Pembuatan Hardboard Dari Serat Alternatif Menggunakan Lignin Alaminya Dan Tanin Formaldehida Sebagai Perekat
Pembuatan Hardboard Dari Serat Alternatif Menggunakan Lignin Alaminya Dan Tanin Formaldehida Sebagai Perekat
Pembuatan Hardboard Dari Serat Alternatif Menggunakan Lignin Alaminya Dan Tanin Formaldehida Sebagai Perekat
Diterima : 9 Februari 2015, Revisi akhir : 4 Mei 2015, Disetujui terbit : 22 Mei 2015
ABSTRACT
The most numerous uses of hardboard are for sound-deadening barrier, insulation wall, furniture,
part of electronic appliances, and vehicle interior.Nowadays, in Indonesia the availability of natural-forest
woods (the conventional ligno-cellulosic fibrous raw material) for fiberboard manufacture becomes limited
and scarce. Thus, non-wood alternative fibers should be considered as raw material for fiber board. In this
study, experiment was done using alternative fibers which were Saccharum spontaneum grasses (SSG), empty
oil-palm bunches (EOPB), and bamboo. The pulping and mat forming employed consecutively an open-hot
soda semi-chemical process and wet-forming process. The additives for hardboard forming comprised wax
emulsion and tannin formaldehyde (TF) adhesive.Alkali consumption in the pulping of alternative fibers (SSG,
EOPB, and bamboo) for hardboard ranged about 88-99% (regarded as quite high, near 100%). SSG was
the most prospective for hardboard, followed by consecutively EOPB and bamboo. Also, physical-strength
properties of hardboard from SSG satisfied the JIS and ISO requirement the most. The prospective results of
fiberboard manufacture from the alternative fiber materials will expectedly lessen the dependency on natural-
forest woods thereby sustaining the natural resources, and alleviating environment concerns. The high alkali
consumption and wet-forming implementation hinted that this fiberboard-manufacturing experiment is more
suitable for small-medium scale endeavor (SME).
Keywords: hardboard, alternative ligno-cellulosic fiber materials, prospective results, sustaining natural
resources, small-to-medium scale endeavor (SME)
ABSTRAK
Hardboard banyak digunakan antara lain untuk bahan peredam suara, dinding penyekat, mebel,
bagian dari peralatan elektronik dan interior kendaraan. Di Indonesia, ketersediaan kayu hutan alam (bahan
baku serat berligno-selulosa konvensional) untuk pembuatan papan serat di Indonesia semakin terbatas
dan langka. Oleh karena itu bahan serat alternatif harus dipertimbangkan sebagai bahan baku papan serat.
Dalam penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan papan serat (hardboard) dari bahan serat alternatif,
yaitu rumput gelagah (RG), tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan bambu. Pengolahan pulp (pulping)
dan pembentukan lembaran untuk papan serat menggunakan proses semi-kimia soda panas terbuka dengan
pembentukan cara basah (wet process). Bahan aditif yang digunakan adalah emulsi lilin dan perekat tanin
formaldehida (TF) Konsumsi alkali pada pulping adalah 88-99% (dianggap cukup tinggi, mendekati 100%).
RG paling berprospek untuk hardboard diikuti oleh TKKS dan bambu, dan sifat fisik-kekuatan hardboard
dari RG paling banyak memenuhi persyaratan JIS dan ISO. Hasil prospektif pemanfaatan serat alternatif
untuk papan serat diharapkan bermanfaat mengurangi ketergantungan pada kayu hutan alam sehingga ikut
melestarikan sumber daya alam. Tingginya konsumsi alkali dan penerapan cara basah berindikasi bahwa
pengolahan papan serat ini lebih sesuai untuk usaha kecil menengah (UKM).
Kata kunci: hardboard, bahan baku serat alternatif, hasil prospektif, melestarikan sumber daya alam, usaha
kecil menengah (UKM)
47
Jurnal Selulosa, Vol. 5, No. 1, Juni 2015 : 47 - 58
48
Pembuatan Hardboard dari Serat Alternatif
menggunakan... : Dian Anggraini Indrawan, dkk.
dan habitatnya, dan konflik berbagai pemangku di Indonesia sementara China memiliki 14
kepentingan. Dan menurut Syamsu dkk. (2014) persen, dan India yang terluas, yaitu 30 persen.
