Kelimpahan Serangga Penghuni Tajuk Pada Pertanaman Bawang Merah Semi Organik Dan Konvensional

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO :2356- 4725

Vol.5. No.2. Agustus 2018 (33) 268- 275

Kelimpahan Serangga Penghuni Tajuk pada Pertanaman Bawang Merah Semi Organik dan
Konvensional

Canopy Insects Abundance in Shallot (Allium ascolanicum L.) Cultivation with Semi Organic and
Conventional farm

Toni Arya Dharma*, Suzanna Fitriany Sitepu, Lahmuddin Lubis, Setia Sari Br. Girsangf
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan 20155
*Corresponding author: [email protected]

ABSTRACT

The Shallot cultivation in Balige has been the last two years cultivated by farmers, some obstacles
are found by farmers when farming shallot, such as pest and disease attacks. The frequency of
pesticide applications have done intensively. This research was aimed to explore and compare the
diversity of insects on the true seed of shallot cultivation with semi organic with conventional
farming systems in the Balige plateau, Tobasa Regency. This research was conducted at Gurgur
Experimental Garden, Balige and Plant Pest and Disease Laboratory, Faculty of Agriculture,
University of Sumatera Utara. Medan in Agustus until Desember 2018. This research used three
insect traps (Sweep Net, Yellow Sticky Trap, Hand Picking) and repeated for eight times. The
results showed that the insects caught in each type of trap was different. The value of absolute
density is 1397, and the value of absolute density in conventional cultivation is 1009. The value of
insect diversity index of Shannon-Weiner (H’) is 2,827 (moderate), the value of insect evennes index
(E’) is 0,716 (high) and the value of insect dominance (C) is 0,084, whereas on shallot plantations
with conventional farm the value of insect diversity index of Shannon-Weiner (H’) is 2,637
(moderate) and the value insect evennes index (E’) is 0,711 (high) and the value of insect
dominance (C) is 0,105.
Keyword: canopy insects, conventional, semi organic, true shallot seed

ABSTRAK
Budidaya tanaman bawang merah di Balige sudah dua tahun terakhir diusahakan oleh petani, namun
beberapa kendala dihadapi petani dalam budidaya tanaman bawang, diantaranya serangan hama dan
penyakit, sehingga frekuensi aplikasi pestisida dilakukan secara intensif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengeksplorasi dan membandingkan keanekaragaman serangga pada lahan tanaman bawang
merah asal benih pada sistem pertanian semi organik dengan konvensional di dataran tinggi, Balige,
Kabupaten Tobasa. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Gurgur, Balige dan
Laboratorium Hama, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2017. Penelitian ini menggunakan tiga teknik
penangkapan (perangkap jarring, perangkap kuning dan pengutipan langsung) diulang sebanyak
delapan kali. Hasil penelitian menunjukkan serangga yang tertangkap pada setiap tipe perangkap
berbeda. Pada pertanaman semi organik nilai kerapatan relatif adalah 1397, dan pertanaman
konvensional adalah 1009. Pada pertanaman semi organik nilai indeks keanekaragaman serangga
Shanon-Weiner (H’) adalah 2,827 (sedang) dan nilai indeks kemerataan (E’) 0,716 (tinggi), nilai
indenks dominansi (C) adalah 0,084. Pada pertanaman konvensional nilai indeks keanekaragaman
serangga Shanon-Weiner (H’) adalah 2,637 (sedang) dan nilai indeks kemerataan (E’) 0,711 (tinggi),
nilai indenks dominansi (C) adalah 0,105.
Kata Kunci : benih biji botani, konvensional, semi organik, serangga tajuk tanaman

268
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO :2356-
4725 Vol.5. No.2. Agustus 2018 (33) 268- 275

