ID Analisis Perubahan Morfologi Sungai Roka

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

ANALISIS PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI ROKAN BERBASIS SISTEM

INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH

Randa Kurniawan1), Sigit Sutikno 2), Bambang Sujatmoko2)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293
Email : [email protected]

Abstract

The river morphology is a geometry (shape and size), the type, property and circumstance of
the river with all aspects and changes in the dimensions of space and time. Extreme changes in
river morphology would be harmful to the assets in the region around the river. This study is
located in downstream of Rokan river that was analyzed by using Geographical Information
Systems and remote sensing. To investigate the rate and extent change, this study extract the
river change from satellite data during 1988 to 2016. Changes would be reviewed is limited to
changes horizontally divided into two classes of areas including erosion and deposition area.
The data that used is imagery satellite data those are Landsat-5 TM, Landsat-7 ETM+, and
Landsat-8 OLI_TIRS that were obtained from the USGS (United States Geological survey).
Based on the analysis results, it was obtained that total morphological changes of Rokan river
eroded area of 2799.63 ha with an erosion rate average of 101.69 ha / year and covering an
area of 2541.95 ha deposited with a deposition rate average of 92.33 ha / years. The magnitude
of the changes in river morphology of Rokan River has broken meanders neck, resulting in
severance and change the direction of the river flow. Morphological changes of Rokan River
that occurred also pose a potential breakup of a meander, damaging transport infrastructure,
settlements and plantations eroded residents area around the Rokan River.

Keywords: River morphology, geographic information systems, satellite imagery, erosion,


deposition.

A. PENDAHULUAN
Air hujan yang mengalir sebagai perubahan ini dikenal dengan morfologi
aliran permukaan dalam suatu DAS akan sungai.
terakumulasi pada suatu sungai yang akan Morfologi sungai merupakan
menyebabkan munculnya aktifitas erosi geometri (bentuk dan ukuran), jenis, sifat
(pengikisan), pengangkutan (transportasi), dan perilaku sungai dengan segala aspek
dan pengendapan (sedimentasi). Selain dan perubahannya dalam dimensi ruang dan
aliran permukaan, yang menjadi faktor waktu. Proses perubahan dari morfologi
penyebab aktifitas erosi dan sedimentasi sungai telah terjadi sejak terbentuk sungai
antara lain kondisi topografi DAS, jenis dan itu sendiri dan berlangsung terus-menerus.
kemampuan tanah, kapasitas angkut sungai, Perubahan morfologi akan terjadi sangat
vegetasi, dan gangguan yang diciptakan cepat akibat dari perubahan tata guna lahan.
manusia. Aktifitas ini jika tidak dilakukan Perubahan tata guna lahan dapat berdampak
kontrol yang baik maka akan berdampak pada berkurangnya fungsi resapan air dan
pada perubahan sungai baik dimensi meningkatkan aliran air permukaan (run
maupun geometrik sungai. perubahan- off) yang berujung pada meningkatnya debit