laju deforestasi ini diperkirakan akan semakin Dan menurut data Kementerian Kehutanan RI,
meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan dari bambu pada tahun 2010 sampai
permintaan terhadap kayu dan produk-produk 2011 ada peningkatan 24% (The President
berbahan baku kayu. Untuk mengurangi Post, 2013). Ekspor bambu di Indonesia pada
ketergantungan pada kayu hutan alam, perlu tahun 2012 sebanyak 121,2 juta dolar. Kondisi
dicari serat alternatif yang potensinya berlimpah ini memperlihatkan masih adanya peluang
dan belum banyak dimanfaatkan seperti rumput pasar untuk bambu maupun produk bambu
gelagah, bambu dan tandan kosong kelapa sawit (Berita WMC, 2012 dalam Alamsyah dkk.,
(TKKS). 2013). Bambu dikenal memiliki sifat-sifat yang
Rumput gelagah dan TKKS selama ini belum sangat menguntungkan untuk dimanfaatkan
terlalu banyak dimanfaatkan untuk papan serat/ karena, batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras,
hardboard, dimana menurut Narwin (2012), mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah
rumput gelagah adalah jenis tanaman yang dikerjakan serta ringan sehingga mudah
tumbuh secara liar dihutan. Sekilas nampak diangkut. Selain itu, bambu juga relatif murah
rumput ini tidak begitu bermanfaat karena dibandingkan dengan bahan bangunan lain
hanya mengganggu tanaman masyarakat seperti kayu (Purwito dkk., 2012).
sehingga petani selalu membabatnya ketika Dengan adanya sumber bahan baku yang
melakukan pembersihan lahan tujuannya agar belum banyak dimanfaatkan untuk papan serat
tidak mengganggu tanaman yang ada dan hanya seperti rumput gelagah dan TKKS, serta bambu
dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pembuatan yang memiliki keunggulan sebagai pengganti
sapu.. Hal yang menarik adalah rumput gelagah kayu, maka dilakukan percobaan pembuatan
merupakan tanaman menahun (tumbuh sepanjang papan serat dari serat alternatif yaitu rumput
tahun), tumbuh bergerombol, dapat tumbuh baik gelagah, tandan kosong kelapa sawit, dan bambu
di daerah tropis maupun non-tropis. Gelagah yang menggunakan perekat alami yaitu tanin
dapat berkembang biak secara generatif (melalui formaldehida (TF) dan lignin. TKKS, rumput
biji) atau secara vegetatif (melalui stek batang). gelagah, dan bambu merupakan bahan serat
Pertumbuhan akar gelagah dapat menembus jauh berligno-selulosa seperti halnya kayu (bahan baku
ke dalam tanah, oleh karenanya dapat mencegah serat konvensional untuk papan serat/harboard).
erosi pada tanah berpasir dan berkelerengan Dengan demikian pemanfaatan ketiga macam
agak curam. Pertumbuhan gelagah yang cepat serat alternatif tersebut diharapkan layak teknis
dan bergerombol, maka kalau dibiarkan dapat untuk hardboard dengan sifat yang memuaskan
mengambil alih (invasive) pertumbuhan tanaman dan memenuhi persyaratan standar.
lain (Anonim, 2012b).
Di lain hal, dengan luas areal perkebunan kelapa BAHAN DAN METODE
sawit di Indonesia mencapai 7.099.388 ha, saat
ini pemanfaatan serat TKKS yaitu untuk pupuk Persiapan dan Metodologi
organik, bahan baku pembuatan kertas, briket,
dan umumnya baru sampai pada pemanfaatan Pembuatan hardboard menggunakan bahan
serat sebagai bahan pengisi suatu medium seperti serat rumput gelagah (RG), tandan kosong
pengisi rongga jok mobil dan kasur.produk utama kelapa sawit (TKKS), dan bambu dengan cara
kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan basah (wet process) (Indrawan dkk., 2013a).
buahnya yang menghasilkan minyak, dan setelah Contoh RG (Saccharum spotaneum) diambil
proses pengolahan, tersisa Tandan Kosong dari Jawa Tengah dan Jawa Timur; contoh TKKS
Kelapa Sawit (TKKS) sebagai produk sampingan (Elaeis guineensis), dan bambu jenis andong
(Wardani, 2014). (Gigantochloa psedoarundinaceae) dari Provinsi
Di Indonesia terdapat 172 spesies bambu Banten dan Jawa Barat. Sebelum masing-masing
asli nusantara dan 36 spesies yang diintroduksi bahan serat (RG, TKKS, dan bambu) diolah
dari luar negeri. Dunia memiliki 37 juta hektar (dimasak) menjadi pulp, dilakukan pemeriksaan
hutan bambu natural ataupun budidaya yang sifat dasarnya, yang mencakup kerapatan,
setara dengan satu persen luasan hutan dunia. komposisi kimia, dan dimensi serat berikut nilai
Dari jumlah itu, lima persen di antaranya terdapat turunannya, menurut standard TAPPI (2007).
