Hubungan Antara Spiritualitas Dan Stres Pada Mahasiswa Yang Mengerjakan Skripsi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 24

Hubungan antara Spiritualitas dan Stres Pada Mahasiswa

HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS DAN STRES


PADA MAHASISWA
YANG MENGERJAKAN SKRIPSI

Damar Aditama
Alumni Program Studi Psikologi, Universitas Islam Indonesia

DOI: https://doi.org/10.20885/tarbawi.vol10.iss2.art4

Abstract
This research aims to determine the relationship between spirituality and
stress on college student who work on the final project. Subjects in this study are
Islamic college student and are working on the final project at least one semester
or six months. Characteristics subject is men and women from the age of 20-
27 years, amounting to 82 people. Hypothesis proposed in this research is there
is a negative relationship between spirituality with stress on college student
who work on the final project. The higher the spirituality the lower the stress,
the lower the spirituality the higher the stress. The data collected in this study
used two measuring tools given on the subject, ie stress scale on thesis based on
Sarafino scale theory (Permana, 2009) and Spirituality Orientation Inventory
(SOI) compiled by Wahyuningsih (2009) and refers to Elkins theory.
This research uses parametric analysis technique of product moment from
Pearson. The analysis of this research showed results (r) -0.338 and p = 0.001 (p
<0.01). These results indicate a negative relationship between spirituality with
the stress of college student who are working on thesis. The higher the spirituality
the lower the thesis stress on the college student, the lower the spirituality the
higher the thesis stress on the college student. Thus, the hypothesis is accepted
Keywords: College Student, Thesis, Spirituality, Stress
Pendahuluan
Mahasiswa tingkat akhir harus menyelesaikan tugas akhir atau
skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana. Indriati (2001) menyatakan

[]. ISSN: 1979998-5 [Halaman 39 - 62] .[]


Ju r n a l e L - Ta r b aw i 39
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama

bahwa skripsi adalah tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik


sarjana strata satu atau S1. Skripsi adalah keaslian karya tulis ilmiah yang
mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain, dan
pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris –
obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan)
maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan). Menurut Arifin
(2006), skripsi biasanya ditulis untuk melengkapi syarat guna memperoleh
gelar sarjana muda/diploma atau sarjana dan penyusunannya dibimbing
oleh seorang dosen atau tim yang ditunjuk oleh suatu lembaga pendidikan
tinggi. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) skripsi
adalah karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian
dari persyaratan akhir pendidikannya.
Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis,
mahasiswa merasakan bahwa mengerjakan skripsi merupakan hal yang
lebih berat daripada mengerjakan tugas lain pada semester yang lalu,
bahkan lebih berat dari sekedar menjalani Ujian Tengah Semester (UTS)
maupun Ujian Akhir Semester (UAS). Mahasiswa menganggap bahwa
selama kuliah dan materi yang didapatkan selama kuliah digunakan
sungguh-sungguh untuk membuat skripsi. Mereka memandang
skripsi sebagai perjuangan terakhir selama berkuliah, sehingga skripsi
membutuhkan waktu serta energi yang lebih untuk mengerjakannya.
Lebih lanjut, dari hasil wawancara juga diketahui bahwa mahasiswa
yang mengerjakan skripsi mengalami gangguan fisik dan psikis seperti,
berkeringat dingin serta berdebar-debar ketika ditanya hal-hal yang
bersangkutan dengan skripsi, menghindari ketika ditanya mengenai
skripsi, menunda mengerjakan skripsi, bahkan menghindari untuk bertemu
dengan dosen pembimbing skripsi. Penulis juga melakukan pengamatan
pada beberapa mahasiswa yang memiliki spiritualitas tinggi yang terlihat
dari taatnya mahasiswa dalam melakukan sholat, melakukan sholat tepat
waktu, selalu mengaji setelah sholat magrib, dan sebagainya. Mahasiswa
tersebut terlihat tidak menampakkan gejala stres mengerjakan skripsi
seperti mengalami gangguan makan, gangguan tidur, berdiam diri dalam
kamar tanpa melakukan apapun, sering merasa cemas, malas mengerjakan
skripsi, menghindari dosen pembimbing skripsi dan sebagainya.
Amirullah (2008) memberitakan seorang mahasiswa Universitas
YAI yang tewas terjatuh dari lantai 13 gedung Universitas Atmajaya
pada Senin bulan Desember 2008. Kepala Kepolisian yang menangani

40 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Hubungan antara Spiritualitas dan Stres Pada Mahasiswa

kasus tersebut mengatakan mahasiswa Fakultas Ekonomi itu tertekan


karena tidak juga menyelesaikan skripsi dan meraih gelar sarjana. Orang
tua mahasiswa tersebut sangat mengharapkan dirinya untuk segera lulus
agar bisa meringankan ekonomi orang tua. Sumber lain memberitakan
bahwa seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan (STIKES) di Kendal ditemukan mengakhiri hidupnya
dengan cara menggantung diri di asrama, mahasiswa tersebut diduga
mengakhiri hidupnya karena stres dengan skripsinya yang tidak kunjung
selesai (Wiyono, 2014).
Berdasarkan berita yang didapat dari Pranata (2012), dua mahasiswa
perguruan tinggi swasta di Palembang, KLM (22) dan AGG (23),
nekat menggunakan sabu dan ganja. Kedua mahasiswa semester akhir
ini menyatakan bahwa mereka menggunakan narkoba lantaran pusing
mengerjakan skripsi yang tidak kunjung selesai. AGG mengungkapkan
bahwa ia menggunakan narkoba karena pusing mengerjakan skripsi.
Nadhiroh (2007) memberitakan bahwa F (25), mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas swasta di Surabaya bersama temannya RH (27)
nekat menghisap ganja di kontrakannya Barata Jaya Surabaya. Mereka
berdua ditangkap saat pesta ganja, dari tangan keduanya ditemukan
ganja 0,4 gram yang sebagian sudah dihisap, F mengaku perbuatan
tersebut dilakukan karena bingung berkali-kali skripsinya ditolak dan
mendapatkan revisi dari dosen pembimbing.
Hasil penelitian dari Gunawati, Hartati & Listiara (2006)
menyatakan bahwa mahasiswa yang sedang menyusun skripsi mengalami
stres. Penelitian tersebut meneliti tentang efektivitas komunikasi
mahasiswa dan dosen pembimbing mempengaruhi tingkatan stres pada
mahasiswa Program Studi Psikologi UNDIP yang sedang mengerjakan
skripsi.
Masalah yang sering dihadapi oleh mahasiswa ketika menyusun
skripsi adalah banyaknya mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan
dalam menulis, kemampuan akademis mahasiswa yang kurang memadai,
serta kurangnya ketertarikan mahasiswa pada penelitian (Slamet, 2003).
Menurut Riewanto (2003) dalam menyusun skripsi mahasiswa kesulitan
untuk mencari judul skripsi, kesulitan mencari literatur atau bahan
bacaan, keterbatasan dana, serta adanya kecemasan dalam menghadapi
dosen pembimbing. Apabila mahasiswa merasa bahwa tekanan dalam

