40-Article Text-54-1-10-20200920
40-Article Text-54-1-10-20200920
40-Article Text-54-1-10-20200920
Mutu Pendidikan dan Kesejahteraan Masyarakat di Era Revolusi Industri 4.0 Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020, 137-141
Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi Dinilai dengan Morisky Medication
Adherence Scale - 8 (MMAS-8) di RSUP M Djamil Padang
Harnavi Harun1
1
Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas
Email: hharnavi19@gmail.com
ABSTRACT
Introduction : Hypertension is a disease that is commonly found and one of the causes of death all
over the world. Riset Kesehatan Dasar in 2013 shows that the prevalence of hypertension in Indonesia
is 26.5%. The lack of medication adherence of hypertensive patients is a major cause of hypertension
therapy failure. Non-adherence to antihypertensive drugs is a potential factor that can cause various
complications such as heart failure, stroke, kidney failure and blindness. The purpose of this study was
to determine the level of medication adherence for hypertensive patients in M. Djamil Hospital
Padang.
Method: This is a descriptive research with cross sectional design. The study population was patients
with hypertension with sampling based on counsecutive sampling. Inclusion criteria were essential
hypertension patients and willing to join the study. Exclusion criteria were hypertension emergency,
hypertension urgency, and hypertension with complications. Data obtained directly from respondents
through the Morisky Medication Adherence Scale-8 questionnaire and direct blood pressure
measurement.
Results: Based on the characteristics of hypertensive patients, found that male 62% and female 38%,
ages 20-39 (19%) and ≤ 40 (81%), duration of hypertension < 5 years (62%) and ≥ 5 years (38 %),
anti-hypertensive drugs > 1 (60%) and 1 (40%), uncontrolled blood pressure (65%) and controlled
(35%). Low compliance rates (60%), moderate (31%) and high (9%).
Conclusion: The level of medication adherence for hypertensive patients in M. Djamil Hospital
Padang is low (60%), while moderate compliance (31%) and high compliance (9%).
Keyword : adherence, hypertension, drugs, MMAS-8
ABSTRAK
Pendahuluan: Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan sehari-hari dan merupakan
salah satu penyebab kematian di seluruh dunia. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
bahwa kejadian hipertensi di Indonesia sebesar 26.5 %. Tingkat kepatuhan yang buruk pasien
hipertensi terhadap obat antihipertensi merupakan penyebab utama kegagalan terapi hipertensi.
Ketidakpatuhan terhadap obat antihipertensi merupakan faktor potensial yang dapat menimbulkan
berbagai komplikasi seperti gagal jantung, stroke, gagal ginjal dan kebutaan. Tujuan penelitian
ingin mengetahui tingkat kepatuhan minum obat pasien hipertensi di RSUP M. Djamil Padang
Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini
adalah pasien yang menderita hipertensi dengan pengambilan sampel berdasarkan counsecutive
sampling. Kriteria inklusi pasien hipertensi esensial dan bersedia ikut penelitian. Kriteria ekslusi
hipertensi emergensi, hipertensi urgensi, dan hipertensi dengan komplikasi. Data yang diperoleh
137
Prosiding the 1st Seminar Nasional ADPI Mengabdi Untuk Negeri Peran Pengabdian Masyarakat dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan dan Kesejahteraan Masyarakat di Era Revolusi Industri 4.0 Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020, 137-141
langsung dari responden melalui kuesioner Morisky Medication Adherence Scale-8 dan pengukuran
tekanan darah langsung.
Hasil : Berdasarkan karakteristik pasien hipertensi didapatkan laki-laki 62% dan perempuan 38%,
usia 20-39 (19%) dan ≤ 40 (81%), lama hipertensi < 5 tahun (62%) dan ≥ 5 tahun (38%), jumlah
obat anti hipertensi > 1 (60%) dan 1 (40%), tekanan darah tidak terkontrol (65%) dan terkontrol
(35%). Tingkat kepatuhan rendah (60%), sedang (31%) dan tinggi (9%)
Kesimpulan : Tingkat kepatuhan minum obat pasien hipertensi di RSUP M.Djamil Padang paling
banyak tergolong tingkat kepatuhan rendah (60%), sedangkan tingat kepatuhan sedang (31%) dan
tingkat kepatuhan tinggi (9%).
Kata Kunci: kepatuhan, hipertensi, obat, MMAS-8
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan
merupakan salah satu penyebab kematian di seluruh dunia. Komplikasi hipertensi dapat mengenai
berbagai organ target, seperti jantung, otak, ginjal dan mata. Kerusakan organ tersebut bergantung
pada tingginya tekanan darah pasien dan berapa lama tekanan darah tinggi tersebut tidak
terkontrol dan tidak diobati. The Global Burden of Disease Study memiliki estimasi bahwa hipertensi
merupakan faktor risiko utama untuk disabilitas di seluruh dunia. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
tahun 2013 menunjukkan bahwa kejadian hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26.5%.