49
Jurnal Selulosa, Vol. 5, No. 1, Juni 2015 : 47 - 58
50
Pembuatan Hardboard dari Serat Alternatif
menggunakan... : Dian Anggraini Indrawan, dkk.
Tabel 1. Kadar Air, Berat Jenis, dan Komposisi Kimia Bahan Serat Rumput Gelagah,
TKKS, dan Bambu*)
Tabel 2. Dimensi Serat dan Nilai Turunannya untuk Rumput Gelagah, TKKS, dan Bambu*)
papan serat sehingga berakibat negatif terhadap berprospek untuk hardboard dibandingkan
sifat fisis dan mekanis papan tersebut (Suchsland TKKS (urutan prospek kedua) dan rumput
dan Woodson, 1986; Roliadi dkk., 2012). Kadar gelagah (prospek terendah).
selulosa tertinggi adalah pada bambu, diikuti oleh
TKKS dan rumput gelagah. Bambu menunjukkan Dimensi Serat dan Nilai Turunannya
kadar lignin tertinggi, sedangkan antara TKKS
dan rumput gelagah tidak berbeda jauh. Kadar Data dimensi serat dan nilai turunan dimensi
pentosan tertinggi pada TKKS, sedangkan serat dari ketiga macam bahan serat (TKKS,
antara bambu dan rumput gelagah tidak berbeda RG, dan bambu) disajikan pada Tabel 2.
jauh. Kadar selulosa, lignin, dan pentosan Hasil pencermatan menunjukkan bahwa serat
tinggi dikehendaki untuk papan serat. Selulosa (bentuk bahan) baku berdimensi terpanjang dan
merupakan salah satu penyusun bahan serat, berdiameter terbesar adalah bambu, sedangkan
sedangkan lignin berperan sebagai pengikat antar serat terpendek pada TKKS dan diameter terkecil
serat pada papan serat dan pentosan memudahkan pada rumput gelagah (Tabel 2). Diameter lumen
proses penggilingan serat pulp sehingga tak terbesar dan dinding serat paling tebal adalah
mudah rusak pada perlakukan mekanis (Casey, pada bambu, diikuti oleh TKKS dan rumput
1980; Smook, 2002). Berdasarkan keseluruhan gelagah. Serat bambu menunjukkan daya tenun
sifat dasar tersebut, bambu berindikasi paling tertinggi, diikuti oleh rumput gelagah dan TKKS.
51
Jurnal Selulosa, Vol. 5, No. 1, Juni 2015 : 47 - 58
No Rincian Terkait
1 Macam bahan serat TKKS Bambu Rumput Gelagah
2 Konsentrasi alkali, % 9,0 10,5 9,0 10,5 9,0 10,5
3 Sifat Pengolahan pulp:
-Rendemen pulp, % 75,26 65,55 76,98 78,87 60,53 61,49
-Konsumsi alkali, % 1) 8,94 9,53 7,95 8,98 8,92 10,06
-Konsumsi alkali, % 2) 99,33 90,76 88,33 85,52 99,11 95,80
-Derajat kehalusan pulp, ml CSF 735 725 735 725 735 705
-Waktu giling mencapai 650-700 65 60 74 70 70 65
ml CSF, menit
*)
Nilai rata-rata; TKKS = tandan kosong kelapa sawit; 1Berdasarkan berat serat kering oven; 2)Berdasarkan konsentrasi alkali awal
52
Pembuatan Hardboard dari Serat Alternatif
menggunakan... : Dian Anggraini Indrawan, dkk.
adalah pada pemasakan (pulping) rumput gelagah, konsentrasi alkali. Delignifikasi yang semakin
diikuti oleh TKKS dan bambu. Fenomena ini intensif, berakibat pula lebih banyak senyawa
terkait dengan tingginya porsi bahan bukan serat pentosan yang terekspos pada permukaan serat;
pada rumput tersebut; sedangkan pada bambu, dan pentosan banyak berperan sebagai pelumas
porsi bahan bukan seratnya paling rendah (Tabel (lubricant) pada proses penggilingan pulp
1).Konsumsi alkali yang juga tinggi pada pulping (Smook, 2002).