PENDAHULUAN petani membudidayakan beberapa jenis


tanaman seperti jagung, jahe dan padi,
Serangga memiliki peranan hal ini disebabkan karena harga bawang
penting di dalam kehidupan manusia, merah yang fluktuatif dan cenderung
terutama di bidang pertanian. Manusia meningkat naik, namun beberapa
selalu lebih sering melihat serangga kendala dihadapi petani dalam budidaya
secara antroposentris yaitu sebagai tanaman bawang, diantaranya serangan
kelompok organisme yang lebih banyak hama dan penyakit
mendatangkan kerugian daripada Organisme penganggu tanaman
keuntungan bagi kehidupan manusia. (OPT) merupakan faktor pembatas
Namun pada hakekatnya aspek-aspek produksi tanaman di Indonesia baik
positif dan manfaat serangga bagi tanaman pangan, hortikultura maupun
kehidupan manusia jauh lebih besar perkebunan (Kadi, 2014). Sehingga
daripada aspek - aspek yang merugikan dengan mempelajari struktur ekosistem
(Untung dan Sudomo, 1997). seperti komposisi jenis-jenis tanaman,
Tidak semua serangga bersifat hama, musuh alami, dan kelompok
merugikan karena juga ada serangga biotik lainya, serta interaksi dinamis
yang memiliki dampak positif. Sebagian antar komponen biotik, dapat ditetapkan
serangga bersifat sebagai predator, strategi pengelolaan yang mampu
parasitoid, atau musuh alami. Melalui mempertahankan populasi hama pada
peran sebagai musuh alami, serangga suatu aras yang tidak merugikan
sangat membantu manusia dalam usaha (Untung, 2006).
pengendalian hama. Selain itu serangga Berdasarkan penelusuran oleh
juga membantu dalam menjaga peneliti belum ditemukan penelitian
kestabilan jaring-jaring makanan dalam terkait keanekaragaman serangga pada
suatu ekosistem pertanian (Christian pertanaman bawang merah asal benih
dan Gotisberger, 2002). botani dengan sistem pertanian semi
Budidaya Bawang Merah (Allium organik dan konvensional yang umum
cepa var. ascalonicum) di Indonesia digunakan petani dengan mengapli-
telah lama diusahakan oleh petani kasikan beberapa jenis pestisida.
sebagai usaha tani komersial, karena Sehingga, perlu dilakukan penelitian
merupakan salah satu tanaman sayuran mengenai keanekaragaman serangga
yang memiliki nilai ekonomi tinggi. dalam upaya perencanaan pengendalian,
Komoditas ini dikatakan multifungsi untuk mencegah pengaruh pestisida
antara lain sebagai penyedap rasa dan terhadap serangga non sasaran.
penambah selera makan serta
dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan BAHAN DAN METODE
tradisional, sehingga permintaan terus
meningkat. Seiring dengan peningkatan Penelitian dilaksanakan di Kebun
jumlah konsumen dan peningkatan daya Percobaan Gurgur, Balige, pada bulan
beli masyarakat maka perlu Agustus - Desember 2017. Identifikasi
meningkatkan jumlah produksi agar spesimen serangga dilakukan di
kebutuhan pasar baik dalam negeri Laboratorium Hama, Program Studi
maupun ekspor dapat terpenuhi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
(Wulandari et. al. 2014). Universitas Sumatera Utara.
Budidaya tanaman bawang merah
di Balige sudah dua tahun terakhir
diusahakan oleh petani, sebelumnya

269
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO :2356-
4725 Vol.5. No.2. Agustus 2018 (33) 268- 275

