Analisis Sifat Fisik Asap Cair Kayu Akasia Daun Kecil (Acacia Auriculiformis) BERDASARKAN MASA SIMPAN

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Sylva Scienteae Vol. 03 No.

5 Oktober 2020 ISSN 2622-8963 (media online)

ANALISIS SIFAT FISIK ASAP CAIR KAYU AKASIA DAUN KECIL


(Acacia auriculiformis) BERDASARKAN MASA SIMPAN
Analysis of Physical Properties of Small Liquid Acasia Wood
(Acacia auriculiformis) Based on Shelf Life
Miftahul Jannah, Henny Arryati, dan Trisnu Satriadi
Program Studi Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRACT. Indonesia is one of the countries with a tropical climate and has a vast forest area
with a distribution that is found throughout the Indonesian region and has so many benefits.
One of the abundant wood in Indonesia is acacia wood. The pulp and paper industry makes
acacia wood as the main raw material to be made pulp (pulp) and then processed into finished
materials in the form of paper. Besides being used as a raw material for processing acacia pulp
and paper, it is also used as a raw material for processing liquid smoke. This study aims to
determine the quality of the physical properties of liquid smoke of small leaf acacia wood
(Acacia auriculiformis) based on shelf life. This research was conducted at the Banjarbaru
Industrial Standardization and Research Center, for 5 months. The test parameters of the
physical properties of liquid smoke such as water content, odor, color, transparency (gross
content) and pH are compared to the quality standards of liquid smoke from Japan. Test
parameters that almost meet Japanese standards at a shelf life of 3 months compared to a shelf
life of 1 and 2 months, the odor produced is typical of liquid smoke, the resulting pH is 3.29,
transparency 0.03, the resulting color is brown and the moisture content produced.
Keywords: Liquid smoke; Small Leaf Acacia; Shelf life, Water content; Transparency; pH;
Smell; Color
ABSTRAK. Indonesiaamerupakannsalah satu negara dengan iklim tropis dan memiliki kawasan
hutan yang sangat luas dengan persebaran yang terdapat di seluruh kawasan Indonesia dan
memiliki begitu banyak manfaat. Salah satu kayu yang jumlahnya melimpah di Indonesia adalah
kayu akasia. Industri pulp and paper menjadikan kayu akasia sebagai bahan baku utama untuk
dijadikan pulp (bubur kertas) untuk kemudian diolah menjadi bahan jadi berupa kertas. Selain
digunakan sebagai bahan baku pengolahan pulp and paper kayu akasia juga dimanfaatkan
sebagai bahan baku pengolahan asap cair. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
sifat fisik asap cair kayu akasia daun kecil (Acacia auriculiformis) berdasarkan masa simpan.
Penelitian ini dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru, selama 5 bulan.
Parameter uji sifat fisik asap cair seperti kadar air, bau, warna, transparansi (kadar kotor) dan
pH dibandingkan dengan standar kualitas asap cair asal Jepang. Parameter uji yang hampir
memenuhi standar Jepang pada masa simpan 3 bulan dibandingkan dengan masa simpan 1
dan 2 bulan, bau yang dihasilkan khas dari asap cair, pH yang dihasilkan 3,29, transparansi
0,03, warna yang dihasilkan coklat dan kadar air yang dihasilkan.
Kata kunci: Asap Cair; Akasia Daun Kecil; Masa Simpan; Kadar Air; Transparansi; pH; Bau;
Warna.
Penulis untuk korespondensi: surel: [email protected]

PENDAHULUAN pulp (bubur kertas) kemudian diolah menjadi


bahan jadi berupa kertas. Selain digunakan
sebagai bahan baku pengolahan pulp dan
Indonesiaamerupakannsalah satu negara kertas kayu akasia juga dimanfaatkan
dengan iklim tropis dan memiliki kawasan sebagai bahan baku pengolahan asap cair.
hutan yang sangat luas dengan persebaran Asap cair umumnya adalah asam cuka
yang terdapat di seluruh kawasan Indonesia yang didapat dari proses kayu terhadap
dan memiliki begitu banyak manfaat. Salah destilasi kering (Wibowo, 2002). Asap cair
satu jenis kayu yang jumlahnya melimpah di pada umumnya berupa cairan warna kuning
Indonesia adalah jenis kayu akasia. Industri kecoklatan atau coklat kehitaman yang
pulp dan kertas menjadikan kayu akasia didapatkan dari hasil samping saat proses
sebagai bahan baku utama untuk dijadikan pengolahan arang (Komarayati et al., 2011).

