0% found this document useful (0 votes)
47 views16 pages

Tinjauan Terhadap Rencana Penerapan Pajak Lingkungan Sebagai Instrumen Perlindungan Lingkungan Hidup Di Indonesia

The document discusses Indonesia's plan to implement an environmental tax as an instrument for environmental protection. It aims to analyze the environmental tax concept proposed by the Indonesian government and determine if it is a suitable approach. The research found that the tax's objective of reducing environmental degradation from production is sound. However, the criteria for taxpayers, tax rates, and budget allocation need review to ensure feasibility and not burden industry. Other policies like CSR, performance bonds, AMDAL and UKL-UPL could also address environmental issues in Indonesia despite some weaknesses.

Uploaded by

sri rahayu
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
47 views16 pages

Tinjauan Terhadap Rencana Penerapan Pajak Lingkungan Sebagai Instrumen Perlindungan Lingkungan Hidup Di Indonesia

The document discusses Indonesia's plan to implement an environmental tax as an instrument for environmental protection. It aims to analyze the environmental tax concept proposed by the Indonesian government and determine if it is a suitable approach. The research found that the tax's objective of reducing environmental degradation from production is sound. However, the criteria for taxpayers, tax rates, and budget allocation need review to ensure feasibility and not burden industry. Other policies like CSR, performance bonds, AMDAL and UKL-UPL could also address environmental issues in Indonesia despite some weaknesses.

Uploaded by

sri rahayu
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 16

TINJAUAN TERHADAP RENCANA PENERAPAN PAJAK

LINGKUNGAN SEBAGAI INSTRUMEN PERLINDUNGAN


LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA*

Dahliana Hasan** dan Dinarjati Eka Puspitasari***

Abstract
Research on “an analysis on Indonesia’s Environmental Tax Planning as an instru-
ment of Environmental Preservation” is a normative research which has objectives to know
the concept of environmental tax which is offered by Indonesian Government and to obtain
a clear description whether it is a better concept or not which can be used to decrease envi-
ronmental degradation.
Data in this research were obtained through field research and library research. The
field research was carried out by using interview guidance, whereas the library research was
done by documentary study by way of collecting and analyzing selected laws and regula-
tions, books, articles and other documents which were relevant to the research. All data were
analyzed qualitatively.
The result showed that the objective of the concept of environmental tax, offered by
Indonesian government, is to decrease environmental degradation as a result of production
process. Basically, the concept is a better instrument to preserve the environment, however,
it should be reviewed especially on determining the taxpayer’s criteria, the tax rate and the
budget earmarking in order to be applicable and to have no burden toward the industry itself.
Now, it will be wise to rely on other policies to handle the environmental problems in Indonesia
such as CSR, performance bonds, AMDAL and UKL-UPL, even though some weaknesses have
also found on those policies.

Kata kunci: pajak lingkungan, instrumen perlindungan lingkungan.

A. Latar Belakang Masalah berbagai pihak untuk menyelamatkan bumi


Isu lingkungan merupakan salah satu dari perusakan dan pencemaran yang selama
isu penting yang baru-baru ini dibicarakan ini terjadi. Beberapa aktivitas yang terkait
diberbagai forum baik di tingkat nasional dengan pelestarian lingkungan seperti pen-
maupun internasional. Pentingnya isu ling- canangan program penanaman 1.000.000
kungan ini tidak terlepas dari keinginan pohon telah dilakukan di Indonesia. Aktivi-

*
Laporan Penelitian Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Tahun 2008.
**
Dosen Hukum Pajak Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
***
Dosen Hukum Lingkungan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
532 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 3, Oktober 2008, Halaman 411 - 588

tas tersebut dimaksudkan untuk meningkat- dapat dilaksanakan melalui penataan Baku
kan kesadaran masyarakat akan pentingnya Mutu Limbah dan/atau instrumen ekonomi.
pengelolaan lingkungan. Dengan demikian, instrumen ekonomi dalam
Namun demikian aktivitas-aktivitas UUPLH perlu diadakan sebagai kewajiban
yang terkait dengan pelestarian lingkungan Pemerintah untuk mengambil kebijakan da­
belum sepenuhnya mampu meredam laju lam bidang perpajakan sebagai insentif dan
perusakan dan pencemaran baik yang di- disinsentif pengelolaan ling­kungan. Dari
lakukan oleh anggota masyarakat maupun sudut pandang ekonomi dikatakan penerap­
badan usaha. Hal ini ditunjukkan dengan an pajak lingkungan merupakan pungutan
masih banyaknya berita diberbagai media yang bersifat insentif permanen yang ber-
yang mengupas mengenai perusakan dan tujuan untuk mengurangi pencemaran dan
pencemaran lingkungan yang terjadi di dae- menekan biaya penanggulangannya.
rah-daerah di Indonesia. Oleh karenanya, Kewenangan pemungutan pajak ling-
Pemerintah Indonesia dua tahun belakangan kungan di Indonesia tersirat dalam beberapa
ini mulai memikirkan suatu terobosan yang UU akan diserahkan kepada Pemerintah
dapat menekan laju perusakan dan pence- Daerah. Oleh karenanya, pajak lingkungan
maran lingkungan, yaitu dengan adanya ren- harus diatur dalam suatu peraturan daerah se-
cana penerapan pajak lingkungan. bagai suatu sarana yang melegalkan perbuat­
Rencana penerapan pajak lingkungan an Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
di Indonesia tersebut dapat dikatakan tidak kewenangannya tersebut. Apabila nantinya
bertentangan dengan Pasal 10 huruf e UU termasuk dalam kewenangan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelo- Kabupaten/Kota maka Pajak lingkungan
laan Lingkungan Hidup. Bahkan dalam UU yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ha-
Nomor 4 Tahun 1982 tentang Lingkungan rus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Hidup, hukum pajak merupakan salah satu a. bersifat pajak dan bukan Retribusi;
instrumen yang dapat digunakan untuk pe­ b. objek pajak terletak atau terdapat di
ngendalian perusakan dan pencemaran ling- wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang
kungan, selain instrumen hukum lainnya bersangkutan dan mempunyai mobili-
seperti hukum administrasi, hukum keper- tas yang cukup rendah serta hanya me-
dataan, dan hukum pidana. Meskipun ke- layani masyarakat di wilayah Daerah
mudian dalam UUPLH tidak dengan tegas Kabupaten/Kota yang bersangkutan;
mengatur mengenai insentif dan disinsentif c. objek dan dasar pengenaan pajak ti-
tetapi hal tersebut tersirat dalam Penjelasan dak bertentangan dengan kepentingan
Pasal 10 huruf e UUPLH yang menyatakan umum;
bahwa perangkat yang bersifat preventif