Pengamatan Keanekaragaman pengamatan, dan dihitung indeks


Serangga kenekaragamannya dengan menggunak-
Pengamatan keanekaragaman an indeks keragaman dan kemerataan
serangga pada pertanaman bawang Shannon (H’ dan E’). Rumus yang di
merah semi organik dan konvensional gunakan adalah:
dilakukan pada lahan pertanaman seluas H’= ∑
1000 m2. Pengamatan serangga E’= H’/ln S
dilakukan dalam dua periode waktu, C = ∑ (ni/N) 2
yaitu pagi (07.00 - 09.00), sore (17.00 -
18.00). HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan serangga dilakukan
dengan interval pemantauan 3 hari Jumlah Total Serangga yang Berhasil
sekali pada masa vegetatif sampai ditangkap dengan Tiga Tipe
keluar 5 helai daun, dan 3 hari sekali Perangkap
pada masa generatif, dimulai dari Dari hasil penelitian yang
pembungaan hingga menjelang panen. dilakukan, diperoleh jumlah dan jenis
Pengamatan dilakukan sebanyak 8 kali. serangga yang tertangkap pada areal
Metode yang digunakan dalam pertanaman bawang merah semi organik
penelitian ini adalah metode survei dan konvensional asal biji botani. Hasil
yaitu dengan melakukan pengambilan jumlah dan jenis serangga yang berhasil
sampel serangga pada pertanaman tertangkap dengan tiga tipe perangkap
bawang merah semi organik dan berdasarkan jumlah individu dapat
konvensional. Pengumpulan data di dilihat pada Gambar 1, dan berdasarkan
lapangan menggunakan alat perangkap jumlah famili dapat dilihat pada
seperti yellow Sticky trap, sweep net, Gambar 2.
hand picking pada lahan pertanaman Diketahui bahwa pada pertanaman
bawang merah. Lahan pertanaman bawang merah semi organik dan
bawang merah yang diamati adalah konvensional tipe perangkap Yellow
lahan semi organik dan lahan Sticky Trap (YST) menjadi perangkap
konvensional. yang paling banyak berhasil menangkap
ordo dan famili serangga (Gambar 1),
Pengawetan dan Identifikasi yaitu diketahui pada pertanaman
Spesimen Serangga bawang merah semi organik YST
Serangga yang tertangkap di berhasil menangkap 7 ordo dan 25
identifikasi berdasarkan Borror et al. famili, ketujuh ordo yang berhasil
(1996) dan Kalshoven (1981). Serangga ditemukan adalah ordo hemiptera,
yang berukuran relatif besar, diawetkan odonata, hymenoptera, diptera,
secara kering, sedangkan spesimen yang lepidoptera, orthoptera, dan coleoptera.
kecil diawetkan secara basah dalam Jenis serangga yang tertangkap
ethanol 70% (Borror et al. 1996). dengan YST didominasi oleh ordo
hemiptera terdiri dari 7 famili dan
Analisis Data
diptera terdiri dari 6 famili.
Data tentang serangga dihitung
Sedangkan pada pertanaman konvensio-
sesuai dengan kelompok famili masing-
nal berhasil menangkap 7 ordo dan 23
masing setiap serangga pada tiap
famili, ordo yang tertangkap sama
pengamatan, dihitung Nilai Frekuensi
dengan pada pertanaman semi organik.
Mutlak, Frekuensi Relatif, Kerapatan
Mutlak, Kerapatan Relatif pada setiap

270
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO :2356-
4725 Vol.5. No.2. Agustus 2018 (33) 268- 275

12
Hand Picking (HP)
16

22
Yellow Sticky Trap (YST)
25

18
Sweep Net (SN)
23

0 5 10 15 20 25 30

Lahan Konvensional Lahan Semi Organik

Gambar 1. Jumlah total famili yang berhasil ditangkap dengan lima tipe perangkap

66
Hand Picking (HP)
111

814
Yellow Sticky Trap (YST)
1035

129
Sweep Net (SN)
251

0 200 400 600 800 1000 1200

Lahan Konvensional Lahan Semi Organik

Gambar 2. Jumlah total individu yang berhasil ditangkap dengan empat tipe perangkap

Dominasi jenis-jenis serangga dari Jenis perangkap yang digunakan


ordo diptera dan hemiptera akan selalu berhubungan dengan jenis
memperlihatkan bahwa hal ini sangat serangga yang akan ditangkap dalam
dipengaruhi oleh penggunaan suatu kegiatan penelitian. Penggunaan
perangkap YST yang memiliki yellow sticky trap, sweep net dan hand
keunggulan dapat menarik serangga picking digunakan untuk menangkap
serangga yang berukuran kecil dan serangga pada tajuk tanaman.
sangat efektif dan efisien digunakan Perangkap ini dapat digunakan sebagai
dalam kegiatan monitoring serangga di pengendalian mekanis dalam menekan
lapang. Heinz et. al (1982) ketertarikan populasi hama.
serangga terhadap perangkap berwarna Menurut Gustilin, (2008).
sangat dipengaruhi oleh adanya Serangga dapat membedakan warna-
ketertarikan dan stimulus makanan yang warna kemungkinan karena adanya
disukai serangga herbivora sehingga perbedaan pada sel-sel retina pada mata
populasi serangga yang tertangkap serangga. Percobaan telah dilakukan
relatif banyak dilihat dari komposisi antara lain ketertarikan serangga
jenis terutama dari jenis-jenis ordo terhadap warna yang merupakan
Diptera dan Hemiptera. stimulus visual serta memberikan
tanggapan tertentu terhadap serangga.

