Hubungan Antara Spiritualitas Dan Stres Pada Mahasiswa Yang Mengerjakan Skripsi
Hubungan Antara Spiritualitas Dan Stres Pada Mahasiswa Yang Mengerjakan Skripsi
Hubungan Antara Spiritualitas Dan Stres Pada Mahasiswa Yang Mengerjakan Skripsi
Damar Aditama
Alumni Program Studi Psikologi, Universitas Islam Indonesia
DOI: https://doi.org/10.20885/tarbawi.vol10.iss2.art4
Abstract
This research aims to determine the relationship between spirituality and
stress on college student who work on the final project. Subjects in this study are
Islamic college student and are working on the final project at least one semester
or six months. Characteristics subject is men and women from the age of 20-
27 years, amounting to 82 people. Hypothesis proposed in this research is there
is a negative relationship between spirituality with stress on college student
who work on the final project. The higher the spirituality the lower the stress,
the lower the spirituality the higher the stress. The data collected in this study
used two measuring tools given on the subject, ie stress scale on thesis based on
Sarafino scale theory (Permana, 2009) and Spirituality Orientation Inventory
(SOI) compiled by Wahyuningsih (2009) and refers to Elkins theory.
This research uses parametric analysis technique of product moment from
Pearson. The analysis of this research showed results (r) -0.338 and p = 0.001 (p
<0.01). These results indicate a negative relationship between spirituality with
the stress of college student who are working on thesis. The higher the spirituality
the lower the thesis stress on the college student, the lower the spirituality the
higher the thesis stress on the college student. Thus, the hypothesis is accepted
Keywords: College Student, Thesis, Spirituality, Stress
Pendahuluan
Mahasiswa tingkat akhir harus menyelesaikan tugas akhir atau
skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana. Indriati (2001) menyatakan
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 41
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 43
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama
Kerangka Teoritik
A. Stres
1. Pengertian stres
Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu
saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Hardjana,
1994). Chaplin (1999) menyatakan stres adalah suatu keadaan tertekan,
baik secara fisik maupun psikologis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) stres adalah
gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh
faktor luar. Council (2003) mendefinisikan stres sebagai ketidak mampuan
mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan
spiritual manusia, yang pada suat saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik
manusia tersebut. Stres disebabkan oleh naluri tubuh untuk melindungi
diri dari tekanan emosi, tekanan fisik, situasi ekstrim, atau bahaya yang
mengancam (Mahsun, 2004).
Rathus & Nevid (Gunawati, Hartati,dan Listiara, 2006) mengatakan
bahwa stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat
adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan. Menurut Schafer (Dewi
2009) mengartikan stres sebagai gangguan dari pikiran dan tubuh dalam
merespon tuntutan. Menurut Reber dan Reber (2010) stres adalah kondisi
tegangan psikologis yang dihasilkan oleh jenis-jenis daya atau tekanan
yang diuraikan di makna. Sarafino (2012) menyatakan bahwa stres adalah
kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan,
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari situasi
yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
Berdasarkan dari beberapa sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa
stres merupakan kondisi seseorang mengalami tekanan atau gangguan
baik fisik maupun psikologis yang disebabkan oleh adanya tuntutan dari
diri sendiri maupun dari faktor luar. Seseorang akan mengalami stres,
ketika seseorang tersebut tidak mampu menangani tekanan yang berasal
dari luar dan dalam individu tersebut. Hal tersebut disebabkan karena
individu yang stres tidak dapat untuk menghadapi tekanan tersebut.
2. Aspek-aspek stres
Sarafino (2012) menyatakan aspek-aspek stres ada dua, yaitu :
a. Aspek Biologis
Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari
stres yang dialami individu antara lain: sakit kepala, gangguan
tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan
produksi keringat yang berlebihan.
b. Aspek Psikologis
Aspek psikologis stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari
stres antara lain:
3. Gejala kognisi
Kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu. Individu
yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya
ingat, perhatian dan konsentrasi.
4. Gejala emosi
Kondisi stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu.
Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala
mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala
sesuatu, merasa sedih dan depresi.
5. Gejala tingkah laku
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari
yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam
hubungan interpersonal.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres
Menurut Smet (1994), faktor yang mempengaruhi stres antara lain:
a. Variabel dalam diri individu
Variabel dalam diri individu meliputi: umur, tahap kehidupan,
jenis kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan,
suku, kebudayaan, status ekonomi.
4. Karakteristik kepribadian
Karakteristik kepribadian meliputi: introvert-ekstrovert,
stabilitas emosi secara umum, kepribadian ketabahan, locus of control,
kekebalan, ketahanan.
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 45
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama
a. Variabel sosial-kognitif
Variabel sosial-kognitif meliputi: dukungan sosial yang
dirasakan, jaringan sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan.
b. Hubungan dengan lingkungan sosial
Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial
yang diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal.
c. Strategi koping
Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan
unsur-unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari
dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang
berasal dari lingkungan sekitar.
