Dampak: Jurnal Teknik Lingkungan Universitas Andalas
Dampak: Jurnal Teknik Lingkungan Universitas Andalas
Dampak: Jurnal Teknik Lingkungan Universitas Andalas
1 (2020) 9-14
Artikel Penelitian
Pengendalian Kontaminasi Total Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang
dengan Konsep Hazard Analysis Critical Control Point
Rinda Andhita Regia, Taufiq Ihsan, Dhita Dwi Tirta
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang, 25163, Indonesia
E-mail: [email protected]
A B S T R A C T
Total Coliform as an indicator of food or beverage pollution can cause food-borne diseases. In the food and beverage production process,
hygiene and sanitation are part of the Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) is one of the efforts to avoid pollution to the
production process. This study aims to control Total Coliform contamination with the HACCP concept carried out in 10 drinking water
depot in Pauh Subdistrict, Padang City through direct field observation and laboratory testing using the Most Probable Number (MPN)
method. The test point in this study is the raw water contained in the reservoir, the production water that will be sold to consumers and
the drinking water will be consumed for 3 days in gallon. The test results showed hygiene and sanitation of drinking water depot and
Total Coliform content had a negative and strong relationship (r = -0.750) means that the higher the hygiene and sanitation of drinking
water depot, so the lower the Total Coliform content in drinking water. Based on the results of the hazard analysis which is the CCP
point are the filter tube, UV light and gallon washing. Therefore, control measures so that the CCP point that exceeds the quality standard
can be accepted are controlling the drinking water process and tightening hygiene and sanitation of drinking water depot employees.
Keywords: Total Coliform, Drinking Water Depot , HACCP, Pauh Sub-District, hygiene sanitation
A B S T R A K
Total Coliform sebagai indikator pencemaran makanan atau minuman dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan. Dalam proses
produksi makanan dan minuman, kebersihan dan sanitasi yang menjadi bagian dari Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
adalah salah satu upaya untuk menghindari polusi pada proses produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengendalikan kontaminasi Total
Coliform dengan konsep HACCP yang dilakukan di 10 depot air minum (DAMIU) di Kecamatan Pauh, Kota Padang melalui observasi
lapangan langsung dan pengujian laboratorium menggunakan metode Most Probable Number (MPN). Titik uji dalam penelitian ini
adalah air baku yang terkandung dalam reservoir, air produksi yang akan dijual kepada konsumen dan air minum akan dikonsumsi
selama 3 hari dalam galon. Hasil tes menunjukkan kebersihan dan sanitasi depot air minum dan kandungan Total Coliform memiliki
hubungan negatif dan kuat (r = -0,750) berarti semakin tinggi kebersihan dan sanitasi DAMIU, sehingga semakin rendah kandungan
Total Coliform dalam air minum . Berdasarkan hasil analisis bahaya, yang merupakan titik CCP adalah tabung filter, sinar UV dan
pencucian galon. Oleh karena itu, langkah-langkah pengendalian terhadap poin kritis yang menyebabkan tidak tercapainya standar
kualitas, adalah dengan mengendalikan proses air minum dan memperketat kebersihan dan sanitasi karyawan DAMIU.
Kata kunci: Total Coliform, DAMIU, HACCP, Kecamatan Pauh, sanitasi perorangan
terdapat 334 buah dan pada tahun 2011 terdapat 604 buah, Pemilihan lokasi sampling yaitu dengan mengobservasi
pada umumnya jenis usaha tersebut mencatat penjualan yang lokasi DAMIU yang menggunakan air bersih selain PDAM.
tinggi (Abdilanov, 2012). Observasi dilakukan untuk melihat kondisi eksisting
DAMIU seperti kondisi sanitasi DAMIU, sumber air baku
Berdasarkan pemeriksaan DAMIU di Kecamatan Bungus
yang terdapat dalam tandon, dan proses pengolahan.
