Pengaruh Bahan Pengekstrak Dan Tingkat Kadar Air Terhadap Viabilitas Dan Vigor Benih Kakao (Theobroma Cacao L.)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

PENGARUH BAHAN PENGEKSTRAK DAN TINGKAT KADAR AIR TERHADAP

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.)

Effect of Extracted Material and Water Level Rate to Viability and Vigor of Cacao Seed
(Theobroma cacao L.)

Suldahna1, Hasanuddin2, Erida Nurahmi2*


1
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala
2
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalam
23111
*)
Email Korespondensi :

ABSTRACT

This research is intended to determine the effect of extracting materials and


appropriate levels of water content on cocoa seeds, and whether or not there are any
differences between the viability and the vigor of cocoa beans. The research was conducted at
the Laboratory of Seed Science and Technology of the Faculty of Agriculture of Syiah Kuala
University. The experimental design used was Completely Randomized Design of 3 x 3
factorial pattern with 3 x replications, so there were 9 treatment combinations and 27
experimental units. The factors studied were extracts consisting of 3 levels, namely: husk ash,
sawdust and whiting and three levels of air three levels, namely: 30%, 25%, and 15%.
Measurable benchmarks include Growing Potential (PT), Growing Power (DB), Vigor Index
(IV), Growth Rate (KCT), Growth Unity (KST), Time Required to Achieve 50% of Total
Relative Germination (T50) and Normal Dry Sprout Weight (BKKN). The results of this study
showed that extracting foods are very strong on the viability and strength of the cocoa seeds,
which is balanced by the growth potential benchmarks (PT), power growth (DB), growth rate
(KCT), growing lavency (KST), the time required to achieve 50% germination total (T50),
vigor index (IV) and normal germination weight (BKKN). Meanwhile, fertility rate grew
(KST), time needed to reach 50% total relative germination (T50), spirit index (IV) and
normal dried germination (BKKN). The results of this study can be concluded that there is a
very real interaction between the treatment of extracting materials with cocoa beans content
levels. The interaction between sawdust and 30% moisture content is the best combination.
Reproduction extracting materials to the effectiveness of increasing viability and vigor of
cocoa seeds. The best extraction material is found in the sawdust extracting material. The
degree of air hardness to the strength of increased viability and strength of cocoa seed. The
best levels of cocoa seed air are found at 30%.

Keywords: cocoa, extract, seed

PENDAHULUAN Tengah dan bagian tengah Amerika


Kakao (Theobroma cacao L.) Selatan tepatnya pada wilayah 180 LU-150
merupakan tanaman perkebunan yang LS. Usaha pengembangan kakao mulanya
tergolong kedalam famili Sterculiaceae dirintis oleh bangsa Spanyol ke Benua
dari genus Theobroma. Tanaman ini Afrika dan Asia. Di Indonesia, tanaman
berasal dari hutan hujan tropis Amerika kakao di introduksi melalui Filipina ke

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 58


Sulawesi Utara dan sudah dikenal sejak Pada saat masak fisiologis maupun masak
1560. Tahun 1806, usaha perluasan kakao morfologis kandungan air benih masih
dimulai lagi di Jawa Timur dan Jawa sangat tinggi, benih diselimuti oleh pulp
Tengah (Siregar et al. 2010). yang saling melekat pada ruang-ruang
Perhatian pemerintah terhadap usaha tempat biji tersusun yang mengandung
tani kakao sangat besar, berbagai usaha bahan yang bersifat inhibitor.
telah dilaksanakan untuk perkebunan Zat penghambat perkecambahan
kakao seperti perluasan areal dan (inhibitor) yang menyelimuti permukaan
perbaikan teknik budidaya. Tanaman benih harus dihilangkan lebih dahulu
kakao sangat sesuai untuk dijadikan sebelum dikeringkan (Kuswanto 2005).
perkebunan rakyat, karena mampu Sutopo (2002) juga menyebutkan bahwa
berbunga dan berbuah sepanjang tahun, banyak zat yang diketahui dapat
sehingga dapat menjadi sumber pendapatan menghambat perkecambahan salah satunya
harian atau mingguan bagi pekebun, hal ini adalah pulp, yakni cairan buah yang
juga didukung permintaan pasar didalam melapisi biji. Untuk itu perlu dicari cara
negeri yang semakin besar seiring dengan untuk memisahkan benih dari daging
terus berkembangnya sektor agroindustri buahnya sehingga diperoleh benih yang
(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao bermutu baik. Pemisahan daging buah ini
Indonesia 2004). dapat dilakukan dengan bahan
Kakao paling terkenal dengan produk pengekstrak.
turunannya, berupa coklat. Produk-produk Perlakuan bahan pengekstrak pada
ini dikonsumsi di seluruh dunia, diminati daging benih bertujuan untuk mendapatkan
karena rasa yang unik dan aroma yang benih yang bermutu, selain itu juga dapat
tidak bisa digantikan oleh produk tanaman mengendalikan serangan hama dan
lainnya. Kakao merupakan sumber penyakit. Daging yang menyelimuti biji
makanan yang kaya polivenol dan merupakan media yang baik bagi
memiliki aktivitas antioksidan tinggi dari perkembangbiakan mikroorganisme seperti
pada teh dan anggur merah. Beberapa efek tumbuhnya jamur dan serangan semut. Jika
menguntungkan dari polivenol adalah daging buah tidak dibersihkan akan
seperti anti-karsinogenik, anti-aterogenik, menjadi tempat yang baik bagi
anti-maag, anti-trombotik, anti-inflamasi, perkembangan mikroorganisme dan
kekebalan modulasi, anti-mikroba, efek mempercepat kerusakan serta kemunduran
vasodilatasi dan analgesik (Hii et al. 2009). benih. Sukarman dan Rusmin (2002)
Sehubungan dengan meningkatnya mengemukakan bahwa ekstraksi dilakukan
permintaan kakao dunia akibat terus segera setelah buah dipanen supaya benih
meningkatnya kebutuhan, Indonesia terus tidak terinfeksi cendawan maupun
berupaya meningkatkan produksi dan terserang serangga.
ekspor kakao. Upaya peningkatan produksi Benih kakao dapat rusak bila tidak
dilakukan dengan berbagai cara di segera dihilangkan cairan pulpnya.
antaranya penanaman areal baru dan Pembuangan pulp (ekstraksi) yang
peremajaan. Perluasan dan peremajaan menempel pada biji kakao dapat dilakukan
tanaman kakao tersebut memerlukan benih dengan beberapa cara antara lain
berkualitas dalam jumlah besar (Pusat menggosok benih dengan pasir dan serbuk
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia gergaji. Cara lain biasa juga digunakan
2004). dengan merendam biji selama 20 menit
Salah satu kendala penting dalam didalam air kapur (25 g / L air), kemudian
rangka penyediaan benih berkualitas digosok dengan tangan sehingga pulp akan
adalah bahwa benih kakao merupakan mudah dilepas (Siregar et al. 2002).
benih yang berdaging juga berair (pulp).

