Konsep Islam Wasathiyah Sebagai Wujud Islam Rahmat
Konsep Islam Wasathiyah Sebagai Wujud Islam Rahmat
Konsep Islam Wasathiyah Sebagai Wujud Islam Rahmat
Abstract
The one of anxieties facing Muslims is about acts of violence in the name of Islam. Qur'an has
mentioned that the Prophet was sent on earth as a mercy (rahmah) to the universe, and then the
“rahmah” in question is to be implemented as such? Indonesia as a country with the largest
Muslim population in the world is famous for Islam that is able to merge with the diversity of
race, religion and culture. One of the things that influenced one of them is the existence of the
largest Islamic organization in Indonesia NU and Muhammadiyah who always try to show Islam
wasathiyah and rahmah. The existence of NU and Muahammadiyah is believed to be a great
support to the peace of Indonesia with all its diversity. This paper is intended to further explore
the concept of wasathiyah NU and Muhammadiyah in an effort to realize a peaceful Islam in
Indonesia. The research method used is literature research using resources such as bo oks, journal
articles and mass media to analyze the concept of Islamic organization NU and Muhammadiyah.
The results show that NU and Muhammadiyah carry the same concept to show the peaceful face
of Islam that can unite with the differences. This is evidenced by the concept brought by each of
both Islam Nusantara and Islam berkemajuan.
Abstrak
Salah satu kecemasan yang dihadapi umat Islam adalah tentang tindakan kekerasan atas nama
Islam. Al-Qur'an telah menyebutkan bahwa Nabi diutus ke bumi sebagai rahmat (rahmah) ke
alam semesta, kemudian "rahmah" yang dimaksud tersebut harus diimplementasikan seperti
apa? Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia terkenal dengan Islam
yang mampu menyatu dengan keragaman ras, agama dan budaya. Salah satu hal yang
mempengaruhi salah satunya adalah keberadaan organisasi Islam terbesar di Indonesia NU dan
Muhammadiyah yang selalu berusaha menunjukkan Islam wasathiyah dan rahmah . Keberadaan
NU dan Muahammadiyah diyakini sebagai dukungan besar bagi perdamaian Indonesia denga n
segala keanekaragamannya. Tulisam ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi konsep
wasathiyah NU dan Muhammadiyah dalam upaya mewujudkan Islam yang damai di Indon esia.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan
sumber-sumber seperti buku, artikel jurnal dan media massa untuk menganalisis konsep
organisasi Islam NU dan Muhammadiyah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NU dan
Muhammadiyah mengusung konsep yang sama, yaitu untuk menunjukkan wajah damai Islam
yang dapat menyatu dengan perbedaan. Ini dibuktikan dengan konsep yang diusung oleh
masing-masing keduanya, yaitu Islam Nusantara dan Islam berkemajuan.
Kata Kunci,: Islam, Islam damai, NU, Muhammadiyah, Wasathiyah.
PENDAHULUAN
Kekerasan atas nama agama terjadi di berbagai negara di dunia, tak
terkecuali di Indonesia. Fakta yang menjadi perhatian bersama adalah bahwa
kekerasan yang sering terjadi tersebut mengatasnamakan Islam sebagai
agama yang mendukung perilaku tak bermoral tersebut. Peristiwa yang belum
lama terjadi di Indonesia pada tahun 2018 adalah peledakan bom bunuh diri
di gereja dan markas polisi di Surabaya. Peristiwa yang terjadi tersebut
seakan-akan sudah menjadi sebuah pemahaman bersama bahwa muslim lah
yang menjadi pelaku aksi terorisme tersebut. Sebuah pertanyaan besar bagi
umat manusia, khususnya umat Islam itu sendiri, apakah aksi yang
menghilangkan banyak nyawa manusia dan menimbulkan kerusakan terseb ut
dibenarkan oleh Islam, sedangkan Islam secara akar kata bermakna “selamat”
mengharapkan umatnya untuk membuat kerusakan yang membabi buta?
1 Anzar Abdullah, Gerakan Radikalisme dalam Islam, Jurnal Addin Vol.10, No. 1
(Februari 2016).
dan karena itu Nabi Muhammad sebagai wujud dari ajaran agama Islamm itu
sendiri memiliki akhlak Al Quran, sebagaimana dilukiskan oleh Aisyah R.A.
2 M. Quraish Shihab, Tafsir Al misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al Quran, volume
8, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 518-520.
3http://www.suaramuhammadiyah.id/2018/03/12/din -syamsuddin-ajak-ulama-
ini tidak lain dan tidak bukan adalah Islam yang membawa perdamaian,
mengajak kemajuan tanpa memusuhi perbedaan sebagai pewaris ajaran Nabi
Muhammad yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta.