Sedangkan menurut Sunaryo (2004) faktor yang mempengaruhi
stres adalah sebagai berikut:
a. Faktor biologis
Herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik dan
neurohormonal.
b. Faktor psikoedukasif/sosio kultural
Perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi lain
yang mempengaruhi
Faktor penyebab munculnya stres menurut Amin (2007) adalah
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat berupa
kualitas akhlak atau kepribadian dan kondisi emosi seseorang, perilaku,
kebiasaan, dan lain-lain. Akhlak menurut Al-Ghazali (Amin, 2007)
adalah keadaan hati seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan
atau perilaku. Apabila akhlaknya baik maka terbebas dari gangguan
kesehatan jiwa, sebaliknya apabila akhlaknya rendah maka akan mudah
terserang gangguan kejiwaan atau stres. Hal demikian disebabkan karena
pikirannya tidak lurus dan bertenangan dengan norma-norma agama
maupun norma sosial. Sedangkan faktor eksternal berupa faktor alam,
lingkungan, masyarakat, keluarga dan lain-lain.
Faktor stres menurut Sukadiyanto (2010) adalah sebagai berikut:
a. Perasaan cemas mengenai hasil yang dicapai, sebagai contoh jika
seorang guru terlalu banyak beban dalam pekerjaan di kantor
B. Spiritualitas
1. Pengertian spiritualitas
Benner (Zinnbauer dkk, 1997) mengungkapkan bahwa spiritualitas
adalah respon manusia terhadap panggilan Tuhan, sebagai bentuk kasih
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 47
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama
sayang atau sifat Tuhan Yang Maha Pemurah untuk bermurah hati pada
sesama yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Menurut Pargament
& Mahoney (King, 2007) spiritualitas adalah sebuah proses dalam
kehidupan individu, berupa makna dan tujuan, dan semuanya berdampak
pada individu lain dan lingkungannya, termasuk organisasi.
Elkins, dkk (Wahyunungsih, 2009) mengatakan bahwa spiritualitas
berasal dari bahasa latin spiritus yang berarti nafas hidup, sehingga spiritual
merupakan cara untuk memahami sesuatu yang datang melalui kesadaran
pada dimensi transenden (kepercayaan terhadap Tuhan) dan ditandai
oleh nilai-nilai tertentu yang dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri,
orang lain, alam, kehidupan, dan apapun yang dipersepsikan sebagai Yang
Kuasa. Spiritualitas mengakui bahwa terdapat sesuatu yang sakral pada
pusat dari segala kehidupan. Apapun sumbernya, elemen sakral ini tinggal
di dalam setiap organisme yang hidup (Nurtjahjanti, 2010). Mitroff dan
Denton (Phipps, 2012) mendefinisikan spiritualitas sebagai keinginan
dasar untuk menemukan makna dan tujuan dalam kehidupan seseorang
dan untuk menjalani kehidupan yang reintegrasi.
Berdasarkan dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa
spiritualitas merupakan penghayatan diri individu terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna dan
tujuan dalam kehidupan di dunia. Spiritualitas mencakup segala bentuk
amal atau nilai-nilai kebaikan, lebih luas daripada religiusitas, sebab tidak
mencakup agama tertentu akan tapi merupakan suatu hal yang lebih tinggi
maknanya meliputi seluruh agama, golongan ataupun sistem kepercayaan
apapun.
2. Aspek-aspek spiritualitas
Menurut Elkins dkk (Wahyuningsih, 2009) menyatakan bahwa
dimensi dari spiritualitas adalah:
a. Dimensi transenden.
Orang yang memiliki spiritualitas tinggi memiliki
kepercayaan/ belief berdasarkan eksperensial bahwa ada dimensi
transenden dalam hidup. Kepercayaan/belief di sini dapat berupa
perspektif tradisional/agama mengenai Tuhan sampai perspektif
psikologis bahwa dimensi transenden adalah eksistensi alamiah dari
kesadaran diri dari wilayah ketidaksadaran atau greater self. Orang
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 49
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama
f. Dimensi altruisme
Orang yang memiliki spiritualitas tinggi memahami bahwa
semua orang bersaudara dan tersentuh oleh penderitaan orang lain.