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 59


Hasil penelitian sebelumnya rendah. Chin (1990), mengemukakan
menunjukkan bahwa perlakuan ekstraksi bahwa benih kakao mempunyai kadar air
selain mampu menghindari benih dari kritis yang relatif tinggi, apabila kadar air
serangan cendawan, juga mampu benih diturunkan sampai di bawah kadar
mempertahankan viabilitas benih air kritis (12% - 31%) dapat menyebabkan
dibandingkan dengan benih tanpa viabilitas benih kakao menurun dengan
perlakuan ekstraksi (Supianti 2000). cepat, bahkan dapat menyebabkan
Hilangnya lendir dari benih menjadikan kematian. Penurunan tingkat kadar air
kulit benih menjadi permeabel terhadap air benih kakao dapat menyebabkan
dan oksigen sehingga dapat meningkatkan deteriorasi. Terjadinya deteriorasi benih
viabilitas dan vigor benih. Air dan oksigen diduga akibat adanya degradasi mekanisme
merupakan syarat utama untuk pemicu perkecambahan internal di dalam
perkecambahan. Pranoto et al. (1990) benih. Penurunan aktivitas metabolisme
menyatakan bahwa air merupakan pada benih yang mundur menyebabkan
kebutuhan dasar yang utama untuk viabilitasnya menurun. Secara fisiologis,
perkecambahan, fungsi air adalah untuk terjadinya deteriorasi akibat kadar air
melunakkan kulit benih, mengencerkan terindikasi melalui menurunnya daya
protoplasma sehingga terjadi proses-proses kecambah (Robi 1996) sedangkan secara
metabolit di dalam benih dan biokimia dapat terlihat dari meningkatnya
mentranslokasikan cadangan makanan ke kebocoran membran (Winarsih 1994).
titik tumbuh yang diperlukan. Bewley dan Black (1994)
Dengan demikian sebelum benih mengemukakan bahwa penurunan kadar air
dikeringkan pulp yang ada harus benih yang cukup tinggi akan
dihilangkan terlebih dahulu sebelum menyebabkan terjadinya pengeringan di
digunakan yaitu dengan menggunakan air bagian embrio sehingga menekan aktivitas
kapur, pasir, serta arang sekam kemudian ribosom dalam mensintesis protein
benih dicuci dengan air hingga bersih dan sehingga viabilitasnya menurun. Kadar air
bebas dari lendir (Kuswanto 2005). yang terlalu rendah akan mengakibatkan
Selain masalah di atas tersebut hal kerusakan komponen sub seluler yaitu
terpenting dalam rangka penyediaan benih perubahan struktur enzim, struktur protein
berkualitas adalah bahwa benih kakao dan penurunan integritas membran sel.
merupakan benih rekalsitran. Benih Permasalahan pada benih
rekalsitran bersifat tidak tahan jika rekalsitran bukan hanya pada kadar air
dikeringkan dan peka terhadap suhu dan rendah, kadar air yang tinggi dapat pula
kelembaban yang rendah. Kondisi tersebut menimbulkan kerusakan pada benih.
dapat menyebabkan benih kakao Kandungan air yang tinggi pada benih
mengalami kerusakan akibat kontaminasi rekalsitran menyebabkan benih tersebut
mikrobial, benih berkecambah selama peka terhadap desikasi dan chilling injury.
penyimpanan dan kekurangan oksigen. Kandungan air yang terlalu tinggi dapat
Selain itu, pengeringan juga dapat menimbulkan kerusakan apabila disimpan
menyebabkan kerusakan benih (King dan pada suhu di bawah nol. Suhu tersebut
Roberts 1979). Karakteristik ini menyebabkan terjadinya freezing
menyebabkan benih kakao mengalami injury dan pembentukan kristal es dalam
penurunan kualitas dengan cepat bila kadar sitoplasma sel (Copeland dan McDonald
air benih turunan melampaui batas kadar 1995).
air kritisnya. Benih kakao memiliki kadar air
Kematian dan kemunduran benih serta kandungan lemak yang tinggi yaitu
rekalsitran dapat disebabkan karena lemak nabati sekitar 50 % yang terdiri dari
penurunan tingkat kadar air yang relatif 7 macam asam lemak yaitu asam palmitat

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 60


24.8%, stearat 33.0%, oleat 33.1%, linoleat UAH (Upper Amazone Hybrid), diperoleh
3.2%, arakhidonat 0.8%, sehingga bila dari kebun rakyat Desa Lamtamot
diturunkan kadar airnya maka proses Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten
respirasi akan berjalan sangat cepat Aceh Besar. Kantong benih untuk
sehingga cadangan makanan akan habis, membalut benih di dalam wadah stoples
yang mengakibatkan embrio mati dan juga pada saat menurunkan kadar air benih
kandungan lemak akan teroksidasi kakao. Silica gel untuk menurunkan tingkat
sehingga menyebabkan kematian benih kadar air benih kakao. Pasir sebagai media
(Katriani 2010). perkecambahan. Arang sekam, serbuk
Mengingat benih kakao merupakan gergaji dan kapur sirih untuk mengekstrak
salah satu jenis benih rekalsitran benih kakao. Pestisida Delsen MX-200
dan besarnya pengaruh kadar air pada dengan konsentrasi 3 g/ L air.
benih rekalsitran maka perlu diketahui Alat –alat yang digunakan adalah:
tingkat kadar air pada benih kakao. Grainer-11 untuk mengukur tingkat kadar
Tingkatan kadar air benih akan merupakan air benih, timbangan analitik untuk
petunjuk dalam mengelola benih menimbang berat kering kecambah normal,
rekalsitran tersebut. Dengan mengetahui stoples sebagai wadah pada saat
dinamika tersebut maka penanganan pada menurunkan kadar air benih kakao. Pisau
benih akan lebih mudah. untuk membelah buah kakao pada saat
Pengujian benih ditujukan untuk pengambilan biji, baskom plastik
mengetahui mutu atau kualitas benih. digunakan sebagai wadah ekstraksi benih
Informasi tersebut tentunya akan sangat kakao, wadah perkecambahan untuk
bermanfaat bagi produsen, penjual maupun perkecambahan benih, hand sprayer untuk
konsumen benih. Karena mereka bisa menyiram benih setelah penanaman dan
memperoleh keterangan yang dapat selotip sebagai perekat untuk melapisi
dipercaya tentang mutu atau kualitas dari stoples agar kedap udara serta ayakan 8
suatu benih. Berdasarkan uraian diatas, mess.
maka perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai bahan pengekstrak yang Pelaksanaan Penelitian
sesuai dengan kadar air yang berbeda Penelitian ini menggunakan
terhadap viabilitas benih kakao. Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola
Penelitian ini bertujuan untuk Faktorial 3 x 3 dengan tiga ulangan yang
mengetahui pengaruh bahan pengekstrak terdiri atas dua faktor yaitu bahan
dan tingkat kadar air yang sesuai pada pengekstrak benih (M) dan tingkat kadar
benih kakao, serta ada tidaknya interaksi air benih ( K ). Bahan pengekstrak benih
antara kedua faktor tersebut terhadap terdiri atas 3 taraf yaitu : M 1 = Arang
viabilitas dan vigor benih kakao. sekam, M 2 = Serbuk gergaji, M 3 =
Kapur sirih sedangkan faktor tingkat kadar
BAHAN DAN METODE PENELITIAN air benih (K) terdiri atas 3 taraf yaitu: K 1
= 30 %, K 2 = 25 %, K 3 =15 %.
Tempat dan Waktu Benih jenis Forastero varietas
Penelitian dilaksanakan di UAH (Upper Amazone Hybrid) yang sudah
laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih matang diambil dari batang utama yang
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala ditandai dengan kulit buah yang telah
Darussalam Banda Aceh. berwarna kuning, jika buah diketuk akan
mengeluarkan suara dan bila buahnya
Bahan dan Alat dibelah pulpnya belum kering karena bila
Bahan yang digunakan dalam pulp telah kering biasanya biji telah
penelitian ini adalah : Benih kakao varietas berkecambah didalam buah (Sunanto,

