Jurnal Seborrhea 2020

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

HUBUNGAN ANTARA LETAK LESI DERMATITIS SEBOROIK DENGAN ANGKA

KEJADIAN DERMATITIS SEBOROIK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN


RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2017-2019

Anggunan1, Eka Silvia2, , Arief Effendi3, Farahiyah Karamina Kartono4

1
Departemen Kimia Medik, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati
2
Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati
3
Departemen Dermatovenerologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul
Moeloek
4
Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati

[email korespondensi : [email protected]]

Abstract :The Relationship Between the Location of Seborrheic Dermatitis


Lesions and the Rate of Seborrheic Dermatitis in the Skin and Gender Clinic
Region Public hospital Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung in 2017-2019
Seborrheic dermatitis is a chronic papulosquamosa skin disorder that often occurs
on the scalp, sebaceous follicular areas on the face and chest. The location of
lesions in seborrheic dermatitis is grouped into three major parts, namely
seborrheic face, seborrheic body and sidelines, and seborrheic head. This study was
conducted to determine the relationship between the location of seborrheic
dermatitis lesions with the incidence of seborrheic dermatitis in the Skin and
Gender Clinic of RSUD Dr. H. Abdul Moloek Bandar Lampung in 2019.This study
uses across-sectional, quantitative, analytic methods with secondary data collection
of seborrheic dermatitis. Sampling uses a total sampling technique. Data collection
was carried out by recording data in the form of seborrheic dermatitis lesions and
analyzed using the Spearman correlation test. The results Obtained209 respondents
according to the sample. In DS patients the most frequent location of lesions was
63% of seborrheic bodies, 21% of seborrheic faces. Seborrheic head as much as
12% and seborrheic ear as much as 4%. Spearman correlation test results obtained
p = 0.006 (p <0.05) which means there is a significant relationship between the
location of seborrheic dermatitis lesions with the incidence of
seborrheicdermatitis.From this study we can conclude there was significant
relationship between the location of seborrheic dermatitis lesions with the incidence
of seborrheic dermatitis in the skin and genital clinic of RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung (p = 0.006).
Keywords: Location of Lesions, Dermatitis, Seborrheic

Abstrak : Hubungan Antara Letak Lesi Dermatitis Seboroik Dengan Angka


Kejadian Dermatitis Seboroik Di Poliklinik Kulit Dan Kelamin RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2017-2019
Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit kronis papulo skuamosa yang sering
terjadi pada kulit kepala, daerah folikel sebasea di wajah dan dada.Letak lesi pada
dermatitis seboroik dikelompokkan menjadi tiga bagian besar yaitu seboroik wajah,
seboroik badan dan sela-sela, serta seboroik kepala. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara letak lesi dermatitis seboroikdenganangka kejadian
dermatitis seboroikdi Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. H. Abdul Moloek Bandar
Lampung tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional,
kuantitatif, analitik dengan pengumpulan data sekunder dermatitis seboroik.
Pengambilan sampel menggunaka nteknik total sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan pencatatan data berupa letak lesi dermatitis seboroik serta
dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil Penelitian didapatkan dari 209

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 202


responden sesuai sampel. Pada penderita DS frekuensi letak lesi terbanyak adalah
seboroik badan sebanyak 63%, seboroik wajah sebanyak 21%. seboroik
kepalasebanyak 12% dan seboroik telinga sebanyak 4%.Hasil uji statistik korelasi
Spearman diperoleh p=0,006 (p<0,05) yang berartiterdapathubungan yang
signifikan antara letak lesi dermatitis seboroik dengan angka kejadian dermatitis
seboroik. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara letak lesi dermatitis seboroik dengan angka kejadian dermatitis
seboroik di poliklinik kulit dan kelamin RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
(p=0,006).
Kata kunci : Letak Lesi, Dermatitis, Seboroik

