Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang Bulan April Tahun 2018
Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang Bulan April Tahun 2018
Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang Bulan April Tahun 2018
eISSN : 2548-2165
Volume IV, Nomor 1, 2019 Hal. 45-52
http://www.jurnalinovkebijakan.com/
Abstract. One indicator of pharmacy services at the puskesmas is waiting time. The waiting
time for drug service is the time period for the patient to submit the prescription until the
patient receives the drug. This study aims to analyze the waiting time for prescription services
at Pasir Panjang Health Center. This research is a non-experimental study with a descriptive
design (survey research) on outpatients at Pasir Panjang Health Center and sampling using the
purposive. Research time in April 2018. The results obtained were then analyzed for the
suitability of the recipe for ready-made medicines and concoction drugs with minimum service
standards and indicators of pharmaceutical services in the puskesmas in the long waiting time
category. The number of recipes in this study were 353 recipes with details of 267 prescription
drugs and 86 concoctions. The average waiting time for finished drugs is 11.38 minutes and the
average waiting time for concoction is 13.45 minutes. This is in accordance with the indicators
of pharmacy services at the puskesmas and the minimum service standards set by KEPMENKES
No 129 / Menkes / SK / II / 2008 regarding prescription drug services that are ≤ 30 minutes,
and pharmaceutical services for racic drugs which are ≤ 60 minutes.
Abstrak. Salah satu indikator pelayanan farmasi di puskesmas adalah waktu tunggu.
Waktu tunggu pelayanan obat adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep
sampai dengan pasien menerima obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa waktu
tunggu pelayanan resep di Puskesmas Pasir Panjang. Penelitian ini merupakan penelitian
non eksperimental dengan rancangan deskriptif (penelitian survey) terhadap pasien rawat
jalan di Puskesmas Pasir Panjang dan pengambilan sampel dengan menggunakan metode
purposive sampling. Waktu penelitian pada bulan april 2018. Hasil yang diperoleh kemudian
di lakukan analisis terhadap kesesuaian waktu tunggu resep obat jadi dan obat racikan
dengan standar pelayanan minimal dan indikator pelayanan farmasi di puskesmas kategori
lama waktu tunggu. Jumlah resep dalam penelitian ini sebanyak 353 resep dengan rincian
267 resep obat jadi dan 86 resep racikan. Waktu tunggu rata-rata obat jadi adalah 11,38
menit dan rata-rata waktu tunggu obat racikan adalah 13.45 menit. Hal tersebut sudah
sesuai dengan indikator pelayanan farmasi di puskesmas dan standar pelayanan minimal
yang ditetapkan oleh KEPMENKES No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang pelayanan resep
obat jadi yaitu ≤ 30 menit dan pelayanan farmasi untuk obat racik yaitu ≤ 60 menit.
Kata Kunci :Indikator pelayanan farmasi, pelayanan resep, waktu tunggu, obat jadi, obat
racikan.
Ni Nyoman Yuliani, Victoria Letde Jurnal Inovasi Kebijakan 4(1): 45-52
PENDAHULUAN
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatanyang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Upaya kesehatan meliputi upaya promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan
pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, termasuk di
Puskesmas (Kemenkes RINomor 74, 2016).
Puskesmas merupakan lembaga kesehatan yang pertama berhadapan langsung
dengan pasienyang memiliki tanggung jawab pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya (Kemenkes RINomor 74, 2016). Puskesmas memiliki visi, yaitu tercapainya
kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan yang sehat
mencakup empat indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan
pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Untuk mencapai visi tersebut puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan
kefarmasian yang bermutu (Kemenkes RINomor 75, 2014).
Pelayanan kefarmasian pada saat ini, telah berubah paradigmanya dari orientasi
obat kepada pasien yang mengacu pada pelayanan kefarmasian. Menurut
Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 tentang STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
DI PUSKESMAS,yang dimaksud pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian ini merupakan kegiatan terpadu dengan
tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian , menjamin kepastian
hukum bagi tenaga kefarmasian, melindungi pasien dan masyarakat dari pengunaan
obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety)
(Kemenkes RI Nomor 74, 2016).
