Metode Penelitian Nyeri

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Jurnal Anestesiologi Indonesia

PENELITIAN
Efek Blok Transversus Abdominis Plane Teknik Landmark Terhadap
Kebutuhan Analgetik Pascabedah Herniorafi

The Effect of Transversus Abdominis Plane Block Landmark Technique on


the Analgesic Requirement Postoperative Herniorrhaphy

Nur Asdarina *, Syamsul Hilal Salam*, A. Husni Tanra*

* Bagian Anestesi, Terapi Intensif, dan Manajemen Nyeri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RS dr. Wahidin Sudiro-
husodo Makassar
Korespondensi/Correspondence: asdarinanur@yahoo.com

ABSTRACT
Background: The transversus abdominis plane block is a safe, easy, and effective
technique to provide the postoperative analgesia in surgery involving the anterior
abdominal wall.
Objective: To assess the effect of TAP block landmark technique on the analgesic
requirement postoperative herniorrhaphy.
Methods: This is a single blind clinical trial. This study was conducted on 44 male
patients, aged between 18 and 60 years, with the ASA physical status of I-II, and the
IMT of 18-24, and undergoing the elective herniorrhaphy surgery with the spinal
anesthesia. The subjects were divided in two groups: the TAP group (n = 22) who
received the TAP block of 20 ml of bupivacaine 0.25 % plus the epinephrine of
1:200.000 after completing the surgery, and the control group (n = 22) who did not
receive the TAP block. All the patients received 15 mg of meloxicam suppositories and
tramadol of 0.1 mg/kg via continous infusion at the end of the surgery. The pain
assessment was done using the Numeric Rating Scale ( NRS ), and when the NRS
reached 4, the fentanyl 0.5 mcg/kg was given as a rescue. The first rescue time and the
total fentanyl requirement for 24 hours after the surgery was recorded.
Results:. The research results revealed that the first rescue time was longer in the TAP
group compared to the control group (17.81 ± 7.62 compared to 9.15 ± 8.12 hours;
p<0.0001). The total fentanyl required in 24 hour period was less in the TAP group
compared to the control group (9.21 ± 13.59 vs. 30.88 ± 20.39 mcg; p=0.02).
Conclusion: The TAP block as a component of a multimodal analgesic regimen
provides a longer analgesia compared to control and has a high opioid sparing effect.
Keywords:herniorrhaphy, landmark technique, TAP block .

ABSTRAK
Latar Belakang: Blok transversus abdominis plane (TAP) adalah teknik yang aman,
mudah, dan efektif untuk memberikan analgesia pascabedah pada operasi yang
Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015
Volume VII, Nomor
Terakreditasi DIKTI 2, Tahunmasa
dengan 2015berlaku 3 Juli 2014 - 2 Juli 2019 89
Dasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 212/P/2014
Jurnal Anestesiologi Indonesia

melibatkan dinding anterior abdomen.


Obyektif: Menilai efek blok TAP teknik landmark terhadap kebutuhan analgetik
pascabedah herniorafi.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinik tersamar tunggal. Penelitian dilakukan pada
44 pasien laki-laki, usia 18-60 tahun, status fisik ASA I-II, dan IMT 18-24 yang menjalani
operasi herniorafi elektif dengan anestesi spinal. Pasien dibagi menjadi kelompok TAP
(n=22) yang mendapatkan blok TAP dengan bupivakain 0,25% 20 ml ditambahkan
epinefrin 1:200.000 setelah operasi selesai; dan kelompok kontrol (n=22) yang tidak
mendapatkan blok TAP. Semua pasien diberikan meloksikam suppositoria 15 mg dan
tramadol 0,1 mg/kgBB/infus kontinyu pada akhir operasi. Penilaian skala nyeri
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS), bila NRS mencapai 4 diberikan rescue
fentanil 0,5 mcg/kgBB; waktu rescue pertama dan kebutuhan total fentanil selama 24 jam
pascabedah dicatat.
Hasil: Waktu rescue pertama lebih panjang pada kelompok TAP dibandingkan dengan
kelompok kontrol (17,81 ± 7,62 berbanding 9,15 ± 8,12 jam; p<0,001). Kebutuhan total
fentanil dalam 24 jam lebih sedikit pada kelompok TAP dibandingkan dengan kelompok
kontrol (9,21 ± 13,59 berbanding 30,88 ± 20,39 mcg; p=0,02).
Simpulan: Sehingga dari penelitian ini disimpulkan bahwa blok TAP sebagai komponen
rejimen analgesia multimodal memberikan analgesia yang efektif dengan durasi
analgesia lebih panjang dibanding kontrol dan memiliki opioid sparing effect yang tinggi.
Kata Kunci: Blok TAP, herniorafi, teknik landmark