899
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 03 No. 5 Edisi Oktober 2020

Asap cair awalnya dimanfaatkan untuk Tunas Inti Abadi Desa Tiwingan Lama
penghilang agen mikroba agen pensteril, Kecamatan Aranio. Pengujian di lakukan di
bau dan pupuk (Loo, 2008). Rakmai (2009) Balai Riset dan Standarisasi Industri
menyatakan bahwa pemanfaatan asap cair Banjarbaru. Waktu penelitian dilaksanakan
ini semakin melebar ke beberapa bidang ±5 bulan dari bulan Agustus sampai bulan
rumah tangga, industri, agrikultur dan Desember 2019, meliputi persiapan,
farmasi. pengambilan bahan, analisis data sampai
dengan penyusunan skripsi.
Asap cair digunakan untuk bahan
produksi pengawetan pangan. Penelitian
Objek dan Alat Penelitian
yang dilakukan mengenai produk perikanan
yang diawetkan dengan mengaplikasikan
Objek yang digunakan pada penelitian ini
asap cair yang dilakukan oleh (Ayudarti dan
Sari, 2010). Hal ini dikarenakan asap cair yaitu asap cair kayu akasia daun kecil
(Acacia auriculiformis) yang diperoleh di PT.
mempunyai komponen yang terdiri dari
karbonil seperti vanillin, siringalehida, Tunas Inti Abadi (TIA).
hidrokarbon polisiklis aromatis (HPA), asam Alat yang digunakan pada penelitian ini
seperti valerat, asam asetat, propionate, adalah
butirat, dan fenol. Senyawa berikut 1. pH meter
digunakan sebagai warna, antimikroba, 2. Timbangan
antioksidan dan flavor (Girrard, 1992). 3. Botol kaca
(Pszczola, 1995) menyatakan komponen 4. Kamera
asam organik dan fenol asap cair dapat 5. Alat tulis
bekerja secara bersamaan mencegah dan
menjaga pertumbuhan mikroba, yang berarti Pengolahan Sampel (asap cair) :
asap cair sangat potensial diaplikasikan
untuk bahan pengawetan. 1. Pertama-tama bahan menyiapkan
Menurut pendapat dari Sutrisno (2013) berupa kayu akasia
asappcairrhasil dari proses pirolisis bahan 2. Kayu akasia daun kecil kemudian
organik yang dapattdiaplikasikan untuk diseleksi untuk menentukan kualitas,
berbagai keperluan karena pada umumnya seperti pemilihan kayu yang dipakai
bersifat asam dan banyak mengandung bagian batangnya dan dipilih kayu yang
komponen senyawa fenolik. Secara umum, tidak cacat atau tidak rusak dan dipilih
asap cair dibuat menggunakan tiga tahap bagian yang tidak ada hama dan
yaitu redistilasi, kondensasi dan pirolisis. penyakit.
(Darmadji, 2002; Sari t al, 2007). Asap cair 3. Menimbang kayu akasia untuk
mengandung asam organik dan senyawa mengetahui berat dari kayu tersebut
fenoli, asap cair juga digunakan untuk 4. Setelah ditimbang, kayu tersebut
bahan pengawet pangan, antioksidan dan dimasukkan ke dalam tungku drum
biopestisida (Nurhayati, 2000). Bahan yang yang berfungsi sebagai tempat
diaplikasikan untuk mengolah asap cair pembakaran utama, kemudian
yaitu bahannyang bisa dibuat untuk dinyalakan dengan cara membakar
mengolah arang karena proses pembuatan kayu tersebut.
asap cair terintegrasi dengan proses 5. Dilakukan pembakaran tungku drum
pengolahan arang. tersebut agar terjadi proses
penyulingan. Lalu setelah kayu akasia
Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui
menyala dan kayu tersebut tidak akan
kualitas sifat fisik asap cair kayu akasia
padam maka ditutup tungku drum
daun kecil (Acacia auriculiformis)
tersebut.
berdasarkan masa simpan.
6. Selama proses penyulingan dan
pengarangan, kayu di dalam tungku
drum akan mengalami pemanasan
METODE PENELITIAN yang akan mengolah uap dimana akan
menghasilkan asap cair yang di
tampung dalam wadah di ujung
Tempat dan Waktu Penelitian cerobong tungku drum. Cerobong asap
yang keluar menipis artinya
Tempat pengambilan sampel berupa pengarangan dianggap selesai. Lalu
asap cair kayu akasia daun kecil di PT. tungku diletakkan sejajar dengan tanah