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 1


aliran sungai. faktor lain yang batuan, daerah tangkapan hujan dan
menyebabkan laju perubahan morfologi vegatasi. Secara umum bentuk sungai dapat
sungai adalah pasang-surut (back water), diklasifikasikan menjadi 4 bentuk yaitu
material pembentuk tebing sungai serta meandering, straight (sungai lurus), dan
transportasi. Perubahan morfologi sungai breained (sungai yang dipisahkan oleh
yang sangat ekstrem akan berbahaya pulau-pulau kecil) dan anastomasing.
terhadap aset di wilayah sekitar sungai. Namun sesungguhnya banyak kondisi
Faktor-faktor yang menyebabkan laju transisi dari klasifikasi tersebut.
perubahan morfologi sungai tersebut juga
terjadi di DAS Rokan. B.2 Meander
Sutikno (2016) mengatakan bahwa Kata meander berasal dari nama
bagian muara sungai Rokan telah banyak sungai di barat laut Turkey yang bernama
terjadi perubahan batas daratan. Dalam 14 Büyük Meander River yang liku-liku
tahun terakhir (2000 – 2014) batas daratan sungainya mempunyai panjang lengkung.
muara sungai Rokan secara dinamis Sungai yang berbentuk meander adalah
berubah dari waktu ke waktu karena tingkat sungai yang mempunyai belokan yang
akresi yang tinggi. Ini terjadi karena sifat secara (kurang lebih) tratur membentuk
hidrodinamika dan transport sedimen yang fungsi sinus pada bidang datarannya.
tinggi di hilir sungai Rokan. Dari fenomena Biasanya terdiri dari beberapa seri belokan
tersebut maka dilakukan penelitian yang dihubungkan oleh bagian yang lurus
mengenai analisis tingkat perubahan yang disebut dengan “crossing”. Pada
morfologi sungai pada Sungai Rokan sungai berbentuk ini erosi horisontalnya
dengan menggunakan sistem informasi lebih besar dibandingkan erosi vertikal. Hal
geografis berdasarkan data historis citra ini menyebabkan aliran sungai bisa
satelit landsat. Penelitian ini dilakaukan berbindah tempat secara mendatar karena
untuk menentukan laju perubahan serta adanya pengikisan tepi sungai oleh aliran
memberikan gambaran kondisi terdahulu air utama pada daerah sisi luar belokan dan
dan kini morfologi sungai pada sungai pengendapan. Jika proses ini berlangsung
Rokan. terus-menurus akan mengakibatkan aliran
sungai semakin bengkok dan membuat
B. TINJAUAN PUSTAKA meander akan mengalami perubahan dan
perpindahan. Perubahan dan perpindahan
B.1 Morfologi Sungai meander terjadi dengan cara translasi,
Morfologi sungai merupakan ukuran ekpansi, dan rotasi. Pada kondisi tertentu
dan bentuk sungai sebagai hasil reaksi bengkokan pada meander sungai terputus
terhadap perubahan kondisi hidraulik dari dan akan menjadi genangan bekas aliran
aliran. sehingga sungai akan leluasa dalam sungai yang berbentuk tapal kuda atau
menyesuaikan ukuran-ukuran dan oxbow lake.
bentuknya baik bentuk geometri atau Sungai alami cenderung membentuk
kekasaran dasar sungai. Bagian dasar dan suatu seri meander, sedangkan aspek
tebing sungai akan dibentuk oleh material geometridari sungai meander diperjelas
yang diangkut aliran sungai yang berasal dengan suatu indeks karakteristik yang
dari pelapukan geologi pada periode yang mencatat seberapa besar perluasan saluran
panjang. Bentuk sungai selalu berubah sungai menyimpang dari centerline suatu
mengikuti karakteristik alami yang meander, indeks meander (M) merupakan
merupakan faktor penting dalam proses perbandingan dari panjang alinemen
pembentukan sungai. karakteristik alami saluran dengan panjang dengan panjang
tersebut adalah iklim dan fisiografi daerah total kurvatur saluran. Indeks meander
di wilayah sungai, yang secara pembagian mempunyai nilai lebih dari satu. nilai M = 1
besar terdiri dari topografi DAS, formasi berarti sungai lurus. Semakin besar nilai

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 2


Indeks meander dari satu, memperlihatkan kualitas lingkungan hidup. Di daerah tropis
semakin besar penyimpangan saluran yang yang lembab seperti di Indonesia dengan
berbentuk terhadap centerline saluran. rata-rata curah hujan melebihi 1500 mm per
Sesuai dengan kondisi alami, nilai tahun, maka air hujan merupakan penyebab
Indeks meander tidak pernah konstan tetapi utama terjadinya erosi. Salah satu erosi
akan selalu berubah. Hal ini disebabkan yang disebebkan oleh air adalah erosi
karena proses erosi dan deposisi tebing sungai, penggerusan air dapat
berlangsung secara menerus sehingga menyebabkan longsoran tebing-tebing pada
menyebabkan terjadinya perubahan baik belokan-belokan sungai.
terhadap tampang saluran juga terhadap
geometrik sungai. Deposisi adalah akumulasi material
hasil transportasi aliran sungai secara
progresif yang terangkut pada dasar sungai
atau pada tubuh sungai yang lain. Deposisi
sering terjadi pada sisi dalam belokan.
Kecepatan deposisi dipengaruhi oleh
beberapa variabel antara lain dimensi
material, distribusi butir, rapat massa,
bentuk, viskositas air, kecepatan endap, dan
tahanan terhadap erosi (Wahyudi dan
Jupantara, 2004). Pada sungai pengendapan
(deposisi) sedimen menyebabkan naiknya
dasar sungai, kemudian mengakibatkan
tingginya muka air sehingga membuat
Gambar 1 Proses Terbentuknya Oxbow sungai bertambah lebar bahkan bisa
Lake berdampak banjir.
Sumber : Djauhari Noor, 2009

