0% found this document useful (0 votes)
60 views16 pages

Kiat Wanita Karier Dalam Mendisiplinkan Anak Untuk Mengelola Uang Saku Di Perumahan Wonorejo Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang

This document discusses tips from career women in disciplining children to manage pocket money in Wonorejo Housing, Kedungjajang District, Lumajang Regency. It describes how the women teach children to save money in banks, record spending transactions, understand the difference between needs and wants, teach future planning, encourage sharing with others, and reduce the impact of consumer goods advertising on children. The goals are to control how pocket money is used, reduce consumerist behavior, and help children understand the benefits of saving for the future.

Uploaded by

thera dwi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
60 views16 pages

Kiat Wanita Karier Dalam Mendisiplinkan Anak Untuk Mengelola Uang Saku Di Perumahan Wonorejo Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang

This document discusses tips from career women in disciplining children to manage pocket money in Wonorejo Housing, Kedungjajang District, Lumajang Regency. It describes how the women teach children to save money in banks, record spending transactions, understand the difference between needs and wants, teach future planning, encourage sharing with others, and reduce the impact of consumer goods advertising on children. The goals are to control how pocket money is used, reduce consumerist behavior, and help children understand the benefits of saving for the future.

Uploaded by

thera dwi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 16

KIAT WANITA KARIER DALAM MENDISIPLINKAN ANAK

UNTUK MENGELOLA UANG SAKU DI PERUMAHAN WONOREJO


KECAMATAN KEDUNGJAJANG KABUPATEN
LUMAJANG

Dian Ika Puspita Sari*) & Sukidin **)

Abstract: This study was conducted to describe the career woman


in disciplining tips to manage your child pocket money a child in
the District Housing Wonorejo Kedungjajang Lumajang. Method of
determining the location of research using purposive method that
area in the District Housing Wonorejo Kedungjajang Lumajang.
Technique of determining the research informants using purposive
sampling. Subject of research is a career woman in Housing
Wonorejo District of Kedungjajang Lumajang as many as 43
people, to key informants namely 5 career women who have
children of school (junior high or senior high school) and to the
informant as much additional 5 children middle school age (junior
or senior). Data collection methods consisted of interviews,
observation, and documents. Analysis of the data to be used are
data reduction, data presentation (Display Data), and conclusions
or verification. The results showed that the issue of women's career
in child discipline to manage pocket money includes teaching
children to save money in the bank, records all transactions
spending money, provide an understanding of the difference
between needs and wants, to teach future planning, teaching
children to share with others, and reducing the impact of
advertising on children's consumer goods.

*)
Dian Ika Puspita Sari adalah mahasiswa Prog. Studi Ekonomi FKIP UNEJ
**)
Sukidin adalah staf pengajar Prog. Studi Ekonomi FKIP UNEJ

19
20

So, with the few efforts were made by the old man with the hope to
discipline children in managing pocket money, children can
respond to the education savings made by parents. In this case the
child becomes interested in saving money as well as better
understand the benefits of saving for their future lives.