Dia memiliki perasaan/sense kuat mengenai keadilan sosial dan
komitmen terhadap cinta dan perilaku altrusitik.
g. Dimensi idealisme
Orang yang memiliki spiritualitas tinggi adalah orang yang
visioner, memiliki komitmen untuk membuat dunia menjadi lebih
baik lagi. Mereka berkomitmen pada idealisme yang tinggi dan
mengaktualisasikan potensinya untuk seluruh aspek kehidupan.
h. Dimensi kesadaran akan adanya penderitaan
Penderitaan Orang yang memiliki spiritualitas tinggi benar-
benar menyadari adanya penderitaan dan kematian. Kesadaran ini
membuat dirinya serius terhadap kehidupan karena penderitaan
dianggap sebagai ujian. Meskipun demikian, kesadaran ini
meningkatkan kegembiraan, apresiasi dan penilaian individu
terhadap hidup.
i. Hasil dari spiritualitas
Spiritualitas yang dimiliki oleh seseorang akan mewarnai
kehidupannya. Spiritualitas yang benar akan berdampak pada
hubungan individu dengan dirinya sendiri, orang lain, alam,
kehidupan dan apapun yang menurut individu akan membawa
pada Ultimate.
Hubungan antara spiritualitas dengan stres pada mahasiswa yang
sedang mengerjakan skripsi
Tugas akhir mahasiswa atau sering disebut skripsi merupakan
syarat terakhir yang harus diselesaikan seorang mahasiswa guna untuk
memperoleh gelar sarjananya atau S1. Mahasiswa yang merasa terbebani
dan merasa kemampuannya kurang dalam mengerjakan skripsi, serta
ditambah lagi dengan tuntutan dari luar maupun dari dalam mahasiswa
yang mengharuskan segera menyelesaikan skripsinya membuat mahasiswa
tersebut menjadi mengalami stres. Schafer (Dewi 2009) mengartikan
stres sebagai gangguan dari pikiran dan tubuh dalam merespon tuntutan.
Sarafino (2012) menyatakan bahwa stres adalah kondisi yang disebabkan
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 51
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama
hidup ini setiap orang memiliki makna dan tujuan hidup masing-masing,
sehingga tidak akan mudah seorang individu untuk menyerah. Sebagai
contoh mahasiswa yang mengalami stres ketika mengerjakan skripsi tidak
akan mengambil jalan yang salah seperti bunuh diri atau menggunakan
narkoba, untuk menghindari tekanan atau stres dalam mengerjakan
skripsi, tetapi berusaha dengan keras untuk menyelesaikan skripsinya.
Dimensi misi hidup yaitu merasa bahwa dirinya harus bertanggung jawab
terhadap hidup sehingga termotivasi oleh metamotivated. Mahasiswa
yang merasa bertanggung jawab dalam kehidupannya maka mahasiswa
tersebut harus menyelesaikan skripsi yang menjadi kewajibannya sebagai
mahasiswa meskipun dengan susah payah dan mengalami banyak tekanan
selama mengerjakan skripsinya. Dimensi kesucian hidup yaitu percaya
bahwa seluruh kehidupannya adalah akhirat dan bahwa kesucian adalah
sebuah keharusan. Mahasiswa yang percaya bahwa seluruh kehidupannya
akhirat akan menyelesaikan skripsinya dengan sungguh-sungguh
meskipun penuh dengan kesulitan dan tekanan, sebab menyelesaikan
skripsi merupakan ibadah bagi mahasiswa tersebut untuk menggapai
surga di akhirat kelak. Dimensi kepuasan spiritual yaitu individu tidak
akan menemukan kepuasan dalam materi tetapi kepuasan diperoleh dari
spiritual. Sebagai contoh mahasiswa merasa biasa saja ketika mengerjakan
skripsi, tidak mengalami tekanan ataupun stres sebab mahasiswa tersebut
tidak memandang menyelesaikan skripsi sebagai kepuasan mutlak,
akan tetapi kepuasan spiritual yang dicarinya. Dimensi altruisme yaitu
memiliki perasaan/sense kuat mengenai keadilan sosial dan komitmen
terhadap cinta dan perilaku altrusitik. Sebagai contoh mahasiswa akan
saling mendukung dan membantu ketika kesulitan dalam mengerjakan
skripsinya sehingga akan merasa terbantu dan tidak merasa tertekan atau
stres dalam mengerjakan skripsinya. Dimensi idealisme yaitu memiliki
komitmen untuk membuat dunia menjadi lebih baik lagi. Mereka
berkomitmen pada idealisme yang tinggi dan mengaktualisasikan
potensinya untuk seluruh aspek kehidupan, dengan idealisme yang tinggi
membuat individu akan berpikir lebih maju tanpa melihat ke belakang
serta lebih siap untuk menyelesaikan masalah yang ada tanpa harus
memiliki tekanan yang berarti. Sebagai contoh, mahasiswa tidak akan
merasa tertekan maupun stres ketika mengerjakan skripsi karena dirinya
mengerjakan skripsi dengan baik, serta dapat mengoptimalkan potensi
yang ada di dalam dirinya. Dimensi kesadaran akan adanya penderitaan
yaitu individu benar-benar menyadari adanya penderitaan dan kematian.