Risiko perkembangan hipertensi bisa dikurangi dengan penggunaan obat yang efektif dan
modifikasi gaya hidup yang signifikan. Kepatuhan terhadap penggunaan obat merupakan dasar
untuk mencapai tekanan darah terkontrol. Kuesioner yang diisi sendiri biasa digunakan untuk
menilai kepatuhan minum obat pada pasien dengan penyakit kronik. Beberapa kuesioner tervalidasi
yang diisi sendiri dikembangkan untuk menilai kepatuhan pada penyakit kronik, termasuk pasien
hipertensi, diantaranya adalah Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8). MMAS-8
merupakan kuesioner terbaik yang diketahui dan banyak digunakan secara luas untuk
menginvestigasi kepatuhan penggunaan obat pasien hipertensi.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis merasa perlu untuk mengetahui tingkat
kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien hipertensi di RSUP M Djamil Padang. Penulis
melakukan penilaian dengan menggunakan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale-8
(MMAS-8) pada pasien hipertensi. Penulis ingin mengetahui tentang tingkat kepatuhan minum
obat antihipertensi pada pasien hipertensi di RSUP M Djamil Padang.
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal > 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg. Prevalensi global hipertensi diperkirakan 1,13 miliar pada
tahun 2015. Prevalensi keseluruhan hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 30-45%. Prevalensi
hipertensi di seluruh dunia akan terus meningkat seiring bertambahnya usia (> 60% pada orang
berusia > 60 tahun), pola hidup yang buruk, dan peningkatan berat badan. Hipertensi memiliki
beberapa faktor risiko, diantaranya faktor yang tidak dapat diubah, seperti keturunan dan usia serta
faktor yang dapat diubah seperti pola makan yang buruk, kurang aktivitas fisik, dan asupan alkohol
138
Prosiding the 1st Seminar Nasional ADPI Mengabdi Untuk Negeri Peran Pengabdian Masyarakat dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan dan Kesejahteraan Masyarakat di Era Revolusi Industri 4.0 Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020, 137-141
berlebih. Beberapa faktor yang berhubungan dengan diet terkait dengan tekanan darah tinggi
termasuk kelebihan berat badan dan obesitas, asupan natrium berlebih, dan kekurangan asupan
kalium, kalsium, magnesium, protein (terutama dari sayuran), serat, dan lemak ikan.
Sekitar 80-95% merupakan hipertensi esensial yang berarti tidak ada penyebab spesifik.
Kondisi ini umumnya jarang menimbulkan gejala dan sering tidak disadari, sehingga dapat
menimbulkan morbiditas lain seperti gagal jantung, stroke, gagal ginjal, atau bahkan kematian.
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan yang dapat muncul
antara lain nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah
lelah, dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio
oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab
sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Salah satu guideline terbaru yang dapat dijadikan acuan di Indonesia adalah guideline Joint
National Committee (JNC) 8. Rekomendasi JNC 8 dibuat berdasarkan bukti-bukti dari berbagai studi
acak terkontrol. Dua poin baru yang penting dalam guideline JNC 8 ini adalah perubahan target
tekanan darah sistolik pada pasien berusia 60 tahun ke atas menjadi <150 mmHg dan target
tekanan darah pada pasien dewasa dengan diabetes atau penyakit ginjal kronik berubah menjadi
<140/90 mmHg. Modifikasi gaya hidup meskipun tidak dijelaskan secara detail juga tetap masuk
dalam algoritma JNC 8 ini.
Tatalaksana non-farmakologis merupakan salah satu cara efektif untuk menurunkan tekanan
darah, yang telah terbukti dengan uji klinis adalah penurunan berat badan, Dietary Approaches to
Stop Hypertension (DASH), diet rendah garam, suplemen kalium, peningkatan aktivitas fisik, dan
pengurangan konsumsi alkohol. Intervensi lain berupa konsumsi probiotik, diet tinggi protein, serat,
minyak ikan, suplemen kalsium atau magnesium, terapi perilaku dan kognitif.
Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan target tekanan darah.
Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam 1 bulan perawatan tingkatkan dosis obat awal atau
tambahkan obat kedua (thiazide-type diuretic, CCB ACE-I atau ARB). Dokter harus terus menilai
tekanan darah dan menyesuaikan regimen perawatan sampai target tekanan darah dicapai. Jika
target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan 2 obat, tambahkan dan titrasi obat ketiga dari
daftar yang tersedia. Jangan gunakan ACE-I dan ARB bersama-sama pada satu pasien. Jika target
tekanan darah tidak dapat dicapai karena kontraindikasi atau perlu menggunakan lebih dari 3 obat
obat antihipertensi, kelas lain dapat digunakan.