900
Jannah. M. et al. 2020. Analisis Sifat Fisik … (03): 899 - 905

lalu cerobong ditutup menggunakan 1. Warna


kain yang basah karena sebelumnya
Analisis warna dilakukan secara manual
kain sudah dibasahi dengan air.
dengan menggunakan mata telanjang
(indera penglihatan)
Secara garis besar proses pembuatan
sampel asap cair ini dapat dilihat pada 2. Bau
gambar 1:
Analisis bau dilakukan secara manual
dengan menggunakan indera penciuman
(hidung)
Kayu Akasia
3. pH
Mengukur keamasan dengan
menggunakan alat digital pHmeter
dengan cara mencelupkan katoda pada
Penyeleksian Kualitas contoh uji.
4. Transparansi (kadar kotor)
a. Mengocok contoh uji yang masih
berada didalam botol
b. Mengambil ±50 ml contoh uji,
kemudian disaring menggunakan
Menimbang Kayu Akasia kertas saring (bobot kertas harus
diketahui lebih dahulu)
c. Kemudian mengoven kertas saring
tersebut setelah digunakan untuk
menyaring ±1 jam
d. Menimbang kertas saring yang sudah
Memasukkan Kayu Akasia Ke Dalam dioven
Tungku 𝑤2−𝑤1
e. Transparansi = × 100%
𝑤

5. Kadar Air (%)


a. Menimbang 20gram contoh uji (asap
cair) dan dimasukkan keedalammlabu
didih 500ml lalu menambahkan 300ml
Proses Penyulingan xylolldan batuudidih
b. Menyambungkan alataAufhauser, lalu
pangkar diiatas pemangkas listrik
dengan waktu satu jam dari awal
mendidih lalu dihitung
c. Mematikan alat penangkas listrik lalu
Asap Cair diamkan alat Aufhauser sampai dingin
d. Membilas alat pendingin
menggunakan xylol
Gambar 1. Skema Pembuatan Asap Cair e. Volume air yang terdapat alat
Aufhauser dibaca, lalu
𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
Prosedur penelitian meliputi : (1) f. Kadar air = × 100%
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
Penyiapan bahan, pengambilan contoh uji
dilakukan di PT. Tunas Inti Abadi (TIA) Desa
Tiwingan Lama Kecamatan Aranio Asap cair memiliki standar kualitas yang
Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. dinilai dari beberapa parameter yang
Bahan baku pembuatan asap cair adalah menyangkut dengan asap cair itu sendiri.
jenis kayu akasia daun kecil (Acacia Standar asap cair asal Jepang dilihat pada
auriculiformis). (2). Pengujian sampel (asap tabel 2:
cair) dilakukan di Lab. Balai Riset dan
Standarisasi Industri Banjarbaru, meliputi
pengujian warna, pH, bau, kadar air dan
transparansi (kadar kotor). Adapun
prosedurnya sebagai berikut :

901
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 03 No. 5 Edisi Oktober 2020

Tabel 1. Hasil analisis data sifat fisik asap cair.


No Parameter Masa Masa Masa Jumlah Rata-
simpan 1 simpan 2 simpan 3 rata
1 Pengujian
Warna
2 Bau
3 Transparasi
4 Keasaman (pH)
5 Kadar Air (%)

Tabel 2. Standar kualitas asap cair asal Jepang


No Parameter Asap Cair Standar Jepang

1 Warna Kuning-coklat kemerahan pucat-coklat kemerahan


2 Berat Jenis g/cm³ < 1.005
3 Keasaman (pH) 1.5-3.7
4 Bau -
5 Kadar Air (%) 1-18
6 Transparansi Tidak keruh, tidak ada suspense
Keterangan : Sumber Yatagai (2001)

