Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Bidang Urologi: Priapismus Management of Urological Emergency: Priapismus Ardina Marista

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN BIDANG UROLOGI :

PRIAPISMUS

MANAGEMENT OF UROLOGICAL EMERGENCY: PRIAPISMUS

Ardina Marista1
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Email: [email protected]

ABSTRAK
Priapismus adalah ereksi penis lebih dari 4 jam tanpa disertai hasrat seksual. Priapismus merupakan kegawatdaruratan bidang
urologi yang komplikasinya berupa disfungsi ereksi. Faktor resiko Sickle cell anemia, penggunaan obat-obatan, sindrom
neoplastik, trauma, hemodialisis, infeksi (malaria), toksin (gigitan kalajengking, laba-laba, keadaan neurogenik pada pasien
perioperatif dalam pengaruh anastesia. Priapismus terbagi menjadi dua yaitu tipe iskemik (95%), dan tipe non iskemik (5%).
Penatalaksanaan berupa tatalaksana operatif maupun non operatif. Pada tipe iskemik tatalaksana non operatif berupa aspirasi
darah pada corpora penis (menggunakan abocath 16-18Fr pada arah 10 dan 2, menjauhi kompleks neuravaskular bundle (arah
jam 12 dan urethra di arah jam 6), aspirasi hingga ditemukan darah merah terang. Pada tipe non iskemik terapi ini dianggap
tidak berpengaruh. Tipe non iskemik tidak bersifat emergensi, tatalaksana berupa kompres es di perineum. Pada keadaan
berat tatalaksana operatif dibutuhkan berupe teknik penile shunt.
Kata kunci: Aspirasi corpora penis, kegawatdaruratan urologi, priapismus

ABSTRACT

Priapism is an erection of the penis for more than 4 hours without accompanying sexual desire. Priapism is a urology
emergency whose complications are erectile dysfunction. Risk factors for Sickle cell anemia, drug use, neoplastic syndromes,
trauma, hemodialysis, infection (malaria), toxins (scorpion bites, spiders, neurogenic conditions in perioperative patients
under the influence of anesthetics. Priapism is divided into two types, ischemic type (95) %), and non-ischemic type (5%).
Management is in the form of operative and non-operative management. In ischemic type non-operative management is in
the form of blood aspiration in penile corpora (using 16-18Fr abocath in directions 10 and 2, away from bundle neuravascular
complexes (in the direction of at 12 o'clock and urethra towards 6 o'clock), aspiration until bright red blood is found.In the
non-ischemic type this therapy is considered to have no effect.Non-ischemic type is not an emergency, the treatment in the
form of ice compresses in the perineum.In severe circumstances operative management is required in the form of techniques
penile shunt.
Keywords: Penile corporate aspiration, priapism, urological emergency

PENDAHULUAN menetap berupa disfungsi ereksi (DE)