1
Koesnadi Hardjasoemantri, 2005, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hlm.
378.
2
Ibid, hlm. 379.
3
Lihat Pasal 10 UU Nomor 23 Tahun 1997, UU Nomor 32 Tahun 2004, dan UU Nomor 18 Tahun 1997 jo. UU
Nomor 34 Tahun 2000.
4
Pasal 2 Ayat (4) UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
Dahliana dan Eka, Tinjauan Terhadap Rencana Penerapan Pajak 533

d. objek pajak bukan merupakan objek lingkungan yang akan diterapkan di Indone-
pajak Propinsi dan/atau objek pajak Pu- sia? Kedua, apakah konsep pajak lingkungan
sat; tersebut merupakan pilihan tepat dan terbaik
e. potensinya memadai; yang dapat digunakan sebagai instrumen
f. tidak memberikan dampak ekonomi pengendalian lingkungan hidup?
yang negatif;
g. memperhatikan aspek keadilan dan ke- C. Metode Penelitian
mampuan masyarakat; dan Penelitian ini merupakan penelitian hu-
h. menjaga kelestarian lingkungan. kum normatif karena mengutamakan bahan
penelitian berupa bahan hukum baik primer,
Dari segi perpajakan, fungsi pajak ling- sekunder maupun tersier (data sekunder).
kungan tidak jauh berbeda dari fungsi pajak Selain berupa bahan hukum yang merupakan
pada umumnya. Ada dua fungsi utama pajak data sekunder, penelitian ini didukung pula
yaitu fungsi budgeter dan fungsi regulerend. dengan sumber data primer. Data primer
Apabila dilihat dari tujuan dan sasaran yang tersebut diperoleh secara langsung dari para
ingin dicapai dari penerapan pajak lingkung­ narasumber yang terkait dengan penelitian
an, maka dapat dikatakan bahwa fungsi ini.
regulerend disini lebih menonjol daripada Bahan penelitian yang digunakan pada
fungsi budgeter. Hanya saja perlu dikaji le­ penelitian hukum normatif ini adalah bahan
bih lanjut apakah fungsi regulerend memang hukum primer (primary sources), bahan hu-
melekat pada konsep pajak lingkungan yang kum sekunder (secondary sources) dan ba-
akan diterapkan di Indonesia ataukah bahkan han hukum tersier yang diperoleh dari pene-
sebaliknya bahwa rencana penerapan pajak litian kepustakaan. Bahan hukum primer
lingkungan dilatarbelakangi kebijakan fiskal terdiri dari peraturan perundang-undangan
semata yang lebih menekankan pada pema- yang terkait dengan perpajakan, lingkungan
sukan sebanyak-banyaknya uang ke dalam hidup maupun pajak lingkungan itu sendiri.
kas daerah. Hal inilah yang menimbulkan Bahan hukum sekunder merupakan bahan
pro dan kontra dikalangan masyarakat ter­ hukum yang berupa bahan pustaka seperti
utama pengusaha dengan adanya rencana buku, majalah, hasil penelitian, makalah dan
penerapan pajak lingkungan tersebut. dokumen-dokumen lainnya yang terkait de­
ngan penelitian ini, sedangkan bahan hukum
B. Perumusan Masalah tersier berupa bahan hukum yang memberi-
Berdasarkan latar belakang tersebut kan kelengkapan informasi tentang bahan
diatas, terdapat 2 permasalahan yang perlu hukum primer dan bahan hukum sekunder
mendapatkan pengkajian terkait dengan ren- seperti Kamus Hukum dan Kamus Inggris-
cana penerapan pajak lingkungan di Indone- Indonesia.
sia, Pertama, bagaimanakah konsep pajak

Santoso Brotodihardjo, 1995, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT. Eresco, Bandung, hlm. 6.
5
534 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 3, Oktober 2008, Halaman 411 - 588

Data primer yang merupakan data pen- wawancara tesebut akan dikembangkan se-
dukung didapat dari penelitian lapangan. jalan dengan perkembangan pertanyaan dan
Penelitian lapangan akan dilakukan dengan perkembangan teori yang didapat peneliti
cara observasi dan wawancara yang men- dari dokumen-dokumen yang relevan de­
dalam (in depth interview) dengan para ngan penelitian ini. Bahan penelitian yang
narasumber yang berkompeten dan terkait didapat baik berupa data sekunder maupun
dengan masalah yang diteliti. Lokasi pene- data primer diklasifikasikan sesuai dengan
litian ditentukan dengan metode purposive pokok bahasan dan selanjutnya data yang di-
yaitu di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Ja- dapat akan dianalisis secara kualitatif yaitu
karta dengan pertimbangan bahwa gagasan sesuai dengan kualitas kebenarannya ke-
mengenai rencana penerapan pajak lingkung­ mudian dituangkan dalam bentuk deskripsi
an berawal dari Jakarta dan saat ini sedang yang menggambarkan tentang Konsep Pajak
dalam proses pembicaraan dan penggodok­ Lingkungan yang akan diterapkan di Indone-
an terutama pembicaraan mengenai akan sia. Dengan demikian dapat diperoleh gam-
dimasukkannya Pajak Lingkungan tersebut baran yang menyeluruh mengenai jawaban
dalam RUU Pajak dan Retribusi Daerah. Lo- atas permasalahan yang diajukan.
kasi yang diambil sebagai obyek penelitian
adalah Departemen Keuangan, Direktorat D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Jenderal Pajak, Kantor APINDO (Asosiasi 1. Konsep Pajak Lingkungan di Indo-
Pengusaha Indonesia) dan Kantor LSM nesia
Lingkungan. Dalam penelitian mengenai konsep
Dalam penelitian ini peneliti mene- pajak lingkungan ini akan dibahas konsep
tapkan sebagai narasumber, yaitu pejabat dari sisi rancangan karena pajak lingkung­
di Departemen Keuangan, dan pejabat di an di Indonesia baru sebatas pada rencana
Direktorat Jenderal Pajak di wilayah DKI mengenai kebijakan fiskal yang dapat diper-
Jakarta yang tentunya mengetahui gagasan, gunakan untuk meminimalisasi kerusakan
rencana dan konsep mengenai pajak ling- lingkungan.
kungan yang akan diterapkan di Indonesia. Konsep pajak lingkungan itu sendiri
Selain itu, wawancara juga akan dilakukan sebenarnya sudah lama diperkenalkan di
terhadap perwakilan APINDO (Asosiasi negara-negara Eropa seperti Denmark, Jer-
Pengusaha Indonesia) dan perwakilan dari man, Norwegia, maupun Inggris. Pajak ling-
LSM Lingkungan Hidup yaitu Greenomic kungan atau green taxes diartikan sebagai
dan ICEL. “an expression in policy of the polluter-pays
Alat pengumpulan data yang digunakan principle: whoever causes pollution should
dalam penelitian ini adalah pedoman wawan­ pay for it”.
cara yang memuat pertanyaan-pertanyaan Pajak lingkungan mulai dipertimbang-
yang diajukan kepada narasumber. Pedoman kan untuk diterapkan di Indonesia sekitar