PENDAHULUAN
Dermatitis seboroik (DS) adalah datang ke rumah sakit bagian
dermatosis kronik dermatologi, terdapat 3,28% pasien
papuloskuamosayang sering ditemukan dengan DS. Prevalensi yang diperoleh
pada usia bayi dan dewasa, dikaitkan dalam penelitian ini sangat bervariasi,
dengan peningkatan kelenjar sebum hal ini menunjukkan variabilitas yang
(seborrhoea) yang aktif, seperti pada tinggi dari DS (Cheong dkk, 2016).
kulit kepala, wajah, telinga dan dapat Dalam suatu penelitian yang
meluas ke dada dan daerah popok pernah dilakukan secara acak pada
(Hajar, 2015). Malassezia furfur anak usia 12-20 tahun di Indonesia,
(pityrosporum ovale) mungkin diperkirakan prevalensi dermatitis
merupakan faktor penyebab, tetapi seboroik sebesar 10,17%, sedangkan
faktor genetik dan lingkungan golongan usia 20 tahun ke atas
tampaknya mempengaruhi timbulnya prevalensi didapatkan sebesar 26,45%
perjalanan penyakit tersebut (Habif, (Sampaio dkk, 2011). Prevalensi
2016). dermatitis di Indonesia cukup tinggi
Prevalensi dermatitis seboroik di (6,78%), tertinggi di Provinsi
dunia adalah 3-5% (Selden dkk, 2014). Kalimantan Selatan (11,3%), diikuti
Di Amerika, data mengenai prevalensi Sulawesi Tengah (10,58%), DKI
dermatitis seboroik adalah sekitar 1- Jakarta (9,99%), Nusa Tenggara Timur
3% (Burns dkk, 2010). Sebuah (9,99%), Nanggroe Aceh Darussalam
penelitian yang dilakukan di India (9,87%). Prevalensi terendah terdapat
melaporkan bahwa 18,7% kasus DS di Provinsi Sulawesi Barat (2,57%)
pada bagian kulit kepala terjadi pada sedangkan Lampung (4,03%)
orang dewasa dan 13,4% dari anak- (Riskesdas, 2007). Sedangkan di RSUD
anak berusia kurang dari 5 tahun Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
mengalami dermatitis seboroik, dengan setiap bulan ada sekitar 15 penderita
puncak prevalensinya selama masa dermatitis seboroik berobat (Ahmed
bayi dan menurun terus seiring dengan dkk, 2013).
bertambahnya usia (Cheong dkk, Letak lesi pada dermatitis
2016). seboroik dikelompokkan menjadi tiga
Di Singapura prevalensi bagian besar yaitu seboroik wajah,
dermatitis seboroik yaitu 3,2% pada seboroik badan dan sela-sela, serta
anak-anak dan 7,0% pada orang seboroik kepala (Harahap, 2015). Letak
dewasa. Penduduk Asia yang berusia lesi yang seringkali terkena di daerah
12-20 tahun memiliki prevalensi kulit kepala berambut, alis, lipat
dermatitis seboroik yang bervariasi nasolabial, telinga, liang telinga, bagian
berdasar kota dan negara (misalnya, atas-tengah dada, punggung, lipat
Macao 2,7%, Guangzhou 2,9%, gluteus, inguinal, genital, dan ketiak.
Malaysia 17,2%, dan Indonesia Serta sangat jarang menjadi luas dan
26,5%). Di Jepang dilakukan penelitian dapat ditemukan skuama kuning
cross-sectional dan hasilnya berminyak, eksematosa ringan, kadang
menunjukkan dari 67.448 pasien yang kala disertai rasa gatal dan menyengat

