Efektivitas Model Praktik Kolaborasi Interprofesional (PKIP) Tenaga Kesehatan Terhadap Kinerja Pelayanan Kesehatan Rumah

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

JKEP

Vol 3, No 1, Mei 2018


ISSN: 2354-6042 (Print)
ISSN : 2354-6050 (Online)

Efektivitas Model Praktik Kolaborasi Interprofesional (PKIP) Tenaga


Kesehatan Terhadap Kinerja Pelayanan Kesehatan Rumah

Prayetni, Ni Made Riasmini, Bondan Palestin, Tri Prabowo


1
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Email: [email protected]

Artikel history
Dikirim, Feb 20th, 2018
Ditinjau, Maret 10th, 2018
Diterima, Maret 30th, 2018

ABSTRACT
Primary health care is an essential service that can be accepted by individuals, families
in the community. Family health services face clients with actual, potential or potential
health problems that are complex using biopsikososiospiritual Cooperation between
health workers is needed so that the health services provided are effective and efficient.
This research is operational research with qualitative and quantitative methods.
Qualitative research uses descriptive design and quantitative research using Cross
Sectional design. This study was designed to develop a model / form of interprofessional
cooperation practice of health workers that is validated through statistical tests. The
research will be carried out by two people, the first model develops and the two
effective models of PKIP on the performance of health services and the quality of
services to clients. The research sample used in the quantitative research was purposive
sampling with a total of 155 people. To test the model using a structured equation
model test (SEM). The results of the study showed all variables of Recognition among
Professionals of Health Workers, Self-Confidence, Role of Health Responsibility,
Leadership, Communication, Team Work, forming PKIP models that were in
accordance with the influence, and connecting to the performance of home health
services.
Keywords: Practice of Interprofessional collaboration; home health services;
effectiveness; performance.

ABSTRAK
Pelayanan kesehatan primer merupakan pelayanan esensial yang dapat diterima oleh
individu, keluarga di masyarakat. Pelayanan kesehatan keluarga menghadapi klien
dengan masalah kesehatan baik aktual, potensial atau resiko yang komplek mencakup
biopsikososiospiritual. Diperlukan praktik kolaborasi interprofesional tenaga kesehatan

25
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 26

agar pelayanan kesehatan yang diberikan efektif dan efisien. Penelitian ini merupakan
penelitian operasional dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif
menggunakan desain eksplorasi deskriptif dan penelitian kuantitatif menggunakan
desain Potong Lintang (Cross Sectional). Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan model/bentuk praktik kolaborasi interprofesional tenaga kesehatan
yang tervalidasi melalui uji statistik. Penelitian akan dilaksanakan dua tahap, tahap
pertama mengembangkan model dan tahap kedua menguji efektifitas model PKIP
terhadap kinerja layanan tenaga kesehatan dan kualitas layanan terhadap klien. Metoda
sampel yang digunakan pada penelitian kuantitatif adalah purposive sampling dengan
jumlah 155 orang. Untuk uji model mempergunakan uji model persamaan terstruktur
(SEM). Hasil penelitian menunjukkan semua variable Pengakuan antar Profesi Tenaga
Kesehatan, Keyakinan Diri, Peran Fungsi Tanggung Jawab Kesehatan, Kepemimpinan,
Komunikasi, Kerja Tim, membentuk model PKIP sesuai dengan skema, dan
berpengaruh terhadap kinerja pelayanan kesehatan di rumah.
Kata Kunci: Praktik kolaborasi Interprofesional; pelayanan kesehatan rumah;
efektifitas; kinerja.

PENDAHULUAN mencapai keluarga sehat berbasis

Pelayanan kesehatan primer adalah tim dengan pendekatan promosi -

pelayanan kesehatan pokok yang preventive, sasaran utama keluarga,

diberikan berdasarkan tehnologi kunjungan rumah.

praktis, ilmiah dan sosial yang dapat


diterima oleh umum (masyarakat, Pendekatan tim dalam pelayanan
keluarga dan individu) melalui kesehatan dikenal dengan praktik
peran serta mereka sepenuhnya kolaborasi interprofessional.
serta dengan biaya yang terjangkau. Terdapat beberapa definisi tentang
Ujung tombak pelayanan kesehatan praktik kolaborasi interprofesional
primer adalah PUSKESMAS. diantaranya menurut WHO tahun
Pelayanan kesehatan dasar 2010 yaitu berbagai jenis tenaga
diberikan dengan pendekatan kesehatan dari latar belakang
keluarga untuk mencapai keluarga professional berbeda, bekerjasama
sehat dengan memenuhi 12 dengan pasien, keluarga, pemberi
indikator yang telah ditetapkan. pelayanan dan komunitas untuk
Terdapat 3 (tiga) kategori status memberikan asuhan kesehatan
keluarga yaitu Keluarga sehat, berkualitas tinggi. Praktik
keluarga pra sehat dan keluarga kolaborasi, proses komunikasi dan
tidak sehat. Intervensi untuk pengambilan keputusan
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 26

