Desain Water Treatment Menggunakan Karbo
Desain Water Treatment Menggunakan Karbo
Desain Water Treatment Menggunakan Karbo
•/Z [ ,, Volume 39 Nomor 3, Oktober 2014 Halaman 136-143 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
(Design Water Treatment by using Activated Carbon from Oil Palm Shell in treatment at the water
treatment process Martapura river)
ABSTRACT
South Kalimantan is an area that has many streams one Martapura river. Most communities
around the river banks utilize for domestic purposes such as drinking, cooking, washing, and
bathing. However, the current water quality have been unsuitable, even dangerous classified.
Effective method used to reduce pollutant elements of physical, chemical, biological and one of
them is by using activated carbon filtration. Raw materials can be developed as activated carbon is
an oil palm shell waste from palm oil processing industry / crude palm oil (CPO). The purpose of
this study was to determine the water quality of physical, chemical and biological water treatment
process using activated carbon from palm shell.Observations were made of the physical parameters
(turbidity, color and TSS), chemical (iron (Fe), manganese (Mn)), biology (coliform). The best
treatment at the water treatment process Martapura river with the design of water treatment using
activated carbon from palm shell is using an activated carbon filter. This treatment can produce
clean water in accordance with the standards PERMENKES No. 416 of 1990 and PP water quality
standards 82 of 2001 results obtained 1st class is the physics of water quality color TCU 0.0020,
0.11 NTU turbidity and TSS 0.428 mg / l, the chemical water quality of iron (Fe) 0.0249 mg / l and
manganese (Mn) of 0.0063 mg / l, and biological water quality of the coliform bacteria numbered
7/100 ml.
Keywords : river, activated carbon, palm shell.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan percobaan di
lapangan dan di laboratorium menggunakan
rancangan perlakuan tunggal yaitu banyaknya
filter karbon aktif yang terdiri dari 3 taraf
perlakuan. Jenis perlakuan yang digunakan
adalah P0 :sand filter(kontrol) (sand filter +
cartridge filter), P1 : 1 filter karbon aktif
(sand filter + satu filter karbon aktif +
cartridge filter), P2: 2 filter karbon aktif
(sand filter + dua filter karbon aktif +
cartridge filter) dan P3 : 3 filter karbon aktif
(sand filter + tiga filter karbon aktif +
cartridge filter) Gambar 1. Unit Pengolahan Air Bersih
Pada media sand filter (P0) kontrol, Pada media sand filter (P0) kontrol,
yaitu menggunakan pasir silika kadar warna yaitu menggunakan pasir silika kadar
dalam air tidak mengalami perubahan yaitu kekeruhan dalam air tidak mengalami
tetap 0,002 TCU dan pada media karbon aktif perubahan yaitu tetap 0,7 NTU pada proses
filter menggunakan karbon aktif dari filtrasi menggunakan sand filter kadar warna
cangkang kelapa sawit, yang dilakukan proses tidak mengalami penurunan. Pada media
filtrasi satu kali (P1), dua kali filtrasi (P2) dan karbon aktif filter menggunakan karbon aktif
140
•/Z [ ,, Volume 39 Nomor 3, Oktober 2014 Halaman 136-143 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
dari cangkang kelapa sawit, yang dilakukan pengolahan dengan proses koagulasi dan
proses filtrasi satu kali (P1), kadar kekeruhan flokulasi (K) dengan menggunakan koagulan
dalam air mengalami penurunan menjadi 0,11 PAC kadar TSS mengalami penurunan
NTU. Penurunan kadar kekeruhan ini diduga menjadi 0,0059 mg/l.
karena pada filter karbon aktif daricangkang Pada media sand filter (P0) kontrol,
kelapa sawit ini memiliki pori-pori yang luas yaitu menggunakan pasir silika kadar TSS
sehingga terjadi proses adsorpsi, yaitu proses dalam air tidak mengalami perubahan yaitu
penyerapan senyawa-senyawa yang tetap 0,0059 mg/l, pada proses filtrasi
menyebabkan kekeruhan seperti bahan-bahan menggunakan sand filter kadar TSS tidak
organik dan partikel-partikel kecil yang mengalami penurunan diduga karena daya
tersuspensi serta lumpur akan dihilangkan adsorpsi dari pasir silika tidak mampu lagi
oleh permukaan karbon aktif tersebut. menyerap padatan-padatan yang tersuspensi
Pada proses dua kali filtrasi (P2) dan dalam air karena berukuran sangat kecil
tiga kali filtrasi (P3) kadar kekeruhan sehingga dapat lolos dari filter tesebut. Pada
mengalami peningkatan, yaitu 0,35 NTU (P2) proses satu kali filtrasi, dua kali filtrasi (P2)
dan 0,38 NTU (P3), namun masih memenuhi dan tiga kali filtrasi (P3) menggunakan filter
standar baku mutu. Pada proses filtrasi karbon aktif, kadar TSS mengalami
menggunakan karbon aktif filter kadar peningkatan menjadi 0,428 mg/l (P1), 0,379
kekeruhan mengalami peningkatan diduga mg/l (P2) dan 0,381 mg/l (P3), tetapi masih
karena karbon aktif yang digunakan tidak memenuhi standar baku mutu, semakin
mampu menyerap bahan-bahan yang tingginya kadar TSS dalam air akan
menyebabkan kekeruhan pada air selain itu, mempengaruhi tingkat kekeruhan dalam air
hal ini juga dapat terjadi karena adanya seperti yang terlihat pada Gambar 42 kadar
partikel karbon aktif yang tersuspensi kekeruhan mengalami peningkatan yaitu 0,35
kedalam proses pengolahan air. NTU (P2) dan 0,38 NTU (P3). terjadinya
peningkatan TSS diduga karena terbawanya
Total Suspended Solid (TSS) partikel-partikel koloid yang tersuspensi
Berdasarkan grafik yang tertera pada tersebut yang berupa senyawa organik atau
Gambar 4 diketahui bahwa kadar TSS pada anorganik yang masih melekat pada karbon
air sungai (S) sebelum dilakukan proses aktif serta pada proses pencucian karbon aktif
pengolahan adalah 13,62 mg/l hasil ini sudah masih kurangn bersih serta daya adsorpsi dari
karbon aktif tersebut tidak mampu menyerap
secara maksimal.