Priapismus adalah ereksi penis yang (Brant, et.al., 2007).
berkepanjangan (lebih dari 4 jam) tanpa Faktor resiko diantaranya disebabkan
diikuti dengan hasrat seksual dan sering karena penyakit anemia sel sabit (Sickle
disertai dengan rasa nyeri. Istilah cell) dimana terjadi sintetis NO yang
priapismus berasal dari kata Yunani disfungsional yang berhubungan dengan
priapus yaitu nama dewa kejantanan pada signaling Rho-associated protein
Yunani kuno. Priapismus merupakan salah kinase (ROCK) yang menyebabkan
satu kedaruratan di bidang urologi karena peningkatan stress oksidatif yang
jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat berhubungan dengan signaling oksidase
dapat menimbulkan kecacatan yang yang dimediasi NADPH oxidase.
Penyebab lainnya diantaranya penggunaan
obat-obatan ICI berupa agen erectogenik penis (ditandai penurunan aliran darah
(papaverin, pentolamin, alprostadil dsb), pada ultrasonografi dopler warna dan
sindrom neoplastik, trauma, obat-obatan asidosis pada agd dari aspirasi corpus
(alfa bolker, obat rekreasional, alkohol), penis (Pco2 >60mmHg, PO2
hemodialisis, infeksi (malaria), toksin <30mmHg dan PH 7.25) (Broderick
(gigitan kalajengking, laba-laba), kelainan GA, 2010).
metabolik (gout, amyloidosis), neurogenik 2. Non-Iskemik (high-flow)
(lesi spinal, anestesia) dan sebagainya (Mc priapismus : disebabkan adanya
Aninch, 2008). kelainan regulasi aliran arterial pada
penis yang bermanifestasi berupa
Penatalaksanaan kegawatdaruratan ereksi yang semi-rigid dan tidak nyeri.
dibutuhkan agar tidak terjadi komplikasi Biasanya disebabkan adanya trauma
berupa disfungsi ereksi. Pada prinsipnya pada penis dan perineal yang
terapi priapismus adalah secepatnya menyebabkan fistula, namun biasanya
mengembalikan aliran darah pada korpora bersifat self limiting. Dengan hasil agd
kavernosa yang dicapai dengan cara yang normal (sama dengan nilai agd
medikamentosa maupun operatif. Pada darah arteri). (Broderick GA, 2011).
jurnal review ini akan dibahas mengenai Cara membedakan priapismus tipe
tatalaksana kegawatdaruratan pasien iskemik dan non iskemik dapat dibedakan
dengan priapismus baik operatif maupun dengan memperhatikan gambaran klinis,
non operatif. laboratorium, dan pemeriksaan pencitraan
METODE ultrasonografi color doppller dan
Jurnal review ini dibuat dari berbagai arteriografi (tabel 1). Priapismus jenis
sumber bacaan yang kemudian dijadikan iskemik ditandai dengan adanya iskemia
satu bacaan terpadu. Sumber berasal dari atau anoksia pada otot polos kavernosa.
(google, pubmed). Semakin lama ereksi, iskemia semakin
berat, dan setelah 3-4 jam, ereksi dirasakan
HASIL DAN PEMBAHASAN sangat sakit. Setelah 12 jam terjadi edema
Priapismus merupakan salah satu interstisial dan kerusakan endotelium
kegawatdaruratan ereksi berkepanjangan sinusoid. Nekrosis otot polos kavernosa
yang tidak diharapkan dalam waktu lebih terjadi setelah 24-48 jam. Setelah lebih
dari 4 jam yang tidak berhubungan dengan dari 48 jam terjadi pembekuan darah dalam
rangsangan seksual. Klasifikasi pada kaverne dan terjadi destruksi endotel
umumnya terbagi menjadi dua yaitu 1. sehingga jaringan-jaringan trabekel
Tipe iskemik priapismus (low flow) dan kehilangan daya elastisitasnya. Jika tidak
non iskemik priapismus (high-flow) diterapi, detumesensi terjadi setelah 2-4
1. Iskemik (low-flow) priapismus : minggu dan otot polos yang mengalami
Jenis yang paling sering (95%) dan nekrosis diganti 7 oleh jaringan fibrusa
bersifat emergensi, yang disebabkan sehingga kehilangan kemampuan untuk
oleh adanya proses veno oklusi, yang mempertahankan ereksi maksimal.
bermanifestasi berupa rigiditas penis, Priapismus jenis non iskemik banyak
disertai nyeri dan absennya (atau terjadi setelah mengalami suatu trauma
penurunan) aliran darah cavernosa pada daerah perineum atau setelah operasi
rekonstruksi arteri pada disfungsi ereksi.
Tabel 1. Perbedaan priapismus tipe iskemik dan non iskemik (Purnomo B, 2007)
Parameter Iskemik priapismus (low flow) Non iskemik priapismus (High flow)
Onset Pada saat tidur Setelah trauma
Nyeri Mula-mula ringan menjadi Ringan sampai sedang
sangat nyeri
Ketegangan penis Sangat tegang Tidak terlalu tegang
Darah kavernosa
- Darah Hitam Merah
- PO2 <30 mmHg >50 mm Hg
- pCO2 >80 mmHg <50 mm Hg
- pH < 7.25 >7.5
Color doppler Tidak ada aliran Ada aliran dan fistula
Arteriograf Pembuluh darah utuh Malformasi arterio-vena