Padang tahun 2012, hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan 55,5% sampel tidak memenuhi persyaratan Data primer pada penelitian ini adalah pengambilan sampel
secara mikrobiologi yang ditetapkan berdasarkan Peraturan AMIU dan pengisian kuesioner. DAMIU yang digunakan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor sebagai tempat penelitian yaitu sebanyak 10 DAMIU yang
492/MENKES/PER/IV/2010 dimana batas maksimum berada di Kecamatan Pauh dengan sumber air baku yaitu
bakteri Escherichia Coli yang diperbolehkan pada air minum mata air pegunungan. Jumlah sampel yang diambil dalam
yaitu 0/100 ml sampel. Hasil pemeriksaan mikrobiologi satu DAMIU yaitu sebanyak tiga sampel yang terdiri dari air
menunjukkan bahwa lima dari sembilan sampel mengandung baku yang terdapat dalam tandon DAMIU, air hasil produksi
bakteri Coliform. Tiga dari lima sampel yang mengandung DAMIU dan masa tinggal air di dalam galon selama 3 hari.
bakteri Coliform merupakan bakteri Escherichia Coli Pengisian kuesioner untuk melihat tingkat higiene sanitasi
(Wandrivel, 2012). Menurut Dinas Kesehatan Kota Padang DAMIU, dimana sebelum dibagikan semua pertanyaan
dan Puskesmas Kecamatan Pauh tahun 2016 terdapat 2 dari divalidasi dan untuk pengambilan keputusan dalam
56 DAMIU yang berada di Kecamatan Pauh Kota Padang penentuan titik kendali kritis, dimana dari ke 10 DAMIU
tidak memenuhi syarat berdasarkan standar yang diambil jawaban yang paling banyak (>50%). Jenis
diperbolehkan. kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner tertutup (telah
memiliki pilihan jawaban yaitu pilihan iya atau tidak)
Higiene dan sanitasi merupakan hal yang penting dalam
sehingga didapatkan jawaban yang tegas dari responden.
menentukan kualitas makanan atau minuman dimana
Orang yang dijadikan sebagai responden yaitu pemilik
Escherichia Coli sebagai salah satu indikator terjadinya
DAMIU atau karyawan yang bertugas dalam pengoperasian
pencemaran makanan atau minuman dapat menyebabkan
DAMIU.
penyakit akibat makanan (food borne diseases). Dalam
kegiatan proses produksi makanan dan minuman tindakan
higiene sanitasi merupakan bagian dari Hazard Analysis
Critical Control Point (HACCP) merupakan salah satu
upaya untuk menghindari pencemaran terhadap proses
produksi. HACCP adalah suatu sistem jaminan yang
mendasarkan pada kesadaran bahwa bahaya dapat timbul
pada berbagai tahapan produksi yang apabila pengendalian
dapat dilakukan terhadap ancaman bahaya tersebut maka
akan diperoleh produk yang aman untuk dikonsumsi
(Basuki, 1995). Pada penelitian Suwarto (2003) mengenai
pengaruh penerapan sistem HACCP pada proses produksi Gambar 1. Lokasi Penelitian
terhadap kualitas bakteorologi air minum dalam kemasan,
Analisis Total Coliform dalam AMIU di laboratorium
menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah menerapkan
menggunakan metode Most Probable Number (MPN). Alat
HACCP jenis bakteri yang ditemukan tidak jauh berbeda,
yang digunakan dalam penelitian Total Coliform adalah
akan tetapi perbedaan jumlah populasi sangat signifikan
tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet takar 1 ml dan 10 ml,
yaitu jumlah bakteri yang ditemukan lebih sedikit setelah
jarum ose, cawan petri, lampu spiritus, kertas parafilm, tisu,
penerapan HACCP. Oleh karena itu, pada penelitian ini
kapas, alkohol, botol sampel, bola hisap dan tabung durham.
ditentukan critical control point (CCP) dan batas kritis untuk
Bahan yang digunakan yaitu Lactose Broth (LB), Brillian
setiap CCP pada setiap tahapan dengan melakukan analisis
Green Lactose Borth (BGLB), Eosin Metilen Blue (EMB
potensi bahaya pada kemungkinan kontaminasi Total
agar), dan Aquades. Untuk mengetahui jumlah Total
Coliform pada DAMIU Kecamatan Pauh Kota Padang.
