Pengaruh Konsentrasi Carboxy Metil Cellulose (CMC) Dan Gliserol Terhadap Karakteristik Edible Film BEKATUL PADI (Oryza Sativa)
Pengaruh Konsentrasi Carboxy Metil Cellulose (CMC) Dan Gliserol Terhadap Karakteristik Edible Film BEKATUL PADI (Oryza Sativa)
Pengaruh Konsentrasi Carboxy Metil Cellulose (CMC) Dan Gliserol Terhadap Karakteristik Edible Film BEKATUL PADI (Oryza Sativa)
ARTIKEL
Oleh :
IBNU HUFAIL
07.30.20040
ABSTACT
The purpose of this research finding out the influence of Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
concentration, glycerol concentration and their interaction to rice bran edible film characteristic. The
benefits of this research are giving alternatives on the use of rice bran, providing alternative on raw material
used for edible films production, finding proper formulation between Carboxy Methyl Cellulose (CMC) and
glycerol concentration for edible film product from rice bran, and provide information on how to product
edible film with rice bran as raw material.
Experimental design used 3x3 factorial pattern with three replications in a randomized block
design. The first factor is concentration of Carboxy Methyl Cellulose (CMC, that consist of p 1 (1%), p2
(1.5%) and p3 (2%). The second factor is concentration of glycerol that consists of g1 (1%), g2 (2%) and g3
(3%).
The results from data analysis showed that the concentration of Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
affected water content, color, speed of soluble, and texture of rice bran edible films. Concentration of
glycerol affected water content, speed of soluble, and texture of rice bran edible films but it does not affected
the color of rice bran edible films. Interaction between Carboxy Methyl Cellulose concentration (CMC) and
glycerol concentration affected the water content, speed of soluble, and the texture of the rice bran edible
films, but it does not affected the color of rice bran edible films. Selected sample this research is p1g1 (CMC
1% and 1% glycerol).
2
Rancangan Perlakuan air (1:2), a2= bekatul : air (1:3), dan a3=
Perlakuan-perlakuan yang bekatul : air (1:4). Campuran bekatul dan
diterapkan pada tahap penelitian utama air kemudian disaring menggunakan kain
adalah sebagai berikut : Konsentrasi saring sehingga di peroleh filtrat dan
Carboxy Methyl Cellulose dengan ampas. Filtrat akan digunakan untuk
variasi: 1% (b/v), 1,5% (b/v), dan 2% analisis sedangkan ampas akan dibuang.
(b/v). Konsentrasi Gliserol dengan Filtrat kemudian dilakukan analisis kadar
variasi: 1% (b/v), 2% (b/v), dan 3% (b/v). pati dengan metode luff schoorl, dari
Rancangan Percobaan hasil analisis yang tertinggi akan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian utama.