Keywords: Disciplining Tips and Managing Allowance


21
PENDAHULUAN
Orang tua terutama ibu dalam mengasuh dan mendidik anak sebagai
perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya. Melalui pengasuhan
yang diterapkan oleh ibu, membuat anak mulai mengenal dunia sekitar dan tata
cara pergaulan hidup yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Ibu memegang
peranan yang sangat penting dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak
terutama pada anak yang masih berusia sekolah menengah yakni usia antara 13-
18 tahun.
Mendidik anak yang dilakukan oleh ibu salah satunya dalam mengelola
uang saku. Uang saku merupakan sejumlah uang yang diberikan oleh orang tua
kepada anak-anak mereka guna memenuhi segala keperluan sekolah mereka.
Menurut Widya (2007:148), uang saku adalah uang yang tidak sama dengan
uang jajan. Uang saku dipergunakan untuk jajan, menabung dan berderma. Uang
saku yang diberikan oleh orang tua kepada anak sebenarnya bertujuan untuk
memenuhi segala kebutuhan anak berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
sekolah seperti untuk membayar angkot, membeli jajan, membayar iuran,
membeli alat-alat tulis, dan lain-lain.
Pemberian uang saku merupakan salah keharusan yang harus dilakukan
oleh orang tua kepada anak-anaknya yang sudah dalam usia sekolah. Orang tua
harus dapat mengerti segala kebutuhan anak berkaitan dengan bidang sekolah
maupun kesehariannya. Menurut Zhafira (2012), Faktor yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan orangtua ketika menentukan jumlah uang saku anak adalah
ongkos transport, biaya makan, dan usia. Upaya dalam hal mendisiplinkan dalam
mengelola uang saku anak bukanlah hal yang mudah, orang tua harus
mengetahui segala kebutuhan anak dan mengawasi perilaku anak dalam hal
mempergunakan uang saku tersebut.
Uang saku inilah yang kerap menjadi alasan anak-anak untuk jajan
sepuasnya, bahkan menjadikan anak boros atau konsumtif, padahal, tidak hanya
kebutuhan akan jajan saja, anak juga harus diajarkan untuk mengelola uang saku
mereka sejak dini. Anak-anak perlu diajarkan untuk mengelola uang saku
mereka dengan penuh tanggungjawab. Menurut Joceylin (2011:10), Uang saku
merupakan bentuk tanggung jawab, sehingga perlu disertai dengan penanaman
nilai uang pada anak, sehingga uang yang diberikan oleh orang tua dengan
22
perencanaan uang tersebut digunakan seperti untuk transportasi atau tabungan
anak. Uang saku dapat digunakan untuk makan dan pengeluaran lain-lain.
Upaya memberikan uang saku, yang perlu dilakukan ibu adalah
memberikan tata cara pengelolaan uang saku, untuk keperluan apa saja mereka
menggunakan uang saku tersebut, seperti untuk angkot, jajan, alat sekolah atau
yang lainnya. Semakin meningkat usia si anak, jumlah uang sakunya dapat
diperbesar sesuai kebutuhannya serta situasi dan kondisi ekonomi keluarga.
Penyelewengan dan penyalahgunaan uang saku bisa saja terjadi karena anak
belum bisa memanfaatkan secara tepat guna, yaitu mengeluarkan uang terlalu
cepat dan terlalu banyak.
Uang saku yang diberikan seharusnya untuk jajan kebutuhan sekolah yang
utama, terkadang dipergunakan anak untuk membeli barang yang tidak sesuai
dengan kebutuhannya, tetapi membeli sesuatu lebih kepada suatu keinginan.
Seperti yang terjadi pada anak sekolah cenderung boros menggunakan uang
sakunya untuk jajan yang berlebihan, makan diluar rumah bersama dengan
temannya, maupun membeli barang yang kurang bermanfaat. Sikap ini
menimbulkan perilaku konsumtif pada anak dalam membeli barang. Tidak
hanya itu anak cenderung tidak bisa berhemat dalam menggunakan uang
sakunya. Oleh karena itu, dibutuhkan kontrol dari ibu untuk mengelola keuangan
anak.
Adanya beberapa pelanggaran dalam hal mengelola uang saku yang
dilakukan oleh anak, membuat orang tua semakin ketat dalam hal mengawasi
penggunaan uang saku yang diterima oleh anak. Oleh karena itulah banyak ibu
di Perumahan Wonorejo Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang yang
melakukan berbagai cara untuk mendisiplinkan anak mengelola uang saku anak.
Adapun beberapa cara yang dilakukan adalah mengajarkan anak menabung,
mencatat semua transaksi pengeluaran uang, memberikan pengertian antara
kebutuhan dan keinginan, mengajarkan perencanaan masa depan, mengajarkan
anak berbagi dengan orang lain, mengurangi melihat iklan konsumtif, sehingga
uang saku anak dapat terkontrol dengan baik (Menurut Solomon, 2012:103). Hal
ini dimaksudkan agar tidak tidak memiliki perilaku yang konsumtif.
Berbagai cara ibu dalam mendisiplinkan anak mengelola uang saku
tersebut sangat berpengaruh terhadap anak. Dengan memberikan uang saku, ibu
membuat perjanjian dengan anak. Hal ini dikarenakan anak akan menerima
23
nominal yang diinginkan tetapi harus mempertanggungjawabkan dalam hal
penggunaannya. Artinya, anak harus memilah untuk ongkos kendaraan, uang
jajan dan hobi anak. Anak harus membagi uang sakunya menjadi beberapa pos
pengeluaran (Seto dan Trizki, 2012:34).
Berbagai upaya yang dilakukan oleh ibu di Perumahan Wonorejo
Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang dalam mendisiplinkan anak
untuk mengelola uang saku selain untuk mengurangi perilaku konsumtif anak,
juga untuk melihat respon anak dengan adanya pendidikan menabung yang
diterapkan orang tua. Tujuan utama orang tua mengajarkan kepada anak tentang
menabung yaitu agar anak dapat memahami tentang pentingnya menabung untuk
kehidupan ke depannya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah Bagaimana kiat wanita karier dalam mendisiplinkan anak untuk
mengelola uang saku di Perumahan Wonorejo Kecamatan Kedungjajang
Kabupaten Lumajang.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan kiat wanita
karier dalam mendisiplinkan anak untuk mengelola uang saku di perumahan
Wonorejo Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang. Hasil penelitian ini
diuraikan secara deskriptif dan menggambarkan kiat wanita karier dalam
mendisiplinkan anak untuk mengelola uang saku. Metode penentuan lokasi
penelitian menggunakan metode Purposive Area yaitu di perumahan Wonorejo
Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang.
Teknik penentuan informan penelitian menggunakan purposive sampling,
untuk informan utama yaitu 5 orang wanita karier yang memiliki anak sekolah
(SMP atau SMA) dan untuk informan tambahan sebanyak 5 orang anak usia
sekolah menengah (SMP atau SMA). Metode pengumpulan data yang digunakan
terdiri dari metode wawancara, observasi, dan dokumen. Analisis data yang akan
digunakan yaitu reduksi data, penyajian data (Display Data), dan pengambilan
kesimpulan atau verifikasi.

