Agenda Setting Penyebaran Hoaks Di Media Sosial: Christiany Juditha
Agenda Setting Penyebaran Hoaks Di Media Sosial: Christiany Juditha
Agenda Setting Penyebaran Hoaks Di Media Sosial: Christiany Juditha
Christiany Juditha
Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian Komunikasi dan Informatika
Manado Jl. Pumorrow 76, Kota Manado, Sulawesi Utara, 95126, Indonesia
No. Telp./HP: (0431)847129
E-mail: [email protected]
Naskah diterima pada tanggal 5 September 2019 direvisi tanggal 3 Oktober 2019 disetujui tanggal 18 Oktober 2019
Abstract. The purpose of this study is to get an overview of the agenda-setting for the spread of
hoax on social media. The method used is quantitative content analysis. The results found that
there were three themes of the most prominent hoax issues, namely politics, health, and
governance issues. In this case, the media setting agenda on hoax was formed by the users of
social media itself. Hoax themes about politics such as Elections have increased in a certain
period because social media users or netizens have relatively the same concentration and
attention about it. There have also been attempts by certain parties to neutralize a theme hoax
for a specific purpose, such as to overthrow each presidential candidate who is fighting in the
Election process, including to topple incumbent presidential candidates who are still in power.
Likewise, with a content hoax, the media agenda formed on social media represents the interests
of netizens. Even in health hoax content that includes the most hoax content, the agenda of social
media settings is built because netizens consider the content important to be immediately known
by other audiences regardless of whether or not the content is true.
Keywords: agenda setting, hoax, social media.
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang agenda setting
penyebaran hoaks di media sosial. Metode yang digunakan adalah analisis isi kuantitatif. Hasil
penelitian menemukan bahwa terdapat tiga tema isu hoaks yang paling menonjol yaitu politik,
kesehatan, dan isu pemerintahan. Dalam hal ini, agenda setting media tentang hoaks dibentuk
oleh para pengguna media sosial itu sendiri. Tema hoaks tentang politik seperti pemilu
meningkat dalam kurun tertentu, dikarenakan pengguna media sosial atau netizen memiliki
konsentrasi dan perhatian yang relatif sama tentang hal tersebut. Ada juga upaya dari pihak-
pihak tertentu untuk memviralkan sebuah tema hoaks untuk tujuan tertentu semisal untuk
menjatuhkan masing-masing kandidat presiden yang sedang bertarung dalam proses pemilu.
Termasuk untuk menjatuhkan kandidat presiden petahana yang masih berkuasa. Begitu pula
dengan konten hoaks, agenda media yang terbentuk di media sosial merepresentasikan
kepentingan para netizen. Bahkan pada konten hoaks bidang kesehatan yang termasuk konten
hoaks terbanyak, agenda setting media sosial yang terbangun karena netizen menganggap konten
tersebut penting untuk segera diketahui oleh khalayak lainnya terlepas dari benar tidaknya
konten tersebut.
Kata kunci: agenda setting, hoaks, media sosial.
DOI: 10.20422/jpk.v22i2.669
1
Agenda Setting Penyebaran Hoaks di Media Sosial
Christiany Juditha
memiliki kekuatan untuk memengaruhi suatu media. Penentuan atau seleksi yang
agenda media kepada agenda publik. Publik dilakukan media sehari-harinya juga
cenderung menilai sesuatu itu penting didasarkan pada politik pemberitaan masing-
sebagaimana media massa menganggap hal masing media yang merupakan interpretasi
tersebut penting. Jika media massa subjektif media massa, termasuk para pekerja
menganggap suatu isu itu penting, maka media yang terikat dengan situasi organisasi
publik juga akan menganggapnya penting tempat mereka bernaung. Agenda publik
(Griffin, 2012). Teori ini menawarkan dasar berhubungan dengan isu-isu yang
pemikiran di mana penjelasan atau digambarkan dalam konten atau isi media dan
pemaparan saja tidak cukup, konten media yang kemudian diprioritaskan oleh publik.