digunakan dalam penelitian ini adalah b. Penelitian utama
Rancang acak Kelompok (RAK) dengan Bahan baku ditimbang beratnya,
pola faktorial 3 x 3 dengan 3 kali setelah ditimbang bekatul padi
ulangan. ditambahkan air perbandingan bekatul
Rancangan Respon dan air berdasarkan perbandingan terpilih
Respon yang diujikan: kadar air, pada penelitian sebelumnya. Campuran
kecepatan larut, respon organoleptik bekatul dan air kemudian disaring
meliputi warna dan penamapakan tekstur menggunakan kain saring sehingga di
dari edible film bekatul padi. peroleh filtrat dan ampas, filtrat
Satu sampel terpilih dilakukan digunakan sebagai bahan baku sedangkan
respon fisik yaitu pengujian kuat tarik ampasnya dibuang. Filtrat kemudian
dan persen elongasi dengan metode ditambahkan CMC, penambahan CMC
ASTM D638 serta laju transmisi uap air divariasikan menjadi tiga perlakuan yaitu
dengan metode ASTM D1653-93. p1= CMC 1%, p2= CMC 1,5%, dan p3=
CMC 2% dengan. Bahan baku diaduk
Deskripsi penelitian
rata hingga tercampur menjadi larutan
a. Penelitian pendahuluan
yang homogen kemudian dilakuakan
1. Proses Stabilisasi Bekatul
pengukuran pH jika dalam keadaan asam
Stabilisasi bekatul dilakukan
ditambahkan NaHCO2 namun jika
dengan cara bekatul diayak menggunakan
keadaan basa, dinetralkan dengan
ayakan 80 mesh, kemudian dikemas
menambahkan asam sitrat. Setelah diukur
dalam botol jar, setelah itu dilakuakan
pH kemudian dilakukan pemanasan
pemanasan dalam otoklaf pada suhu 1210
menggunakan magnetic stirrer pada suhu
C selama 10 menit, bekatul hasil
78oC selama 30 menit kemudian
stabilisasi kemudian di keringkan pada
ditambahkan gliserol, penambahan
suhu 500C selama 3 jam, setelah di
gliserol divariasikan menjadi tiga
keringkan bekatul kemudian bekatul
perlakuan yaitu g1= gliserol 1%, g2=
dikemas. Bekatul hasil stabilisasi di uji
gliserol 2%, dan g3= gliserol 3%. Larutan
kadar air dan kadar abu, bekatul hasil
edible film kemudian dilakukan proses
proses stabilisasi akan digunakan pada
pendinginan sampai suhu 35°C-40°C.
proses selanjutnya.
setelah dingin dilakuakan pencetakan
2. Penentuan Perbandingan Bekatul
pada plat kaca menggunakan spreder
dengan Air
dengan ukuran 1 mm. Larutan edible film
Bekatul hasil proses stabilisasi
yang sudah dicetak kemudian dilakukan
halus ditimbang untuk mengetahui
pengeringan pada suhu 50°C selama 2
beratnya. Setelah ditimbang tepung
jam. Setelah dikeringkan edible film
bekatul hasil proses stabilisasi halus
dilakukan penyimpanan selama 24 jam
kemudian ditambahkan air, perbandingan
sebelum dilepaskan dari cetakan, proses
bekatul dan air divariasikan menjadi tiga
ini bertujuan untuk mempermudah proses
perlakuan yang terdiri dari a1= bekatul :
3
pelepasan edible film dari cetakan. Edible
Bekatul Hasil
film yang telah terbentuk tinggal stabilisasi
memerlukan proses analisis kelayakan
secara fisik, kimia dan organoleptik.
Penimbangan
Diagram Alir Penelitian
Bekatul:Air
Pencampuran I
(1:2)
Bekatul
Penyaringan Ampas
Dedak, kulit
Pengayakan
gabah, menir,
80 mesh Filtrat
dsb
Bekatul p1= CMC 1%
p2= CMC 1,5% Pencampuran II
Halus p3= CMC 2%
Pengukuran pH
Jar Pengemasan
Pengaturan pH
4-7
Pemanasan dalam
otoklaf Uap Air Pemanasan
Uap air
T= 121°C, t= 10 menit T=78oC t= 30 menit
g1= gliserol 1%
Pengeringan Pencampuran III & Pemanasan
Uap Air g1= gliserol 2% Uap air
T=78oC t= 5 menit
T= 50°C, t= 3 jam g1= gliserol 3%
Penyimpanan
Bekatul Hasil t= 24 jam
Stabilisasi
Edible Film
4
Selama proses stabilisasi bekatul, Penelitian Utama
pengeringan 50oC selama 3 jam akan Respon yang yang dilakukan pada
menguapkan air bebas yang tidak terikat penelitian utama analisis kimia yaitu
pada bekatul, namun tidak semua air analisis kadar air, analisis fisika yaitu
bebas dapat teruapkan karena air tersebut penentuan kecepatan larut dan analisis
harus berdifusi dari bagian dalam melalui organoleptik meliputi warna dan
komponen-komponen padat yang terlarut. penampakan tekstur. Produk terbaik dari
Pengukuran kadar air dengan metode hasil ketiga respon akan dilakukan
gravimetri (oven), akan menguapkan analisis fisika yaitu uji kuat tarik dan laju
jumlah air total dalam bahan tanpa transmisi uap air.