B.4 Sistem Informasi Geografis


Sistem Informasi Geografis menurut
B.3 Erosi dan Deposisi
Rice dalam Rafiuddin (2012) adalah sistem
Erosi adalah pengikisan dan
komputer yang digunakan untuk
pengangkutan batuan atau tanah oleh massa
memasukkan, menyimpan, memeriksa,
zat yang bergerak, seperti air mengalir,
mengintegrasikan, memanipulasi,
angin, ombak, gletser, dan sebagainya.
menganalisis, dan menampilkan data yang
Bahan erosi yang dilarutkan akan dibawa
berhubungan dengan posisi-posisi di
dan diendapkan di tempat yang lebih
permukaan bumi. SIG atau GIS
rendah, seperti di lembah sungai, muara
(Geographic Information System)
sungai, dan di tempat tempat lain yang lebih
merupakan suatu bentuk sistem informasi
rendah. Proses erosi yang terjadi di alam
yang menyajikan informasi dalam bentuk
sangat banyak dan jenisnya ada bermacam
grafis dengan menggunakan peta sebagai
macam. Berdasarkan tenaga yang pembawa
antar muka. Aplikasi SIG saat ini banyak
dan mengendapnya, erosi dibedakan
digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan,
menjadi bermacam macam, yaitu: erosi air,
dan pengendalian yang berkaitan dengan
erosi angin, erosi gletser, erosi ombak laut,
wilayah geografis. Dalam pemanfaatannya,
dan erosi lainya. Besar kecil atau kuat
SIG banyak diaplikasikan untuk:
lemahnya erosi sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor alam yaitu kemiringan a. pengolahan dan penentuan SDA,
lereng keadaan vegetasi atau tumbuhan b. perencanaan umum tata ruang,
volume serta kecepatan air. Proses erosi c. perencanaan dan pengolahan tata guna
dapat menyebabkan merosotnya lahan, pengaturan infrastruktur seperti:
produktivitas tanah, daya dukung tanah dan jaringan listrik, telepon, jalan raya,

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 3


jalan kereta api, saluran pipa air minum penggunaannya dibidang geomorfologi
dan sebagainya. menjadi lebih berkembang melalui
tampilan visual citra yang semakin rinci.
B.5 Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu B.6 Perkembangan dan Karakteristik
untuk memperoleh informasi tentang suatu Landsat
objek, daerah, atau fenomena melalui Satelit Landsat pada untuk pertama
analisis data yang diperoleh dengan suatu kalinya disebut ERTS (Earth Resources
alat tanpa adanya suatu kontak langsung Technology Satellite). Diawali dalam tahun
dengan objek, daerah, atau fenomena yang 1967, program membuahkan rencana
dikaji (Lillesand dan Kiefe dalam Landari, urutan enam buah satelit yang sebelum
2014). Data penginderaan jauh merupakan peluncurannya diberi nama ERTS A, B, C,
hasil rekaman dari interaksi pemancaran D, E, dan F (setelah peluncuran berhasil
dan pemantulan antara energi mengorbitkan sesuai dengan rencana maka
elektromagnetik dengan objek yang namanya diubah menjadi ERTS 1, 2, 3, 4, 5,
direkam oleh sensor atau alat pengindera dan 6). kemudian namanya diubah menjadi
seperti kamera, penyiam (scanner), dan Landsat pada tahun 1974. Ada delapan
radiometri yang masing-masing dilengkapi satelit yang telah diluncurkan, Landsat-1
dengan detektor di dalamnya. Data diluncurkan pada tanggal 22 Juli 1972 yang
penginderaan jauh dapat berupa data digital dihentikan operasinya pada tanggal 6
maupun data visual. Data visual terdiri dari Januari 1978. Landsat-2 diluncurkan pada
citra maupun non citra. Data citra berupa tanggal tanggal 22 Januari 1975, kemudian
gambaran yang mirip wujud aslinya atau pengoperasiannya dihentikan pada tanggal
berupa gambaran planimetrik sedangkan 22 Januari 1980, Landsat-3 diluncurkan
data non citra pada umumnya berupa garis pada tanggal 03 Maret 1978, kemudian
atau grafik (Sutanto dalam Hara, 2009). dikembangkan masalah di dalam sensor
Interpretasi citra merupakan MSS (Multi Spectral Scanner) pada bulan
perbuatan mengkaji foto udara atau citra Agustus 1978 untuk mengatasi masalah
satelit untuk mendeteksi, mengidentifikasi, keterlambatan dalam mengirim sinyal ke
dan menilai arti pentingnya objek yang bumi. Kemudian Landsat-3 dihentikan
tergambar pada citra. Interpretasi citra pengoperasiannya tanggal 31 Maret 1983
mempunyai sembilan unsur, yaitu rona atau (Wijaya, 2006).
warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi, Jenis sensor pada satelit Landsat telah
bayangan, situs dan asosiasi (Sutanto dalam berkembang dengan diluncurkannya satelit
Hara, 2009). Landsat generasi kedua yaitu Landsat-4 dan
Penginderaan jauh sebagai teknik Landsat-5. Landsat-4 diluncurkan 16 Juli
pengumpulan data permukaan bumi banyak 1982, dihentikan 1993. Landsat 5
memberikan sumbangan dibidang diluncurkan 1 Maret 1984 masih berfungsi
geomorfologi, karena secara umum dapat sampai dengan saat ini namun mengalami
menampilkan bentang lahan yang disajikan gangguan berat sejak November 2011,
melalui berbagai karakteristik citra. akibat gangguan ini, pada tanggal 26
Semula data penginderaan jauh berupa Desember 2012, USGS (United States
foto udara banyak dimanfaatkan untuk Geological Survey) mengumumkan bahwa
bidang geomorfologi dan terbukti banyak Landsat-5 akan dinonaktifkan. Berbeda
memberikan kemudahan dalam mengetahui dengan 5 generasi pendahulunya, Landsat-
karakteristik bentuk lahan, namun kini 6 yang telah diluncurkan 5 Oktober 1993
teknik pengideraan jauh satelit terus gagal mencapai orbit. Sementara Landsat-7
dikembangkan lagi, baik dalam hal sistem yang diluncurkan 15 April 1999, masih
sensor ataupun sistem wahana, sehingga berfungsi walau mengalami kerusakan
kemajuan teknik ini memungkinkan