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 203


(Jacoeb, 2015). Seboroik muka dermatitis atopik yang biasanya
pada daerah berambut, dijumpai terdapat pada lokasi-lokasi yang
skuama yang berminyak dengan warna mengandung banyak kelenjar sebasea,
kekuning-kuningan sehingga rambut seperti wajah, badan, dan kepala
saling melengket; kadang-kadang (Plewig dan Jansen, 2008).
dijumpai krusta yang disebut Pityriasis Dari hasil pre-survey yang
Oleosa (Pityriasis steatoides). Kadang- dilakukan peneliti pada hari Rabu, 25
kadang skuamanya kering dan September 2019 di RSUD Dr. H. Abdul
berlapis-lapis dan sering lepas sendiri, Moeloek Provinsi Lampung kasus DS
disebut pitiriasis sika (ketombe). Bisa pada tahun 2017-2019 terdapat 367
pula jenis seboroik ini menyebabkan kasus, dengan masing-masing 174
rambut rontok, sehingga terjadi kasus pada tahun 2017, 106 kasus
alopesia dan rasa gatal. Perluasan bisa pada tahun 2018, dan 87 kasus pada
sampai ke belakang telinga (retro tahun 2019.
aurikularis). Bila meluas, lesinya dapat Berdasarkan hal tersebut di
sampai ke dahi, disebut korona atas, maka dengan letak lesi DS yang
seboroik. Dermatitis seboroik yang sering terjadi pada lokasi yang
dijumpai pada kepala bayi disebut topi mengandung kelenjar sebasea, peluang
buaian atau cradle cap (Harahap, untuk terjadinya dermatitis seboroik.
2015). Oleh karena itu untuk membuktikan hal
Seboroik wajah pada daerah ini, akan dilakukan penelitian mengenai
mulut, palpebra, sulkus nasolabial, hubungan antara letak lesi dermatitis
dagu, dan lain-lain terdapat makula seboroik dengan angka kejadian
eritem, yang di atasnya dijumpai dermatitis seboroik di Poliklinik Kulit
skuama berminyak berwana kekuning- dan Kelamin RSUD Dr. H. Abdul
kuningan. Bila sampai ke palpebra, bisa Moeloek Bandar Lampung Tahun 2017-
terjadi blefaritis. Sering dijumpai pada 2019.
wanita. Bila didapati di daerah
berambut, seperti dagu dan atas bibir, METODE
dapat terjadi folikulitis. Hal ini sering Penelitian ini menggunakan
dijumpai pada laki-laki yang sering metode analitik observasional yaitu
mencukur janggut dan kumisnya. penelitian yang menjelaskan adanya
Seboroik muka di daerah jenggot hubungan antara variabel melalui
disebut sikosis barbe (Harahap, 2015). pengujian hipotesa yang dilakukan
Seboroik badan Jenis ini dengan observasi terhadap variabel
mengenai daerah presternal, yang dilakukan dengan pendekatan
interskapula, ketiak, inframamma, kuantitatif. Survei dilakukan untuk
umbilikus, krural (lipatan paha, mengetahui hubungan antara letak lesi
perineum, nates). Dijumpai ruam dermatitis seboroik dengan angka
berbentuk makula eritema yang pada kejadian dermatitis seboroik di
permukaannya ada skuama berminyak poliklinik kulit dan kelamin RSUD Dr. H.
berwarna kekuning-kuningan. Pada Abdul Moeloek.
daerah badan, lesinya bisa berbentuk Rancangan penelitian ini
seperti lingkaran dengan penyembuhan menggunakan analitik observasional
sentral. Di daerah intertrigo, kadang- dengan pendekatan cross-sectional
kadang bisa timbul fisura sehingga yaitu pengukuran terhadap variabel
menyebabkan infeksi sekunder dilakukan pada waktu bersamaan.
(Harahap, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah
Menurut penelitian Fadila dkk seluruh penderita dermatitis seboroik
2014, terdapat hubungan antara letak dan dermatitis atopik pada tahun 2017-
lesi dengan kualitas hidup pasien 2019 yang diambil dari rekam medisdi
dematitis seboroik. Namun demikian Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
terdapat beberapa penelitian yang H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
menyatakan letak lesi dermatitis Pengambilan sampel
seboroik mirip dengan psoriasis dan menggunakan teknik total sampling,

