HUMANITAS Vol. 12 No. 2 .
90-104 ISSN 1693-7236
DESENSITISASI SISTEMATIK DENGAN DZIKIR TASBIH UNTUK
MENURUNKAN SIMTOM KECEMASAN PADA GANGGUAN FOBIA
SPESIFIK
Rani Azmarina
Sartian Learning Center, Jl. Diponegoro No 21, Pekanbaru
[email protected]
Abstract
This research aim is to know the effect of systematic desensitization by tasbeeh dhikr to
reduce anxiety symptoms of specific phobia. It was a quasi experimental study with pretest-
posttest control group design. The data collection was using phobia anxiety scale which
refers to four aspects which were physiological, emotional, cognitive and behavioral, then
conducted interviews and observations. Intervention was carried out four times during
the two weeks meeting. This research subjects were female students who had a phobia
from certain object consisting of six people, three people as the experimental group and
the other three people were the control group. The results of the analysis, which was
conducted using Mann Whitney test showed significant results with the value of p
= 0.046 (p < 0,05). The result from Friedman test also showed significant results with p
= 0.028 (p < 0,05). Mann Whitney analysis results showed that the interventions have a
significant influence on the emotional and behavioral aspect with p = 0.046, whereas on
physiological and cognitive aspects, the intervention did not have significant influence
with the p value each of which p = 0.261 (p > 0.05) for the physiological and p = 0.376 (p
> 0.05) for cognitive. The conclusion is that systematic desensitization by tasbeeh dhik r
may reduce the anxiety symptom of specific phobia.
Keyword: specific phobia, systematic desensitization by tasbeeh dhikr, the symptoms of
anxiety
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desensitisasi sistematik dengan
dzikir tasbih untuk menurunkan simtom kecemasan pada gangguan fobia spesifik. Penelitian
ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan pretest-posttest control group design.
Pengumpulan data menggunakan skala fobia yang mengacu dari empat aspek kecemasan
yakni fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku, kemudian melakukan wawancara, dan
observasi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswi yang memiliki fobia terhadap benda
berjumlah 6 orang, tiga orang sebagai kelompok perlakuan dan tiga orang sebagai kelompok
kontrol. Hasil analisis dengan uji Mann Whitney menunjukkan hasil yang signifikan dengan
nilai p = 0,046 (p < 0,05). Hasil uji Friedman Test menunjukkan hasil yang signifikan
dengan nilai p = 0,028 (p < 0,05). Hasil analisis Mann Whitney menunjukkan bahwa
91
intervensi yang dilakukan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap aspek emosional
dan perilaku dengan masing – masing nilai p = 0,046 (p < 0,05), sedangkan untuk aspek
fisiologis dan aspek kognitif, intervensi yang dilakukan tidak memberikan pengaruh yang
signifikan dengan masing-masing nilai p = 0,261 (p > 0,05) untuk fisiologis dan nilai
p = 0,376 (p > 0,05) untuk aspek kognitif. Kesimpulan menunjukkan bahwa intervensi
desensitisasi sistematik dengan dzikir tasbih dapat menurunkan simtom kecemasan pada
gangguan fobia spesifik.
Kata kunci: desensitisasi sistematik dengan dzikir tasbih, fobia spesifik, simtom
kecemasan
Pendahuluan laba membuat penderita fobia ini mengalami
peningkatan tekanan darah, jantung berdebar,
Menurut Anxiety Disorders Assosiation
dan peningkatan sekresi hormon kortisol.
of American (ADAA, 2012) rasa cemas
Fobia bisa diderita oleh siapa saja tanpa
adalah bagian normal dalam kehidupan.
batasan usia dan jenis kelamin. Penderita
Rasa cemas adalah cara tubuh untuk
fobia menyadari bahwa ketakutannya tidak
memberitahu sesuatu yang tidak benar.
beralasan dan berlebihan, namun ia sendiri
Rasa cemas menjaga diri dari bahaya dan
tidak berdaya untuk mengatasinya. Pada
mempersiapkan diri untuk bertindak cepat
tingkat yang ekstrim, penderita fobia akan
dalam menghadapi bahaya tersebut, namun
merasa menjadi tidak normal karena
bagi sebagian individu mengalami rasa
ketakutan yang membayanginya (Sudirjo,
cemas yang terus menerus, tidak rasional
2012).
dan luar biasa. Hal tersebut kemungkinan
DSM-IV-TR (Diagnostic and
juga dapat menghalangi aktivitas sehari-
Statistical Manual of Mental Disorders
hari atau bahkan tidak. Istilah gangguan
4th edition, Text Revision) (2000),
kecemasan menggambarkan sekelompok
mengklasifikasikan fobia menjadi 3 tipe :
kondisi termasuk gangguan kecemasan
pertama, agorafobia yaitu ketakutan akan
menyeluruh (General Anxiety Disorder),
keramaian dan tempat terbuka. Kedua,
gangguan obsesif-kompusif (Obsessive
fobia sosial yaitu ketakutan diamati dan
Compulsive Disorder), gangguan panik,
dipermalukan di depan publik. Ketiga,
gangguan stres pasca trauma (Post Traumatic
fobia spesifik yaitu ketakutan tidak rasional
Stress Disorder), gangguan kecemasan
terhadap objek atau situasi tertentu. Pada
sosial dan fobia spesifik .
penelitian ini akan berfokus mengenai fobia
Fobia berbeda dengan ketakutan
spesifik.
yang biasa. Fobia adalah ketakutan
Fobia spesifik adalah ketakutan
yang hebat, di luar proporsi tuntutan
yang irasional terhadap objek atau situasi
situasi. Fobia tidak memiliki alasan yang
tertentu yang sangat mengganggu fungsi
rasional dan di luar kontrol si penderitanya.
kehidupan sehari-hari. Pengertian lain dari
Banyak orang tidak suka dengan ular atau
specific phobia, yaitu gangguan dengan
laba-laba, tapi beberapa orang memiliki
karakteristik klinis berupa kecemasan yang
ketakutan yang berlebihan, bahkan sebuah
ditimbulkan karena individu berhadapan
gambar atau pikiran tentang ular atau laba-
dengan stimulus fobia tertentu. Penderita
Desensitisasi Sistematik dengan Dzikir Tasbih untuk Menurunkan Simtom Kecemasan pada 92
Gangguan Fobia Spesifik
fobia tidak kehilangan kontak dengan psikologis yang paling banyak daitemukan
realita, individu tersebut biasanya di AS dan di seluruh dunia, sebagaimana
mengetahui bahwa ketakutan yang dialami ketakutan biasa, rasio fobia-fobia spesifik
itu berlebihan dan tidak wajar. Penderita didominasi oleh perempuan dan hal ini
fobia mengalami ketakutan untuk hal-hal juga konsisten di seluruh dunia (Durand dan
yang menurut kebanyakan orang pada Barlow, 2006).