perlu dibuat menonjol sebelum diproses dan Kebanyakan isu bisa masuk dalam agenda
diterima oleh publik. Semakin sering media publik melalui proses repetisi pesan, publik
menyajikan suatu isu atau topik, semakin mengenalinya kemudian menempatkannya
menonjol pula isu tersebut dan semakin besar dalam kepentingannya. Sehingga agenda
pula perhatian publik terhadap isu tersebut. publik dapat diartikan sebagai daftar dari isu
Landasan perspektif agenda setting yang telah disusun publik menurut
yang diletakkan oleh McCombs & Shaw kepentingannya pada suatu kurun waktu
bertitik tolak dari gagasan peran media massa tertentu.
sebagai pembentuk opini publik (Tamburaka, Agenda setting media konvensional
2012). Ada korelasi yang kuat dan signifikan sedikit bergeser sejak media baru mulai
antara apa yang diagendakan oleh media banyak digunakan seperti media online dan
massa dan apa yang menjadi agenda publik. media sosial dimana lanskap media modern
Penyusunan agenda setting menjelaskan tiga dihuni oleh bloggers, jurnalis warga (citizen
proses yaitu pertama, berita diseleksi, diolah, journalists), pengguna media sosial, seperti
dan disajikan yang dikenal dengan proses Facebook dan Twitter, yang setara dengan
gatekeeping. Kedua, menghasilkan agenda media massa pada umumnya. Kini, siapapun
media. Ketiga, agenda media memengaruhi bisa menjadi simpul dalam proses produksi
pendapat publik tentang isu yang ditonjolkan media.
(Prabowo, 2016). Teori agenda setting Menurut teori, media massa
berfokus pada proposisinya, yakni agenda memengaruhi prioritas atau kepentingan
media, agenda publik, dan isu. Dearing, J. publik dengan menyalurkan perhatian mereka
W., & Rogers (1996) mendefinisikan agenda kepada isu-isu tertentu. Hal ini menunjukkan
media sebagai daftar isu dan peristiwa pada bahwa media sosial dapat ikut menentukan
suatu waktu tertentu yang disusun sesuai isu-isu penting bagi pembicaraan publik.
dengan urutan kepentingannya. Agenda Media massa konvensional mulai menerima
media terdiri dari pokok persoalan, aktor, perubahan yang terjadi, menjadi lebih
peristiwa, anggapan, dan pandangan yang fleksibel, beradaptasi terhadap perubahan
memanfaatkan waktu dan ruang dalam dalam tataran media, bahkan memanfaatkan
publikasi yang tersedia untuk disampaikan keberadaan media sosial itu sendiri. Menurut
pada publik (Merheim, 1986). Messner dan Distato dalam Damaris (2016),
Agenda media menurut Mannheim media konvensional rutin mengutip blog
dalam Nurudin (2009) berkaitan dengan sebagai sumber, dan juga sebaliknya. Blog
beberapa dimensi yaitu: 1). Visibilitas, adalah kebanyakan bergantung pada media
jumlah dan tingkat menonjolnya berita; 2). konvensional untuk memperoleh informasi.
Audience salience, yaitu tingkat menonjol Kini keberadaan media massa dan media
bagi khalayak, relevansi isi berita dengan sosial saling memengaruhi, bahkan
kebutuhan khalayak; 3). Valensi, yakni menguntungkan satu sama lain (Metei, 2010).
menyenangkan atau tidak menyenangkan cara Media sosial dalam teori agenda setting
pemberitaan bagi suatu peristiwa (Merheim, berhubungan erat dengan agenda publik. Kini
1986). Agenda media, menurut McCombs & media sosial memilikiposisi yang bisa
Shaw (1972), dapat dilihat dari aspek apa saja menimbulkan beberapa aksi yang erat
yang coba ditonjolkan oleh pemberitaan di hubungannya dengan teori agenda setting.