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 4


sejak Mei 2003 rectangle untuk membuat lokasi penelitian.
(http://www.geomatika.its.ac.id/, 2013). Setiap band kemudian dipotong dengan
Pada tanggal 11 Februari 2013, cara mengklik kanan layer band, kemudian
NASA melakukan peluncuran pilih data>export raster data>pilih select
satelit Landsat Data Continuity graphics (clipping)>location (pilih lokasi
Mission (LDCM). Satelit ini mulai penyimpanan)>name (penamaan raster
menyediakan produk citra open band baru)>format ( pilih format tiff)>save.
access sejak tanggal 30 Mei 2013,
menandai perkembangan baru dunia C.2 Pemulihan Citra (Rektifikasi)
antariksa. NASA lalu menyerahkan satelit Koreksi radiometrik adalah koreksi
LDCM kepada USGS sebagai pengguna yang dilakukan karena hasil rekaman satelit
data terhitung 30 Mei tersebut. Satelit ini mengalami kesalahan yang disebabkan oleh
kemudian lebih dikenal sebagai Landsat 8. gangguan atmosfer. Gangguan atmosfer
Landsat 8 lebih cocok disebut sebagai menyebabkan nilai pantulan yang diterima
satelit dengan misi melanjutkan Landsat 7 oleh sensor mengalami penyimpangan.
dari pada disebut sebagai satelit baru Besarnya penyimpangan dipengaruhi oleh
dengan spesifikasi yang baru pula. Ini besar kecilnya gangguan atmosfer pada
terlihat dari karakteristiknya yang mirip waktu perekaman. Koreksi radiometrik
dengan Landsat 7, baik resolusinya (spasial, dimaksudkan untuk menyusun kembali
temporal, spektral), metode koreksi, nilai pantulan yang direkam oleh sensor
ketinggian terbang maupun karakteristik mendekati atau mempunyai pola seperti
sensor yang dibawa. Hanya saja ada pantulan obyek yang sebenarnya sesuai
beberapa tambahan yang menjadi titik dengan panjang gelombang perekamannya.
penyempurnaan dari Landsat 7 seperti Koreksi radiometrik dilakukan
jumlah band, rentang spektrum gelombang dengan menggunakan software berbasis
elektromagnetik terendah yang dapat sistem informasi geografis dengan cara
ditangkap sensor serta nilai bit (rentang menggunakan metode penyesuaian
nilai Digital Number) dari tiap piksel citra. histogram (histogram adjustment). Asumsi
Fungsi dari masing-masing band melandasi metode ini adalah nilai piksel
pada Landsat-5 TM (Thematic Mapper) dan terendah tiap saluran seharusnya bernilai 0
Landsat-7 ETM+ (Enhanced Thematic (nol). Apabila nilai saluran lebih besar dari
Mapper) memiliki fungsi yang sama, 0 (>0), maka dihitung bias atau offset.
Namun pada Landsat-7 ada penambahan Contoh hasil koreksi radiometrik dapat
band 8 (pankromatik) yang memiliki dilihat pada Gambar 2.
resolusi spasial lebih baik dari band-band
lainya yakni sebesar 15 m.

