Muhamad Hisyam Ramadhani, Akhmad Arif Musadad, Musa Pelu

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

 

  69 
 

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TOLERANSI DAN PEMAHAMAN SEJARAH


PERGERAKAN NASIONAL DENGAN PATRIOTISME SISWA1
Muhamad Hisyam Ramadhani2, Akhmad Arif Musadad3, Musa Pelu4

ABSTRACT

The objectives of research were to find out: 1) the relationship between the
attitude of tolerance with patriotism students. 2) The relationship between
understanding of national movement history with patriotism students. 3) The
relationship between the attitude of tolerance and understanding of national
movement history with patriotism students. The population of research was all of
the XI grades of SMA Islam 1 Surakarta of academic year 2016/2017, consisting
of 68 students. The sample used is of 40 students. The sample was taken using
random sampling technique. The technique of collecting data used were
questionnaire. The technique of analyzing data used was a multiple linear
regression analysis, t-test, multiple correlation analysis (F-test), R2, and relative
and effective contribution. The conclusion of research were as: 1) there was a
positive relationship between the attitude of tolerance with patriotism students.
It could be seen from the multiple linear regression analysis (t-test) the showing
that tstatistic > ttable, that is 3,197 > 1,687 and the significance value of 0,03 <
0,05. 2) There was a positive relationship between understanding of national
movement history with patriotism. It could be seen from the multiple linear
regression analysis (t-test) the showing that tstatistic > ttable, that is 2,653 > 1,687
and the significance value of 0,012 < 0,05. 3) There was a positive relationship
between the attitude of tolerance and understanding of national movement
history with patriotism students. It could be seen from the multiple correlation
analysis (F-test) the showing that Fstatistic > Ftable, that is 15,200 > 3,270 and the
significance value < 0,05, of 0,000.
Keywords: The Attitude of Tolerance, Understanding of National Movement
History, Patriotism.

Kata kunci: Sikap Toleransi, Pemahaman Sejarah Pergerakan Nasional,


Patriotisme.

                                                            
1
 Ringkasan
2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNS Surakarta
3
Dosen Pembimbing pada Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNS Surakarta
4
Dosen Pembimbing pada Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNS Surakarta

 
 
   70 
 

PENDAHULUAN

Perkembangan zaman sudah semakin cepat di era globalisasi ini. Kondisi ini
memunculkan hal-hal baru yang berasal dari budaya luar. Globalisasi dapat
mempengaruhi sendi-sendi kehidupan melalui berbagai macam aspek yang ada di
dalamnya. Globalisasi tidak hanya memberikan suatu terobosan akan hal-hal baru yang
bermanfaat bagi suatu negara, tetapi juga bisa membawa suatu keterpurukan yang dapat
mengancam ketahanan suatu negara. Hal ini tentunya harus bisa dipahami oleh setiap
masyarakat agar dapat menerima dan memanfaatkan perkembangan yang mengglobal
dengan sebaik-baiknya.
Menurut Herdiawanto dan Hamdayama, adanya era globalisasi dapat
berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Era globalisasi tersebut
datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada (2010: 37). Hal ini bisa terjadi karena,
budaya-budaya yang berkembang di era globalisasi memberikan suatu hal yang baru
dan tentunya menarik bagi masyarakat.
Menurut Nihayah dan Adi (2014: 829), globalisasi memberikan dampak negatif
terhadap nasionalisme dan patriotisme, khususnya bagi kaum muda banyak yang lupa
terhadap identitas diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini mengakibatkan nilai-nilai
patriotisme dalam diri generasi muda menghilang seiring dengan perkembangan zaman
yang memunculkan budaya asing.
Penanaman nilai-nilai patriotisme bagi peserta didik dapat diberikan di
lingkungan sekolah. Menurut Suparno, salah satu cara adalah dengan mempelajari
sejarah, khususnya sejarah kebangsaan Indonesia (Sutjiatiningsih, 1995: 3). Dalam
mempelajari sejarah bangsa Indonesia, kita dapat mengetahui nilai-nilai dan ciri khas
bangsa ini, sehingga kita dapat membandingkan dengan nilai-nilai budaya yang dibawa
oleh perkembangan globalisasi.
Mempelajari sejarah dapat mengenali potensi diri dan karakter diri, serta dapat
juga menanamkan nilai-nilai, mengembangkan sikap, dan membentuk kepribadian.
Seperti pendapat dari Senen dan Barnadib (2004: 138) yang mengatakan bahwa:
Dalam menentukan sikap hidup sebagai suatu bagian dari kehidupan sosial
berbangsa dan bernegara, kesadaran sejarah berguna untuk menciptakan dan
memperkuat identitas nasional di tengah-tengah berkembangnya budaya global
dunia. Suatu bangsa yang melupakan sejarahnya akan kehilangan identitasnya.