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 41
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama

mengerjakan skripsi di luar dari kemampuannya maka mahasiswa tersebut


akan mengalami stres
Hardjana (1994) menyebutkan bahwa stres merupakan
ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental,
fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Wayne Oates (Mahsun,
2004) mengatakan bahwa stres berarti apa yang dirasakan ketika individu
didorong ke dalam batas-batas kekuatan dan energi individu. Stres
disebabkan oleh naluri tubuh untuk melindungi diri dari tekanan emosi,
tekanan fisik, situasi ekstrim, atau bahaya yang mengancam (Mahsun,
2004). Stres pada dasarnya merupakan reaksi normal pada setiap individu,
stres adalah reaksi alami tubuh terhadap ketegangan, tekanan serta
perubahan dalam kehidupan. Sarafino (2012) menyatakan bahwa stres
adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan
lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan,
berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan
sosial dari seseorang.
Mahsun (2004) membagi stresor menjadi dua jenis yaitu eustress
dan distress. Eustress merupakan jenis stresor yang menantang tubuhnya
dengan cara positif. Contohnya seseorang mampu mengerjakan tugas
dalam waktu yang terbatas. Distress yakni stresor yang memberikan stres
negatif terhadap tubuh sehingga cenderung menghalangi jalur komunikasi
dalam sistem tubuh. Contohnya adalah stres emosional yang disebabkan
oleh hubungan antar manusia. Eustres yang dialami oleh mahasiswa yang
mengerjakan skripsi membuat mahasiswa tersebut menjadi tertantang
untuk segera menyelesaikan skripsinya. Sedangkan mahasiswa yang
mengerjakan skripsi mengalami distres membuat mahasiswa tersebut
menjadi tertekan dan membuat dirinya tidak nyaman dengan hal yang
berhubungan dengan skripsi sehingga mahasiswa berkeinginan untuk
menghindarinya.
Robbins (Dewi, 2009) membagi gejala stres menjadi tiga yaitu: (a)
gejala fisiologis, stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme,
meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan, meningkatkan tekanan
darah, menimbulkan sakit kepala, serta menyebabkan serangan jantung;
(b) gejala psikologis, stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres
muncul dalam keadaan psikologis lain, misalnya: ketegangan, kecemasan,
mudah marah, kebosanan, dan suka menunda-nunda; (c) gejala perilaku,

42 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Hubungan antara Spiritualitas dan Stres Pada Mahasiswa

gejala stres dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam


produktivitas, absensi, dan tingkat keluarnya karyawan, perubahan dalam
kebiasaan makan, meningkatnya merokok dan konsumsi alkohol, bicara
cepat, gelisah, dan gangguan tidur.
Stres menjadi masalah yang kongkrit belakangan ini, akan
tetapi sekarang ini banyak pihak menemukan metode-metode untuk
menanggulangi dan menyembuhkan stres. Salah satu penyembuhan stres
adalah menggunakan terapi.Terapi yang digunakan untuk menyembuhkan
stres pun bermacam-macam, seperti menggunakan hipnoterapi untuk
mengatasi stres. Dewasa ini di Indonesia berkembang terapi yang
menggunakan islami, seperti terapi zikir. Menurut Hasan (2002) terapi
stres yang paling efektif adalah dengan memperbanyak zikir, salat sunah
yang khusyuk, merawat kondisi isi dan membaca Al-Quran. Hal tersebut
diperkuat oleh firman Allah dalam Al-Quran pada surah Ar-Ra’d ayat
28 yang artinya: “Mereka itu orang yang beriman, yang berhati tenang
karena selalu ingat kapada Allah. Ketahuilah, dengan zikir kepada Allah
hati menjadi tenang”.
Membaca Al-Quran serta mengingat Allah dengan berzikir adalah
merupakan cara untuk meningkatkan spiritualitas seorang individu.
Ghoffar (2006) menyebutkan doa dan zikir juga dapat digunakan untuk
menghilangkan stres atau depresi. Hasil penelitian dari Purnawinadi
(2012) juga menjelaskan bahwa intervensi perawatan spiritual
mempengaruhi tingkatan stres pada pasien dengan diagnosa gagal jantung
kongestif. Menurut Elkins, dkk (Lines, 2002) spiritualitas merupakan cara
individu memahami keberadaan maupun pengalaman yang terjadi pada
dirinya. Greenberg (2002) mengemukakan bahwa kesehatan spiritual
secara signifikan memiliki hubunganyang baik untuk mengelola stres
seseorang. Menurut Greenberg spiritualitas seperti meditasi, doa, ritual,
serta membaca kitab suci dapat mengurangi reaksi emosional terhadap
stres. Greenberg juga menambahkan bahwa kesehatan spiritualitas atau
spiritualitas yang baik tidak hanya baik untuk seseorang secara fisik dan
psikologis, akan tetapi spiritualitas juga merupakan komponen penting
yang efektif untuk mengelola stres.
Berdasarkan dari penjelasan di atas, penulis ingin meneliti hubungan
antara spiritualitas dan stres pada mahasiswa yang sedang mengerjakan
skripsi.