C. METODOLOGI PENELITIAN

C.1 Pemotongan Citra (Cropping


Image)
Sebelum citra diolah dilakukan
pemotongan citra (cropping image) dengan
pertimbangan daerah studi tidak meliputi
seluruh area dalam citra, menghemat
memori penyimpanan dan meringankan
kinerja komputer. Gambar 2 Histogram Hasil Koreksi
Pemotongan citra dilakukan di semua Radiometrik Band 4 Citra Landsat-7
band yang terpilih dengan menggunakan ETM+ Perekaman Tanggal 21 November
menu draw, kemudian memilih new 2012

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 5


C.3 Penajaman Citra baris dan kolom antar satu citra dengan citra
Penajaman citra merupakan lainnya, sehingga citra dapat ditumpang
penggabungan band-band yang dibutuhkan susun (overlay) dengan tepat.
untuk menghasilkan gambar sesuai Kelebihan pada citra Landsat adalah
kebutuhan agar bisa dianalisis lebih lanjut. citra yang didownload terutama pada data
Penggabungan band-band ini dilakukan level 1 dalam format geotiff sudah
dengan komposit band (composite bands). terkoreksi geometriknya sehingga tidak
Sebelum dilakukan komposit, terlebih perlu dilakukan koreksi geometrik lagi.
dahulu dipilih band-band yang bisa untuk Akan tetapi jika terjadi penyimpangan titik
menghasilkan gambar yang bisa kontrol antar citra maka harus dikoreksi
membedakan antara batas darat dan air. geometrik kembali dengan mengambil titik
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang kontrol dari google earth, google maps atau
disinggung pada latar belakang penelitian GPS minimal 4 titik yang berjauhan seperti
ini, maka band yang terpilih Untuk Landsat- pada persimpangan jalan, gedung atau titik
5 TM dan Landsat-7 ETM+ adalah band 2, lainya. Makin banyak titik kontrol yang
band 4, dan 5. Komposit band dilakukan digunakan maka hasilnya akan lebih baik.
dengan urutan band 542. Adapun untuk
Landsat-8 OLI_TIRS untuk membedakan C.5 Digitasi
antara darat dan air dipilih band 3, band 5, Digitasi atau delineasi garis tebing
dan 6 dengan urutan komposit band 653. dilakukan untuk menentukan bentuk dari
morfologi sungai. Citra landsat didigitasi
C.4 Koreksi Geometrik dalam format polyline, kemudian hasil dari
Koreksi geometrik pada citra Landsat digitasi dilakukan pengklasifikasian dalam
merupakan upaya memperbaiki kesalahan 2 kelas yaitu kelas daratan dan perairan.
perekaman secara geometrik agar citra yang Adapun citra yang telah didigitasi dan
dihasilkan mempunyai sistem koordinat diklasifikasikan dapat dilihat pada Gambar
dan skala yang seragam, dan dilakukan 3. Garis berwarna merah merupakan hasil
dengan cara translasi, rotasi, atau digitasi/deliniasi garis sungai citra landsat-
pergeseran skala. Koreksi geometrik pada 5 TM perekaman tanggal 18 Januari 1988.
citra Landsat meliputi penyiapan data Dengan langkah yang sama dilakukan
berupa raster/citra yang telah di lakukan digitasi/deliniasi garis sungai tahun 1992,
penajaman citra (emage enhancement). 1996, 2000, 2004, 2008, 2012, dan tahun
Pengambilan titik kontrol bumi (Global 2016.
Control Point, GCP) diperoleh dari peta,
google maps, google earth atau peninjauan
langsung di lapangan dengan menggunakan
GPS (Global Possitioning System) minimal
4 titik kontrol. Sistem koordinat yang
digunakan WGS 1984 UTM (Universal
Transverse Mecrator) Zone 47 North sesuai
dengan lokasi penelitian. Hasil koreksi ini
akan didapatkan citra yang sesuai dengan
posisi sebenarnya di muka bumi. Citra hasil
koreksi geometrik ini dijadikan referensi
untuk melakukan registrasi citra Landsat
lainnya pada lokasi yang sama. Prosedur Gambar 3 Digitasi Citra Landsat-5 TM
registrasi citra sama dengan koreksi Perekaman Tanggal 18 Januari 1996
geometrik, hanya dalam pengambilan titik
kontrol dilakukan antar citra. Registrasi ini
bertujuan untuk mendapatkan kesesuaian