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 61


2002). Biji diambil dari bagian tengah Pengukuran tingkat kadar air dilakukan
buah, tiap-tiap buah dibagi menjadi tiga dengan menggunakan alat ukur Grainer-
bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung. 11. Media tanam diayak dengan ayakan
Benih yang diambil sebagai bahan tanam berukuran 8 mess dan dimasukkan
yaitu sebanyak 1/3 dari buah pada bagian kedalam wadah perkecambahan setinggi 15
tengah. cm. Benih dikecambahkan sebanyak 25
butir per baskom perkecambahan dengan
Perlakuan Ekstraksi Benih posisi tegak dan bakal radikula (bagian
Eksraksi benih dilakukan dengan besar dari benih) berada pada bagian
cara membelah buah secara membujur bawah. Biji ditanam dengan jarak 3 cm x 5
menggunakan pisau. Pembelahan cm.
dilakukan dengan cara hati-hati agar tidak
merusak benih, kemudian benih Parameter Pengamatan
dikeluarkan dari buahnya. Bahan-bahan Pengamatan dilakukan terhadap
yang digunakan untuk mengekstrak benih viabilitas potensial dan vigor kekuatan
kakao adalah arang sekam, serbuk gergaji tumbuh. Untuk peubah viabilitas potensial
dan kapur sirih. Untuk memisahkan benih digunakan tolok ukur potensi tumbuh,
dari pulpnya dilakukan cara berikut: daya berkecambah dan bobot kering
1. Perlakuan pertama, benih yang masih kecambah normal sedangkan peubah vigor
diselimuti pulp dibersihkan langsung kekuatan tumbuh terdiri atas kecepatan
dengan arang sekam lalu diremas- tumbuh, keserempakan tumbuh, Indeks
remas atau digosok dengan tangan vigor dan T50.
hingga bersih selanjutnya benih dicuci
dengan air dan ditiriskan selama 15 HASIL DAN PEMBAHASAN
menit.
2. Perlakuan kedua, benih dibersihkan Pengaruh Bahan Pengekstrak terhadap
dengan menggunakan serbuk gergaji Viabilitas dan Vigor Benih Kakao
lalu diremas atau digosok dengan Bahan pengekstrak berpengaruh
tangan hingga bersih selanjutnya dicuci sangat nyata terhadap viabilitas dan vigor
dengan air dan ditiriskan selama 15 benih kakao yang diamati berdasarkan
menit. tolok ukur potensi tumbuh (PT), daya
3. Perlakuan ketiga, benih direndam berkecambah (DB), kecepatan tumbuh
dengan air kapur 25 g / L air selama 20 (KCT), keserampakan tumbuh (KST), waktu
menit lalu, dicuci dengan air hingga yang dibutuhkan untuk mencapai 50% dari
bersih dan ditiriskan selama 15 menit. total perkecambahan relatif (T50), indeks
vigor (IV), dan berat kering kecambah
Penentuan Kadar Air Benih Kakao normal (BKKN). Rata-rata tolok ukur
Penentuan tingkat kadar air benih yang dapat diamati pada perlakuan bahan
dilakukan dengan menurunkan kandungan pengekstrak dapat dilihat pada Tabel 1.
air benih pada taraf 30%, 25% dan 15%. Tabel 1. dapat dilihat bahwa
Bahan yang digunakan untuk menurunkan perbedaan bahan pengekstrak diikuti oleh
tingkat kadar air benih adalah silica gel. perbedaan secara signifikan nilai viabilitas
Benih kakao yang telah di ekstrak dan vigor benih kakao berdasarkan tolok
dimasukkan kedalam kantong benih, ukur potensi tumbuh, daya berkecambah,
kantong berisikan benih tersebut indeks vigor, kecepatan tumbuh,
dimasukkan kedalam stoples yang telah keserampakan tumbuh, waktu yang
diisi silica gel sebanyak 200 g/stoples. dibutuhkan untuk mencapai 50% dari total
Kemudian stoples ditutup rapat dan diberi perkecambahan relatif dan berat kering
perekat (selotip) sehingga kedap udara. kecambah normal. Nilai tolok ukur potensi

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 62


tumbuh, daya berkecambah, indeks vigor, (M1) dan kapur sirih (M3) secara statistik
kecepatan tumbuh, keserampakan tumbuh nilainya berbeda. Perbedaan bahan
dan berat kering kecambah normal pengekstrak juga diikuti oleh penurunan
tertinggi diperoleh pada benih yang di waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
ekstrak dengan serbuk gergaji (M2) dengan 50% dari total perkecambahan relatif.
nilai masing-masing potensi tumbuh 61.4 Benih yang diekstraksi dengan serbuk
%, daya berkecambah 53.05%, kecepatan gergaji (M2) menghasilkan waktu yang
tumbuh 10.78% etmal, keserampakan dibutuhkan untuk mencapai 50% dari total
tumbuh 44.24 % etmal, indeks vigor 29.20 perkecambahan relatif nyata lebih singkat
%, dan berat kering kecambah normal di banding benih yang di ekstrak dengan
20.51 gram, apabila dibandingkan dengan menggunakan arang sekam (M1) dan kapur
benih yang di ekstrak dengan bahan sekam sirih (M3).

Tabel 1. Rata-rata tolok ukur viabilitas dan vigor benih kakao pada masing- masing jenis
bahan pengekstrak benih
Tolok Ukur yang Diamati
Perlakuan BKKN
PT DB KCT Kst T50 IV
(gram)
(%) (%) (% etmal) (% etmal) (hari) (%)
59.85 b 45.39 b 9.64 b 32.29 b 23.96 b 20.42 b 25.44b
M1
(67.44) (52.78) 3.34 32.00 (16.49) (16.00) (18.45)
61.4 b 53.05 c 10.78 c 44.24 c 22.95 a 29.20 c 26.93c
M2
(68.00) (62.22) 4.18 50.67 (15.20) (26.67) (20.51)
45.36 a 40.12 a 8.67 a 28.34 a 24.61 c 14.52 a 22.05a
M3
(52.00) (44.89) 2.71 25.33 (17.34) (9.33) (14.09)
BNJ 0.05 6.88 3.06 0.52 3.35 0.50 3.53 1.36
Keterangan :
PT = Potensi Tumbuh DB = Daya Berkecambah
IV = Indeks Vigor KcT = Kecepatan Tumbuh
Kst = Keserampakan tumbuh T50 = Total perkecambahan relatif 50 %
BKKN = Bobot Kering Kecambah Normal

Tingginya nilai potensi tumbuh, dapat meningkatkan viabilitas dan vigor


daya berkecambah, indeks vigor, benih kakako (Pranoto et al. 1990).
kecepatan tumbuh, keserampakan tumbuh, Ekstraksi benih menggunakan arang
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sekam mampu menghilangkan pulp yang
50% dari total perkecambahan relatif dan menempel pada kulit benih namun sisa
berat kering kecambah normal erat pulp sebagian masih menempel dan
kaitannya dengan jenis bahan pengekstrak lengket pada benih meskipun telah dibilas
yang digunakan sehingga mempengaruhi dengan air sehingga mutu fisik benih
mutu fisik benih kakao. Hal ini diduga menjadi kurang baik, namun sudah cukup
karena ekstraksi benih menggunakan baik untuk meningkatkan viabilitas dan
bahan serbuk gergaji menghasilkan benih vigor benih kakao. Sedangkan perlakuan
yang lebih kesat dan bersih dari lendir perendaman benih dalam air
dibanding bahan pengekstrak sekam dan menggunakan kapur sirih belum mampu
kapur sirih. Hilangnya pulp atau lendir menghilangkan lendir yang menempel
yang menyelimuti benih menjadikan benih pada benih kakao dan warna benih kakao
permeabel terhadap oksigen sehingga yang dihasilkan menjadi buram. Benih
kakao yang masih diselimuti oleh lendir