TKKS, mengindikasikan adanya sisa minyak/ Serat TKKS menunjukkan waktu giling
lemak di dalamnya. Selanjutnya,peningkatan tersingkat yang diduga terkait dengan kadar
konsentrasi alkali meningkatkan pula pentosannya yang paling tinggi (Tabel 2). Pada
konsumsinya; dan ini sesuai dengan fenomena pengolahan pulp semikimia untuk papan serat
kimia kinetis (Indrawan dkk., 2013). Menurut (termasuk tipe hardboard), dikehendaki rendemen
Laksono (2008) peningkatan konsumsi alkali pulp tinggi, sedangkan konsumsi alkali, derajat
ini terjadi sebagai akibat dari semakin tingginya kehalusan awal pulp, dan waktu giling pulp yang
reaksi kimia antara komponen kimia kayu dengan rendah (singkat). Ini terkait dengan kapasitas
larutan pemasak, terutama reaksi delignifikasi produksi, pemakaian bahan kimia, dan energi
dan degradasi polisakarida (hemiselulosa). (panas atau listrik). Berdasarkan anggapan
Derajat kehalusan awal pulp (mL CSF) pada tersebut, maka terindikasi bahwa pulp bambu
konsentrasi alkali 9,0% terindikasi tidak saling pada konsentrasi akali 10,5% paling berpotensi
berbeda antara 3 macam bahan serat (TKKS, untuk papan serat, sedangkan potensi TKKS dan
bambu, dan rumput gelagah). Pada konsentrasi rumput gelagah pada urutan kedua dan ketiga
10,5%, derajat kehalusan awal pulp terendah (juga pada konsentrasi alkali 10,5%)
adalah dari RG; sedangkan antara TKKS dan
bambu, derajat kehalusan tersebut tak terlalu Sifat Fisik dan Mekanik Hardboard
berbeda. Makin rendah derajat kehalusan pulp
mengindikasikan bahwa tingkat defiberisasi Hasil pencermatan data sifat fisik dan
(pemisahan) serat makin intensif. Tingginya kekuatan hardboard dapat dilihat pada Tabel 4.
porsi bahan bukan serat pada RG (indikasi Sifat hardboard yang dikehendaki konsumen
sifat hidrofilik) diduga terkait dengan semakin adalah kadar air, penyerapan air, pengembangan
mudahnya proses defiberisasi serat pulpnya tebal, daya hantar panas yang rendah; sementara
(Smook, 2002). Lebih lanjut, peningkatan kerapatan, sifat kekuatan (MOE, MOR, IB),
konsentrasi alkali menurunkan derajat kehalusan dan ketahanan panas tinggi. Anggapan tersebut
pulp (memudahkan penggilingan); dan ini terkait diterapkan sebagai masukkan pada telaahan
dengan semakin intensifnya proses delignifikasi dengan analisis diskriminan
parsial (sifat lignin kurang hidrofilik). Dari hasil penerapan tersebut persamaan
Waktu giling mencapai 600-700 mL persamaan yaitu Y-discr = ∑ bi*Yi =
CSF semakin singkat dengan meningkatnya +48,11241Y1 (kerapatan) -24,12352 Y2 (kadar
53
Jurnal Selulosa, Vol. 5, No. 1, Juni 2015 : 47 - 58
air) +58.91632 Y3 (MOE) +67,21982 Y4 (MOR) macam bahan serat, nilai diskriminan tertinggi
+43,99751 Y5 (IB) -9,61326 Y6 (penyerapan air) adalah dari campuran 50% pulp rumput gelagah
-24,15673 Y7 (pengembangan tebal) -33,12543 + 50% pulp TKKS (Ydiskr = 91,51-136,91),
Y8 (daya hantar panas) +26,13452 Y9 (ketahanan dan terendah adalah campuran 50% pulp TKKS
panas); dimana nilai Yi juga merupakan nilai sifat + 50% pulp bambu (Yidkr = 85,013-126,047).
hardboard yang sudah dibakukan (standardized) Ternyata nilai diskriminan dengan urutan ke
menjadi tanpa satuan (Lampiran 1). Nilai satu, dua, dan tiga adalah yang melibatkan pulp
mutu (Y diskr) yang terbesar dari persamaan RG; sedangkan nilai dengan urutan terendah (ke
tersebut pada kombinasi perlakuan tertentu empat) adalah yang tak melibatkan pulp RG,
(proporsi campuran RG + TKKS + bambu, tetapi melibatkan pulp bambu. Ini memperkuat
pada konsentrasi alkali 9,0% terhadap 10,5%, indikasi telaahan urutan nilai diksriminan bahan
dan menggunakan aditif/perekat TF terhadap serat secara individu, di mana urutannya adalah
kontrol/tanpa-perekat) mengindikasikan bahwa pulp RG, pulp TKKS, dan pulp bambu.