Lewis dan Booms (1983) mendefinisikan mutu atau kualitas layanan sebagai
ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan sesuai dengan ekspektasi
konsumen. Dengan demikian terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi
kualitas layanan, yaitu layanan yang diharapkan terkait dengan waktu tunggu pasien
dan layanan yangdipersepsikan/dirasakan pasien (Tjiptono, 2005)
Waktu tunggu merupakan salah satu komponen yang menyebabkan
ketidakpuasan pasien. Waktu tunggu pelayanan pelayanan resep adalah tenggang
waktu mulai dari pasien menyerahkan resep sampai menerima obat. Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008tentangSTANDAR
PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT, standar minimal waktu tunggu pelayanan
farmasi untuk obat jadi yaitu ≤30 menit dan pelayanan farmasi untuk obat racik
yaitu ≤60 menit.
Penelitian yang dilakukan Hidayah Karuniawati, dkk. (2016), waktu tunggu
berpengaruh terhada kualitas pelayanan pasien dan kepuasan pasien. Jumlah resep
yang diteliti dalam penelitian ini sebanyak 225 resep dengan 78jenis obat racikan
dan 147 jenis obat non-racikan. Diperoleh waktu tunggu rata-rata obat racikan
adalah 9,18 menit dan waktu tunggu obat non-racikan 5,70 menit. Penelitian yang
dilakukan Maftuhah dan Susilo (2016), waktu tunggu rata-rata pelayanan resep
non-racikan adalah 92,41 menit dan waktu tunggu pelayanan resep racikan adalah
146,31 menit.
Puskesmas Pasir Panjang terletak di Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang,
Propvinsi NTT, merupakan puskesmas reformasi dengan pelayanan prima yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu produk/jasa layanan sehingga dapat
memberikan kepuasan pada pasien. Jumlah kunjungan yang meningkat dan cukup
besar perhari di puskesmas mempengaruhi pelayanan yang diberikan oleh
46
Ni Nyoman Yuliani, Victoria Letde Jurnal Inovasi Kebijakan 4(1): 45-52
METODE PENELITIAN
1. Jenis Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian desktriptif observatif.
2. Teknik Pengumpulan Data: observasi, wawancara dan dokumentasi.
3. Tempat dan waktu penelitian
a. Tempat penelitian: Puskesmas Pasir Panjang.
b. Waktu Penelitian: Bulan Febuari sampai bulan Juli 2018.
4. Variabel Penelitian
Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu waktu
tunggu pelayanan resep yang diberikan Puskesmas Pasir Panjang.
5. Populasidan Sampel
a. Populasi: Seluruh pasien rawat jalan di Puskesmas Pasir Panjang.
b. Sampel dan teknik sampling
Sampel ditentukan dengan teknik accidental sampling, dimana peneliti hanya
mengambil data berdasarkan pasien yang datang pada saat dilakukan kegiatan
pengambilan data secara langsung.Pengambilan sampel di Puskesmas Pasir Panjang
dilakukan pada saat pagi dengan waktu 5 jam per hari selama bulan April 2018.
Untuk menentukan jumlah sampel responden, dipergunakan perhitungan
sampel (n) minimal dengan rumus Lwanga, Lemeshow,S. (1997)sebagai berikut:
𝑁
𝑁=
𝑁(𝑑)2 + 1
Keterangan:
n = jumlah sampel awal
N= jumlah populasi
d = tingkat presisi/error yang digunakan 0,05
3066
𝑁= = 353
3066(0,05)2 + 1
6. Definisi Operasional
a. Waktu tunggu pelayanan resep adalah jumlah total waktu pelayan resep
dimulai dari pasien menyerahkan resep, skrining resep, penyiapan
obat,peracikan obat, pemberian etiket sampai dengan pasien menerima obat
diPuskesmas Pasir Panjang.
b. Penerimaan resep adalah pasien meletakkan resep pada tempat layanan
resep di Puskesmas Pasir Panjang.
c. Skrining resep adalah kegiatan yang dimulai dengan melihat kelengkapan
administrasi,etika farmasi dan klinis pada resep oleh tenaga teknis
kefarmasian.
d. Penyiapan obat jadi adalah adalah kegiatan pengambilan obat sesuaidengan
kebutuhan di rak obat/tempat penyimpanan obat oleh tenaga farmasi.
e. Penyiapan obat racikan adalah kegiatan yang dilakukan oleh tenaga farmasi
dari pengambilan obat sesuai kebutuhan di rak obat/tempat penyimpanan
sampai pada peracikan obat.