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 63


diperkirakan dapat berpengaruh buruk berdasarkan tolok ukur potensi tumbuh
terhadap perkecambahan sehingga (PT), daya berkecambah (DB), indeks
menurunkan viabilitas vigor benih kakao. vigor (IV), kecepatan tumbuh (KcT),
Hal ini diduga karena masih adanya lendir keserampakan tumbuh (KsT), waktu yang
atau pulp yang menempel pada kulit benih dibutuhkan untuk mencapai 50% dari total
setelah diekstrak sehingga saat penanaman perkecambahan relatif (T50) dan berat
dapat menghambat perkecambahan dan kering kecambah normal (BKKN). ). Rata-
menjadi media mikroorganisme yang rata tolok ukur yang dapat diamati pada
dapat menurunkan viabilitas benih. perlakuan tingkat kadar air benih dapat
Menurut Soetisna et al. (1985), benih dilihat pada Tabel 2.
jeruk yang diselimuti oleh pulp dapat Tabel 2. menunjukkan nilai tolok
menghambat pertukaran gas dan air ukur viabilitas dan vigor benih kakao
didalam benih ke lingkungannya, sehingga berbeda secara statistik karena perbedaan
dapat menghambat perkecambahan. Hasil tingkat kadar air dalam benih yang
penelitian menunjukkan bahwa benih digunakan. Potensi tumbuh, daya
jeruk dapat berkecambah dengan cepat berkecambah, indeks vigor, kecepatan
jika kulit benih jeruk dilepas dari tumbuh, keserampakan tumbuh, waktu
benihnya. yang dibutuhkan untuk mencapai 50% dari
Swarbrick (1965), menyatakan total perkecambahan relatif dan berat
lendir yang mengelilingi benih kakao kering kecambah normal yang memiliki
adalah penghambat perkecambahan. tingkat kadar air 30% (K1) nilainya relatif
Perkecambahan dihambat secara osmotik lebih tinggi dibanding dengan nilai potensi
karena adanya gula dalam lendir (King dan tumbuh, daya berkecambah, indeks vigor,
Roberts 1980). Sementara Ibanez dan kecepatan tumbuh, keserampakan tumbuh,
Cases (1963) menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
perkecambahan benih tidak terjadi 50% dari total perkecambahan relatif dan
disebabkan oleh kerusakan embrio dan berat kering kecambah normal benih yang
gangguan respirasi akibat adanya gula dan memliki tingkat kadar air benih 25% (K2)
alkohol yang terkandung dalam lendir yang dan tingkat kadar air benih 15% (K3). Nila
menyelimuti benih kakao. Gula dan potensi tumbuh, daya berkecambah, indeks
alkohol tersebut adalah laktosa, maltose, vigor, kecepatan tumbuh, keserampakan
isopropanol dan ettyilene glycol. tumbuh, waktu yang dibutuhkan untuk
Bahan pengekstrak berpengaruh mencapai 50% dari total perkecambahan
sangat nyata terhadap tolok ukur potensi relatif dan berat kering kecambah normal
tumbuh, daya berkecambah, indeks vigor secara berurutan adalah 73.48%, 64.36%,
kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, 13.11% etmal, 48.37% etmal, 23.49 hari,
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 31.31%, dan 25.48 gram. Hasil penelitian
50% dari total perkecambahan relatif dan juga menunjukkan bahwa perbedaan
berat kering kecambah normal. Hal ini tingkat kadar air benih juga diikuti oleh
berarti semua tolok ukur viabilitas dan penurunan waktu yang dibutuhkan untuk
vigor benih kakao tersebut sengat peka mencapai 50% dari total perkecambahan
terhadap berbagai jenis bahan pengekstrak relatif. Benih yang memiliki kandungan air
yang digunakan untuk benih kakao. 30 % (K1) menghasilkan waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai 50% dari total
Pengaruh Tingkat Kadar Air Benih perkecambahan relatif nyata lebih singkat
terhadap Viabilitas dan Vigor Benih di banding benih dengan kadar air 25 %
Kakao (K2) maupun dengan kadar air 15 % (K3).
Perbedaan tingkat kadar air benih Nilai T50 pada K1 adalah 15.90 hari,
kakao berpengaruh sangat nyata terhadap statistik nilainya berbeda dengan benih
viabilitas dan vigor benih kakao yang berasal dari K2 dan K3.

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 64


Tabel 2. Rata-rata tolok ukur viabilitas dan vigor benih kakao pada masing-masing tingkat
kadar air
Tolok Ukur Yang Diamati
Perlakuan PT DB KcT KsT T50 % IV BKKN
(%) (%) (% etmal) (% etmal) (hari) (%) (gram)
K1 73.48 b 64.36 c 13.11 c 48.37 c 23.50 a 31.31 c 30.32 c
(88.89) (80.00) (5.19) 55.56 (15.90) (27.56) (25.48)
73.43 b 58.98 b 12.37 b 43.33 b 23.68 a 27.71 b 27.27 b
K2
(87.11) (72.78) (4.62) 47.11 (16.13) (22.67) (20.99)
19.70 a 15.23 a 3.61 a 13.17 a 24.35 b 5.13 a 14.86 a
K3
(11.44) (7.11) (0.41) 5.33 (17.00) (1.78) (6.58)
BNJ0,05 6.88 3.06 0.52 3.35 0.50 3.53 1.36
Keterangan :
PT = Potensi Tumbuh DB = Daya Berkecambah
IV = Indeks Vigor KcT = Kecepatan Tumbuh
Kst = Keserampakan tumbuh T50 = total perkecambahan relatif 50 %
BKKN = Bobot Kering Kecambah Normal

Semua tolok ukur yang diamati benih dan mentranslokasikan cadangan


menunjukkan bahwa perbedaan tingkat makanan ke titik tumbuh yang diperlukan.
kadar air benih kakao yang digunakan Penelitian ini menunjukkan bahwa
memberikan viabilitas dan vigor benih penurunan tingkat kadar air pada taraf
yang berbeda. Hasil pengamatan potensi 25% yang digunakan maka viabilitas dan
tumbuh, daya berkecambah, indeks vigor vigor benih kakao juga ikut menurun
kecepatan tumbuh, keserampakan tumbuh, meskipun secara statistik nilainya tidak
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai berbeda dengan kadar air 30%. Hal ini
50% dari total perkecambahan relatif dan sejalan dengan penelitian Hor et al. (1984)
berat kering kecambah normal menyatakan bahwa benih kakao sangat
menunjukkan bahwa benih dengan tingkat peka terhadap kondisi kekeringan, akan
kadar air 30% memberikan nilai yang mati jika kadar airnya kurang dari 25 %.
terbaik dibandingkan benih dengan tingkat Bewley dan Black (1985) mengemukakan
kadar air 25% dan 15%. Hal ini diduga erat bahwa penurunan tingkat kadar air pada
kaitannya dengan sifat benih kakao yang benih rekalsitran kakao akan
merupakan benih rekalsitran sehingga mengakibatkan pengeringan embrio,
memerlukan kandungan yang tinggi untuk sehingga menekan aktivitas ribosom dalam
dapat berkecambah secara normal. Pranoto mensintesis protein. Penurunan aktivitas
et al. (1990) menyatakan bahwa air tersebut mengakibatkan viabilitas benih
merupakan kebutuhan dasar untuk menurun. Pammenter et al. (1998)
perkecambahan, fungsi air adalah untuk menambahkan bahwa bila benih
melunakkan kulit benih sehingga embrio mengalami dehidrasi secara cepat atau
dan endosperma membengkak yang lambat menyebabkan terjadinya penurunan
menyebabkan retaknya kulit benih, viabilitas benih dan meningkatkan
memungkinkan pertukaran gas sehingga kebocoran membran. Semakin lama waktu
suplai oksigen dalam benih terjadi, dehidrasi menyebabkan persentase
mengencerkan protoplasma sehingga perkecambahan semakin menurun.
terjadi proses-proses metabolisme dalam