 
 
   71 
 

Menurut Subagyo (2015: 99), generasi muda sekarang harus belajar sejarah dan
meniru ketokohan dan keuletan para pahlawan nasional serta diaplikasikan dalam
kehidupan nyata sehari-hari. Salah satunya dengan mempelajari sejarah pergerakan
nasional. Melalui pemahaman sejarah pergerakan nasional, peserta didik diharapkan
dapat mempelajari peristiwa-peristiwa perjuangan dan mengambil nilai-nilai yang ada
dalam diri para pejuang bangsa untuk ditanamkan dan diamalkan dalam diri mereka.
Menurut Tuahunse, sejarah pergerakan nasional Indonesia merupakan sejarah
yang mencakup aliran-aliran dalam sejarah yang menuju ke arah pembentukan mation
dan nasionalisme Indonesia (2009: 24). Sejarah pergerakan nasional Indonesia
berlangsung dari tahun 1908-1945 dengan berbagai peristiwa-peristiwa penting yang
terjadi, yaitu dari masa kebangkitan nasional sampai terbentuknya bangsa Indonesia
pada kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Menurut Yeni Asmara, peran guru sejarah dibutuhkan untuk memberi
pengarahan sekaligus pengertian pada siswa mengenai nilai-nilai yang terkandung
dalam pengajaran sejarah, sehingga dalam diri siswa tumbuh semangat cinta tanah,
semangat persatuan dan kesatuan serta semangat rela berkorban demi bangsa dan
negara (2013: 41). Peranan guru juga sangat vital dalam membantu peserta didik
menumbuhkan patriotisme dalam diri mereka.
Dalam sejarah bangsa ini, Indonesia merupakan negara kepulauan yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke. Hal ini menjadikan Indonesia dikenal sebagai
negara multikultural. Keberagaman tersebut membuat Indonesia dikenal sebagai negara
yang besar, yang terdiri dari berbagai macam budaya, ras, suku, agama, dan norma atau
aturan. Timbulnya keberagaman tersebut justru membuat Indonesia menjadi bangsa
yang kuat dengan dilandasi semangat persatuan dan kesatuan.
Tentang keberagaman yang ada di Indonesia, Siswomihardjo mengemukakan
pendapatnya, yaitu:
Bagi bangsa Indonesia di mana keanekaragaman etnis, agama, bahasa, dan adat
istiadat yang tumbuh dan berkembang di masing-masing daerah diseluruh
wilayah tanah air, memberikan suatu konsekuensi logis alami, bahwa pluralisme
visi atau orientasi serta aspirasi merupakan fakta obyektif yang harus diterima
dan dihormati (Tuahunse, 2008: 2).
Pada dasarnya, dengan menerima dan menghormati keberagaman yang ada di
Indonesia akan menciptakan keharmonisan bangsa. Hal ini sesuai dengan semboyan

 
 
