2141-Article Text-5290-1-10-20200310
2141-Article Text-5290-1-10-20200310
2141-Article Text-5290-1-10-20200310
520-529
ABSTRACT
Early fattening is an attempt to produce low-fat meat and cholesterol by accelerating the
fattening phase. Early fattening should be supported by good quality feed that can be seen
from the content of crude protein (CP) of feed. Crude protein can be derived from vegetable
and animal protein sources. This study aimed to examine the effect of different levels and
sources of protein on eating behavior of local lamb. Twenty heads of local lamb aged 3-4
months, body weight (BW) of 13.03±2.30 kg (CV 17.65%). The study used a Completely
Randomized Design (CRD) 2×2 factorial pattern, there were two protein levels (13.36% and
15.20%) and two protein sources (soybean meal and fish meal) with 5 replications. The diet
was given adlibitum in pellet. Treatment was distinguished by 4 types of rations, T1 (13.13%
soybean meal), T2 (15.20% soybean meal), T3 (13.58% fish meal) and T4 (15.20% fish
meal). The parameters observed were eating time, rumination time and Dry Matter Intake
(DMI). The results showed that eating time (219.58 min/d), rumination time (163.00 min/d)
and DMI (641.77 g/d) are not significantly different at levels and protein sources. It is
concluded that giving different levels and sources of protein did not affect the eating behavior
of local lamb.
Key words: Eating behavior, protein levels, protein sources, local lamb
ABSTRAK
Penggemukkan dini merupakan upaya untuk menghasilkan daging rendah lemak dan
kolesterol dengan mempercepat fase penggemukkan. Penggemukkan dini harus didukung
dengan pakan yang berkualitas baik yang dapat ditinjau dari kandungan protein kasar (PK)
pakan. Protein kasar dapat berasal dari sumber protein nabati dan hewani. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbedaan level dan sumber protein terhadap tingkah laku
makan domba lokal muda. Dua puluh ekor domba lokal jantan umur 3–4 bulan, Bobot Badan
(BB) 13,03±2,30 kg (CV 17,65%). Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) pola faktorial 2 2, terdapat dua level protein (13,36% dan 15,20%) dan dua sumber
protein (bungkil kedelai dan tepung ikan) dengan 5 ulangan. Pakan diberikan secara adlibitum
dalam bentuk pellet. Perlakuan dibedakan dengan 4 jenis ransum yaitu T1 (bungkil kedelai
13,13%), T2 (bungkil kedelai 15,20%), T3 (tepung ikan 13,58%) dan T4 (tepung ikan
15,20%). Parameter yang diamati adalah waktu makan, waktu ruminasi dan konsumsi bahan
kering (BK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu makan, ruminasi dan konsumsi BK
pada level dan sumber protein tidak berbeda nyata dengan nilai rata-rata seluruh perlakuan
yaitu 219,58 menit/hari, 163 menit/hari dan 641,77 g/hari. Disimpulkan bahwa pemberian
level dan sumber protein yang berbeda tidak mempengaruhi tingkah laku makan domba lokal
muda.
Kata kunci: Tingkah laku makan, level protein, sumber protein, domba lokal muda
532
Luthfi et al.: Tingkah Laku Makan Domba Lokal Muda yang Diberi Pakan dengan Level dan Sumber Protein
PENDAHULUAN
533
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2019
Penelitian mengenai tingkah laku makan dan ruminasi domba ekor tipis jantan
muda yang diberi pakan dengan level dan sumber protein berbeda dilaksanakan pada
bulan Agustus–Desember 2018 di Laboratorium Ternak Potong dan Perah, Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
Materi penelitian
Materi yang digunakan adalah 20 ekor domba lokal jantan umur 3-4 bulan dengan
rataan bobot badan awal 13,03±2,30 kg (CV= 17,65%). Pakan yang diberikan berupa
pakan komplit berbentuk pellet dengan kandungan nutrien 13,36% dan 15,20% PK yang
tersusun dari molases, gaplek, pucuk tebu, kulit singkong, bungkil kedelai, tepung ikan
dan mineral.
Domba yang digunakan dalam penelitian ini ditempatkan pada kandang individu
yang terbuat dari besi dan dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Timbangan
digital dengan merk SF-400 kapasitas 10 kg untuk menimbang pakan dengan ketelitian
0,001 kg. Mixer vertikal untuk mencampur bahan pakan dan peralatan sanitasi untuk
membersihkan kandang. Peralatan pendukung pengambilan data tingkah laku makan
adalah formulir isian manual tingkah laku makan dan stopwatch.
Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola
faktorial 2 2 dengan kombinasi 4 perlakuan dan 5 ulangan. Faktor pertama adalah level
protein (A) dan faktor kedua sumber protein (B). Perlakuan yang digunakan adalah:
T1 (A1B1) = Pakan komplit dengan PK 13,13% dan menggunakan sumber protein
bungkil kedelai
T2 (A2B1) = Pakan komplit dengan PK 15,20% dan menggunakan sumber protein
bungkil kedelai
T3 (A1B2) = Pakan komplit dengan PK 13,58% dan menggunakan sumber protein
tepung ikan
T4 (A2B2) = Pakan komplit dengan PK 15,20% dan menggunakan sumber protein
tepung ikan
534
Luthfi et al.: Tingkah Laku Makan Domba Lokal Muda yang Diberi Pakan dengan Level dan Sumber Protein
Prosedur penelitian
Penelitian dilakukan selama 9 minggu dengan pemberian pakan dan minum secara
adlibitum. Sanitasi kandang dilakukan setiap pagi dan sore hari untuk menjaga kebersihan
kandang. Pengambilan data tingkah laku makan dan ruminasi selama 3 x 24 jam atau
selama 3 hari yang dilakukan pada minggu ke-2 perlakuan. Data tingkah laku makan
diperoleh dari pengamatan secara manual dengan mengamati tingkah laku ternak, yaitu
eating (makan) dan rumination (ruminasi). Pengamatan dilakukan dengan mengisi
formulir tingkah laku makan per 5 menit. Data yang diperoleh selanjutnya dirata– rata
menjadi 24 jam.
Parameter penelitian
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah waktu makan dan ruminasi.
Parameter pendukung yaitu konsumsi bahan kering (BK) pakan selama 9 minggu.
Konsumsi BK (g) = Konsumsi pakan (g) kadar BK pakan (%)
Analisis data
Data hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis menggunakan analisis varians
pada taraf 5%. Apabila terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Wilayah Ganda
Duncan. Model linear yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1991), adalah sebagai
berikut:
535
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2019
Kriteria pengujian
Hipotesis statistik
536
Luthfi et al.: Tingkah Laku Makan Domba Lokal Muda yang Diberi Pakan dengan Level dan Sumber Protein
Tabel 2. Konsumsi bahan kering (BK), waktu makan dan waktu ruminasi
PK (%)
Parameter Sumber Protein Rata-rata
13,36 15,20
Bungkil Kedelai 708,16 684,38 696,27
Konsumsi BK
Tepung Ikan 566,24 608,30 587,27
(g/hari)
Rata-rata 637,20 646,34
Bungkil Kedelai 197,33 197,67 197,50
Waktu makan
Tepung Ikan 214,33 269,00 241,67
(menit/hari)
Rata-rata 205,83 233,33
Bungkil Kedelai 170,00 147,33 158,67
Waktu ruminasi
Tepung Ikan 169,67 165,00 167,33
(menit/hari)
Rata-rata 169,83 156,17
Keterangan: a, b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0,05)
Waktu makan
537
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2019
sama. Hal tersebut dapat diduga disebabkan karena kandungan serat kasar (SK) yang
hampir sama pada PK 13,36 dan 15,20% (Tabel 1). Adiwinarti et al. (2019) menyatakan
bahwa semakin banyak asupan serat kasar maka akan semakin lama waktu mengunyah.
Sumber protein yang berbeda tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap waktu makan.
Ukuran partikel yang kecil dari bungkil kedelai dan tepung ikan, menyebabkan luas
permukaan yang sama sehingga diduga menghasilkan tingkat kunyahan yang sama.
Disamping itu, penyajian pakan dalam bentuk pellet diduga juga memberikan tingkat
kunyahan yang sama. Lee et al. (2010) menyatakan bahwa bentuk fisik pakan dan
karakteristik pakan mempengaruhi waktu makan.
Waktu ruminasi
Pola aktivitas makan dan ruminasi ditampilkan pada Ilustrasi 1 dan 2. Pola aktivitas
makan dan ruminasi berbanding terbalik dimana saat aktivitas makan tinggi maka
aktivitas ruminasi rendah dan sebaliknya. Meskipun setiap perlakuan memiliki waktu
makan yang berbeda namun menghasilkan fluktuatif yang hampir sama. Pada grafik, T4
cenderung memiliki waktu makan yang lebih tinggi dari T1, T2 dan T3 namun secara
statistik tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal tersebut diduga karena kandungan tepung ikan
pada pakan yang tinggi sehingga waktu makan cenderung lebih lama karena tepung ikan
memiliki rasa asin sehingga ternak lebih sering mengeluarkan saliva untuk menetralisir
rasa asin.