memperlihatkan kondisi atau derajat Kadar Air
keterikatan air, jumlah air yang teruapkan
diukur sebagai kadar air bekatul padi. Tabel 6. Pengaruh Interaksi Konsentrasi
SNI 01-4439-1998 mengenai syarat mutu Carboxy Methyl Cellulose dan Konsentrasi
bekatul mencantumkan bahwa kadar air Gliserol terhadap Kadar Air Edible film
Bekatul Padi.
maksimal pada bekatul adalah 12, dengan
Konsentrasi Konsentrasi Gliserol (G)
demikian kadar air bekatul hasil Carboxy Methyl 1% 2% 3%
stabilisasi ini telah sesuai dengan SNI. Cellulose (P) (g1) (g2) (g3)
Kadar abu ada hubungannya A A A
dengan mineral suatu bahan, secara 1% (p1) 12,369 16,347 21,485
umum bekatul mengandungan mineral a b c
seperti : kalsium, magnesium, fosfor, fitin A AB B
fosfor, silica dan seng sehingga kadar abu 1,5% (p2) 10,704 19,093 27,137
cukup besar yaitu 8%. SNI 01-4439-1998 a b c
B B B
mengenai mutu bekatul mencantumkan
2% (p3) 18,136 21,963 28,219
bahwa kadar abu maksimal pada bekatul a b c
adalah 10%, dengan demikian kadar air Keterangan :
bekatul hasil stabilisasi ini telah sesuai - Huruf kecil dibaca horizontal, huruf besar
dengan SNI. dibaca vertikal
- Setiap huruf yang berbeda menunjukkan
b. Penetapan perbandingan bekatul dan perbedaan yang berbeda nyata pada uji jarak
air ganda pada taraf 5%
Tabel 5 . Hasil Analisis Kadar Pati Filtrat
Semakin tinggi konsentrasi
Bekatul dengan Perbandingan Bekatul dan
Air yang Berbeda gliserol yang ditambahkan maka semakin
Bekatul : Air Kadar Pati (%) tinggi kadar air edible film. Gliserol
1:2 5,222 berfungsi sebagai penyerap air,
1:3 2,091 pembentuk kristal, meningkatkan
1:4 1,566 viskositas larutan, dan menurunkan aw
(Lindsay, 1985).
Sifat edible film yang dihasilkan
Gugus-gugus hidroksil pada
sangat dipengaruhi oleh jenis dan sifat
Carboxy Methyl Cellulose mampu
bahan yang digunakan. Semakin banyak
mengikat air bebas dari larutan, emulsi,
pati akan mempengaruhi kerapatan
atau suspensi sebagai air hidrat sehingga
molekul pati lebih rapat, sehingga dapat
bila ditambahkan pada larutan, emulsi
membentuk emulsi gel yang kuat
atau suspensi akan menjadi kental (Klose
(Wardana,2004).
dan Glickman, 1968). Peningkatan
Hasil analisis menunjukkan
konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose
perbandingan bekatul dengan air (1:2)
meningkatkan kadar air dari film yang
dapat membentuk film yang kuat dan
dihasilkan, karena dari sifat Carboxy
digunakan pada penelitian utama.
