metode NSF-IKA akan dijelaskan
pada tabel dibawah ini :
Segmen 3
Segmen Hulu

6
Segmen 4 Segmen 6

Segmen 5 Segmen 7

Segmen Anak Sungai Segmen 8

7
Segmen 9

Gambar 5.47 Grafik Nilai Sub Indeks Kualitas


Air Sungai Bringin dari Segmen Hulu
hingga Segmen 10
Hasil perhitungan NSF-IKA dari hulu
hingga hilir Sungai Bringin diperoleh hasil sebagai
Segmen 10
berikut untuk segmen hulu skor sebesar 71,15
dengan kategori kualitas baik, segmen 1 skor
sebesar 61,35 dengan kategori kualitas sedang,
segmen 2 skor sebesar 48,47 dengan kategori
kualitas buruk, segmen 3 skor sebesar 51,99
dengan kategori kualitas sedang, segmen 4 skor
sebesar 48,78 dengan kategori kualitas buruk,
segmen 5 skor sebesar 50,02 dengan kategori
kualitas buruk, segmen 6, khusus untuk segmen 6
ini dibagi menjadi 2 segmen lagi yakni segmen
anak sungai dan segmen 6 itu sendiri yangmana
merupakan pertemuan antara segmen anak sungai
dengan segmen 5. Hasil dari segmen anak sungai
skornya adalah 52,04 dengan kategori kualitas
Skoring Penilaian NSF-IKA Tiap Titik Sampel sedang, segmen 6 skor sebesar 51,51 dengan
kategori kualitas sedang, segmen 7 skor sebesar
53,94 dengan kategori kualitas sedang, segmen 8
skor sebesar 50,03 dengan kategori kualitas buruk,
segmen 9 skor sebesar 48,64 dengan kategori
kualitas buruk, dan segmen terakhir yakni segmen
10 skor sebesar 47,48 dengan kategori kualitas
buruk.
Melihat tren grafik diatas pada segmen
hulu hingga segmen hilir yakni segmen 10
berangsur-angsur menurun grafiknya. Segmen 3
kualitas naik dibandingkan pada segmen 2 dari
kualitas buruk menjadi sedang, kemudian segmen
4 hingga segmen 5 kualitas air kembali turun
menjadi buruk kembali. Kenaikan terjadi kembali
pada segmen 6 dan 7, kualitas air menunjukkan
kualitas sedang, kemudian menurun kembali
kualitas air menjadi buruk pada segmen 8 hingga
segmen 10. Pada segmen hulu kualitas air
menunjukkan kelas baik, hal tersebut dikarenakan