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 65


Penurunan tingkat kadar air pada masing pengaruh bahan pengekstrak benih
taraf 15 % mengakibatkan penurunan yang disajikan dalam Tabel 3.
sangat nyata terhadap viabilitas dan vigor Tabel 3 memperlihatkan potensi
benih kakao. Hal ini diduga karena tumbuh dari masing-masing bahan
penurunan tingkat kadar air pada taraf yang pengekstrak benih berbeda dengan adanya
sangat rendah mengakibatkan hilangnya tingkat kadar air benih kakao. Interaksi
kemampuan benih untuk berkecambah antara bahan pengekstrak dan kadar air
akibat kehabisan cadangan makanan. Hal benih terlihat bahwa pada perlakuan
ini sesuai dengan pernyataan Chin et al. ekstraksi menggunakan sekam (M1)
(1981) menyatakan kadar air sampai menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar
dibawah kadar air kritis dapat air sampai batas tertentu dapat menaikkan
menyebabkan viabilitas menurun dengan potensi tumbuh tanaman kakao dari 80%
cepat, bahkan dapat menyebabkan pada kadar air 25 % (K2) dan menjadi
kematian benih kakao. Bonner (1996) 79.05% (K1) pada tingkat kadar air 30 %
menambahkan bahwa benih rekalsitran meskipun secara statistik menunjukkan
selain tidak toleran pada suhu dan keduanya tidak berbeda nyata. Tetapi
kelembaban rendah juga peka terhadap penurunan kadar air pad taraf 15 %
penurunan kadar air. Penurunan kadar air menyebabkan potensi tumbuh turun drastis
dapat mempengaruhi perubahan fosiologi menjadi 19.83 % yang berbeda nyata
dan biokimiawi benih rekalsitran. Bewley dengan potensi tumbuh pada kadar air 25%
dan Black (1994) menambahkan bahwa (K1) dan 30 % (K2).
penurunan kadar air benih yang cukup Demikian halnya pada bahan
tinggi akan menyebabkan terjadinya pengekstrak serbuk gergaji (M2) dimana
pengeringan di bagian embrio sehingga semakin meningkatnya kadar air benih
menekan aktivitas ribosom dalam semakin meningkat nilai potensi tumbuh,
mensintesis protein sehingga viabilitasnya dimana peningkatan tingkat kadar air pada
menurun. taraf 25% sampai 30 % potensi tumbuh
meningkat menjadi 83.24 % dan 80.68 %,
Pengaruh Interaksi antara Bahan secara statistik keduanya tidak berbeda
Pengekstrak Benih dengan Tingkat nyata. Tetapi penurunan tingkat kadar air
Kadar Air Benih terhadap Viabilitas pada taraf 15% potensi tumbuh kakao
dan Vigor Benih Kakao turun drastis menjadi 20.27% yang berbeda
Interaksi antara bahan pengekstrak nyata dengan potensi tumbuh dengan
benih terhadap tingkat kadar air benih tingkat kadar air 25% (K2) dan 30% (K3)
menunjukkan pengaruh sangat nyata pada jenis bahan pengekstrak yang sama.
terhadap daya berkecambah (DB), berat Sedangkan pada bahan pengekstrak
kering kecambah normal (BKKN), kapur sirih (M3) peningkatan tingkat kadar
kecepatan tumbuh (KCT), keserampakan air benih kakao dapat meningkatkan
tumbuh (KST), pengaruh yang nyata potensi tumbuh benih kakao dari 56.38%
terhadap potensi tumbuh (PT), pada kadar air 25% (K2) menjadi 60.72%
berpengaruh tidak nyata terhadap waktu pada tingkat kadar air 30% (K1), potensi
yang dibutuhkan untuk mencapai 50% tumbuh keduanya tidak berbeda nyata.
total perkecambahan (T50) dan indeks vigor Tetapi penurunan kadar air pada tingkat
(IV). Rata-rata nilai potensi tumbuh, daya 15% (K3) menyebabkan penurunan potensi
berkecambah, berat kering kecambah tumbuh benih kakao menjadi 18.99 % yang
normal, kecepatan tumbuh dan berbeda nyata dengan potensi tumbuh
keserampakan tumbuh pada masing- kakao menggunakan tingkat kadar air pada
taraf 25% dan 30%.

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 66


Tabel 3. Rata-rata interaksi kombinasi bahan pengekstrak dan tingkat kadar air benih terhadap
viabilitas dan vigor benih kakao
Bahan Kadar Air (K) BNJ
Potensi Pengekstrak (M) K1 K2 K3 0.05

Tumbuh M1 79.05 Bb 80.68 Bb 19.83Aa


(PT) M2 80.68 Bb 83.24 Bb 20.27 Aa 12.95
M3 60.72 Ba 56.38 Ba 18.99 Aa
Bahan Kadar Air (K) BNJ
Daya Pengekstrak (M) K1 K2 K3 0.05

Berkecambah M1 63.51 Bb 57.87 Bb 14.80 Aa


(DB) M2 73.92 Cc 67.52 Bc 17.71 Aa 5.75
M3 55.64 Ba 51.56 Ba 13.17 Aa
Bahan Kadar Air (K) BNJ
Berat Kering Pengekstrak (M) K1 K2 K3 0.05
Kecambah
M1 25.52 Ba 23.41 Bb 6.43 Aa
Normal
(BKKN) M2 27.53 Bb 26.32 Bc 7.68 Aa 2.57
M3 23.38 Ca 13.24 Ba 5.64 Aa
Bahan Kadar Air (K) BNJ
Kecepatan Pengekstrak (M) K 1 K 2 K3 0.05