5
Methyl Cellulose yang mampu mengikat keterikatan air, sehingga selain air bebas
air bebas dari larutan. yang tersisa selama pengeringan, air
Kadar air edible film bekatul padi terikat oleh Carboxy Methyl Cellulose
pada konsentrasi CMC yang berbeda juga akan teruapkan dan terukur sebagai
untuk konsentrasi gliserol 1%, perlakuan kadar air edible film.
p1g1 dengan p2g1 memberikan nilai kadar Kecepatan Larut
air yang tidak berbeda nyata. Perlakuan
p1g1 dan p2g1 memberikan kadar air yang Tabel 7. Pengaruh Interaksi Konsentrasi
tidak berbeda nyata karena dipengaruhi Carboxy Methyl Cellulose dan Konsentrasi
penambahan gliserol dengan konsentrasi Gliserol terhadap Kecepatan Larut Edible
Film Bekatul Padi.
yang rendah yaitu 1%. Konsentrasi
Konsentrasi Konsentrasi Gliserol (G)
gliserol yang rendah mengakibatkan air Carboxy Methyl 1% 2% 3%
berdifusi dari bagian dalam melalui Cellulose(P) (g1) (g2) (g3)
komponen-komponen padat yang terlarut B B B
kemudian teruapkan pada saat 1% (p1) 4,390 2,831 2,028
pengeringan sehingga kadar air pada b a a
edible film yang terbentuk memiliki nilai A B A
kadar air yang rendah. 1,5% (p2) 2,927 2,412 1,308
Perlakuan c1g2 dan c3g2 dengan b b a
A A A
c2g2 memberikan nilai kadar air yang
2% (p3) 3,373 1,511 1,294
tidak berbeda nyata, hal ini dipengaruhi b a a
oleh banyaknya konsentrasi CMC dan Keterangan :
gliserol yang ditambahakan. Gliserol - Huruf kecil dibaca horizontal, huruf besar
mempunyai kemampuan untuk mengikat dibaca vertikal
air sama halnya dengan CMC sehingga - Setiap huruf yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang berbeda nyata pada uji jarak
tidak berbeda nyata.
ganda pada taraf 5%
Perlakuan p2g3 dengan p3g3
memberikan nilai kadar air yang tidak Semakin panjang rantai
berbeda nyata karena dipengaruhi hidrokarbon maka gugus hidroksil yang
penambahan gliserol dengan konsentrasi teradsorpsi dalam satu luas permukaan
yang tinggi yaitu 3%. Gliserol membran akan menjadi lebih sedikit.
mempunyai kemampuan untuk mengikat Semakin banyak konsentrasi gliserol
air sama halnya dengan Carboxy Methyl yang ditambahkan, maka akan semakin
Cellulose, sehingga kadar air pada edible rendah tingkat kelarutannya (Rosmawati,
film yang terbentuk memiliki nilai kadar 2007).
air yang tinggi karena tidak teruapkan Carboxy Methyl Cellulosa
pada saat pengeringan. merupakan serbuk yang berwarna putih
Selama proses pembuatan edible tidak berasa dan bila dilarutkan dalam air
film, pengeringan 50oC selama 2 jam akan membentuk koloid dalam air. Sifat
akan menguapkan air bebas yang tidak koloid dari zat ini berfungsi sebagai
terikat oleh Carboxy Methyl Cellulose, stabilizer atau dapat menstabilkan
namun tidak semua air bebas dapat suspensi. Carboxy Methyl Cellulose
teruapkan karena air tersebut harus merupakan material higroskopis,
berdifusi dari bagian dalam melalui sehingga semakin banyak konsentrasi
komponen-komponen padat yang terlarut. Carboxy Methyl Cellulose yang
Pengukuran kadar air dengan metode ditambahkan maka air pada bahan akan
gravimetri (oven), akan menguapkan lebih terserap dan terikat. Hal ini lah
jumlah air total dalam bahan tanpa yang mempengaruhi kecepatan larut
memperlihatkan kondisi atau derajat edible film bekatul padi, semakin banyak
6
Carboxy Methyl Cellulose yang Cellulose 2%(p3). Hal ini dikarenakan
ditambahkan maka kadar air akan semakin banyak konsentrasi Carboxy
meningkat dan edible film yang terbentuk Methyl Cellulose yang ditambahkan
pun akan lebih mudah larut. maka air pada bahan akan lebih terserap
Perlakuan p1g2 dengan p1g3, p2g2 dan terikat, gugus-gugus hidroksil pada
dengan p2g3, dan p3g2 dengan p3g3 Carboxy Methyl Cellulose mampu
memberikan kecepatan larut yang tidak mengikat air bebas dari larutan, emulsi,
berbeda nyata karena dipengaruhi atau suspensi sebagai air hidrat sehingga
konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose bila ditambahkan pada larutan, emulsi
yang ditambahkan. Hal ini disebabkan atau suspensi akan menjadi kental.
