Definisi Pendapatan Menurut Berbagai Sumber: 1: Pengertian Pendapatan Menurut FASB (Financial Accounting Standards Board)
Definisi Pendapatan Menurut Berbagai Sumber: 1: Pengertian Pendapatan Menurut FASB (Financial Accounting Standards Board)
2: Pengertian Pendapatan menurut para ahli, antara lain Paton dan Littleton
Revenue is the product of the enterprise, measured by the amount of new assets
received from customer.
Srated in terms of asset the revenue of the enterprise is represented, finally by
the flow of funds from the customers in exchange for the product of the business,
either comodities or services.
The definition of income ecompasses both revenue and gain. Revenue arises in
the course of the ordinary activities of an enterprise and a referred to by a variety
of different names including sales, fees, interests, dividends, royalties, and rents.
B: Karakteristik Pendapatan
Dari definisi dan teori pendapatan menurut para ahli di atas, kita bisa mengetahui
karakteristik yang membentuk pengertian pendapatan, yaitu:
Pendapatan dinyatakan ada atau timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian
yang menaikkan aset, atau menimbulkan aliran masuk aset. Tidak ada batasan
bahwa aset harus berupa kas atau alat likuid yang lain. Akan tetapi tidak semua
kenaikan aset dapat menimbulkan atau sumber pendapatan. Aset dapat
bertambah karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:
- Operasi (operating)
- Investasi (investing)
- Pendanaan (financing)
Jadi, yang dimaksud pendapatan adalah kenaikan aset yang berkaitan dengan
operasi utama ini dan bukan dengan investasi dan pendanaan. Akan
tetapi, revenue atau keuntungan yang tidak berasal dari operasi utama dengan
sendirinya disebut sebagai pos non operasi.
Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidental sering dianggap
sebagai pos pendapatan non operasi dan dipisahkan penyajiannya. Pembedaan
memang perlu tapi mengklasifikasikannya sebagai non operasi dapat
menyesatkan dalam pengukuran kinerja atau daya menghasilkan laba
perusahaan. Untuk kepentingan manajerial, pemisahan kegiatan menjadi operasi
dan non operasi dapat saja dilakukan. Tapi untuk tujuan eksternal, kedua
aktivitas tersebut harus tetap dipandang sebagai aktivitas operasi.
Contoh:
Misalnya kita jumpai dalam perusahaan angkutan kereta api yang juga
mengusahakan usaha wisata. Pengoperasian usaha wisata tersebut boleh jadi
berkaitan sangat erat dengan usaha transportasi.
Sehingga pendapatan dan biaya yang timbul dari bisnis wisata tersebut, dapat
dilaporkan secara gabungan dengan pendapatan dan biaya usaha transportasi
(keduanya sebagai operasi). Perlakuan seperti ini lebih tepat, dibandingkan
dengan pemisahan revenue dan biaya bisnis wisatanya sebagai non operasi.
4: Penurunan Kewajiban
Pendapatan tidak hanya didefinisikan dari sudut kenaikan aset, tapi juga dari
penurunan atau pelunasan kewajiban. Hal ini terjadi bila suatu entitas telah
mengalami kenaikan aset sebelumnya. Misalnya menerima pembayaran di muka
dari pelanggan. Penerimaan ini bukan merupakan pendapatan karena
perusahaan belum melakukan prestasi yang menimbulkan hak penuh atas aset
yang diterima.
Oleh karena itu, jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai
pendapatan tangguhan, yang statusnya adalah kewajiban. Sampai ada prestasi
dari perusahaan berupa pengiriman barang atau pelaksanaan jasa. Timbulnya
revenue yang berasal dari menurunnya kewajiban banyak dipicu oleh
penyesuaian akhir tahun. Asas akrual (accrual basis) juga menimbulkan
kenaikan aset yang memenuhi definisi sebagai pendapatan.
5: Suatu Entitas
6: Produk Perusahaan
7: Pertukaran (exchange)
Pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat
daam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling obyektif adalah jika
jumlah rupiah tersebut adalah hasil transaksi atau pertukaran (exchange) antara
pihak independen. Dengan konsep dasar penghargaan kesepakatan,
pendapatan dinyatakan dalam jumlah rupiah. Penghargaan dalam transaksi
penjualan yang besarnya sama dengan harga jual per saham dikalikan kuantitas
terjual. Pendapatan untuk suatu periode adalah akumulasi pendapatan yang
diukur secara obyektif tersebut.
Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakup semua pos
dengan berbagai bentuk dan nama apapun. Sebagai contoh, pendapatan untuk
perusahaan dagang disebut dengan penjualan. Untuk perusahaan jasa,
pendapatan menunjukkan kegiatan atau jenis jasa yang diberikan. Misalnya
pendapatan sewa, pendapatan jasa angkutan, dan pendapatan bunga.