   72 
 

bangsa Indonesia, yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, yang berartikan berbeda-beda namun
tetap satu jiwa. Walaupun Indonesia negara multikultural namun tetap bisa
menghormati keberagaman tersebut yang dilandasi dengan Pancasila sebagai pondasi
bangsa.
Mengenai masalah keberagaman, Hanum (2009:5) berpendapat tentang
perbedaan dalam keberagaman, yaitu:
Perbedaan yang ada itu merupakan keniscayaan atau kepastian adanya, namun
perbedaan itu harus diterima secara wajar dan bukan untuk membedakan.
Artinya, perbedaan itu perlu diterima sebagai suatu kewajaran dan perlu sikap
toleransi agar masing-masing dapat hidup berdampingan secara damai tanpa
melihat unsur yang berbeda itu membeda-bedakan.
Dalam mempertahankan keharmonisan di negara yang multikultural ini, perlu
adanya sikap toleransi yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat. Seperti pendapat
yang dikemukakan oleh Nisvilyah (2013: 383) bahwa, kemajemukan bangsa Indonesia
harus dipandang sebagai salah satu alat untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa dengan selalu mengembangkan sikap toleran, saling menghargai satu dengan
lainnya. Sikap toleransi membuat masyarakat dapat menghargai perbedaan dan
keberagaman yang ada di Indonesia.
Patriotisme menurut Budiyono (2007: 212) adalah sikap cinta tanah air untuk
mempertahankan negaranya dengan sikap rela berkorban, pantang menyerah, dan
kesetiaan terhadap sesuatu. Pengertian tersebut sama dengan pendapat dari Suprapto,
dkk (2007: 38), bahwa “patriotisme adalah semangat cinta tanah air atau sikap
seseorang yang rela mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran
tanah airnya”.
Cinta tanah air sendiri menurut Kemendiknas merupakan cara berpikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa
(Wibowo, 2013: 83). Sikap cinta tanah air tersebut ditunjukkan dengan sikap peduli
terhadap bangsa untuk rela berkorban, semangat berjuang, dan sikap saling peduli
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara demi keutuhan dan ketahanan bangsa.
Peduli terhadap lingkungan bermasyarakat berarti memiliki jiwa patriotisme karena
berjuang untuk kepentingan bersama.

 
 
   73 
 

Menurut Kemendiknas (Kementerian Pendidikan Nasional), toleransi


merupakan suatu sikap dan tindakan untuk menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Wibowo, 2013:
83). Hal tersebut tentunya menunjukkan bahwa sikap toleransi mencakup kepedulian
mengenai segala sesuatu yang ada di suatu negara atau bangsa.
Berkembangnya sikap toleran pada diri remaja akan melahirkan sikap cinta
damai. Menurut Farida, mereka melihat perbedaan sebagai sesuatu yang alamiah dan
memilih untuk tidak mempermasalahkannya. Mereka berusaha saling mencari titik
temu, mengumpulkan kesamaan, dan mentolerir perbedaan. Dengan sikap seperti itu,
mereka bisa bekerjasama dengan orang yang berbeda dan tidak mudah terpicu oleh isu
diskriminasi (2014: 65).
Selain sikap toleransi, pemahaman sejarah pergerakan nasional juga memiliki
hubungan atau berpengaruh terhadap patriotisme. Menurut Asmara (2013: 27)
penagajaran sejarah dapat melatih warga negara yang setia kepada tanah airnya
sehingga menimbulkan rasa bangga pada pahlawan dan berpengaruh terhadap
nasionalisme atau patriotisme.
Pergerakan nasional menurut Hardjosatoto, pada umumnya merupakan
pergerakan dari bangsa yang dijajah melawan bangsa yang menjajah untuk mendirikan
suatu negara merdeka (1985: 82).
Munculnya pergerakan nasional di Indonesia menurut Utomo, dalam sejarahnya
ditandai dengan munculnya fenomena nasionalisme (modern) sebagai kekuatan
penggerak aktivitas perjuangan bangsa Indonesia hingga memperoleh kemerdekaannya,
yaitu sejak tahun 1908 sampai dengan tahun 1945, merupakan periode yang
digolongkan sebagai objek bagi penyelidikan sejarah pergerakan nasional Indonesia.
Pergerakan nasioanal Indonesia merupakan fenomena sejarah yang muncul sebagai
reaksi terhadap gejala yang ditimbulkan oleh situasi kolonial Belanda (1995: 29).

METODE PENELITIAN
Menurut Darmadi penelitian ini merupakan jenis penelitian ex-postfacto, yaitu
penelitian dimana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan
pengamatan variabel terikat (2011: 223). Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMA
Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan selama dua

 
 
   74 
 

bulan, yaitu mulai dari April hingga Mei. Pengambilan sampel menggunakan teknik
random sampling. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin
dengan perhitungan sebagai berikut.