Tumbuh M1 13.29 Bb 12.00 Ba 3.62 Aab


(KCT) M2 14.49 Bc 13.89 Bb 3.97 Aab 0.98
M3 11.56 Ba 11.21 Ba 3.24 Aa

Bahan Kadar Air (K) BNJ


Pengekstrak (M) K1 K2 K3 0.05
Keserampakan
Tumbuh M1 47.69 Cb 37.64 Ba 11.54Aa
(KST)
M2 60.72 Bc 55.58 Bb 16.43 Aa 6.30
M3 36.70 Ba 36.79 Ba 11.54 Aa
dengan nilai 60.72 %, meskipun tingkat
Bila melihat respon potensi tumbuh kadar airnya sama-sama 30 % (K1).
akibat interaksi berbagai bahan
pengekstrak pada berbagai tingkat kadar Pada tingkat kadar air 25% (K2) nilai
air menunjukkan pada tingkat kadar air potensi tumbuh tertinggi terdapat pada
30% potensi tumbuh berbeda-beda untuk bahan pengekstrak serbuk gergaji yaitu
masing-masing bahan pengekstraksi, dengan nilai 83.24 dan potensi tumbuh
dimana ekstraksi dengan sekam (M1) nilai mengalami penurunan pada ekstraksi
potensi tumbuhnya adalah 79.05, ekstraksi menggunakan sekam yaitu dengan nilai
dengan serbuk gergaji (M2) meningkat 80.68 meskipun secara statistik tidak
menjadi 80.68% secara statistik nilainya menunjukkan perbedaan yang nyata.
tidak berbeda nyata, tetapi potensi tumbuh Namun apabila diekstrak dengan
berbeda nyata dengan benih yang di menggunakan bahan pengekstrak dari
ekstrak dengan kapur sirih (M3) yaitu bahan kapur sirih (M3) nilai potensi
tumbuh mengalami penurunan yang drastis

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 67


yaitu 56.38 yang berbeda nyata dengan yang sangat nyata bila dibandingkan
ekstraksi menggunakan serbuk gergaji dengan perlakuan K1 dan K2.
(M2) dan sekam (M1). Akan tetapi pada Bila melihat daya berkecambah
tingkat kadar air 15% potensi tumbuh pada akibat interaksi berbagai bahan
berbagai bahan pengekstrak tidak berbeda pengekstrak pada berbagai tingkat kadar
nyata air menunjukkan pada tingkat kadar air
Respon daya berkecambah benih 30% nilai daya berkecambah paling baik
kakao akibat interaksi antara bahan terdapat pada ekstraksi serbuk gergaji,
pengekstrak dengan tingakat kadar air dimana perlakuan ekstraksi dengan
benih pada bahan pengekstrak arang sekam menggunakan sekam (M1) nilai potensi
menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar tumbuhnya adalah 79.05, pada ekstraksi
air benih, semakin tinggi daya dengan serbuk gergaji (M2) meningkat
berkecambah benih kakao. Pada benih menjadi 80.68% meskipun secara statistik
dengan kadar air 25 % (K2) nilai rata-rata nilainya tidak berbeda nyata, tetapi daya
daya berkecambah pada interaksi tersebut berkecambah berbeda nyata dengan benih
adalah 57.87% meningkat menjadi 63.51% yang di ekstrak dengan kapur sirih (M3)
pada tingkat kadar air 30% (K1) meskipun yaitu dengan nilai 60.72 % , pada tingkat
secara statistik keduanya tidak berbeda kadar airnya sama 30 % (K1).
nyata. Tetapi bila kadar airnya diturunkan Pada tingkat kadar air 25% nilai daya
pada tingkat 15% (K3) maka daya berkecambah terbaik terdapat pada serbuk
berkecambah turun menjadi 14.80% yang gergaji (67.52%) namun tidak berbeda nyata
berbeda nyata dengan daya berkecambah dengan sekam (57.87%) tetapi bila
K1 dan K2 pada bahan pengekstrak yang menggunakan kapur sirih (51.56%)
sama. menunjukkan penurunan nilai daya
Sedangkan penggunaan bahan berkecambah benih kakao, yang berbeda
pengekstrak yang menggunakan serbuk nyata bila dibandingkan dengan perlakuan
gergaji (M2) menunjukkan bahwa semakin M1 dan M2. Sedangkan nilai daya
tinggi kadar air benih kakao semakin tinggi berkecambah pada tingkat kadar air 15%
daya berkecambah benih kakao. Dimana menunjukkan bahwa penggunaan bahan
pada kadar air 15% nilai daya pengekstrak dari bahan serbuk gergaji
berkecambah adalah 13.17% meningkat (17.71) memperoleh nilai terbaik dibanding
menjadi 51.56% pada tingkat kadar air dengan ekstraksi sekam (14.80) dan kapur
25% (K2) kemudian meningkat menjadi sirih (13.17) dan secara statistik semua
55.64% pada tingkat kadar air 30%. Daya perlakuan tersebut tidak menunjukkan
berkecambah K1 dan K2 tidak berbeda perbedaan.
nyata, tetapi berbeda nyata pada daya Pada berat kering kecambah normal
berkecambah dengan kadar air 15% pada (BKKN) respon interaksi antara bahan
bahan pengekstrak benih yang sama (M3). pengekstrak dengan tingkat kadar air benih
Demikian pula halnya dengan terlihat semakin tinggi tingkat kadar air
penggunaan bahan pengekstrak dari kapur benih kakao, berat kering kecambah
sirih (M3) dimana kadar air benih pada normal semakin berat. Nilai rata-rata pada
taraf 30% memperoleh nilai daya K3 adalah 6.43 g dan K2 senilai 23.41g dan
berkecambah yang tinggi bila K1 senilai 25.52 g. Pada perlakuan K2 dan
dibandingkan dengan kadar air 25% (K2) K1 secara statistik tidak menunjukkan
meskipun keduanya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, tetapi berbeda nyata
perbedaan yang nyata, namun bila tingkat dengan perlakuan dengan kadar air K3.
kadar airnya diturunkan pada taraf 15 % Demikian pula pada metode pengekstrak
(K3) secara statistik nilai daya serbuk gergaji (M2) dimana semakin tinggi
berkecambah menunjukkan perbedaan kadar air, berat kering kecambah normal