Coliform pada sampel, dilakukan tiga uji yang berbeda yaitu
Selain itu dilakukan tindakan koreksi apabila batas kritis
uji pendugaan/sangkaan (presumptive test), uji konfirmasi
untuk setiap CCP melebihi kontrol.
dan uji pelengkap (completed test) (Benson, 2001).
2. METODOLOGI
Tahap penelitian selanjutnya adalah pengolahan data hasil
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pauh Kota Padang. penelitian dan pembahasan yaitu data kandungan Total
Penelitian terdiri dari beberapa tahapan yaitu pengumpulan Coliform yang terdapat dalam sampel yaitu air baku dalam
data sekunder, pengambilan data primer, analisis tandon, air hasil produksi dan masa tinggal air dalam galon
laboratorium, dan pengolahan data. selama tiga hari dianalisis dengan metode MPN kemudian
data yang didapatkan dianalisis secara kuantitatif.
Pengumpulan data sekunder didapatkan dari Dinas
Selanjutnya analisis hubungan higiene sanitasi DAMIU
Kesehatan Kota Padang untuk memperoleh data jumlah
terhadap kandungan Total Coliform dalam AMIU dengan
DAMIU yang berada di Kecamatan Pauh Kota Padang.
menggunakan analisis korelasi dan penerapan prinsip
10 https://doi.org/10.25077/ dampak.17.1.9-14.2020
REGIA, ET AL / JURNAL DAMPAK - VOL. 17 NO. 1 (2020) 9-14
HACCP meliputi deskripsi produk, penyusunan bagan alir, Berdasarkan Tabel 2, hasil identifikasi bahaya pada bahan
analisis bahaya, penentuan Critical Control Point (CCP), baku dan proses produksi secara keseluruhan menunjukkan
penentuan batas kritis dan tindakan koreksi. bahwa pada setiap proses memiliki potensi bahaya. Pada
bahan baku, jenis bahaya yang perlu dikendalikan yaitu
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
bahaya biologi bakteri Total Coliform. Sedangkan bahaya
Deskripsi produk dapat dilihat pada Tabel 1, dan Bagan alir pada proses produksi yaitu kontaminasi silang,
proses produksi pada AMIU dapat dilihat pada Gambar 2. penyimpangan mutu dan kerusakan fisik. Bahaya tersebut
dapat masuk ke dalam tahapan proses melalui air baku yang
Tabel 1. Deskripsi Produk
digunakan, pekerja atau alat-alat yang digunakan dalam
Kriteria Keterangan proses produksi. Adanya kontaminasi tersebut dapat
Nama produk Air Minum Isi Ulang disebabkan oleh beberapa faktor misalnya dalam pemilihan
Komposisi Air mineral sumber mata air pegunungan atau penggunaan
Kondisi - Tempat bersih peralatan/wadah yang tidak memenuhi standar kualitas atau
penyimpanan - Tempat sejuk bahan tercemar bakteri Total Coliform. Tindakan
- Terhindar dari sinar matahari
langsung pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahaya
- Terhindar dari benda-benda berbau sampai pada batas yang diterima atau menghilangkan bahaya
tajam tersebut dengan lebih diperhatikan dan ditetapkan waktu
Cara pengemasan Galon pengontrolan yang terjadwal terhadap peralatan yang
Tujuan konsumen Masyarakat umum
digunakan pada setiap proses.
Penetapan kategori risiko dengan cara menuliskan tanda (0)
Tandon Filter
Penampungan jika tidak menunjukkan adanya karakteristik bahaya, tanda
Air Baku (+) jika menunjukkan adanya karakteristik bahaya.
Penetapan kategori risiko dapat dilihat pada Tabel 3.