proporsi tersebut paling prospektif untuk Nilai diskriminan telaahan pengaruh
pembuatan hardboard; sebaliknya pada nilai Y konsentrasi alkali (Lampiran 1) menunjukkan
diskr terendah menunjukkan kombinasi tersebut bahwa nilai diskriminan pada konsentrasi 10,5
paling-tidak-prospektif. Persamaan diskriminan % (Ydiskr = 109,2-143,1) ternyata lebih tinggi
tersebut dianggap memadai (representatif) karena dibandingkan nilai pada konsentrasi 9% (Ydiskr
memiliki nilai koefisien determinasi kanonik = 80,4-119,2). Ini berindikasi bahwa aspek
nyata (R2 = 0,912**). Selanjutnya, berdasarkan positif akibat peningkatan konsentrasi alkali (a.l.
koefisien persamaan tersebut (bi; angka mutlak), derajat kehalusan pulp awal lebih rendah, waktu
maka peranan masing-masing sifat hardboard giling lebih singkat, dan kerapatan/sifat kekuatan
(Yi) tak sama terhadap nilai urutan mutu yaitu hardboard meningkat) mendominir aspek
Y4>Y3>Y1>Y5 >Y8>Y9>Y7>Y2>Y6. negatifnya (a.l. konsumsi alkali lebih tinggi,
Dari persamaan diskriminan tersebut diperoleh rendemen pulp lebih rendah, dan kestabilan
indikasi (Tabel 5) bahwa untuk hardboard yang dimensi hardboard menurun) (Tabel 1, 2, dan 3;
dibentuk dari masing-masing individu serat dan Lampiran 1). Selanjutnya Untuk penggunaan
(bentuk pulp, 100%) ternyata rumput gelagah aditif (perekat TF), ternyata nilai diskriminan
paling berprospek, dengan nilai diskriminan harboard dengan perekat TF (Ydiskr = 116,509-
(Ydiskr = 93,2-143,1); disusul oleh pulp TKKS 143,1) lebih tinggi dibandingkan kontrol/tanpa-
(Ydiskr = 88,7-130,2) dan pulp bambu (Ydiskr = perekat (Y diskr = 85,013-97,943). Ini dapat
80,4-121,9). Ini mengindikasikan bahwa aspek dimaklumi karena penggunaan aditif memang
positif sifat dasar dan sifat pengolahan pulp berperan positif terhadap sifat fisis/kekuatan
rumput gelagah (antara lain kandungan ekstraktif hardboard (a.l. kadar air dan penyerapan air
baik polar maupun kurang polar yang tinggi, daya turun, dan kerapatan/kestabilan dimensi/sifat
tenun serat tinggi, berat jenis rendah, dan derajat kekuatan meningkat, meski ketahanan panas
kehalusan pulp awal rendah) mendominasi menurun).
aspek negatifnya (a.l. kadar air tinggi, kadar Hasil analisis diskriminan secara menyeluruh
selulosa rendah, konsumsi alkali tinggi, dan berindikasi kuat bahwa produk hardboad yang
rendemen pulp rendah) (Tabel 1, 2 dan 3). Untuk paling banyak memenuhi persyaratan JIS dan ISO
TKKS, yang menempati urutan kedua sesudah adalah yang dibentuk dari 100% RG (bentuk pulp)
rumput gelagah, diduga aspek negatifnya yang dengan penggunaan perekat TF pada konsentrasi
menonjol adalah masih tingginya kandungan alkali 9-10,5% (Ydiskr = 137,4-143,1). Meskipun
sisa minyak/lemak (diindikasikan pada konsumsi demikian, TKKS dan bambu (keduanya
alkalinya tinggi) dan selanjutnya memperkuat dalam bentuk pulp) tetap bisa prospektifuntuk
dugaan berpengaruh negatif pada sifat kekuatan hardboard melalui pencampurannya dengan pulp
hardboard.Untuk bambu dengan urutan nilai RG pada proporsi berturut-turut 50% pulp RG +
diskriminan paling rendah, ini diduga karena 50% pulp TKKS (Ydiskr = 136,91); 50% pulp
aspek negatifnya yang banyak berperan seperti RG + 50% pulp bambu (Ydiskr = 132,506); dan
berat jenis, bilangan Runkel, dan koefisien 33,33% pulp RG + 33,33% pulp TKKS + 33,33%
kekakuan serat yang tinggi; dan derajat kehalusan pulp bambu (Ydiskr = 131,689), keseluruhannya
pulp awal tinggi) (Tabel 1, 2, dan 3). Untuk dengan perekat TF dan pada konsentrasi alkali
harboard yang dibentuk dari campuran macam- 10,5%).
54
Pembuatan Hardboard dari Serat Alternatif
menggunakan... : Dian Anggraini Indrawan, dkk.