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 43
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama

Kerangka Teoritik
A. Stres
1. Pengertian stres
Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu
saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Hardjana,
1994). Chaplin (1999) menyatakan stres adalah suatu keadaan tertekan,
baik secara fisik maupun psikologis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) stres adalah
gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh
faktor luar. Council (2003) mendefinisikan stres sebagai ketidak mampuan
mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan
spiritual manusia, yang pada suat saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik
manusia tersebut. Stres disebabkan oleh naluri tubuh untuk melindungi
diri dari tekanan emosi, tekanan fisik, situasi ekstrim, atau bahaya yang
mengancam (Mahsun, 2004).
Rathus & Nevid (Gunawati, Hartati,dan Listiara, 2006) mengatakan
bahwa stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat
adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan. Menurut Schafer (Dewi
2009) mengartikan stres sebagai gangguan dari pikiran dan tubuh dalam
merespon tuntutan. Menurut Reber dan Reber (2010) stres adalah kondisi
tegangan psikologis yang dihasilkan oleh jenis-jenis daya atau tekanan
yang diuraikan di makna. Sarafino (2012) menyatakan bahwa stres adalah
kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan,
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari situasi
yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
Berdasarkan dari beberapa sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa
stres merupakan kondisi seseorang mengalami tekanan atau gangguan
baik fisik maupun psikologis yang disebabkan oleh adanya tuntutan dari
diri sendiri maupun dari faktor luar. Seseorang akan mengalami stres,
ketika seseorang tersebut tidak mampu menangani tekanan yang berasal
dari luar dan dalam individu tersebut. Hal tersebut disebabkan karena
individu yang stres tidak dapat untuk menghadapi tekanan tersebut.
2. Aspek-aspek stres
Sarafino (2012) menyatakan aspek-aspek stres ada dua, yaitu :

44 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Hubungan antara Spiritualitas dan Stres Pada Mahasiswa

a. Aspek Biologis
Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari
stres yang dialami individu antara lain: sakit kepala, gangguan
tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan
produksi keringat yang berlebihan.
b. Aspek Psikologis
Aspek psikologis stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari
stres antara lain:
3. Gejala kognisi
Kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu. Individu
yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya
ingat, perhatian dan konsentrasi.
4. Gejala emosi
Kondisi stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu.
Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala
mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala
sesuatu, merasa sedih dan depresi.
5. Gejala tingkah laku
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari
yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam
hubungan interpersonal.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres
Menurut Smet (1994), faktor yang mempengaruhi stres antara lain:
a. Variabel dalam diri individu
Variabel dalam diri individu meliputi: umur, tahap kehidupan,
jenis kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan,
suku, kebudayaan, status ekonomi.
4. Karakteristik kepribadian
Karakteristik kepribadian meliputi: introvert-ekstrovert,
stabilitas emosi secara umum, kepribadian ketabahan, locus of control,
kekebalan, ketahanan.

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 45
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama

a. Variabel sosial-kognitif
Variabel sosial-kognitif meliputi: dukungan sosial yang
dirasakan, jaringan sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan.
b. Hubungan dengan lingkungan sosial
Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial
yang diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal.
c. Strategi koping
Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan
unsur-unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari
dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang
berasal dari lingkungan sekitar.
Sedangkan menurut Sunaryo (2004) faktor yang mempengaruhi
stres adalah sebagai berikut:
a. Faktor biologis
Herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik dan
neurohormonal.
b. Faktor psikoedukasif/sosio kultural
Perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi lain
yang mempengaruhi
Faktor penyebab munculnya stres menurut Amin (2007) adalah
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat berupa
kualitas akhlak atau kepribadian dan kondisi emosi seseorang, perilaku,
kebiasaan, dan lain-lain. Akhlak menurut Al-Ghazali (Amin, 2007)
adalah keadaan hati seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan
atau perilaku. Apabila akhlaknya baik maka terbebas dari gangguan
kesehatan jiwa, sebaliknya apabila akhlaknya rendah maka akan mudah
terserang gangguan kejiwaan atau stres. Hal demikian disebabkan karena
pikirannya tidak lurus dan bertenangan dengan norma-norma agama
maupun norma sosial. Sedangkan faktor eksternal berupa faktor alam,
lingkungan, masyarakat, keluarga dan lain-lain.
Faktor stres menurut Sukadiyanto (2010) adalah sebagai berikut:
a. Perasaan cemas mengenai hasil yang dicapai, sebagai contoh jika
seorang guru terlalu banyak beban dalam pekerjaan di kantor

46 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Hubungan antara Spiritualitas dan Stres Pada Mahasiswa

dan pekerjaan itu harus selesai secara bersamaan maka akan


menimbulkan stres
b. Aktivitas yang tidak seimbang ketidakseimbangan aktivitas akan
menimbulkan stres terutama aktivitas yang berlebihan sehingga
individu tidak memiliki waktu yang cukup untuk merecovery dirinya
c. Tekanan dari diri sendiri, bagi individu yang selalu ingin tampil
sempurna (perfectionist). Segala sesuatu yang tidak sesuai keinginan
akan mendorong individu itu untuk menyempurnakannya
sementara pekerjaan yang diembannya cukup banyak sehingga
menyita waktu yang banyak pula
d. Suatu kondisi ketidakpastian, hal ini akan menimbulkan stres
karena ketidakpastian membuat individu tidak menentu
e. Perasaan cemas, perasaan cemas adalah kondisi yang khawatir
terhadap suatu masalah yang tidak jelas penyebabnya
f. Perasaan bersalah, individu yang selalu merasa bersalah akan dapat
mengakibatkan munculnya stres karena apa saja yang dikerjakannya
tidak pernah benar
g. Jiwa yang dahaga secara emosional, kebutuhan akan cinta kasih
sayang, dihormati, dihargai dan lain sebagainya oleh orang lain,
adapun jiwa yang dahaga secara spiritual juga dapat menyebabkan
stres karena individu yang tidak mengenal dan tidak dekat dengan
Tuhan maka pendiriannya labil dan mudah goyah. Individu yang
menyalahkan tuhan merupakan indikasi tidak dekatnya dengan
Tuhan
Berdasarkan dari beberapa sumber di atas maka dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi stres adalah faktor internal dari
individu yang berupa koping stres, kecemasan yang berlebih, serta perasaan
bersalah, karakteristik kepribadian individu, faktor sosial-kognitif, sosial
kultural, dan faktor spiritual.