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 6


C.6 Tumpang Susun (Overlay) perubahan yang terjadi per empat
Setelah melakukan digitasi batas tahunnya. Dari perubahan yang terjadi akan
darat dan air pada masing-masing citra, diamati fenomena dan kecenderungan
kemudian hasil dari digitasi dilakukan perubahan morfologi sungai pada tiap
tumpang susun (overlay) antar interval segmen yang telah dibagi.
pada masing-masing kondisi. Tumpang
susun dilakukan dengan menggunakan D. HASIL DAN PEMBAHASAN
menu analysis tools pada arc toolbox,
kemudian pilih overlay dan symetrical D.1 Pemotongan Citra
difference. Dari hasil overlay akan Pemotongan dilakukan dari koordinat
terbentuk data polygon features baru yang 1°19ʹ58,8ʹʹ - 2°17ʹ13,2ʹʹ LU dan
mencakup didalamnya sedimentasi dan 100°31ʹ1,2ʹʹ BT - 101°22ʹ58,8ʹʹ BT dengan
gerusan. Polygon features yang baru ini luas 10.280.085.883,645 m² atau
kemudian akan dipisah menjadi 2 bagian 10.280,085 Km². Gambar citra sebelum dan
dengan membuat polygon features baru sesudah dilakukan pemotongan citra dapat
berupa Polygon features sedimen dan dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.
Polygon features gerusan.
Kemudian dilakukan perhitungan
luas pada setiap perubahan, yaitu dengan
mengklik kanan pada Polygon features
hasil overlay yang telah dipisah menjadi 2
bagian, pilih open attribute table dan akan
muncul jendela Attributes. Kemudian
membuat kolom luas sedimen dan gerusan
pada jendela Attributes dengan memilih
menu option, kemudian pilih add field
dengan membuat nama kolom luas dan type
yang dipilih double. Setelah itu terbentuk Lokasi penelitian
kolom baru dengan nama kolom yaitu luas.
klik kanan kolom luas dan pilih calculate
geometry, pilih property dan units yang
akan digunakan dalam penelitian ini Gambar 4 Citra Sebelum Dilakukan
menggunakan units ‘square meters [sq m]’ Pemotongan
atau m2.

C.7 Analisis Perubahan Morfologi


Sungai Rokan Yang Terjadi
Masing-masing citra yang telah
didigitasi dalam akan diklasifikasikan
menjadi 2 kelas besar yaitu kelas darat dan
kelas air. Kemudian hasil dari tumpang
susun (overlay) akan didapatkan perubahan
morfologi dalam 2 kelas baru yaitu darat
menjadi air (erosi) dan air menjadi darat
(deposisi). Dari hasil analisis akan
diperoleh tingkat perubahan morfologi
sungai dalam satuan luas Kemudian akan
diidentifikasi besarnya perubahan Gambar 5 Hasil Pemotongan Citra
morfologi dibeberapa tempat sungai per (CitraLandsat-5 TM+ Band 4 Perekaman
empat tahunnya dan membandingkan besar Tanggal 03 September 1992)