Prognosisnya lebih baik daripada jenis


iskemik dan ereksi dapat kembali seperti Setiap rangsangan refleksogenik atau
sediakala (Purnomo B, 2007; Mc Aninch, psikogenik akan menghasilkan stimulasi
2008). arus keluar parasimpatis sakral,
Mekanisme pasti priapismus belum menyebabkan relaksasi dari arteriol dan
sepenuhnya diketahui, akan tetapi diduga penutupan sebagian dari venula dan shunt
merupakan hasil dari kombinasi yang arteriovenosa dengan pembengkakan
komplek meliputi faktor psikologis, berikutnya dari corpora menyebabkan
neuroendokrin, dan jaringan vaskuler. ereksi. Efek dari sistem saraf simpatik dan
Inervasi parasimpatis penis berasal dari parasimpatik pada organ seksual pria
medulla spinalis segmen sakral (S2-S4) adalah saling melengkapi. Aktivasi
melalui nervi erigentes. Pada saat penis reseptor adrenergik alpha-1 menghasilkan
flaksid, aktivitas simpatetik meningkatkan ejakulasi sementara aktivasi jenis reseptor
tonus otot intrinsik pada arteriole sehingga kolinergik M3 menghasilkan ereksi.
menurunkan aliran darah ke korpus Biasanya ereksi reda setelah penyempitan
kavernosus. Pada saat yang sama, venula arteriolar simpatik dimediasi dengan
yang menerima aliran drainase dari corpus pengurangan inflow dan peningkatan
kavernosus selalu terbuka. Pada saat akan drainase vena. (Broderick GA, 2011).
timbul ereksi (intumesensi), impuls Mediator vasoaktif meliputi nitrit
parasimpatis melebarkan arteriol sehingga oksida, vasopressin dan bradikinin juga
aliran darah yang menuju korpus mempengaruhi kondisi ereksi. Priapismus
kavernosus meningkat. Secara bersamaan dapat didefinisikan sebagai ereksi penis
terjadi penutupan aliran vena. Bila siklus terus-menerus tanpa berhubungan dengan
ini berbalik, maka penis menjadi lemas eksitasi seksual, yang bila dibiarkan tidak
kembali (detumesensi). Mekanisme ereksi dikelola selama lebih dari empat jam akan
penis adalah fenomena yang sangat menghasilkan edema, risiko abrasi,
kompleks. Dalam keadaan lembek, arteriol pengeringan jaringan dan nekrosis penis.
yang sebagian ditutup, sedangkan venula Penyebab priapismus dapat bersifat primer,
dan saluran arteriovenosa tetap terbuka, sekunder atau idiopatik. Priapismus
memberikan drainase tanpa hambatan dari dengan etiologi primer tidak disertai
arteri inflow (Broderick GA, 2011). dengan gangguan tubuh, mungkin karena
faktor fisik atau psikologis. Priapismus
sekunder disebabkan oleh faktor langsung Proses ini dapat disertai irigasi Nacl 0.9%
atau tidak langsung mempengaruhi ereksi, di dalam korpora penis, dan pemberian
misalnya anemia sel sabit, polisitemia, injeksi cavernosa penis dengan phenileprin
leukemia dan koagulopati; traumatis dan 200 ng per 3-5 menit (max 1mg/jam) yaitu
pembedahan, misalnya sumsum tulang suatu obat alfa-1 adrenergic selektif yang
belakang cedera, trauma penis atau trauma bekerja pada reseptor alfa di pembuluh
panggul/ perineum, misalnya neoplastik darah dan menyebabkan vasokontriksi,
metastasis, myeloma, kanker prostat atau dengan harapan dapat terjadi detumescence
kanker penis; neurologis misalnya herniasi penis. Teknik ini dapat digunakan pada
diskus lumbal, multiple sclerosis atau kasus tipe iskemik atau non iskemik (Sung
tumor sumsum tulang belakang, misalnya & Moon, 2013).
infeksi prostatis, uretritis, sifilis, malaria Terapi pilihan lain dengan teknik
atau diabetes mellitus, atau farmakologis operatif. Intervensi bedah, harus segera
misalnya verapamil, nitrogliserin, heparin, dilakukan setelah manajemen konservatif
haloperidol, prazosine. Priapismus gagal setelah 1 jam dilakukan (tanda
merupakan akibat dari kegagalan kegagalan adalah masih adanya kerasnya
mekanisme detumescensi, antara lain: korpus yang berkelanjutan, nyeri persisten,
blockade drainase venula, pelepasan asidosis korpus, anoxia, glukopenia berat,
neurotransmitter yang berlebihan, paralisis dan absennya aliran darah di korpus pada
mekanisme detumesensi intrinsik, relaksasi dopler US, serta terus meningkatnya
otot polos intrakavernosa yang tekanan intra korporal. Teknik yang
memanjang. Darah yang terus terkumpul digunakan berupa penile shunt yang
pada anyaman kavernosa menyebabkan terbagi menjadi 4 yaitu:  (Sung & Moon,
ereksi memanjang. Bila kondisi menetap 2013)
hingga 6 jam menyebabkan rasa nyeri a. Distal corpora-glandular shunt
(Sung & Moon, 2013) perkutan (Winter-menggunakan jarum
truncut biopsi untuk membuat shunt
Manajemen Tatalaksana dari glans penis ke kedua korpus
Tatalaksana tipe iskemik harus kavernosa, Ebbehoj- menggunakan
dilakukan dalam waktu 4 jam (setelah 72 blade 11 dan membuat tusukan
jam biasanya jaringan ireversibel dan multipel pada glans penis dan T Shunt-
menyebabkan DE permanen), dapat dicoba rotasi 90 derajat setelah blade 11
(walaupun tidak ada bukti klinis yang ditusukan dari glans ke korpus,
jelas) dengan kompress es di perineum, dilanjutkan dengan tunneling
olah raga,ejakulasi, enema air dingin pada menggunakan dilator 20Fr), (gambar 1
non iskemik, namun pada tipe iskemik, dan 2)
maka harus dilakukan tindakan segera b. Open distal corpora-glandular
berupa: shunt (Al Ghorab-eksisi corpora secara
Aspirasi darah (teknik non operatif) sirkuler pada kedua korpus kavernosa,
pada corpora penis (menggunakan abocath burnett/snake manuver-modifikasi al
16-18Fr pada arah 10 dan 2, menjauhi ghorab yang dilanjutkan dengan
kompleks neuravaskular bundle di arah dilatasi hegar 7/8),
jam 12 dan urethra di arah jam 6), aspirasi c. Open proximal (corporaspongiosal)
hingga ditemukan darah merah terang. shunts (Quckles- akses transscrotal
/perineum untuk membuat komunikasi
spongiosum dan cavernosum), (gambar
3)