B. Spiritualitas
1. Pengertian spiritualitas
Benner (Zinnbauer dkk, 1997) mengungkapkan bahwa spiritualitas
adalah respon manusia terhadap panggilan Tuhan, sebagai bentuk kasih

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 47
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama

sayang atau sifat Tuhan Yang Maha Pemurah untuk bermurah hati pada
sesama yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Menurut Pargament
& Mahoney (King, 2007) spiritualitas adalah sebuah proses dalam
kehidupan individu, berupa makna dan tujuan, dan semuanya berdampak
pada individu lain dan lingkungannya, termasuk organisasi.
Elkins, dkk (Wahyunungsih, 2009) mengatakan bahwa spiritualitas
berasal dari bahasa latin spiritus yang berarti nafas hidup, sehingga spiritual
merupakan cara untuk memahami sesuatu yang datang melalui kesadaran
pada dimensi transenden (kepercayaan terhadap Tuhan) dan ditandai
oleh nilai-nilai tertentu yang dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri,
orang lain, alam, kehidupan, dan apapun yang dipersepsikan sebagai Yang
Kuasa. Spiritualitas mengakui bahwa terdapat sesuatu yang sakral pada
pusat dari segala kehidupan. Apapun sumbernya, elemen sakral ini tinggal
di dalam setiap organisme yang hidup (Nurtjahjanti, 2010). Mitroff dan
Denton (Phipps, 2012) mendefinisikan spiritualitas sebagai keinginan
dasar untuk menemukan makna dan tujuan dalam kehidupan seseorang
dan untuk menjalani kehidupan yang reintegrasi.
Berdasarkan dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa
spiritualitas merupakan penghayatan diri individu terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna dan
tujuan dalam kehidupan di dunia. Spiritualitas mencakup segala bentuk
amal atau nilai-nilai kebaikan, lebih luas daripada religiusitas, sebab tidak
mencakup agama tertentu akan tapi merupakan suatu hal yang lebih tinggi
maknanya meliputi seluruh agama, golongan ataupun sistem kepercayaan
apapun.
2. Aspek-aspek spiritualitas
Menurut Elkins dkk (Wahyuningsih, 2009) menyatakan bahwa
dimensi dari spiritualitas adalah:
a. Dimensi transenden.
Orang yang memiliki spiritualitas tinggi memiliki
kepercayaan/ belief berdasarkan eksperensial bahwa ada dimensi
transenden dalam hidup. Kepercayaan/belief di sini dapat berupa
perspektif tradisional/agama mengenai Tuhan sampai perspektif
psikologis bahwa dimensi transenden adalah eksistensi alamiah dari
kesadaran diri dari wilayah ketidaksadaran atau greater self. Orang

48 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Hubungan antara Spiritualitas dan Stres Pada Mahasiswa

yang memiliki spiritualitas tinggi memiliki pengalaman transenden


atau dalam istilah Maslow “peak experience”. Individu melihat apa
yang dilihat tidak hanya apa yang terlihat secara kasa mata, tetapi
juga dunia yang tidak dapat terlihat.
b. Dimensi makna dan tujuan hidup
Orang yang memiliki spiritualitas tinggi akan memiliki makna
hidup dan tujuan hidup yang timbul dari keyakinan bahwa hidup
itu penuh makna dan orang akan memiliki eksistensi jika memiliki
tujuan hidup. Secara aktual, makna dan tujuan hidup setiap orang
berbeda-beda atau bervariasi, tetapi secara umum mereka mampu
mengisi “exixtential vacuum” dengan authentic sense bahwa hidup itu
penuh makna dan tujuan.
c. Dimensi misi hidup
Orang yang memiliki spiritualitas tinggi merasa bahwa dirinya
harus bertanggung jawab terhadap hidup. Orang yang memiliki
spiritualitas tinggi termotivasi oleh metamotivated dan memahami
bahwa kehidupan pada diri individu hilang dan individu harus
ditemukan.
d. Dimensi kesucian hidup
Orang yang memiliki spiritualitas tinggi percaya bahwa hidup
diinfus oleh kesucian dan sering mengalami perasaan khidmad,
takzim, dan kagum meskipun dalam setting nonreligius. Dia tidak
melakukan dikotomi dalam hidup (suci and sekuler; akhirat dan
duniawi), tetapi percaya bahwa seluruh kehidupannya adalah
akhirat dan bahwa kesucian adalah sebuah keharusan. Orang yang
memiliki spiritualitas tinggi dapat sacralize atau religionize dalam
seluruh kehidupannya.
e. Dimensi kepuasan spiritual
Orang yang memiliki spiritualitas tinggi dapat mengapresiasi
material good seperti uang dan kedudukan, tetapi tidak melihat
kepuasan tertinggi terletak pada uang atau jabatan dan tidak
mengunakan uang dan jabatan untuk menggantikan kebutuhan
spiritual. Orang yang memiliki spiritualitas tinggi tidak akan
menemukan kepuasan dalam materi tetapi kepuasan diperoleh dari
spiritual.

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 49
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama

f. Dimensi altruisme
Orang yang memiliki spiritualitas tinggi memahami bahwa
semua orang bersaudara dan tersentuh oleh penderitaan orang lain.
Dia memiliki perasaan/sense kuat mengenai keadilan sosial dan
komitmen terhadap cinta dan perilaku altrusitik.
g. Dimensi idealisme
Orang yang memiliki spiritualitas tinggi adalah orang yang
visioner, memiliki komitmen untuk membuat dunia menjadi lebih
baik lagi. Mereka berkomitmen pada idealisme yang tinggi dan
mengaktualisasikan potensinya untuk seluruh aspek kehidupan.
h. Dimensi kesadaran akan adanya penderitaan 
Penderitaan Orang yang memiliki spiritualitas tinggi benar-
benar menyadari adanya penderitaan dan kematian. Kesadaran ini
membuat dirinya serius terhadap kehidupan karena penderitaan
dianggap sebagai ujian. Meskipun demikian, kesadaran ini
meningkatkan kegembiraan, apresiasi dan penilaian individu
terhadap hidup.
i. Hasil dari spiritualitas
Spiritualitas yang dimiliki oleh seseorang akan mewarnai
kehidupannya. Spiritualitas yang benar akan berdampak pada
hubungan individu dengan dirinya sendiri, orang lain, alam,
kehidupan dan apapun yang menurut individu akan membawa
pada Ultimate.
Hubungan antara spiritualitas dengan stres pada mahasiswa yang
sedang mengerjakan skripsi
Tugas akhir mahasiswa atau sering disebut skripsi merupakan
syarat terakhir yang harus diselesaikan seorang mahasiswa guna untuk
memperoleh gelar sarjananya atau S1. Mahasiswa yang merasa terbebani
dan merasa kemampuannya kurang dalam mengerjakan skripsi, serta
ditambah lagi dengan tuntutan dari luar maupun dari dalam mahasiswa
yang mengharuskan segera menyelesaikan skripsinya membuat mahasiswa
tersebut menjadi mengalami stres. Schafer (Dewi 2009) mengartikan
stres sebagai gangguan dari pikiran dan tubuh dalam merespon tuntutan.
Sarafino (2012) menyatakan bahwa stres adalah kondisi yang disebabkan