8
penggunaan lahan didominasi oleh penggunaan penurunan menjadi kualitas air buruk. Semakin
lahan hutan sehingga pada segmen ini belum menurunnya kualitas air sungai dikarenkan oleh
adanya pencemaran yang tinggi dan menunjukkan adanya aktivitas manusia yang mencemari air
kualitas air yang baik. Pada segmen 1 hasil sungai dengan mengalirkan limbah domestiknya
menunjukkan penurunan dibanding pada segmen langsung kebadan sungai tanpa mengolah terlebih
hulu, segmen ini kelas kualitas air menjadi kualitas dahulu. Hal tersebut yang dapat menaikkan
sedang dikarenakan pada segmen ini sudah mulai konsentrasi Phospat, pH, BOD, Fecal Coliform.
adanya pencemaran dengan dominasi tataguna Dengan tingginya kandungan kosentrasi parameter
lahan pertanian dan sudah mulai adanya pencemar tersebut tentunya kondisi air sungai
permukiman. Selanjutnya segmen 2 kembali menjadi tercemar dan tidak dapat digunakan sesuai
terjadi penurunan nilai skor kualitas air dari dengan peruntukannya.
kualitas sedang menjadi kualitas buruk, Pada Setelah dilakukan pengukuran parameter
segmen ini terdapat pembangunan industri yang dan perhitungan skor NSF-IKA dapat dilihat
membuat naiknya kandungan/konsentrasi beberapa bahwa dari 9 parameter yang diteliti terdapat
parameter yang membuat rendahnya skor NSF- beberapa parameter yang kondisinya
IKA. Adapun parameter tersebut antara lain dilapangan/konsentrasi dilapangan tinggi. Adapun
Kekeruhan dan Total Solid. Dengan adanya parameter tersebut antara lain Phospat, pH, BOD,
pembangunan industri tersebut membuat aliran Nitrat, Fecal Coliform. Untuk kandungan Phospat
sungai menjadi keruh karena adanya longsoran berangsur-angsur dari segmen hulu ke segmen 10
tanah disekitar sungai yang ikut terbawa oleh konsentrasinya naik dikarenakan adanya pengaruh
aliran sungai. Selain faktor tersebut pada segmen 2 dominasi penggunaan lahan permukiman, begitu
ini dominasi penggunaan lahan pertanian dan juga juga dengan konsentrasi pH dan BOD dimana
permukiman sehingga menambah tingginya penduduk sekitar yang membuang limbah
konsentrasi parameter pencemar lain. Pada segmen domestiknya ke badan sungai tanpa mengolahnya
2 ini jarak yang diambil berdekatan dengan terlebih dahulu. Adapun limbah domestik tersebut
segmen 1 dikarenakan antara segmen 1 dengan antara lain sisa air cucian deterjen, sampah-sampah
segmen 2 ini terdapat anak sungai kecil agar organik, dll. Sedangkan tingginya konsentrasi
mengetahui konsentrasinya setelah terjadi nitrat dipengaruhi oleh tataguna lahan pertanian
percampuran. karena penggunaan pupuk. Pada dasarnya lahan
Segmen selanjutnya adalah segmen 3 pertanian tidak hanya menyubang parameter
terjadi kenaikan nilai skor NSF-IKA kelas kualitas pencemar nitrat akantetapi juga phospat, pemakian
air masuk pada kualitas sedang. Kenaikan tersebut insectisida dan pestisida juga dapat meningkatkan
dimungkinkan karena pada segmen ini jaraknya konsentrasi phospat. Kemudian tingginya
sudah jauh dengan segmen 3 dimana dalam kandungan Kekeruhan dan Total Solid dipengaruhi
perjalanan menuju segmen 4 kondisi sungai oleh penggunaan lahan pertanian, hutan dan kebun
mengalami self purification kondisi ini merupakan campur. Pengaruh dari ketiga penggunaan lahan
proses pembersihan diri air sungai secara alami tersebut adalah karena adanya gerusan/terjadi
dari bahan pencemar. Pada segmen ini dominasi longsor yang terjadi sehingga tanah masuk
tataguna lahan kebun campur dan permukiman kebadan sungai sehingga meningkatkan kandungan
sehingga pencemaran sudah mulai banyak terjadi. kekeruhan dan total solid. Parameter selanjutnya
Kemudian segmen 4, terjadi penurunan nilai skor adalah Fecal Coliform, tingginya konsentrasi ini
dikarenakan pada segmen ini sudah banyaknya dipengaruhi oleh adanya kegiatan peternakan
pencemaran dari limbah domestik yang didominasi disekitar sungai yang dipelihara oleh
oleh penggunaan lahan permukiman. Hal yang warga/penduduk setempat selain itu kegiatan MCK
sama juga terjadi pada segmen 5. Kemudian terjadi yang dilakukan penduduk sekitar karena tidak
kenaikan kualitas air pada segmen 6 dan 7 yakni memiliki fasilitas MCK sendiri dan juga
kualitas air sungai menjadi sedang. Hal tersebut membuang black water langsung kebadan sungai.
dimungkinkan karena pencemaran tidak begitu Baik buruknya parameter Temperatur
besar. Kemudian segmen selanjutnya yakni tergantung kondisi cuaca pada saat pengambilan
segmen 8 hingga segmen 10 kembali terjadi sampling. Selain itu kerapatan kanopi/vegetasi