HASIL PENELITIAN
24
1. Kiat Wanita Karier dalam Mendisiplinkan Anak Untuk Mengelola
Uang Saku
Untuk dapat mengelola uang saku sebagaimana mestinya orang tua harus
dapat memberikan arahan yang sesuai dengan kondisi anak. Arahan yang
diberikan oleh orang tua tersebut dangat mempengaruhi perilaku anak terutama
dalam hal mengelola uang saku. Adapun salah satu tujuan yang dilakukan dalam
mendisiplinkan anak untuk mengelola uang saku yaitu agar anak tidak
berperilaku konsumtif.
Perilaku konsumtif merupakan perilaku yang menyimpang, karena
perilaku konsumtif bisa membuat seseorang menyimpang dari norma-norma
dimasyarakat bahkan bisa melanggar hukum. Perilaku konsumtif umumnya
menyerang pelajar, khususnya anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang masih mudah terpengaruh oleh iklan-iklan
di televisi. Hal ini dikarenakan mereka sering melihat iklan inilah anak menjadi
memiliki keinginan tinggi untuk mendapatkan suatu barang yang ditawarkan
lewat televisi. Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dengan salah satu informan utama dalam penelitian ini.
“Dahulu anak saya benar-benar boros mbak, setiap saya memberikan
uang saku selalu kurang, awalnya saya memberikan uang saku 1
minggu sekali mbak. Anak saya suka sekali belanja baju gara-gara
sering melihat iklan di TV atau internet mbak. Oleh karena itulah
semenjak 1 tahun yang lalu saya melakukan berbagai upaya agar
anak saya tidak berperilaku konsumtif lagi” (DB, 39Th).

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa anak memiliki perilaku


konsumtif dikarenakan anak sering melihat tayangan di TV atau internet yang
memperlihatkan barang-barang menarik, baik fashion maupun barang
konsumsi. Tayangan ini tidak hanya dari televisi, namun media cetak dan
reklame-reklame pinggir jalan, dan ini terjadi hampir setiap menit. Sehingga
memicu anak berkeinginan kuat untuk mendapatkan barang tersebut dan sulit
dicegah hanya dengan menasihati anak atau mengalihkan perhatiannya
mengenai keinginannya tersebut. Oleh karena itulah perlu dilakukan beberapa
cara dalam mendisiplinkan anak untuk mengelola uang saku agar anak tidak
berperilaku konsumtif adalah sebagai berikut:
25
A. Mengajarkan Anak Menabung di Bank
Mengajarkan anak menabung di bank merupakan salah satu cara yang
dilakukan oleh para wanita karier Perumahan Wonorejo Kecamatan
Kedungjajang Kabupaten Lumajang dalam mendisiplinkan anak untuk
mengelola uang saku yang diterimanya. Hal ini dikarenakan dengan
mengajarkan anak menabung di Bank, membuat anak menjadi lebih mengerti
tentang pentingnya menabung di bank. Upaya ini dilakukan bertujuan agar anak
menjadi berhemat dan akan menyisakan uang yang dimiliki untuk ditabung di
bank. Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
salah satu informan utama dalam penelitian ini.
“Setiap kali saya menabung di bank saya sering mengajak anak saya
mbak, karena saya ingin anak saya mengerti tentang pentingnya
menabung bagi masa depannya nanti. Dengan menuntun anak saya
untuk mengisi slip sampai dengan penarikan tabungan, hal ini untuk
mempermudah nantinya anak saya jika telah memiliki tabungan
sendiri. Dan ini cukup berhasil mbak, karena anak saya meminta saya
untuk dibuatkan rekening sendiri karena anak saya ingin juga
menyisikan uang saku yang diterimanya tersebut untuk ditabung di
bank.” (MA, 45Th).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa dengan mengajak