Atas dasar itulah, tulisan ini ditulis dengan tujuan melihat konsep Islam
wasathiyah yang diusung NU dan Muhammadiyah dalam konteks ukhuwah
kebangsaan sebagai upaya menghadirkan Islam yang damai. Kajian ini
merupakan penelitian pustaka yang memanfaatkan sumber seperti buku,
artikel jurnal dan media masa untuk menganalisis konsep keislaman
organisasi NU dan Muhammadiyah, khususnya terkait moderatisme Islam di
negara mayoritas muslim ini.
اس َويَكُو َن ا
ٱلرسُو ُل ِ َوكَ َٰذَلِكَ َجعَ ۡل َٰنَكُ ۡم أ ُ ام ٗة َوسَ ٗطا لِتَكُونُواْ شُ َهدَآ َء عَلَى ٱلنا
ٱلرسُو َلعَلَ ۡيكُ ۡم شَ ِهيد ۗٗا َو َما َجعَ ۡلنَا ۡٱلقِ ۡبلَةَ ٱلاتِي كُنتَ عَلَ ۡي َها ٓ إِ اَّل لِنَ ۡعلَ َم َمن يَتابِ ُع ا
ُ ۗ يرةً ِإ اَّل عَلَى ٱلاذِي َن هَدَى ا
ٱّلل َو َما كَا َن َ ِب عَلَ َٰى عَقِبَ ۡي ِۚ ِه َو ِإن كَان َۡت لَكَب ُ ِِم امن يَنقَل
١٤٣ يمٞ وف ار ِح ٞ اس لَ َر ُء َ ُضي َع ِإي َٰ َمنَكُ ِۡۚم ِإ ان ا
ِ ٱّلل ِبٱلنا ِ ٱّلل لِي
ُا
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang
adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak
menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi
orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
kepada manusia” (Q.S Al Baqarah:143).
5 Abd. Malik Usman, Islam Rahmah dan Wasathiyah: Paradigma Keberislaman Inklusif,
Toleran dan Damai, Jurnal Humanika Vol. 15, No, 1 (September 2015).
menjadikan seseorang dapat dilihat oleh siapa pun dalam penjuru yang
berbeda, dan ketika itu ia dapat menjadi teladan bagi semua pihak. 6
6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al Quran, volume
1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 346.
7Abd. Malik Usman, Islam Rahmah dan Wasathiyah: Paradigma Keberislaman Inklusif,
Toleran dan Damai, Jurnal Humanika Vol. 15, No, 1 (September 2015).
8 Ibid.,
96 | Zainun Wafiqatun Niam
Di awal pendiriannya, para tokoh dua organisasi ini memang acap kali
terlibat polemik panas perihal masalah-masalah furu‘iyyah. Masalah niat
diucapkan ataukah tidak, qunut, tahlilan, dan sebagainya, menjadi bahan
perdebatan yang tak berkesudahan. Untungnya, polemik ini hanyalah berhenti
pada tataran diskursus saja, dan tidak berimbas pada aksi anarki. Munculnya
kesadaran akan pentingnya semangat ukhuwah Islamiyah, persatuan dan
kesatuan semakin tumbuh ketika mereka dihadapkan pada penjajahan dan
kolonialisme, khususnya Belanda dan Jepang. Dalam forum-forum politik
seperti Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan kemudian Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi).10
10 Ibid.,
jama’ah (aswaja). Dalam kajian aliran ilmu kalam (teologi), aswaja dikenal
sebagai paham yang berdiri di antara dua ekstremitas paham Muktazilah dan
Khawarij, antara Qadariyah dan Jabbariyah. Kelompok Muktazilah dan
Qadariyah memiliki karakteristik rasionalis-liberal, sedangkan kelompok
Khawarij dan Jabbariyah mempunyai kekhasan sebagai kelompok
tradisionalis-literalis. Sementara itu, dalam bidang fiqh, jika NU lebih memilih
mazhab Syafi’i sebagai kiblat rujukan doktrin keagamaannya, maka
Muhammadiyah lebih memilih untuk tidak memihak kepada salah satu
mazhab fiqh yang ada. Sikap ini bukan berarti menunjukkan Muhammadiyah
sebagai gerakan anti mazhab, tetapi sebagai penegasan untuk mendapatkan
referensi yang lebih luas dan sejati, langsung dari sumbernya yaitu Alquran
dan al-Sunah al-maqbulah. Keputusan untuk tidak bermazhab juga didorong
oleh idealisasi generasi awal Islam sebagai generasi terbaik yang tidak
terkotak-kotak oleh perbedaan-perbedaan mazhab.
12https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180324010536-32-285533/nu-dan-
dengan visi dan misi perdamaian di atas keberagaman, maka dua prinsip yang
dibawa oleh masing-masing ormas tersebut menjadi pembahasan yang
penting untuk ditelaah. Dua konsep tersebut adalah Islam Nusantara yang
diemban oleh NU dan Islam berkemajuan oleh Muhammadiyah.