Carboxy Methyl Cellulose merupakan Terserap dan terikatnya air pada bahan
material yang higroskopis akan menyerap akan mempengaruhi ketebalan dari edible
dan mengikat air sehingga mempengaruhi film bekatul padi, semakin tebal edible
kecepatan larut edible film bekatul padi film mempengaruhi transparansi dari
menjadi tidak berbeda nyata. edible film sehingga menurunkan tingkat
Perlakuan p2g1 dengan p3g1, p1g2 kesukaan konsumen terhadap warna
dengan p2g2, dan p2g3 dengan p3g3 edible film bekatul padi seiring
memberikan kecepatan larut edible film meningkatnya konsentrasi Carboxy
yang tidak berbeda nyata karena Methyl Cellulose yang ditambahkan.
dipengaruhi gliserol yang ditambahkan. Respon Penampakan Tekstur
Hal ini disebabkan sifat gliserol yang
mampu mengikat air (higroskopis) Tabel 9.Pengaruh Interaksi Konsentrasi
sehingga mempengaruhi kecepatan larut Carboxy Methyl Cellulose dan Konsentrasi
edible film bekatul padi menjadi tidak Gliserol terhadap Penampakan Tekstur
Edible Film Bekatul Padi
berbeda nyata. Selisih atau jarak
Konsentrasi Konsentrasi Gliserol (G)
konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose Carboxy Methyl 1% 2% 3%
dan gliserol yang tidak terlalu jauh dapat Cellulose(P) (g1) (g2) (g3)
mengakibatkan kecepatan larut edible B C B
film bekatul padi menjadi tidak berbeda 1% (p1) 4,889 5,111 5,264
nyata. a a a
A B A
Respon Warna 1,5% (p2) 3,933 4,178 4,356
Tabel 8. Pengaruh Konsentrasi Carboxy a Ab b
Methyl Cellulose (P) terhadap Warna Edible A A A
Film Bekatul Padi 2% (p3) 4,134 3,667 4,178
Konsentrasi Nilai b a b
Taraf
Carboxy Methyl Rata-
Nyata Keterangan :
Cellulose (P) rata
- Huruf kecil dibaca horizontal, huruf besar
1%(p1) 4,888 C
dibaca vertikal
1,5%(p2) 4,414 B
- Setiap huruf yang berbeda menunjukkan
2%(p3) 3,874 A
perbedaan yang berbeda nyata pada uji jarak
Keterangan : ganda pada taraf 5%
-Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Penambahan gliserol sebagai
taraf 5% menurut uji jarak berlanjut Duncan. plasticizer pada pembuatan edible film
Konsentrasi Carboxy Methyl bekatul padi agar tidak kaku dan tidak
Cellulose memberikan perbedaan mudah rapuh. Plasticizer ditambahkan
terhadap warna edible film bekatul padi untuk memperbaiki sifat mekanik yaitu
untuk konsentrasi Carboxy Methyl memberikan fleksibilitas pada sebuah
Cellulose 1%(p1), Carboxy Methyl polimer film sehingga film lentur ketika
Cellulose 1,5% (p2) dan Carboxy Methyl dibengkokkan. Gliserol juga berfungsi
7
untuk menghaluskan tekstur Edible film Penentuan Sampel Terpilih
bekatul padi. Sampel terpilih adalah sampel
Penambahan Carboxy Methyl p1g1 yaitu perlakuan konsentrasi
Cellulose pada edible film bekatul padi Carboxy Metil Cellulose1% dan
agar dapat terbentuk tekstur edible film konsentrasi gliserol 1%. Sampel p1g1
bekatul padi yang kuat dan halus. akan diujikan kuat tarik dan analisis laju
Carboxy Methyl Cellulose ditambahkan transmisi uap air.