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 7


D.2 Digitasi Area hasil tumpang susun (overlay)
Citra landsat didigitasi dalam format akan membentuk shapefile poligon. Dari
polyline, digitasi dilakukan pada tebing shapefile tersebut akan diketahui luasannya
sungai. kemudian hasil dari digitasi masing-masing poligon, luasan tersebut
diklasifikasian dalam 2 kelas yaitu kelas akan menjadi luasan erosi dan deposisi.
daratan dan perairan. Digitasi dilakakan Data luasan erosi dan deposisi dapat dilihat
pada semua data seri tahun. Hasil seluruh pada Tabel 1.
digitasi dapat dilihat pada Gambar 6.
Tabel 1 Luasan Erosi dan Deposisi 1988
sampai dengan 2016
Overlay Erosi Deposisi
(ha) (ha)
1988-1992 365,53 142,43
1992-1996 280,81 197,51
1996-2000 414,17 182,23
2000-2004 271,38 59,68
2004-2008 480,01 141,04
2008-2012 597,19 852,11
2012-2016 390,54 966,96
TOTAL 2.799,63 2.541,95
Gambar 5 Hasil Digitasi Tebing Sungai
Dari Tahun 1988 Sampai Dengan 2016 Dari hasil analisa area erosi dan
deposisi dalam kurun waktu 28 tahun (1988
D.3 Identifikasi Area Erosi dan hingga 2016), sungai Rokan bagian hilir
Deposisi telah mengalami erosi seluas 2.799,63 ha
Identifikasi lokasi terjadinya erosi dengan laju erosi rata-rata 101,69 ha/tahun
dan deposisi morfologi sungai dilakukan dan deposisi seluas 2.541,95 ha dengan laju
dengan menumpang susun (overlay) garis deposisi rata-rata 92,33 ha/tahun.
digitasi morfologi terlama dengan garis Pada Gambar 7 disajikan titik lokasi
morfologi terkini. Hasil tumpang susun perubahan morfologi pada sungai Rokan
(overlay) membentuk suatu suatu area. Jika dalam kurun waktu 28 tahun. Dapat dilihat
area tersebut berada diatas daratan raster telah terjadi perubahan arah aliran setelah
tahun sebelumnya maka area tersebut putusnya meander sungai. Arah aliran ini
dikategorikan sebagai area erosi. jika berubah akibat dari akitvitas erosi dan
Sebaliknya maka area dikategorikan deposisi. Aktivitas erosi terus mengikis
sebagai area deposisi. Titik lokasi erosi dan tebing sungai sampai leher meander putus,
deposisi dapat dilihat pada Gambar 7. setelah meander putus arah aliran yang
terdahulu terus mengalami deposisi
material dan akhirnya menutup alur aliran
tersebut. Setelah alur berubah area yang
tererosi dan terdeposisi beralih ke hilir yang
menyebabkan trase dihilir meander menjadi
melebar dan membentuk pulau. Besar
aktivitas erosi dan deposisi dari tahun 1988
sampai tahun 2016 dapat dilihat dari grafik
pada Gambar 8.

Gambar 7 Area Erosi dan Deposisi

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 8


secara keseluruhan dengan luas
1000 2.799,63 ha dengan laju erosi rata-rata
EROSI DEPOSISI
800 101,63 ha/tahun dan deposisi seluas
2.541,95 ha dengan laju akresi rata-rata
Hektar