PENDAHULUAN
Operasi koreksi hernia inguinalis sampai 54%.Faktor resiko pascabedah
merupakan salah satu operasi yang ser- meliputi intensitas nyeri dan akibat pe-
ing dilakukan oleh ahli bedah.1 Nyeri nanganan analgesic yang tidak ad-
setelah herniorafi inguinalis dapat se- ekuat.3 Mencapai kontrol nyeri yang
dang sampai berat. Hal ini memperlam- ideal masih merupakan tantangan kare-
bat pemulihan pasien dan na analgesia pascabedah yang tidak ad-
mempengaruhi lama perawatan di ru- ekuat merupakan penyebab tersering
mah sakit.2 Nyeri kronik setelah her- ketidakpuasan pasien. Analgesia pas-
niorafi adalah masalah serius dan jarang cabedah yang efektif penting untuk ken-
dilaporkan. Tingginya skor nyeri pada yamanan pasien, mencegah komplikasi
hari-hari pertama setelah herniorafi di- respirasi dan kardiovaskuler, dan mem-
hubungkan dengan kejadian nyeri bantu mobilisasi dini setelah operasi.4
kronik. Terapi nyeri yang tidak adekuat Nyeri pascabedah telah dikelola me-
merupakan faktor resiko terjadinya lalui berbagai cara dengan efek samping
nyeri kronik setelah operasi hernia. In- masing-masing. Secara historis, opioid
sidens nyeri kronik bervariasi dari 0

90
Jurnal Anestesiologi Indonesia

merupakan analgesik yang paling ser- telah digunakan untuk kontrol nyeri
ing digunakan. Akan tetapi, opioid ser- setelah operasi ginekologik dan abdo-
ing dihubungkan dengan efek samping men, termasuk seksio sesarea, operasi
yang tergantung dosis, antara lain mual, usus, kolesistektomi, atau prostatektomi
muntah, pruritus, sedasi, dan depresi retropubik.6
nafas. Obat antiinflamasi nonsteroid Blok TAP dengan teknik landmark
tidak menyebabkan sedasi dan depresi dapat memberi efek blok sensorik dari
nafas, akan tetapi dihubungkan dengan T7 sampai L1.Blok TAP bilateral yang
efek samping serius seperti perdarahan dilakukan pada seksio sesarea dan
saluran cerna dan gangguan ginjal. Pa- reseksi usus besar mengurangi nyeri
da dasarnya teknik analgesik harus pascabedah dan mengurangi dosis
aman, efektif dan tidak mempengaruhi morfin yang diberikan hingga 50%.7
kemampuan untuk bergerak. Analgesia Blok TAP unilateral dengan cara yang
multimodal kemungkinan besar dapat sama pada apendektomi terbuka
mencapai tujuan ini. Penggunaan obat menunjukkan bahwa dosis morfin dapat
anti-inflamasi nonsteroid dan teknik dikurangi hingga 50%.8
anestesi lokal dapat bermanfaat untuk Blok TAP secara khusus men-
mengurangi kebutuhan opioid.4 ganestesi persarafan somatik dinding
Komponen bermakna nyeri setelah abdomen bawah, blok ini dapat
operasi abdomen berasal dari insisi digunakan untuk analgesia pascabedah
dinding abdomen. Blok transversus ab- pada operasi repair hernia inguinalis.2
dominis plane (TAP) adalah pendekatan Penelitian Kim et al pada blok TAP
melalui trigonum lumbal Petit untuk dengan panduan ultrasonografi untuk
menghambat aferen saraf sensorik dind- operasi laparoskopi repair hernia
ing abdomen. Untuk mencapai efek ekstraperitoneal menjumpai bahwa skor
anestetik pada luka operasi di dinding nyeri saat batuk dan istirahat serta
abdomen, sejumlah besar anestetik lo- kebutuhan fentanil berkurang pada ke-
kal diinjeksikan ke dalam ruang TAP; lompok yang mendapatkan blok TAP
suatu ruang anatomis di antara otot ob- dibanding kelompok kontrol.2 Salman
likus internus dan transversus abdomi- et al melakukan penelitian mengenai
nis. Blok TAP bekerja dengan meng- blokTAP dengan teknik semiblind pada
hambat persarafan torakolumbal (T6- pasien yang menjalani operasi repair
L1) yang menginervasi kulit, otot, dan hernia inguinalis dan mendapatkan bah-
sebagian peritoneum pada dinding ante- wa blok TAP mengurangi skor nyeri,
rior abdomen.5 Distribusi langsung dari konsumsi analgetik dan kebutuhan
tempat injeksi ke saraf-saraf dinding morfin 24 jam pascabedah.Blok TAP
anterior abdomen memungkinkan mengurangi nyeri hingga 24 jam pas-
kontrol nyeri lokal dengan efek cabedah repair hernia. Efek farma-
samping sistemik minimal. Blok ini kologik bupivakain tidak dapat diharap-

Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015 91


Jurnal Anestesiologi Indonesia

kan untuk mengatasi nyeri hingga mendapat persetujuan Komite Etik


rentang waktu tersebut.9 Alasan peman- Penelitian Kesehatan Fakultas Kedok-
jangan durasi analgesik mungkin teran Universitas Hasanuddin Makas-
berkaitan dengan kurangnya vaskular- sar/RS dr. Wahidin Sudirohusodo Ma-
isasi dalam ruang TAP.4 kassar. Pasien yang memenuhi kriteria
Berdasarkan latar belakang tersebut, inklusi diberikan penjelasan tentang
maka tujuan penelitian ini untuk prosedur yang akan dilaksanakan serta
menilai efek blok TAP teknik landmark menandatangani persetujuan (informed
terhadap kebutuhan analgesik pas- consent). Pasien dibagi dalam dua ke-
cabedah lompok (kelompok TAP dan kelompok
kontrol) secara acak.Selanjutnya dil-
akukan pemasangan jalur intravena
METODE
dengan menggunakan kateter IV ukuran
Penelitian ini merupakan uji klinis
18. Pasien pada kedua kelompok
acak tersamar tunggal. Penelitian dil-
diberikan infus cairan untuk pergantian
akukan di RS dr. Wahidin Sudirohuso-
defisit cairan akibat puasa dan cairan
do dan jejaring Makassar. Pemilihan
rumatan. Preloading cairan ringer lak-
subjek penelitian berdasarkan kriteria
tat 500 ml dalam 15 menit sebelum di
inklusi, yaitu pasien yang menjalani
lakukan blok subaraknoid. Blok subar-
operasi herniorafi dengan prosedur
aknoid dilakukan dengan posisi left lat-
anestesi blok subaraknoid, usia 18 sam-
eral decubitus, menggunakan jarum
pai 60 tahun, status fisik American So-
spinocan 25G pada interspace vertebra
ciety of Anesthesiologist (ASA) I-II,
lumbal 3 dan 4 kemudian diberikan bu-
indeks massa tubuh (IMT) 18-24, dan
pivakain hiperbarik 15 mg ditambah
mendapat persetujuan dari dokter pri-
fentanil 25 mcg. Ketinggian blok dicek
mer yang merawat. Kriteria eksklusi
dengan cold test sampai tercapai blok
adalah infeksi kulit pada tempat injeksi,
setinggi torakal 6 untuk keperluan
riwayat alergi obat yang digunakan da-
operasi herniorafi. Setelah pembedahan
lam penelitian, kontraindikasi pem-
selesai, pada kelompok TAP dilakukan
berian obat antiinflamasi nonsteroid
blok TAP unilateral dengan teknik
(OAINS), dan riwayat toleransi atau
landmark menggunakan jarum epidural
adiksi opioid. Besar sampel ditentukan
ukuran 22G panjang 60 mm (Hakko
dengan menggunakan rumus untuk uji
Medical Product). Bupivakain 0,25%
hipotesis pada dua kelompok inde-
sebanyak 20 cc ditambahkan epinefrin
penden sehingga didapatkan jumlah
1:200.000 diinjeksikan ke dalam ruang
sampel 22 orang untuk tiap kelompok
TAP dengan mengulang aspirasi,
perlakuan. Analisis statistik data hasil
kemudian diberikan meloksikam 15 mg
penelitian menggunakan uji Mann
supositoria, dilanjutkan tramadol 0,1
Whitney.
mg/kgBB/infus kontinyu selama 24 jam
Penelitian dilakukan setelah
pertama. Pada kelompok kontrol diberi-