umumnya adalah biasa. Individu dengan Desensitisasi sistematik (DS)
gangguan fobia menghindari situasi- merupakan terapi perilaku yang pertama kali
situasi yang menimbulkan kecemasan dan digunakan secara luas untuk menangani fobia
atau panik, pada penderita fobia spesifik (Wolpe, 1958). Individu yang menderita
ketakutan itu difokuskan pada objek atau fobia membayangkan serangkaian situasi
situasi tertentu (Durand, 2006). yang semakin menakutkan sementara berada
Fobia spesifik menurut Nevid (2005) dalam kondisi relaksasi mendalam. Bukti-
seringkali bermula pada masa kanak- bukti dan eksperimen mengindikasikan
kanak. Banyak anak yang mengembangkan bahwa teknik ini efektif untuk menghapuskan
ketakutan terhadap objek atau situasi atau minimal mengurangi fobia (Davison,
spesifik, ada yang berlalu begitu saja namun 2006). Desensitisasi sistematik suatu teknik
ada pula yang berlanjut menjadi kronis terapi perilaku untuk menghilangkan
yang signifikan secara klinis (Ambarita, respon cemas ini didasarkan pada
2013). Fobia spesifik merupakan gangguan prinsip counterconditioning dan reciprocal
kecemasan yang paling sering terjadi, sekitar inhibition (hambatan timbal balik) yang
7% wanita dan 4,3% pria mengalami fobia menyatakan bahwa jika suatu penghambat
spesifik setiap periode 6 bulan. Beberapa respon cemas dapat diciptakan pada saat
fobia spesifik misalnya takut binatang, hadirnya stimulus yang menimbulkan
kegelapan atau orang asing mulai timbul cemas, maka penghambat ini akan
pada masa kanak-kanak. Banyak fobia memperlemah ikatan antara stimulus dengan
yang menghilang setelah penderita beranjak kecemasan. Caranya dengan menghadapkan
dewasa. Fobia lainnya misalnya takut hewan secara bertahap klien yang sedang dalam
pengerat, serangga, badai, air, ketinggian, keadaan rileks kepada situasi atau obyek
terbang atau tempat tertutup baru timbul yang menyebabkan ia cemas (Muslichah,
di kemudian hari. Sebanyak 5% penduduk 2005).
menderita fobia tingkat tertentu pada darah, Dzikir merupakan suatu perbuatan
suntikan atau cedera, dan penderita bisa mengingat, menyebut, mengerti, menjaga
mengalami pingsan, yang tidak terjadi pada dalam bentuk ucapan-ucapan lisan, gerakan
fobia maupun penyakit kecemasan lainnya, hati atau gerakan anggota badan yang
sebaliknya banyak penderita penyakit mengandung arti pujian, rasa syukur dan
kecemasan yang mengalami hiperventilasi, do’a dengan cara-cara yang diajarkan oleh
yang menimbulkan perasaan akan pingsan, Allah dan Rasul-Nya, untuk memperoleh
tetapi mereka tidak pernah benar-benar ketentraman batin, atau mendekatkan
pingsan (Sudirjo, 2012). diri (taqarrub) kepada Allah, dan agar
Berbagai macam ketakutan spesifik memperoleh keselamatan serta terhindar
pada umumnya banyak dialami oleh banyak dari siksa Allah (Suhaimie, 2005). Abu
orang. Fobia spesifik memiliki persentase Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata,
tinggi sehingga menjadi salah satu gangguan ”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
93
bersabda, ”mengucapkan ”Subhanallah”, Ini berarti bahwa pelatihan dzikir cukup
”Alhamdulillah”, ”Laa ilaha Illallah”, dan memberi pengaruh dalam menurunkan
”Allahu Akbar” lebih aku sukai dari semua tingkat afek negatif.
yang terkena sinar matahari”(Bayumi, Salah satu manfaat dzikir adalah
2005). untuk menghilangkan perasaan–perasaan
Manfaat dan faedah dari dzikir sangat negatif yang ada pada diri individu,
banyak tercantum dalam Al – Quran salah misalnya kecewa bila seseorang merasa
satunya adalah Surat Ar Ra’ad ayat 28 : kecewa karena nilainya tidak memuaskan
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan atau kecewa karena temannya bersikap
hati mereka menjadi tenteram dengan tidak menyenangkan perasaan kecewa
mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan ini tidak perlu dipelihara terus- menerus.
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. Berdzikir dan berdoa seseorang akan
Menurut Ramadhanny (2015), orang-orang dapat menghapus perasaan negatif yang
yang menyukai berpergian, banyak diantara dirasakan. Berdoa dianjurkan dengan
orang tersebut yang mengalami ketakutan optimis, sehingga perasaan negatif yang
terhadap bepergian dengan pesawat atau dirasakan akan berganti dengan harapan
terbang. Sebagian orang yang mengalami yang lebih positif (Iqbal, 2003). Frager
fobia spesifik mempunyai solusi untuk (1999) juga mengemukakan salah satu
mengatasi fobianya, salah satunya dengan fungsi dzikir adalah untuk membersihkan
banyak berdzikir dan berdoa. Berserah diri kotoran dalam hati seperti marah, dendam
kepada sang pencipta melalui doa memang atau permusuhan, dan akan menguatkan hati
merupakan salah satu cara terbaik untk seseorang sehingga tidak mudah tegang,
mengatasi fobia terbang. Melalui berdzikir takut, atau gelisah. Banyak berdzikir akan
dan membaca doa, bathin dan psikologis mengikis perasaan-perasaan negatif yang
akan menjadi lebih tenang karena persoalan dimiliki individu.
hidup dan mati adalah sepenuhnya urusan Berdasarkan uraian di atas maka
sang pencipta. hipotesis yang diajukan pada penelitian
Penelitian yang dilakukan ini adalah teknik desensitisasi sistematik
Maimunah (2011) mengenai relaksasi dengan dzikir tasbih dapat berpengaruh
dengan dzikir untuk menguji pengaruh untuk menurunkan simtom kecemasan pada
program pelatihan relaksasi dengan dzikir gangguan fobia spesifik.