anak menabung di bank, membuat anak menjadi lebih menghargai uang. Anak
akan berusaha untuk menabungnya dan bukan aktif dalam mengambil uang di
bank. Pada saat anak melihat orang tua menabung di bank, anak akan berfikir
bahwa untuk dapat mempergunakan uang di bank, mereka harus menabungkan
uangnya terlebih dahulu, sehingga anak akan lebih dapat menghargai uang. Hal
ini dikarenakan dengan mengajarkan anak untuk menabung di bank, anak
menjadi tertarik untuk menabungkan uangnya tersebut, sehingga dapat
menghindari perilaku anak yang konsumtif.

B. Mencatat Semua Transaksi Pengeluaran Uang


Mencatat Semua Transaksi Pengeluaran Uang merupakan salah satu cara
yang dilakukan oleh para wanita karier Perumahan Wonorejo Kecamatan
Kedungjajang Kabupaten Lumajang dalam mendisiplinkan anak untuk
mengelola uang saku yang diterimanya. Hal ini dikarenakan dengan mencatat
26
segala pengeluaran dan pemasukan uang saku yang diperoleh anak, anak akan
tahu dengan jelas segala pengeluaran yang dilakukannya. Hal ini dimaksudkan
agar anak dapat membatasi serta mengatur uang saku yang diperoleh tersebut
dengan sebaik-baiknya. Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti dengan salah satu menjadi informan utama dalam penelitian ini.
“Saya menganjurkan anak saya untuk mencatat segala uang saku
yang diterima serta untuk apa saja uang saku tersebut mbak. Karena
saya memberikan uang saku setiap 1 bulan sekali yaitu sebesar Rp
350.000,- per bulan, sehingga anak saya harus dapat benar-benar
mempergunakan dengan baik mbak. Ketika anak saya melakukan
pencatatan pada setiap pengeluaran yang dilakukan, anak saya
menjadi tahu segala pengeluarananya mbak, seperti untuk jajan
berapa, untuk membeli alat-alat tulis berapa, untuk iuran berapa, dan
lain-lain, sehingga dapat mengajarkan anak saya dalam mengelola
keuangan mbak” (DB, 39Th).

Adanya pencatatan segala pengeluaran yang dilakukan dengan


menggunakan yang diterima oleh anak dapat membantu anak dalam mengontrol
segala pengeluaran yang dilakukan. Hal ini dikarenakan dengan adanya
pencatatan yang sistematis tersebut dapat membantu anak dalam mengatur
penggunaan uang saku tersebut. Adanya pencatatan tersebut anak dapat
merencanakan segala pengeluarannya tanpa harus melebihi jumlah uang saku
yang diterimanya.

C. Memberikan Pengertian Antara Kebutuhan dan Keinginan


Memberikan pengertian antara kebutuhan dan keinginan yaitu orang tua
menjelaskan tentang tentang perbedaan antara kebutuhan dan keinginan secara
rinci dan komplek, yaitu apa saya yang termasuk kebutuhan dari anak yang
harus didahulukan dari pada keinginan dari anak tersebut. Orang tua juga
menjelaskan bahwa kebutuhan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi di atas
keinginan seseorang. Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dengan salah satu informan utama dalam penelitian ini.
“Saat ini anak saya sudah mulai mengerti mengenai perbedaan
kebutuhan dan keinginan mbak, dimana anak saya harus
mengutamakan segala kebutuhan pokok yaitu untuk kepentingan
sekolah seperti membayar ongkos angkot, membeli alat tulis, iuran,
27
amal, dan lain-lain mbak. Hal ini memang sudah daya ajarkan dari
kecil mbak, agar anak saya dapat mempergunakan uang saku yang
diterima dengan sebaik-baiknya” (NM, 35Th).