92
Jurnal Anestesiologi Indonesia

kan meloksikam 15 mg supositoria, ringan, NRS 4-7 sesuai untuk keadaan


dilanjutkan tramadol 0,1 mg/kgBB/ nyeri sedang, dan NRS 8-10 sesuai un-
infus kontinyu selama 24 jam pertama. tuk keadaan nyeri hebat sekali atau
Untuk mengetahui keberhasilan nyeri tak tertahankan. Bila NRS ≥ 4
blok TAP, dilakukan penilaian blok diberikan analgetik tambahan(rescue)
sensorik pada kelompok TAP setelah fentanil 0,5 mcg/kgBB intravena.
pasien mencapai skala Bromage 0. Pin Penghitungan kebutuhan opioid dil-
prick test digunakan untuk mem- akukan pada 0-6 jam pascabedah (T0),
bandingkan sensasi nyeri pada sisi yang 6-12 jam pascabedah (T1), 12-18 jam
diblok dan sisi kontralateral yang tidak pascabedah (T2), dan 18-24 jam pas-
diblok. Blok dinyatakan bekerja apabila cabedah (T3). Perubahan hemodinamik
terjadi blok sensorik setinggi dermatom seperti tekanan darah dan nadi, efek
T10-L1 pada sisi yang diblok dan samping obat seperti mual, muntah, dan
dinyatakan gagal apabila tidak terjadi pruritus juga diamati pada rentang wak-
blok sensorik pada daerah dermatom tu tersebut.Efek samping obat (seperti
tersebut. mual, muntah, pusing, kesemutan, dis-
Nyeri pasca bedah yang dirasakan ritmia, hipotensi, penurunan kesadaran,
oleh subyek dinilai dengan kejang dan depresi napas), waktu res-
menggunakan skor Numeric Rating cue pertamadan jumlah fentanil yang
Scale (NRS), yaitu sebuah garis skala diperlukan selama 24 jam pascabedah
numerik 0-10 dari kiri ke kanan. Pada dicatat dalam lembar pengamatan.
ujung kiri (skala 0) diberi tanda “tidak
nyeri”, dan pada ujung kanan (skala 10) HASIL
diberi tanda “nyeri berat”. Penderita Karakteristik sampel penelitian
diinstruksikan untuk menilai sendiri kedua kelompok yaitu umur, IMT,
tingkatan nyeri yang dirasakan dengan ASA PS, dan lama operasi.Tidak
cara menunjuk angka yang tertera pada didapatkan perbedaan bermakna dari
skala numerik. Nilai NRS 0-3 sesuai data demografi kedua kelompok
untuk keadaan tidak nyeri sampai nyeri penelitian, sehingga karakteristik dari

Tabel 1. Karakteristik sampel


Kelompok Kelompok
TAP Kontrol
Variabel p
n=22 n=22
Mean ± SD Mean ± SD
Umur 50,27 ± 9,65 46,63 ± 11,82 0,352
IMT 22,32 ± 1,19 22,14 ± 0,46 0,925
Lama operasi 0,72 ± 0,13 0,72 ± 0,07 0,577
Uji Mann Whitney, α 0,05

Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015 93


Jurnal Anestesiologi Indonesia

44 sampel penelitian dinyatakan homogen. Efek samping dari penggunaan obat


Pada penelitian ini tidak terjadi drop out pada penelitian ini adalah efek samping
sehingga didapat 22 sampel untuk tiap ke- pemakaian bupivakain, yaitu pusing,
lompok. kesemutan, disritmia, hipotensi, penurunan
Pada T0 (jam 0-6) tidak ada pasien dari kesadaran, kejang, depresi napas, dan henti
kelompok TAP yang mendapatkan rescue jantung.Efek samping penggunaan fentanil
fentanil, sedangkan pada kelompok kontrol berupa mual, muntah, dan depresi pernapa-
sebanyak 16 pasien membutuhkan rescue san.Pada penelitian ini tidak didapatkan
fentanil.Pada T2 (jam 6-12) sebanyak efek samping penggunaan bupivakain dan
delapan pasien dari kelompok TAP memer- fentanil.
lukan rescue fentanil, sedangkan pada ke-
lompok kontrol sebanyak tujuh pasien yang PEMBAHASAN
mendapat rescue fentanil. Pada T2 (jam 12- Penelitian ini menunjukkan bahwa
18), sebanyak satu pasien dari kelompok waktu rescue pertama kelompok blok TAP
TAP yang memerlukan rescue fentanil, se- lebih lama dibanding kelompok kontrol
dangkan pada kelompok kontrol tidak ada dan kebutuhan fentanil dalam 24 jam pada
pasien yang diberikan rescue fentanil. Pada kelompok blok TAP lebih sedikit diband-
T4 (jam 18-24), tidak ada pasien dari kedua ing kelompok kontrol.
kelompok yang membutuhkan rescue fen-
Nyeri parietal akibat insisi dinding an-
tanil (Tabel 2; Gambar 1).
terior abdomen merupakan komponen
Pada kelompok TAP terdapat sembilan penting pada nyeri setelah operasi abdo-
pasien yang mendapatkan satu kali rescue men. TAP merupakan ruang anatomis di
fentanil dalam 24 jam pascabedah. Pada ke- antara otot oblikus internus dan transversus
lompok kontrol terdapat 11 pasien yang abdominis yang dilalui oleh saraf-saraf
membutuhkan rescue satu kali dan enam yang menginervasi dinding anterior abdo-
pasien yang mendapatkan dua kalirescue men. Blok TAP adalah teknik anestesi re-
fentanil dalam 24 jam pascabedah (Tabel 3). gional yang memberikan analgesia bagi
Waktu rescue pertama pada kelompok peritoneum parietal, kulit, dan otot dinding
TAP lebih panjang (17,81 ± 7,62 jam) anterior abdomen. Untuk prosedur yang
dibandingkan kelompok kontrol (9,15 ± melibatkan insisi dinding anterior abdo-
8,12 jam). Perbedaan ini bermakna secara men, blok TAP merupakan teknik analge-
statistik (Tabel 4; Gambar 2). sia yang mudah dan efektif. Berbagai
Kelompok TAP rata-rata membutuhkan penelitian telah memperlihatkan bahwa
jumlah rescue fentanil lebih sedikit (9,21 ± blok TAP memberikan analgesia pas-
13,59 mcg) dibanding kelompok kontrol cabedah yang efektif dan mengurangi
(30,88 ± 20,39 mcg). Perbedaan ini bermak- kebutuhan morfin setelah seksio sesarea,
na secara statistik (p<0,05) (Tabel 5; Gam- histerektomi abdominal, prostatektomi ret-
bar 3) ropubik, operasi kolorektal, koreksi hernia
inguinal, dan operasi abdomen lain.10

94
Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 2. Jumlah pasien yang mendapat rescue fentanyl dalam 24 jam pertama pada kedua ke-
lompok

Kelompok Kelompok
Waktu Pengamatan TAP Kontrol
n=22 n=22
T0 (jam 0-6) 0 16

T1 (jam 6-12) 8 7

T2 (jam 12-18) 1 0

T3 (jam 18-24) 0 0

Gambar 1. Jumlah pasien yang mendapat rescue dalam 24 jam

Tabel 3.Frekuensi rescue dalam 24 jam pasca bedah

Kelompok Kelompok

Variabel TAP Kontrol

n=22 n=22

1 kali 9 11

2 kali 0 6

Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015 95


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 4. Perbandingan waktu rescue pertama antara kedua kelompok


Kelompok Kelompok
TAP Kontrol
Variabel p
n=22 n=22
Mean ± SD Mean ± SD

Waktu rescue per-


17,81 ± 7,62 9,15 ± 8,12 <0,0001
tama

Uji Mann Whitney, α 0,05

Gambar 2.Perbandingan waktu rescue pertama antara kedua kelompok

Tabel 5. Perbandingan jumlah kebutuhan fentanil selama 24 jam pascabedah pada kedua ke-
lompok