untuk mengurangi kecemasan ibu hamil.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Metode Penelitian
terapi relaksasi yang disertai dengan dzikir
atau berbasis keislaman terbukti dapat Variabel bebas dalam penelitian ini
meningkatkan kesehatan mental dengan cara yaitu desensitisasi sistematik dengan dzikir
mengurangi kecemasan subjek. Supradewi tasbih. Variabel tergantung dalam penelitian
(2008) mengemukakan pelatihan dzikir ini adalah fobia spesifik. Desensitisasi
berpengaruh dalam menurunkan tingkat sistematik dengan dzikir tasbih a dalah
afek negatif mahasiswa, terdapat perbedaan treatment yang digunakan dalam penelitian
yang signifikan penurunan rerata tingkat ini d a n menjadi acuan untuk menyusun
afek negatif pada kelompok eksperimen modul intervensi pada subjek yang
terutama antara post-test 1 dan post-test memiliki gangguan fobia benda. Modul ini
2, antara pre-test dan post-test 2. H a l menekankan pada tiga tahap yang mengacu
Desensitisasi Sistematik dengan Dzikir Tasbih untuk Menurunkan Simtom Kecemasan pada 94
Gangguan Fobia Spesifik
dari Wolpe, yaitu : tahap menyusun hirarki Instrumen atau alat-alat dalam
kecemasan, tahap latihan relaksasi dengan penelitian berupa skala fobia yang
tambahan dzikir tasbih, dan terakhir tahap diujicobakan pada 30 mahasiswa Fakultas
desensitisasi sistematik atau membayangkan Psikologi UAD Yogyakarta, memperoleh
stimulus. konsistensi internal berkisar antara 0,348
Fobia spesifik adalah skor yang sampai 0,977, dan reliabilitas Alpha sebesar
diperoleh subjek dari skala fobia yang 0,959. Instrumen lain yang digunakan dalam
mengukur respon kecemasan fobia yaitu pengumpulan data adalah wawancara dan
berupa aspek fisiologis, aspek emosional, observasi. Wawancara digunakan ntuk
aspek kognitif, aspek perilaku. Semakin memperoleh gambaran mengenai gangguan
tinggi skor total maka semakin tinggi tingkat fobia spesifik pada subjek, pada saat sebelum
fobia yang dimiliki oleh subjek, sebaliknya intervensi, setelah intervensi. Observasi
semakin rendah skor total yang diperoleh dilakukan untuk mengamati secara langsung
subjek maka semakin rendah pula tingkat gangguan fobia spesifik subjek. Instrumen
fobia yang dimiliki oleh subjek. Subjek terakhir yang digunakan untuk mendukung
penelitian adalah orang yang memiliki fobia penelitian ini adalah modul desensitisasi
terhadap suatu benda tertentu. sistematik dengan dzikir tasbih. Modul ini
Partisipan penelitian ini adalah terdiri dari 4 tahap yaitu : (1) Persiapan dan
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Menyusun hirarki kecemasan, (2) Latihan
Ahmad Dahlan. Karakteristik partisipan relaksasi dengan dzikir tasbih yakni lafadz
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Subhanallah, (3) Pelaksanaan desensitisasi
(1) mahasiswi beragama islam (2) Berusia sistematik dengan dzikir tasbih, (4) Lanjutan
19 – 25 tahun (dewasa awal) (3) Memiliki desensitisasi sistematik dengan dzikir tasbih
fobia terhadap benda (4) Tidak sedang dan dan penutup.
belum pernah mengikuti intervensi psikologi Rancangan modul desensitisasi
untuk mengatasi fobia spesifik (5) Bersedia sistematik dengan dzikir tasbih secara
mengikuti keseluruhan proses intervensi. lengkap disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Rancangan Kegiatan Desensitisasi Sistematik dengan Dzikir Tasbih
Pertemuan Keterangan Bentuk kegiatan
1 Persiapan - Pertemuan pertama diisi dengan membuka
(perkenalan, kontrak pertemuan dan perkenalan masing – masing
kegiatan, edukasi peserta.
mengenai fobia dan
- Perkenalan dan membangun hubungan awal
tritmen) dan
Menyusun hirarki
dengan peserta
kecemasan - Menyampaikan aturan tata tertib dan kontrak
dalam pertemuan
- Memberi pengantar mengenai fobia dan
desensitisasi sistematik dengan dzikir tasbih
- Eksplorasi masalah dari masing–masing peserta
- Berbagi pengalaman masing-masing peserta.
- Mengidentifikasi stimulus yang membangkitkan
kecemasan
95
2 Intervensi - Menyusun daftar tingkat kecemasan peserta
Latihan relaksasi dalam situasi tertentu
dengan dzikir tasbih - Menyusun daftar bertingkat mengenai situasi
dari taraf kecemasan paling rendah hingga
paling tinggi dengan rentang skala 0 – 100.
- Mengkategorikan kartu ke dalam 5 kelompok
sesuai dengan kategori kecemasan rendah,
sedang, dan tinggi
- Psikoedukasi relaksasi
- Bagaimana cara-cara relaksasi yang benar
- Bagaimana cara mengendurkan dan melemaskan
bagian-bagian otot tertentu
- Pengantar mengenai dzikir tasbih yang
digunakan
- Melakukan dzikir tasbih (pernapasan, otot, dan
imajeri)
- Refleksi dari relaksasi yang sudah dilakukan.
- Pertemuan keempat diisi dengan memberi
informasi mengenai teknik desensitisasi
sistematik
3. Pelaksanaan - Membacakan peristiwa kecemasan dimulai
desensitisasi sistematik dari kecemasan netral lalu kemudian secara
dengan dzikir tasbih
bertingkat berlanjut pada hirarki terendah dan
seterusnya sesuai dengan kartu yang telah
disusun oleh masing-masing peserta.
- Peserta membayangkan peristiwa yang
dibacakan (10 – 30 detik)
- Peserta melakukan dzikir tasbih
- Mencatat kembali tingkat kecemasan
- Refleksi dari tritmen yang dilakukan
- Pertemuan kelima melanjutkan kembali
- Pelaksanaan desensitisasi sistematik dimulai
dari kartu terakhir yang sanggup dibayangkan
oleh masing- masing peserta.