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 204


yaitu sampel yang diambil dari bersifat univariat untuk melihat
keseluruhan total populasi. Metode distribusi frekuensi dan presentase dari
penelitian besar sampel terhadap seluruhfaktor yang terdapat dalam
populasi diambil jumlah sampel yang variabel masing-masing, baik variable
dibagi dalam kategori sesuai dengan bebas maupun variabel tergantung.
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Analisis bivariat dilakukan dengan
Juga mempertimbangkan syarat uji normalitas. Jika berdistribusi
penelitian perbandingan, yaitu n1= n2. normal, maka menggunakan uji
Sehingga didapatkan sebanyak 209 statistik Pearson, yaitu uji yang
orang dengan dermatitis seboroik digunakan untuk mengetahui adanya
sebanyak 75 orang dan dermatitis hubungan dua variabel tersebut
atopik sebanyak 134 orang. bermakna atau tidak bermakna. Uji ini
Pengumpulan data variabel dependen untuk mengetahui hubungan antara
(Angka Kejadian Dermatitis Seboroik) letak lesi dengan angka kejadian
dan variabel independen (Letak Lesi) dermatitis seboroik. Namun jika tidak
dilakukan dengan pengambilan data terdistribusi normal, maka
sekunder yang bersumber dari lembar menggunakan uji korelasi Spearman.
observasi rekam medik. Alat ukur yang
digunakan adalah alat tulis untuk HASIL
mencatat, melaporkan hasil penelitian Penelitian ini dilaksanakan di
dan lembar observasional rekam medik Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
pasien. H. Abdul Moeloek Bandar lampung di
Kriteria inklusi pada penelitian ini bulan Desember 2019 sampai dengan
yaitu: selesai. Data ini didapat dari hasil
1) Adanya rekam medik pasien yang observasi rekam medik pasien
terdiagnosis dermatitis seboroik dermatitis seboroik dan dermtitis
dan dermatitis atopik. atopik di Poliklinik Kulit dan Kelamin
2) Adanya data rekam medik yang RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
menjelaskan letak lesi pasien Lampung. Pada penelitian ini
atopik. didapatkan sampel penelitian sebanyak
209 responden.
Kriteria eksklusi pada penelitian Berdasarkan tabel 1 di bawah
ini yaitu: menunjukkan bahwa distribusi
1) Data rekam medik pasien frekuensi dermatitis seboroik
dermatitis seboroik dan berdasarkan jenis kelamin pada laki-
dermatitisatopik yang tidak laki sebanyak 41 orang (55%) dan
lengkap atau tidak menjelaskan pada perempuan sebanyak 34 orang
letak lesi pasien. (45%). Dan frekuensi dermatitis atopik
2) Pasien menderita penyakit kronis berdasarkan jenis kelamin pada laki-
lain seperti : HIV/AIDS, laki sebanyak 58 orang (43%) dan
parkinson, depresi, tardive pada perempuan 76 orang (57%).
dyskinesia, paralisis saraf, Berdasarkan tabel 2 di bawah
transplantasi organ, malignansi, menunjukan bahwa distribusi frekuensi
pankreatitis, alkoholik kronik dan dermatitis seboroik berdasarkan
hepatitis. kelompok usia yaitu 0-5 tahun
Variabel independen dalam sebanyak 4 orang (5%), 6-11 tahun
penelitian adalah letak lesi dermatitis sebanyak 1 orang (1%), 12-16 tahun
seboroik. Sedangkan variabel sebanyak 2 orang (3%), 17-25 tahun
dependennya adalah angka kejadian sebanyak 14 orang (19%), 26-35
dermatitis seboroik. Keduannya tahun sebanyak 11 orang (15%), 36-
didapatkan dari lembar observasonal 45 tahun sebanyak 17 orang (23%),
rekam medik. 46-55 tahun sebanyak 5 orang (7%),
Analisa Univariat bertujuan untuk 56-65 tahun sebanyak 7 orang (9%),
menyajikan secara deskriptif dari dan >65 tahun sebanyak 14 orang
variabel-variabel yang diteliti. Analisis (19%).

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 205


Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

DS DA
Jenis Kelamin Jumlah
N % N %
Laki-laki 41 55 58 43 99
Perempuan 34 45 76 57 110

Jumlah 75 100 134 100 209

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Usia Responden

DS DA
Usia (Thn) Jumlah
N % N %
0-5 4 5 29 22 33
6-11 1 1 10 7 11
12-16 2 3 16 12 18
17-25 14 19 24 18 38
26-35 11 15 9 7 20
36-45 17 23 11 8 28
46-55 5 7 13 10 18
56-65 7 9 10 7 17
>65 14 19 12 9 26
Jumlah 75 100 134 100 209

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Letak Lesi

DS DA
Letak Lesi Jumlah
N % N %
Badan 47 63 74 55 121
Kepala 9 12 23 17 32
Telinga 3 4 5 4 8
Wajah 16 21 32 24 48

Jumlah 75 100 134 100 209

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukan seboroik wajah sebanyak 16 orang


bahwa distribusi frekuensi responden (21%). Sedangkan pada dermatitis
berdasarkan letak lesi pada dermatitis atopik yaitu seboroik badan sebanyak
seboroik yaitu seboroik badan 74 orang (55%), seboroik kepala
sebanyak 47 orang (63%), seboroik sebanyak 23 orang (17%), seboroik
kepala sebanyak 9 orang (12%), telinga sebanyak 5 orang (4%), dan
seboroik telinga sebanyak 3 orang seboroik wajah sebanyak 32 orang
(4%), dan (24%).