Media sosial memiliki koneksi antara sebuah kebohongan yang dikarang
pengguna dan saling menukarkan informasi. sedemikian rupa oleh seseorang untuk
Media sosial tidak bersifat satu arah tapi menutupi atau mengalihkan perhatian dari
sebaliknya, bersifat dua arah. Sehingga kebenaran, yang digunakan untuk
informasi yang disampaikan kemudian kepentingan pribadi, baik itu secara intrinsik
dikembangkan dan memiliki respon aktif maupun ekstrinsik. Sedangkan hoaks dalam
sehingga agenda yang terjadi dapat dilihat KBBI (2019) memiliki arti berita bohong.
secara realistis. Melalui media sosial seluruh Hoaks dapat diartikan sebagai sebuah
pengguna mendeskripsikan pesan yang pemberitaan palsu yang tidak dapat
diterima dan menindaklanjuti dengan dipertanggungjawabkan kebenarannya. Chen,
menggunakan respon aktif seperti Yoke Yiie (2014) mendefinisikan hoaks
berkomentar maupun membagikan informasi sebagai informasi yang sesat dan berbahaya.
tersebut. Hal ini berkaitan dengan agenda Persepsi manusia dapat disesatkan karena
publik, media sosial membawa sebuah hoaks, namun tetap disampaikan menjadi
pengaruh bagi publik, yaitu memengaruhi sebuah informasi yang dianggap benar, dan
kesadaran dan juga aksi. Sehingga dimensi hal tersebut dapat memengaruhi orang
teori agenda media menurut Mannheim dalam banyak.
Nurudin (2009) yaitu visibilitas (jumlah dan Seperti yang telah dijelaskan pada
tingkat menonjolnya berita), audience pendahuluan bahwa media sosial dan pesan
salience (tingkat menonjol bagi khalayak, instan adalah media yang banyak digunakan
relevansi isi berita dengan kebutuhan sebagai media penyebar hoaks. Karena kedua
khalayak serta valensi (menyenangkan atau media ini memiliki karakteristik jaringan
tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi sosial. Jaringan sosial yang terbentuk karena
suatu peristiwa) yang digunakan dalam adanya kesamaan tujuan pengirim maupun
mengukur media konvensinal juga relevan penerima pesan untuk menjelek-jelekkan
untuk mengukur agenda media sosial. pihak-pihak tertentu maupun sebaliknya yaitu
Berbicara tentang agenda setting media direspon sebagai pembelaan objek hoaks.
dan publik tidak terlepas dari apa yang Sementara karakteristik sosial yang terbangun
disebut dengan isu. Effendy (2005) di dalamnya adalah membentuk jaringan di
menyebutkan bahwa isu merupakan kabar antara penggunanya, baik saling mengenal,
yang beredar di masyarakat yang tidak dapat maupun tidak, namun dipertemukan dalam
dipertanggungjawabkan kebenarannya sebuah kesamaan karekteristik sosial, yaitu
disebabkan sumbernya yang tidak jelas. Isu sama-sama pendukung pihak tertentu dan anti
dapat dijabarkan dalam lima penafsiran pihak lainnya. Di samping itu media sosial
menurut (Nasionalita, 2013), yaitu: 1) paling mudah digunakan, dalam waktu dan
Masalah yang menjadi perhatian pribadi tempat yang tidak terbatas (Juditha, 2018).
publik; 2) Persepsi dan penjabaran dari Karakter media baru inilah yang
masalah yang dihadapi masyarakat; 3) membuatnya penyebaran hoaks semakin
Penyebaran tentang kemungkinan yang mesti masif. Pesan bermuatan hoaks dapat
dipilih oleh publik, setuju atau tidak setuju disebarkan, direproduksi, bahkan
terhadap suatu kebijakan; 4) Suatu masalah dimodifikasi secara digital. Penyebarannya
yang mengandung pro dan kontra dalam sulit untuk dikendalikan karena ada sistem
masyarakat; dan yang ke 5) Alasan atau penyimpanan digital. Hoaks masih dapat
faktor-faktor yang menjadi penentu jalan diakses dan disebarkan secara online dan
keluar dalam suatu kesenjangan politik. offline, bahkan setelah posting asli
Hoaks dalam Bahasa Indonesia berarti dihilangkan sekalipun, sebuah hoaks tidak
berita bohong, informasi palsu, atau kabar dapat benar-benar dihapus. Ada begitu
dusta. Istilah hoaks ini mulai populer seiring banyak saluran yang dapat dipakai untuk
dengan popularitas media online, terutama menyebarkan hoaks (Dwiyana dalam Juditha,
media sosial (Romeltea, 2014). Pellegrini 2018).