𝑛 40,4
,

Jumlah sampel yang ditetapkan berdasarkan penghitungan dengan rumus Slovin


adalah 40 siswa dari 68 jumlah populasi.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket dan tes. Angket
menurut Arikunto (2005: 101) adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara
tertulis kepada seseorang (responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan
tertulis. Tes menururt Kasmadi & Sunariah (2013: 69) adalah rangkaian pertanyaan
yang memerlukan jawaban testi sebagai alat ukur dalam proses asesmen maupun
evaluasi dan mempunyai peran penting untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,
kecerdasan, bakat atau kemampuan yang dimiliki individu atau kelompok.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda, uji
t, analisis korelasi berganda (uji F) dan uji R2, dan sumbangan relatif dan sumbangan
efektif.

HASIL PENELITIAN
Hasil dari data statistik deskriptif variabel bebas dan variabel terikat dapat
dilihat melalui tabel sebagai berikut.

Tabel 1: Statistik Deskriptif Variabel Bebas dan Variabel Terikat


Statistik Sikap Pemahaman Patriotisme
Deskriptif Toleransi Sejarah (Y)
(X1) Pergerakan
Nasional
(X2)
Mean 71,43 15,40 65,80
Modus 71 20 63
Median 71 15 66,50
Std. Deviasi 7,196 4,700 7,240
Nilai Maximum 84 23 78

 
 
   75 
 

Nilai Minimum 48 6 42

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan hasil statistik deskriptif variabel sikap


toleransi yaitu mean sebesar 71,43, modus sebesar 71, median sebesar 71, standar
deviasi sebesar 7,196, nilai maximum sebesar 84, dan nilai minimum sebesar 48.
Variabel pemahaman sejarah pergerakan nasional menunjukkan mean sebesar 15,40,
modus sebesar 20, median sebesar 15, standar deviasi sebesar 4,700, nilai maximum
sebesar 23, dan nilai minimum sebesar 6. Variabel patriotisme menunjukkan mean
sebesar 65,80, modus sebesar 63, median sebesar 66,50, standar deviasi sebesar 7,240,
nilai maximum sebesar 78, dan nilai minimum sebesar 42.

Tabel 2: Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda


Koefisien Regresi T Sig
Variabel
26,204 2,959 0,005
Sikap Toleransi 0,435 3,197 0,003
Pemahaman SPN 0,553 2,653 0,012

Berdasarkan tabel 2 hasil analisis regresi berganda dengan memakai alat bantu
SPSS versi 23 untuk hipotesis pertama diperoleh nilai thitung sebesar 3,197 dengan
signifikasi 0,003. Jadi, H0 ditolak karena thitung > ttabel,yaitu 3,197 > 1,687 dan nilai
signifikasi kurang dari 0,05, yaitu 0,003. Maka, dapat disimpulkan bahwa, terdapat
hubungan yang positif antara sikap toleransi dengan patriotisme siswa kelas XI SMA
Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Sedangkan hasil analisis regresi berganda
untuk hipotesis kedua diperoleh nilai thitung sebesar 2,653 dengan signifikasi 0,012. Jadi,
H0 ditolak karena thitung > ttabel,yaitu 2,653 > 1,687 dan nilai signifikasi kurang dari 0,05,
yaitu 0,012. Maka, dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan yang positif antara
pemahaman sejarah pergerakan nasional dengan patriotisme siswa kelas XI SMA Islam
1 Surakarta tahun ajaran 2016/2017.

Tabel 3: Ringkasan Hasil Uji F Analisis Korelasi Berganda


Koefisien Hasil Fhitung Signifikasi
Korelasi (R) perhitungan R2
0,672 0,451 15,200 0,000

 
 
   76 
 

Berdasarkan hasil analisis korelasi berganda untuk hipotesis ketiga


diperoleh nilai Fhitung sebesar 15,200 dengan signifikasi 0,000. Jadi, H0 ditolak
karena Fhitung > Ftabel, yaitu 15.200 > 3,270 dan nilai signifikasi kurang dari 0,05,
yaitu 0,000. Maka, dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan yang positif
antara sikap toleransi dan pemahaman sejarah pergerakan nasional dengan
patriotisme siswa kelas XI SMA Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2016/2017.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TOLERANSI DENGAN PATRIOTISME