Seorang anak yang lebih mengutakan memenuhi kebutuhannya daripada


keinginannya, biasanya anak tersebut akan dapat mempergunakan uang saku
yang mereka peroleh dengan sebaik-baiknya. Hal ini dikarenakan jumlah uang
saku yang diberikan oleh orang tua disesuaikan dengan kebutuhan anak, baru
kemudian menyesuaikan dengan keinginan anak, sehingga orang tua akan lebih
mengutamakan kebutuhan anak daripada keinginan anak tersebut. Dengan
adanya pemehaman anak mengenai kebutuhan dan keinginan maka sangat
mempengaruhi kedisiplinan anak dalam mengelola uang saku.

D. Mengajarkan Perencanaan Masa Depan


Mengajarkan perencanaan masa depan ini ini berkaitan dengan upaya
orang tua untuk mengajarkan kepada anak tentang pentingnya menyisihkan uang
saku yang diperoleh untuk kebutuhan tidak terduga nanti terutama dalam hal
pendidikan. Mengajarakan perencanaan masa depan tersebut bertujuan agar anak
memiliki rencana/planning tentang apa yang akan dilakukan berkaitan dengan
penggunaan uang saku yang diperoleh anak. Berikut merupakan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu anak yang menjadi
informan tambahan dalam penelitian ini.
“Ibu sering manganjurkan kepada saya untuk menyisihkan uang saku
mbak, supaya jika ada kebutuhan mendadak di sekolah saya tidak
bingung, seperti uiran belajar kelompok, maupun iuran yang lain.
Selain itu saya juga dianjurkan untuk membuat suatu perencanaan
tentang apa saja yang hendak saya beli mbak, sehingga upaya saya
dalam membelanjakan uang saku yang saya terima menjadi terarah
mbak.” (CA, 16Th).

Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa mengajarkan


perencanaan masa depan merupakan hal yang sangat penting untuk
mendisiplinkan anak dalam mengelola uang saku yang diterima. Hal ini
dikarenakan jika anak memiliki suatu perencanaan yang matang tentang
membelajakan uang saku yang dimiliki tersebut, maka anak dapat
28
mempergunakan uang saku sebagaimana mestinya, dan tidak akan melebihi
jumlah uang saku yang diterima tersebut.

E. Mengajarkan Anak Berbagi dengan Orang Lain


Mengajarkan anak untuk berbagi dengan orang lain merupakan hal yang
sangat penting, karena selain untuk menumbuhkan rasa sosialisasi kepada anak
juga untuk membuat anak merasakan kesusahan orang lain. Adapun bentuk dari
mengajarkan anak untuk berbagai dengan orang lain yaitu dengan mengikutkan
anak pada kegiatan-kegiatan sosial, mengajarkan anak untuk beramal, dan lain-
lain. Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
salah satu wanita karier di Perumahan Wonorejo Kecamatan Kedungjajang
Kabupaten Lumajang yang menjadi informan utama dalam penelitian ini.
“Saya selalu mengajarkan kepada anak saya untuk berbagi dengan
orang lain mbak, karena selain untuk menumbuhkan rasa
sosialisasi dalam diri anak saya juga agar anak saya dapat
merasakan penderitaan orang lain mbak. Oleh karena itulah saya
sering menganjurkan kepada anak untuk mengikuti kegiatan-
kegiatan sosial yang diadakan di sekolah maupun di luar sekolah
seperti kegiatan amal sosial bencana alam mbak serta untuk sering
melakukan amal di masjid. Dimana hal ini dapat membuat anak
saya lebih hemat mbak, karena anak saya selalu berusaha untuk
menyisihkan uang sakunya untuk amal” (DB, 39Th).

Adanya upaya mengajarkan anak untuk berbagi dengan orang lain


tersebut sangatlah penting bagi pengelolaan uang saku yang diterima oleh anak.
Hal ini dikarenakan anak akan berusaha menyisihkan uang sakunya untuk
diberikan kepada orang lain yang membutuhkannya. Selain itu, dengan
mengajarkan kepada anak untuk berbagi dengan orang lain dapat membuat anak
memiliki rasa solidaritas yang tinggi serta tidak mengutamaka ego mereka. Hal
ini akan sangat dibutuhkan pada kehidupan mereka nantinya. Oleh karena itulah
sangat dibutuhkan adanya rasa berbagi kepada orang lain yang harus dimiliki
oleh anak.