Thomas Prugh, Robert Cotanza, et. all, 1999, Natural Capital and Human Economic Survival, Lewis Publisher,
6

hlm. 121.
Dahliana dan Eka, Tinjauan Terhadap Rencana Penerapan Pajak 535

tahun 2006 sebagai salah satu instrumen bahwa lingkungan merupakan salah satu
dalam mengendalikan negative externali­ sektor atau bidang yang diserahkan kepada
tes terhadap lingkungan. Dalam Penjelasan daerah untuk dikelola sebaik-baiknya. Ter-
Pasal 8 UU Nomor 4 Tahun 1982 disebut- lebih lagi, UU Nomor 34 tahun 2000 tentang
kan bahwa UU ini memberikan wewenang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mem-
kepada pemerintah untuk mengambil lang- buka peluang bagi daerah untuk memungut
kah-langkah tertentu misalnya dalam bidang pajak maupun retribusi yang sesuai dengan
perpajakan sebagai insentif dan disinsentif potensi masing-masing daerah. Sejalan de­
terhadap lingkungan hidup. Artinya, pajak ngan akan diamandemennya UU Nomor 34
lingkungan dapat digunakan sebagai salah tahun 2000, pajak lingkungan ini diusulkan
satu upaya untuk meningkatkan pemeli- menjadi salah satu jenis pajak yang dikelola
haraan lingkungan (insentif) sekaligus untuk daerah dan direncanakan dimasukkan dalam
mencegah dan menanggulangi perusakan RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
dan pencemaran lingkungan (disinsentif). yang masih dalam taraf pembahasan di
Meskipun kemudian UU Lingkungan Hidup DPR.
ini diubah dengan UU Pengelolaan Lingkung­ Ditinjau dari segi hukum, kebijakan
an Hidup, namun pemerintah tetap dapat perpajakan akan dapat diaplikasikan de­ngan
menjadikan kebijakan perpajakan sebagai baik jika dirumuskan secara jelas, pasti,
salah satu instrumen pengendalian dampak terarah dan terukur.10 Oleh karenanya, suatu
negatif suatu aktivitas terhadap lingkungan. kebijakan harus mengandung unsur-un-
Dengan demikian, UU Pengelolaan Ling- sur penting seperti tujuan (goals), proposal
kungan Hidup memberikan dasar sekaligus (plans), program, keputusan dan efek.11 Se-
pilihan kepada pemerintah Indonesia untuk lanjutnya, pajak dari kajian kebijakan publik
mempergunakan atau tidak mempergunakan sesungguhnya sudah memenuhi unsur-unsur
instrumen ekonomi yang berupa pajak dalam kebijakan terebut karena pajak mengemban
pengelolaan lingkungan hidup. fungsi budgeter dan regulerend.12
Selain itu, UU Nomor 32 Tahun 2004 Meskipun pajak lingkungan ini baru
tentang Pemerintahan Daerah menyatakan dalam tahap rencana untuk diterapkan di

7
Koesnadi Hardjasoemantri, 1994, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta, hlm.
190.
8
Lihat Penjelasan Pasal 10 huruf e UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam
penjelasan tersebut tersirat bahwa salah satu langkah preventif yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam
pengelolaan lingkungan hidup adalah dengan mempergunakan instrumen ekonomi. Dalam hal ini, pajak meru-
pakan instrumen ekonomi yang dapat digunakan sebagai suatu strategi yang efektif dari sisi ekonomi dalam
mengurangi pencemaran dan biaya penanggulangannya.
9
Lihat Pasal 13 Ayat (1) huruf j dan Pasal 14 Ayat (1) huruf j UU Nomor 32 Tahun 2004 yang menegaskan bahwa
pengendalian lingkungan hidup menjadi urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah dalam
skala provinsi maupun kabupaten/kota.
10
Lauddin Marsuni, Sony Devano, dan Siti Kurnia Rahayu, 2006, Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu, Prenada
Media Group, Jakarta, hlm. 68.
11
Ibid.
12
Ibid.
536 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 3, Oktober 2008, Halaman 411 - 588

Indonesia, konsep yang ditawarkan peme­ produksi dengan menggunakan pajak seba­
rintah Indonesia tersebut paling tidak harus gai instrumen pengendalinya. Tujuan ini
mengandung beberapa unsur- unsur esen- tidak berbeda dengan tujuan environmen-
siil yang ada dalam suatu kebijakan seperti tal taxes yang diterapkan di negara-negara
goals, plans, maupun programs. Selain itu, Eropa yaitu perlindungan lingkungan hidup
konsep pajak lingkungan tersebut juga harus dari perusakan dan pencemaran. Hanya saja
mengandung prinsip-prinsip perpajakan ter- yang perlu dicermati adalah rencana (plans)
utama prinsip certainty dimana harus secara dan program sebagai pengejawantahan dari
jelas mengemukakan Subyek, Obyek, dan tujuan yang telah ditetapkan sehingga nanti-
Tarif pajaknya. nya konsep ini dapat diaplikasikan dan tidak
Berdasarkan wawancara dengan Ke- memiliki potensi menimbulkan beban bagi
pala Bidang Analisis Kebijakan Perpajakan dunia industri maupun konsumen.
Jakarta, tujuan yang ingin dicapai dengan Dari sisi rencana (plans) dan program
adanya rencana penerapan pajak lingkungan dalam konsep pajak lingkungan ini ditun-
adalah untuk mengendalikan kerusakan dan jukkan dengan adanya kejelasan terhadap
pencemaran lingkungan yang ada karena subyek, obyek dan tarifnya. Subyek pajak
dalam pajak lingkungan terkandung dua lingkungan adalah perusahaan manufak-
asas penting yaitu insentif dan disinsen- tur yang memiliki omzet di atas tiga ratus
tif.13 Pendapat senada juga dikemukakan juta rupiah (Rp. 300 juta), sedangkan yang
oleh Deputi Menneg LH Bidang Pengenda- menjadi obyek pajak lingkungan adalah
lian dan Pencemaran Lingkungan, Gempur produksi yang dihasilkan melalui proses
Adnan yang menyatakan penerapan pajak mengubah bentuk atau sifat suatu barang
lingkungan untuk perusahaan merupakan dari bentuk aslinya menjadi barang baru
salah satu bentuk pertanggungjawaban pe- atau kegiatan mengolah sumber daya alam
rusahaan terhadap kondisi lingkungan yang yang memberikan beban kepada lingkungan
semakin lama semakin menurun sebagai kecuali produksi jasa, produksi dengan nilai
akibat aktivitas produksi perusahaan terse- di bawah Rp 300 juta per tahun, produksi
but.14 Apabila dilihat dari tujuan (goals) yang sudah menjadi obyek pajak hotel dan
yang diharapkan, konsep pajak lingkungan restoran serta kegiatan produksi lain yang
tersebut sudah mencerminkan keinginan ditetapkan oleh Perda.15 Tarif pajak lingkung­
dari pemerintah untuk mengendalikan keru- an yang diusulkan adalah sebesar 0,5% dari
sakan lingkungan sebagai akibat aktivitas biaya produksi.16