Berdasarkan penafsiran hasil analisis data, maka dapat dijelaskan bahwa
variabel sikap toleransi memiliki hubungan yang positif dengan variabel patriotisme.
Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis pertama diketahui bahwa koefisien regresi
dari variabel sikap toleransi (b1) adalah sebesar 0,435 atau bernilai positif, sehingga
dapat dikatakan bahwa sikap toleransi berhubungan positif dengan patriotisme.
Berdasarkan uji keberartian koefisien regresi linear berganda untuk variabel sikap
toleransi (b1) menunjukkan thitung > ttabel yaitu, 3,197 > 1,687 dan nilai signifikasi
sebesar 0,03 < 0,05 dengan sumbangan relatif sebesar 56,4% dan sumbangan efektif
sebesar 25,4%.
Berdasarkan kajian teori, patriotisme dipengaruhi oleh sikap toleransi.
Patriotisme menurut Budiyono (2007: 212) adalah sikap cinta tanah air untuk
mempertahankan negaranya dengan sikap rela berkorban, pantang menyerah, dan
kesetiaan terhadap sesuatu. Sikap cinta tanah air tersebut ditunjukkan dengan sikap
peduli terhadap bangsa untuk rela berkorban, semangat berjuang, dan sikap saling
peduli dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara demi keutuhan dan ketahanan
bangsa. Untuk memiliki sikap peduli terhadap lingkungan masyarakat perlu adanya
sikap toleransi dalam diri. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Kemendiknas
(Kementerian Pendidikan Nasional) bahwa, toleransi merupakan suatu sikap dan
tindakan untuk menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Wibowo, 2013: 83). Hal tersebut
tentunya menunjukkan bahwa sikap toleransi mencakup kepedulian mengenai segala
sesuatu yang mencakup kehidupannya dalam suatu lingkungan masyarakat atau negara.

 
 
   77 
 

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN SEJARAH PERGERAKAN


NASIONAL DENGAN PATRIOTISME
Berdasarkan penafsiran hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa,
variabel pemahaman sejarah pergerakan nasional memiliki hubungan positif dengan
variabel patriotisme. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis kedua diketahui
bahwa koefisien regresi dari variabel sikap toleransi (b2) adalah sebesar 0,553 atau
berniali positif, sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman sejarah pergerakan
nasional berhubungan positif dengan patriotisme. Berdasarkan uji keberartian koefisien
regresi linear berganda untuk variabel pemahaman sejarah pergerakan nasional (b2)
menunjukkan thitung > ttabel yaitu, 2,653 > 1,687 dan nilai signifikasi sebesar 0,012 <
0,05 dengan sumbangan relatif sebesar 43,6% dan sumbangan efektif sebesar 19,7%.
Berdasarkan kajian teori, patriotisme dapat dipengaruhi dengan adanya
pemahaman terhadap sejarah pergerakan nasional. Menurut Asmara (2013: 27)
penagajaran sejarah dapat melatih warga negara yang setia kepada tanah airnya
sehingga menimbulkan rasa bangga pada pahlawan dan berpengaruh terhadap
nasionalisme atau patriotisme.
Peserta didik dapat mengamalkan nilai-nilai patriotisme melalui pembelajaran
sejarah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Subagyo (2015: 99) bahwa,
“generasi muda sekarang harus belajar sejarah dan meniru ketokohan dan keuletan para
pahlawan nasional serta diaplikasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari”. Salah
satunya dengan mempelajari sejarah pergerakan nasional. Melalui pemahaman sejarah
pergerakan nasional, peserta didik diharapkan dapat mempelajari peristiwa-peristiwa
perjuangan dan mengambil nilai-nilai yang ada dalam diri para pejuang bangsa untuk
ditanamkan dan diamalkan dalam diri mereka.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TOLERANSI DAN PEMAHAMAN SEJARAH


PERGERAKAN NASIONAL SECARA BERSAMA-SAMA DENGAN
PATRIOTISME
Berdasarkan perhitungan analisis data diperoleh koefisien korelasi atau uji F
antara sikap toleransi (X1) dan pemahaman sejarah pergerakan nasional (X2) dengan
patriotisme (Y) sebesar 0,672. Koefisien korelasi yang bertanda positif menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang positif antara sikap toleransi dan pemahaman sejarah

 
 