Lanjutan pelaksanaan - Peserta melakukan dzikir tasbih
4. desensitisasi sistematik - Mencatat tingkat kecemasan
dengan dzikir tasbih - Melakukan tahap selanjutnya hingga semua
kartu tuntas dibacakan dan dibayangkan
- Refleksi dari tritmen yang dilakukan
- Pemberian post test, dan evaluasi seluruh
kegiatan
Desensitisasi Sistematik dengan Dzikir Tasbih untuk Menurunkan Simtom Kecemasan pada 96
Gangguan Fobia Spesifik
Penelitian ini bertujuan untuk diketahui bahwa terdapat perbedaan
mengetahui pengaruh desensitisasi simtom kecemasan pada fobia spesifik pada
sistematik dengan dzikir tasbih untuk kelompok eksperimen antara sebelum dan
menurunkan simtom kecemasan pada sesudah pemberian intervensi desensitisasi
gangguan fobia spesifik. Rancangan sistematik dengan dzikir tasbih.
eksperimen yang digunakan adalah pre-tcst- Hasil analisis menggunakan Friedman
post-test control group design. Kelompok Test menunjukkan nilai p = 0,028 (p < 0,05),
eksperimen mendapat pelatihan, kelompok hal ini menunjukkan bahwa intervensi
kontrol tidak dikenai perlakuan. Teknik desensitisasi sistematik dengan dzikir
analisis kuantitatif dengan uji statistik non- tasbih dapat memberikan pengaruh yang
parametric test dengan uji Mann- Whitney signifikan terhadap penurunan simtom
yakni menganalisis antara skor pre test dan kecemasan pada fobia spesifik. Hipotesis
skor post test untuk mengetahui simtom yang menyatakan desensitisasi sistematik
kecemasan fobia spesifik pada kelompok dengan dzikir tasbih berpengaruh dalam
subjek yang mendapat perlakuan dan menurunkan simtom kecemasan pada
kelompok subjek yang tidak mendapat gangguan fobia spesifik didukung oleh data
perlakuan. penelitian ini.
Perlakuan yang diberikan adalah Berdasarkan hasil uji analisis Mann
desensitisasi sistematik dengan dzikir Whitney dapat diketahui bahwa untuk aspek
tasbih, kemudian dilakukan analisis dengan fisiologis menunjukkan nilai p = 0,261 (p
Friedman Test pada tahap follow up untuk > 0,05) yang artinya tidak signifikan. Hal
mengukur tingkat simtom kecemasan ini berarti bahwa intervensi desensitisasi
fobia spesifik setelah proses penelitian. sistematik dengan dzikir tasbih tidak
Perhitungan anaIisis data dilakukan memberikan pengaruh terhadap aspek
dengan program SPSS 16.0 release fisiologis pada simtom kecemasan fobia
for Wmdows. Teknik analisis kualitatif spesifik. Aspek emosional menunjukkan
dilakukan terhadap data yang diperoleh nilai p = 0,046 (p< 0,05) yang artinya
dari hasil wawancara serta berdasarkan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil observasi dan refleksi pengalaman intervensi desensitisasi sistematik dengan
pada subjek saat diberikan perlakuan. dzikir tasbih dapat memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap aspek emosional
Hasil Dan Pembahasan pada simtom kecemasan fobia spesifik.
Aspek kognitif menunjukkan nilai
Subjek penelitian ini berjumlah p = 0,376 (p > 0,05) yang artinya tidak
6 orang, yakni 3 orang dari kelompok signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa
eksperimen dan 3 orang dari kelompok intervensi desensitisasi sistematik dengan
kontrol. Hasil analisis Mann Whitney dzikir tasbih tidak memberi pengaruh
Test menunjukkan nilai p = 0,046 (p < terhadap aspek kognitif pada simtom
0,05) yang artinya bahwa ada perbedaan kecemasan fobia spesifik, sedangkan untuk
simtom kecemasan pada fobia spesifik yang aspek perilaku menunjukkan nilai p = 0,046
signifikan antara kelompok kontrol dan (p < 0,05) yang artinya signifikan, artinya
kelompok eksperimen setelah diberikan bahwa intervensi desensitisasi sistematik
intervensi desensitisasi sistematik dengan dengan dzikir tasbih dapat memberikan
dzikir tasbih. Berdasarkan hasil analisis pengaruh yang signifikan terhadap aspek
97
perilaku pada simtom kecemasan fobia Allah SWT dan memahami maknanya
spesifik. bahwa Allah Maha Suci dan segala yang
Berdasarkan uraian di atas diciptakan yang di muka bumi adalah suci
dapat disimpulkan bahwa intervensi sehingga tidak perlu ditakuti, dibenci atau
desensitisasi sistematik dengan dzikir tasbih bahkan dijauhi. Keyakinan subjek bahwa
dapat memberikan pengaruh yang signifikan segala hal yang buruk maupun yang baik
terhadap aspek emosional dan aspek perilaku merupakan kehendak Allah SWT maka
pada simtom kecemasan fobia spesifik, dengan demikian individu menyerahkan
sedangkan untuk aspek fisiologis dan aspek sepenuhnya hanya kepada Allah SWT
kognitif, intervensi desensitisasi sistematik karena merasa dalam penjagaan dan
dengan dzikir tasbih tidak memberikan lindungan Nya, yang akan membangkitkan
pengaruh yang signifikan. perasaan aman, kepercayaan diri, kekuatan,
Dzikir dapat mengatasi simtom – tenteram dan bahagia.
simtom kecemasan sebagaimana firman Hasil penelitian ini menguatkan
Allah SWT dalam surat Ar - Ra’d ayat 28 penelitian-penelitian terdahulu yang terkait
yang artinya “(yaitu) orang – orang yang dengan konsep dzikir dan kecemasan
beriman dan hati mereka menjadi tentram yang pernah dilakukan, misalnya yang
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dilakukan oleh Sitepu (2009) hasilnya
dengan mengingat Allah – lah hati menjadi menunjukkan nilai yang signifikan pada
tentram”. Melalui proses berdzikir dengan pasien dengan operasi bedah pada bagian
demikian individu selalu mengingat Allah perut. Penelitian tersebut menggunakan
SWT dimanapun dan kapanpun. Dzikir tasbih kalimat Subhannallah, Alhamdullillah dan
dengan menggunakan lafadz Subhanallah Laa illahaillah sebanyak 33 kali dalam 10
yang bermakna maha suci Allah. Allah menit yang dilakukan pada hari pertama
adalah dzat yang harus disucikan dan dan kedua pasca operasi. Penelitian
tidak bergantung pada apapun. Segala yang dilakukan oleh Mardiyono (2007)
yang diciptakan oleh SWT adalah suci yang meneliti tentang efek dzikir terhadap
sehingga sebagai sesama makhluk ciptaan kecemasan pasien yang akan dioperasi
Nya tidak ada yang perlu ditakuti selain juga menunjukkan nilai yang signifikan
Allah SWT semata. Dzikir tasbih secara (p = <0.05). Penelitian tersebut (n = 70)
berulang – ulang merupakan sarana untuk menggunakan lafadz dzikir Subhannallah
menghindarkan individu dari gangguan dan selama 25 menit sebelum dilakukan operasi
kesulitan yang tidak disukai (Sholeh, 2010), dimana seluruh pasien menunjukkan hasil
seperti ketakutan, ketegangan, kegelisahan, tidak cemas.