50 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Hubungan antara Spiritualitas dan Stres Pada Mahasiswa

oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi


jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari situasi yang bersumber pada
sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
Stres yang mahasiswa alami ketika mengerjakan skripsi cenderung
terjadi karena mahasiswa tidak dapat menjadikan skripsi sebagai cobaan
yang harus dilalui, akan tetapi mahasiswa cenderung menjadikan skripsi
sebagai sesuatu yang ditakuti. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres
adalah faktor internal dari individu yang berupa koping stres, kecemasan
yang berlebih, serta perasaan bersalah, karakteristik kepribadian individu,
faktor sosial-kognitif, sosial kultural, dan faktor spiritual.
Menurut Pargament & Mahoney (King, 2007) spiritualitas adalah
sebuah proses dalam kehidupan individu, berupa makna dan tujuan, dan
semuanya berdampak pada individu lain dan lingkungannya, termasuk
organisasi.
Elkins, dkk (Wahyunungsih, 2009) mengatakan bahwa spiritualitas
berasal dari bahasa latin spiritus yang berarti nafas hidup, sehingga spiritual
merupakan cara untuk memahami sesuatu yang datang melalui kesadaran
pada dimensi transenden (kepercayaan terhadap Tuhan) dan ditandai
oleh nilai-nilai tertentu yang dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri,
orang lain, alam, kehidupan, dan apapun yang dipersepsikan sebagai Yang
Kuasa. Nurtjahjanti (2010) mengatakan spiritualitas mengakui bahwa
terdapat sesuatu yang sakral pada pusat dari segala kehidupan. Apapun
sumbernya, elemen sakral ini tinggal di dalam setiap organisme yang
hidup.
Elkins dkk (Wahyuningsih, 2009) menyimpulkan dimensi dari
spiritualitas adalah sebagai berikut dimensi transenden, dimensi makna
dan tujuan hidup, dimensi misi hidup, dimensi kesucian hidup, dimensi
kepuasan spiritual, dimensi altruisme, dimensi idealisme, dimensi
kesadaran akan adanya penderitaan, serta hasil dari spiritualitas. Dimensi
transenden yaitu individu mempercayai adanya campur tangan Allah
dalam kehidupan ini, meskipun individu mengalami masalah dalam
kehidupan individu tersebut tidak akan terpuruk karena percaya bahwa
Allah akan membantunya. Mahasiswa yang kesulitan mengerjakan skripsi
tidak akan mudah mengalami stres karena mahasiswa tersebut percaya
bahwa Allah akan memberi pertolongan dengan jalan yang tidak diduga.
Dimensi makna dan tujuan hidup yaitu mempercayai bahwa dalam

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 51
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama

hidup ini setiap orang memiliki makna dan tujuan hidup masing-masing,
sehingga tidak akan mudah seorang individu untuk menyerah. Sebagai
contoh mahasiswa yang mengalami stres ketika mengerjakan skripsi tidak
akan mengambil jalan yang salah seperti bunuh diri atau menggunakan
narkoba, untuk menghindari tekanan atau stres dalam mengerjakan
skripsi, tetapi berusaha dengan keras untuk menyelesaikan skripsinya.
Dimensi misi hidup yaitu merasa bahwa dirinya harus bertanggung jawab
terhadap hidup sehingga termotivasi oleh metamotivated. Mahasiswa
yang merasa bertanggung jawab dalam kehidupannya maka mahasiswa
tersebut harus menyelesaikan skripsi yang menjadi kewajibannya sebagai
mahasiswa meskipun dengan susah payah dan mengalami banyak tekanan
selama mengerjakan skripsinya. Dimensi kesucian hidup yaitu percaya
bahwa seluruh kehidupannya adalah akhirat dan bahwa kesucian adalah
sebuah keharusan. Mahasiswa yang percaya bahwa seluruh kehidupannya
akhirat akan menyelesaikan skripsinya dengan sungguh-sungguh
meskipun penuh dengan kesulitan dan tekanan, sebab menyelesaikan
skripsi merupakan ibadah bagi mahasiswa tersebut untuk menggapai
surga di akhirat kelak. Dimensi kepuasan spiritual yaitu individu tidak
akan menemukan kepuasan dalam materi tetapi kepuasan diperoleh dari
spiritual. Sebagai contoh mahasiswa merasa biasa saja ketika mengerjakan
skripsi, tidak mengalami tekanan ataupun stres sebab mahasiswa tersebut
tidak memandang menyelesaikan skripsi sebagai kepuasan mutlak,
akan tetapi kepuasan spiritual yang dicarinya. Dimensi altruisme yaitu
memiliki perasaan/sense kuat mengenai keadilan sosial dan komitmen
terhadap cinta dan perilaku altrusitik. Sebagai contoh mahasiswa akan
saling mendukung dan membantu ketika kesulitan dalam mengerjakan
skripsinya sehingga akan merasa terbantu dan tidak merasa tertekan atau
stres dalam mengerjakan skripsinya. Dimensi idealisme yaitu memiliki
komitmen untuk membuat dunia menjadi lebih baik lagi. Mereka
berkomitmen pada idealisme yang tinggi dan mengaktualisasikan
potensinya untuk seluruh aspek kehidupan, dengan idealisme yang tinggi
membuat individu akan berpikir lebih maju tanpa melihat ke belakang
serta lebih siap untuk menyelesaikan masalah yang ada tanpa harus
memiliki tekanan yang berarti. Sebagai contoh, mahasiswa tidak akan
merasa tertekan maupun stres ketika mengerjakan skripsi karena dirinya
mengerjakan skripsi dengan baik, serta dapat mengoptimalkan potensi
yang ada di dalam dirinya. Dimensi kesadaran akan adanya penderitaan
yaitu individu benar-benar menyadari adanya penderitaan dan kematian.