13
Hasil wawancara dengan Bapak Rustam Effendi, Kepala Bidang Analisis Kebijakan Perpajakan, Pusat kebijakan
Pendapatan Negara, Departemen Keuangan.
14
Suara Pembaruan, KLH Kaji Rencana Pajak Lingkungan, Surat Kabar Suara Pembaruan, Jumat 12 Mei 2006,
hlm. 11.
15
Kantor Berita Antara, “Pengusaha Tolak Pajak Lingkungan”, http://www.antara.co.id/arc/2006/5/11/pengusaha-
tolak-pajak-lingkungan, 25 Juli 2007.
16
Ibid.
Dahliana dan Eka, Tinjauan Terhadap Rencana Penerapan Pajak 537

Subyek, obyek, dan tarif pajak ling- beratkan.19


kungan yang ditawarkan oleh pemerintah Penolakan juga datang dari Menteri
tersebut sudah menyiratkan kejelasan dan Perindustrian Fahmi Idris yang menyatakan
ketegasan dengan menyebutkan kualifikasi- tidak perlu adanya pajak lingkungan karena
kualifikasi yang diinginkan pihak pemerin- yang diperlukan adalah penegakan hukum
tah. Hanya saja kualifikasi terhadap subyek, lingkungan dengan cara penerapan sanksi
obyek dan tarif yang tertuang dalam Ran­ tegas terhadap perusahaan yang membuang
cangan UU Pajak Daerah dan Retribusi Dae- limbah tanpa diolah sehingga mencemari
rah harus mendapat persetujuan dari rakyat lingkungan, sedangkan Eka Komariah dari
terlebih dahulu melalui wakil-wakilnya DPD Kalimantan Timur menilai tidak per-
yang duduk di DPR. Rancangan kebijakan lu ada pajak lingkungan karena tidak akan
tersebut sudah diajukan ke DPR pada bulan mendukung sektor riil dan bahkan akan
April 2006 untuk dibahas.17 Namun demiki- menimbulkan pungutan ganda: pajak dan
an, timbul penolakan dan dukungan terhadap retribusi.20 Dukungan terhadap konsep pa-
konsep pajak lingkungan yang diusulkan jak lingkungan datang dari para pengelola
oleh pemerintah tersebut. perusahaan migas di Kalimantan Timur dan
Hariyadi Sukamdani, perwakilan dari daerah Kalimantan lainnya serta pemerin-
Kadin, menolak pajak lingkungan karena tah daerah kota Balikpapan dansembilan
merupakan bentuk legalisasi ekonomi biaya kabupaten/kota pengolah migas yang terus
tinggi sekaligus menjadi disinsentif bagi ber­upaya memperjuangkan penerapan pajak
upaya perlindungan lingkungan. 18Sejalan lingkungan terhadap perusahaan migas.21
dengan Hariyadi, Kustaryono Prodjolalito, Hanya saja tidak diketahui secara pasti ala-
Sekjen Asosiasi Produsen Sintetik Fiber In- san yang mendasari dukungan tersebut. Ke-
donesia juga menolak pengenaan pajak ling- mungkinan munculnya dukungan karena
kungan. Kustaryono menyatakan keberatan adanya janji dari pemerintah untuk meng-
terhadap usulan tarif pajak lingkungan sebe- hapuskan sekitar 250 jenis pungutan retri-
sar 0,5% dari biaya produksi karena banyak busi daerah yang berkaitan dengan kegiatan
pengusaha yang hanya memperoleh keun- usaha22 dan menggantinya dengan satu jenis
tungan sebesar 2% saja dari biaya produksi pungutan yaitu pajak lingkungan.
sehingga apabila dipungut seperempatnya Apabila dicermati konsep pajak ling-
untuk pajak lingkungan dirasa sangat mem- kungan tersebut sebenarnya menawarkan

17
Syamsul Azhar, “Pemkab Diberi Wewenang Pungut Pajak Lingkungan”, http://www.media-indonesia.com/beri-
ta.asp?id=99374, 25 Juli 2007.
18
Kompas, “Kalangan Dunia Usaha Menolak Pajak Lingkungan”, http://www.pajak2000.com/news_detail.
php?id=1089, 25 Juli 2007.
19
Ibid.
20
Hukum Online, “Pemerintah Ngotot Pajak Lingkungan Masuk RUU Pajak dan Retribusi Daerah”, http://www.
hukumonline.com/detail.asp?id=14900&cl=Berita, 12 Juni 2008.
21
Ibid.
22
Orin Basuki, “Pajak Lingkungan akan Gantikan 250 Retribusi”, http://64.203.71.11/utama/news/0605/23/172152.
htm, 25 Juli 2007.
538 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 3, Oktober 2008, Halaman 411 - 588

solusi efektif dalam mengendalikan kuali- pengusaha yang perlu mendapat fasilitas-
tas lingkungan. Hal ini berangkat dari salah fasilitas dari Pemerintah dalam menjalankan
satu ciri pajak yang bersifat memaksa, di- usahanya, sehingga perlu diatur pengecuali-
mana instrumen pajak ini diharapkan dapat annya sebagai subyek pajak lingkungan.
memaksa perusahaan mengurangi dampak Dari sisi tarif pajak lingkungan, ha-
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan- rus ada ukuran yang jelas terhadap besaran
nya. Hanya saja rancangan pajak lingkungan prosentase pajak lingkungan tersebut. Tarif
tersebut terkesan masih kasar terutama yang 0,5% dari total biaya produksi dinilai ter-
berkaitan dengan subyek, tarif dan budget lalu tinggi sehingga dikhawatirkan nantinya
earmarking-nya, sehingga perlu direview memberatkan dunia usaha. Hal ini didasari
kembali secara komprehensif agar aplikatif suatu alasan bahwa rata-rata keuntungan
dan tidak menimbulkan beban berlebih bagi bersih perusahaan hanya sekitar 1%-4% dari
dunia usaha di Indonesia. total omzet, terlebih lagi adanya perlakuan
Dari sisi subyek pajaknya dapat di- diskriminatif dan pungutan liar terhadap
katakan bahwa penentuan kriteria sebagai pengusaha yang terjadi di daerah-daerah
subyek pajak lingkungan ini tidak jelas. akan memperbesar cost production yang
Dalam hal ini tidak ada penjelasan lebih lan- dikeluarkan.24 Dengan tidak adanya ukuran
jut keterkaitan omzet perusahaan lebih dari dan pengaturan yang jelas tentang tarif ini
300 juta rupiah pertahun dengan masalah dikhawatirkan pada akhirnya perusahaan
lingkungan. Ada kemungkinan perusahaan akan mengalihkan beban pajak lingkungan
dengan omzet kurang dari 300 juta rupiah yang menjadi kewajibannya kepada kon-
pertahun juga melakukan pencemaran ter- sumen. Menurut narasumber dari Gree-
hadap lingkungan, bahkan kemungkinan pro­ nomic, dalam konsep pajak lingkungan ini
ses produksinya lebih bersifat mencemari seharusnya pendekatan omzet ditinggalkan
daripada perusahaan yang beromzet lebih karena mengandung impresi bahwa penerap­
dari 300 juta rupiah/tahun. Hal ini tentunya an pajak lingkungan tersebut hanya untuk
akan menimbulkan ketidakadilan karena kepentingan fiskal semata.25 Pajak lingkung­
perusahaan tersebut tidak termasuk men- an dengan pendekatan skala dampak harus
jadi subyek pajak lingkungan. Sebaliknya, menjadi prioritas karena lebih memperkuat
penentuan subyek pajak lingkungan yang akuntabilitas perusahaan dalam mengelola
didasarkan pada omzet sebesar lebih dari dampak lingkungan yang ditimbulkannya.
300 juta rupiah akan memungkinkan kelom- Dari sisi budget earmarking-nya, be-
pok Usaha Kecil Menengah (UKM) masuk lum ada penjelasan lebih lanjut penggunaan
pada kriteria yang diusulkan tadi.23 Pada- dan pengalokasian hasil pajak pajak ling-
hal kelompok UKM merupakan kelompok kungan secara spesifik. Contoh dari sistem