15 Alma’arif, Islam Nusantara: Studi Epistemologis dan Kritis, Jurnal Analisis: Jurnal
Studi Keislaman, Vol. 15, No.2 (Desember 2015).
16 Khabibi Muhammad Luthfi, Islam Nusantara: Relasi Islam dan Budaya Lokal , Jurnal
Shahih Vol.1, No.1 (Januari-Juni 2016). ISSN: 2527-8118 (p); 2527-8126 (e) LP2M IAIN
Surakarta.
Di dalam Islam Nusantara itu sendiri terdapat ruh atau spirit yang
dalam, dan beberapa spirit tersebut harus dipertahankan dan dijaga baik-baik.
Di antara spirit positif tersebut adalah: 17
Teks Al Quran maupun hadis turun di abad ke-7 dengan kondisi teks
yang tidak berubah hingga sekarang. Akan tetapi kehidupan dan
kebudayaan masyarakat berbeda dari tahun ke tahun hingga abad ke abad.
Baik dari tingkat pengetahuan, perangkat-perangkat saintifik, problem-
problem sosial, ekonomi, politik serta problematika pengetahuan. Semua
akan membaca teks dalam kerangka tingkat pengetahuan dan problematika
tersebut di atas yang membatasinya. Mereka mendapati atau memahami
dalam ayat tentang hal-hal yang tidak didapati orang lain. Hal ini
menegaskan bahwa teks mengandung “karakter kehidupan”, memiliki
“kondisi berada” (kainunah) pada dirinya, dan mengandung “kondisi
berproses” (sayrurah) dan “kondisi menjadi (shayrurah)” untuk lainnya.
Oleh karena itu, teks itu tetap sedangkan kandungan makna makna akan
bergerak terus menerus sesuai dengan masa yang dihadapi manusia”, dan
17 Alma’arif, Islam Nusantara: Studi Epistemologis dan Kritis, Jurnal Analisis: Jurnal
18 Muhammad Guntur Romli, “Islam Kita Islam Nusantara: Lima Nilai Dasar Islam
keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Islam yang
menjunjung tinggi kemuliaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan,
Islam yang menggelorakan misi anti kekerasan, anti penindasan, anti
keterbelakangan, dan anti dari segala bentuk pengrusakan di muka bumi,
penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi
alam dan sebagainya.19
PENUTUP
Dengan melihat konsep dan sikap yang ditunjukkan oleh NU dan
Muhammadiyah di atas, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa kedua ormas
tersebut bersama-sama mempunyai keinginan untuk terus menampilkan
Islam yang damai. Yaitu Islam yang mampu berinteraksi dengan keberagaman
21 Ibid.,
104 | Zainun Wafiqatun Niam
Indonesia, baik suku, ras maupun agama. Maka kita dapat katakan bahwa NU
dan Muhammadiyah telah menampilkan Islam yang wasathiyah dan ramah,
yang dapat menjadi penengah di antara arus kiri dan kanan model
keberagamaan Islam di Indonesia. Keduanya mampu untuk menjadikan Islam
sebagai agama yang inklusif, humais dan toleran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Anzar, Gerakan Radikalisme dalam Islam, Jurnal Addin Vol.10, No. 1
(Februari 2016).
http://www.suaramuhammadiyah.id/2018/03/12/din-syamsuddin-ajak-
ulama- dunia- kembangkan-islam-wasathiyah/, diakses 28 mei 2018 (diakses
22 Mei 2018)
https://news.okezone.com/read/2018/03/26/337/1878060/pertemuan -
nu- muhammadiyah-sebagai-konsolidasi-kebangsaan-yang-perlu-terus-
digalang (diakses pada 1 Juni 2018)
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180324010536-32-
285533/nu-dan- muhammadiyah-sepakat-jaga-persatuan-di-tahun-
politik (diakses pada 23 Mei 2018)
https://www.liputan6.com/news/read/3400310/nu-muhammadiyah-
indonesia- negara- beriman-dan bertakwa-tak-akan-runtuh (diakes
pada 23 Mei 2018).
https://www.merdeka.com/peristiwa/said-aqil-harap-ktt-ulama-sedunia-di-
bogor- kerjasama-negara-islam.html (diakses 22 Mei 2018)
Luthfi, Khabibi Muhammad, Islam Nusantara: Relasi Islam dan Budaya Lokal,
Jurnal Shahih Vol.1, No.1 (Januari-Juni 2016). ISSN: 2527-8118 (p);
2527- 8126 (e) LP2M IAIN Surakarta
Romli, Muhammad Guntur,“Islam Kita Islam Nusantara: Lima Nilai Dasar Islam
Nusantara”, Tangerang: Ciputat School, 2016.