52 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Hubungan antara Spiritualitas dan Stres Pada Mahasiswa

Kesadaran ini membuat dirinya serius terhadap kehidupan karena


penderitaan dianggap sebagai ujian. Meskipun demikian, kesadaran ini
meningkatkan kegembiraan, apresiasi dan penilaian individu terhadap
hidup. Sebagai contoh, mahasiswa sadar dan memandang skripsi sebagai
ujian yang harus dilalui, meskipun susah payah mahasiswa tersebut akan
berusaha menyelesaikannya. Namun apabila mahasiswa memandang
skripsi sebagai sesuatu yang harus ditakuti maka dirinya akan mengalami
banyak tekanan sehingga akan mengalami stres. Hasil dari spiritualitas
yaitu Spiritualitas yang dimiliki oleh seseorang akan mewarnai
kehidupannya. Spiritualitas yang benar akan berdampak pada hubungan
individu dengan dirinya sendiri, orang lain, alam, kehidupan dan apapun
yang menurut individu akan membawa pada Ultimate. Sebagai contoh,
apabila mahasiswa memiliki spiritualitas yang baik, maka dirinya mampu
untuk mengatasi tekanan yang ada ketika mengerjakan skripsi, sehingga
dengan demikian mahasiswa tersebut tidak akan mengelami stres.
Menurut Greenberg (2002) spiritualitas seperti meditasi, doa, ritual,
serta membaca kitab suci dapat mengurangi reaksi emosional terhadap
stres. Greenberg juga menambahkan bahwa kesehatan spiritualitas atau
spiritualitas yang baik tidak hanya baik untuk seseorang secara fisik dan
psikologis, akan tetapi spiritualitas juga merupakan komponen penting
yang efektif untuk mengelola stres. Pernyataan tersebut sejalan pula
dengan Baldacchino dan Draper serta Kim dan Seidlitz (Tuck, Alleyne,
& Thinganjana, 2006) yang telah mengidentifikasi bahwa spiritualitas
sebagai cara yang efektif untuk mengelola stres.
McClain-Jacobson, dkk (2004) juga menyatakan bahwa semakin
tinggi tingkat spiritualitas maka semakin rendah tingkat tekanan
psikologis seperti, stres, depresi, putus asa, keinginan untuk mati serta
keinginan bunuh diri pada pasien yang sakit parah.
Selain itu, uraian di atas juga didukung oleh firman Allah SWT
pada Al-Quran surah surah Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya: “Mereka itu
orang yang beriman, yang berhati tenang karena selalu ingat kepada
Allah. Ketahuilah, dengan zikir kepada Allah hati menjadi tenang.”
Berdasarkan Ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
selalu mengingat Allah SWT dengan cara berzikir, membuat hati selalu
tenang, tidak memiliki beban dalam kehidupan. Berzikir atau mengingat
Allah SWT merupakan salah satu cara umat Islam untuk meningkatkan

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 53
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama

spiritualitasnya seperti yang dikatakan oleh Adz-Dzakiey (2007) yang


menyatakan bahwa dzikir dengan mengingat Allah sangat berguna untuk
mengusir kekuatan jahat, mendatangkan nafkah hidup, dan mengobati
semua penyakit hati serta menghilangkan semua perasaan khawatir dan
takut dari hati, dalam hal ini adalah zikir dengan mengingat Allah dapat
meningkatkan spiritualitas, sedangkan perasaan khawatir dan takut dari
hati merupakan tekanan psikologi (stres).
Sehingga dengan demikian ketika seorang individu memiliki
spiritualitas yang tinggi akan menghindarkan dari perbuatan-perbuatan
yang merugikan bagi dirinya. Karena itu bukanlah merupakan wujud
dari rasa syukur atau pengabdian pada Tuhannya. Seorang individu yang
memiliki spiritualitas yang tinggi maka otomatis emosinya akan lebih
stabil, dan ketika emosi individu tersebut stabil maka individu tersebut
tidak akan mudah mengalami stres.
Hipotesis
Ada hubungan negatif antara spiritualitas dengan stres pada
mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. Semakin tinggi spiritualitas
maka semakin rendahnya stres, sebaliknya semakin rendah spiritualitas
maka semakin tinggi stres.
Metode Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Variabel Bebas : Spiritualitas
2. Variabel Tergantung : Stres
Subjek dalam penelitian ini adalah para mahasiswa beragama Islam
dan sedang mengerjakan tugas akhir atau skripsi minimal satu semester
atau enam bulan.
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode angket,
yaitu dengan menyebar skala yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk
diisi oleh subjek penelitian. Skala yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala Spiritualitas dan skala stres mengerjakan skripsi.
Skala dalam penelitian ini menggunakan skala alat ukur Spirituality

54 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Hubungan antara Spiritualitas dan Stres Pada Mahasiswa

Orientation Inventory (SOI) yang disusun oleh Wahyuningsih (2009)


dengan mengunakan enam aspek yang diberi nama:
a. Kesucian hidup
b. Altruism
c. Idealisme
d. Tujuan dan makna hidup
e. Transenden/keyakinan
f. Kesadaran akan adanya penderitaan
Item pertanyaan berjumlah 32 butir dengan empat pilihan alternatif
jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat
Tidak Sesuai (STS), bersifat favorable. Pemberian skor untuk butir
pernyataan favorable berturut-turut adalah 4 untuk jawaban SS, 3 untuk
jawaban S, 2 untuk jawaban TS, dan 1 untuk jawaban STS.
Skala pada penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat
stres mengerjakan skripsi pada diri subjek. Peneliti akan menggunakan
skala yang dimodifikasi dari Permana (2009) berdasarkan aspek-aspek
psikologis stres atau gejala psikis dari Sarafino (2012) , ada 3 aspek
psikologi atau gejala psikis yaitu:
a. Kognisi
b. Emosi
c. Tingkah laku
Skala stres mengerjakan skripsi terdiri atas 20 item (17 item favorable
dan 13 item unfavorable). empat pilihan alternatif jawaban yaitu Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS),
bersifat favorable dan unfavorable. Pemberian skor untuk butir pernyataan
favorable adalah 4 untuk jawaban SS, 3 untuk jawaban S, 2 untuk jawaban
TS, dan 1 untuk jawaban STS. Untuk pernyataan unfavorable berlaku
sebaliknya.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasi, yaitu penelitian
untuk mencari hubungan negatif antara spiritualitas dengan stres pada
mahasiswa yang sedang mengerjakan. Metode panalisis data pada
penelitian ini adalah dengan statistik untuk menguji hipotesis dari
penelitian ini menggunakan analisis product moment. Pengolahan data dan

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 55
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama

perhitungan dilakukan dengan menggunakan Statistical Package for Social


Services (SPSS) 20,0 for windows.