   78 
 

pergerakan nasional secara bersama-sama dengan patriotisme. Peningkatan pada


variabel sikap toleransi dan pemahaman sejarah pergerakan nasional akan cenderung
diikuti dengan meningkatnya variabel patriotisme, dan kondisi sebaliknya. Hal ini
diperjelas dengan hasil dari analisis regresi berganda yang memperoleh persamaan ŷ =
26,204 + 0,435 X1 + 0,553 X2 + ℮. Analisis regresi ini memiliki arti bahwa, apabila
variabel sikap toleransi meningkat satu unit maka terdapat kecenderungan patriotisme
meningkat 0,435 unit pada konstanta 26,204, dan pada variabel pemahaman sejarah
pergerakan nasional apabila meningkat satu unit maka cenderung akan diikuti
peningkatan patriotisme sebesar 0,553 unit pada konstanta 26,204. Berdasarkan uji F
diketahui bahwa Fhitung > Ftabel, yaitu 15,200 > 3,270 dan nilai signifikasi < 0,05, yaitu
0,000. Hal ini berarti sikap toleransi dan pemahaman sejarah pergerakan nasional
secara bersama-sama memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan
patriotisme.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada hubungan positif dan signifikan antara sikap toleransi dengan patriotisme
siswa kelas XI SMA Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Hal ini
berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda (uji t) diketahui nilai thitung > ttabel,
yaitu 3,197 > 1,687 dan nilai signifikasi < 0,05, yaitu 0,003. Sumbangan relatif
sebesar 56,4% dan sumbangan efektif sebesar 25,4%.
2. Ada hubungan positif dan signifikan antara pemahaman sejarah pergerakan
nasional dengan patriotisme kelas XI SMA Islam 1 Surakarta tahun ajaran
2016/2017. Hal ini berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda (uji t)
diketahui nilai thitung > ttabel, yaitu 2,653 > 1,687 dan nilai signifikasi < 0,05,
yaitu 0,012. Sumbangan relatif sebesar 43,6% dan sumbangan efektif sebesar
19,7%.
3. Ada hubungan positif dan signifikan antara sikap toleransi dan pemahaman sejarah
pergerakan nasional secara bersama-sama dengan patriotisme siswa kelas XI SMA
Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Hal ini berdasakan hasil analisis

 
 
   79 
 

korelasi berganda (uji F) yang menunjukkan nilai Fhitung > Ftabel, yaitu15,200 >
3,270 dan nilai signifikasi < 0,05, yaitu 0,000. Koefisien determinasi (R2) sebesar
0,451 menunjukkan bahwa, besarnya pengaruh sikap toleransi dan pemahaman
sejarah pergerakan nasional dengan patriotisme siswa kelas XI SMA Islam 1
Surakarta tahun ajaran 2016/2017 adalah sebesar 45,1%, sedangkan sisanya
(54,9%) dipengaruhi oleh variabel yang lain.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian penelitian di atas, maka penulis dapat
menyampaikan saran sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
Siswa di SMA Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2016/2017, khususnya siswa
kelas XI sebaiknya mengembangkan diri untuk memiliki sikap patriotisme dengan
meningkatkan sikap toleransi dan pemahaman mengenai sejarah pergerakan
nasional. Siswa dapat mencari sumber-sumber bacaan mengenai sejarah atau
pengalaman hidup dari tokoh-tokoh bangsa. Hal tersebut dapat menimbulkan
kecintaan terhadap para pahlawan bangsa. Selain itu, dalam lingkungan sosial
seperti dalam pergaulan harus bisa membangun hubungan yang baik dengan teman
sebaya dengan cara tidak membeda-bedakan dalam memilih teman, saling
membantu dan menghargai, serta tidak mementingkan diri sendiri.
2. Bagi Guru
Guru mata pelajaran sejarah hendaknya dalam mengajar mampu
menanamkan sikap patriotik pada diri siswa dengan cara memberikan
pembelajaran dengan sebaik-baiknya hingga mencapai tujuan pembelajaran yang
ada. Guru juga dapat memberikan kegiatan yang memicu siswa dalam
mengembangkan patriotisme dalam diri mereka. Selain itu, sebagai sosok guru
harus dapat memberikan contoh yang baik, sehingga siswa dapat mengambil sikap
untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh gurunya di lingkungan sekolah.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau acuan bagi peneliti
yang akan melakukan penelitian sejenis yang berhubungan dengan sikap toleransi,
pemahaman sejarah pergerakan nasional, dan patriotisme, sehingga dapat