interprofessional yang Praktik kolaborasi interprofessional


memungkinkan untuk memilah dan belum optimal dilaksanakan di
membagi ilmu pengetahuan, Puskesmas termasuk pelayanan
keterampilan pemberi pelayanan kesehatan di rumah yang tentunya
sehingga secara sinergis akan mempunyai masalah kesehatan yang
mempengaruhi asuhan pasien (Way komplek seperti memerlukan waktu
et all, 2000). lama dan biaya terbatas. Keluarga
merupakan sasaran utama pelayanan
Beberapa penelitian dan literatur
menuliskan bahwa praktik kesehatan yang menentukan
kesehatan masyarakat serta
kolaborasi akan meningkatkan
kemudahan dan koordinasi kesehatan bangsa. Praktik
kolaborasi interprofesional juga
pelayanan kesehatan, penggunaan
dengan tepat sumber – sumber memerlukan perubahan budaya
kerja.
spesialis klinik, hasil kesehatan
klien dengan penyakit kronis,
keamanan dan asuhan pasen, Penelitian tentang kerja tim
komunikasi antara petugas kesehatan di pelayanan kesehatan
kesehatan serta membangun primer masih sangat terbatas,
pelayanan yang man dan baik sehingga peneliti merasa perlu
berpusat pada klien. Praktik dilakukan penelitian. Secara umum
kolaborasi akan menurunkan jumlah rumusan pertanyaan penelitian
komplikasi pasen, lama hari rawat, untuk mengetahui apakah bentuk
ketegangan dan konflik antar tenaga praktik kolaborasi interprofesional
kesehatan, berhenti dan keluarnya dalam pelayanan kesehatan dirumah
tenaga kesehatan, rawat inap, rata- dapat meningkatkan kinerja tenaga
rata kesalahan klinik, rata-rata kesehatan sehingga dapat dicapai
kematian dan pembiayaan efektifitas dan efisiensi. Penelitian
kesehatan. Kondisi kondisi tersebut ini juga dilakukan untuk menjawab
akan memperlihatkan efektifitas dan pertanyaan penelitian secara khusus
efisiensi pelayanan kesehatan yaitu: bagaimanakah gambaran
dengan pendekatan praktik tenaga kesehatan, dan pelayanan
kolaborasi interprofessional. kesehatan dirumah dengan masalah
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 27

kesehatan yang perlu diselesaikan 548 orang, sedangkan sampel


secara tim, cara kerja tim tenaga penelitian mengunakan strategi
kesehatan dalam memberikan sampling yaitu simple random
pelayanan kesehatan dirumah, dan sampling. Besar sampel
gambaran kinerja tenaga kesehatan menggunakan uji hipotesis beda
dalam memberikan pelayanan rata-rata pada dua kelompok
kesehatan di rumah. Adapun tujuan independen (Lemeshow, Holmer,
penelitian secara umum adalah Klar & Lwanga, 2002). Hasilnya
memperoleh bentuk praktik diperoleh jumlah sampel 142 orang.
kolaborasi interprofesional Sebagai antisipasi drop out maka
tervalidasi sehingga dapat ditambahkan 10%, sehingga jumlah
meningkatkan kinerja tenaga sampel menjadi 155 orang, dengan
kesehatan dalam memberikan kriteria inklusi yaitu tenaga
pelayanan kesehatan di rumah. kesehatan (perawat, bidan, dokter)
yang bertugas di Puskesmas
METODE
Kecamatan/ Kelurahan dan tenaga
Rancangan Penelitian kesehatan yang melaksanakan
Penelitian ini menggunakan pelayanan kesehatan di rumah.
metodologi deskriptif analitik Kriteria ekslusi antara lain tenaga
menggunakan metode analisis jalur kesehatan (perawat, bidan, dokter)
dengan tahapan yaitu yang sedang cuti dan tidak bersedia
mengembangkan rancangan PKIP ikut dalam penelitian.
dengan menggunakan studi
literatur, studi hasil, penelitian Variabel
terdahulu serta hasil pengamatan Penelitian ini menggunakan 3 (tiga)
selama melaksanakan tugas. Hasil variabel dependen dan 7 (tujuh)
yang didapat akan diolah dengan variabel independen. Variabel
analitis persamaan terstruktur dependen yaitu Ketercapaian
(SEM). kinerja yang merupakan persepsi
tenaga kesehatan tentang tingkat
Populasi dan Sampel hasil asuhan, yang dibagi menjadi 3
Populasi pada penelitian ini adalah variabel yaitu Dokumentasi