(2008) mengembangkan definisi hoaks dari Nasrullah (2015a) berpendapat bahwa
MacDougall dan menjelaskannya sebagai karakteristik media sosial adalah berjaringan,
informatif, ada arsip, ada interaksi, gambaran kembangnya hoaks. Ada begitu banyak hoaks
simulasi sosial dan isi informasi atau konten yang menyebar tanpa kendali dan bisa saja
yang diproduksi oleh pengguna. Karakteristik masyarakat dengan mudah terpapar oleh
ini pula yang menjadikan media sosial hoaks-hoaks tersebut.
sebagai medium penyebaran hoaks yang Berdasarkan konsep dan teori di atas
paling mudah dan cepat. Ismail Fahmi dalam maka kerangka pemikiran dari penelitian ini
Kadju (2019) mengatakan bahwa media terlihat di Gambar 1.
sosial menjadi lahan subur bagi tumbuh
Tabel 1
Kategori Agenda Setting Media Sosial Terhadap Isu Hoaks
No. Kategori Keterangan
1. Visibilitas Jumlah dan tingkat
menonjolnya isi hoaks
2. Audience Tingkat menonjol bagi
salience khalayak, relevansi isi
hoaks dengan kebutuhan
khalayak
3. Valensi Menyenangkan atau tidak
menyenangkan cara
penyajian isi hoaks bagi
suatu peristiwa.
Sumber: Mannheim (dalam Nurudin, 2009)
16
Sumber: Data diolah dari Kominfo (2019)
Salah satu dimensi dari agenda media tentang politik, menyusul kesehatan,
menurut Mannheim dalam Nurudin (2009) pemerintahan, fitnah, bencana dan agama.
adalah visibilitas. Visibilitas merupakan Sementara isu hoaks tentang mitos,
jumlah dan tingkat menonjolnya berita/isu. internasional, penipuan, perdagangan dan
Visibilitas dari temuan Kominfo ini pendidikan tidak terlalu menonjol dibanding
menunjukkan bahwa selama tujuh bulan, isu isu hoaks lainnya (Gambar 2).
yang paling menonjol adalah isu hoaks
Agenda media yang lainnya adalah hasil penelitian menemukan ada empat isu
audience salience, yaitu tingkat hoaks yang paling menonjol bagi khalayak
menonjolnya isu hoaks bagi khalayak dan yaitu dengan kategori tema tertentu yaitu
relevansi isi hoaks dengan kebutuhan tentang politik, kesehatan, isu pemerintahan
khalayak. Gambar 3 menunjukkan bahwa dan fitnah.
Valensi merupakan agenda media Sementara jika ditelusuri lebih jauh lagi, 62
lainnya yang memiliki arti menyenangkan di antaranya adalah konten tentang pemilu,
atau tidak menyenangkan cara pemberitaan mengingat bahwa eskalasi masalah politik di
isu hoaks bagi suatu peristiwa. Dari hasil waktu-waktu ini sangat gencar dengan
identifikasi konten hoaks, tema politik persoalan pemilu (Gambar 4).
adalah yang terbanyak yaitu 181 konten.
Sumber : https://turnbackhoax.id/2018
pihak-pihak tertentu untuk memviralkan Chen, Yoke Yiie, et al (2014) Email Hoax
sebuah tema hoaks untuk tujuan tertentu Detection System Using Levenshtein
yaitu untuk menjatuhkan masing-masing Distance Methods. Journal of Computers,
kandidat presiden. Begitu pula dengan 9(2). 9 (2).
konten hoaks, agenda media yang terbentuk Chen, Y.Y., Yong, S.-P. & Ishak, A. (2014)
di media sosial merepresentasikan Email Hoax Detection System Using
kepentingan para netizen. Bahkan pada Levenshtein Distance Method. Journal of
konten hoaks bidang kesehatan yang Computers. [Online] 9 (2), 441–446.