9
disekitar tempat pengambilan sampling juga 2. Hasil perhitungan menunjukan berangsur –
berpengaruh terhadap suhu/temperature. Semakin angsur menurun, hal tersebut dikarenakan dari
banyak vegetasi disekitar tempat pengambilan
segmen hulu hingga hilir terdapat perubahan
sampel maka semakin rendah temperature/suhu air.
Waktu pengambilan sampel juga berpengaruh penggunaan lahan dominan. Untuk pertanian
terhadap suhu dan temperature. Parameter terakhir kandungan pencemar yang tinggi adalah
adalah DO, tinggi rendahnya DO pada sungai
nitrat, phospat serta kekeruhan dan total solid,
dipengaruhi oleh temperature dan juga ketinggian
tempat. Semakin tinggi daerah maka semakin peternakan kandungan pencemar tinggi adalah
tinggi nilai DO nya, untuk pengaruh temperature fecal coliform, hutan dan kebun
terhadap DO, semakin dingin air maka semakin
campur/perkebunan, pencemar tinggi adalah
tinggi juga kandungan DO nya dikarenakan
banyaknya biota air yang tinggal di tempat kekeruhan dan total solid, permukiman
tersebut. Selain itu kondisi morfologi sungai. kandungan pencemar tinggi adalah pH,
Semakin alami kondisi sungai maka semakin phospat, BOD, fecal coliform.
tinggi pula kondisi DO nya dikarenakan adanya
belokan sungai, terjunan sungai, dan juga bebatuan
pada sungai semakin berpengaruh terhadap SARAN
tingginya kandungan DO karena terjadi proses Saran yang dapat diberikan dari
aerasi secara alami. Semakin menuju hilir sungai hasil penelitian ini adalah
maka kandungan DO akan semakin menurun
1. Pemantauan kualitas air dilakukan secara
dikarenakan sungai sudah di modifikasi oleh
manusia sehingga sudah menjadi lurus digunakan berkala pada Sungai Bringin yang bertujuan
untuk peruntukan perumahan disepanjang sungai. untuk mengetahui dan dapat membandingkan
Selain itu kondisi DO dibagian hilir sungai juga
kondisi Sungai Bringin dari waktu ke waktu.
semakin menurun karena tidak adanya aliran sama
sekali yang membuat alir menjadi menggenang 2. Penelitian dengan menggunakan metode
sehingga tidak terjadi/tidak adanya aerasi secara pemantauan kualitas air yang lebih
alami. modern/terbaru, diharapkan parameter uji
yang lebih banyak agar hasil kualitas air lebih
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari valid yang sesuai dengan Peraturan
penelitian pengaruh tata guna lahan terhadap Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Sungai Bringin sebagai berikut : 3. Inventarisasi dan identifikasi sumber
1. Hasil perhitungan dengan menggunakan pencemar yang ada di Sungai Bringin agar
metode NSF-IKA kondisi sungai Bringin dapat diketahui wilayah di Sungai Bringin
menunjukkan bahwa kualitas air setiap yang berpotensi terjadinya pencemaran.
segmen didominasi oleh kualitas air buruk
yakni pada segmen 2, 4, 5, 8, 9, 10,
sedangakan untuk segmen 1, 3, anak sungai, 6,
dan 7 menunjukkan kualitas air sedang dan
hanya pada segmen hulu yang memiliki
kualitas air baik. Dapat disimpulkan bahwa
kondisi kualitas air sungai Bringin berangsur-
angsur menurun darri segmen hulu menuju
segmen 10 dengan kualitas air buruk.