Tabel 5. Nilai Y-Diskr terhadap Bahan Baku Serat pada masing-masing Proporsi
Supaya dapat lebih memenuhi syarat JIS mengakibatkan seratnya sukar menggepeng
dan ISO (mencapai atau mendekati 100%), dan kurang fleksibel) sehingga berpengaruh
pada individu serat pulp (RG) atau proporsi negatif terhadap ikatan dan anyaman antar serat
campurannya tersebut, disarankan antara lain selama pembentukan lembaran hardboard, dan
penggunaan cross-linking agent dan water selanjutnya berakibat lebih rendahnya sifat
repellent (Santoso, 2011). Untuk memanfaatkan kekuatan hardboard yang dibentuk dari 100%
serat TKKS 100%, perlu digunakan pemasakan pulp bambu (Tabel 1, 2, 3). Kristalinitas TKKS
dengan konsentrasi alkali >10,5%, guna lebih yang rendah (Tabel 6), dan adanya sisa minyak/
banyak melarutkan minyak/lemak yang terindikasi lemak juga berakibat lebih rendahnya sifat
kuat berpengaruh negatif terhadap sifat kekuatan kekuatan tersebut dibandingkan dari 100% pulp
produk hardboard dan menimbulkan noda RG. Adanya sisa lemak/minyak bisa mengganggu
berwarna gelap pada permukaannya. Diharapkan ikatan/anyaman antar serat. Meskipun demikian,
pula usaha tersebut meningkatkan prospek lebih tingginya sifat kekuatan hardboard dari
pemanfaaatan serat TKKS secara individu 100% pulp TKKS dibandingkan dari 100% pulp
(100%) atau secara campurannya dengan bahan bambu, diduga terkait dengan lebih mudahnya
serat lain (RG dan bambu) untuk hardboard. pulp TKKS tersebut digiling untuk mencapai
Hasil analisis ini menunjukkan sifat-sifat yang derajat kehalusan 600-700 mL CSF (Tabel 2).
memerlukan perbaikan, dengan urutan prioritas Pulp yang mudah digiling berindikasi tingkat
MOR, diikuti oleh MOE, kerapatan, IB, daya fibrilisasi dan hidrasi serat tinggi, dan ini
hantar panas, ketahanan panas, pengembangan berpengaruh positif pula pada ikatan/anyaman
tebal, kadar air, dan akhirnya penyerapan air. antar serat dan akhirnya sifat kekuatan hardboard
(Casey, 1980).
Pencermatan Skala Nano
Tabel 6. Kristalinitas Bahan Serat *)
Pencermatan tersebut menggunakan alat XRD
menunjukan bahwa kristalinitas serat RG adalah Kristalinitas
No Macam Bahan Serat
urutan kedua setelah serat bambu. (Tabel 6). Hal %
ini berperan positif terhadap kekuatan individu 1 Rumput gelagah 32,93
serat RG (Smook, 2002; Santoso, 2011), dan ikut 2 Tandan kosong kelapa sawit 27,44
menjelaskan tingginya sifat kekuatan hardboard 3 Bambu 35,27
yang dibentuk dari 100% pulp RG atau dari *)
Nilai rata-rata
campuran bahan serat dimana pulp RG dilibatkan
dalam campuran tersebut. Kemungkinan Penerapan Hasil Percobaan
Meskipun kristalinitas serat bambu paling Hardboard untuk Usaha Kecil Menengah
tinggi (indikasi kekuatan individu serat tersebut
tinggi); diduga karena tingginya kadar lignin Pembuatan papan serat (hardboard) pada
bambu, dinding seratnya yang tebal dan percobaan ini (menggunakan serat alternatif yaitu
koefisien kekakuannya tinggi (keseluruhannya rumput gelagah, TKKS, dan bambu) diawali
55
Jurnal Selulosa, Vol. 5, No. 1, Juni 2015 : 47 - 58
dengan pemasakan (pulping) dengan proses pulp bambu. Peningkatan konsentrasi alkali dan
semi-kimia soda panas terbuka, dilanjutkan penggunaan perekat tanin formaldehida berperan
dengan pembentukan lembaran cara basah. positif terhadap sifat kekuatan (mekanis) produk
Bahan kimia pada proses tersebut bersifat tunggal hardboard. Hardboard yang dibentuk dari
(NaOH), yang berfungsi hanya melunakkan atau 100% pulp RG, pada konsentrasi alkali 10,5%,
melarutkan lignin secara parsial sehingga serat- dan menggunakan perekat TF paling banyak
serat yang saling berikatan satu sama lainnya pada memenuhi persyaratan JIS dan ISO, sehingga
proses mekanis selanjutnya (beating/refining) paling berprospek untuk hardboard.