kesulitan dan sebagainya. Manfaat dzikir secara psikologis antara
Individu yang memiliki fobia akan lain membantu bersifat tabah, menjaga diri
mengalami ketakutan, ketegangan dan dari perasaan cemas (Qarni, 2005). Fungsi
kegelisahan terhadap objek fobianya. Pada dzikir adalah untuk membersihkan kotoran-
saat individu melakukan dzikir tasbih kotoran hati seperti marah, dendam atau
secara terus menerus akan mengantarkan bermusuhan, dan menguatkan hati individu
kepada ketenangan jiwa dan bathin ketika sehingga tidak mudah tegang, takut, atau
mendapatkan sesuatu hal yang buruk. gelisah (Frager, 2009). Pada saat individu
Aktivitas dzikir tasbih tersebut menggantikan menghadapi objek fobia hal tersebut
ketakutan individu dengan fokus mengingat dapat membangkitkan simtom-simtom
Desensitisasi Sistematik dengan Dzikir Tasbih untuk Menurunkan Simtom Kecemasan pada 98
Gangguan Fobia Spesifik
kecemasan seperti takut, gelisah, dan disadari pun akan masuk ke dalam alam
ketegangan dalam dirinya. Melakukan dzikir bawah sadar individu (subconscious mind)
tasbih secara terus menerus melalui tahap dan memberikan sugesti (Supradewi, 2008).
desensitisasi sistematik akan membantu Pada penelitian ini dzikir yang
individu mengurangi kecemasan karena digunakan adalah lafadz Subhanallah yang
fokus dengan mengingat Allah yang Maha artinya Maha Suci Allah dengan penuh
Suci dan segala ciptaan Nya suci sehingga penghayatan dan pemahaman maknanya
menguatkan hati agar lebih tenang dalam maka individu tersebut meyakini bahwa
menghadapi objek fobia. hanya Allah SWT yang Maha Suci dan
Dzikir dapat menghidupkan hati segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah
seorang hamba, hidupnya hati dapat SWT adalah suci sehingga sebagai sesama
membuat bahagia di dunia dan di akhirat. makhluk ciptaan Allah SWT tidak ada yang
Individu yang benar - benar melakukan perlu ditakuti, dibenci dan bahkan dijauhi.
ibadah (dzikir) kepada Tuhannya, seperti Pada saat subjek membayangkan stimulus
halnya ia memberikan nutrisi pada waktu- fobia yang menimbulkan respon kecemasan
waktu tertentu demi menjaga kesehatan maka dengan adanya instruksi untuk
dirinya (Iqbal, 2003). Dzikir bermanfaat mengucapkan dzikir tasbih Subhanallah
untuk menghilangkan perasaan-perasaan (Maha Suci Allah) secara berulang-ulang,
negatif yang ada pada diri individu hal tersebut membantu subjek untuk
(Supradewi, 2008). Berdzikir dan berdoa mengalihkan perhatiannya terhadap rasa
seseorang akan dapat menghapus perasaan takut dan cemas yang dirasakan dan lebih
negatif yang dirasakan, selain itu juga fokus melakukan dzikir Subhanallah dan
dianjurkan berdoa dengan optimis, memahami maknanya sehingga perlahan-
sehingga perasaan negatif yang dirasakan lahan subjek menjadi lebih tenang dan
akan berganti dengan harapan yang lebih mampu mengurangi kecemasannya.
positif. Efek psikologis dari banyak berdzikir Dzikir yang dilakukan secara berulang-
akan mampu mengurangi perasaan-perasaan ulang dan terus menerus maka akan terjadi
negatif yang dimiliki individu. pemograman di dalam otak, mensugesti
Pada saat berdzikir dan memasuki alam bawah sadar individu, dan akhirnya
dzikir yang sungguh-sungguh dan memberi efek pada perilaku individu
disarankan untuk sejenak melupakan semua untuk menjadi lebih positif serta percaya
permasalahan dan persoalan serta hanya diri (Supardjo, 2009). Kesimpulannya
untuk mengingat Allah, gambaran di otak adalah pengucapan dzikir dengan lafadz
semua permasalahan menyingkir dan yang Subhanallah secara berulang-ulang dapat
sentral (utama) hanyalah AlIah. Individu membersihkan hati dari perasaan-perasaan
diberi sugesti bahwa semua permasalahan negatif seperti marah, dendam atau
adalah kecil, yang besar hanyalah Allah bermusuhan, dan juga akan menguatkan
SWT semata, yang berkuasa untuk menolong hati individu sehingga tidak mudah tegang,
hamba-Nya dan membantu menyelesaikan takut, atau gelisah seperti simtom-simtom
semua persoalan, maka gambaran di otak kecemasan yang dialami oleh individu yang
individu adalah semua persoalan itu kecil, memiliki fobia terhadap suatu benda.
sedangkan yang besar hanyalah Allah SWT. Berdasarkan analisis kualitatif,
Kalimat-kalimat dzikir yang didengarkan pada tahap pre test subjek A mengaku
dan diulang-ulang, otomatis secara tidak bahwa tingkat kecemasan terendah yang
99
dirasakan adalah ketika mendengar kata yang dirasakan adalah pada saat melihat
“buncis” dan tingkat kecemasan tertinggi balon dari jauh dan bahkan tidak melihatnya
adalah memikirkan dan mencium aroma dan tingkat kecemasan tertinggi yaitu saat
buncis. Pada tahap post test subjek balon berada di dekat subjek dan terdengar
menyatakan bahwa tingkat kecemasan suara gesekan dari balon. Pada tahap post
terendah yang dirasakannya saat ini adalah test mengaku sudah tidak merasakan cemas
mengucapkan kata “buncis” sedangkan lagi membayangkan balon baik dari jauh
tingkat kecemasan tertinggi yang dirasakan maupun dari dekat, namun masih merasa
adalah membayangkan buncis dari jarak terganggu dan takut jika mendengar suara
yang dekat. Berdasarkan uraian di atas gesekan balon. Ini menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa subjek sudah mampu subjek sudah mampu melalui tingkat
melalui tingkat kecemasan terendahnya kecemasan terendah hingga tertinggi, akan
dari mendengar kata “buncis” hingga pada tetapi masih merasa tidak nyaman jika
tahap mengucapkannya sendiri kata “buncis” mendengar suara balon bergesekan.