Hasil Penelitian
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 82 orang
terbagi menjadi 46 laki-laki dan 36 perempuan. Subjek dari penelitian
ini merupakan mahasiswa beragama islam dari universitas di Yogyakarta
yang sedang mengerjakan tugas akhir S1 atau skripsi selama lebih
dari satu semester. Secara lengkap, tiap-tiap variabel untuk skala stress
mengerjakan skripsi dan skala Spirituality Orientation Inventory (SOI)
tersaji dalam tabel berikut :
Tabel 1
Data Hipotetik dan Empirik
Hipotetik Empirik
Skala
Min Maks SD Mean Min Maks SD Mean
Stres
mengerjakan 20 80 10 50 20 65 8,044 43,35
skripsi
Spirituality
Orientation
32 128 16 80 83 128 10,334 107,39
Inventory
(SOI)

Berdasarkan deskripsi data penelitian tersebut, peneliti bertujuan


mengetahui kriteria kategorisasi kelompok subjek pada masing-masing
variabel. Peneliti membagi kategori menjadi lima bagian yaitu sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi
Tabel 2
Kategorisasi Skor Skala Stres
Skor Kategori Frekuensi Persentase
X < 28,8708 Sangat Rendah 3 3,659 %
28,8708 ≤ X ≤ 38,5236 Rendah 16 19,512 %
38,5236 < X ≤ 48,1764 Sedang 44 53,659 %

56 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Hubungan antara Spiritualitas dan Stres Pada Mahasiswa

48,1764 < X ≤ 57,8292 Tinggi 15 18,293 %


X > 57,8292 Sangat Tinggi 4 4,878 %
Jumlah 82 100 %

Tabel 3
Kategorisasi Skor Skala Spiritualitas
Skor Kategori Frekuensi Persentase
X < 88,7888 Sangat Rendah 1 1,22%
88,7888 ≤ X ≤ 101,1896 Rendah 25 30,49%
101,1896 < X ≤ 113,5904 Sedang 33 40,24%
113,5904 < X ≤ 125,9912 Tinggi 18 21,95%
X > 125,9912 Sangat Tinggi 5 6,10%
Jumlah 82 100,00%

Berdasarkan hasil analisis data, didapat nilai koefisien korelasi (r)


sebesar -0,338 dengan p = 0,001 (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa
ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara spiritualitas dengan
stres mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, sehingga hipotesis
yang diajukan dapat diterima.
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan
negatif antara spiritualitas dengan stres pada mahasiswa yang mengerjakan
skripsi. Keseluruhan subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswa
beragama islam.
Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa variabel bebas
dan tergantung menunjukan koefisien korelasi (r) sebesar -0,338 dan nilai
p = 0,001 (p<0,01). Hal ini menunjukan bahwa nilai kolerasi yang diperoleh
sangat signifikan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hipotesis yang
diajukan diterima. Arah kolerasi kedua variabel tersebut adalah negatif,
hal ini berarti bahwa semakin tinggi spiritualitas maka semakin rendah
stres skripsi pada subjek, sebaliknya semakin rendah spiritualitas maka
semakin tinggi stres skripsi pada subjek. Hasil penelitian ini didukung oleh
beberapa peneliti seperti Baldacchino dan Draper serta Kim dan Seidlitz

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 57
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama

(Tuck, Alleyne, & Thinganjana, 2006) yang telah mengidentifikasi bahwa


spiritualitas sebagai cara yang efektif untuk mengelola stres.
Sejalan dengan itu, Adz-Dzakiey (2007) juga menyatakan bahwa
dzikir dengan mengingat Allah sangat berguna untuk mengusir kekuatan
jahat, mendatangkan nafkah hidup, dan mengobati semua penyakit
hati serta menghilangkan semua perasaan khawatir dan takut dari hati,
dalam hal ini adalah zikir dengan mengingat Allah dapat meningkatkan
spiritualitas, sedangkan perasaan khawatir dan takut dari hati merupakan
tekanan psikologi yaitu stres pada mahasiswa yang sedang mengerjakan
skripsi. Hal tersebut diperkuat pula dari Q.S Ar Ra’d ayat 28 yang
disimpulkan bahwa seseorang yang mengingat Allah hatinya akan tenang.
Hal tersebut dipertegas lagi dengan pernyatan dari McClain-Jacobson
(2004) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat spiritualitas maka
semakin rendah tingkat tekanan psikologis seperti stres, depresi, putus
asa, keinginan untuk mati serta keinginan bunuh diri pada pasien yang
sakit parah.
Penelitian ini didukung pula oleh pernyataan Hawari (2004)
yang menyatakan bahwa tingkat keimanan (spiritualitas) seseorang erat
hubungannya dengan imunitas atau ketebalan baik fisik maupun mental
(psikologi), dengan meningkatkan keimanan (spiritualitas) maka imunitas
atau kekebalan tubuh akan meningkat, sehingga stres dapat dihindari.
Penelitian ini sejalan pula dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Purnawinadi (2012) tentang hubungan antara intervensi
perawatan spiritual dengan tingkat stres fisiologis dan psikologis pada
penderita pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif di RSUP Prof.
DR. R. D. Kandou Manado yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara intervensi perawatan spiritual dengan tingkat stres
fisiologis dan psikologis. Intervensi perawatan spiritual dapat digunakan
untuk menurunkan stres.
Penelitian ini memperoleh hasil kategorisasi tingkat stres skripsi
pada subjek penelitian termasuk dalam kategori sedang sebanyak 44
subjek (53,659%). Penelitian ini juga memperoleh hasil kategorisasi,
yang mana mayoritas subjek, yaitu sebesar 33 subjek memiliki tingkat
spiritualitas sedang (40,24%). Hal ini menunjukan bahwa stres skripsi dan
spiritualitas pada subjek termasuk dalam taraf sedang. Selain itu diketahui
pula dalam uji beda berdasarkan dua kelompok yang berbeda jenis

58 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Hubungan antara Spiritualitas dan Stres Pada Mahasiswa

kelamin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara


pria dan wanita terhadap variabel spiritualitas dan stres mengerjakan
skripsi. Peneliti juga melakukan uji beda berdasarkan lamanya pengerjaan
skripsi yang dikelompokkan mahasiswa yang mengerjakan skripsi kurang
dari 3 semester, 3 semester, serta lebih dari 3 semester. Hasil uji beda
berdasarkan lamanya pengerjaan skripsi diketahui bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang mengerjakan skripsi
kurang dari 3 semester, 3 semester serta lebih dari 3 semester terhadap
variabel spiritualitas dan stres mengerjakan skripsi.
Pembahasan di atas telah menunjukkan adanya hubungan negatif
antara spiritualitas dengan stres pada mahasiswa yang mengerjakan skripsi.
Hal tersebut juga didukung penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan
pada pembahasan di atas. Namun, sebuah penelitian tidak selamanya
sempurna, begitu pula dengan penelitian ini meskipun hipotesis terbukti.
Terdapat beberapa kelemahan di dalam penelitian ini, seperti kurangnya
subjek dalam penelitian ini yang hanya berjumlah 82 orang, kurangnya
tingkat variasi subjek dalam asal universitas, serta kurang terkontrolnya
pengisian angket yang menggunakan fasilitas google doc di social media.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian ini
dapat diketahui bahwa secara kuantitatif ada hubungan negatif antara
spiritualitas dengan stres mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi.
Semakin tinggi spiritualitas maka semakin rendah stres skripsi pada
mahasiswa, sebaliknya semakin rendah spiritualitas maka semakin tinggi
stres skripsi pada mahasiswa