23
Laksmi Dhewanti dan Aristin Tri Apriani, Pengenaan Pajak Lingkungan: Telaahan terhadap RUU Pajak Dae-
rah dan Retribusi Daerah.
24
Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Rif’an, KPP Pratama Sleman.
25
Hasil wawancara dengan narasumber dari Greenomic.
Dahliana dan Eka, Tinjauan Terhadap Rencana Penerapan Pajak 539

earmarking tax ada di negara-negara Eropa tah Indonesia, dibatasi pada 4 (empat) jenis
seperti halnya Jerman. Sebagian uang hasil program saja, yaitu: CSR (Corporate Social
pajak lingkungan (Pajak BBM) digunakan Responsibilities), Performance Bonds, AM-
untuk mengembangkan sumber daya energi DAL dan UKL-UPL.
yang dapat diperbaharui, sebagian lagi un- a. CSR (Corporate Social Responsibili-
tuk mengurangi ekonomi biaya tinggi yang ties)
ditimbulkan oleh tingginya biaya jaminan CSR merupakan suatu konsep bahwa
keamanan sosial.26 Dilihat dari tujuannya, perusahaan memiliki suatu tanggung jawab
konsep pajak lingkungan yang diusulkan terhadap konsumen, karyawan, pemegang
Pemerintah sebenarnya sudah mengandung saham, komunitas dan lingkungan dalam
sistem earmarking atau penggunaan hasil segala aspek operasional perusahaan.28
pajak untuk tujuan tertentu. Hal ini diperte- Konsep CSR tersebut mulai diadopsi pada
gas oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani tahun 2007 dalam Undang-Undang Nomor
Indrawati yang menyatakan bahwa hasil 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas29.
penerimaan pajak sebagian atau seluruhnya Dalam UUPT tersebut hanya satu pasal yang
digunakan untuk membiayai kegiatan-ke­ mengatur tentang konsep CSR, yaitu Pasal
giatan yang berkaitan dengan pengendalian 74 dimana CSR bukan lagi kewajiban moral
dan pemeliharaan lingkungan.27 Hanya saja tetapi sudah ditetapkan sebagai kewajiban
diperlukan pengaturan yang tegas terhadap hukum. Oleh karenanya perseroan yang
sistem earmarking pajak lingkungan se- menjalankan kegiatan usahanya dibidang
hingga nantinya tidak overlapping dengan dan atau yang berkaitan dengan sumber daya
pungutan pajak dan retribusi lainnya, misal- alam wajib melaksanakan konsep tersebut.
nya saja cukai rokok dan pajak lingkungan Apabila perseroan tersebut tidak melak-
harus ada perbedaan dalam pengalokasian sanakan kewajiban CSR maka terhadap
hasil penerimaan dari masing-masing sektor pelanggaran tersebut akan dikenai sanksi.
tersebut. Hanya saja bentuk sanksi terhadap pelang-
garan tersebut tidak ditentukan secara spe-
2. Kebijakan/Program Lain sebagai sifik dalam UUPT. Dari sisi pendanaan bagi
Pengendali Dampak Lingkungan di pelaksanaan konsep CSR, perseroan dapat
Indonesia menganggarkannya dan kemudian diperhi-
Dalam penelitian ini, analisis dan pem- tungkan sebagai biaya perseroan sehingga
bahasan terhadap kebijakan/program lain se- nantinya dapat digunakan sebagai pengurang
lain konsep pajak yang diterapkan pemerin- beban pajak. Namun permasalahannya, be-

26
Aziz, “Salah Desain Pajak Lingkungan”, http://unisosdem.org/ekopol_detail.php?aid=6290&coid=2&caid=19,
28 Januari 2008.
27
Jawa Pos, “Pajak Lingkungan Pakai Sistem Earmarking”, http://www.dannydarussalam.com/en-
gine/artikel/art.php?lang=id&artid=363, 10 Juli 2008.
28
Wikipedia, “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusa-
haan, 21 Juli 2008.
29
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
540 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 3, Oktober 2008, Halaman 411 - 588

saran prosentase atau besaran nominal dana merupakan suatu kewajiban artinya boleh
untuk kewajiban CSR ini belum ditentukan dilaksanakan maupun tidak dilaksanakan
secara jelas. Oleh karenanya, yang perlu di- sehingga sangat tergantung pada kesadaran
pertanyakan selanjutnya adalah apakah dana pihak pengusaha. Ini berarti CSR hanya
yang disediakan oleh perseroan yang wajib meng-cover sebagian kecil saja dari perma-
CSR tersebut nantinya mencukupi untuk ke- salahan pencemaran lingkungan yang dise-
giatan-kegiatan yang berbasis lingkungan. babkan dari aktifitas produksi yang ada di
Selain itu belum diaturnya mekanisme tax Indonesia.
deductible sebagai tax incentives bagi ke- Dari segi tujuan CSR, pelaksanaan CSR
giatan-kegiatan yang dilakukan perseroan selama ini dirasa tidak tepat sasaran bahkan
dalam rangka CSR dapat mengakibatkan terlihat CSR ini hanya digunakan sebagai
keengganan perseroan menyisihkan seba- sarana untuk ajang promosi guna menarik
gian besar dananya untuk lingkungan. simpati publik terhadap citra perusahaan
Kewajiban CSR pada pasal 74 UUPT yang melakukan CSR. Harusnya pelaksa-
tersebut hanya dibatasi terhadap badan usaha naan CSR ditujukan terhadap pemulihan
yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas). lingkungan akibat pencemaran terutama ha-
Pembatasan kewajiban CSR tersebut dirasa rus difokuskan pada lingkungan di sekitar
sangat sempit karena sebagian besar bentuk aktifitas produksi yang terkena dampak baik
usaha di Indonesia adalah bentuk usaha di langsung maupun tidak langsung.
luar PT, contohnya CV dan Firma. Padahal b. Performance Bonds
apabila dicermati tujuan utama yang melatar Performance Bonds atau Dana Jaminan
belakangi adanya kewajiban CSR adalah Kinerja diatur dalam Pasal 35 Undang-Un-
untuk menanggulangi dampak negatif dari dang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehu­
suatu aktifitas produksi terhadap lingkungan tanan. Dalam pasal tersebut ditetapkan bah-
atau fungsi kemampuan pada sumber daya wa setiap pemegang ijin usaha pemanfaatan
alam, sehingga pembatasan tersebut dirasa hutan dikenakan dana jaminan kinerja. Dana
tidak sesuai dengan sasaran yang akan di- ini digunakan sebagai jaminan atas pelak-
tuju. Bukan hanya PT saja yang berpeluang sanaan ijin usahanya yang dapat dicairkan
besar melakukan pencemaran lingkungan kembali oleh pemegang ijin apabila kegiatan
akan tetapi bentuk usaha diluar PT juga me- usahanya dinilai memenuhi ketentuan usaha
miliki peluang menimbulkan dampak yang pemanfaatan hutan secara lestari. Pendekat­
cukup besar bagi lingkungan sekitar sebagai an dana jaminan kinerja ini ditengarai dapat
akibat proses produksinya. Apalagi bentuk meredam kerusakan lingkungan terutama
usaha diluar PT mendominasi sebagian be- yang diakibatkan oleh kegiatan pemanfaatan
sar bentuk usaha di Indonesia, padahal CSR dan pengusahaan hutan.30 Namun demikian
bagi bentuk usaha di luar perseroan bukan sektor kehutanan sepertinya belum mene­
Menurut narasumber dari Greenomic, instrumen ini sebenarnya cukup efektif dalam mencegah dan meminima-
30