Pengisian Stainless Tabel 3. Penetapan Kategori Risiko
Sinar
Air Hasil Penampun
Ultraviolet Produk A B C D E F Kategori
Produksi gan Air
Risiko
Nama Produk: 0 + 0 0 + + III
AMIU
Pencucian Bahan Baku: 0 + + 0 + + IV
Galon Air
Konsumen
Galon
Konsumen 30 Air Baku Dalam Tandon
Air Hasil Produksi
25
Gambar 2. Proses produksi AMIU Masa Tinggal Air Selama Tiga Hari Dalam Galon
20
Analisis bahaya pada bahan baku yaitu terdapat pada bahan
MPN/100 ml
https://doi.org/10.25077/ dampak.17.1.9-14.2020 11
REGIA, ET AL / JURNAL DAMPAK - VOL. 17 NO. 1 (2020) 9-14
Berdasarkan Gambar 3, pada air baku di dalam tandon Coliform pada air produksi disebabkan oleh beberapa tahap
terdapat 3 buah DAMIU yang memenuhi baku mutu dan 7 penyaringan atau filtrasi dan diakhiri dengan proses
buah DAMIU tidak memenuhi standar baku mutu yang telah desinfeksi yang sempurna. Namun pada Kandungan Total
ditetapkan oleh PERMENKES 492/MENKES/PER/IV/2010. Coliform tertinggi yaitu 7 MPN/100 ML pada DAMIU I. Hal
Kandungan Total Coliform tertinggi pada air baku yang ini dapat disebabkan oleh beberapa tahap penyaringan dan
terdapat di dalam tandon dengan nilai yaitu 28 MPN/100 ml diakhiri dengan proses desinfeksi yang kurang sempurna
pada DAMIU I. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh atau tidak dilakukannya perawatan secara rutin. Penelitian
lamanya masa tinggal air di dalam tandon. Berdasarkan ini sesuai dengan penelitian Athena, dkk (2004) di Jakarta,
pengamatan di lapangan, ditemukan jumlah tandon yang Tangerang dan Bekasi yang membuktikan bahwa perbedaan
terlalu banyak, sehingga pertukaran air tidak terganti secara antara satu depot dengan depot lain terutama terdapat dalam
cepat. Penyimpanan air baku yang terlalu lama (lebih dari hal jenis dan kapasitas peralatan pengolahan air. Beberapa
tiga hari) dapat berpengaruh terhadap kualitasnya, yaitu sampel air baku yang tidak memenuhi persyaratan
dapat menimbulkan pertumbuhan mikroorganisme. kandungan mikrobiologi setelah melalui pengolahan,
Penyebab lainnya adalah sumber air baku yang berisiko kandungan bakteri tersebut mengalami penurunan yang
terjadinya pencemaran terutama pada saat pengisian air baku bervariasi.
ke dalam mobil tangki pengangkut atau pada saat
Pada masa tinggal air selama 3 hari dalam galon terdapat 3
pemindahan air baku dari mobil tangki ke dalam tandon
buah DAMIU yang memenuhi baku mutu dan 7 buah
penampungan air di DAMIU. Penelitian ini sesuai dengan
DAMIU tidak memenuhi standar baku mutu yang telah
penelitian Fitri (2010) menyatakan bahwa penyimpanan air
ditetapkan oleh PERMENKES 492/MENKES/PER/IV/2010.
baku yang terlalu lama dapat berpengaruh terhadap kualitas
Kandungan Total Coliform pada masa tinggal air selama tiga
air minum yaitu semakin banyaknya bakteri yang akan
hari dalam galon tertinggi yaitu 20 MPN/100 ML pada
tumbuh, meningkatnya kebutuhan oksigen untuk
DAMIU E. Hal ini dapat disebabkan karena masih
mengoksidasi bahan kimia secara kimiawi, dan menurunnya
kurangnya pengetahuan operator akan penting higiene
pH, TDS, Kesadahan, dan kandungan ion Fe. Pada penelitian
sanitasi dan bahkan jika sudah mengerti operator tidak tegas
Athena, dkk (2004) di Jakarta, Tangerang dan Bekasi
terhadap higiene sanitasi DAMIU, seperti pintu pengisisan
membuktikan bahwa pada umumnya AMIU yang digunakan
air yang tidak ditutup saat mengisi air, sikat pembilasan
adalah bersumber dari mata air/air pegunungan (89,5%).