tersebut. Untuk kecemasan tertinggi subjek Subjek C pada tahap pre test tingkat
dari awalnya memikirkan buncis hingga kecemasan terendah yang dirasakan adalah
mampu membayangkan buncis dari jarak membayangkan kelengkeng dan tingkat
dekat. kecemasan tertinggi yang dirasakan
Hal ini juga ditunjukkan dari hasil adalah mencium aroma kelengkeng. Pada
observasi ketika pertemuan pertama pada tahap post test subjek menyatakan bahwa
sesi eksplorasi masalah subjek terlihat tingkat kecemasan terendah yang dirasakan
gelisah ketika mendengar kata “buncis” saat ini adalah berdekatan dengan orang
disebutkan oleh fasilitator serta tampak ragu yang makan kelengkeng sedangkan tingkat
– ragu ketika ingin menyebutkan “buncis” kecemasan tertinggi adalah mencium aroma
dan menggantinya dengan kata “sayur itu” kelengkeng. Berdasarkan penjelasan tersebut
bahkan ketika menuliskan objek fobia pada menunjukkan bahwa subjek sudah mampu
worksheets subjek sambil memalingkan melalui tingkat kecemasan terendahnya
wajahnya ke arah lain. Ketika tahap post dari membayangkan kelengkeng hingga
test subjek sudah berani menyebut kata pada tahap berdekatan dengan orang yang
“buncis” secara langsung dengan tingkat makan kelengkeng. Namun untuk tingkat
kecemasan terendah yang dirasakan. kecemasan tertinggi pada saat pre test dan
Subjek B menyatakan bahwa pada post test masih berada pada mencium aroma
tahap pre test tingkat kecemasan terendah kelengkeng.
Desensitisasi Sistematik dengan Dzikir Tasbih untuk Menurunkan Simtom Kecemasan pada 100
Gangguan Fobia Spesifik
Tabel 2. Hasil Analisis Kualitatif
Pretest Post Test
Subjek
Kecemasan Kecemasan Kecemasan terendah Kecemasan
terendah tertinggi tertinggi
A Mendengar Memikirkan Mengucapkan Membayangkan
kata “buncis” dan mencium kata “buncis” buncis dari jarak
aroma buncis. yang dekat.
B Melihat balon Berada dekat Mengaku sudah Hanya merasa
dari jauh dan dengan balon tidak merasakan sedikit terganggu
bahkan tidak dan terdengar cemas lagi dan takut jika
melihatnya suara gesekan membayangkan mendengar suara
dari balon balon baik dari gesekan balon
jauh maupun dari
dekat
C Membayangkan Mencium Berdekatan Mencium aroma
kelengkeng aroma dengan orang kelengkeng
kelengkeng yang makan
kelengkeng
Hasil penelitian di atas yang kesalahan dalam belajar dan berperilaku
menunjukkan adanya perubahan pada aspek serta untuk mengganti dengan pola-pola
emosional dan perilaku. Hal ini sejalan perilaku yang lebih dapat disesuaikan.
dengan pernyataan Corey (2007) bahwa Salah satu aspek yang paling penting dalam
salah satu manfaat dari teknik desensitisasi memodifikasi perilaku adalah penekanannya
sistematik yakni individu dapat melemahkan pada tingkah laku yang didefinisikan secara
atau mengurangi perilaku negatifnya tanpa operasional, teramati dan terukur (Ifdil,
menghilangkannya. Wolpe (Corey, 2007) 2012).
mengungkapkan bahwa teknik desensitisasi Corey (2005) mengemukakan
sistematik merupakan salah satu teknik tentang latar belakang dan sejarah teknik
perubahan perilaku yang didasari oleh desensitisasi sitematik melihat bahwa
teori atau pendekatan behavioral klasikal. rasa takut dipelajari lewat pengkondisian,
Pendekatan behavioral memandang manusia demikian juga sebaliknya rasa takut dapat
atau kepribadian manusia pada hakikatnya dihilangkan lewat pusat pengkondisiannya.
adalah perilaku yang dibentuk berdasarkan Desensitisasi sistematik dikembangkan
hasil pengalaman dari interaksi individu dalam tradisi behavioristik pada awal
dengan lingkungannya. tahun 1950 oleh Joseph Wolpe. Prosedur
Perhatian behavioral adalah pada treatment ini dilandasi oleh prinsip belajar
perilaku yang nampak, sehingga terapi counterconditioning, yaitu respon yang
tingkah laku mendasarkan diri pada tidak diinginkan digantikan dengan tingkah
penerapan teknik dan prosedur yang berakar laku yang diinginkan sebagai hasil latihan
pada teori belajar yakni menerapkan prinsip- yang berulang-ulang. Teknis desentisisasi
prinsip belajar secara sistematis dalam ini sangat efektif untuk menghilangkan rasa
proses perubahan perilaku menuju kearah takut atau fobia (Ifdil, 2012).
yang lebih adaptif untuk menghilangkan Asumsi dasar teknik ini adalah
101
respon ketakutan merupakan perilaku negatif seperti marah, dendam atau
yang dipelajari dan dapat dicegah dengan bermusuhan, dan juga akan menguatkan
menggantikan aktivitas yang berlawanan hati individu sehingga tidak mudah tegang,
dengan respon ketakutan tersebut. Respon takut, atau gelisah seperti simtom-simtom
khusus yang dihambat oleh proses perbaikan kecemasan yang dialami oleh individu yang
(treatment) ini adalah kecemasan-kecemasan memiliki fobia spesifik terhadap benda.