F. Mengurangi Dampak Iklan yang Bersifat Konsumtif


29
Adanya anak yang berperilaku konsumtif dikarenakan pengaruh dari
media sosial seperti televisi maupun internet, tidaklah mudah untuk
memperbaikinya. Dalam hal ini orang tua hanya dapat membatasi anak dalam
melihat televisi di rumah, karena acara-acara yang ada di televisi dapat
memberikan dampak meningkatkan perilaku konsumtif kepada anak. Dengan
mengatur waktu dan chanel acara televisi dapat membuat anak ingin memiliki
barang yang ditayangkan oleh karena itu, anak harus lebih hati-hati dalam
bertindak terutama dalam mempergunakan uang saku yang dimiliki tersebut.
Akan tetapi tidak semua anak-anak menuruti perintah dan saran yang diberikan
oleh orang tua mereka mengenai upaya orang tua dalam mengajarkan anak
dalam menonton televisi. Berikut merupakan penjelasan dari salah satu informan
tambahan dalam penelitian ini.
“Ibu saya memang sering marah-marah mbak jika saya kelamaan
menonton TV, apalagi jika saya melihat iklan-iklan yang ada di
televisi dan juga beberapa sinetron yang saya sukai mbak. Jadi,
kalau pas ada ibu saya lebih banyak melihat tayangan yang
disarankan oleh ibu, tapi jika ibu kebetulan pas keluar atau
bekerja saya menonton sesuka hati saya mbak” (LA, 14Th).

Adanya perilaku anak yang tidak menuruti nasehat orang tua tersebut
bahkan cenderung melanggar perintah orang tua, menibukan bahwa orang tua
harus lebih meningkatkan pengawasan mereka terhadap segala perilaku anak
terutama di rumah. Jadi, dengan memberikan arahan yang tepat terhadap
tayangan yang dilihat oleh anak seperti mengurangi anak dalam melihat iklan-
iklan yang bersifat konsumtif dapat membantu anak dalam mengelola uang saku
yang diterima tersebut dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah sangat
diperlukan pengawasan dari orang tua mengenai waktu anak dalam menonton
televisi maupun media sosial yang lain.

2. Respon Anak Terhadap Pendidikan Menabung


Respon anak terhadap pendidikan menabung merupakan suatu tanggapan
anak terhadap arahan atau bembelajaran yang diberikan oleh orang tua tentang
menabung di bank. Adanya suatu pendidikan menabung yang dilakukan oleh
orang tua diharapkan dapat membuat anak menjadi lebih tertarik untuk
menabung dibank, sehingga membuat mereka memiliki keinginan untuk
30
menyisihkan uang saku yang dimiliki tersebut. Respon anak terhadap pendidikan
menabung ini dapat bersifat negatif maupun positif. Berikut merupakan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu informan tambahan dalam
penelitian ini.
“Saya diajarkan menabung oleh ibu sejak saya masih kecil mbak, dan
sampai sekarang saya sering diajak ibu ke bank untuk menabung.
Saya menjadi tertarik untuk menyisihkan uang saku saya guna di
tabung mbak, karena manfaat dari menabung sangat banyak. Karena
saat ini saya belum memiliki rekening, jadi saya selalu menyimpan
sisa uang saku saya di celengan mbak” (AN, 13Th).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa AN memiliki


respon yang positif terhadap pendidikan menabung yang diajarkan oleh ibunya.
Respon anak terhadap pendidikan menabung yang diajarkan oleh orang tua
tersebut sangatlah penting untuk mengetahui apakah dengan diberikan
pembelajaran menabung tersebut dapat memberikan dampak yang positif atau
negatif bagi anak. Seorang anak yang merasa senang untuk menabung
merupakan salah satu respon positif yang dapat ditunjukkan oleh anak dengan
adanya pendidikan menabung yang dilakukan oleh orang tua mereka.