galon yang tidak diganti secara bertahap dan perletakan sikat
Adanya sampel air baku yang tidak memenuhi persyaratan
pembilas galon yang berada di luar ruangan. Pada penelitian
kemungkinan besar disebabkan oleh sumber mata air baku
Athena, dkk (2004) di Jakarta, Tangerang dan Bekasi
yang tercemar atau tercemarnya air baku pada saat
membuktikan sampel air yang tidak memenuhi persyaratan
pengangkutan dari sumber air ke lokasi depot.
mikrobiologi kondisi ini diperburuk oleh cara pembilasan
Pada air hasil produksi terdapat 8 buah DAMIU yang galon yang tidak steril dan operator yang tidak
memenuhi baku mutu dan 2 buah DAMIU tidak memenuhi memperhatikan higiene perorangan dan kebersihan.
standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh PERMENKES Tindakan dan pencapaian sikap positif karyawan atau
492/MENKES/PER/IV/2010. Menurunnya kandungan Total pemilik DAMIU dapat dilihat pada Gambar 4.
Baik
80
70
Cukup
60
50
Kurang
40
30
Kurang Sekali
20
10
0
A B C D E F G H I J
DAMIU
DAMIU yang memiliki tingkat higiene sanitasi yang rendah dan masa tinggal air selama 3 hari di dalam galon. Hal ini
yaitu pada DAMIU E, G dan I. Hal ini disebabkan oleh berarti apabila tahapan-tahapan tidak dikontrol dan
terdapatnya operator atau karyawan DAMIU yang tidak dikendalikan dengan baik dapat membahayakan kesehatan
memahami arti pentingnya higiene sanitasi dan tidak adanya konsumen. Agar pengendalian bahaya yang telah
tindakan tegas dari pihak DAMIU terhadap higiene sanitasi. teridentifikasi pada tahapan produksi AMIU baik yang
Berdasarkan pengamatan di lapangan hal yang paling dikelola dalam CCP maupun bukan CCP dapat berjalan
mencolok yaitu terlihat dari tindakan higiene sanitasi efektif maka perlu ditetapkan batas kritis setiap CCP-nya,
operator yang paling banyak tidak sesuai dengan aturan langkah pemantauan dan tindakan koreksinya jika terjadi
seperti kuku yang panjang, tidak mencuci tangan setiap kali penyimpangan atas CCP.
melayani konsumen, hal ini selaras dengan kaandungan
Batas kritis adalah kriteria yang membedakan parameter
Total Coliform yang terdapat dalam DAMIU.
yang dapat diterima produk atau parameter yang ditolak
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang akan produk. Batas kritis ini harus dipenuhi oleh parameter.
mempengaruhi antara higiene sanitasi DAMIU dengan Berdasarkan analisis bahaya dan penentuan CCP, penentuan
kandungan Total Coliform maka dilakukan uji korelasi Rank batas kritis pada proses produksi AMIU dapat dilihat Tabel
Spearman. Setelah dilakukan uji korelasi Rank Spearman 4.
maka didapatkan kesimpulan bahwa hubungan higiene Tabel 4. Batas Kritis
sanitasi DAMIU dengan kandungan Total Coliform memiliki
hubungan yang kuat (α<0,05) maka higiene sanitasi DAMIU Jenis
CCP Batas Kritis
Bahaya
berhubungan signifikan dengan kandungan Total Coliform. 1. Sistem pembersihan filter dengan back
Jika dilihat dari nilai Rank Spearman Correlation yaitu washing sehingga kotoran atau residu
sebesar -0,750 maka terdapat hubungan yang negatif dan yang tersaring selama ini dapat
terbuang keluar. Jika tidak memiliki
kuat antara higiene sanitasi DAMIU dengan kandungan Tabung back washig maka dilakuka pergantian
Total Coliform. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Filter miktofilter secara rutin (Permenkes,
2014);
tingkat higiene sanitasi DAMIU maka semakin rendah
2. Mikrofilter terdapat lebih dari satu
kandungan Total Coliform yang terdapat pada AMIU. Hasil buah dengan ukuran berjenjang dari
dari penelitian ini memiliki kesamaan dengan hasil penelitian besar ke kecil (Permenkes, 2014).