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 59
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama

Daftar Pustaka
Adz-Dzakiey, H.B. 2007. Kecerdasan Kenabian. Cetakan Ketiga.
Yogyakarta. Pustaka Al-Furqon.
Alwi, H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Amin, S.M. 2007. Kenapa Harus Stres: Terapi Stres Ala Islam. Jakarta:
Amzah.
Amirullah.2008.Bunuh Diri Gara-Gara SkripsiTidak Juga Selesai. Diunduh
dari http://www.tempo.co/read/news/2008/12/17/064151493/
Bunuh-Diri-Gara-Gara-Skripsi-Tidak-Juga-Selesai 12/05/2014
Arifin, E.Z. 2006. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Grasindo.
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan Dr. Kartini Kartono.
1999. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Council, N.S. 2003. Manajemen Stres. Jakarta EGC.
Dewi, M.P. 2009. Studi metaanalisis: Musik untuk menurunkan stres.
Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada 36, 2,
106-115
Ghoffar, M.A. 2006. Penyembuhan Dengan Doa dan Zikir Rasulullah SAW.
Dari Sakit Kepala Sampai Kangker. Jakarta: Almahira
Greenberg, J.S. 2002. Comprehensive Stress Management. New York:
McGraw-Hill
Gunawati, R., Hartati, S., & Listiara, A. 2006. Hubungan antara
efektivitas komunikasi mahasiswa-dosen pembimbing utama skripsi
dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa program
studi psikologi fakultas kedokteran universitas diponegoro. Jurnal
Psikologi Universitas Diponegoro 3, 2, 93-115
Hardjana, A.M. 1994. Stres tanpa distres. Yogyakarta: Kanisius
Hasan, M. 2002. Membentuk Pribadi Muslim. Yogyakarta: Pustaka Nabawi
Hawari, D. 2004. Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta : PT Dana Bhakti Prima Yasa
Indriati, E. 2001. Menulis Karya Ilmiah Artikel, Skripsi, Tesis dan Disertasi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

60 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Hubungan antara Spiritualitas dan Stres Pada Mahasiswa

Lines, D. 2002. Counseling within a new spiritual paradigm. Journal of


Humanistic Psychology, 42, 102-123
King, S.M. (2007). Religion, spirituality, and the workplace: challenges for
public administration. Public Administration Review, 67, 1, 103-114.
McClain-Jacobson, C., Rosenfeld, B., Kosinski, A., Pessin, H., Cimino,
J.E., & Breitbart, W. 2004. Belief in an afterlife, spiritual well-being
and end-of-life despair in patients with advanced cancer. General
Hospital Psychiatry 26, 484– 486
Mahsun. 2004. Bersahabat dengan Stres. Yogyakarta: Prima Media
Nadhiroh, F. 2007. Stres Skripsi Ditolak, Nekat Nyimeng, Ya Dibui.
Diunduh dari http://news.detik.com/surabaya/read/2007/06/18/1
45025/794904/466/stres-skripsi-ditolak-nekat-nyimeng-ya-dibui
09/10/2014
Nurtjahjanti, H. 2010. Spiritualitas kerja sebagai ekspresi keinginan diri
karyawan untuk mencari makna dan tujuan hidup dalam organisasi.
Jurnal Psikologi Undip, 1, 7, 27-30
Permana, L.A. 2009. Hubungan antara Sence of Humor dengan Stres
Mengerjakan Skripsi pada Mahasiswa FTI UII Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam Indonesia
Phipps, K.A. 2012. Spirituality and strategic leadership: The influence
of spiritual beliefs on strategic decision making. J Bus Ethics 106,
177–189
Pranata, D. 2012. Stres Skripsi, Mahasiswa Gelar Pesta Sabu. Diunduh dari
http://news.okezone.com/read/2012/02/22/340/580082/stres-
skripsi-mahasiswa-gelar-pesta-sabu 09/10/2014
Purnawinadi, I G. 2012. Intervensi perawatan spiritual dan tingkat stres
pasien gagal jantung kongestif di Rumah Sakit Prof. R.D.Kandou
Manado. JKU. 1, 1.
Reber, S.A., & Reber, S.E. 2010. Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Riewanto, A. 2003. Skripsi Barometer Intelektualitas Mahasiswa. Diunduh
dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0302/05/kha3.htm

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 61
Volume X, No.2, 2017
Damar Aditama

09/10/2014
Sarafino, E.P. 2012. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions.
International Student Version. Singapore: John Wiley & Sons, Inc.
Slamet. 2003. Banyak yang Melakukan Plagiat. Diunduh dari http://www.
suaramerdeka.com/harian/0301/15/kha2.htm 09/10/2014
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Sukadiyanto. 2010. Stress dan cara menguranginya. Jurnal Pendidikan, 1,
55-59 Diunduh dari http://www.journal.uny.ac.id?index.php/cp/
article/viewFile/218/pdf_14 21/01/2015
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Tuck, I., Alleyne, R., & Thinganjana, W. 2006. Spirituality and stress
management in healthy adults. Journal of Holistic Nursing, 4, 245-
253
Wahyuningsih, H. 2009. Validitas konstruk alat ukur spirituality
orientation inventory (soi). Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada, 36, 2, 116-129.
Wiyono, P. 2014. Stress Skripsi Tak Kunjung Usai, Isnaini Nekat Gantung
Diri. Diunduh dari http://jateng.tribunnews.com/2014/04/13/
stress-skripsi-tak-kunjung-usai-isnaini-nekat-gantung-diri
12/05/2014
Zinnbauer, B.J., Pargament, K.I., Cole, B., Rye, M.S., Butter, M., Belavich,
T.G., Hipp, K.M., Scott, A.B., Kadar, J.L.1997. Religion and
spirituality: unfuzzying the fuzzy. Journal for the Scientific Study of
Religion, 36, 549-564.

62 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017

You might also like