Jurnal Seborrhea 2020
Jurnal Seborrhea 2020
Jurnal Seborrhea 2020
1
Departemen Kimia Medik, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati
2
Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati
3
Departemen Dermatovenerologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul
Moeloek
4
Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati
PENDAHULUAN
Dermatitis seboroik (DS) adalah datang ke rumah sakit bagian
dermatosis kronik dermatologi, terdapat 3,28% pasien
papuloskuamosayang sering ditemukan dengan DS. Prevalensi yang diperoleh
pada usia bayi dan dewasa, dikaitkan dalam penelitian ini sangat bervariasi,
dengan peningkatan kelenjar sebum hal ini menunjukkan variabilitas yang
(seborrhoea) yang aktif, seperti pada tinggi dari DS (Cheong dkk, 2016).
kulit kepala, wajah, telinga dan dapat Dalam suatu penelitian yang
meluas ke dada dan daerah popok pernah dilakukan secara acak pada
(Hajar, 2015). Malassezia furfur anak usia 12-20 tahun di Indonesia,
(pityrosporum ovale) mungkin diperkirakan prevalensi dermatitis
merupakan faktor penyebab, tetapi seboroik sebesar 10,17%, sedangkan
faktor genetik dan lingkungan golongan usia 20 tahun ke atas
tampaknya mempengaruhi timbulnya prevalensi didapatkan sebesar 26,45%
perjalanan penyakit tersebut (Habif, (Sampaio dkk, 2011). Prevalensi
2016). dermatitis di Indonesia cukup tinggi
Prevalensi dermatitis seboroik di (6,78%), tertinggi di Provinsi
dunia adalah 3-5% (Selden dkk, 2014). Kalimantan Selatan (11,3%), diikuti
Di Amerika, data mengenai prevalensi Sulawesi Tengah (10,58%), DKI
dermatitis seboroik adalah sekitar 1- Jakarta (9,99%), Nusa Tenggara Timur
3% (Burns dkk, 2010). Sebuah (9,99%), Nanggroe Aceh Darussalam
penelitian yang dilakukan di India (9,87%). Prevalensi terendah terdapat
melaporkan bahwa 18,7% kasus DS di Provinsi Sulawesi Barat (2,57%)
pada bagian kulit kepala terjadi pada sedangkan Lampung (4,03%)
orang dewasa dan 13,4% dari anak- (Riskesdas, 2007). Sedangkan di RSUD
anak berusia kurang dari 5 tahun Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
mengalami dermatitis seboroik, dengan setiap bulan ada sekitar 15 penderita
puncak prevalensinya selama masa dermatitis seboroik berobat (Ahmed
bayi dan menurun terus seiring dengan dkk, 2013).
bertambahnya usia (Cheong dkk, Letak lesi pada dermatitis
2016). seboroik dikelompokkan menjadi tiga
Di Singapura prevalensi bagian besar yaitu seboroik wajah,
dermatitis seboroik yaitu 3,2% pada seboroik badan dan sela-sela, serta
anak-anak dan 7,0% pada orang seboroik kepala (Harahap, 2015). Letak
dewasa. Penduduk Asia yang berusia lesi yang seringkali terkena di daerah
12-20 tahun memiliki prevalensi kulit kepala berambut, alis, lipat
dermatitis seboroik yang bervariasi nasolabial, telinga, liang telinga, bagian
berdasar kota dan negara (misalnya, atas-tengah dada, punggung, lipat
Macao 2,7%, Guangzhou 2,9%, gluteus, inguinal, genital, dan ketiak.
Malaysia 17,2%, dan Indonesia Serta sangat jarang menjadi luas dan
26,5%). Di Jepang dilakukan penelitian dapat ditemukan skuama kuning
cross-sectional dan hasilnya berminyak, eksematosa ringan, kadang
menunjukkan dari 67.448 pasien yang kala disertai rasa gatal dan menyengat
DS DA
Jenis Kelamin Jumlah
N % N %
Laki-laki 41 55 58 43 99
Perempuan 34 45 76 57 110
DS DA
Usia (Thn) Jumlah
N % N %
0-5 4 5 29 22 33
6-11 1 1 10 7 11
12-16 2 3 16 12 18
17-25 14 19 24 18 38
26-35 11 15 9 7 20
36-45 17 23 11 8 28
46-55 5 7 13 10 18
56-65 7 9 10 7 17
>65 14 19 12 9 26
Jumlah 75 100 134 100 209
DS DA
Letak Lesi Jumlah
N % N %
Badan 47 63 74 55 121
Kepala 9 12 23 17 32
Telinga 3 4 5 4 8
Wajah 16 21 32 24 48