1. Memastikan kondisi sinar UV dalam
Surendra (2013) mengenai hubungan antara tempat
kondisi yang baik dan dapat berfungsi;
pengisian air, proses pengisian air dan higiene perorangan Sinar
2. Kapasitas UV type 8 GPM mengisi
Ultraviolet
dengan keberadaan Total Coliform pada depot air Minum isi Total maksimal 1,5 galon permenit
Coliform (Permenkes, 2014).
ulang di Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak yaitu 1. Umur galon yaitu 5 tahun (Permenkes,
dari hasil analisis data bivariat yang telah dilakukan 2014);
menggunakan uji Fisher’s, dapat disimpulkan bahwa ada 2. Fasilitas pencucian galon yaitu dengan
cara memutarkan galon secara
hubungan antara higiene perorangan dengan kandungan bersamaan dengan menyemprotkan air
Total Coliform pada depot air minum isi ulang di Kecamatan Pencucian
produk selama 15 detik (Permenkes,
Karangawen Kabupaten Demak Tahun 2013 sebesar 0,005 2014);
Galon
3. Sebelum dilakukan pengisian, galon
(α<0,05). Dari 30 sampel penelitian terdapat 12 responden harus dibersihkan dengan cara dibilas
(56,7%) yang higiene perorangannya dalam kriteria baik dan terlebih dahulu dengan air hasil
produksi minimal selama 10 detik dan
13 depot air minum (43,3%) yang higiene perorangannya
setelah pengisian harus ditutup dengan
airnya dalam kriteria tidak baik. Sebagian besar tutup yang bersih (Permenkes, 2014).
karyawan/petugas depot air minum higiene perorangannya
dalam kriteria baik karena karyawan/petugas dalam keadaan
Penetapan tindakan koreksi dilakukan untuk mengatasi CCP
sehat. Karyawan memakai pakaian bersih, tidak berkuku
yang berada di luar kontrol. Hal ini dilakukan terhadap
panjang, tidak makan, minum, merokok bersin di lokasi
penyimpangan batas kritis suatu CCP, yaitu adanya
depot air minum dan selalu mencuci tangan tiap kali
kandungan Total Coliform yang melebihi baku mutu yang
melayani konsumen.
terdapat pada air baku di dalam tandon, air hasil produksi
Setelah melakukan analisis bahaya, maka dapat ditentukan dan masa tinggal air selama 3 hari di dalam galon. Dalam
CCP. CCP diperoleh dari sebuah bagan proses yang tindakan koreksi terdapat 2 level atau tingkatan tindakan
dilengkapi dengan kondisi prosesnya. Untuk menetapkan koreksi yang dapat dilakukan. Pertama tindakan koreksi
apakah suatu proses itu termasuk CCP atau bukan dapat dapat berupa tindakan pencegahan. Tindakan koreksi berupa
ditentukan melalui pohon keputusan penentuan CCP. pencegahan yaitu memverifikasi setiap perubahan yang telah
Identifikasi penentuan CCP pada proses produksi AMIU di diterapkan dalam proses dan memastikan agar tetap efektif
Kecamatan Pauh Kota Padang mulai dari penerimaan air seperti memberikan tanggung jawab dan pencatatan setiap
baku hingga hingga air hasil produksi. Proses yang termasuk tindakan koreksi kepada yang berada dilapangan atau
CCP yaitu tabung filtrasi, sinar utraviolet dan pencucian karyawan DAMIU. Kedua tindakan koreksi segera yaitu
galon. Sedangkan berdasarkan hasil uji laboratorium dapat dapat berupa penghentian proses produksi sebelum
diketahui bahwa terdapat beberapa kandungan Total penyimpanan dikoreksi agar dapat mengurangi jumlah
Coliform pada air baku di dalam tandon, air hasil produksi produk dan apabila pada tahapan proses produksi terdapat
https://doi.org/10.25077/ dampak.17.1.9-14.2020 13
REGIA, ET AL / JURNAL DAMPAK - VOL. 17 NO. 1 (2020) 9-14
ketidaksesuaian yang ditemukan sebaiknya dilakukan Fitri S. “Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas
tindakan perbaikan. Apabila AMIU telah diproduksi Air Minum Isi Ulang di Beberapa Depot di Daerah
sebaiknya dilakukan penahanan dan tidak boleh memasarkan Pasar baru Padang”. Skripsi, Fakultas Matematika
produk sebelum dilakukan uji kelayakan produk untuk dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas
memastikan keamananan sebelum didistribusikan kepada Padang, 2010.
masyarakat umum.