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 206


Tabel 4. Distribusi Frekuensi Angka Kejadian

AngkaKejadian Frekuensi Persentase


DS 75 36%
DA 134 64%
Jumlah 209 100%

Berdasarkan tabel 4 diatas dengan angka kejadian dermatitis


menunjukan bahwa distribusi frekuensi seboroik.
angkakejadian DS sebanyak 75 orang Berdasarkan hasil pengujian
(36%) dan angka kejadian DA didapatkan data tidak terdistribusi
sebanyak 134 orang (64%). normal, maka uji bivariat untuk
Pengumpulan dan pengolahan data mencari hubungan menggunakan
untuk melihat kemaknaan hubungan prinsip statistik alternatif yaitu Uji
antara letak lesi dermatitis seboroik Korelasi Spearman dan diperoleh data
sebagai berikut:

Tabel 5.Hasil Analisis Uji Korelasi Spearman

Spearman’s rho N Nilai p Correlation


Coefficient
LetakLesi
75 0,006 -178-1
AngkaKejadian DS

Berdasarkan tabel 5 di atas golongan usia 17-25 tahun sebesar


diketahui hasil uji statistik dengan 19%, golongan usia 26-35 tahun
Spearman diperoleh p-value =0,006 sebesar 15% dan golongan usia 36-45
(p<0,05) yang berarti terdapat tahun yang paling banyak menderita
hubungan yang signifikan antara letak DS sebesar 23%. Hal ini mungkin
lesi dermatitis seboroik dengan angka akibat aktivitas kelenjar sebasea
kejadian dermatitis seboroik. mencapai puncaknya pada awal
pubertas (Berk, 2010).
PEMBAHASAN Dikatakan juga bahwa insidens
Pada penelitian ini didapatkan dermatitis seboroik mempunyai dua
jumlah responden laki-laki lebih tinggi puncak, yang pertama pada bayi pada
daripada perempuan. Hal ini dapat tiga bulan pertama kehidupan dan
terjadi karena DS lebih sering terjadi puncak yang kedua biasanya terjadi
pada laki-laki dibanding perempuan pada usia dekade ke 4 – 7 kehidupan
pada semua rentang usia yang (Burns dkk, 2010).
menunjukkan adanya kemungkinan Hasil ini sesuai dengan teori
hubungan dermatitis seboroik dengan yang peneliti dapatkan bahwasanya
hormon seks seperti androgen letak lesi mempengaruhi angka
(Sampaio dkk, 2011). Hal ini mungkin kejadian DS karena pada daerah-
didukung juga dari produksi hormon daerah aktivitas kelenjar sebasea
androgen yang merangsang atau berlebih seperti wajah, kepala, dan
mengontrol perkembangan dan badan memperbesar kejadian DS.
pemeliharaan karakteristik laki-laki Hal ini sejalan dengan beberapa
(Schwartz dkk, 2006). penelitian yang menyatakan letak lesi
Pada penelitian ini juga dermatitis seboroik biasanya terdapat
didapatkan tiga golongan usia pada lokasi-lokasi yang mengandung
terbanyak menderita DS yaitu banyak kelenjar sebasea, seperti