lisir perusakan dan pencemaran lingkungan dimana dana yang dijaminkan di rekening Pemerintah tersebut akan
hangus apabila perusahaan tersebut tidak menjalankan pengelolaan lingkungan sesuai dengan aturan yang ber-
laku. Dana jaminan tersebut kemudian akan digunakan oleh Pemerintah untuk menangani kerusakan-kerusakan
lingkungan yang ditimbulkannya.
Dahliana dan Eka, Tinjauan Terhadap Rencana Penerapan Pajak 541

rapkan ketentuan performance bonds terse- ambil keputusan wajib mempertimbangkan


but demikian halnya dengan sektor pertam- hasil studi AMDAL sebelum memberikan
bangan. ijin usaha atau kegiatan. Pihak-pihak yang
Pembicaraan mengenai dana yang di- terlibat dlam proses AMDAL adalah komisi
jaminkan perusahaan yang bergerak pada penilai AMDAL, pemrakarsa dan masyara-
sektor kehutanan, sampai saat ini belum kat yang berkepentingan.
jelas pengaturan tentang besaran nominal Komisi penilai AMDAL ditingkat pusat
atau besaran prosentase yang di jaminkan. perkedudukan di Kementerian Lingkungan
Penentuan besarnya dana jaminan ini me- Hidup. Ditingkat provinsi berkedudukan di
miliki posisi yang sangat penting bagi upaya bapedalda provinsi, dan di tingkat kabupa­
penanggulangan pencemaran lingkungan ten/kota berkedudukan di Bapeldalda kabu-
karena ketika terjadi pencemaran, dana yang paten/kota. Pemrakarsa adalah orang/badan
dijaminkan harus bisa mencukupi semua hukum yang bertanggung jawab atas suatu
biaya pemulihan lingkungan sehingga ha- rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
rus ada kriteria-kriteria yang jelas tentang dilaksanakan, sedangkan masyarakat yang
penentuan besarnya dana jaminan tersebut. berkepentingan adalah masyarakat yang
Apabila kelemahan pengaturan dari segi terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dana ini diperbaiki maka performance bonds dalam proses AMDAL.
ini dapat digunakan sebagai instrumen efek- Apabila dicermati sebenarnya terdapat
tif untuk mencegah degradasi lingkungan. kemungkinan adanya unsur subyektifitas
Bahkan tidak hanya pada sektor kehutan­an dalam penentuan kriteria-kriteria dampak
dan pertambangan saja, namun dapat di­ besar dan penting suatu usaha/kegiatan
adopsi pengaturannya pada perusahaan yang tersebut karena yang berwenang menetap-
bergerak di sektor lain yang berpotensi me­ kan adalah Kepala Instansi. Hal ini tentunya
nimbulkan dampak terhadap lingkungan. berpotensi mengabaikan tujuan utama dari
AMDAL sebagai sarana antisipasi terhadap
c. AMDAL pencemaran lingkungan. AMDAL ini hanya
AMDAL merupakan singkatan dari sebagai sarana analisis terhadap potensi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan pencemaran tetapi tidak memberikan solusi
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah pendanaan pemulihan kualitas lingkungan
No.27 Tahun 1999. AMDAL itu sendiri ketika terjadi pencemaran.
didefinisikan sebagai kajian mengenai dam- Selain itu, AMDAL merupakan langkah
pak besar dan penting untuk pengambilan pertama dan hanya dilakukan satu kali pada
keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan saat akan dimulainya kegiatan/didirikannya
yang direncakan pada lingkungan hidup yang suatu usaha tanpa ada kontrol periodik. Na-
diperlukan bagi proses pengambilan keputus­ mun, ada kemungkinan usaha yang telah ber-
an tentang penyelenggaraan usaha dan/atau jalan berkembang sehingga tidak sesuai lagi
kegiatan. Dalam hal ini AMDAL merupakan dengan AMDAL yang telah dibuat, jika hal
salah satu syarat perijinan dimana para peng­ ini terjadi maka sarana audit lingkungan bisa
542 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 3, Oktober 2008, Halaman 411 - 588