untuk memperbaiki sifat mekanik yaitu
memberikan kuat tarik pada sebuah Pengujian Kuat Tarik
polimer film sehingga film tidak mudah Hasil pengukuran kuat tarik dan
putus ketika ditarik. Carboxy Methyl persen elongasi yaitu sampel terpilih
Cellulose juga berfungsi untuk (p1g1) memiliki nilai kuat tarik 95,952
menghaluskan tekstur edible film kPa dan persen elongasi 33,62 %.
(Rio,2011).
Perlakuan p1(Carboxy Methyl Pengujian Laju transmisi uap air
Cellulose 1%) tidak berbeda nyata Hasil pengujian laju transmisi uap
terhadap semua konsentrasi gliserol air pada sampel terpilih yaitu edible film
(g1,g2,g3) begitu juga pada p2g1 dengan bekatul padi dengan penambahan
p2g2, p2g2 dengan p2g3, dan p3g1 dengan Carboxy Methyl Cellulose 1% dan
p3g3 memberikan penampakan tekstur gliserol 1 % (p1g1) memiliki nilai laju
yang tidak berbeda nyata karena transmisi uap air sebesar 823 g/m 2 per 24
dipengaruhi konsentrasi Carboxy Methyl jam.
Cellulose yang ditambahkan. Hal ini
disebabkan Carboxy Methyl Cellulose KESIMPULAN DAN SARAN
merupakan material yang dapat
Kesimpulan
menghaluskan tekstur edible film bekatul
padi sama halnya dengan gliserol Berdasarkan hasil penelitian yang
sehingga mempengaruhi penampakan telah dilakukan, terbukti bahwa
tekstur edible film bekatul padi menjadi konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose
tidak berbeda nyata. dan konsentrasi gliserol serta interaksi
Perlakuan p2g1 dengan p3g1, dan keduanya pengaruh terhadap karakteristik
p2g3 dengan p3g3 memberikan edible film bekatul padi.
penampakan tekstur edible film yang Saran
tidak berbeda nyata karena dipengaruhi Berdasarkan hasil evaluasi
gliserol yang ditambahkan. Hal ini terhadap penelitian yang telah dilakukan,
disebabkan sifat gliserol yang akan saran-saran yang dapat diberikan : Perlu
mengurangi kerapatan dan gaya antar dicoba membuat edible film bekatul padi
molekul pati dengan gliserol yang dari varietas padi yang berbeda. Perlu
mengakibatkan film yang terbentuk lebih dilakukan penelitian lebih lanjut
fleksibel dan halus sehingga mengenai jenis makanan yang cocok
mempengaruhi penampakan tekstur untuk dikemas dengan edible film bekatul
edible film bekatul padi menjadi tidak padi. Perlu dicoba membuat edible film
berbeda nyata. Selisih atau jarak dengan ragam konsentrasi CMC dan
konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose gliserol di atas 3%, lalu jarak atau
dan gliserol yang tidak terlalu jauh dapat rentang yang diperlebar
mengakibatkan penampakan tekstur
edible film bekatul padi menjadi tidak
berbeda nyata.
8
DAFTAR PUSTAKA Technomic Publ. Co. Inc, Landcaster
Basel.
Banker,G. S., 1966, Film Coating Theory and Latief, R., 2001, Teknologi Kemasan Plastik
Practice. Di dalam R Sothornvit dan J. Biodegradable, Makalah Falsafah Sains,
M. Krochta., 2000, Plasticizer Effect of Program Pasca Sarjana Institut Pertanian
Oxygen Permeability of β- Lactoglobulin Bogor, Bogor.