Available from: doi:10.4304/jcp.9.2.441-
termasuk konten hoaks terbanyak, agenda
446.
setting media sosial yang terbangun karena Christiany, J. (2018). Christiany Juditha. Jurnal
netizen menganggap konten tersebut penting Pekommas. 3 (1), 31–44.
untuk segera diketahui oleh khalayak Damaris, Y. (2016) Trending Topic Twitter dala
lainnya terlepas dari benar tidaknya konten Menentukan Agenda Pemneritaan di
tersebut. Dalam kasus penyebaran hoaks, Media Konvensional (Studi Kasus
media sosial adalah kendaraan komunikasi terhadap Pemberitaan di Kompas TV
yang paling efektif digunakan penggunanya Periode Oktober-Desember 2015). Sripsi.
untuk membagikan ide, pengetahuan, dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
pemikiran tentang konten hoaks baik yang Banten.
diproduksi sendiri maupun diterima dari Dearing, J. W., & Rogers, E.M. (1996)
Communication Concept 6: Agenda-
orang lain.
Setting. California, Sage Publication Inc.
Effendy, O.U. (2005) Ilmu, Teori dan Filsafat
Saran Komunikasi. Bandung, Citra Aditya Bakti.
Perlawanan terhadap hoaks tidak Eriyanto (2011) Analisis Isi Pengantar
semata-mata tanggung jawab pemerintah, Metodelogi untuk Penelitian Ilmu
tetapi juga dukungan dan inisiatif dari semua Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial
elemen masyarakat, seperti lembaga swasta, Lainnya. Jakarta, Kencana Prenada Media
perguruan tinggi, NGO, dan masyarakat Group.
umum. Kolaborasi yang berkesinambungan Feezell, J.T. (2017) Agenda Setting through
Social Media: The Importance of
antarlembaga sangat diperlukan untuk
Incidental News Exposure and Social
melawan hoaks utamanya dalam Filtering in the Digital Era. Jurnal
memberikan literasi dan edukasi kepada Sagepub. 2017.
masyarakat umum tentang pengenalan Frey, Lawrence R, dkk (1991) Investigating
hoaks. Selanjutnya inisiatif dan peran dari Communication: An Introduction to
masyarakat sendiri penting untuk dibangun. Research Methods. New Jersey, Prentice
Hal ini agar masyarakat dapat cerdas Hall.
mengenal hoaks. Griffin, E. (2012) A’First Look at
Communication Theory: Eight Edition.
New York, Mc Graw Hill.
DAFTAR PUSTAKA Juditha, C. (2018) Hoax Communication
Interactivity in Social Media and
Anticipation (Interaksi Komunikasi Hoax
Bode, L., Sayre, B., Shah, C., Shah, D., & di Media Sosial serta Antisipasinya).
Wilcox, D. (2010) Agenda Setting in a Journal Pekommas. [Online] 3 (1), 31.
Digital Age: Tracking Attention to Available from:
California Proposition8 in Social Media, doi:10.30818/jpkm.2018.2030104.
Online News, and Conventional News. Juditha, C. (2019) Literasi Informasi Melawan
Policy& Internet. 2 (1), 7–32. Hoaks Bidang Kesehatan di Komunitas
Chaffee, S.H. & Metzger, M.J. (2018) The End Online. Ilmu Komunikasi. 16 (1), 77–90.
of Mass Communication? Refining Kadju (2019) Sapu Bersih Konten Hoaks dengan
Milestone Mass Communications Mesin AIS. Majalah Kominfonext.
Theories for the 21st Century. [Online] 4, KBBI. (2019). Kamus Besar Bahasa Indonesia
140–154. Available from: (KBBI). [Online] Available at:
doi:10.4324/9781315679402-10. http://kbbi.web.id/hoaks.
16
Kementerian Kominfo (2019). Kominfo Jaring Topics Politik sebagai Reversed Agenda-
771 Konten Hoax, Mayoritas Terkait Setting dan Haluan Politik Pemilik
Politik. 2019. Terhadap Berita Politik di Televisi. Jurnal
Lichtman, M. (2010) Qualitative Research in Komunikasi Indonesia. V (1), 2301–9816.