HASIL DAN PEMBAHASAN dari kadar air yaitu 94,90%. Masa simpan 2
bulan diperoleh hasil 99,01% dan masa
simpan 3 bulan memperoleh hasil kadar air
Analisis Kualitas Sifat Fisik Asap Cair 94,87%. Kadar air asap cair sangat
Kayu Akasia Daun Kecil (Acacia dipengaruhi oleh kadar air awal bahan baku
auriculiformis) yang digunakan, semakin kering bahan
baku maka akan dihasilkan asap cair
Analisis asap cair kayu akasia daun kecil dengan kadar air rendah. Menurut Yatagai
(Acacia auriculiformis) dilakukan dengan (2004), karakteristik asap cair adalah
membandingkannya dengan menggunakan memiliki kadar air 80% sampai 90% dan
standar kualitas asap cair (wood vinegar) memiliki kandungan bahan organik 10%
asal Jepang yang dikemukan oleh Yatagai sampai 20% serta memiliki derajat
(2004), yaitu seperti pada tabel 3. keasaman tinggi yaitu pH 1,5-3,7. Parameter
kadar air pada ketiga masa simpan tidak
Kadar Air sesuai dengan standar Jepang karena kadar
air yang dihasilkan sangat tinggi
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel dibandingkan standar jepang.
3, masa simpan 1 bulan hasil yang diperoleh

Tabel 3. Analisis kualitas sifat fisik asap cair berdasarkan masa simpan.

Hasil Uji
No Parameter Uji Satuan Metode Uji
1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan
1 Kadar Air % 94,9 99,01 94,87 Gravimetri
2 Bau - Khas* Khas* Khas* Organoleptik
3 Ph - 3,94 3,31* 3,29* pH meter
4 Transparansi % 0,1 0,03 0,03 Gravimetri
Coklat
5 Warna - Kehitaman Coklat* Coklat* Organoleptik
Sumber : Balai Riset dan Standarisasi Industri Bajarbaru 2019.
Keterangan : * = sesuai standar Jepang

902
Jannah. M. et al. 2020. Analisis Sifat Fisik … (03): 899 - 905

Kadar Air menghambat pertumbuhan mikroba


berspora/mikroba pembusuk. Fengel dan
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel Wenegar (1995) menyatakan tingginya nilai
3, masa simpan 1 bulan hasil yang diperoleh dari keasaman atau pH dapat dikarenakan
dari kadar air yaitu 94,90%. Masa simpan 2 perolehan zat ekstraktif cukup tinggi. Zat ini
bulan diperoleh hasil 99,01% dan masa dapat menghasilkan senyawa-senyawa
simpan 3 bulan memperoleh hasil kadar air seperti alkohol, lilin, resin, lemak dan asam
94,87%. Kadar air asap cair sangat lemak. Lilin yang memiliki jumlah banyak
dipengaruhi oleh kadar air awal bahan baku dapat memproduksi asam sehingga bisa
yang digunakan, semakin kering bahan menaikkan kadar pH asap cair.
baku maka akan dihasilkan asap cair
Tingkatan pH pada proses penguraian
dengan kadar air rendah. Menurut Yatagai
dari komponen kimia kayu yang terjadi
(2004), karakteristik asap cair adalah
memperoleh asam organik yang terdapat
memiliki kadar air 80% sampai 90% dan
pada asap cair. Asap cair dapat diperoleh
memiliki kandungan bahan organik 10%
dari hasil pH yang rendah akan
sampai 20% serta memiliki derajat
menghasilkan asap cair yang berkualitas
keasaman tinggi yaitu pH 1,5-3,7. Parameter
