3550 11589 1 PB
3550 11589 1 PB
3550 11589 1 PB
82
Sistem Ruang Keraton Kanoman Dan Keraton Kacirebonan | 83
1. Pendahuluan
Penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan global, Indonesia menempati
urutan ketujuh jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak. WHO memprediksi
peningkatan jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun
2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Banyak penelitian mengenai penatalaksanaan
DM (Diabetes Melitus), namun jumlah penderita DM terus meningkat, sehingga perlu
penerapan hasil penelitian dalam penatalaksanaan DM secara teratur dan terkontrol oleh
tim kesehatan. Salah satunya penerapan makanan sehat dan olahraga senam kaki dalam
menurunkan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2.
Penderita Diabetes Melitus Warga RW 2 Sukajadi mengalami peningkatan yang
awalnya 5 orang tahun 2012 menjadi 15 orang tahun 2017. Begitu pula warga RW 3
Sukajadi penderita Diabetes meningkat 50%. Peningkatan ini terjadi dikarenakan
beberapa faktor seperti gaya hidup (jarang olahraga, sering makan manis), genetic dan
tidak adanya control kadar gula darah secara teratur. Fasilitas kesehatan daerah sukajadi
sudah banyak, fasilitas kesehatan hanya berperan sebagai pemberi terapi secara
farmakologi, sedangkan terapi nonfarmakologi belum disosialisasikan kepada
masyarakat sekitar, hal ini membuat jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 semakin
meningkat. Keluhan lain yang dirasakan oleh penderitan DM tipe 2 yang berusia lanjut
yaitu neuropati perifer dengan gejala nyeri paha, pinggul, bokong dan bahu.
Penderita DM di kedua tempat ini sudah lama dan jumlahnya meningkat. Faktor
genetic, gaya hidup, uncontrol glukosa darah dan tidak adanya sosialisasi menyebabkan
peningkatan penderita Diabetes Melitus di RW 2 dan RW 3 Sukajadi. Pengobatan
secara farmakologi telah dilakukan, namun tidak menunjukkan perbaikan. Sedangkan
terapi non farmakologinya seperti makanan sehat dan senam kaki belum pernah mereka
lakukan. Keluhan lain yang dirasakan penderita DM yang mayoritas berusia lanjut yaitu
nyeri paha, nyeri panggul, nyeri bahu, merupakan gejala neuropati perifer, jika hal ini
terus dibiarkan maka akan timbul komplikasi penyakit lain. Sehingga perlu dilakukan
terapi non farmakologi untuk menentukan pengaruh penerapan nutrisi medical dan
senam kaki dalam menurunkan kadar glukosa darah dan gejala neuropati perifer pada
penderita DM tipe 2 di RW 2 dan RW 3 Sukajadi.
Berdasarkan permasalahan mitra, maka solusi yang akan dilakukan tim pengusul
diantaranya:
1. Penatalaksanaan penyakit DM selain secara farmakologi harus disertai terapi
non farmakologi seperti pengaturan menu makanan dan olahraga. Makanan
sehat terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah. Olah raga yang dipilih yaitu
senam kaki disesuikan dengan kemampuan fisik subjek penderita DM
berdasarkan pustaka acuan. Jika terapi farmakologi dan non farmakologi ini
terus dilakukan bersamaan maka penurunan kadar glukosa darah tercapai.
2. Pola hidup yang kurang baik dan sulit diubah merupakan kendala dalam
keberhasilan terapi DM, namun dengan edukasi, sosialisasi dan pemantauan
glukosa darah secara rutin dari tim pengusul akan merubah pola hidup penderita
DM secara perlahan sehingga masyarakat mengerti dan lebih peduli akan hidup
sehat, hal ini berdampak terhadap penurunan penyakit DM dan peningkatan
produktifitas warga.
3. Keluhan nyeri paha, kaki, panggul yang dirasakan warga penderita DM
merupakan gejala neuropati perifer yang menandakan komplikasi DM, untuk
mencegah komplikasi maka dilakukan olahraga senam kaki yang disesuikan
dengan kemampuan fisik subjek berdasarkan pustaka acuan. Subjek DM dengan
gejala neuropati akan dipantau secara rutin dengan cek gula darah seminggu satu
kali dan perkembangan penyakitnya akan dicatat dalam formulir berobat pasien.
2. Metode Penelitian
Langkah-langkah pelaksanaan yaitu :
1. Penentuan subjek
- penderita DM tipe 2,
- minimal 3 orang perlokasi,
- tidak memiliki komplikasi lain
2. Wawancara dan seleksi.
- Dilakukan door to door ke rumah subjek
- Pertanyaan pada form wawancara meliputi kebiasaan makan, kebiasaan
berolahraga, obat yang dikonsumsi, kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat, gejala yang dirasakan dan lama menderita DM.