Kelompok Kelompok
TAP Kontrol
Variabel P
n=22 n=22
Mean ± SD Mean ± SD

Jumlah kebutuhan
9,21 ± 13,59 30,88 ± 20,39 0,02
fentanil 24 jam

Uji Mann Whitney, α 0,05

96
Jurnal Anestesiologi Indonesia

Gambar 3.Perbandingan nilai rerata kebutuhan

Pada penelitian ini, waktu yang diper- lompok kontrol (274 ± 22,9 menit).12
lukan untuk mendapatkan analgetik tamba- Pemanjangan efek analgesik blok TAP
han pertama lebih lama pada kelompok yang mungkin berhubungan dengan fakta bahwa
mendapatkan blok TAP (17,81 ± 7,62 jam) vaskularisasi TAP relatif kurang, karena itu
dibanding kelompok kontrol (9,15 ± 8,12 klirens obat lebih lambat. Tidak diketahui
jam). Perbedaan ini dianggap bermakna bagaimana tingkat absorbsi sistemik dan re-
secara statistik (p<0,0001). Hasil penelitian distribusi ke dinding abdomen berperan ter-
ini sesuai dengan beberapa penelitian sebe- hadap efek anestetik.Latzke et al melakukan
lumnya. Penelitian pada pasien yang men- penelitian dengan teknik mikrodialisis untuk
jalani histerektomi total menemukan bahwa mengukur kadar ropivakain dalam plasma
waktu pertama kali pasien membutuhkan setelah injeksi 150 mg ropivakain melalui
morfin tambahan lebih lama pada pasien blok TAP. Pengukuran dilakukan pada dind-
yang mendapatkan blok TAP dibanding ke- ing abdomen di kranial tempat injeksi (di
lompok kontrol (nilai rerata 45 menit ber- bawah kosta 12), di kaudal tempat injeksi (di
banding 12,5 menit).Penelitian Sivapurapu atas krista iliaka), dan jaringan otot skelet
membandingkan blok TAP dengan infiltrasi dari paha kontralateral. Ditemukan bahwa
langsung anestetik lokal pada luka operasi konsentrasi pada kedua kompartemen abdo-
ginekologi abdomen bawah dan didapatkan men lebih tinggi (di kranial tempat injeksi
bahwa waktu rescue analgetik pertama lebih 240 ± 409,1 µg/ml; di kaudal 86,18 ± 133,50
lama pada kelompok TAP (148 ± 46,7 menit) µg/ml) dibanding plasma (5,1 ± 1,0 µg/ml)
dibanding kelompok infiltrasi (85,38 ± 38,07 atau jaringan perifer (1,1 ± 1,2 µg/ml). Kon-
menit).11Penelitian Owenyang melakukan sentrasi rata-rata ropivakain yang tinggi pada
blok TAP semiblind pada operasi seksio ses- dinding abdomen mendukung konsep topikal
area juga menunjukkan hasil yang sama. blok TAP.6
Penelitian tersebut menemukan bahwa waktu Penelitian ini memperlihatkan bahwa
rescue pertama untuk kelompok blok TAP kebutuhan fentanil total selama 24 jam pas-
lebih lama (790 ± 62,8 menit) dibanding ke-

Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015 97


Jurnal Anestesiologi Indonesia

cabedah lebih sedikit pada kelompok yang skor nyeri dan kebutuhan analgetik.15 Blok
mendapatkan blok TAP (9,21 ± 13,59 µg) TAP bermanfaat menghambat nyeri dengan
dibanding kelompok kontrol (30,88 ± 20,39 blok somatosensorik pada tempat insisi.
µg). Perbedaan ini bermakna secara statistik Akan tetapi, pada operasi kolesistektomi
(p<0,05). Secara keseluruhan, blok TAP atau apendektomi, pasien mengalami nyeri
mengurangi kebutuhan fentanil sampai 70%. viseroperitoneal sebelum pembedahan dan
Hasil ini sesuai dengan beberapa penelitian kemungkinan sudah diberi terapi di klinik
sebelumnya yang menunjukkan bahwa kon- primer setempat atau ruang gawat darurat.
sumsi morfin pascabedah berkurang secara Karena alasan ini, kondisi preoperatif
bermakna dengan pemberian blok TAP, pasien dan penanganan seperti durasi atau
berkisar 33% sampai 74%. intensitas nyeri, peresepan OAINS atau
Hasil penelitian ini sesuai dengan opioid mempengaruhi efek blok TAP. In-
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh sisi yang relatif kecil dengan ukuran 2 sam-
Salman et al,yang membandingkan blok pai 3 cm juga mempengaruhi efikasi blok
TAP semiblind menggunakan bupivakain TAP.
0,25% dengan infiltrasi plasebo pada pasien Griffith et al,melakukan penelitian pada
yang menjalani operasi repair hernia ingui- 65 pasien yang menjalani operasi kega-
nalis. Dibandingkan plasebo, blok TAP men- nasan ginekologik dengan terapi standar
gurangi penggunaan opioid pascabedah dan (parecoxib, asetaminofen, dan morfin) dit-
asetaminofen intravena selama 24 jam pas- ambahkan blok TAP dengan panduan USG
cabedah.9Penelitian juga dilakukan oleh Mi- menggunakan ropivakain. Dari hasil
lone et alyangmembandingkan blok TAP penelitian ini blok TAP gagal memberikan
dengan panduan USG menggunakan levobu- manfaat terhadap analgesia multimodal.
pivakain 0,5% ditambahkan anestetik lokal Tidak ada perbedaan bermakna antara
konvensional dengan anestetik lokal konven- kedua kelompok dalam hal konsumsi
sional tunggal pada operasi repair hernia. morfin 24 jam pertama, skor nyeri, kenya-
Secara bermakna, lebih sedikit pasien yang manan pasien, ataupun insidens muntah
membutuhkan rescue analgesik dibanding- dan pruritus.16 Temuan ini berbeda dengan
kan kelompok kontrol.Kedua penelitian ini literatur-literatur terbaru. Efek negatif
menunjukkan bahwa blok TAP ada kaitannya yang dijumpaimungkin disebabkan oleh
dengan kurangnya rescue analgesia diband- kombinasi berbagai faktor seperti tingginya
ing kelompok kontrol.13 insidens obesitas pada populasi penelitian
Tidak ada perbedaan analgesik postop- yang berpotensi terjadinya kegagalan blok,
eratif antara blok TAP dan kelompok kontrol rentang umur yang besar, dan fakta bahwa
pada operasi laparoskopi apendektomi 18 dari 65 pasien dengan insisi di atas um-
anak.14 Penelitian Ortiz et bilikus. Beberapa kasus melibatkan manip-
al,membandingkan blok TAP dan infiltrasi ulasi organ lebih banyak dan diseksi yang
anestetik lokal di tempat insersi trokar pada menyebabkan nyeri viseral lebih besar, se-
operasi laparoskopi kolesistektomi dan mere- mentara di sisi lain blok TAP hanya efektif
ka menemukan bahwa tidak ada perbedaan memberikan analgesia untuk komponen

98
Jurnal Anestesiologi Indonesia

nyeri parietal/insisi.Pada penelitian ini, jimen analgesia multimodal, mem-


IMT responden bersifat homogen dan berikan analgesia yang efektif dengan
efek pembedahan herniorafi bersifat durasi analgesia lebih panjangdibanding-
konsisten yang menyebabkan trauma kan dengan kontrol dan memiliki opioid
pembedahan ringan sampai sedang. sparing effect yang tinggi.
Penelitian ini memiliki beberapa keku-
rangan.Kami tidak menggunakan USG
untuk melihat lapisan dinding abdomen
karena keterbatasan sumber daya.Tidak DAFTAR PUSTAKA
ada jaminan bahwa jarum betul-betul 1. Kim MG, Kim SI, Ok SY, Kim
masuk ke ruang TAP. Identifikasi ruang SH, Lee SJ, Park SY, et al. The
TAP semata-mata mengandalkan dou- analgesic effect of ultrasound-
ble pop dan loss of resistance. Dalam guided ransverse abdominis plane
penelitian ini kami tidak memeriksa block after laparoscopic totally
skor nyeri dan konsumsi analgetik extraperitoneal hernia repair. Ko-
setelah 24 jam. Penelitian kami batasi rean J Anesthesiol. 2012;63(3):227
hingga 24 jam karena kebanyakan -32.
pasien tidak membutuhkan opioid sis-
2. Heil JW, Ilfeld BM, Loland VJ,
temik setelah 24 jam dan tuntutan untuk
Sandhu NS, Mariano ER. Ultra-
mobilisasi pasien. Temuan ini tidak
sound-guided transversus abdomi-
dapat diberlakukan secara umum untuk
nis plane catheters and ambulatory
jenis operasi lain karena penelitian ini
perineural infusion for outpatient
dilakukan pada operasi dengan trauma
inguinal hernia repair. Reg Anesth
pembedahan tingkat sedang. Blok sen-
sorik hanya diukur satu kali pada ke- Pain Med. 2010;35:556-8.
lompok TAP untuk memastikan blok 3. Aveline C, Hetet H, Roux A, Vau-
bekerja atau tidak.Pengukuran blok tier P, Cognet F, Vinet E, et al.
sensorik pada periode 24 jam pas- Comparison between ultrasound-
cabedah tidak dilakukan karena kek- guided transversus abdominis
hawatiran kehilangan sifat blind. Selain plane and conventional ilioingui-
itu perluasan blok sensorik bukan hal nal/iliohypogastric nerve blocks
penting dalam mencerminkan efektivi- for day-case open inguinal hernia
tas analgesik blok TAP. Efektivitas repair. Br J Anaesth. 2010;106
blok TAP lebih nyata dinilai dari perbe- (3):380-6.
daan skor nyeri atau konsumsi opioid. 4. Al-Edwan A, Mashaqbweh M, Al-
Dehayat G. The effect of transver-
SIMPULAN sus abdominis block on decreasing
Dari penelitian ini ditemukan bah- pain following inguinal hernia re-
wa blok TAP sebagai komponen re- pair. J Med J. 2013;47(2):151-4.

Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015 99


Jurnal Anestesiologi Indonesia

5. Urbanczak L. Transversus ab- 10. Young MJ, Gorlin AW, Modest


dominis plane block. Anesth In- VE, Quraishi SE. Clinical impli-
tensive Ther. 2009;3:137-41. cation of the transversus abdomi-
6. Latzke D, Marhofer P, Kettner nis plane block in adults
SC, Koppatz K, Turnheim K, [document on the internet]. Anes-
Lackner E, et al. Pharmacokinet- thesiology Research and Practice;
ics of the local anesthetic ropiva- 2012 [diunduh 1 Februari 2015].
caine after transversus abdominis Tersedia dari: http://
plane block in healthy volunteers. www.hindawi.com.
Eur J Clin Pharmacol. 11. Sivapurapu V, Vasudevan A,
2012;68:419-25. Gupta S, Badhe AS. Comparison
7. McDonnell JG, O’Donnell B, of analgesic efficacy of transver-
Curley. G, Heffernan A, Power C, sus abdominis plane block with
Laffey JG. The analgesik efficacy direct infiltration of local anes-
of transversus abdominis plane thetic into surgical incision in
block after abdominal surgery: a lower abdominal gynecological
prospective randomized con- surgeries. J Anesthesiol Clin
trolled trial. Anesth Analg. Pharm. 2013;29(1):71-5.
2007;104:203-7. 12. Owen DJ, Harrod I, Ford J, Luck-
8. Carney J, Finnerty O, Rauf J, as M, Gudimetia V. The surgical
Curley G, McDonnell JG, Laffey transversus abdominis plane
JG. Ipsilateral transversus abdom- block-a novel approach for per-
inis plane block provides effec- forming an establishing tech-
tive analgesia after appendectomy nique. Br J Obstet Gynecol.
in children: a randomized con- 2011;118:24-7.
trolled trial. Anesth Analg. 13. Milone M, Minno MN, Musella
2010;111:998-1003. M. Outpatient inguinal hernia re-
9. Salman AE, Yetisir F, Yurekli B, pair under local anesthesia: feasi-
Aksoy M, Yildirim M, Kilit M. bility and efficacy of ultrasound-
The efficacy of the semi-blind guided transversus abdominis
approach of transversus abdomi- plane block. Hernia. 2013;17:749
nis plane block on postoperative -55.
analgesia in patients undergoing 14. Sandeman DJ, Bennett M, Dilley
inguinal hernia repair: a prospec- AV, Perczuk A, Lim S, Kelly KJ.
tive randomized double-blind Ultrasound-guided transversus
study. Local Reg Anesth. abdominis plane block for laparo-
2013;6:1-7. scopic appendicectomy in chil-

100
Jurnal Anestesiologi Indonesia

dren: a prospective randomized tion sites. Reg Anesth Pain Med.


trial. Br J Anaesth. 2011;106 2012;37(2):188-92.
(6):882-6. 16. Griffiths JD, Middle JV, Barron
15. Ortiz J, Suliburk JW, Wu K, FA, Grant SJ, Popham PA, Royse
Bailard NS, Mason C, Minard CF. Transversus abdominis plane
CG, et al. Bilateral transversus block does not provide additional
abdominis plane block does not benefit to mulltimodal analgesia
decrease postoperative pain after in gynecological cancer surgery.
laparoscopic cholecystectomy Anesth Analg. 2010;111(3):797-
when compared with local anes- 801.
thetic infiltration of trocar inser-

Volume VII, Nomor 2, Tahun 2015 101

You might also like