sangat tinggi karena secara menyeluruh
kadar air pada ketiga masa simpan tidak
dapat mempengaruhi daya awet dan masa
sesuai dengan standar Jepang karena kadar
simpan produk asap cair (Wijaya, et al,
air yang dihasilkan sangat tinggi
2008). Peningkatan pada pH dapat
dibandingkan standar jepang.
dilakukan dengan cara meningkatkan suhu
pembakaran. Menurut (Haji, et al, 2007)
Bau
pembakaran yang sempurna dengan cara
meningkatkan suhu yang diperoleh dengan
Kualitas yang baik dari asap cair menurut menyebabkan penguraian atau dekomposisi
Yatagai (2004) memiliki bau yang khas dari kimia didalam setiap bahan baku akan
asap cair tersebut. Hasil analisis asap cair dihasilkan akan semakin sempurna.
dari kayu jenis Akasia Daun Kecil (Acacia
auriculiformis) memiliki bau yang khas dari
Transparansi (kadar kotor)
asap, tetapi karena salah satu sampel asap
cair dari masa simpan 1 bulan memiliki nilai
Transparansi (kadar kotor) dinilai secara
keasaman yang cukup tinggi dibanding yang
visual, asap cair yang bagus adalah asap
lain maka akan menghasilkan bau yang
cair dengan transparasi yang tidak ada
menyengat (masih khas dari asap cair).
bahan yang tertahan. Asap cair yang jelas
Untuk itu perlu dilakukan penyulingan lagi
tidak bersih atau adanya endapan maka
agar nilai keasaman yang dihasilkan
harus dilakukan penyaringan kembali. Tabel
berkurang dan bau yang menyengat
3, terlihat jelas bahwa kadar kotoran paling
bekurang. Hal ini diduga bahwa tar juga
tinggi terlihat pada asap cair dengan masa
mempengaruhi bau dari asap cair sehingga
simpan 1 bulan 0,10% sedangkan masa
pada proses destilasi asap cair berlangsung,
simpan 2 bulan dan 3 bulan kadar kotoran
kandungan tar terpisah, karena tar ini akan
yang diperoleh 0,03%. Asap cair kayu
mengendap dan tidak menguap bersama
akasia daun kecil (Acacia auriculiformis)
senyawa yang lain seperti fenol, karbonil,
harus dilakukan penyaringan kembali
dan asam. Dengan terpisahnya kandungan
karena masih ada sedikit endapan, bila
tar, bau asap cair akan semakin lemah.
dibandingkan standar jepang tidak sesuai
dengan hasil pengujian karena standar
pH
jepang kadar kotoran tidak keruh dan tidak
ada suspensi. Hasil parameter transparansi
Berdasarkan pengujian keasaman atau (kadar kotor) tidak sesuai dengan standar
pH pada asap cair kayu Akasia Daun Kecil jepang pada semua masa simpan.
(Acacia auriculiformis) masa simpan 1 bulan
3,94 menunjukan pH lebih dari standar Warna
sedangkan pada masa simpan 2 bulan 3,31
dan 3 bulan 3,29 menunjukan pH atau
Warna yang dihasilkan dari proses
keasaman pada asap cair sesuai dengan
penyulingan asap cair dengan masa simpan
standar Jepang. Menurut Pujilestari (2007)
1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan berbeda
mengatakan bahwa pH asap cair memiliki
secara manual (indera penglihatan) dengan
kisaran 1,5-3,7, hal ini disebabkan oleh
hasil yang diperoleh. Dilihat dari tabel 4,
pH yang tergolong asam sehingga