 
 
   80 
 

memperkuat hasil penelitian yang dilakukan. Selain itu, kepada peneliti lain dapat
melakukan penelitian lebih lanjut terhadap permasalahan mengenai sikap toleransi,
pemahaman sejarah pergerakan nasional, dan patriotisme, sehingga dapat
ditemukan teori baru atau memperkuat teori yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Aam. (2012). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Arikunto, Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asmara, Yeni. (2013). Pengaruh Pengajaran Sejarah Nasional Indonesia terhadap Sikap
Patriotisme Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Lubuklinggau. Jurnal Perspektif
Pendidikan, 6 (1), 36-47. Diperoleh pada 24 Januari 2017, dari
http://stkiplubuklinggau.ac.id/media/file/8727121865Jurnal6.pdf#page=36
Budiyono, Kabul. (2007). Nilai-nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa Indonesia.
Bandung: Alfabeta.
Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Farida, Anna. (2014). Pilar-pilar Pembangunan Karakter Remaja: Metode
Pembelajaran Aplikatif untuk Guru Sekolah Menengah. Bandung: Nuansa
Cendikia.
Hanum, Farida. (2009). Pendidikan Multikultural sebagai Sarana Pembentuk Karakter
Bangsa (Dalam Perspektif Sosiologi Pendidikan). In Makalah disampaikan pada
Seminar Regional DIY-Jateng dan sekitarnya yang diselenggarakan Himpunan
Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal (Vol.
14). diperoleh 10 Februari 2017, dari staff.uny.ac.id/sites/default/files/
pengabdian/farida-hanum-msi-dr/pend-multikultural-sebagai-pembentuk-
karakter-bangsa-2010.pdf.
Hardjosatoto, Suhartoyo. (1985). Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia: Suatu
Analisa Ilmiah. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Herdiawanto, H & Hamdayama, Jumanta. (2010). Cerdas, Kritis, dan Aktif
Berwarganegara. Jakarta: Erlangga.
Kasmadi & Sunariah, Nia Siti. (2013). Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.
Bandung: Alfabeta.
Marzuki. (2015). Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Amzah.
Nihayah, S., & Adi, A. S. (2014). Penanaman Nasionalisme Pada Siswa Madrasah
Aliyah Negeri 1 Bojonegoro Di Tengah Arus Globalisasi. 3 (2), 829-845.
Diperoleh pada 28 Februari 2017, dari
http://ejournal.unesa.ac.id/article/12312/41/article.pdf.
Nisvilyah, L. (2013). Toleransi Antarumat Beragama Dalam Memperkokoh Persatuan
Dan Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam Dan Kristen Dusun Segaran
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto). Kajian Moral dan
Kewarganegaraan. 2 (1), 382-396. Diperoleh pada 28 Februari 2017, dari
http://ejournal.unesa.ac.id/article/4636/41/article.pdf.
Senen, A., & Barnadib, I. (2004). Tantangan Guru Sejarah: Pesan Sejarah Sebagai
Konsep Pendidikan Nilai. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 2 (3), 131-

 
 
   81 
 

140. Diperoleh pada 28 Februari 2017, dari


http://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/2090.
Subagyo, Agus. (2015). Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suprapto, dkk. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X SMA/MA 1. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Tuahunse, Trisnowaty. (2008). Sikap Nasionalisme dalam Pemahaman Makna Sejarah
Pergerakan Nasional. Jurnal Inovasi. 5 (2), 1-8. Diperoleh pada 17 Januari 2017,
dari http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JIN/article/view/795.
_________________. (2009). Hubungan antara Pemahaman Sejarah Pergerakan
Nasional Indonesia dengan Sikap terhadap Bela Negara. Jurnal Kependidikan.
(2), 21-34. Diperoleh pada 17 Januari 2017, dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/view/4.
Utomo, Cahyo Budi. (1995). Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia Dari
Kebangkitan Hingga kemerdekaan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Wibowo, Agus. (2013). Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi: Membangun
Karakter Ideal Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 
 

You might also like