10
DAFTAR PUSTAKA Alaerts, G and Santika. 1984. Metoda Penelitian
______, 1991. SNI 06-2412-1991tentang Metoda Air. Penerbit Usaha Nasional :
Pengambilan Contoh Kualitas Air. Surabaya.
Badan Standarisasi Nasional. Anggraeni, Niken. 2012. Studi Penetuan Tingkat
______, 2001. Peraturan Pemerintah Republik Kualitas Air Sungai Berdasarkan
Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Metode Indeks Kualitas Air – National
Pengelolaan Kualitas Air dan Sanitation Foundation (NSF-IKA)
Pengendalian Pencemaran Air. Sebagai Dasar Penentuan Rencana Aksi
______, 2003. Keputusan Menteri Negara Pengelolaan Sungai (Studi Kaus :
Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun Sungai Tuntang, Jawa Tengah). Sripsi.
2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Program Studi Teknik Lingkungan
Air Permukaan dan Pengambilan Universitas Diponegoro : Semarang.
Contoh Air Permukaan. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB.
______, 2003. Keputusan Menteri Negara Bogor.
Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan
2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
Tampung Beban Pencemaran Air Pada University Press : Yogyakarta.
Sumber Air. Effendi, Efni. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit
______, 2003. Keputusan Menteri Negara Kanisius : Yogyakarta.
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi dan Udara.
2003 tentang Pedoman Penetapan Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
Status Mutu Air. Fresenius, W., W. Schneider, B. Bohnke, and K.
______, 2004. SNI 03-7016-2004tentang Tata Poppinghaus (eds). 1989. Waste Water,
Cara Pengambilan Contoh Dalam Hadi, A. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan
Rangka Pemantauan Kualitas Air Pada Sampel Lingkungan. Gramedia. Pustaka
Suatu Daerah Pengaliran Sungai. Utama. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. Novonty, V. Dan Olem, H. 1993. Water Quality :
______, 2004. Undang-Undang Nomor 07 Prevention, Identification, and
Tentang Sumber Daya Air. Management of Difuse Polution. John
______, 2008. SNI 6989.57:2008tentang Metoda Wiley & Sons, Chichester : Inggris.
Pengambilan Contoh Air Permukaan. Penn, Michael.R., J. J. Pauer. J. R. Mihelcic. Nd.
Badan Standarisasi Nasional. Biochemical Oxygen Demand,
______, 2009. Undang-Undang Nomor 32 Environmental and Ecologycal
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Chemistry. Vol. II.
Lingkungan Hidup. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan
______, 2010. Peraturan Menteri Negara Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun Sebagai Salah Satu Indikator Untuk
2010 tentang Tata Laksana Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal
Pengendalian Pencemaran Air. Oseana, volume XXX, Nomor 3, pp :
______, 2011. Peraturan Pemerintah Republik 21 : 26.
Indonesia No.38 Tahun 2011 tentang Samudro, Ganjar dan Mangkoediharjo. 2010.
Sungai. Review on BOD, COD and BOD/COD
Agustiningsih, Dyah. 2012. Kajian Kualitas Air Ratio : A Triangle Zone for Toxic,
Sungai Blukar Kabupaten Kendal Biodegradable and Stable Levels.
Dalam Upaya Pengendalian International Kournal of Academic
Pencemaran Air Sungai. Tesis. Program Research Vol. 2 No. 4 July.
Magister Ilmu Lingkungan Universitas Sawyer, C.N., and P.L. McCarty. 1978. Chemistry
Diponegoro : Semarang. for Sanitary Engineers. 3th Ed.
McGrow-Hill Book Company. Tokyo.

11
Setyowati, D. L., E. Suharini. 2011. DAS Garang
Hulu, Tata Air, Erosi dan Konservasi.
Penerbit Widya Karya : Semarang.
Srikandi, Fardiaz. 1992. Polusi Air dan Udara.
Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Modern. Pustaka Sinar
Harapan : Jakarta.
Suriawiria, Unus. 2003. Air dalam Kehidupan dan
Lingkungan yang Sehat. Penerbit
Alumni : Bandung.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah
dan Air. ANDI : Yogyakarta.
Tchobanoglous, George. 1979. Wastewater
Engineering, Treatment, Disposal,
Reuse. New York, USA : McGraw Hill.
Putri, Arifani Rakhma. 2012. Penentuan Rasio
BOD/COD Oprimal pada Reaktor
Aerob, Fakultatif dan Anaerob. Skripsi.
Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Diponegoro : Semarang.
Wardhana, Lina. 2004. Dampak Pencemaran
Lingkungan. Penerbit ANDI :
Yogyakarta.
Wiwoho. 2005. Model Identifikasi Daya Tampung
Beban Cemaran Sungai Dengan
QUAL2E. Tesis. Program Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Diponegoro :
Semarang.
Yuliastuti, Etik. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai
Ngringo Karanganyar Dalam Upaya
Pengendalian Pencemara Air. Tesis.
Program Magister Ilmu Lingkungan
Universitas Diponegoro : Semarang.

12

You might also like