27
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 28

Pelayanan, Kinerja Tim dan Kinerja Istimewa Yogyakarta. Wilayah ini


Tenaga Kesehatan. Variabel dipilih karena memiliki Puskesmas
independen terdiri dari: 1) yang telah melaksanakan pelayanan
Ketercapaian Kinerja yaitu persepsi kesehatan keluarga di rumah oleh
tenaga kesehatan tentang tingkat tim kesehatan. Jakarta memiliki
hasil asuhan, 2) Peran, Fungsi, program KPLDH (Ketuk Pintu
Tugas dan Tanggung jawab yaitu Layani Dengan Hati) dan Jogjakarta
persepsi tenaga kesehatan tentang memiliki program PMKK
peran, fungsi, tugas dan tanggung (Pengenembangan Manajemen
jawab dalam melaksanakan yankes Kinerja Klinik).
rumah sesuai profesi masing-
masing, 3) Pengakuan yaitu Alat dan Teknik Pengumpulan Data
persepsi tenaga kesehatan tentang Pengumpulan data primer pada
pengakuan yang diterima oleh penelitian ini dilakukan dengan
masing-masing profesi, 4) menggunakan instrument/alat
Keyakinan Diri (Self Efficacy) yaitu berikut ini :
persepsi tenaga kesehatan tentang 1. Karakteristik Tenaga Kesehatan;
keyakinan diri dalam kerja tim, 5) Karakteristik mencakup usia,
Kepemimpinan yaitu persepsi jenis kelamin, status perkawinan,
tenaga kesehatan tentang peran pendidikan dan lama rawat.
pemimpin reasional, 6) Komunikasi 2. Dokumen layanan: Indikator
yaitu persepsi tenaga kesehatan dokumentasi layanan dalam
tentang metode komunikasi dalam bentuk instrument yang telah di
kerja tim, 7) Kerja Tim yaitu modifikasi.
persepsi tenaga kesehatan tentang 3. Ketercapaian Kinerja: Indikator
interaksi dalam melaksanakan dan kinerja layanan kesehatan
praktik yankkes di rumah. yang dirancang dalam bentuk
kuesioner dengan memodifikasi
Waktu dan Tempat Penelitian instumen yang telah ada.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan 4. Kepuasan Kerja: Kuesioner
Februari 2017 sampai Oktober 2017 kepuasan kerja perawat dalam
di wilayah DKI Jakarta dan Daerah melaksanakan praktik kolaborasi
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 29

interprofessional yang dirancang 5. Melakukan pembersihan data


dengan memodifikasi instrumen dan entry oleh enumerator.
yang ada.
5. Komponen model PKIP: Analisis Data
Kuesioner komponen nilai nilai/ Analisis data yang dilakukan
pengakuan antar profesi, peran- sebagai berikut:
fungsi tanggung jawab, 1. Analisis kualitatif: Deskriptif
kepemimpinan, komunikasi, tim Eksploratif.
kerja dirancang mempergunakan 2. Analisis kuantitatif untuk
teori dan modifikasi instrument mengetahui validitas bentuk
yang telah ada. PKIP dengan Analisa Uji SEM
Sementara teknik pengumpulan data mempergunakan Lisrel 8.8
yang dilakukan sebagai berikut: (Wijanto.S.H, 2008).
1. Memilih responden sesuai
dengan kriteria sampel yang Etika Penelitian
telah ditetapkan dengan bantuan Penelitian ini mendapatkan ijin dari
tenaga kesehatan di Komite Etik Penelitian Poltekkes
PUSKESMAS. Kemenkes Jakarta III untuk dapat
2. Melakukan pelatihan kepada dilaksanakan. Peneliti memberikan
pengumpul data yang akan jaminan penerapan prinsip-prinsip
membantu proses pengumpulan dasar etika yang meliputi otonomi,
data privasi, kebaikan, dan keadilan
3. Menyebarkan instrument kepada responden yang terlibat
penelitian kepada tenaga dalam penelitian.
kesehatan
4. Mengumpulkan data di dua
HASIL DAN PEMBAHASAN
tempat, yaitu di Puskesmas
Karakteristik tenaga kesehatan pada
Kecamatan Cipayung oleh
penelitian ini mayoritas adalah
pengumpul data yang telah di
Perawat (43.9%) kemudian Bidan
latih sebanyak 100 sampel dan di
(31.6%) dan Medis (24.5%) dengan
Puskesmas Kecamatan Bantul
pengalaman kerja 0 sampai 5 tahun
Jogjakarta sebanyak 55 sampel.
(59.4%) dan sisanya lebih dari 5

29
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 30

tahun (40.6%). dapat dijelaskan melalui variabel


Kinerja YANKES Rumah.
Analisis Model
Tahap selanjutnya dilakukan
Pada penelitian ini dilakukan tes
pengujian untuk melihat kecocokan
model pengukuran yaitu
data dengan model penelitian yang
Confirmatory Factor Analysis
di gunakan. Hasil olah
(CFA) dengan hasil seluruh variabel
memperlihatkan bahwa penelitian
laten dan variabel teramati/indikator
ini memenuhi syarat Absolute Fit
memenuhi syarat validitas dan
Measure dimana nilai RMSEA
reliabilitas yaitu t-value melebihi
adalah 0,068 yang berarti memenuhi
1,96 (tabel 1), SLF lebih dari 0,5
syarat tingkat kecocokan nilai
dan nilai CR melebihi 0,7 dan VE
RMSEA. Sedangkan untuk ukuran
melebihi 0,5. Selanjutnya dilakukan
incremental fit measure terdapat
uji melalui CFA second order,
tiga GOF yang memenuhi syarat
karena variabel Kinerja Pelayanan
tingkat kecocokan antara lain NNFI,
Keperawatan (YANKES) Rumah
IFI dan CFI yang memiliki nilai >
merupakan variabel laten yang tidak
0,09.
dapat diukur sendiri, sehingga akan
di ukur melalui variabel teramati
Hasil uji hubungan kausal dan
yaitu Dokumentasi Pelayanan
hipotesis dapat dilihat pada tabel 1
Keperawatan Rumah, Kinerja Tim
berikut. Berdasarkan hasil olah data
dan Kinerja Tenaga Kesehatan.
didapatkan bahwa 12 hipotesa yang
Hasilnya nilai VE sebesar 0,75
diajukan memiliki nilai t-value t >
menandakan bahwa sebesar 75
1,96 menunjukan nilai signifikan
persen informasi pada variabel-
yang artinya hipotesa diterima.
variabel teramati terkandung atau
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 26