PEMBAHASAN
1. Kiat Wanita Karier dalam Mendisiplinkan Anak Untuk Mengelola
Uang Saku
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kiat
wanita karier dalam mendisiplinkan anak untuk mengelola uang saku di
Perumahan Wonorejo Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang bertujuan
agar anak tidak berperilaku konsumtif. Perilaku konsumtif umumnya
menyerang pelajar, khususnya anak menengah yang masih mudah terpengaruh
oleh iklan-iklan di televisi. Sebenarnya perilaku konsumtif terjadi karena
kurangnya pengetahuan tentang manajemen keuangan sehingga akan
terbelenggu dalam perilaku konsumtif. Oleh karena itu peran keluarga dalam
memberi pengertian sejak dini mengenai bagaimana mengelola keuangan yang
benar dan efektif (MacMillan, dalam Darwis Abu, 2006: 2).
31
Untuk menanggulangi perilaku konsumtif pada anak diperlukan adanya
beberapa upaya yang dilakukan oleh orang tua. Adapun kiat wanita karier dalam
mendisiplinkan anak untuk mengelola uang saku di Perumahan Wonorejo
Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang meliputi mengajarkan anak
menabung di bank, mencatat transaksi semua pengeluaran uang, memberikan
pengertian antara kebutuhan dan keinginan, mengajarkan perencanaan masa
depan, mengajarkan anak berbagi dengan orang lain, dan mengurangi dampak
iklan yang konsumtif.
Mengajarkan anak menabung di bank merupakan salah satu cara yang
dilakukan oleh subjek dalam penelitian ini dalam mendisiplinkan anak untuk
mengelola uang saku yang diterimanya. Hal ini dikarenakan dengan seringnya
mengajak anak menabung di bank, membuat anak menjadi lebih hemat dan
mengerti tentang pentingnya menabung di bank. Solomon (2012) menjelaskan
bahwa orang tua mengajak anak untuk pergi ke bank bukan hanya ketika orang
tua mengambil uang di bank, agar anak tidak salah persepsi bahwa bank dapat
mengeluarkan uang sendiri dan dengan mudah digunakan oleh orang tua mereka.
Mencatat semua transaksi pengeluaran uang merupakan salah satu cara
yang dilakukan oleh para wanita karier Perumahan Wonorejo Kecamatan
Kedungjajang Kabupaten Lumajang dalam mendisiplinkan anak untuk
mengelola uang saku yang diterimanya. Hal ini dikarenakan dengan mencatat
segala pengeluaran dan pemasukan uang saku yang diperoleh anak, anak akan
tahu dengan jelas segala pengeluaran yang dilakukannya, serta anak dapat
membatasi dan mengatur uang saku yang diperoleh tersebut dengan sebaik-
baiknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Solomon (2012), yang menjelaskan
bahwa pencatatan uang dilakukan agar pengelolaan uang bisa berjalan dengan
baik serta sesuai kebutuhan.
Adanya pencatatan segala pengeluaran yang dilakukan dengan
menggunakan yang diterima oleh anak dapat membantu anak dalam mengontrol
segala pengeluaran yang dilakukan. Hal ini dikarenakan dengan adanya
pencatatan yang sistematis tersebut dapat membantu anak dalam mengatur
penggunaan uang saku tersebut. Adanya pencatatan tersebut anak dapat
merencanakan segala pengeluarannya tanpa harus melebihi jumlah uang saku
yang diterimanya.
32
Selanjutnya, memberikan pengertian kepada anak antara kebutuhan dan
keinginan, dimana dalam memberikan pengertian ini orang tua menjelaskan
tentang tentang perbedaan antara keinginan dan kebutuhan secara rinci dan
komplek. Orang tua juga menjelaskan bahwa kebutuhan merupakan suatu hal
yang harus dipenuhi di atas keinginan seseorang. Jika anak menginginkan suatu
barang akan tetapi barang itu sebenarnya tidak memiliki manfaat maka
berikanlah pengertian antara keinginan dan kebutuhan mana yang harus
didahulukan (Solomon, 2012). Adapun kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
anak terlebih dahulu adalah untuk membayar angkot, iuran, membeli alat-alat
tulis, membayar les, dan lain-lain, sedangkan untu keinginan yaitu meiputi
keinginan untuk jajan, jalan-jalan, dan lain-lain.
Upaya mengajarkan perencanaan masa depan kepada anak tersebut dapat
membuat anak memiliki suatu rencana ke depan/planning dalam penggunaan
uang saku yang diperoleh. Upaya yang dilakukan tersebut membuat anak lebih
tertur dalam hal melakukan sesuatu terutama dalam hal mempergunakan uang
saku yang diterima, serta akan berusaha menyisihkan uang sakunya untuk
kebutuhan di kemudian hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Solomon, (2012),
yang menjelaskan bahwa Orang tua memberikan pemahaman pada untuk
perencanaan masa depan dalam menyisihkan uang untuk kebutuhan dimasa
depan anak.
Mengajarkan anak untuk berbagi dengan orang lain merupakan hal yang
sangat penting, karena selain untuk menumbuhkan rasa sosialisasi kepada anak
juga untuk membuat anak merasakan kesusahan orang lain. Adapun bentuk dari
mengajarkan anak untuk berbagai dengan orang lain yaitu dengan mengikutkan
anak pada kegiatan-kegiatan sosial, mengajarkan anak untuk beramal seperti di
tempat ibadah, panti asuhan, dan lain-lain.
Terakhir, mengatur dampak iklan yang bersifat konsumtif pada anak, hal
ini disebabkan tinggi rendahnya perilaku konsumtif pada anak sebagian
dikarenakan acara televisi yang mereka tonton, terutama pada anak usia sekolah
menengah, mereka sangat suka menirukan dan menginginkan barang-barang
yang diiklankan di televisi. Menurut Solomon (2012), menjelaskan bahwa
pastikan anak-anak tak berlama-lama berada di depan televisi setiap hari untuk
meminimalkan paparan iklan yang bisa menggoda mereka untuk membeli
sesuatu. Dalam hal ini orang tua hanya dapat membatasi anak dalam melihat
33
televisi di rumah, karena acara-acara yang ada di televisi dapat memberikan
dampak meningkatkan perilaku konsumtif kepada anak.