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 68


semakin tinggi. Pada tingkat kadar air 15% nilai kecepatan tumbuhnya 3.62%
(K3) nilai berat kering kecambah normal meningkat menjadi 12% pada kadar air
adalah 7.8 g sedangkan pada tingkat kadar 25% (K2) dan naik menjadi 13.29% pada
air benih 25% (K2) senilai 26.32 g dan tingkat kadar air 30% (K1) pada bahan
pada tingkat kadar air benih 30% senilai pengekstrak yang sama (K1). Sedangkan
27.53 g. Berat kering kecambah normal kecepatan tumbuh benih kakao dengan
pada perlakuan K2 dan K1 tidak berbeda tingkat kadar air 15% ( K3) berbeda nyata
nyata pada penggunaan bahan pengekstrak dengan kecepatan tumbuh benih kakao
serbuk gergaji (M2), tetapi berbeda nyata dengan tingkat kadar air benih 25% (K2)
dengan tingkat kadar air 15% (K3) dengan dan 30% (K1), sedangkan pada K1 dan K2
bahan pengekstrak yang sama. secara stratistik tidak berbeda nyata pada
Bahan pengekstrak kapur sirih (M3) pengaruh bahan pengekstrak arang sekam
menunjukkan dimana peningkatan kadar (M1).
air juga meningkatkan nilai berat kering Pada perlakuan ekstraksi
kecambah normal, dimana pada kadar air menggunakan serbuk gergaji (M2)
15% (K3) berat kering kecambah normal menunjukkan kecepatan tumbuh benih
senilai 5.64 g meningkat menjadi 13.24 kakao semakin meningkat dengan
pada kadar air benih 25% (K2) dan meningkatnya kadar air, dimana pada
meningkat menjadi 33.38 g pada kadar air kadar air 15% nilai kecepatan tumbuh
30%. Berat kering kecambah normal pada adalah 3.79% meningkat menjadi 13.98%
taraf 15%, 25%, dan 30% berbeda nyata pada kadar air 25% (K2) dan naik menjadi
satu sama lain. 14.49% pada kadar air 30% dengan bahan
Adapun respon berat kering pengekstrak yang sama (M2). Demikian
kecambah normal akibat interaksi antara pula halnya pada bahan pengekstrak
bahan pengekstrak dengan tingkat kadar air menggunakan kapur sirih (M3), dimana
benih tertentu terlihat bahwa pada kadar air peningkatan kadar air meningkatkan
30% bahan pengekstrak serbuk gergaji persentase kecepatan tumbuh benih kakao.
(M2) mempunyai berat kering kecambah Pada kadar air 15% kecepatan tumbuh
normal tertinggi yang berbeda nyata senilai 3.24% /etmal menjadi
dengan M1 dan M3 meskipun secara 13.21%/etmal pada tingkat kadar air 25%
statistik nilainya tidak berbeda nyata. (K2) dan meningkat menjadi 11.56% pada
Sedangkan pada tingkat kadar air 25% (K2) tingkat kadar air 30%. Kecepatan tumbuh
memperlihatkan berat kering kecambah benih kakao tingkat kadar air 25% dan 30
normal yang berbeda pula, dimana nilai % tidak berbeda nyata, tetapi berbeda
tertinggi terdapat pada ekstraksi serbuk nyata pada tingkat kadar air 15% pada
gergaji (M2) yang berbeda nyata dengan bahan pengekstrak yang sama (M3).
M3 dan M1, berat kering kecambah normal Respon masing-masing tingkat kadar
pada M1 berbeda nyata dengan M3 pada air pada berbagai bahan pengekstrak
tingkat kadar air yang sama. Sedangkan terlihat tingkat bahwa kadar air 30%
pada tingkat kadar air 15% (K3) pada tertinggi terdapat pada bahan pengekstrak
berbagai bahan pengekstrak tidak serbuk gergaji (M2) yang berbeda nyata
memperlihatkan nilai yang berbeda nyata dengan bahan pengekstrak dari sekam (M1)
Respon benih kakao akibat dan kapur sirih (M3) pada tingkat kadar air
interaksi antara bahan pengekstrak dengan yang sama (30%). Sedangkan pada kadar
tingkat kadar air terhadap kecepatan air 25% kecepatan tumbuh tertinggi
tumbuh benih kakao terlihat bahwa terdapat pada metode ekstraksi serbuk
kecepatan tumbuh semakin meningkat gergaji (M2) yang berbeda nyata dengan
dengan meningkatnya kadar air benih. kecepatan tumbuh menggunakan bahan
Pada tingkat kadar air benih 15% (K3) pengekstrak sekam (M1) dan kapur sirih

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 69


(M3), tetapi perlakuan M1 tidak berbeda pengekstrak terlihat pada tingkat kadar air
nyata dengan M2 pada kadar air yang sama. 30% keserampakan tumbuh tertinggi
Pada kadar air 15% kecepatan tumbuh terdapat pada bahan pengekstrak serbuk
tertinggi terdapat pada bahan pengekstrak gergaji (M2) yaitu 60.72% yang berbeda
serbuk gergaji (M2) yang berbeda nyata nyata dengan keserampakan tumbuh pada
dengan bahan pengekstrak dari sekam (M1) bahan pengekstrak sekam (M1) dan kapur
dan kapur sirih (M3), tetapi secara statistik sirih (M3) pada tingkat kadar air yang sama
perlakuan M1, M2, dan M3 tidak berbeda (K1). Sedangkan pada kadar air 25%
nyata. keserampakan tumbuh tertinggi terdapat
Respon benih kakao akibat pada bahan pengekstrak serbuk gergaji
interaksi antara bahan pengekstrak dan (M2) yaitu 55.58% yang berbeda nyata
tingkat kadar air terhadap keserampakan dengan keserampakan tumbuh
tumbuh (KST) terlihat bahwa pada ekstraksi menggunakan bahan pengekstrak sekam
menggunakan bahan sekam (M1) (M1) dan kapur sirih (M3) pada tingkat
menunjukkan semakin tinggi tingkat kadar kadar air yang sama (25%).
air maka nilai keserampakan tumbuh juga Sedang pada tingkat kadar air 15%
meningkat, dimana pada tingkat kadar air tertinggi terdapat pada bahan pengekstrak
15% (K3) keserampakan tumbuh 15.54% serbuk gergaji (M2) yaitu 16.43 %, yang
menjadi 37.64% pada tingkat kadar air tidak berbeda nyata dengan keserampakan
25% dan naik menjadi 47.69% pada tumbuh menggunakan bahan pengekstrak
tingkat kadar air 30%, ketiganya berbeda sekam (11.54) dan kapur sirih (11.54) pada
nyata pada perlakuan bahan pengekstrak tingkat kadar air yang sama (K3).
yang sama (M1). Demikian pada bahan Terdapat interaksi yang sangat nyata
pengekstrak menggunakan serbuk gergaji antara bahan ekstraksi dan tingkat kadar air
(M2), peningkatan tingkat kadar air benih terhadap viabilitas dan vigor benih kakao
dapat meningkatkan keserampakan tumbuh yaitu terhadap daya berkecambah (DB),
benih kakao, dimana pada tingkat kadar air berat kering kecambah normal (BKKN),
15% (K3) rata-rata nilainya 16.43% kecepatan tumbuh (KCT), keserampakan
menjadi 55.58% pada tingkat kadar air tumbuh (KST), berpengaruh tidak nyata
25% (K2) dan naik menjadi 60.72% pada terhadap waktu yang dibutuhkan untuk
tingkat kadar air 30%. Keserampakan mencapai 50% total perkecambahan (T
tumbuh pada perlakuan K1 dan K2 tidak 50%) dan indeks vigor (IV). Tolok ukur
berbeda nyata, tetapi berbeda nyata pada tersebut berbeda untuk masing-masing
tingkat kadar air benih 15% pada bahan bahan pengekstrak dan tingkat kadar air
pengekstrak yang sama (M2). benih yang digunakan. Berdasarkan
Hal serupa juga terlihat pada bahan pengaruh bahan pengekstrak benih kakao
pengekstrak kapur sirih (M3), dimana pada berbagai tolok ukur viabilitas dan
peningkatan kadar air pada taraf tertentu vigor benih menunjukkan bahwa ekstraksi
dapat meningkatkan keserampakan tumbuh yang paling baik adalah berasal dari bahan
benih kakao. Pada tingkat kadar air 15% pengekstrak serbuk gergaji (M2),
nilai keserampakan tumbuh 11.54% naik sedangkan tingkat kadar air yang
menjadi 36.79% pada K2 dan 36.70 pada menunjukkan nilai terbaik dijumpai pada
K3. Keserampakan tumbuh pada K1 dan K2 30% (K1). Namun ekstraksi menggunakan
tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata sekam sudah cukup efektif untuk
dengan keserampakan tumbuh K3 pada meningkatkan viabilitas dan vigor benih
bahan pengekstrak yang sama. kakao, begitu juga dengan tingkat kadar air
Bila dilihat pada respon 25% dengan kata lain penurunan tingkat
keserampakan tumbuh masing-masing kadar air kakao sampai taraf 25% masih
benih kakao pada berbagai bahan menunjukkan viabilitas benih yang tinggi.