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 207


wajah, badan, dan kepala (Plewig dan
Jansen, 2008). Hal ini berhubungan SARAN
dengan peningkatan produksi sebum 1. Disarankan kepada pasien
(sebasea atau seborrhea) yang dermatitis seboroik di Poliklinik
letaknya paling banyak di kulit kepala Kulit dan Kelamin RSUD Dr. H.
dan daerah folikel kayasebasea pada Abdul Moeloek Bandar Lampung
wajah dan leher (Fitzpatrick, 2012). untuk dapat menjaga kebersihan
Lesi DS ditandai dengan lesi kulit dalam mengelola penyakit
yang berwarna kekuningan, eritema dermatitis seboroik sehingga
ringan sampai berat, infiltrate dapat mencegah timbulnya
beradang yang ringan, berminyak, penyebaran lesi kulit dermatitis
bersisik tebal dan berkrusta. Lesi seboroik yang lebih parah.
seperti ini sering dikenal sebagai 2. Perlu dilakukan penelitian lebih
pityriasis steatoides, sebagian besar lanjut dengan rancangan selain
pasien mengeluh rasa gatal terutama cross sectional dan jumlah sampel
pada kulit kepala dan lubang telinga yang lebih banyak.
(Ervianti, 2008). 3. Diperlukan juga penelitian dan
Letak lesi DS kadang sulit pembahasan yang lebih detail
dibedakan dengan beberapa diagnosis mengenai perbedaan letak lesi
banding dermatitis seboroik, yaitu dermatitis seboroik dan bukan
psoriasis, dermatitis atopik, dermatitis dermatitis seboroik.
kontak dan juga eritrasma misalnya
pada kasus yang terjadi pada anak, lesi
pada lipatan tubuh, atau lesi pada
kepala. Oleh karena itu dibutuhkan
pemeriksaan klinis yang cermat dengan
memperhatikan tempat predileksi dari UCAPAN TERIMAKASIH
masing-masing kelainan tersebut Terimakasih saya ucapkan
(Berk, 2010). kepada Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
KESIMPULAN serta semua pihak yang telah
Berdasarkan hasil penelitian dan mendukung pelaksanaan penelitian ini.
pembahasan dari kedua variabel yang
diteliti, yaitu letak lesi dermatitis DAFTAR PUSTAKA
seboroik dengan angka kejadian Ahmed, A., Leoan, A., Butler, D. C., &
dermatitis seboroik di Poliklinik Kulit Reichenberg, J. (2013). Quality-
dan Kelamin RSUD Dr. H. Abdul of-life effects of common
Moeloek Bandar Lampung, maka dapat dermatological diseases. Semin
disimpulkan sebagai berikut: Cutan Med Surg3(2): 101-109.
1. Diketahui distribusi frekuensi letak Berk, T.(2010). Seborrheic
lesi dengan angka kejadian dermatitis.Pharmacy &
dermatitis seboroik terbanyak Theurapetics 55 (35):348.
adalah seboroik badan sebanyak Burns, Breathnach, Cox, & Griffiths,
47 orang (63%). C.(2010). Rook's Textbook of
2. Diketahui terdapat hubungan yang Dermatology. Chichester: Wiley-
signifikan antara letak lesi Blackwell.
dermatitis seboroik dengan angka Cheong, W. K., Yeung, C. K., Torsekar,
kejadian dermatitis seboroik di R. G., Suh, D. H., Ungpakorn, R.,
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Widaty, S., & Shih, I. H. (2015).
Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Treatment of seborrhoeic
Lampung dengan hasil p=0,006 dermatitis in Asia: a consensus
(p<0,05). guide. Skin appendage disorders
1(4) :187-196.

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 208


Ervianti, E. (2008). Konsep terbaru
dermatitis seboroik dan
dandruff. New prespective of
dermatitis. Surabaya: PKB IKK.
Fadila, M. N., Sibero, H. T., Wahyuni,
A., & Hamzah, M. S. (2014).
Hubungan antara Dermatitis
Seboroik dengan Kualitas Hidup
Pasien di Rsud Abdul Moeloek
Lampung. Jurnal Majority
3(6):7.
Fitzpatrick. (2012). Seborrhea
Dermatitis. Fitzpatrick’s
Dermatology in General
Medicine. United States: The
McGrawHill Companies.
Habif, T. P. (2016). Clinical
Dermatology E-Book: A Color
Guide to Diagnosis and Therapy.
Hanover:Elsevier Health
Sciences.
Hajar, S. (2015). Manifestasi Klinis
Dermatitis Seboroik pada Anak.
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala
15(3):175-178.
Harahap, M. (2015). Ilmu Penyakit
Kulit. Jakarta : Hipokrates
Jacoeb, T. N. A. (2015). Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI.
Plewig, G., Jansen, T. (2008).
Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. New York:
McGraw-Hill.
Riskesdas. (2007). Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar Nasional 2007.
Jakarta: Badan Litbangkes
Depkes RI.
Sampaio, A. L. S. B., Mameri, A. C.
A., Vargas, T. J. D. S., Nunes, A.
P., & Carneiro, S. C. D. S.
(2011). Dermatite seborreica.
Anais Brasileiros de
Dermatologia86(6):1061-1074.
Selden, Travers, Vinson & Meffert.
(2014). (Medscape Reference).
[Diunduh 14 September 2019].
Tersedia dari :
https://ejournal.unsrat.ac.id/ind
ex.php/eclinic/article/view/6823.
Schwartz, R. A., Janusz, C. A., dan
Janninger, C. K. (2006).
Seborrheic dermatitis. American
Family Physicians74 (30) : 125.

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020 209

You might also like