299436492
299436492
299436492
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh:
Lisa Rosalia
201510104295
ABSTRACT
Background: Children mortality due to diarrhea in Indonesia is still high. However,
the number of children mortality is lower than the previous year. Based on integrated
surveillance disease of primary health center in Yogyakarta, the highest rate of
children with diarrhea is at Piyungan Primary Health Center in Yogyakarta, that are
2787children. From those children, 1060 (38%) are 1-5 years old. There are 2275
children who visit Imogiri Primary Health Center and 896 (39%) children are
infected by diarrhea.
Objective: this research was to determine the correlations between mothers’
awarness and initial care of diarrhea in children.
Methods: This research employed analytical suvey with cross sectional appoarch.
The sampling technique used was used accidental sampling. There were 30 mothers
of diarrhea children who visit Piyungan Primary Health Center as respondents. The
data were analyzed by univariate and bivariate test.
Results: Mother awarness level was good (53,34%). The initial care of diarrhea in
children was good (43,3%). There was corelation between the mothers awarness and
initial care of diarrhea in children at Piyungan Primary Health Center in 2016. The
significace value obtainer (p=0.003<0.005). Simce the value was 0,515, it meant that
correlation was moderate.
Conclusions and Recommendations: There was corelation between the mothers
awarness and initial care of diarrhea in children at Piyungan Primary Health Center
in 2016. That correlation was moderate. For futher researcher, it is suggested to
boaden the scope of research.
iii
1
PENDAHULUAN
Penyakit diare merupakan defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa
darah dan atau lendir dalam tinja (Mansjoer, 2010). Pada umumnya penyakit diare
sering terjadi pada balita yang sebelumnya tampak sehat. Diare menyebabkan
kematian pada bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). Sekitar 162.000 balita
meninggal akibat diare setiap tahun atau sekitar 460 balita per hari. Sedangkan dari
hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia dalam Depkes RI diare
merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita setelah pneumonia. Setiap
anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6–2 kali pertahun (Kemenkes
RI, 2011).
Menurut kutipan WHO (World Health Organization) permasalahan diare di Negara-
negara berkembang khususnya Indonesia dapat dikurangi dengan perilaku hidup
sehat yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Namun masih kurangnya perhatian
dan kesadaran tentang pentingnya CTPS di masyarakat. Banyak orang yang belum
menyadari pentingnya perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) bagi kesehatan
(Depkes RI, 2012).
Pencegahan terjadinya dehidrasi pada anak diare dapat dilakukan dirumah dengan
cara memberikan oralit yaitu 1 bungkus oralit diaduk dalam 200cc air matang. Oralit
diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat
diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
mengandung garam dan elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan elektrolit. Namun
demikian, walau lebih dari 90% ibu mengetahui tentang pemberian oralit, hanya 1
dari 3 (35%) anak yang menderita diare diberi oralit hanya 22% yang diberi larutan
gula dan garam. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua
tentang penatalaksanaan diare (Abdullah, 2010). Selain oralit jika balita tidak
mendapatkan ASI, balita diare dapat diberikan kuah sup, kuah sayur, air tajin, atau
air putih yang diberi seujung sendok garam ditambah gula secukupnya (MTBS-
Modul, 2008).
Bila penyebabnya diketahui dan sarana medis tersedia lengkap, maka kegawatan
tersebut dapat segera tertolong. Akan tetapi, jika terjadi sebaliknya maka dapat
mengancam jiwa anak tersebut. Untuk mencegah hal tersebut, alangkah baiknya jika
orang tua dan masyarakat mengetahui sedini mungkin pertolongan pertama yang
seharusnya dilakukan sebelum dibawa ke rumah sakit terdekat (Firmansyah, 2007).
Berdasarkan Surveilen Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas kabupaten/ kota
Yogyakarta terjadi peningkatan balita yang menderita diare, Insiden Rate Tertinggi
adalah di kabupaten Bantul. Dari data yang diperoleh di Dinkes Bantul, angka
penderita diare mengalami kenaikan dari tahun 2013 sebanyak 214/1000 penduduk
(Dinkes, Bantul 2014) sedangkan pada tahun 2014, balita yang menderita diare
sebanyak 420/1000 penduduk (Dinkes Bantul, 2014).
Hasil survei yang dilakukan dan laporan yang masuk pada tahun 2015, data balita
yang berkunjung di Puskesmas Piyungan pada tahun 2015 sebanyak 2787 balita dan
jumah balita penderita diare usia 1-5 tahun adalah 1060 (38%) balita. Jumlah
terbanyak kedua adalah di Puskemas Imogiri 2 dengan jumlah balita yang
memeriksakan di Puskesmas sebanyak 2275 balita dan yang menderita diare
sebanyak 896 (39%) balita (Dinkes Bantul, 2015).
2
Pada bulan Januari 2016 peneliti telah dilakukan studi pendahuluan di Puskesmas
Piyungan dan Pusksmas Imogiri II karena berdasarkan survey yang dilakukan di
Dinas Kesehatan Bantul Yogyakarta, angka kejadian diare pada balita yang tertinggi
adalah di Puskesmas Piyungan dan Puskesmas Imogiri II. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan tersebut, angka kejadian diare pada anak usia 1-5 tahun di Puskesmas
Piyungan pada satu tahun terakhir terdapat 1063 balita (38%). Sedangkan kejadian
diare pada balita di Puskesmas Imogiri II memiliki kasus diare yang lebih sedikit
dibandingkan dengan Puskesmas Piyungan yaitu terdapat 896 balita (39%).