atau perasaan takut yang kurang beralasan Keberhasilan intervensi yang telah
dan respon yang sering dijadikan pengganti dicapai dalam menurunkan simtom
atas kecemasan tersebut adalah relaksasi kecemasan pada fobia spesifik terhadap
atau penenangan. Prinsip dasar desensitisasi benda dipengaruhi oleh beberapa faktor
adalah memasukkan suatu respon yang penting yang menentukan dalam suatu
bertentangan dengan kecemasan yaitu pelaksanaan intervensi yaitu penerimaan
relaksasi (Ifdil, 2012). dan antusias subjek dalam mengikuti seluruh
Modul yang dipersiapkan dalam rangkaian kegiatan dalam penelitian,
penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan modul intervensi desensitisasi
perilaku (behavioristik) dan spiritual sistematik dengan dzikir tasbih yang
yakni lebih menekan pada perubahan sebelumnya telah diujicoba dan lembar-
perilaku dan emosional subjek, tidak sampai lembar kerja subjek yang dibuat sedemikian
kepada tahap merubah kepercayaan yang rupa sehingga membantu subjek dalam
dimiliki subjek terhadap ketakutannya mengeksplorasi masalahnya. Pada saat
pada objek fobia sehingga tidak terjadi penyusunan modul intervensi terlebih dahulu
perubahan pada aspek kognitifnya dan dari dilakukan professional judgement pada
hasil analisis kuantitatif juga menunjukkan psikolog dan dosen yang berkompetensi
bahwa intervensi yang diberikan tidak terhadap intervensi yang akan diterapkan.
memberikan pengaruh yang signifikan pada Kemampuan fasilitator dalam keseluruhan
aspek kognitif dan fisiologis, oleh karena proses kegiatan, kondisi ruangan yang
itu jika ingin melakukan perubahan sampai kondusif dan sesuai untuk proses
kepada tahap kognitif subjek, maka perlu intervensi karena jauh dari kegaduhan dan
diperkuat dengan teknik kognitif perilaku fasilitas ruangan yang tersedia juga sangat
pada modul intervensi penelitian. membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan
secara terus menerus dan dilakukan penelitian ini. Menurut Greisharber (1994)
berulang-ulang pada saat subjek menghadapi bahwa beberapa faktor lain yang juga turut
respon kecemasan terhadap objek fobia, mempengaruhi keberhasilan suatu intervensi
hal ini merupakan aktivitas yang yakni modul, trainer, peserta dan fasilitas.
bertentangan dengan respon ketakutan Penelitian ini memiliki kelemahan
tersebut. Maka dengan demikian melakukan yakni tidak adanya kelompok pembanding
dzikir tasbih secara berulang-ulang akan yang menggunakan perlakuan desensitisasi
memunculkan keyakinan dan pemahaman sistematik saja tanpa dzikir tasbih
yang mendalam bahwa Allah Maha Suci, sehingga peneliti tidak bisa mengetahui
dan segala yang diciptakan oleh Allah SWT seberapa besar efektivitas dari kedua jenis
adalah suci sehingga tidak ada yang perlu perlakuan tersebut untuk menurunkan
ditakuti, dibenci dan dijauhi. Pengucapan simtom kecemasan bagi fobia spesifik.
dzikir dengan lafadz Subhanallah dapat Selain itu keterbatasan dalam jumlah
membersihkan hati dari perasaan-perasaan subjek yang didapatkan
Desensitisasi Sistematik dengan Dzikir Tasbih untuk Menurunkan Simtom Kecemasan pada 102
Gangguan Fobia Spesifik
Simpulan Freedom Technique) untuk mengatasi
gangguan fobia spesifik. Penelitian
Berdasarkan uraian hasil penelitian
Pengembangan IPTEKS, Universitas
maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa
Muhammadiyah Malang.
desensitisasi sistematik dengan dzikir
tasbih yang diberikan berpengaruh secara Arikawati, Y. (2014). Pelatihan bersyukur
signifikan dalam menurunkan simtom islam untuk meningkatkan
kecemasan pada gangguan fobia spesifik. kesejahteraan subjektif pada remaja
Intervensi akan lebih maksimal jika subjek panti asuhan. Tesis, Universitas Ahmad
terus melatih diri, menerapkan teknik-teknik Dahlan Yogyakarta.
yang sudah dipraktikkan agar subjek lebih
Ash-Shiddieqy, T.M.H. (2001). Al-Islam jilid
mampu mengontrol perilaku kecemasan
1. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
ketika menghadapi situasi yang tidak
nyaman terutama pada saat berhadapan Azwar, S. (2002). Penyusunan skala
dengan objek fobia. Peneliti selanjutnya psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
hendaknya menambahkan kelompok subjek
Azwar, S. (2005). Tes prestasi-fungsi dan
sebagai pembanding dalam penelitian yang
pengembangan pengukuran prestasi
menggunakan intervensi desensitisasi
belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
sistematik tanpa dzikir tasbih agar dapat
mengetahui seberapa besar efektivitas Azwar, S. (2006). Reliabilitas dan validitas.
intervensi tersebut bagi gangguan fobia Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, S.
spesifik. Dzikir tasbih seharusnya diperkuat (2007). Metode penelitian. Yogyakarta
dengan teknik gabungan yang sesuai : Pustaka Pelajar.
untuk merubah kognitif seperti terapi
Azwar, S. (2005). Psikometri. Yogyakarta :
kognitif perilaku (CBT).
Pustaka Pelajar.
Benson, H. (2000). Dasar-dasar respon
Daftar Pustaka
relaksasi: bagaimana menggabungkan
Ambarita, T. F. A. (2013). Problema fobia respon relaksasi dengan keyakinan
jarum suntik dan penanganannya pribadi anda. Bandung: Mizan
dengan pendekatan terapi behavior.
Benson, H. (2000). Respon relaksasi:
Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas
Teknik meditasi sederhana dan untuk
HKBP Nommensen Medan.
mengatasi tekanan hidup. Bandung:
Armasari, A. K. K. D., Dantes, N., & Sulastri, Mizan
M. (2013). Penerapan model konseling
Bienvenu, O.J., Hettema, J.M., Prescott. C.A.,
behavioral dengan teknik desensitisasi
Kendler, K.S. (2007). Low extraversion
sistematik untuk meminimalisasi
and high neuroticism as indices
tingkat kecemasan dalam proses
of genetic and environmental risk
pembelajaran siswa kelas VIII A2
for social phobia, agoraphobia, and
SMP Negeri 2 Sawan tahun pelajaran
animal phobia. The American Journal
2012/2013. Jurnal Pendidikan, 3, 1-11.
of Psychiatry, 164, 1714 – 1725.
Anwar, Z., & Niagara, S. T. (2011). Model
Capafóns, J. I., Sosa. C. D., & Avero, A.
terapi SEFT (Spiritual Emotional
(1998). Systematic desensitization
103
in the treatment for fear of flying. content/3849/543789029
Psychology in Spain, 2 (1), 11-16.