Gambar 3. Open proximal (corpora-


spongiosal) shunts (Sung & Moon, 2013).

Pada tipe non iskemik tatalaksana


bersifat tidak emergensi, karena fistula
Gambar 1. Distal corpora-glandular shunt
dapat menutup spontan, terapi berupa
perkutan :  (Sung & Moon, 2013).
pemberian kompresi dan kompres es di
perineum, pemberian Gonadotropin
Releasing Hormone (GNRH) agonis
(leuprolide, bicatulamide dan ketokonazol)
dengan tujuan mencegah ereksi saat tidur.
Dapat diusulkan terapi embolisasi selektif
(yang dapat diulang jika belum berhasil).
Tindakan aspirasi darah dan pemberian
alfa adrenergik antagonis tidak
diindikasikan karena tidak bermanfaat.
(Sung & Moon, 2013)

KESIMPULAN DAN SARAN


Gambar 2. Distal corpora-glandular shunt
Priapismus adalah ereksi penis
perkutan :  (Sung & Moon, 2013).
yang (lebih dari 4 jam) tanpa diikuti
dengan hasrat seksual. Priapismus
d. Shunt anstomosis vena
merupakan salah satu kegawatdaruratan
(grayhack/shunt vena safenus to corpus
bidang urologi yang mengenai pria. Pada
cavernosum). Implantasi protesis penis
kasus yang berat dapat menyebabkan
segera (pada akut priapismus yang
disfungsi ereksi. Penatalaksanaa terbagi
telah melewati periode 48-72 jam,
menjadi dua yaitu tatalaksana non operatif
karena dipastikan akan mengalami DE,
berupa aspirasi darah dari kavernosa
dengan indikasi yaitu : iskemia >36
menggunakan abocath 16-18Fr pada arah
jam, gagal terapi aspirasi dan iv
jam 10 dan 2. Tindakan operatif terdapat 4
simpatomimetik, kegagalan shunt
cara dikenal dengan penile shunt yaitu
proximal/distal serta MRI atau biopsi
membuat shunt / saluran untuk
korporal yang menunjukan nekrosis
mengeluarkan darah.
otot polos corpus)
DAFTAR PUSTAKA

1. Brant, W.O., Bella, A.J., Gracia, M.M,.


Lue, T.F. (2007). Priapism. In: M.
Hohenfellner · R.A. Santucci (Eds.).
Emergencies in Urology
2. Broderick, G.A,. Kadioglu, A.,
Bivalacqua, T.J., Ghanem, H., Nehra,
A., Shamloul, R. (2010) Priapism:
pathogenesis, epidemiology, and
management. J Sex Med;7(1 Pt 2):476-
500.
3. Broderick, G.A. (2011). Priapism. In:
Wein AJ, Kavoussi LR, Novick AC,
Partin AW, Peters CA, editors.
Campbell-Walsh urology. 10th ed.
Philadelphia: Saunders; p. 749-69
4. Mc Aninch, J. (2008). Disorders of the
penis & male urethra. In: Tanagho EA,
Mc Aninch J, editors. Smith's General
Urology. 17th
5. Purnomo B. (2007). Basuki. Dasar –
dasar urologi. Edisi kedua. Sagung
Seto Jakarta
6. Sung, P.H., Moon K.H. (2013).
Priapism: Current Updates in Clinical
Management. Korean J Urol
2013;54:816-823.

You might also like