Tabel 1. Hasil Uji Kausal dan Hipotesis Penelitian

Pengakuan antar Profesi Tenaga Kesehatan

Hipotesis Estimasi T Values Ket Kesimpulan


Pengakuan berpengaruh signifikan terhadap
Peran, Fungsi, Tanggung jawab Tenaga 0.50 4.93 Signifikan Diterima
Kesehatan
Self Efficacy berpengaruh signifikan terhadap
Peran, Fungsi, Tanggung jawab Tenaga 0.39 3.92 Signifikan Diterima
Kesehatan
Self Efficacy berpengaruh signifikan terhadap
0.71 9.04 Signifikan Diterima
Komunikasi
Pengakuan berpengaruh signifikan terhadap
0.74 9.28 Signifikan Diterima
Kepemimpinan
Pengakuan berpengaruh signifikan terhadap
0.25 2.20 Signifikan Diterima
Kinerja Tim PKIP
Self Efficacy berpengaruh signifikan terhadap
0.24 2.39 Signifikan Diterima
Kinerja PKIP
Peran, Fungsi, Tanggung jawab Tenaga
Kesehatan berpengaruh signifikan terhadap 0.17 1.99 Signifikan Diterima
Kinerja Tim PKIP
Kepemimpinan berpengaruh signifikan
0.18 2.62 Signifikan Diterima
terhadap Kinerja Tim PKIP
Komunikasi berpengaruh signifikan terhadap
0.20 3.11 Signifikan Diterima
Kinerja Tim PKIP
Komunikasi berpengaruh signifikan terhadap
0.16 2.12 Signifikan Diterima
Kinerja Pelayanan Keperawatan Rumah
Kepemimpinan berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja Pelayanan Keperawatan 0.16 2.09 Signifikan Diterima
Rumah
Kinerja Tim PKIP berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja Pelayanan Keperawatan 0.58 5.61 Signifikan Diterima
Rumah
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 27

apresiasi dan saling tukar nilai nilai


Praktik kolaborasi interprofessional
profesi. Hal ini didukung dengan
merupakan proses dinamis, saling
nilai nilai moral yang sama pada
tukar, persekutuan, saling
profesi tenaga kesehatan.
ketergantungan dan kekuatan,
Pengakuan dalam praktik kolaborasi
kepercayaan, apresiasi peran masing
akan membangun dan
masing (Damour, Ferrada, Videla,
meningkatkan harga diri tenaga
Rodrigues & Beau L, 2005).
kesehatan serta penguatan nilai nilai
Menempatkan individu bersama
tim, pengakuan dapat diberikan
sama saling belajar antar disiplin
dalam bentuk saling menghargai
atau memberikan pelayanan
capaian praktik dari setiap tenaga
kesehatan tidak menjamin
kesehatan. Pengakuan melalui
terciptanya tim yang bersinergi.
saling tukar visi, misi masing
Diperlukan kesamaan visi,
masing profesi merupakan
persetujuan misi dan sistem
komponen utama dalam praktik
kolaborasi (Weiss. D, Tilin F and
kolaborasi interprofessional.
Morgan. M, 2014). Diperlukan
pengakuan antar tenaga kesehatan
Pengakuan antar profesi diperlukan
dalam praktik kolaborasi dengan
agar praktik kolaborasi dapat
saling tukar nilai, visi dari masing
terlaksana dengan efektif dan
masing profesi.
efisien. Pengakuan antar profesi
dapat dimulai sejak awal yaitu calon
Hasil penelitian menyatakan
tenaga kesehatan pada masa
pengakuan berpengaruh signifikan
Pendidikan tenaga kesehatan, hal ini
terhadap peran, fungsi dan tanggung
didukung oleh kebijakan pemerintah
jawab tenaga kesehatan, kerja tim
tentang dimulainya pembelajaran
serta kepemimpinan. Pengakuan
bersama antar profesi melalui
antar tenaga kesehatan ditentukan
Program Inter Professional
oleh pernyataan dari setiap profesi
Education (IPE).
bahwa dia sebagai bagian dari
anggota tim juga sebagai individu,
Self Efficacy – Keyakinan Diri
diperlukan mutual respect (saling
Self-efficacy adalah keyakinan diri
menghargai), saling memberikan