tercerai berai menjadi serat terpisah pulp. Agar hardboard dari bahan serat yang
Pada pengolahan pulp semi-kimia ini diteliti (RG, TKKS, dan bambu) bisa lebih
menggunakan sistim terbuka, jadi pada memenuhi persyaratan (JIS dan ISO), disarankan
penerapan komersial sistim/peralatannnya penggunaan aditif berupa cross-linking agent dan
diperkirakan tidak terlalu rumit dan tidak water repellent.
banyak memerlukan biaya dibandingkan Guna memperbaiki mutu/kualitas harboard
dengan yang tertutup. Konsumsi alkali pada hasil percobaan, perlu usaha untuk memperbaiki
pengolahan pulp ini berkisar sekitar 88- sifatnya dengan urutan prioritas mula-mula
99% (relatif besar karena mendekati 100%). MOR, lalu MOE, kerapatan, IB, daya hantar
Sekiranya sisa bahan kimia pemasak (alkali) panas, ketahanan panas, pengembangan tebal,
didaur ulang akan memerlukan biaya besar, kadar air, dan akhirnya penyerapan air.
dibandingkan tanpa daur ulang. Percobaan pembuatan hardboard berbahan
Pembentukan lembaran papan serat baku serat alternatif (RG, TKKS, dan bambu)
(hardboard) pada percobaan ini menggunakan dengan hasil prospektif diharapkan dapat
cara basah. Di samping pembentukan cara basah, mengurangi ketergantungan pada bahan serat
terdapat cara kering (Suchsland and Woodson, konvensional (terutama kayu hutan alam).
1986). Cara basah memiliki keunngulan yaitu Pembentukan lembaran papan serat dengan
membutuhkan aditif lebih sedikit (khususnya cara basah memerlukan lebih sedikit bahan
perekat) karena pada proses basah terdapat lignin aditif dan biaya operasi lebih rendah. Ini
yang dapat berfungsi sebagai perekat alami, dan memungkinkan keseluruhan operasi pembuatan
peralatan/biaya operasi yang diperlukan lebih papan serat untuk usaha kecil menengah (UKM).
murah. Cara basah, tanpa dilakukannya daur Secara keseluruhan mengurangi ketergantungan
ulang bahan kimia, dan penerapan pengolahan pada serat konvensional dan diharapkan ikut
pulp dengan sistim terbuka memungkinkan berperan pula melestarikan sumber daya alam,
penerapan komersial pembuatan harboard dengan operasi UKM berkelanjutan.
ini lebih sesuai untuk usaha kecil menengah
(UKM). DAFTAR PUSTAKA
56
Pembuatan Hardboard dari Serat Alternatif
menggunakan... : Dian Anggraini Indrawan, dkk.
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia Narwin. 2012.Rumput gelagah yang belum
2012. Jakarta. termanfaatkan. http://melung.desa.
Bertaud F., Lingua, S. T., Pizzi, A., Navarrete, id/2012/10/30/rumput-gelagah-yang-belum-
P., Conil, M.P., 2012. Development of green termanfaatkan/, diakses 13Juli 2015.
adhesives for fiberboard manufacturing, Purwito. 2012. Produk dari bambu dan
using tannins and lignin from pulp mill turunannya. Bahan Presentasi Workshop
residues. Cellulose Chem. Technology, 4(7- Rekonstruksi Topic Bumi Village, Sanggar
8), 449-455. Kreatif Anak Bangsa, 11 Juli 2012, Ciputat,
Browning BL. 1967. Viscosity and molecular Tangerang Selatan.https://bamboeindonesia.
weight. dalam Methods of wood chemistry, wordpress.com/peneliti-bambu/purwito/
Vol. 2. B. L. Browning ed., Interscience makalah/, diakses 13 Juli 2015.
Publishers, New York, Ch. 25, 519-557. Roliadi, H., Anggraini, D., Pari, G., Tampubolon,
Casey, J.P. 1980. Pulp and Paper Chemistry R.M., 2012. Teknologi pembuatan papan
and Techology. Third edition, Vol. I. A serat : Penyempurnaan sifat papan serat tipe
Wiley-Interscience Publication. New York - MDF dari nipah dan campurannya dengan
Brisbane - Toronto. sabut kelapa. Laporan Hasil Penelitian Tahun
Forest Watch Indonesia. 2013. Potret keadaan 2012. Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan
hutan indonesia periode 2009-2013. http:// dan Pengolahan Hasil Hutan, Bogor.
fwi.or.id/publikasi/potret-keadaan-hutan- Santoso, A. 2011. Tanin dan lignin dari Acacia
indonesia-periode-2009-2013/, daiakses 14 mangium Willd. Sebagai bahan perekat kayu
Juli 2015. majemuk masa depan. Orasi Pengukuhan
Hayati A, 2011. MDF pulp kraft rendemen tinggi Profesor Riset, Bidang Pengolahan
dari tanaman kembang sepatu. Skripsi. Hasil Hutan pada 25 Oktober 2011 di
Departmen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Jakarta. Badan Penelitian Pengembangan
Institut Pertanian Bogor. Kehutanan, Kementerian Kehutanan.