Education: A User’s Guide. 2nd Edition. Respati, S. (2017) Mengapa banyak orang
California, Sage. mudah percaya berita ‘Hoax’? 2017.
Masyarakat Telematika (MASTEL) (2017) Robinson, S. (2006) Gateway or Gatekeeper:
Hasil survey mastel tentang wabah hoax The Institutionalizationof Online News
nasional. 2017. Increating an Altered Technological
McCombs, M. E., & Shaw, D. L. (1972). The Authority. International Symposium on
Agenda Setting Function of Mass Media. Online Journalism.. . 2006.
The Public Opinion Quarterly, 176-182 Romeltea (2014) Hoax Kian Populer - Ekses
McCombs, M. (2014) Setting the Agenda. Kebebasan Dunia Maya. 2014.
Cambridge 2nd ed (ed.). Malden, MA, Sakti, A.T. (2018) Hasil Riset DailySocial.id:
Polity Press. 44% Masyarakat Indonesia Tidak Bisa
Merheim, J.B. (1986) A Model Agenda Dynamic Mendeteksi Berita Hoax. 2018.
Communication Yearbook 10, Newburry. Salman, A., Mustaffa, N., Mohd Salleh, M.A. &
Mc Laughein (ed.). California, SAGE Ali, M.N.S. (2016) Social Media and
Publication. Agenda Setting: Implications on Political
Metei, S.A. (2010) Does Agenda Setting Theory Agenda. Jurnal Komunikasi, Malaysian
Still Apply to Social Media. 2010. Journal of Communication. [Online] 32
Nasionalita, K. (2013) Hubungan Agenda Media (1), 401–414. Available from:
dengan Media Online dengan Agenda doi:10.17576/jkmjc-2016-3201-19.
Publik Mahasiswa(Studi Korelasi Agenda Soejono & Abdurrahman (1999) Metode
Media Online Newspaper kompas.com Penelitian. Jakarta, PT. Rineka Cipta.
dengan Agenda Publik Mahasiswa Pasca Straubhaar, Joseph, R.L. and L.D.P. (2012)
Sarjana Fakultas Hukum Universitas Media Now: Understanding Media,
Gadjah Mada tentang Isu Korupsi di Culture and Technology. Boston:
Indonesia). Universitas Gadjah Mada. Wadsworths, Cengage Learning.
Nasrullah, R. (2015a) Media Sosial: Perspektif Tamburaka, A. (2012) Agenda Setting Media
Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Massa. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.
Bandung, Simbiosa Rekatama Media. Vargo, C.J. & Guo, L. (2017) Networks, Big
Nasrullah, R. (2015b) Teori Dan Riset Media Data, and Intermedia Agenda Setting: An
Siber (Cybermedia). Jakarta Indonesia, Analysis of Traditional, Partisan, and Emerging
Kencana Prenadamedia Group. Online U.S. News. Journalism
Nurudin (2009) Pengantar Komunikasi Massa. and Mass Communication Quarterly.
Jakarta, Rajawali Pers. [Online] 94 (4), 1031–1055. Available
Pellegrini, L. (2008) An Argument For Criminal from: doi:10.1177/1077699016679976.
Hoaks. Disertasi. University of Southern White, D.M. (1950) Gate Keeper: A Case Study
California.Pratama, A. B. (2016). Ada in The Selection of News. Journal
800 Ribu Situs Penyebar Hoaks di Quanterly.
Indonesia. 2008. Williams, B.A. & Delli Carpini, M.X. (2004)
Pertiwi, W.K. (2018) Riset ungkap pola Monica and Bill All the Time and
pemakaian medsos orang Indonesia. Everywhere. American Behavioral
2018. Scientist. [Online] 47 (9), 1208–1230.
Pertiwi, W.K. (2017) Survei: 90 persen Available from:
informasi kesehatan di medsos doi:10.1177/0002764203262344.
menyesatkan. Viva.co.id. 2017.
Prabowo, M.& I. (2016) Trending Topics Vs
.
Agenda-Setting:Pengaruh Trending