271
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO :2356-
4725 Vol.5. No.2. Agustus 2018 (33) 268- 275

lebih banyak terperangkap pada matahari, sehingga mengakibatkan lebih


perangkap yang diberi warna kuning. melekat lebih awet atau lebih lama
Hal ini kemungkinan disebabkan (Nurdin et al. 1999).
oleh warna kuning pada plastik lebih
kontras dan mengkilap sehingga lalat Nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan
lebih tertarik dibandingkan jenis Relatif, Frekuensi Mutlak, Frekuensi
perangkap kuning lainnya. Disamping Relatif Pada Pertanaman
itu pula plastik kuning tersebut lebih
tahan terhadap hujan dan cahaya
Tabel 1. Nilai kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, frekuensi relatif
pada pertanaman
Semi Organik Konvensional
Ordo Famili KR
KM KM FM FR(%)
KR (%) FM FR (%) (%)
Delphacidae 32 2,29 6 3,41 16 1,59 6 4,17
Anthocoridae 14 1,00 5 2,84 9 0,89 5 3,47
Dipsocoridae 19 1,36 5 2,84 16 1,59 6 4,17
Hemiptera Schizopteridae 56 4,01 8 4,55 10 0,99 4 2,78
Pentatomidae 29 2,08 8 4,55 18 1,78 6 4,17
Pyrrhocoridae 33 2,36 7 3,98 31 3,07 8 5,56
Saldidae 24 1,72 6 3,41 22 2,18 7 4,86
Corduliidae 19 1,36 8 4,55 16 1,59 7 4,86
Odonata
Coenagrionidae 17 1,22 6 3,41 23 2,28 8 5,56
Apidae 39 2,79 8 4,55 18 1,78 6 4,17
Hymenoptera Braconidae 77 5,51 8 4,55 43 4,26 7 4,86
Ichnemonoidae 82 5,87 8 4,55 60 5,95 8 5,56
Tachinidae 176 12,60 8 4,55 178 17,64 8 5,56
Sarcophagidae 75 5,37 8 4,55 55 5,45 7 4,86
Tipulidae 275 19,69 8 4,55 216 21,41 8 5,56
Diptera
Tephritidae 124 8,88 8 4,55 95 9,42 8 5,56
Muscidae 36 2,58 8 4,55 29 2,87 7 4,86
Drosophilidae 23 1,65 8 4,55 0 0,00 0 0
Erebidae 30 2,15 7 3,98 0 0,00 0 0
Lepidoptera Noctuidae 74 5,30 4 2,27 38 3,77 4 2,78
Crambidae 25 1,79 7 3,98 26 2,58 8 5,56
Pyrgomorphidae 18 1,29 7 3,98 10 0,99 4 2,78
Orthoptera
Acrididae 18 1,29 6 3,41 21 2,08 8 5,56
Coccinelidae 68 4,87 7 3,98 59 5,85 4 2,78
Coleoptera
Chrysomelidae 14 1,00 7 3,98 0 0,00 0 0
Total 1397 100 176 100 1009 100 144 100

272
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO :2356-
4725 Vol.5. No.2. Agustus 2018 (33) 268- 275

Dari Tabel 1. Dapat diketahui Nilai Indeks Keanekaragaman (H’)