Keuntungan
IAI dan APB tidak menjelaskan perbedaan income dan profit, perbedaan laba
dan keuntungan, keduanya digabung dalam konsep penghasilan (income).
Secara konseptual dan esensial karakteristik pendapatan tidak berbeda dengan
untung. IAI dan APB tidak memandang untuk sebagai elemen/ komponen
tersendiri dan didefinisikan secara formal. APB memandang untung semata-
mata merupakan klasifikasi pendapatan dalam penyajian Laporan Laba Rugi.
A: Pembentukan Pendapatan
Pengertian pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang berkaitan
dengan masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul
atau menjadi ada (sumber-sumber pendapatan). Konsep pembentukan
pendapatan menyatakan bahwa pendapatan terbentuk, terhimpun, bersamaan
dengan dan melekat pada seluruh atau totalitas proses berlangsungnya operasi
perusahaan dan bukan sebagai hasil transaksi tertentu. Dengan kata lain,
sebelum penjualan terjadi, pendapatan dianggap sudah terbentuk seiring dengan
berjalannya operasi perusahaan.
produksi
penjualan
pengumpulan piutang
Konsep pembentukan pendapatan ini sering disebut pendekatan proses
pembentukan pendapatan atau pendekatan kegiatan.
B: Realisasi Pendapatan
Dengan konsep realisasi, pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau
terbentuk pada saat terjadi kesepakatan. Atau kontrak dengan pihak independen
(pembeli) untuk membayar produk, baik produk telah selesai dan diserahkan
ataupun belum dibuat sama sekali. Dengan kata lain, pendapatan terbentuk
pada saat produk selesai dikerjakan dan terjual langsung, atau pada saat terjual
atas dasar kontrak penjualan (barang mungkin belum jadi atau belum
diserahkan). Berdasarkan konsep realisasi, pendapatan terjadi akibat transaksi
tertentu, yaitu transaksi penjualan atau kontrak.
Walaupun jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi karena belum ada upaya
yang membentuk pendapatan. Konsep dasar upaya dan hasil menyatakan
bahwa tidak ada pendapatan tanpa upaya. Sebelum terjadi upaya yang cukup,
pendapatan belum dapat diakui. Oleh karena itu, untuk memenuhi kualitas
keterukuran dan reliabilitas, serta untuk memenuhi konsep dasar upaya dan
hasil. Maka kriteria pengakuan pendapatan didasarkan atas dua konsep yang
saling melengkapi tersebut. Yaitu untuk dapat mengakui pendapatan,
pembentukan pendapatan harus dikonfirmasi dengan realisasi.
Demikian juga, pendapatan dapat terbentuk mulai dari titik A sampai titik B.
Karena hanya satu kriteria yang dipenuhi, jelas pendapatan adalah tidak dapat
diakui pada saat tersebut.
Pada industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup lama.
Misalnya dalam industri konstruksi bangunan seperti jembatan layang, jalan raya
dan bendungan.
Serta dalam industri konstruksi alat berat, seperti lokomotif, kapal, dan pabrik.
Tapi mungkin belum cukup terbentuk pada akhir tiap periode akuntansi.
Dalam hal ini, pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara bertahap per
periode akuntansi .
Hal itu sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat
proyek selesai dan diserahkan.
Tahap PT dan TB tidak relevan lagi dan proses pembentukan pendapatan dapat
dilakukan kembali.
Ini berarti pendapatan diakui pada titik P yang merupakan akhir tahap produksi
dalam ilustrasi gambar Pembentukan Pendapatan di atas.
Jika sudah ada kontrak penjualan sebelumnya, tidak ada masalah dengan
pengakuan pada saat produk selesai.
Karena pendapatan sudah terealisasi dan pada saat produk selesai, pendapatan
secara substansial sudah terbentuk.
Akan tetapi, jika tidak ada kontrak sebelumnya, hanya kriteria terbentuk yang
terpenuhi.
Bahan dasar seperti timah, tembaga, gandum beras, emas dan sebagainya
biasanya mempunyai pasar yang luas dengan harga yang sudah pasti.
Kondisi ini memungkinkan untuk menaksir dengan cukup tepat nilai jual yang
dapat direalisasi suatu persediaan barang jadi ada pada tanggal tertentu.
Kondisi ini dapat mengganti kriteria cukup pasti terealisasi, sehingga pada saat
selesainya produksi kedua kriteria pengakuan dianggap telah terpenuhi.
Pengakuan ini adalah dasar yang paling umum karena pada saat penjualan
kriteria penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi.