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 53
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 55
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama
Hasil Penelitian
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 82 orang
terbagi menjadi 46 laki-laki dan 36 perempuan. Subjek dari penelitian
ini merupakan mahasiswa beragama islam dari universitas di Yogyakarta
yang sedang mengerjakan tugas akhir S1 atau skripsi selama lebih
dari satu semester. Secara lengkap, tiap-tiap variabel untuk skala stress
mengerjakan skripsi dan skala Spirituality Orientation Inventory (SOI)
tersaji dalam tabel berikut :
Tabel 1
Data Hipotetik dan Empirik
Hipotetik Empirik
Skala
Min Maks SD Mean Min Maks SD Mean
Stres
mengerjakan 20 80 10 50 20 65 8,044 43,35
skripsi
Spirituality
Orientation
32 128 16 80 83 128 10,334 107,39
Inventory
(SOI)
Tabel 3
Kategorisasi Skor Skala Spiritualitas
Skor Kategori Frekuensi Persentase
X < 88,7888 Sangat Rendah 1 1,22%
88,7888 ≤ X ≤ 101,1896 Rendah 25 30,49%
101,1896 < X ≤ 113,5904 Sedang 33 40,24%
113,5904 < X ≤ 125,9912 Tinggi 18 21,95%
X > 125,9912 Sangat Tinggi 5 6,10%
Jumlah 82 100,00%
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 57
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 59
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama
Daftar Pustaka
Adz-Dzakiey, H.B. 2007. Kecerdasan Kenabian. Cetakan Ketiga.
Yogyakarta. Pustaka Al-Furqon.
Alwi, H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Amin, S.M. 2007. Kenapa Harus Stres: Terapi Stres Ala Islam. Jakarta:
Amzah.
Amirullah.2008.Bunuh Diri Gara-Gara SkripsiTidak Juga Selesai. Diunduh
dari http://www.tempo.co/read/news/2008/12/17/064151493/
Bunuh-Diri-Gara-Gara-Skripsi-Tidak-Juga-Selesai 12/05/2014
Arifin, E.Z. 2006. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Grasindo.
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan Dr. Kartini Kartono.
1999. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Council, N.S. 2003. Manajemen Stres. Jakarta EGC.
Dewi, M.P. 2009. Studi metaanalisis: Musik untuk menurunkan stres.
Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada 36, 2,
106-115
Ghoffar, M.A. 2006. Penyembuhan Dengan Doa dan Zikir Rasulullah SAW.
Dari Sakit Kepala Sampai Kangker. Jakarta: Almahira
Greenberg, J.S. 2002. Comprehensive Stress Management. New York:
McGraw-Hill
Gunawati, R., Hartati, S., & Listiara, A. 2006. Hubungan antara
efektivitas komunikasi mahasiswa-dosen pembimbing utama skripsi
dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa program
studi psikologi fakultas kedokteran universitas diponegoro. Jurnal
Psikologi Universitas Diponegoro 3, 2, 93-115
Hardjana, A.M. 1994. Stres tanpa distres. Yogyakarta: Kanisius
Hasan, M. 2002. Membentuk Pribadi Muslim. Yogyakarta: Pustaka Nabawi
Hawari, D. 2004. Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta : PT Dana Bhakti Prima Yasa
Indriati, E. 2001. Menulis Karya Ilmiah Artikel, Skripsi, Tesis dan Disertasi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 61
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama
09/10/2014
Sarafino, E.P. 2012. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions.
International Student Version. Singapore: John Wiley & Sons, Inc.
Slamet. 2003. Banyak yang Melakukan Plagiat. Diunduh dari http://www.
suaramerdeka.com/harian/0301/15/kha2.htm 09/10/2014
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Sukadiyanto. 2010. Stress dan cara menguranginya. Jurnal Pendidikan, 1,
55-59 Diunduh dari http://www.journal.uny.ac.id?index.php/cp/
article/viewFile/218/pdf_14 21/01/2015
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Tuck, I., Alleyne, R., & Thinganjana, W. 2006. Spirituality and stress
management in healthy adults. Journal of Holistic Nursing, 4, 245-
253
Wahyuningsih, H. 2009. Validitas konstruk alat ukur spirituality
orientation inventory (soi). Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada, 36, 2, 116-129.
Wiyono, P. 2014. Stress Skripsi Tak Kunjung Usai, Isnaini Nekat Gantung
Diri. Diunduh dari http://jateng.tribunnews.com/2014/04/13/
stress-skripsi-tak-kunjung-usai-isnaini-nekat-gantung-diri
12/05/2014
Zinnbauer, B.J., Pargament, K.I., Cole, B., Rye, M.S., Butter, M., Belavich,
T.G., Hipp, K.M., Scott, A.B., Kadar, J.L.1997. Religion and
spirituality: unfuzzying the fuzzy. Journal for the Scientific Study of
Religion, 36, 549-564.