Komplikasi hipertensi dapat mengenai berbagai organ target, seperti jantung (penyakit
jantung iskemik, gagal jantung), otak (stroke), ginjal (gagal ginjal), dan mata (retinopati). Kerusakan
organ tersebut bergantung pada tingginya tekanan darah pasien dan berapa lama tekanan darah
tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak diobati. Dalam studi metanalisis yang mencakup 61 studi
observasional prospektif pada 1 juta pasien, ditemukan bahwa penurunan rerata tekanan darah
sistolik sebesar 2 mmHg dapat menurunkan risiko mortalitas akibat penyakit jantung iskemik
sebesar 7% dan menurunkan risiko mortalitas akibat stroke sebesar 10%. Tercapainya target
penurunan tekanan darah sangat penting untuk menurunkan kejadian kardiovaskuler pada pasien
hipertensi.
Kepatuhan terhadap penggunaan obat merupakan dasar untuk mencapai tekanan darah
terkontrol. Kepatuhan didefinisikan sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan
rekomendasi yang disepakati dari penyedia layanan kesehatan. Pasien yang patuh sering secara
signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami peningkatan tekanan darah. Beberapa
139
Prosiding the 1st Seminar Nasional ADPI Mengabdi Untuk Negeri Peran Pengabdian Masyarakat dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan dan Kesejahteraan Masyarakat di Era Revolusi Industri 4.0 Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020, 137-141
faktor yang berefek pada kepatuhan pasien diantaranya karakteristik demografi, keparahan
penyakit, rejimen obat yang kompleks (jumlah obat dan jumlah pemberian per hari), kelas obat
(toleransi dan efek samping obat), ingatan pasien dan pasien sulit memahami tentang penyakitnya.
Seperti yang dilaporkan oleh World Health Organization, kepatuhan terhadap pengobatan
pada pasien dengan penyakit kronis rata-rata hanya sekitar 50% di negara maju. Situasi ini bahkan
lebih buruk di negara berkembang karena akses yang buruk terhadap obat-obatan dan pelayanan
kesehatan. Beberapa faktor yang berefek pada kepatuhan pasien diantaranya karakteristik
demografi, keparahan penyakit, rejimen obat yang kompleks (jumlah obat dan jumlah pemberian
per hari), kelas obat (toleransi dan efek samping obat), ingatan pasien dan pasien sulit memahami
tentang penyakitnya.
METODE KEGIATAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional
untuk mengetahui tingkat kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien hipertensi di RSUP M
Djamil Padang. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Februari 2020 di RSUP M. Djamil Padang.
Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah dikarenakan RSUP M. Djamil Padang merupakan rumah
sakit rujukan di kota Padang.
Populasi dari penelitian ini adalah pasien hipertensi yang menjalani rawat inap maupun rawat
jalan di RSUP M Djamil Padang. Sampel yang dipilih pada penelitian ini berdasarkan counsecutive
sampling. Jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini sekitar 75 orang. Pasien yang
didiagnosis hipertensi disertakan dalam penelitian ini. Kriteria inklusi diantaranya hipertensi esensial
dan bersedia ikut penelitian. Kriteria ekslusi diantaranya hipertensi emergensi, hipertensi urgensi,
hipertensi dengan komplikasi (stroke, gagal jantung, penyakit ginjal kronik).
Berdasarkan tingkat kepatuhan dibanding dengan tekanan darah paling banyak pada tingkat
kepatuhan rendah (60 %) lalu tingkat kepatuhan sedang (31 %) dan tingkat kepatuhan tinggi (9 %).
140
Prosiding the 1st Seminar Nasional ADPI Mengabdi Untuk Negeri Peran Pengabdian Masyarakat dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan dan Kesejahteraan Masyarakat di Era Revolusi Industri 4.0 Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020, 137-141
REFERENSI
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013. Riset
kesehatan dasar.
Burnier M. 2015. Drug adherence in hypertension. Pathophysiology and Pharmacotherapy of
Cardiovascular Disease : Springer International Publishing, Switzerland : 919–933
Williams, Bryan, Giuseppe Mancia, Wilko Spiering, Enrico Agabiti Rosei, Michel Azizi, Michel Burnier,
et al, 2018, ESC/ESH Guidelines for the management of arterial hypertension. European Heart
Journal : 39, 3021–3104
Whelton, Paul K., Robert M. Carey, Wilbert S. Aronow, Donald E. Casey, Karen J. Collins, Cheryl
Dennison Himmelfarb, et al, 2017. ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/
ASH/ASPC/NMA/PCNA Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of
High Blood Pressure in Adults : American College of Cardiology Foundation and the American
Heart Association.
141