27
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 28

dalam melaksanakan tugas melaksanakan praktik kolaborasi


merupakan kinerja perilaku nyata, dan ditentukan oleh kompetensi
pengalaman pengalaman yang yang dimiliki, hal ini akan
dialami sendiri atau dengan orang memperkuat keinginan dan
lain, persepsi verbal atas dorongan kemampuan melaksanakan asuhan.
nasehat dan status psikologis serta Setiap tenaga kesehatan memiliki
umpan balik selama berperilaku. keyakinan untuk sukses praktik
Self-efficacy berhubungan dengan kolaborasi dalam pelayanan
keyakinan pribadi mengenai kesehatan dan akan tumbuh jika ada
kompetensi dan kemampuan diri. kejelasan harapan serta tersedia
Secara spesifik merujuk pada sumber-sumber referensi/rujukan.
keyakinan seseorang terhadap Setiap tenaga kesehatan harus
kemampuannya menyelesaikan memiliki keyakinan diri untuk
tugas secara berhasil sendiri saling mempengaruhi sehingga
(Ivancevich, Konopaske, Matteson, tujuan dapat dicapai bersama sama
2007). Self efficacy sangat dalam tim dan harus merasa bebas
diperlukan oleh tenaga kesehatan membahas isu isu penting tentang
dalam melaksanakan tugas yang klien/keluarga dalam pelayanan
berhubungan langsung dengan kesehatan.
pasen. Self efficacy merupakan
komponen penugasan kerja perawat
Self efficacy (keyakinan diri) tenaga
(Prayetni, 2015).
kesehatan dalam praktik kolaborasi
interprofessional perlu dibangun
Self efficacy berpengaruh signifikan secara bertahap dengan
terhadap peran, fungsi, tanggung memperjelas harapan harapan dalam
jawab tenaga kesehatan, komunikasi kerja tim serta tersedia sumber
dan kerja tim praktik kolaborasi sumber seperti model peran dalam
interprofessional tenaga kesehatan. pelayanan kesehatan. Self efficacy
Komponen self efficacy yang yang tinggi dari masing masing
berpengaruh adalah pernyataan tenaga kesehatan akan memperjelas
keyakinan diri setiap tenaga peran, fungsi dan tanggung jawab
kesehatan diperlukan untuk dari masing masing profesi, keadaan
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 29

ini akan mempermudah dalam praktik mencakup individu tenaga


berkomunikasi yang berpusat pada professional dengan mengetahui dan
pasen akhirnya kerja tim dapat respek terhadap lingkup praktik,
terlaksana dengan benar dan baik. kompetensi, kewenangan dan peran
Untuk membangun self efficacy dari masing-masing profesi.
diperlukan pengakuan terhadap Berdasarkan urairan ini peran,
masing masing profesi dan saling fungsi dan tanggung jawab masing-
menghargai/ respek. Hal ini masing profesi harus jelas dan
diperlukan sehubungan dengan dipahami.
masih terdapat perbedaan latar
belakang Pendidikan dari masing
Peran, fungsi dan tanggung jawab
masing tenaga kesehatan, perlu
tenaga kesehatan ditetapkan sesuai
diciptakan suasana belajar dalam
dengan profesi masing-masing, pada
tim.
penelitian ini mencakup perawat,
bidan dan dokter. Setiap profesi
Peran, Fungsi dan Tanggung Jawab
mempunyai lingkup praktik yang
Tenaga Kesehatan
berbeda berdasarkan tubuh
Praktik kolaborasi interprofessional keilmuannya yang berdampak pada
akan meningkatkan efisiensi serta kewenangan yang berbeda dalam
pemahaman peran dari masing praktik memberikan pelayanan
masing profesi (Weschules et. all, kesehatan kepada kliennya. Peran-
2006). Prinsip-prinsip pada praktik peran dan tanggung jawab
kolaborasi interprofessional mempergunakan pengetahuan dari
diadaptasi dari beberapa pustaka peran masing-masing profesi untuk
dan dikembangkan untuk mengkaji dengan tepat dan sesuai
Enhancing Interdisciplinary kebutuhan pasien serta populasi
Collaboration in Health Care For yang dilayani.
Health Canadas PHC, 2006 yang
Komponen peran, fungsi dan
berhubungan dengan semua tatanan
tanggung jawab tenaga kesehatan
pelayanan kesehatan. Salah satu
dalam praktik kolaborasi
prinsipnya adalah tanggung jawab
interprofessional meliputi
secara individual dan kolektif dalam
memahami peran, fungsi dan

29
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 30

tanggung jawab yang berbeda Kepemimpinan


merupakan kerja inter-intra dan
Diperlukan kompetensi yang tinggi
trans disiplin yang dilaksanakan
dalam memimpin yang diperoleh
secara sinergi akan memberikan
melalui pengalaman dan ilmu
hasil pelayanan efektif dan efisien.
pengetahuan yang dimiliki.
Praktik kolaborasi akan mengurangi
Pemimpin harus dapat mengarahkan
ketegangan, konflik peran, fungsi
pencapaian kinerja melalui fungsi
dan tugas. Peran utama tenaga
yang berhubungan dengan tugas
kesehatan memberikan pelayanan
atau pemecahan masalah, dan
kesehatan yang berfokus pada
pemeliharaan kelompok atau social
klien/keluarga melalui peran fungsi
(Brantas dalam Fahmi I, 2016).
dan tanggung jawab yang
Kepemimpinan sebagai aktivitas
dilaksanakan secara ketat oleh
hubungan yang difasilitasi oleh
masing masing tenaga kesehatan.
perasaan harga diri, harapan dan
Peran, fungsi dan tanggung jawab
kemampuan. Individu yang
berpengaruh signifikan terhadap
mengembangkannya dapat
kerja tim dan dipengaruhi oleh
membangun hubungan hubungan
pengakuan antar tenaga kesehatan
positive serta transmisi nilai nilai
dan keyakinan diri dari masing-
kepada orang lain (Weiss.D, Tilin.F
masing tenaga kesehatan dalam
and Morgan.M, 2014). Berdasarkan
melaksanakan praktik kolaborasi.
uraian ini diperlukan kepemimpinan
relational dimana pemimpin sebagai
Agar peran, fungsi dan tanggung pelatih, katalisator dan ologis untuk
jawab dari masing masing tenaga membangun praktik kolaborasi
kesehatan dalam praktik kolaborasi interprofessional.
jelas dan dapat dilaksanakan dengan
pendekatan kerja tim, perlu Kepemimpinan dalam praktik
menjabarkan peran, fungsi kedalam kolaborasi berpengaruh signifikan
uraian tugas masing - masing dalam terhadap kerja tim dan kinerja
bentuk tugas mandiri, kolaborasi pelayanan kesehatan dirumah.
dan delegasi. Kepemimpinan merupakan
komponen penting yang memiliki
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 31