bahwa nilai kerapatan mutlak dan Kemerataan (E’) dan Dominansi (C)
kerapatan relatif tertinggi pada Jenis Serangga
pertanaman bawang merah semi organik Indeks Keanekaragaman dan
terdapat pada Tipulidae dengan nilai Kemerataan jenis serangga pada
KM = 275 dan KR = 19,69% sedangkan masing-masing pertanaman dapat
yang terendah terdapat pada dilihat pada Tabel 2.
Anthocoridae dan Chrysomelidae Nilai indeks keanekaragaman pada
dengan nilai KM = 14 dan KR = 1 %. pertanaman bawang merah semi organik
Pada pengamatan pertanaman adalah H’= 2,827 dan pertanaman
bawang merah konvensional diketahui bawang merah konvensional adalah H’=
bahwa nilai kerapatan mutlak dan 2,637 Hal ini menunjukkan bahwa
kerapatan relatif tertinggi terdapat pada keanekargaman serangga pada
famili Tipulidae dengan nilai KM = 216 lingkungan pertanaman tersebut
dan KR = 21,41% sedangkan nilai terbilang sedang, namun sudah
terendah adalah Anthocoridae nilai KM mendekati tinggi karena H’= 1-3 adalah
= 9 dan KR = 0,89%. Adapun KM total kondisi lingkungan sedang. Menurut
pada pertanaman semi organik adalah Michael (1995) bila H’ 1-3 berarti
1397 sedangkan KM total pertanaman keanekaragaman serangga sedang yaitu
konvensional adalah 1009. Lebih mengarah hampir baik dimana
rendahnya KM total pada pertanaman keberadaan hama dan musuh alami
konvensional disebabkan ketidak- hampir seimbang.
hadiran beberapa serangga seperti Penyebab perbedaan nilai indeks
Drosophilidae, Erebidae dan keanekaragaman pada kedua
Chrysomelidae. Hal ini disebabkan pertanaman adalah adanya perbedaan
penggunaan aplkasi pestisida secara teknik budidaya yang dilakukan. Pada
terjadwal pada pertanaman pertanaman semi organik media tanam
konvensional sehingga mengakibatkan diolah dengan menggunakan bahan-
penurunan jumlah serangga secara bahan organik, tanpa ada tambahan
individu. pupuk anorganik, sebaliknya pada
Pemberian pestisida yang tidak pertanaman konvensional dilakukan
tepat sasaran dapat menyebabkan aplikasi pestisida kimia dengan waktu
penurunan pada populasi serangga. yang sudah terjadwal pada setiap
Penggunaan pestisida yang tidak minggunya dan media tanam
memenuhi petunjuk yang dianjurkan diaplikasikan pupuk anorganik.
tidak hanya membunuh serangga hama, Sehingga hal ini menyebabkan
namun dapat mengakibatkan perbedaan keanekaragaman dan jenis
terbunuhnya musuh-musuh alami famili serangga yang mengunjunginya.
seperti parasit dan predator. Menurut Croft (1990) meyatakan bahwa predator
Kartohadjono (2011) aplikasi dan parasitoid mempunyai jumlah besar
insektisida efektif mengendalikan hama dalam komunitas fauna pada sebagian
secara parsial, tetapi secara bersamaan besar agroekosistem. Jadi pengaruh
juga membunuh predator parasitoid samping dari penggunaan pestisida
yang sebenarnya berpotensi sebagai secara langsung maupun tidak langsung
pengendali hama secara hayati. menyebabkan perubahan yang
signifikan pada kuantitas energi dan
aliran nutrisi di ekosistem.

273
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO :2356-
4725 Vol.5. No.2. Agustus 2018 (33) 268- 275

Tabel 2. Nilai indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis serangga

Pengamatan Semi Organik Konvensional


H' 2,827 2,637
E' 0,716 0,711
C 0,084 0,105
Berkurangnya jumlah dan jenis populasi dalam suatu famili tidak
fauna akibat aplikasi pestisida mendominasi populasi famili lainnya,
menyebabkan keragaman fauna di lahan sebaliknya kemerataan cenderung
yang tidak diaplikasi pestisida lebih rendah apabila suatu famili memiliki
tinggi dibandingkan lahan yang jumlah populasi yang mendominasi
diaplikasi pestisida, yang terlihat dari jumlah populasi lain.
nilai indeks keragaman (H’). Pielou Indeks Dominansi pada
(1975) menyatakan bahwa stabilitas pertanaman bawang merah semi organik
lingkungan yang tinggi didahului oleh pada adalah 0,084. Indeks dominansi
tingginya keanekaragaman. Suatu pertanaman bawang merah
komunitas yang lebih kompleks, lebih konvensional adalah 0,105. Indeks
tinggi kestabilan sistem komunitasnya, dominansi terbaik adalah pada
sehingga keanekaragaman yang tinggi pertanaman semi organik. Indeks
akan menyebabkan tingginya stabilitas dominansi jenis (C) menggambarkan
komunitas. pola dominansi suatu jenis terhadap
Nilai indeks kemerataan jenis jenis lainnya dalam komunitas suatu
serangga (E’) pada tanaman bawang pertanaman. Nilai C berkisar 0-1, di
merah semi organik adalah 0,716 dan mana semakin tinggi nilai C
pada pertanaman bawang merah menggambarkan pola penguasaan
konvensional nilai indeks kemerataan terpusat pada jenis jenis tertentu saja,
jenis serangga (E’) adalah 0,711 yang sebaliknya semakin rendah nilai C
menunjukkan bahwa kemerataan jenis menggambarkan pola penguasaan jenis-
serangga pada lingkungan pertanaman jenis dalam komunitas tersebut relatif
ini tinggi karena E’ > 0,6 maka menyebar pada masing-masing jenis.
kemerataan tinggi. Hal ini menunjukkan Odum (1993) menyatakan nilai indeks
keadaan ekosistem lahan dalam keadaan dominansi yang mendekati 0 berarti
baik. Sesuai pernyataan Odum (1996) hampir tidak ada dominansi oleh suatu
menyatakan bahwa nilai kemerataan spesies dalam komunitas. Nilai indeks
(E’) berkisar antara 0 dan 1 yang mana dominansi yang mendekati 1 berarti ada
jika nilai kemerataan semakin dominansi oleh suatu spesies dalam
mendekati 1 maka menggambarkan komunitas tersebut.
suatu keadaan dimana semua spesies
cukup melimpah. SIMPULAN
Penyebab tingginya kemerataan
jenis serangga pada pertanaman bawang Terdapat perbedaan keanekaraga
merah organik dan konvensional man jenis serangga yang berbeda pada
disebabkan karena tidak ada jenis famili pertanaman bawang merah organik dan
yang jumlahnya sangat mendominasi. konvensional di dataran tinggi Balige.
Hal ini sesuai dengan Oka (1994) yang Nilai indeks keanekaragaman serangga
menyatakan bahwa nilai kemerataan Shanon-Weiner (H’) pada pertanaman
akan cenderung tinggi bila jumlah bawang merah semi organik lebih tinggi