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 70


Tingginya viabilitas dan vigor pada mengatur keseimbangan struktur sel,
benih dengan menggunakan bahan terutama membran (Adimargono 1997).
pengekstrak serbuk gergaji dengan tingkat
kadar air pada taraf 30% diperkirakan
karena benih yang di ekstrak menggunakan KESIMPULAN
bahan serbuk gergaji mampu
membersihkan benih dari penghalang Jenis benih berpengaruh terhadap
perkecambahan yang disebabkan oleh viabilitas dan vigor benih kakao. Ekstraksi
lapisan pulp, selain itu ekstraksi benih kakao yang berasal dari serbuk
menggunakan serbuk gergaji dapat gergaji menghasilkan viabilitas dan vigor
melindungi benih dari kerusakan mekanis benih terbaik. Tingkat kadar air
serta hilangnya pulp dari permukaan benih berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor
juga dapat mencegah benih dari serangan benih kakao. Kadar air 30% menghasilkan
hama dan penyakit. Bewley dan Black viabilitas dan vigor terbaik. Terdapat
(1985) menyatakan pulp merupakan interaksi antara behan pengekstrak benih
penghalang dalam mengatur sirkulasi dan dan tingkat kadar air benih kakao. Benih
gas lainnya kedalam dan keluar benih. yang diekstrak dengan menggunakan
Selain itu lendir kakao disukai semut dan serbuk gergaji dengan tingkat kadar air
sebagai media yang baik bagi cendawan. 30% memiliki viabilitas dan vigor
Lendir-lendir akan mengalami fermentasi tertinggi.
dan dapat menghambat masuknya oksigen
dan air sehingga dapat menurunkan
viabilitas benih. DAFTAR PUSTAKA
Kandungan air benih merupakan
kendala utama dalam mempertahankan Adimargono, S. 1997. Recalsitrant seeds,
mutu benih kakao yang bersifat rekalsitran. identification and storage [thesis].
Penelitian ini menunjukkan kadar air pada Deventer: Larenstein
taraf 30% memiliki viabilitas dan vigor International Agriculture Collage
paling tinggi di banding taraf tingkat kadar Bewley JD, M Black. 1985. Seed:
air lainnya. Hal ini erat kaitannya dengan Physiologi of Development and
sifat benih rekalsitran yang memerlukan Germinator. New York and
tingkat kadar air tinggi untuk melakukan London: Plenum Press. 2nd
aktivitas perkecambahannya. Fungsi air Edition. 445 p
bagi benih adalah mengisi semua bagian Bewley JD, M Black. 1994. Seed:
dari tiap sel, merupakan medium tempat Physiologi of Development and
berlangsungnya transport nutrient, reaksi- Germinator. New York and
reaksi enzimatik metabolisme sel dan London: Plenum Press. 3nd
transfer energi kimia. Oleh karena itu Edition. 367 p.
semua aspek dari struktur dan fungsi sel Bonner FT. 1996. Response to drying of
harus beradaptasi dengan sifat-sifat fisik recalsitrant seed of Quercus nigr
dan kimia air. Air dan produk ionisasinya, L. Ann. Bot. 78:181-187
ion H+ dan OH- sangat mempengaruhi Chin HF, M Azis, BB Ang, S Hamzah.
sifat dari berbagai komponen penting sel 1981. The Effect of moisture and
seperti enzim, protein, asam nukleat dan temperature on the ultra structure
lipid. Sebagai contoh enzim katalitik amat and viability of seed of Hevea
tergantung pada konsentrasi ion H+ dan brasiliensis. Seeds Science and
OH- (Salisbury dan Ross 1995). Air tidak Technology. 9:411-422
hanya penting sebagai pelarut dalam Chin HF. 1990. Germination. P. 38-52. In
reaksi-reaksi biokimia tetapi juga untuk H.F. Chin and E. H. Robert

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 71


(Eds.). Recalcitrant Crop Seeds. viability retention of recalcitrant
Kuala Lumpur: Trop. Press. SDN seeds of ekerbigia capensis. Seed
BHD Sci. and Technol. 8(4) : 463-437p
Copeland LO, MB McDonald. 1995. Seed Pranoto H, SW Mugnisyah, E Murniati.
Science and Technology. New 1990. Biologi Benih. Bogor(ID):
York(USA): Chapman and Hall IPB. 137 hal.
Press. 409 p Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Hii CL, CL Law, S Suzannah, Misnawi, M Indonesia. 2004. Panduan
Cloke. 2009. Polyphenols in Lengkap Budidaya Kakao.
cocoa (Theobroma cacao L.). Jakarta(ID): Agromania Pustaka
Asian Journal of Food and Agro- Robi A. 1996. Pengaruh kadar air awal
Industry terhadap penurunan vigor dan
Hor YL, HF Chin, MZ Karim. 1984. The upaya invigorasi terhadap
Effect of seed moisture and viabilitas benih kakao
storage temperature on the (Theobroma cacao L.) [skripsi].
storability of cacao (Theobroma Bogor(ID): Faperta IPB.
cacao L) seeds. Seed Sci Technol. Salibusry FB, CW Ross. 1995. Fisiologi
12:415-420 Tumbuhan. Lukman DR,
Ibanez IM, Cases. 1963. The effect of Sumaryono, penerjemah.
sugars and alcohol on Bandung(ID): ITB. 343 hal
endogenous: respiration in cacao Siregar THS, Riyadi, L Nuraeni. 2000.
embryios. Turrialba. 13 (4) : Budidaya, Pengolahan dan
209-212 Pemasaran Cokelat. Jakarta(ID):
Katriani. 2010. Penanganan dan Penebar Swadaya
Penyimpanan Benih Rekalsitran Soetisna U, King MW, Roberts EH. 1985.
[internet]. [diunduh pada 2013 Germinator tests recomandation
Maret 13]. Tersedia pada : for estimating the viability of
http://www. moist or dri seeds of lemon
Unhas.ac.id/pertanian/indek (Citrus limon) and Lime (C.
2.php? option=com docoman dan aurantifolia). Seed Sci. and
task=doc view dan gi=147 dan Tecnol. 13:87-110
hemid=75 Sukarman, D Rusmin. 2002. Penanganan
King MW, Roberts EH. 1979. The storage benih rekalsitran. Buletin Plasma
of Recalcitrant Seeds – Nutfah. 6 : 7-15
Achievements and Possible Sunanto H. 2002. Budidaya, Pengolahan
Approaches. Rome: IBPGR- dan Aspek Ekonominya.
secretarial Yogyakarta(ID): Kanisius. 130
King MW, Roberts. 1980. The hlm.
Characteristic Roberts (Eds). Supianti P. 2000. Studi cara ekstraksi
Recalsitrant Crop Seed. Kuala benih terhadap viabilitas benih
Lumpur: Trop. Press SDN BHD jeruk besar dan serangan
Kuswanto H. 2005. Teknologi cendawan selama periode simpan
Pemrosesan, Pengemasan dan [skripsi]. Bogor(ID): IPB
Penyimpanan Benih. Yogyakarta Sutopo L. 2002. Teknologi Benih.
(ID): Kanisius Jakarta(ID): PT. Raja Grafindo
Pammenter NW, V Greggains, JL Kioko, J Persada
Wesley-Smitth, P Berjak, Finch- Swarbrick JT. 1965. Storage of cacao
Savage WE. 1998. Effeck of seeds. Exp. Agtic. 10:201-207
differential drying rates on

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 72


Winarsih. 1994. Pengaruh kadar air benih,
lama goncangan / transportasi
serta GA3 dan NAA terhadap
viabilitas benih damar (Agathis
loranthifolia Salisv) [skripsi].
Bogor(ID): Faperta IPB.

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 5 No. 1, April 2018 | 73

You might also like