pengaruh pada kualitas kerja sesuai populasi, membangun kepercayaan


harapan, diperlukan pemimpin dan respek, mempergunakan
sebagai penghubung untuk komunikasi yang efektif (Enhancing
menjembatani gap/perbedaan yang Interdisciplinary Collaboration in
ada, untuk memberdayakan seluruh Health Care For Health Canadas
kekuatan yang dimiliki melalui PHC, 2006).
adaptasi dari setiap profesi.
Kepemimpinan diterima sebagai Komunikasi interprofessional
kegiatan hubungan antar anggota merupakan komunikasi dengan
tim yang difasilitasi oleh kejujuran, pasien, keluarga, masyarakat dan
harapan dan kapasitas masing tenaga kesehatan lain secara
masing. Untuk mencapai responsive dan bertanggung jawab
kemampuan potensialnya melalui akan mendukung pendekatan tim
terbentuk hubungan mendalam untuk pemeliharaan kesehatan dan
pemimpin perlu melakukan “couch” penanganan penyakit (diadopsi dari
terhadap seluruh anggota timnya. Interprofessional Education
Setiap tenaga kesehatan mempunyai Collaborative Expert Panell, 2011).
kesempatan yang sama untuk Komponen komunikasi yang
menjadi pemimpin dalam praktik berpengaruh signifikan terhadap
kolaborasi interprofessional. kerja tim dan kinerja pelayanan
kesehatan di rumah adalah
komunikasi yang baik diantara
Komunikasi
tenaga kesehatan, klien/keluarga
Praktik kolaborasi
melalui strategi komunikasi yang
interterprofessional akan
dibangun dan dipertahankan dengan
meningkatkan komunikasi antar
baik akan meningkatkan efektifitas
pemberi pelayanan, efisiensi serta
tim, memperlihatkan kinerja yang
pemahaman peran dari masing
tinggi dan pencapaian hasil asuhan
masing profesi (Barrere and Ellis,
pasen yang positif. Keterbukaan
2002 Milden 2005, Weschules et al,
antar tenaga kesehatan,
2006). Prinsip prinsipnya terdiri dari
pasen/keluarga dalam komunikasi
fokus pada pemberdayaan klien,
akan mengurangi kesalah pahaman
menggunakan pendekatan kesehatan

31
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 32

dan kebingungan, bagaimana pelayanan (Freet et al, 2005). Secara


informasi diproses dan konsep efektifitas kerja jauh lebih
didistribusikan terlihat pada jejaring baik jika tugas tugas dikerjakan
komunikasi yang disepakati dalam secara berkelompok (Brantas dalam
tim. Komunikasi dalam praktik Fahmi. I, 2016).
kolaborasi dapat melalui Kerja sama dilakukan oleh tim yang
dokumentasi asuhan pasen terpadu terdiri dari tenaga kesehatan
dan konferensi klien/keluarga yang perawat, bidan dan dokter
akan bermanfaat untuk koordinasi melaksanakan praktik kolaborasi
antar profesi. Anggota tim yang melalui mekanisme kerja tim yang
memahami gaya/jenis komunikasi disepakati. Komponen kerja tim
akan merefleksikan gaya belajar dan dalam praktik kolaborasi
orientasi professional. interprofessional yang berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
Kerja Tim pelayanan kesehatan di rumah
Tim tenaga kesehatan yang dapat adalah: tim nya terdiri dari profesi
melaksanakan praktik kolaborasi, kesehatan (perawat, bidan dan
membantu memberikan pelayanan dokter) yang bekerjasama mencapai
melalui memaksimalkan kekuatan hasil asuhan yang positif,
kekuatan serta keterampilan memerlukan pendekatan agar dapat
keterampilan yang dimiliki oleh saling bertanggung jawab
semua individu anggota tim (Stone, memerlukan rasa percaya diri,
J. 2009). Kerjasama yang dimulai kemampuan mendengarkan
dengan pasen dan mencakup semua pendapat orang lain dan bersedia
tenaga kesehatan pemberi pelayanan memberikan ide sendiri. Tim ini
bekerjasama untuk pelayanan yang akan berfungsi baik jika memiliki
berpusat pada pasen dan keluarga. moral, nilai nilai profesi yang
Kerjasama yang aktif dan terus tinggi, rasa memiliki dan rasa aman
menerus, diantara orang orang saling menukar informasi sehingga
dengan latar belakang yang berbeda, mempermudah solusi yang inovatif
bekerjasama untuk menyelesaikan dalam asuhan klien/keluarga. Tim
masalah atau manyediakan kolaborasi tenaga kesehatan perlu
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 33

memutuskan metode koordinasi, memiliki kinerja yang berbeda beda,


konsultasi yang tepat dalam asuhan diukur kuantitas dan kualitas
kesehatan klien/keluarga. Kerja tim pekerjaan yang diperlihatkan oleh
berpengaruh terhadap kinerja pekerja berupa ketepatan dan
pelayanan kesehatan di rumah dan kecepatan serta efektifitas dari
dipengaruhi oleh kepemimpinan keseluruhan kinerja seseorang
dalam tim serta komunikasi yang dalam pekerjaannya (Marinke,
dipergunakan dalam tim. 2011).