Kriteria terealisasi telah dipenuhi karena telah ada kesepakatan pihak lain untuk
membayar jumlah rupiah pendapatan secara obyektif.
Dengan demikian saat penjualan adalah saat yang kritis dalam operasi
perusahaan sehingga menjadi standar utama dalam pengakuan pendapatan.
Kegiatan penjualan adalah hal yang paling menentukan dan mempunyai arti
keuangan yang paling berharga dibandingkan dengan kegiatan lain dalam
operasi perusahaan.
Aktivitas penjualan menjadi puncak kegiatan dan merupakan tujuan akhir yang
mengerahkan segala upaya yang dilakukan perusahaan.
Pada saat terjadi penjualan, jumlah rupiah harga telah disepakati dan produk
telah keluar dari perusahaan.
***
aktivitas administratif,
perbaikan barang, dan
penggantian barang yang rusak.
***
Jadi, masalahnya adalah kalau pendapatan sebesar ABCD telah diakui misalnya
di titik P.
#5: Pada Saat Kas Terkumpul
Penerapan dasar kas paling banyak dijumpai dalam perusahaan jasa dan
perusahaan yang melakukan penjualan secara angsuran.
Pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau
jasanya telah diserahkan.
Atau dilaksanakan tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu
yang cukup panjang.
Dengan cara ini, pendapatan diakui sejumlah kas yang diterima pada saat kas
diterima atau terkumpul (sampai akhir periode).
***
Dan baru kemudian menentukan biaya (cost of revenue) yang berkaitan dengan
pendapatan dasar kas tersebut.
Dengan kata lain, pendapatan suatu periode diakui secara proporsional atas
dasar kas yang telah diterima dalam periode tersebut.
Ini berarti jumlah rupiah tagihan sejalan atau sinkron dengan kemajuan
pekerjaan.
#1: Pada saat kontrak penjualan angsuran dan pengiriman seluruh barang,
perusahaan mencatat sebagai berikut:
#2: Bila perusahaan menerima uang muka atau angsuran, penerimaan tersebut
dicatat sebagai berikut:
#3: Pada akhir periode harus diperhitungkan biaya produk yang dapat
dibebankan secara tepat (sebagai biaya) ke pendapatan dasar kas tersebut.
Jurnal umum yang harus dibuat pada akhir tahun adalah sebagai berikut:
[Debit] Biaya Barang Terjual – Dasar Kas Rp 24.000.000
[Kredit] Pengiriman Barang – Dasar Kas Rp 24.000.000
Keterangan:
4: jika ternyata pada akhir periode terdapat penjualan yang sudah diterima
kasnya, tapi barang belum dikirim.
Maka biaya barang tersebut harus ditaksir dan ditambahkan ke biaya barang
terjual dasar kas.
Jurnal yang harus dibuat pada akhir periode adalah sebagai berikut:
Dengan teknik pencatatan jurnal umum seperti di atas, penjualan dengan dasar
kas total (total cash revenues).
Akan dilaporkan dalam laporan laba rugi bersama-sama dengan biaya barang
terjual dan biaya lain yang dibebankan.
Dalam neraca, pos Pengiriman Barang – Dasar Kas akan disajikan sebagai aset
lancar sebesar biayanya.
Dan pos Utang Pengiriman Barang – Dasar Kas dilaporkan sebagai kewajiban
atau dikontrakan dengan pos Pengiriman Barang-Dasar Kas.
Yang sering sulit ditentukan adalah mengenali kejadian atau aktivitas yang
menandai bahwa penyerahan jasa telah terjadi dan selesai.
Waktu pelaksanaan atau konsumsi jasa dapat dipandang setara dengan saat
penjualan barang untuk tujuan pengukuran dan pengakuan pendapatan.
Untuk jasa jangka pendek, saat penerimaan kas adalah saat yang umum untuk
mengakui pendapatan.
Kaidah #1:
Jika pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau tindakan,
pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan.
Sebagai contoh pendapatan biro jasa jual beli tanah. Perusahaan akan
mengakui pendapatan komisi pada saat transaksi jual beli telah selesai atau
tuntas.
Kaidah #2:
Kaidah #3:
Atau tindakan secara bertahap, pendapatan dapat diakui pada saat seluruh
pekerjaan telah selesai dilaksanakan bila kondisi berikut ini terpenuhi:
Kondisi #1:
Proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap ahir pekerjaan begitu kritisnya.
Sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir
dilaksanakan.
Dalam hal ini, penyerahan barang adalah pekerjaan kritis sehingga pekerjaan
belum dapat dnyatakan selesai sebelum penyerahan barang telah terlaksana.