47
Ni Nyoman Yuliani, Victoria Letde Jurnal Inovasi Kebijakan 4(1): 45-52
48
Ni Nyoman Yuliani, Victoria Letde Jurnal Inovasi Kebijakan 4(1): 45-52
tunggu obat racikan adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep
sampai pasien menerima obat racikan.
Rata- rata waktu tunggu pelayanan resep obat jadi adalah jumlah dari tindakan
dandelay pada proses pelayanan resep obat jadi yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Pada Tabel 2 ditemukan bahwa rata-rata waktu tunggu resep obat jadi adalah
11,38 menit, dimana waktu delay lebih lama daripada tindakan yang berarti
proses pelayanan resep obat jadi kurang efektif. Delay paling lama terjadi pada saat
skrining karena pada tahap ini terjadi beberapa kendala, yaitu peresepan yang
kurang jelas dan stok obat yang kosong sehingga petugas harus berkonsultasi
dengan dokter penulis resep. Demikian pula proses pengerjaannya dikerjakan oleh
hanya seorang petugas dari tahap skrining sampai tahap penyiapan sehingga terjadi
penumpukan resep pada tahap skrining. Sedangkan proses tindakan yang terjadi
paling lama pada tahap penyiapan, dimana dalam pengerjaan resep, persediaan
obat di ruang farmasi habis disebabkan keterbatasan ruangan dan tempat
penyimpanan obat.Stok jenis obat yang tidak tersedia harus diambil terlebih
dahulu di gudang. Pada tahap penerimaan resep tidak terjadi tindakan karena tahap
ini pasien hanya meletakan resep pada tempat resep dan tidak dilakukan tindakan
apapun oleh petugas seperti pemberian nomor antrian.
Rata-rata waktu tunggu pelayanan resep racikan adalah jumlah waktu dari
tindakan dan delay pada proses pelayanan resep racikan yang dapat dilihat pada
Tabel 3.
49
Ni Nyoman Yuliani, Victoria Letde Jurnal Inovasi Kebijakan 4(1): 45-52
Tabel 4. Rata-rata waktu tunggu resep obat jadi pada Jam 08.00 sampai09.00 wita
No Proses Delay Tindakan Total
1 Penerimaan resep 0.11 0 0.11
2 Skrining 0.12 0.05 0.17
3 Penyiapan 0 0.22 0.22
4 Pemberian etiket 0 0.09 0.09
5. Penyerahan 0.01 0.07 0.08
6. Total 0.24 0.44 0.67
Sumber :Data Primer Diolah, Tahun 2018
Resep racikan yang diterima pada jam tidak sibuk yaitu pukul 8.00 s/d 9.00 wita
juga sedikit karena terjadi penumpukan pasien di loket pendaftaran yang
menyebabkan belum semua ruangan pemeriksaan melakukan tindakan termasuk
poli anak. Berikut ini adalah rata-rata waktu tunggu resep racikan jam tidak sibuk
sekitar jam 08.00 ssampai 09.00 wita pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Waktu Tunggu Resep Racikan pada Jam 8.00 s/ 9.00
No Proses Delay Tindakan Total
1 Penerimaan resep 0.19 0 0.19
2 Skrining 0.13 0.04 0.17
3 Penyiapan 0.03 0.57 0.6
4 Pemberian etiket 0 0.09 0.09
5. Penyerahan 0.05 0.10 0.15
6. Total 0.4 0.8 1.2
Sumber :Data Primer Diolah, Tahun 2018
50
Ni Nyoman Yuliani, Victoria Letde Jurnal Inovasi Kebijakan 4(1): 45-52
Tabel 6. Rata-rata waktu tunggu Resep Obat Jadi diatas Jam 9.00 wita
No Proses Delay Tindakan Total
1 Penerimaan resep 1.23 0 1.23
2 Skrining 3.17 0.88 4.05
3 Penyiapan 0.01 2.34 2.35
4 Pemberian etiket 0.01 1 1.01
5. Penyerahan 1.06 1 2.06
6. Total 5.48 5.22 10.7
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2018
Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata waktu tunggu pelayanan resep obat jadi
pada saat jam sibuk, yaitu diatas jam 09.00 wita selama 10.7 menit, dimana waktu
delay lebih lama dari waktu tindakan. Hal ini berarti proses pelayanan resep non-
racikan kurang efektif. Delay terlama terjadi pada tahap skrining dan proses
tindakan terlama terjadi pada tahap penyiapan.