Berdasarkan analisis komponen Kinerja pelayanan kesehatan di


komponen praktik kolaborasi rumah dapat diukur secara kuantitas
interprofessional tenaga kesehatan yaitu ketepatan jenis intervensi
dapat disimpulkan bahwa semua setiap tenaga kesehatan, dan secara
komponen berpengaruh positif kualitas diukur dengan adanya
sampai pengaruhnya pada kenerja kepuasan tenaga kesehatan, adanya
pelayanan kesehatan di rumah. komunikasi dan koordinasi
Didukung oleh teori dan hasil pelayanan serta rasa percaya
penelitian terdahulu sehingga diri/keyakinan diri bekerja dalam
dengan pendekatan model sinergi tim. Pada penelitian ini, kinerja
dapat membentuk model praktik pelayanan keperawatan mencakup 3
kolaborasi interprofessional. (tiga) aspek yaitu: dokumentasi
pelayanan kesehatan, kinerja tenaga
Kinerja Pelayanan Kesehatan di kesehatan dan kinerja tim
Rumah kesehatan. Kinerja pelayanan
Pelayanan kesehatan di rumah kesehatan di rumah dipengaruhi
diberikan oleh tenaga kesehatan oleh kerja tim, komunikasi dan
secara tim yang dalam penelitian ini kepemimpinan.
terdiri dari perawat, bidan dan
dokter. Masing masing tenaga Aspek dokumentasi mencakup
kesehatan melakukan pekerjaan asuhan klien/keluarga di catat di
sesuai dengan kewenagan masing catatan/dokumentasi terpadu yang
masing. Setiap jenis pekerjaan sudah dipersiapkan di Puskesmas,

33
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 34

perkembangan kondisi waktu dan sesuai dengan tugas yang


klien/keluarga didokumentasi secara jelas dari setiap tenaga kesehatan.
komprehensif. Dokumentasi yang
tersedia mudah didapat dan Dan aspek kinerja tim kesehatan
menggambarkan tanggung jawab diperlihatkan dengan suksesnya
dan tanggung gugat sebagai anggota melaksanakan asuhan klien/keluarga
tim, praktik yang dilakukan oleh disebabkan karena masing masing
tenaga kesehatan terutama tugas anggota tim merasa dihargai dan
mandiri dicatat di catatan kinerja merupakan bagian penting dari
seperti loog book. Dokumentasi pelayanan kesehatan. Anggota tim
pelayanan kesehatan klien/keluarga juga merasa bisa menyampaikan ide
minimal mencakup data, masalah dan pendapat tentang klien/keluarga
klien (medis, keperawatan dan serta memperoleh umpan balik
kebidanan), intervensi dan positif dari klien/keluarga sehingga
perkembangan. Bentuk dokumentasi merasa bahagia/gembira atas
masih bervariasi dan sebagian masih kemajuan kesehatan klien/keluarga.
belum terintegrasi dan sebagian Anggota tim merasa memperoleh
belum lengkap. Diperlukan sistem dukungan penuh dari tim dalam
dokumentasi yang komprehensif melaksanakan praktik asuhan dan
dan mudah dipergunakan. mengikuti konferens kasus sebelum
memberikan asuhan klien/keluarga.
Aspek kinerja tenaga kesehatan
diperlihatkan dari anggota tim Berdasarkan hasil analisis dapat
praktik kolaborasi interprofessional disimpulkan sementara bahwa
melaksanakan tugas utama/mandiri komponen model Praktik
sesuai rencana pelayanan yang Kolaborasi Interprofessional (PKIP)
disepakati sehingga tidak terjadi tenaga kesehatan berpengaruh
duplikasi pelayanan yang diterima terhadap kinerja pelayanan
klien/keluarga. Tugas kolaborasi kesehatan di rumah. Dengan model
juga dilaksanakan dalam tim secara PKIP disusun program pelatihan
efektif sesuai peran, pelayanan yang terdiri dari kurikulum dan
kesehatan dapat dilaksanakan tepat modul modul.
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 35