Film, Jurnal . Argic. Food Chem. 6298-
6302. Lindsay, R. C., 1985, Food Additives, dalam
O.R., Fennema, Food chemistry, Marcel
Champagne, E.T., Hron, R.J., 1994, Inhibition Of Dekker, Inc., New York.
Lipase Activity and Oxidation in Brown
Rice Product by Extraction white Etanol Nisperos-Carriedo, M. O., E.A. Baldwin., P. E.
Containing Chelators/Acidulants. Cereal Shaw., 1992, Development of Edible
Chem. 71(5) : 483-488. Coating For Extending Postharvest Life
of Selected Fruit and Vegetable, proc.
Estika, Dwi.,(2011), Mengenal Bekatul Lebih Fla. State Hort.,Soc. In: Kroctha J. M,
Jauh, (http://www.bekatul.net/bekatul- E.A Baldwin, and Nisperos-
kesehatan/bekatulsumberprebiotik), Carrideo.,1994, Edilble Coating and
(akses 30-11-2011). Film to Improve Food Quality,
Gennadios A. and C.L. Weller., 1990. Edible Technomic Publ. Co. Inc., Landcaster
Film and Coatings from Wheat and Corn Basel.
Protein. Jurnal. Food Technol. 44 (10) Rio, Yunus., 2011, Pengaruh Konsentrasi
:63. Penstabil CMC Dan Gliserol Terhadap
Gontard, N., Guilbert, N., Cuq, J. L., 1993, Water Karakteristik Edible Film Bekatul padi
and Glyserol as Plasticizer Affect (Artocarpus Heterophyllus), Tugas
Mechanical an Water Vapor Barrier Akhir Jurusan Teknologi Pangan
Properties of an Edible Wheat Gluten Fakultas Teknik UNPAS, Bandung.
Film, Jurnal. Food Science 58 (1) : 206- Rosmawati, E., 2007, Kajian Karakteristik Edible
211. Film Cingcau Hijau (Cyclea Barbata L
Hubeis, M., S. Koswara dan M. Labib.,1997. Miers) Berdasarkan Suhu Pengeringan
Mempelajari Pemanfaatan Bekatul dan Konsentrasi Gliserol, Tugas Akhir
Dalam Pembuatan Formula Roti Manis Jurusan Teknologi Pangan Fakultas
dan Biskuit berserat Tinggi, Buletin Teknik, Universitas Pasundan, Bandung.
Teknologi dan Industri Pangan (8) (3) : SNI 01-4439., 1998, Standar Mutu Bekatul, Pusat
22-30. Standarisasi dan Akreditasi Badan
Klose, R.E., dan Glicksman, M., 1968, Gums, di Agribisnis, Departemen Pertanian,
dalam Jogiani, Mempelajari Pengaruh Jakarta.
Beberapa Cara Ekstraksi Kedelai Dan Tranggono., 1989, Bahan Tambahan Pangan
Jenis Bahan Pengisi Terhadap Mutu (Food Addtives), Pusat Antar Universitas
Susu Kedelai Bubuk Yang Dihasilkan, Pangan dan Gizi, Universitas Gajah
Skripsi Fateta IPB, Bogor. Mada, Yogyakarta.
Kroctha J. M., 1992, Control of Mass Transfer In Wardana, Wisnu, Baruba.,2004, Pengaruh
Food With Edible Coating and Film. in Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose
Sing, R. P dan M. A Wiranatakusumah (CMC) dan Gliserol Terhadap
(ed). Advances in Food, Engineering, karakteristik Edible Coating Berbahan
CRP Press., Boca Raton. Dasar Pati yang Diaplikasikan pada
Kroctha J. M, E.A Baldwin, and Nisperos- Buah Durian (Durio zibethinus) Kultivar
Carrideo.,1994, Edilble Coating and (Sihepi), Tugas Akhir Jurusan Teknologi
Film to Improve Food Quality, Pangan Fakultas Teknik UNPAS,
Bandung.