274
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO :2356-
4725 Vol.5. No.2. Agustus 2018 (33) 268- 275

yaitu 2,827 (sedang) dibandingkan pada Kentang. Prosiding Seminar


dengan pertanaman bawang merah Nasional Peranan Entomologi
konvensional yaitu 2,637 (sedang). dalam Pengendalian Hama yang
Ramah Lingkungan dan
DAFTAR PUSTAKA Ekonomis. PEI Cabang Bogor
Odum EP. 1998. Dasar-dasar Ekologi.
Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah
1996. Pengenalan Pelajaran Mada University Press.
Serangga. Edisi Keenam. Oka IN. 1994. Pengendalian Hama
Penerjemah drh. Soetiyono Terpadu dan Implementasinya di
Partosoejono, MSc. Yogyakarta: Indonesia. Yogyakarta: UGM.
Gadjah Mada University Press. Pielou EC. 1975. Ecological Diversity.
Christian W, Gottsberge G. 2002. New York: John Wiley & Sons,
Diversity Preys in Crop Inc.
Pollination. Crop Science 40(5): Untung K, Sudomo M. 1997.
1209-1222. Pengelolaan Serangga Secara
Croft BA. 1990. Arthropod Biological Berkelanjutan. Makalah Pada
Control Agents and Pesticides. Simposium Entomologi Bandung,
New York: John Wiley & Sons, 24-26 Juni 1996. 13 hal.
Inc. Untung K. 2006. Pengantar
Gustilin. 2008. www.infonetbiovision.o Pengelolaan Hama Terpadu.
rg. https://www.infonetbiovision.o Yogyakarta: Universitas Gadjah
rg/plant_pests. Mada Press.
Heinz KM, Parella MP, Newman JP. Wulandari A, Purnomo D, Supriyono.
1982. Time efficient used of 2014. Potensi Biji Botani Bawang
yellow sticky trap in monitoring Merah (True Shallot Seed)
insect population. J. Econom. Sebagai Bahan Tanam Budidaya.
Entomol 1(2):1-7.
Kadi BSK. 2014. Organisme Penggang
gu Tanaman. Yogyakarta: Univ.
Negeri Yogyakarta.
Kalshoven LGE. 1981. Pest of Crops.
Indonesia. Jakarta: PT Ichtiar
Baru-Van Hoeve.
Kartohadjono A. 2011. Penggunaan
Musuh Alami Sebagai Komponen
Pengendalian Hama Padi Berbasis
Ekologi. Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi. Pengembangan
Inovasi Pertanian 4(1):29-46
Michael P. 1995. Metode Ekologi Untuk
Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. Jakarta: Univ.
Indonesia Press.
Nurdin F, Syafril, Nusyirwan H. dan
Yulimasni. 1999. Efektivitas
perangkap kuning dalam hama
lalat korok daun (Liriomyza spp)

275
Jurnal Pertanian Tropik ISSN NO :2356-
4725 Vol.5. No.2. Agustus 2018 (33) 268- 275

276

You might also like