- Pengukuran glukosa darah oleh tim pengusul
3. Penentuan kriteria makanan sehat
- Makanan disesuaikan dengan acuan gizi penderita DM
- Makanan disesuaikan dengan jenis makanan yang sering dikonsumsi
subjek
4. Penentuan olahraga
Dipilih sesuai kemampuan fisik subjek, contoh senam kaki untuk DM neuropati
perifer
waktu 10-15 menit/hari selama 7 hari
5. Pemberian makanan sehat sebanyak dua kali siang dan malam, terdiri dari nasi,
laukpauk, sayur, buah selama 7 hari.
6. Pengukuran glukosa darah sewaktu dilakukan 4x yaitu sebelum, setelah hari ke
3, ke 7 pemberian makanan sehat dan senam kaki, serta 30 hari setelah edukasi
dan dilihat perbaikan gejala klasik yang dialami penderita.
JENIS KARBOHIDRAT
Nasi putih nasi merah roti lontong
13%
12%
50%
25%
Dari gambar 1 terlihat bahwa 50% subjek mengkonsumsi nasi putih, padahal
nasi putih memiliki indeks glikemik paling tinggi, sehingga mudah unuk dicerna dan
diubah menjadi glukosa darah, hal ini yang menyebabkan penderita DM cepat measa
lapar kembali. Maka dalam pemberian makanan sehat dikombinasi nasi merah untuk
malam hari, tapi tetap diberikan nasi putih karena ada beberapa subjek tidak suka nasi
merah.
JENIS LAUK PAUK
Ayam Ikan Daging Telur Tahu Tempe
3%
5%
10%
7%
50%
25%
Gambar 2. Jenis lauk pauk yang bisa dikonsmsi sehari-hari oleh subjek
Berdasarkan jenis lauk pauk yang disukai sehari-hari adalah ayam dan ikan,
sehingga menu untuk perancangan adalah ayam dan ikan.
JENIS SAYURAN
Tumis sayur capcay Lalap
10%
20% 40%
30%
10%
10%
10%
70%
Gambar 4. menunjukkan 70% subjek beralih ke air mineral dari awalnya rutin
tiap pagi minum the manis dan kopi, sekarang subjek membatasi minuman manis
dan beralih ke air mineral.
Makanan sehat harus mengandung nasi, lauk pauk, sayur dan buh-buahan
(Almatsier, 2005). Makanan sehat dirancang untuk 2 waktu makan siang dan malam,
dengan menu yang berbeda agar subjek tidak bosan dalam mengkonsumsi obat tersebut,
contoh menu makanan ada di lampiran 2. Untuk jenis menunya tiap orang berbeda
Karena subjek ada yang tidak suka tempe, ada yang tidak suka ikan dan sebagainya,
tetapi jumlah pemasukan kalori disamakan sekitar 1500-1800kkal sebab pada umumnya
subjek memiliki aktivitas fisik yang rendah. Asupan kalori dari makanan menjadi
sumber energy bagi subjek dalam melakukan aktivitas, dan selama diberikan makanan
sehat, subjek tetap dapat menjalankan aktivitasnya secaa normal tidak terasa lemas, hal
ini menandakan jumlah asupan dari kalori makanan telah sesuai. Berikut nalisa gizi
pada menu makanan sehat yang diberikan kepada subjek.
Tabel 2. Menu makanan sehat terhadap analisa gizi
3% 3%
12%
82%
Dari gambar 5 dapat terlihat bahwa sebagian besar penderita DM tidak rutin
dalam berolahraga. Aktivitas fisik yang rendah salah satu faktir risiko DM. Semua
subjek merasakan kesemutan yang hilang timbul, sehingga diberikan perlakuan senam
kaki untu mencegah komplikasi neuropati perifer (ADA, 2015).
jumlah subjek yang mengalami kesemutan
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
sebelum senam kaki sesudah senam kaki
600
500
400
300
200
100
0
0 3 7 14
Gambar 7. Rataan perubahan kadar glukosa darah sewaktu sejak awal sampai
akhir pengujian.
Terdapat penurunan kadar glukosa darah sewaktu pada subjek yang diberikan
perlakuan. Sedangkan pada subjek yang tidak diberikan perlakuan tidak
memperlihatkan besarnya penurunan kadar glukosa darah. Dan penurunan darah
bermakna pada saat subjek menambahkan terapi puasa..
Sebagian besar pasien mengkonsumsi obat DM yaitu metformin dan semua
pasien patuh dalam konsumsi obat. Hal ini haus terus dipertahankan dengan bantuan
keluarga (BPOM, 2006)
4. Kesimpulan
Penerapan makanan sehat dengan memperhatikan jumlah asupan kalor dapat
menurunkan kadar glukosa darah sewaktu. Olahraga senam kaki yang dilakukan secara
teratur dapat menguangi gejala neuropati perifer.
Daftar pustaka
American Diabetes Association, (2015), Standars of Medical Cae in Diabetes, Diabetes
care, volume 38, supplement 1.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia, (2013), Riset
Kesehatan Dasar, Jakarta, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Dipiro, T.J, R. L. Talbert, G.C.Yee, at all, (2011). Pharmacotheraphy A
Pathophysiologic Approach, 8th Ed,. United States of America : McCgraw Hill
Company, 2652-2660.