2. Respon Anak Terhadap Pendidikan Menabung


Upaya-upaya yang dilakukan oleh subjek dalam penelitian ini dalam
mengelola uang saku anak selalu berkaitan dengan menyimpan uang serta
mempergunakan dengan semestinya. Respon anak terhadap pendidikan
menabung yang diajarkan oleh orang tua merupakan salah satu hal yang cukup
penting yang harus diperhatikan oleh orang tua. Hal ini dikarenakan pendidikan
yang mereka ajarkan kepada anak-anak mereka akan mengalami keberhasilan
jika menimbulkan respon dari anak-anak mereka. Respon anak terhadap
pendidikan menabung ini dapat bersifat negatif maupun positif. Berdasarkan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa beberapa
anak yang menjadi informan utama dalam penelitian ini memiliki respon yang
positif terhadap pendidikan menabung yang diajarkan oleh ibunya.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat ditarik kesimpulan
bahwa salah satu tujuan yang dilakukan dalam mendisiplinkan anak untuk
mengelola uang saku oleh wanita karier di Perumahan Wonorejo Kecamatan
Kedungjajang Kabupaten Lumajang yaitu agar anak tidak berperilaku
konsumtif.. Adapun upaya yang dilakukan oleh para orang tua dalam
mendisiplinkan anak untuk mengelola uang saku yaitu mengajarkan anak
menabung di bank, mencatat semua transaksi pengeluaran uang, memberikan
pengertian tentang perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, mengajarkan
perencanaan masa depan, mengajarkan anak berbagi dengan orang lain, dan
mengurangi dalam dampak iklan yang bersifat konsumtif pada anak.
Jadi, dengan adanya beberapa upaya dilakukan oleh orang tua tersebut
dengan harapan dapat mendisiplinkan anak dalam mengelola uang saku, anak
dapat memberikan respon terhadap pendidikan menabung yang dilakukan oleh
orang tua. Dalam hal ini anak menjadi memiliki ketertarikan untuk menabung
serta lebih dapat memahami akan manfaat dari menabung terhadap kehidupan
mereka ke depannya.
34
Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti melalui penelitian ini adalah bagi
orang tua, hendaknya terus meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan
uang saku oleh anak, meningkatkan pengawasan terhadap media sosial yang
ditonton anak, serta melakukan berbagai upaya lain guna mengurangi perilaku
konsumtif anak. Bagi anak, untuk mempergunakan uang saku yang diperoleh
dengan sebaik-baiknya, serta terus melakukan pencatatan segala pengeluaran
dengan lengkap dan sistematis, agar segala pengeluaran yang dilakukan tidak
melebihi jumlah uang saku yang diterima.

DAFTAR PUSTAKA
Darwis Abu. 2006. Pengubahan Perilaku Menyimpang Siswa. Jakarta:
Depdiknas.
Joceylin H. 2011. Mengelola Uang Saku. Jakarta : Pakar Raya
Seto, M dan Trizki L. 2012. Financial Parenting: Menjadikan Anak Cerdas dan
Cermat Mengelola Uang. Jakarta: Naura Books.
Solomon, S. 2012. Kiat Menyimpan Uang. Jakarta: Elex Media.
Suryana. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Widya, N. 2007. Serba-Serbi Anak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Zhafira. 2012. Faktor Pertimbangan Orang Tua Menentukan Jumlah Uang Saku
(www.untukku.com/artikel-untukku/berapa-uang-saku-yang-pantas-bagi--anak-
sekolah-untukku.html)

You might also like