Kondisi #2:
Jasa harus dikerjakan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditentukan di
muka selama waktu yang tidak pasti.
Dan tidak ada cara yang cukup layak untuk menentukan tingkat penyelesaian
pekerjaan.
Sebagai contoh, jasa pengacara atau jasa investigasi kasus kriminal oleh detektif
swasta.
Kaidah #4:
Jika terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagihan
atau kolektabilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui setelah kas
terkumpul.
Pedoman #1:
Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk atau
barang dagangan atau jasa diserahkan kepada konsumen.
Serta untung atau rugi dari penjualan aset lainnya pada umumnya diakui pada
saat penjualan (dalam arti pertukaran atau pengiriman barang).
Pedoman #2:
Jika kontrak penjualan atau penerimaan kas atau keduanya mendahului produksi
dan pengiriman, seperti dalam kasus berlangganan majalah dengan pembayaran
di muka.
Pedoman #3:
Pedoman #4:
Jika jasa diberikan atas hak untuk menggunakan aset berlangsung secara terus
menerus selama suatu periode.
Misalnya bunga atau sewa dengan kontrak harga yang pasti, maka pendapatan
dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.
Pedoman #5:
Jika produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan
harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan yang berarti.
Pendapatan dan beberapa untung atau rugi dapat diakui pada saat selesainya
produksi atau pada saat harga aset tersebut berubah.
Pedoman #6:
Jika produk, jasa, atau aset lain ditukarkan dengan aset non moneter yang tidak
segera dapat dikonversi menjadi kas.
Pendapatan atau untung atau rugi dapat diakui pada saat transaksi telah selesai
(tuntas).
Pedoman #7:
Jika ketertagihan (kolektibilitas) aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset
lain meragukan, maka pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.
Maka kaidah tersebut harus dijabarkan secara teknis dan prosedural dalam
bentuk kebijakan akuntansi perusahaan.
Sebagai contoh:
Aktivitas #1:
1: Kaidah Pengakuan:
Aktivitas #2:
1: Kaidah Pengakuan:
Aktivitas #3:
1: Kaidah Pengakuan:
Pada saat produksi selesai (sudah ada kontrak penjualan/ order pembelian
atau belum)
2: Kegiatan internal yang terlibat:
Aktivitas #4:
1: Kaidah Pengakuan:
Aktivitas #5:
1: Kaidah Pengakuan:
Pengertian penjualan yang dibahas ini adalah pengertian dari sisi ekonomi atau
bisnis.
Pengertian yuridis penjualan adalah terjadinya peralihan hak milik atas barang.
Akan tetapi peralihan hak milik adalah proses yang sangat teknis dan pelik
sebagai dasar pencatatan akuntansi.
Dan pemisahan berbagai sifat keuntungan menjadi pos biasa dan luar biasa.
Dan untuk me-refresh materi pendapatan, saksikan video singkat berikut ini…
03: Kesimpulan
Teori pendapatan menyangkut masalah definisi, pengakuan, waktu pengakuan,
dan prosedur pengakuan.
Dari konsep aliran keluar, pendapatan adalah penyerahan produk yang diukur
atas dasar penghargaan produk tersebut.
Secara netral, pendapatan adalah produk perusahaan sebagai hasil dari upaya
produktif.
Pendapatan diukur dengan jumlah rupiah aset baru yang diterima dari
pelanggan.
Pembedaan pendapatan dengan keuntungan adalah semata-mata ditujukan
untuk kepentingan pengungkapan atas dasar sumber pendapatan.
aktivitas insidental,
transfer non timbal balik,
penahan aset, dan
faktor lingkungan
tidak dengan sendirinya merupakan pos non operasi.
Saat penjualan adalah waktu yang paling utama dan menjadi standar dalam
pengakuan pendapatan.
Peralihan hak milik adalah proses yang sangat pelik sebagai dasar pencatatan
akuntansi.
Dengan terjadinya penjualan berarti biaya produk telah berubah bentuk menjadi
aset baru (kas atau piutang) yang sudah pasti jumlah rupiahnya.
Kaidah pengakuan pendapatan masih terlalu umum untuk diaplikasikan pada
tingkat perusahaan.
Untuk penyajian pendapatan dalam laporan laba rugi, istilah operasi harus
diinterpretasikan dalam arti yang cukup luas.
Sehingga pos yang sebenarnya masuk sebagai bagian dari operasi tidak
dipisahkan menjadi pos yang luar biasa.
Pemisahan dan penyajian laba atau rugi sebagai pos operasi dan non operasi
dapat memberi kesan yang keliru tentang operasi utama kalau pos non operasi
tidak bersifat luar biasa.
Terima kasih.