kesehatan dalam pelayanan


Keterbatasan Penelitian kesehatan di rumah merupakan tata
Hasil penelitian pengembangan kelola asuhan kepada klien berbasis
model praktik kolaborasi keluarga yang diberikan oleh tenaga
interprofessional tenaga kesehatan kesehatan dalam tim. Model ini
diperoleh model yang reliabel, valid diperlukan karena adanya
dan semua hipotesa diterima, namun kebutuhan keluarga yang
belum dilakukan ujicoba karena teridentifikasi setelah terjadi
keterbatasan waktu. Agar model interaksi antara tenaga kesehatan
lebih bisa diterima perlu dilakukan dengan klien/keluarga.
uji coba dengan rancangan
penelitian quasi experiment pre-post
Model PKIP ini dinyatakan valid
test with control group untuk
(dapat dipercaya) setelah
mengetahui pengaruh model
mengetahui bahwa semua hipotesa
terhadap kinerja pelayanan
yang menggambarkan hubungan
kesehatan di rumah setelah
antara komponen model dapat
mendapat intervensi berupa paket
diterima yaitu: pengakuan
pelatihan dengan kurikulum dan
berpengaruh signifikan terhadap
modul yang telah dirancang.
peran-fungsi-tanggung jawab,
Selain itu untuk penelitian
kepemimpinan dan kerja tim; self
selanjutnya pada uji coba model
efficacy berpengaruh signifikan
perlu pengumpulan data sekunder
terhadap peran-fungsi-tanggung
tentang pelaksanaan kerja tim dalam
jawab, komunikasi dan kerja tim;
praktik pelayanan kesehatan di
peran-fungsi dan tanggung jawab
rumah mencakup pemberi
berpengaruh signifikan terhadap
pelayanan dan peran fungsinya
kerja tim; kepemimpinan
masing-masing proses praktik
berpengaruh signifikan terhadap
terutama kerja tim dan hasil praktik
kerja tim dan kinerja pelayanan;
serta bentuk dokumentasinya.
komunikasi berpengaruh signifikan
terhadap kerja tim dan kinerja
SIMPULAN
pelayanan dan kerja tim
Model praktik kolaborasi
berpengaruh signifikan terhadap
interprofessional (PKIP) tenaga

35
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 36

kinerja pelayanan. Departemen Kesehatan RI: Undang –


Undang RI nomor 36 Tentang
Tenaga Kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian, Dahlan, M. S. 2009. Statistik untuk
diharapkan model PKIP dapat kedokteran dan kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
diterapkan di PUSKESMAS.
Emilia, E. (2009) Menulis Tesis dan
Hendaknya PKIP tenaga kesehatan Disertasi. Bandung: Alfabeta.
sudah dimulai pada institusi EICP. 2006. Position Statement on
pendidikan tinggi kesehatan dalam Interprofessional Collaborative
Practice. Ivancevich, J.M,
bentuk interprofessional education Konopaske, R, Matteson, M.T.
(IPE). (2007). Perilaku dan Manajemen
Organisasi Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
DAFTAR RUJUKAN
IPEC Expert Panel. 2011. Core
Adler, P., Heckscher, C., Prusack, L. Competencies for Interprofesional
2013. Building a Collaborative Collaborative Practice.
Enterprise.
Harvard Business Review on Kementrian Kesehatan Republik
Collaboration. Harvard Business Indonesia. 2011. Pedoman
Review Nasional Etik Penelitian
Press. Boston Massachusetts : 45- Kesehatan. Jakarta.
57.
Marinka T and Elfira. T. (2011).
Bungin, B. 2005. Metodologi Relationship between
Penelitian Kuantitatif: Satisfaction, Commitment with
Komunikasi, Ekonomi dan work performance. Journal of
Kebijakan Publik serta Ilmu – research in nursing, September,
Ilmu Sosial Lainnya. Kencana 6 (5): 468-479
Prenada Media Grup.
Murti, B. 2010. Desain dan ukuran
Coleman M.T., Roberts K., Wulff. D., sampel untuk penelitian
Van Zyl. R., Newton. K. kuantitatif dan kualitatif
Interprofesional ambulatory dibidang kesehatan. Yogyakarta:
primary care practice. Based Gajah Mada University Press.
educational program. J. interprof Polit, D.F., Beck, C.T., & Hungler,
Care 2008 : ZZ (1) : 69-84 B.P. 2001. Essential of nursing
Canadian Interprofesional Health research: Methods, appraisal
Collaborative (CIHC), 2012: An and utilization. Philadelphia:
Inventory of Quantitative Tools Lippincott Williams & Wilkins.
Measuring Interprofesional
Pramono, D. (1997). Besar sampel
Education and Collaborative
dalam penelitian kesehatan,
Practice Outcomes, Canada.
Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
JKEP. Vol. 3 No. 1 Mei 2018, hlm 24-37 37

Parc. L, et all. 2012. Training in Weiss., D. Tillin., FJ. Morgan., M.J.


interprofesional collaboration in 2014. The Interprofessional
family medicine units Journal of Health Care Team, Leadership
Canadian Family Medicine, 54. and Development. Johes &
Barlette Learning. Birlington.
Paff., K.A, Baxler., P.E, Jack., S.M,
Ploeg., J. 2014. Explo Ring Wirawan, 2009. Evaluasi Kinerja
Vew Graduate nurse Sumber Daya Manusia: Teori,
Convidence in Interprofesional Aplikasi dan Penelitian, Salemba
Collaboration: A mixed method Medika.
study. International Journal of
Nursing Studies. WHO. 2010. Frame work for action on
Interprofesional: Education and
Sastroasmoro, S. 2011. Pemilihan collaborative practice. Ganewa Swiss
subyek penelitian, dalam S.
Sastroasmoro, & S. Ismael. (edisi
ke-3), Dasar dasar metodologi
penelitian klinis. Jakarta: Agung
Seto.
Stone. J. 2009. Interprofesional
Collaboratove Practice (IPCP),
Definitions and terminology

37

You might also like