Iqbal, M. (2003). Pengaruh dzikir
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling untuk kecemasan. Diakses dari
& psikoterapi. Bandung: Refika www.bersamaislam.com
Aditama.
Latipun. (2006). Psikologi eksperimen.
DSM-IV. (1994). Diagnostic and statistic Malang : UMM Press.
manual of mental disorders. American
Lawrence, S. M., & McNeil, D. W. (2002).
Psychiatric Association.
Relaxation training. Ensyclopedia of
Davis, J. (1982). Treatment of a medical Psychotherapy. American Psychiatric
phobia including desensitization Association.
administered by a significant other.
Lestari, W. (2013). Desensitisasi sistematik
Journal of Psychosocial Nursing &
untuk menurunkan tingkat kecemasan
Mental Health Services, 20 (8), 6 – 18.
berbicara di depan umum pada
Davison, G.C. (2006). Psikologi abnormal. mahasiswa fakultas psikologi
Jakarta : Rajawali pers. universitas ahmad dahlan yogyakarta.
Tesis, Universitas Ahmad Dahlan
Diana & Wirawan, H.E. (2010). Penerapan
Yogyakarta.
cognitive behavior therapy (CBT)
untuk mengatasi fobia kecoa Maimunah, A., & Retnowati, S. (2011).
pada remaja. Arkhe Jurnal Ilmiah Pengaruh pelatihan relaksasi dengan
Psikologi, 15, 11-17. dzikir untuk mengatasi kecemasan ibu
hamil pertama. Psikoislamika Jurnal
Gaston, J.E., Abbott, J.M., Rapee, R.M., J.,
Psikologi Islam (JPI), 8, 1, 1-22.
Neary. S.A. (2006). Do empirically
supported treatments generalize to Maslim, Rusdi. (2012). (ed) .Pedoman
private practice? A benchmark study penggolongan dan diagnostik
of a cognitive-behavioural group gangguan jiwa III. Jakarta : PT. Nuh
treatment programme for social phobia. Jaya.
British Journal of Clinical Psychology,
Melianawati (2014). Penerapan CBT pada
45, 33-48
penderita fobia spesifik. Jurnal Ilmiah
Hadi, S. (2000). Metodologi research. Mahasiswa Surabaya, 3, 1 – 8.
Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Muslichah. (2005). Studi kasus tentang
Hasneli. (2011). Dzikir dan do’a sebagai penerapan terapi desensitisasi
kekuatan spiritual. Al Qolb Jurnal sistematik pada penderita fobia.
Psikologi Islam, 4 (1), 71 – 90. Tesis. Universitas Indonesia.
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/
Hawari, D. (1997). Do’a dan dzikir sebagai
libri2/detail.j
pelengkap terapi medis. Dana Bhakti
Prima Yasa. Najati, M. U. (1992). Psikologi dalam Al
qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Ifdil, D. (2012). Manfaat desensitisasi
sistematik bagi penderita ansietas. Najati, M. U. (2004). Psikoterapi dalam
Diakses dari almanhaj.or.id/ perspektif hadis. Jakarta: Pustaka
Desensitisasi Sistematik dengan Dzikir Tasbih untuk Menurunkan Simtom Kecemasan pada 104
Gangguan Fobia Spesifik
Husna. Najati, M. U. (2005). Al- dari kesehatan/takut-fobia.com
Qur’an dan psikologi. Terj. Jakarta:
Sanusi, E. V. (2014). Pelatihan dzikir
Aras Pustaka.
untuk menurunkan stress akademik
Nevid, J. (2005). Psikologi abnormal jilid I. mahasiswa fakultas farmasi universitas
Jakarta : Erlangga. ahmad dahlan. Tesis, Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Nolen, S. H. 2004. Abnormal psychology.
McGrawHill Companies, Inc. New Sarwono, J. (2006). Metode penelitian
York. kuantitatif & kualitatif. Graha Ilmu:
Yogyakarta.
Pasca Sarjana Psikologi Universitas Ahmad
Dahlan. (2012). Panduan pedoman Sholeh, M. (2002). Mengapa dan bagaimana
penyusunan tesis magister psikologi salat tahajud menyehatkan tinjauan dari
profesi. Yogyakarta. aspek psikoneuroimunologi. Makalah
Seminar. Semarang.
Piane, G. (2000). Contingency contracting
and systematic desensitization Sholeh, M. (2006). Terapi shalat tahajjud:
for heroin addicts in methadone Menyembuhkan berbagai penyakit.
maintenance programs. Journal of Jakarta: Hikmah, PT. Mizan Publika.
Psychoactive Drugs, 32 (3), 311 – 316.
Subandi, M. A. (2009). Psikologi dzikir.
Purwanto, S. (2010). Dzikir tasbih. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fakultas Psikologi Universitas
Sudirjo (2012). Fobia spesifik . Diakses dari
Muhammadiyah Surakarta.
fobia spesisifik.blogspot.com/2012/03/
Rajiah, K & Saravanan, C. (2014). The fobia-spesifik.html?m=1
effectiveness of psychoeducation
Supradewi, R. (2008). Efektivitas pelatihan
and systematic desensitization to
dzikir untuk menurunkan afek negatif
reduce test anxiety among first-year
pada mahasiswa. Jurnal Psikologi 1
Pharmacy Students. American Journal
(2),199 – 215.
of Pharmaceutical Education, 78 (9),
163 – 168. Ventis, W. L., Higbee, G., & Murdock, A.
S. (2001). Using humor in systematic
Ramadhanny, F. (2015, Februari 06).
desensitization to reduce fear. The
Aneka tips praktis traveler
Journal of General Psychology, 2,
mengatasi fobia terbang. Diakses
(182) 241-253.
dari www.detik.travel.com/100ide/
read/2015/02/06/185425/2826186/ Wolpe, J. (1961). The systematic
desensitization treatment of neuroses.
Rout, U. R., & Rout, J. K. (2002). Stress
Journal of Nervous and Mental
management for primary health care
Diseases, 132, 180-203.
professionals. New York: Kluwer
Academic Publishers. Yim, L. (2006). Belonephobia – a fear of
needles. Aust Fam Physician, 35,
Saleh, A. Y. (2010). Berdzikir untuk kesehatan
623–4.
syaraf. Jakarta: Penerbit Zaman.
San, B. (2013). Pengertian phobia. Diakses