600
92,33 ha/tahun.
400 3. Besarnya area yang tererosi telah
mengakibatkan putusnya sebuah
200
meander, dan berpotensi memutuskan
0 leher meander lainnya.
1 2 3 4 5 6 7 4. Putusnya leher meander tersebut terjadi
Data Seri Tahun Ke- pada rentang tahun 2009 dan 2016.
5. Pada tebing sungai perlu dilakukan
perlindungan dari aktivitas erosi,
Gambar 8 Grafik Jumlah Erosi dan Karena dibeberapa lokasi erosi terdapat
Deposisi Sungai Rokan Bagian Hilir aset penting seperti area permukiman,
Tahun 1988 Sampai Tahun 2016 lahan pertanian, serta infrastruktur
transportasi berupa jalan dan jembatan.
Dari Grafik dapat dilihat aktivitas E.2 Saran
erosi lebih tinggi setiap tahunnya dari tahun
Seiring dengan terus terjadinya
1988 sampai dengan tahun 2008. Namun
aktivitas erosi dan deposisi pada sungai
tahun selanjutnya hingga tahun 2016
Rokan maka disarankan melakukan
dominasi berganti menjadi deposisi. Ini
penelitian lanjutan dengan mencoba
menunjukkan bahwa pada tahun 1988
mengidentifikasi pola aliran serta
sampai dengan 2008 material yang tererosi
kerentanan material tebing sungai terhadap
banyak terdeposisi tidak pada sungai Rokan
gerusan air pada sungai tersebut.
bagian hilir namun lebih ke arah muara
sungai. Tapi ditahun selanjutnya material
DAFTAR PUSTAKA
yang tererosi banyak terdeposisi pada
sungai Rokan bagian hilir. Ini diduga akibat
Arief, M., Winarso, g., & Prayoga, T.
dari putusnya sebuah leher meander pada
(2011). Kajian Perubahan Garis
sungai Rokan bagian hilir yang
Pantai Menggunakan Data Satelit
mennyebabkan terciptanya jalur aliran baru
Landsat Di Kabupaten Kendal.
dan tertutupnya jalur aliran lama akibat
Peneliti Pusat Pemanfaatan
terdeposisi.
Penginderaan Jauh, LAPAN.
Butler, K. (2013). Band Combinations for
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Landsat 8.
E.1 Kesimpulan http://blogs.esri.com/esri/arcgis/2013
Berdasarkan hasil dan pembahasan /07/24/band-combinations-for-
yang telah dipaparkan maka dapat diambil landsat-8/, diakses 25 Febuari 2013.
kesimpulan sebagai berikut. Hara. (2009). Aplikasi Sistem Informasi
1. Sungai Rokan bagian hilir telah Geografis Dalam Perencanaan
mengalami erosi dari tahun 1988 – 2016 Mengurangi Efek Pulau Panas Kota
secara keseluruhan dengan luas Medan. Medan : Universitas Sumatra
2.799,63 ha dengan laju erosi rata-rata Utara.
101,63 ha/tahun dan deposisi seluas Jailani. 2014. Analisis Sedimentasi dan
2.541,95 ha dengan laju akresi rata-rata Gerusan WadukPLTA Koto Panjang
92,33 ha/tahun. Menggunakan Data Penginderaan
2. Sungai Rokan bagian hilir telah Jauh. Jurnal Online Mahasiswa
mengalami erosi dari tahun 1988 – 2016

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 9


Universitas Riau Vol 1 No.2 Oktober Wijaya, A. (2006). Aplikasi Data Landsat
2014. TM Terhadap Perubahan Garis
Kusnadi, A. R. I. 2015. Monitoring Pantai Dan Penutupan Lahan Pantai
Perubahan Garis Pantai Dikabupaten Rembang Bagian
Menggunakan Citra Satelit Landsat. Timur. Skripsi Sarjana, Fakultas
Tesis Magister S2 Jurusan Teknik Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Sipil Universitas Riau. Pertanian Bogor.
Landari, F., Sutikno, S., & Fauzi, M. 2014. Wulansari, K. 2013. Perubahan Alur
Analisis Laju Abrasi Pantai Teluk Sungai di Muara Sungai Rokan
Belitung Kabupaten Kepulauan Provinsi Riau Tahun 1988-2012.
Meranti Menggunakan Data Jurnal Universitas Indonesia.
Penginderaan Jauh. Jurnal Online
Mahasiswa Universitas Riau Vol 1
no.1. Februari 2014.
Geometics Engineering Institut Teknologi
Sepuluh November Surabaya, 2013.
Landsat 8 berhasil diluncurkan.
http://www.geomatika.its.ac.id/,
diakses 20 November 2013.
Purwaningsih, R. (2013). Kombinasi Band
Untuk Landsat 8.
http://tukangpeta.blogspot.com/2013/
10/kombinasi-band-untuk-landsat-
8.html, diakses 25 Febuari 2013.
Rafiuddin, A. (2012). Pemanfaatan Data
Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis untuk Kajian
Bahaya dan Resiko Bencana Alam di
Kota Bogor Berbasis Geomorfologi.
Skripsi Sarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Sutikno, S. 2015. Integrated Remote
Sensing and GIS for Calculating
Shoreline Change in Rokan Estuary,
Conference on Science and
Engineering for Instrumentation,
Environment and Renewable Energy.
United States Geological Survey. Earth
Resources Observation and Science
Center (EROS).
http://glovis.usgs.gov/, diakses 16
Juni 2016.
Wahyudi., Jupantara, D. (2004). Studi
Simulasi Sedimentasi Akibat
Pengembangan Pelabuhan Tanjung
Perak Surabaya. Jurnal Teknologi
Kelautan, Fakultas Teknik, Jurusan
Teknik Kelautan, Institut Teknologi
Surabaya.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 1 Februari 2017 10

You might also like