3550 11589 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 82-91

PENERAPAN MAKANAN SEHAT DAN OLAHRAGA SENAM KAKI PADA PENDERITA


DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RW 2 DAN RW 3 KECAMATAN SUKAJADI BANDUNG
JAWA BARAT

THE APPLICATION OF HEALTHY FOOD INTAKE AND FOOT EXERCISE ON DIABETES


DIABETES MELITUS TYPE 2 IN RW 2 AND RW 3 SUKAJADI BANDUNG WEST JAVA
1
Eva Kusumahati, 2Lia Marliani, 3Ni Nyoman Sri Mas hartini, 4Ida Lisni
1,2,3,4
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung, Jl. Soekarno Hatta No 274
email : [email protected]; [email protected]; [email protected]; dan
1
4
[email protected]

Abstract. Diabetes mellitus type 2 patients in RW 02 and RW 03 Sukajadi Bandung,


increased 50% during the last 5 years. Many factors lead to an increase in the
number of DM patients including lifestyle (uncontrolled food and low activity),
genetic and community knowledge about low DM disease. So the purpose of
community service is to know the influence of the application of healthy foods in
lowering blood glucose levels and the application of foot exercises in reducing
peripheral neuropathy The method of implementation begins with an interview to
determine the general description of the subject, followed by blood glucose
examination on days 0, 3, 7 and 14 after being given 2x daily healthy meals for 7
days, leg and educational gymnastics. Results of field observations, based on the
long suffering DM most of 1-10 years even there is 1 person who just knew that she
was suffering DM. Decrease in blood glucose level at 50%, after subjects are given
healthy food with calories between 1500-1800 kcal .. Of 80% of patients with DM
who experience peripheral neuropathy, decreased morbidity after doing leg
exercises. Conclusion: healthy food prescriptions with regard to calorie intake can
lower blood glucose while, regular exercise for leg exercises can reduce perifer
neuropathy symptoms.
Keywords: Diabetes mellitus type 2, blood glucose while, healthy food, foot
gymnastics

Abstrak. Penderita Diabetes mellitus tipe 2 di RW 02 dan RW 03 Sukajadi Bandung,


mengalami peningkatan 50%. Banyak faktor yang menyebabkan peningkatan
jumlah penderita DM diantaranya gaya hidup (makanan tidak terkontrol dan
aktivitas yang rendah), genetic dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DM
rendah. Sehingga tujuan pengabdian masyarakat ini untuk mengetahui pengaruh
penerapan makanan sehat dalam menurunkan kadar glukosa darah dan penerapan
senam kaki dalam mengurangi neuropati perifer Metode pelaksanaan diawali
dengan wawancara untuk mengetahui gambaran umum subjek, dilanjutkan dengan
pemeriksaan glukosa darah sewaktu pada hari 0, 3, 7 dan 14 setelah diberikan
makanan sehat sehari 2x selama 7 hari, senam kaki dan edukasi. Hasil pengamatan
lapangan, berdasarkan lama menderita DM sebagian besar 1-10 tahun bahkan ada
1 orang yang baru mengetahui dirinya DM. Penurunan kadar glukosa darah
sewaktu sebesar 50%, setelah subjek diberikan makanan sehat dengan kalori antara
1500-1800 kkal.. Dari 80% pendeita DM yang mengalami neuropati perifer, terjadi
penurunan kesakitan setelah melakukan senam kaki. Kesimpulan: peneraoan
makanan sehat dengan memperhatikan asupan kalori dapat menurunkan glukosa
darah sewaktu, olahraga senam kaki secara teratur dapat mengurangi gejala
neuropati perifer..
Kata Kunci: Diabetes mellitus tipe II, glukosa darah sewaktu, makanan sehat,
senam kaki