Resep racikan disaat sibuk juga mempunyai waktu tunggu yang lebih lama
karena pada saat sibuk jumlah resep yang diterima semakin banyak dan proses
pengerjaan resep racikan juga membutuhkan waktu. Berikut ini adalah rata-rata
waktu tunggu resep racikan pada saat sibuk, yaitu diatas jam 09.00 wita pada Tabel
7.
Tabel 7. Rata-rata waktu tunggu Resep Racikan diatas jam 9.00
No Proses Delay Tindakan Total
1 Penerimaan resep 1.05 0 1.05
2 Skrining 2.88 0.52 3.4
3 Penyiapan 0.59 4.95 5.54
4 Pemberian etiket 0 0.72 0.72
5. Penyerahan 0.77 0.78 1.55
6. Total 5.29 6.97 12.26
Sumber :Data Primer Diolah, Tahun 2018
51
Ni Nyoman Yuliani, Victoria Letde Jurnal Inovasi Kebijakan 4(1): 45-52
farmasi.Pengerjaan resep racikan membutuhkan waktu lebih lama dari resep non
racikan karena proses persiapannya berbeda dan belum ada pembagian tugas dalam
pengerjaan resep sehingga resep dikerjakan oleh satu orang petugas dari tahap
skrining sampai tahap pemberian etiket.
KESIMPULAN
1. Lama waktu tunggu proses pelayanan resep untuk obat jadi adalah 11.38 menit,
Sedangkan lama waktu tunggu proses pelayanan resep untuk obat racikan
adalah 13.45 menit.
2. Waktu delay terlama resep obat jadi terjadi pada tahap skrining yaitu 3.29
menit dan waktu tindakan terlama terjadi pada tahap penyiapan yaitu 2.56
menit, sedangkan waktu delay terlama resep racikan terjadi pada tahap skrining
yaitu 3.01 menit dan waktu tindakan terlama terjadi pada tahap penyiapan yaitu
5.52 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 129/Menkes/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit. Jakarta.
Hidayah, K., dkk. 2016. Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Farmasi Kategori Lama Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Rawat Jalan di
RSUD Kota Salatiga.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 Tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 74 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Jakarta.
Lwanga, Lemeshow S, Hosmer DW, Klar J. 1997.BesarSampel Dalam Penelitian
Kesehatan, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Lewis, R.C. & Booms, B.H. 1983. "The Marketing Aspects of Service Quality"in Berry,
L., Shostack, G. and Upah, G. (eds.).Emerging Perspectives on Services
Marketing: American Marketing Association Chicago.
Maftuhah, A., Susilo, R. 2016. Waktu Tunggu Pelayanan Resep Rawat Jalan di Depo
Farmasi RSUD Gunung Jati Cirebon.
Notoadmojo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Pohan I. S.2006 .Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar.Jakarta
Sudibyo Supardi dan Surahman. 2014. Metodologi Penelitian UntukMahasiswa
Farmasi. Jakarta.
Tjiptono F, 2005. PemasaranJasa, Edisi Pertama. Banyu MediaPublishing,Malang.
52