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
4. KESIMPULAN 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.
Berdasarkan hasil uji terhadap air baku di dalam tandon, air
hasil produksi dan masa tinggal air selama 3 hari dalam Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43
galon terdapat 2 DAMIU yang melebihi batas baku mutu Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Minum.
Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Riskesdas. (2010). Badan Penelitian dan Pengembangan
Persyaratan Kualitas Air Minum dimana batas baku mutu Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
untuk Escherichia Coli 0 per/100ml. Higiene sanitasi
DAMIU dengan kandungan Total Coliform memiliki Surendra A.A. “Hubungan Antara Tempat Pengisian Air,
hubungan negatif dan kuat (-0,750) dengan nilai signifikansi Proses Pengisian Air dan Hygiene perorangan
(α<0,05), hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat Dengan Keberadaan Escherichia Coli Pada Depot Air
higiene sanitasi DAMIU maka semakin rendah kandungan Minum Isi Ulang Di Kecamatan Karangawen
Total Coliform yang terdapat pada AMIU. Berdasarkan hasil Kabupaten Demak.” Skripsi, Fakultas Ilmu
penentuan Critical Control Point (CCP) maka yang termasuk Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, 2013.
CCP yaitu tabung filtrasi, sinar ultraviolet dan pencucian Suwarto. “Pengaruh Penerapan Sistem Hazard Analysis
galon konsumen sehingga dibutuhkan pengendalian. Critical Control Point Pada Proses Produksi terhadap
Tindakan koreksi yang dapat dilakukan pada tabung filter Kualitas Bakteorologi Air Minum Dalam Kemasan
yaitu pengontrolan dan pencatatan setiap pergantian filter Tahun 2003”. Tesis, Magister Ilmu Kesehatan
oleh karyawan, teguran kepada karyawan jika tidak Lingkungan, 2003.
melakukan back washing, pemberhentian proses produksi
jika tidak dilakukan back washing, pemberhentian proses Wandrivel, R,. “Kualitas Air Minum Yang Diproduksi Depot
produksi jika tidak dilakukan pergantian mikrofilter secara Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Bungus Padang
rutin. Pada sinar UV yaitu pengontrolan setiap hari kondisi Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi”. Jurnal
sinar UV, jika lampu UV tidak hidup maka dilakukan Fakultas Kedokteran, Vol.1, No.3 pp.129-133, 2012.
pemberhentian proses produksi, jika Kapasitas UV dengan
type 8 GPM mengisi melebihi 1,5 galon permenit maka
dilakukan pemberhentian proses produksi. Sedangkan pada
pencucian galon yaitu penolakan galon oleh karyawan jika
umur galon melewati batas, pemberian teguran kepada
karyawan dan penolakan, dan memperketat higiene sanitasi
karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdilanov, D. “Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene
Sanitasi Dan Pemeriksaan Kualitas Air Minum Pada
Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Padang”. Jurnal
Fakultas Kesehatan Masyarakat, pp.1-10, 2012.
Athena, Sukar, Hendro M, D. Anwar M, dan Haryono.
“Kandungan, Pb, Cd,Hg dalam Air Minum dari
Depot Air Minum Isi Ulang di Jakarta, Tangerang,
Dan Bekasi”. Buletin Penelitian Kesehatan (2004),
Vol. 32, No.4, pp.135-143.
Basuki, W,. “Peningkatan Keamanan Makanan pada Industri
Pangan di Perdesaan dengan Penerapan Konsep
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)”.
Jurnal Analisis Sistem. Vol.2, pp.14-21, 1995.
Benson (2001). Microbiological Applications: Laboratory
Manual in General Microbiology 8th edition, The
McGraw-Hill Company.
14 https://doi.org/10.25077/ dampak.17.1.9-14.2020