Parameter Kimia
Besi (Fe)
Berdasarkan grafik yang tertera pada
Gambar 5 diketahui bahwa kadar besi pada
air sungai (S) sebelum dilakukan proses
pengolahan adalah 1,236 mg/l hasil ini masih
belum memenuhi standar baku mutu air
bersih PERMENKES No. 416 Tahun 1990
yaitu kurang dari 1,0 mg/l dan standar baku
Gambar 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap mutu tentang kualitas air PP No. 82 Tahun
Kadar TSS Dalam Air 2001 Kelas 1yaitu kurang dari 0,3 mg/l,
Setelah dilakukan pengolahan dengan proses
memenuhi standar baku mutu tentang kualitas koagulasi dan flokulasi (K) dengan
air PP No. 82 Tahun 2001 Kelas 1yaitu menggunakan koagulan PAC kadar besi
kurang dari 50 mg/l, Setelah dilakukan dalam air mengalami penurunan menjadi
0,1359 mg/l sehingga sesuai dengan baku
141
•/Z [ ,, Volume 39 Nomor 3, Oktober 2014 Halaman 136-143 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
mutu air bersih PERMENKES No. 416 Tahun mampu menyerap senyawa-senyawa besi lagi
1990 dan PP No. 82 Tahun 2001. Kelas secara maksimal.
1.Pada media sand filter (P0) kontrol, yaitu
menggunakan pasir silika kadar besi dalam air Mangan (Mn)
mengalami penurunan yaitu tetap 0,1238 mg/l Berdasarkan grafik yang tertera pada
pada proses filtrasi menggunakan sand filter Gambar 6 diketahui bahwa kadar mangan
kadar besi mengalami penurunan. pada air sungai (S) sebelum dilakukan proses
pengolahan adalah 0,0836 mg/l hasil ini
sudah memenuhi standar baku mutu air bersih
PERMENKES No. 416 Tahun 1990 yaitu
kurang dari 0,5 mg/l dan standar baku mutu
tentang kualitas air PP No. 82 Tahun 2001
Kelas 1yaitu kurang dari 0,1 mg/l, Setelah
dilakukan pengolahan dengan proses
koagulasi dan flokulasi (K) dengan
menggunakan koagulan PAC kadar mangan
dalam air mengalami peningkatan sedikit
menjadi 0,0842 mg/l tetapi masih sesuai
dengan baku mutu air bersih PERMENKES
Gambar 5. Pengaruh Perlakuan Terhadap No. 416 Tahun 1990 dan PP No. 82 Tahun
Kadar Besi Dalam Air 2001 Kelas 1, terjadinya peningkatan kadar
mangan pada proses koagulasi dan flokulasi
Pada media karbon aktif filter diduga karena proses koagulasi dan flokulasi
menggunakan karbon aktif dari cangkang masih kurang maksimal.
kelapa sawit, yang dilakukan proses filtrasi
satu kali (P1), filtrasi dua kali (P2), kadar besi
dalam air mengalami penurunan yaitu
menjadi 0,0249 mg/l (P1), 0,0046 mg/l (P2),
terjadi penurunan disebakan oleh pada karbon
aktif filter ini terjadi proses adsorpsi.
Adsorpsi merupakan terjerapnya suatu zat
(molekul atau ion) pada permukaan adsorben.
Daya adsorpsi dari karbon aktif disebabkan
karena karbon aktif memiliki pori yang
terbuka. Pori ini menyebabkan permukaan
karbon aktif menjadi luas.Permukaan yang
luas disebabkan karbon mempunyai Gambar 6. Pengaruh Perlakuan Terhadap
permukaan dalam (internal surface) yang Kadar Mangan Dalam Air
berongga (Nugroho, 2008).Menurut Messayu
(2009), bertambahnya massa karbon aktif Pada media sand filter (P0) kontrol,
sebanding dengan bertambahnya jumlah yaitu menggunakan pasir silika kadar mangan
partikel dan luas permukaan karbon aktif dalam air mengalami sedikit peningkatan
sehingga menyebabkan jumlah tempat kembali menjadi 0,045 mg/l pada proses
mengikat ion logam bertambah dan efisiensi filtrasi menggunakan sand filter kadar besi
adsorpsinya pun meningkat. mengalami peningkatan diduga karena daya
Pada tiga kali filtrasi (P3) tetap tidak adsorpsi dari pasir silika tidak dapat
mengalami peningkatan dan penurunan yaitu menyerap senyawa-senyawa mangan yang
0,0046 mg/l hal ini diduga karena daya ada dalam air.
adsorpsi dari karbon aktif tersebut tidak Pada media karbon aktif filter
menggunakan karbon aktif dari cangkang
142
•/Z [ ,, Volume 39 Nomor 3, Oktober 2014 Halaman 136-143 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545