digunakan untuk menilai apakah perkem- mekanisme pendanaan jika terjadi pence-
bangan dari aktifitas usaha masih sesuai atau maran lingkungan dan ini bisa menimbulkan
tidak dengan AMDAL. Jika terbukti oleh ketidakpastian bagi upaya pemulihan ling-
tim audit lingkungan bahwa perkembangan kungan. Ketidakjelasan pendanaan ini bisa
usaha ini menyalahi AMDAL maka bisa dipastikan menghambat upaya perlindungan
dikenai sanksi baik pencabutan ijin, sanksi terhadap lingkungan. Dana yang dipungut
administrasi dan sanksi pidana. Sampai saat dari UKL dan UPL terkait dengan proses
ini belum ada pengaturan yang jelas upaya pengurusan ijin yang masuk dalam kategori
apa saja yang dilakukan oleh pemerintah pungutan retribusi sehingga dana ini tidak
ketika jumlah sanksi berupa denda tidak dapat gunakan untuk menanggulangi pence-
mencukupi untuk pemulihan kualitas ling- maran lingkungan. Dari sisi teknologi yang
kungan. bisa digunakan untuk menanggulangi dam-
d. UKL-UPL pak negatif, yang perlu mendapat perhatian
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup disini adalah kesiapan daerah masing-­masing
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan untuk menyediakan teknologi penanggulang­
Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan an pencemaran yang memadai.
dalam pengelolaan dan pemantauan ling- Dari paparan dan analisis diatas dapat
kungan hidup oleh penanggung jawab dan/ diketahui bahwa masih terdapat kelemahan-
atau kegiatan yang tidak wajib melakukan kelemahan yang melekat pada keempat ke-
AMDAL.31 Kewajiban UKL/UPL diber- bijakan/program yang saat ini digunakan di
lakukan bagi kegiatan yang tidak diwajib- Indonesia sebagai pengendali perusakan dan
kan menyusun AMDAL dan dampak kegi­ pencemaran lingkungan terutama yang dise-
atan mudah dikelola dengan teknologi yang babkan oleh proses produksi yang dilakukan
tersedia. Dalam hal ini UKL/UPL merupa­ oleh perusahaan/industri. Kelemahan yang
kan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan menonjol sebenarnya terdapat dalam aspek
usaha dan/atau kegiatan. Proses dan prose- pendanaan untuk pemulihan kualitas ling-
dur UKL/UPL tidak seperti AMDALl yang kungan yang rusak dan tercemari. Apabila
menggunakan beberapa dokumen dalam dibandingkan dengan konsep pajak ling-
UKL/UPL hanya menggunakan formulir kungan, konsep tersebut sebenarnya meru-
yang berisi identitas pemrakarsa, rencana pakan instrumen yang efektif untuk memi-
usaha dan/atau kegiatan, dampak lingkungan nimalisasi pencemaran. Bahkan tidak hanya
yang akan terjadi, program pengelolaan dan mengurangi pencemaran, tetapi juga dapat
pemantauan lingkungan hidup serta tanda menekan biaya penanggulangannya. Hal ini
tangan dan cap. disebabkan dalam konsep tersebut melekat
Seperti halnya AMDAL, UKL dan 3 (tiga) fungsi utama pungutan pencemaran,
UPL ini belum memberikan solusi tentang yaitu optimasi, efisiensi dan redistribusi.32

31
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan UKL dan
UPL.
32
Koesnadi Hardjasoemantri, 1994, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta, hlm.
191.
Dahliana dan Eka, Tinjauan Terhadap Rencana Penerapan Pajak 543

Fungsi optimasi menekankan bahwa Namun demikian yang perlu diingat


pencemar akan membatasi emisi pada tingkat bahwa pajak lingkungan bukan merupakan
yang optimal, apabila pungutan pencemar­ pengatur lingkungan hidup yang utama. Pa-
an ditetapkan pada titik dimana keuntung­ jak lingkungan dalam pelaksanaannya se-
an marginal penanggulangan pencemaran lalu dikombinasikan dengan pengendalian
adalah sama dengan ongkos marginalnya, langsung (direct control), yaitu peraturan-
sedangkan fungsi efisiensi menyatakan bah- peraturan tentang pencemaran.36 Hal inipun
wa dalam pungutan harus terdapat pembe- dipertegas oleh Anggito Abimanyu, Kepala
rian insentif yang memadai dimana nantinya Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan
akan berimbas pada pengurangan emisi oleh Kerjasama Internasional, bahwa pajak ling-
pencemar.33 Fungsi terakhir yang harus ada kungan merupakan instrumen yang kedua
pada pungutan pencemaran adalah fungsi setelah regulasi pencemaran yang tidak
redistribusi dimana nantinya dana yang ter- memperbolehkan perusahaan mencemari
kumpul melalui pungutan dapat diinvestasi- lingkungan.37
kan kembali dalam penanggulangan pence- Dalam usulan penerapan konsep pajak
maran.34 lingkungan tersebut terdapat janji pemerin-
Apabila dicermati ketiga fungsi terse- tah untuk menghapus pungutan-pungutan
but memsyaratkan penghitungan yang tepat yang sejenis yang terkait dengan kegiatan
pada pungutan pencemaran sehingga pun- usaha, lalu lintas barang dan jasa. Ditengarai
gutan tersebut nantinya akan mendorong terdapat sekitar 250 jenis pungutan retribusi
tanggung jawab dari para pencemar untuk yang rencananya akan dihapuskan termasuk
mengurangi emisi dan pada akhirnya bia­ pemeriksaan AMDAL dan retribusi ijin in-
ya penanggulangannya akan lebih murah dustri.38 Hal ini tentunya memberikan an-
daripada membayar tuntutan ganti kerugian gin segar bagi dunia industri dan investasi
akibat pencemaran.35 Oleh karenanya, pajak karena apabila janji tersebut benar maka pe-
lingkungan yang diusulkan oleh Pemerin- rusahaan yang ada di daerah nantinya hanya
tah Indonesia perlu diperhitungkan secara akan terkena satu jenis pungutan saja yaitu
tepat dengan ukuran-ukuran yang jelas agar pajak lingkungan. Hanya saja yang menjadi
mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan pertanyaan bagaimana nantinya dengan ben-
demikian, konsep pajak lingkungan tersebut tuk kebijakan lain seperti CSR maupun per-
dapat mendorong akuntabilitas dari pihak formance bonds yang sudah diatur tersendi­
industri terhadap dampak lingkungan yang ri dan menjadi kewajiban bagi perusahaan
ditimbulkannya. tertentu untuk melaksanakannya. Dalam hal

33
Ibid, hlm. 191-192.
34
Ibid.
35
Ibid.
36
Ibid.
37
Syamsul Azhar, “Pemkab Diberi Wewenang Pungut Pajak Lingkungan”, http://www.media-indonesia.com/beri-
ta.asp?id=99374, 25 Juli 2007.
38
Orin Basuki, “Pajak Lingkungan akan Gantikan 250 Retribusi”, http://64.203.71.11/utama/news/0605/23/172152.
htm, 25 Juli 2007.
544 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 3, Oktober 2008, Halaman 411 - 588