903
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 03 No. 5 Edisi Oktober 2020

masa simpan 1 bulan warna yang dihasilkan kandungan air yang tinggi sehingga hasil
lebih berwarna coklat kehitaman dibanding pada setiap masa simpan tidak sesuai
dengan masa simpan yang lain, karena dengan standar Jepang. Karena pada hasil
pada asap cair dengan masa simpan 1 analisis kualitas sifat fisik ini terlihat jelas
bulan masih mengandung tar sehingga pada masa simpan 2 bulan lebih tinggi
warnanya lebih gelap. Peningkatan suhu dibandingkan 1 bulan dan 3 bulan. Masa
dan waktu pirolisis menghasilkan warna simpan terlihat jelas berpengaruh pada
asap cair yang semakin gelap, hal ini parameter pH, transparansi dan warna.
dikarenakan pada suhu yang lebih tinggi
senyawa-senyawa volatil dan tar akan
terbentuk lebih banyak (Ratnawati dan KESIMPULAN DAN SARAN
Hartono, 2010). Hasil uji pada tabel 3 jika
dibandingkan dengan standar asal Jepang
ternyata hasil yang dihasilkan tidak Kesimpulan
memenuhi standar karena asap cair dari
standar jepang memiliki warna yang Kesimpulan dari penelitian ini adalah
cenderung kuning dan coklat kemerahan. kualitas sifat fisik asap cair kayu akasia
Semakin lama masa simpan semakin terjadi daun kecil (Acacia auriculiformis) dilihat dari
pengendapan dan warna yang dihasilkan parameter uji sifat fisik asap cair seperti
lebih bening dari proses penyulingan. warna, bau, kadar air (%), transparansi dan
Darmadji (1996) menyatakan bahwa setiap pH pada masa simpan 3 bulan yang hampir
warna asap cair mempengaruhi bahan yang sesuai dengan standar Jepang tetapi kadar
terkandung di dalam asap cair seperti air yang dihasilkan pada semua masa
karbonil dan fenol. Semakin tinggi simpan hasil yang diperoleh sangat tinggi
kandungan senyawa fenol dan karbonil dan pada masa simpan dan 2 bulan tidak
maka menghasilkan warna yang semakin sesuai dengan standar Jepang.
gelap. Hasil pada parameter kualitas sifat
fisik warna pada masa simpan 2 dan 3 yang Saran
termasuk pada standar asal Jepang.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
Kadar Air (%) tentang manfaat asap cair digunakan
sebagai pengumpal lateks berdasarkan
Hasil dari analisis sifat fisik asap cair masa simpan dan penelitian lanjutan
menunjukan bahwa asap cair kayu akasia tentang komposisi asap cair dengan masa
daun kecil (Acacia auriculiformis) yang simpan yang lebih lama, missal satu tahun.
dihasilkan tidak semua termasuk dalam Agar mendapatkan perbandingan yang lebih
kualitas yang cukup bagus, karena asap cair signifikan.
kayu akasia daun kecil pada masa simpan 3
bulan memenuhi standar jepang, sedangkan
pada masa simpan 1 dan 3 bulan tidak
memenuhi standar jepang. Hal ini dapat
DAFTAR PUSTAKA
diatasi dengan dilakukannya perbaikan mutu
dari asap cair tersebut dengan cara
melakukan proses penyaringan dan Ayudarti, D.L & Sari, R.N. 2010. Asap Cair
penyulingan sehingga mutu asap cair yang dan Aplikasinya pada Produk Perikanan.
dihasilkan lebih baik kualitasnya. Squalen.5(3): 101-108
Penyaringan dan penyulingan dilakukan Haji A.G. Zainal, A. M. Bibiana, W. L.
berkali-kali sampai warna berubah menjadi Surjono, H. S. dan Gustan, P. 2007.
bening karena asap cair yang masih Karakterisasi Asap Cair Hasil Pirolisis
berwarna coklat kehitaman dan coklat, Sampah Organik Padat (Characterization
sehingga dilakukan proses penyulingan Of Liquid Smoke PyrolyzedFrom Solid
sampai berwarna bening agar dapat Organic Waste). Jurnal Teknologi Industri
dimanfaatkan sebagai bahan pengawet Pertanian 16(3) :111-118.
produk pangan. Masa simpan berpengaruh
pada beberapa parameter, tetapi yang tidak Hartono, Singgih dan Ratnawati. 2010,
berpengaruh yaitu kadar air. Kadar air yang Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung
dihasilkan pada masa simpan 1, 2 dan 3 Kelapa Sawit dengan Metode Aktivasi
hasil yang diperoleh sangat tinggi itu Kimia, Jurnal Sains Materi Indonesia. 12
dikarenakan bahan baku mengandung (1): 12-16.

904
Jannah. M. et al. 2020. Analisis Sifat Fisik … (03): 899 - 905

Komarayati, S, Gusmailina dan Pari, G. Sari, R.N., Utomo, B.S.B., dan Sedayu, B.B.
2011. Produkasi cuka kayu hasil 2007. Uji Coba Alat Penghasil Asap Cair
modifikasi tungku arang terpadu. Jurnal Skala Laboratorium dengan Bahan
Penelitian Hasil Hutan, 29 (3): 234-247. Pengasap Serbuk Gergaji Kayu Jati
Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Sabrang atau Sungkai (Peronema
Pengolahan Hasil Hutan. Bogor canescens). Jurnal Pascapanen dan
Bioteknologi. 2(1): 27–34.
Pujilestari, T. 2007. Pengaruh cuka kayu
Galam, Akasia (Acacia mangium), dan Sutrisno I. 2013. Manfaat Cuka Kayu. Riau:
Karet terhadap daya simpan ikan segar. Universitas Riau.
Jurnal industri, vol. 1, No.3, Desember
Wijaya, Y.J., et al 2008, Adsorpsi Zat
2007: 147-154 Banjarbaru
Organik Nitrobenzene dari Larutan
Rakmai J., C. Ovatlarnporn dan S. dengan Menggunakan Bubuk Daun
Kaewnopparat.2009. Antibackteria of Intaran, Jurnal Teknik Kimia, Universitas
Wood Vinegars. Proceeding 35 th Katolik Widya Mandala, Surabaya.
Congress on Svcience and Tehnology of
Yatagai, M 2004. Utiliza tion Of Charconal
Thailand (STT35) Thailand.
and Wood Vinegar in Japan. RDCFPT in
Coorporation Whit JCFA, Bogor.

905

You might also like