Indrawan, D.A., Roliadi, H., Tampubolon, R.M., Pari Jakarta.
G., 2013. Penyempurnaan sifat papan serat Saputro, D.D., Widayat, W., Rusiyanto, Saptoadi,
kerapatan sedang (MDF) dari pelepah nipah H, Fauzun. 2012. Karakterisasi briket dari
dan campurannya dengan sabut kelapa. Jurnal limbah pengolahan kayu sengon dengan
Penelitian Hasil Hutan, vol. 31 (2): 120-140. metode cetak panas. Prosiding Seminar
Indrawan, D.A., Roliadi, H., Tampubolon, R.M., Nasional Aplikasi Sains & Teknologi
Pari, G., Santoso, A., 2013. Teknologi (SNAST) Periode III. Yogyakarta, 3
Pembuatan Papan Serat Tipe Hardboard. November 2012.
Laporan Hasil Penelitian. P3KKPHH. SAS. 2007. SAS (Statistical Analysis System)
Bogor Guide for Personal Computers, Version
ISO.2013. ISO/DIS 27769-2, Wood-based 6 Edition. SAS Institute Inc. Cary, NC.
panels - Wet process fiberboard, part 1: 27512-8000.
Specification; and ISO/DIS 16895-2, Wood Saupe. S.G. 2011. Lectures Notes and Materials
based panels - Dry process fiberboard: for Plant Physiology. http://employees.
Requirements. SC/TC 89/SC1. Geneva, csbsju.edu/ssaupe/biol327/lecture-home.
Switzerland. htm. Diakses: 11 Juli 2013.
JIS A 5905.2003. Japanese Industrial Standard Silitonga, T., R.M. Siagian, dan A. Nurachman.
(JIS): Fiberboard.Tokyo, Japan. 1972. Cara pengukuran dimensi serat kayu
Laksono, H., 2008. Kelarutan komponen kimia dan bahan berligno-selulosa lain di Lembaga
kayu reaksi melinjo (Gnetum gnemon Penelitian Hasil Hutan (LPHH). Publikasi
L.) selama proses pulping kraft. Skripsi. khusus No. 12. LPHH. Bogor.
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Sjostrom, E. 2002. Wood Chemistry:
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Fundamentals and Applications. Academic
Mancera C., Mansouri, N.E.E., Vilaseca, F., Press. New York - London - Tokyo - Toronto.
Ferrando, F., Salvado, J., 2011. The effect Smook, G.A. 2002. Handbook for Pulp and
of lignin as natural adhesive on the physico- Paper Technologists. Joint Textbook
mechanical properties of Vitis vinifera Committee of the Paper Industry.Atllanta,
fiberboards. BioResources, 6(3), 2851-2860. Georgia
Meyer, B.S., Anderson, D.B., Bohning, R.H., Suchsland, O., Woodson., G.E., 1986.
1985. Introduction to Plant Physiology. D. Fiberboard manufacturing practices in
van Nostrand Co., Inc. Totonto - London - the United States. USDA - Forest Service
New York. Agricultutal Handbook No. 640.
57
Jurnal Selulosa, Vol. 5, No. 1, Juni 2015 : 47 - 58
Syamsu, K., Roliadi, H., Candra, K.P., Arsyad, Wardani, A.P.K., Widiawati, D., 2014.
A.J., 2014. Kajian proses produksi pulp dan Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit
kertas ramah lingkungan dari sabut kelapa. sebagai material tekstil dengan pewarna
Jurnal Teknologi Pertanian Universitas alam untuk produk kriya. Jurnal Tingkat
Mulawarman, 9(1), 16-25. Sarjana Bidang Senirupa dan Desain, 1, 1-9.
TAPPI. 2007. Technical Association of the Pulp Wibisono I, H Leonardo, Antaresti & Aylianawati.
and Paper Industry (TAPPI)’s Test Methods. 2011. Pembuatan Pulp dari alang-alang.
TAPPI Press.Atlanta, Georgia. Widya Teknik, 10(1), 11-20.
The President Post. 2013. Potensi besar, industri
bambu Indonesia patut dikembangkan. http://
thepresidentpostindonesia.com/2013/12/01/
potensi-besar-industri-bambu-indonesia-
patut-dikembangkan/, diakses 13 Juli 2015.
58