ini, perlu adanya penyisiran terhadap kebi- Pembahasan kembali tersebut harus dilaku-
jakan-kebijakan yang mengatur penyisihan kan secara komprehensif terutama yang me-
dana perusahaan untuk pengelolaan ling­ nyangkut permasalahan sekitar subyek, tarif
kungan sehingga nantinya double charges dan budget earmarking-nya. Dalam hal ini
dapat dihindari. perlu ada kualifikasi atau kriteria yang jelas
Untuk sekarang ini, konsep pajak ling- terhadap subyek pajaknya dan tidak semata-
kungan yang diusulkan oleh pemerintah per- mata menjustifikasi hanya perusahaan ma­
lu diformulasikan dan dirumuskan kembali nufaktur yang beromzet lebih dari 300 juta
secara tepat sehingga tidak terkesan hanya rupiah pertahun saja yang dalam aktifitas
untuk memobilisasi penerimaan pajak dalam produksinya menimbulkan perusakan dan
rangka meningkatkan pendapatan daerah. pencemaran lingkungan. Dari sisi tarif, ukur­
Dalam hal pengendalian terhadap perusakan an prosentase harus diperjelas kembali agar
dan pencemaran lingkungan yang terjadi tidak membebani dunia industri, sedangkan
saat ini, pemerintah masih dapat mengandal- dari sisi budget earmarking harus diatur se-
kan keempat kebijakan yang telah dibahas cara jelas penggunaan hasil uang pajak ling-
diatas dengan pengawasan yang diperketat. kungan tersebut nantinya agar tidak terjadi
Dengan demikian, penyimpangan-penyim- overlapping dengan penggunaan hasil pajak
pangan yang terjadi dapat diminimalisir. dan retribusi yang hampir serupa. Kedua,
Yang lebih penting lagi, pemerintah harus pada dasarnya, konsep pajak lingkungan
lebih memperkuat penempatan aspek ekolo- tersebut menawarkan suatu solusi efektif
gi dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan- yang dapat digunakan sebagai instrumen
nya. pengendalian perusakan dan pencemaran
lingkungan. Namun, saat ini konsep tersebut
E. Kesimpulan belum dapat menjadi instrumen yang efek-
Berdasarkan hasil penelitian dan pem- tif karena masih terdapat hal-hal yang perlu
bahasan tersebut dapat diambil beberapa ke­ dikaji kembali sebagaimana tersebut diatas.
simpulan. Pertama, konsep pajak lingkungan Selain itu, diperlukan penghitungan yang
yang diusulkan oleh Pemerintah Indonesia tepat pada pajak lingkungan yang diusulkan
memuat secara jelas mengenai tujuan, sub- oleh pemerintah sehingga konsep ini pada
yek, obyek dan tarif pajak. Konsep ini diu- akhirnya dapat mendorong tanggung jawab
sulkan untuk dimasukkan dalam rancangan dunia industri terhadap dampak yang ditim-
undang-undang pajak daerah dan retribusi bulkannya. Untuk saat ini masih dapat men-
daerah yang saat ini masih dalam taraf pem- gandalkan kebijakan lain dalam pengelolaan
bahasan di DPR yang dimaksudkan sebagai lingkungan hidup di Indonesia seperti CSR,
pengganti UU Nomor 34 tahun 2000. Hanya Performance Bonds, AMDAL dan UKL-
saja konsep tersebut perlu di review kembali UPL meskipun sebenarnya ada kelemahan-
agar tidak terkesan konsep tersebut muncul kelemahan yang melekat pada keempat ke-
karena adanya kepentingan fiskal semata. bijakan tersebut.
Dahliana dan Eka, Tinjauan Terhadap Rencana Penerapan Pajak 545

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku net.au/~ddhrg/econ/ext1.html, 26 Juni


Brotodihardjo, Santoso, 1995, Pengantar 2008.
Ilmu Hukum Pajak, PT. Eresco, Band- Hukum Online, “Pemerintah Ngotot Pa-
ung. jak Lingkungan Masuk RUU Pa-
Hardjasoemantri, Koesnadi, 1994, Hukum jak dan Retribusi Daerah”, http://
Tata Lingkungan, Gadjah Mada Uni- w w w. h u k u m o n l i n e . c o m / d e t a i l .
versity Press,Yogyakarta. asp?id=14900&cl=Berita, 12 Juni
Ilyas, Wirawan dan Richard Burton, 2007, 2008.
Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakar- Jawa Pos, “Pajak Lingkungan Pakai Sistem
ta. Earmarking”, http://www.dannyda-
Mardiasmo, 2004, Perpajakan, Penerbit russalam.com/engine/artikel/art.
Andi, Yogyakarta. php?lang=id&artid=363, 10 Juli
Prakosa, Kesit Bambang, 2005, Pajak dan 2008.
Retribusi Daerah Edisi Revisi, UII Kantor Berita Antara, “Pengusaha Tolak Pa-
Press, Yogyakarta. jak Lingkungan”, http://www.antara.
Prugh, Thomas, Robert Cotanza, et.all, 1999, co.id/arc/2006/5/11/pengusaha-tolak-
Natural Capital and Human Economic pajak-lingkungan, 25 Juli 2007.
Survival, Lewis Publisher. Kompas, “Kalangan Dunia Usaha Me-
Pudyatmoko, Y. Sri, 2004, Pengantar Hu- nolak Pajak Lingkungan”, http://
kum Pajak, Penerbit Andi, Yogyakarta. www.pajak2000.com/news_detail.
Rhiti, Hyronimus, 2006, Hukum Penyelesa- php?id=1089, 25 Juli 2007
ian Lingkungan Hidup, Andi Offset, Orin Basuki, “Pajak Lingkungan akan Ganti-
Yogyakarta. kan 250 Retribusi”, http://64.203.71.11/
utama/news/0605/23/172152.htm, 25
B. Internet Juli 2007.
Aziz, “Indonesia: Imposing Green Taxes Suara Pembaruan, KLH Kaji Rencana Pajak
on Oil Fuel”, http://www.climat- Lingkungan, Surat Kabar Suara Pem-
eark.org/shared/reader/welcome. baruan, Jumat 12 Mei 2006, hlm. 11.
aspx?linkid=47376, 28 Januari 2008. Syamsul Azhar, “Pemkab Diberi Wewenang
Aziz, “Salah Desain Pajak Lingkungan”, Pungut Pajak Lingkungan”, http://
http://unisosdem.org/ekopol_detail. www.media-indonesia.com/berita.
php?aid=6290&coid=2&caid=19, 28 asp?id=99374, 25 Juli 2007.
Januari 2008. Wikipedia, “Environmental Tax Definition”,
Heath Gibson, “Externalities: Implications http://en.wikipedia.org/wiki/Environ-
for Allocative Efficiency and Suggest- mental Tax, 28 Januari 2008.
ed Solutions”, http://www2.hunterlink.
546 MIMBAR HUKUM Volume 20, Nomor 3, Oktober 2008, Halaman 411 - 588

Wikipedia, “Tanggung Jawab Sosial Peru- Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 ten-
sahaan”, http://id.wikipedia.org/wiki/ tang Perseroan Terbatas.
Tanggung_jawab_sosial_perusahaan, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 ten-
diakses tanggal 21 Juli 2008. tang Kehutanan.

C. Peraturan Perundang-undangan D. Kamus


Keputusan Menteri Negara Lingkungan Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Ba-
Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang hasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Ja-
Pedoman Pelaksanaan UKL dan UPL. karta, 1985.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999
tentang AMDAL. E. Surat Kabar dan Makalah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 ten- Dhewanti, Laksmi dan Aristin Tri Apriani,
tang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengenaan Pajak Lingkungan: Telaa-
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo. han terhadap RUU Pajak Daerah dan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Retribusi Daerah.
tentang Pemerintahan Daerah. Suara Pembaruan, “KLH Kaji Rencana Pa-
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 jo. jak Lingkungan”, Surat Kabar Suara
Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 Pembaruan, Jumat 12 Mei 2006.
tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

You might also like