538
Luthfi et al.: Tingkah Laku Makan Domba Lokal Muda yang Diberi Pakan dengan Level dan Sumber Protein
25,00
20,00
15,00 T1
Menit
10,00 T2
T3
5,00
T4
0,00
01:00
02:00
03:00
04:00
05:00
06:00
07:00
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
00:00
Jam
Gambar 1. Pola aktivitas makan domba lokal muda yang diberi pakan dengan level dan
sumber protein berbeda
Pola aktivitas ruminasi menunjukkan bahwa aktivitas ruminasi meningkat pada jam
0:00–6:00. Hal tersebut diduga pada jam 19:00-0:00 ternak mengkonsumsi banyak pakan
sehingga menghasilkan produk fermentasi yang tinggi. Peningkatan proses ruminasi
tersebut juga digunakan ternak untuk proses homeostatis karena diduga pada jam 0:00–
6:00 suhu lingkungan sangat rendah.
20,00
15,00
T1
Menit
10,00
T2
5,00 T3
T4
0,00
01:00
02:00
03:00
04:00
05:00
06:00
07:00
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
00:00
Jam
Gambar 2. Pola aktivitas ruminasi domba lokal muda yang diberi pakan dengan level dan
sumber protein berbeda
KESIMPULAN
539
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2019
DAFTAR PUSTAKA
Adiwinarti R, Lestari CMS, Purnomoadi A. 2019. Feeding behaviour and drinking activities
of Kacang goat fed high and low fiber diets. IOP Conf Ser Earth Environ Sci. 247:1-5.
Bata M, Sodiq A. 2014. Tingkah laku makan sapi Peranakan Ongole yang diberi pakan
berbasis jerami padi amoniasi dengan metode pemberian yang berbeda. J Agripet. 1:17-
24.
Dartosukarno S, Iskandar S, Purnomoadi A. 2012. Effect of level of concentrate feeding level
on efficiency of eating behaviour on ongole crossbred cattle. J Indones Trop Anim
Agric. 37:22-26.
Ferreira EM, Pires AV, Susin I, Mendes CQ, Gentil RS, Araujo RC, Loerch SC. 2011.
Growth, feed intake, carcass characteristics, and eating behavior of feedlot lambs fed
high-concentrate diets containing soybean hulls1. J Anim Sci. 89:4120-4126.
Galvani DB, Pires CC, Wommer TP, Oliveira F, Santos MF. 2010. Chewing patterns and
digestion in sheep submitted to feed restriction. J Anim Physiol Anim Nutr. 94:e366–
e373.
Goetsch AI, Gibson TA, Askar AR, Puchala R. 2010. Feeding behavior of goat. J Anim Sci.
88:361-373.
Ilham F. 2017. Pertumbuhan pra dan pascasapih domba lokal pada padang penggembalaan di
musim yang berbeda. Yogyakarta (Indonesia): Zahir Publishing.
Lee S, Kim Y, Oh Y, Kwak W. 2010. Effects of feeding methods of total mixed ration on
behavior patterns of growing Hanwoo steers. Asian-Aust J Anim Sci. 23:1469-1475.
Marjuki. 2008. Penggunaan tepung ikan dalam pakan konsentrat dan pengaruhnya terhadap
pertambahan bobot badan kambing betina. J Ternak Tropika. 9:90-100.
Orskov ER. 1988. The feeding of ruminant principles and practice. Marlow (USA): Chalombe
Publisher.
Pembayun IH, Purnomoadi A, Dartosukarno S. 2013. Tingkah laku makan kambing kacang
yang duberikan pakan dengan level protein-energi berbeda. J Anim Agric. 2:31-36.
Prima A, Purbowati E, Rianto E, Purnomoadi A .2019. The effect of dietary protein levels on
body weight gain, carcass production, nitrogen emission, and efficiency of productions
related to emissions in thin-tailed lambs. Vet World. 12:72-78.
Prima A, Luthfi N, Rianto E, Purnomoadi A. 2016. Body weight gain and feed efficiency of
young thin - tailed sheep raised under intensive feeding at different level of protein.
International Conference on Tropical Animal Science and Production. Bangkok. p. 283-
286.
Prima A, Rianto E, Purbowati E, Purnomoadi A. 2018. Indirect evaluation of digestive tract
function on male lambs and ram based on feed digestibility and eating behavior. JITAA.
43:124-130.
Puastuti W, Mathius IW. 2008. Respon domba yang mendapat ransum dengan sumber protein
berbeda: tinjauan pada komposisi kimia tubuh dan pertumbuhan wool. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor (Indonesia): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Purnomoadi A. 2018. Early fattening lamb could mitigate methane productiont-an example of
climate smart livestock farming system in Indonesia. IOP Conf Ser Earth Environ Sci.
119:1-9.
540
Luthfi et al.: Tingkah Laku Makan Domba Lokal Muda yang Diberi Pakan dengan Level dan Sumber Protein
541