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian survei analitik (analytical
survey). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional Metode yang
digunakan adalah metode observasi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu
yang memiliki balita diare usia 1-5th yang berkunjung di Puskesmas Piyungan
Yogyakarta. Teknik pengambilan sampe pada penelitian ini menggunakan teknik
Accidental Sampling dengan jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 ibu yang
memiliki balita diare yang berkunjung di Puskesmas Piyungan Yogyakarta.
Alat ukur pada penelitian ini menggunakan kuisioner. Analisis yang digunakan
adalah statistik korelasi Kendall’s Tau.
Analisis Bivariate
Tabel 4.6. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
Penatalaksanaan Awal Diare Pada Balita Di Puskesmas Piyungan 2016
Penatalaksanaan Diare
Total Kendal Tau
Pengetahuan
Baik Cukup Kurang
F % F % F % F % Core Sig
Baik 12 40,0 2 6,7 2 6,7 16 53,3 0.003 0.515
Cukup 0 0.0 10 33,3 2 6,7 12 40,0
Kurang 1 3,3 0 0.0 1 3,3 2 6,7
Total 13 43,3 12 40,0 5 16,7 30 100
Sumber: Data Primer 2016
Tabel 4.6 menyatakan bahwa Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
Penatalaksanaan Awal Diare Pada Balita Di Puskesmas Piyungan 2016, dengan nilai
significancy pada hasil menunjukan (p= 0,003< 0,05). Kekuatanya hubungan adalah
sedang karena nilai 0,515.
PEMBAHASAN
Tingkat Pengetahuan Ibu Pada Balita Di Puskesmas Piyungan 2016
Dari hasil penelitian, sebagian besar tingkat pengetahuan ibu pada balita di
puskesmas piyungan 2016 termasuk kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 16
responden (53,34%).
Pada penelitian ini, pekerjaan ibu mayoritas adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak
19 responden (63,3%). Seorang ibu rumah tangga yang aktif bersosialisasi dan aktif
mengikuti kegiatan, maka akan banyak mendapatkan informasi. Informasi bisa
didapatkan melalui media cetak, media elektronik, obrolan dari satu orang ke orang
lain atau dari penyuluhan. Dari informasi yang didapatkan, maka seorang ibu rumah
tangga aan memiliki pengetahuan yang luas sehingga ibu dapat melakukan
penatalaksanaan diare yang tepat dan benar.
Pendidikan Ibu Balita Di Puskesmas Piyungan 2016, sebagian besar adalah
responden adalah termasuk kategori SMA yaitu sebanyak 18 responden (60,0%).
Yasin (2013) menemukan bahwa pengetahuan dan pendidikan mempunyai hubungan
dengan pencegahan diare yang kuat. Seseorang yang berpendidikan tinggi maka dia
akan kritis terhadap informaasi yang dia dapatkan dan mencoba untuk mencari tau
kebenarannya. Apabila dia merasa informasi tersebut benar dan dapat diterima, maka
dia akan mengaplikasikan pengetahuan yang dia dapatkan.
Pada penelitin ini usia terbanyak adalah usia 20-30 tahun yaitu sebanyak 20
responden (66,75%). Usia tersebut merupakan usia produktif. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa maka akan
memiliki banyak pengalaman sehingga memiliki pengetahuan yang luas. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Njeri (2013) yang menyatakan bahwa
semakin matang usia seseorang, maka semakin banyak pengalaman da pengetahuan
yang dia dapatkan.
5
Pengetahuan yang baik dilakukan Ibu dalam mengasuh balitanya dengan berperilaku
tepat yaitu mencuci tangan sebelum memberi makan balitanya, mencuci sayuran
sebelum dimasak, menggunakan air yang matang, mencuci botol susu serta
mengganti celana balita setelah balita diare. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh
positif terhadap pengetahuannya dan berpengaruh terhadap bagaimana cara seorang
ibu memberikan perawatan kesehatan kepada anak. Pengalaman di praktek kesehatan
anak, menunjukkan adanya hubungan yang nyata dalam kesehatan anak dan
pengetahuan ibu. Pengetahuan ibu juga merupakan jalan utama yang didapat dengan
pendidikan dan akan berpengaruh terhadap kesehatan anak. Hal ini dikarenakan
adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seperti pendidikan,
pekerjaan, dan usia.
6
Simpulan
Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Penatalaksanaan Awal Diare Pada
Balita Di Puskesmas Piyungan 2016, dengan nilai significancy pada hasil
menunjukan (p= 0,003< 0,05). Kekuatanya hubungan adalah sedang karena nilai
0,515.
Saran
Saran untuk peneliti selanjutnya khusunya yang melakukan penelitian tentang topik
yang berkaitan dalam penelitian ini yaitu melakukan dan mengembangkan penelitian
ini disarankan untuk memperluas ruang lingkup penelitian dan mengendalikan
variabel pengganggu pada penelitian ini.
7
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M., & Firmansyah A.M., (2010). Clinical Approach and Management of
Chronic Diarrhea. Acta Medica Indonesia-The Indonesian Journal of
Internal Medicine. Jurnal Kebidanan Vol 1:157-165
Ansari,dkk. (2011). A survey of mothers' knowledge about childhood diarrhoea and
itsmanagement among a marginalised community of Morang, Nepal.
Australian: Medical Journal AMJ 2011, 4, 9, 474-479
Djafar. (2013). Gambaran perilaku ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral penyakit
diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bonepantai. Universitas
Negeri Gorontalo.