82
Sistem Ruang Keraton Kanoman Dan Keraton Kacirebonan | 83

1. Pendahuluan
Penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan global, Indonesia menempati
urutan ketujuh jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak. WHO memprediksi
peningkatan jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun
2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Banyak penelitian mengenai penatalaksanaan
DM (Diabetes Melitus), namun jumlah penderita DM terus meningkat, sehingga perlu
penerapan hasil penelitian dalam penatalaksanaan DM secara teratur dan terkontrol oleh
tim kesehatan. Salah satunya penerapan makanan sehat dan olahraga senam kaki dalam
menurunkan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2.
Penderita Diabetes Melitus Warga RW 2 Sukajadi mengalami peningkatan yang
awalnya 5 orang tahun 2012 menjadi 15 orang tahun 2017. Begitu pula warga RW 3
Sukajadi penderita Diabetes meningkat 50%. Peningkatan ini terjadi dikarenakan
beberapa faktor seperti gaya hidup (jarang olahraga, sering makan manis), genetic dan
tidak adanya control kadar gula darah secara teratur. Fasilitas kesehatan daerah sukajadi
sudah banyak, fasilitas kesehatan hanya berperan sebagai pemberi terapi secara
farmakologi, sedangkan terapi nonfarmakologi belum disosialisasikan kepada
masyarakat sekitar, hal ini membuat jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 semakin
meningkat. Keluhan lain yang dirasakan oleh penderitan DM tipe 2 yang berusia lanjut
yaitu neuropati perifer dengan gejala nyeri paha, pinggul, bokong dan bahu.
Penderita DM di kedua tempat ini sudah lama dan jumlahnya meningkat. Faktor
genetic, gaya hidup, uncontrol glukosa darah dan tidak adanya sosialisasi menyebabkan
peningkatan penderita Diabetes Melitus di RW 2 dan RW 3 Sukajadi. Pengobatan
secara farmakologi telah dilakukan, namun tidak menunjukkan perbaikan. Sedangkan
terapi non farmakologinya seperti makanan sehat dan senam kaki belum pernah mereka
lakukan. Keluhan lain yang dirasakan penderita DM yang mayoritas berusia lanjut yaitu
nyeri paha, nyeri panggul, nyeri bahu, merupakan gejala neuropati perifer, jika hal ini
terus dibiarkan maka akan timbul komplikasi penyakit lain. Sehingga perlu dilakukan
terapi non farmakologi untuk menentukan pengaruh penerapan nutrisi medical dan
senam kaki dalam menurunkan kadar glukosa darah dan gejala neuropati perifer pada
penderita DM tipe 2 di RW 2 dan RW 3 Sukajadi.
Berdasarkan permasalahan mitra, maka solusi yang akan dilakukan tim pengusul
diantaranya:
1. Penatalaksanaan penyakit DM selain secara farmakologi harus disertai terapi
non farmakologi seperti pengaturan menu makanan dan olahraga. Makanan
sehat terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah. Olah raga yang dipilih yaitu
senam kaki disesuikan dengan kemampuan fisik subjek penderita DM
berdasarkan pustaka acuan. Jika terapi farmakologi dan non farmakologi ini
terus dilakukan bersamaan maka penurunan kadar glukosa darah tercapai.
2. Pola hidup yang kurang baik dan sulit diubah merupakan kendala dalam
keberhasilan terapi DM, namun dengan edukasi, sosialisasi dan pemantauan
glukosa darah secara rutin dari tim pengusul akan merubah pola hidup penderita
DM secara perlahan sehingga masyarakat mengerti dan lebih peduli akan hidup
sehat, hal ini berdampak terhadap penurunan penyakit DM dan peningkatan
produktifitas warga.
3. Keluhan nyeri paha, kaki, panggul yang dirasakan warga penderita DM
merupakan gejala neuropati perifer yang menandakan komplikasi DM, untuk
mencegah komplikasi maka dilakukan olahraga senam kaki yang disesuikan
dengan kemampuan fisik subjek berdasarkan pustaka acuan. Subjek DM dengan

Vol 6, No.1, Juni 2018


84 | Nurullia Fitriani, et al.

gejala neuropati akan dipantau secara rutin dengan cek gula darah seminggu satu
kali dan perkembangan penyakitnya akan dicatat dalam formulir berobat pasien.

2. Metode Penelitian
Langkah-langkah pelaksanaan yaitu :
1. Penentuan subjek
- penderita DM tipe 2,
- minimal 3 orang perlokasi,
- tidak memiliki komplikasi lain
2. Wawancara dan seleksi.
- Dilakukan door to door ke rumah subjek
- Pertanyaan pada form wawancara meliputi kebiasaan makan, kebiasaan
berolahraga, obat yang dikonsumsi, kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat, gejala yang dirasakan dan lama menderita DM.
- Pengukuran glukosa darah oleh tim pengusul
3. Penentuan kriteria makanan sehat
- Makanan disesuaikan dengan acuan gizi penderita DM
- Makanan disesuaikan dengan jenis makanan yang sering dikonsumsi
subjek
4. Penentuan olahraga
Dipilih sesuai kemampuan fisik subjek, contoh senam kaki untuk DM neuropati
perifer
waktu 10-15 menit/hari selama 7 hari
5. Pemberian makanan sehat sebanyak dua kali siang dan malam, terdiri dari nasi,
laukpauk, sayur, buah selama 7 hari.
6. Pengukuran glukosa darah sewaktu dilakukan 4x yaitu sebelum, setelah hari ke
3, ke 7 pemberian makanan sehat dan senam kaki, serta 30 hari setelah edukasi
dan dilihat perbaikan gejala klasik yang dialami penderita.

3. Hasil dan Pembahasan


Gambaran Umum Subjek Pengabdian masyarakat
Secara keseluruhan, subjek pengabdian masyarakat adalah penderita diabetes
mellitus di daerah Rw 02 dan Rw 03 Sukajadi Bandung. Subjek yang berjumlah 8 orang
yaitu 6 orang pada kelompok yang mendapat perlakuan yaitu selain obat rutin, diberikan
juga makanan sehat dan senam kaki serta edukasi terkait diabetes mellitus. 2 orang yang
tidak mendapat perlakuan (konsumsi obat secara rutin dan mendapatkan edukasi).
Gambaran umum subjek pengabdian masyarakat terdapat pada tabel 1.

ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X


Sistem Ruang Keraton Kanoman Dan Keraton Kacirebonan | 85

Tabel 1. Gambaran umum subjek


Kategori Mendapat perlakuan Tidak mendapat perlakuan
Jumlah Jumlah
Jenis kelamin
Pria 2 1
Wanita 4 1
Usia
<65 4 1
>65 2 1
Riwayat keluarga DM
Ya 3 2
Tidak 3 -
Lama menderita
<1 tahun 1 -
1-10 tahun 4 2
>10 tahun 1 -

Tabel 1 menunjukkan jumlah subjek sebanyak 8 orang yang seharusnya


mendapatkan perlakuan sama, namun dalam pelaksanaannya, ada 2 orang yang menolak
untuk dicek darah dengan alasan tidak siap menerima hasilnya dan fobia terhadap
jarum, tetapi 8 orang ini menjalani terapi farmakologi dengan obat dan diberikan
makanan sehat, senam kaki dan edukasi. Namun 2 subjek ini tidak dapat dijadikan
indicator keberhasilan pengaruh makanan sehat terhadap penurunan gula darah.
Berdasarkan jenis kelamin, wanita paling banyak, sesuai dengan data riskesdas tahun
2013 pendeita wanita cenderung meningkat dibandingkan pria. Berdasarkan usia,
jumlah penderita DM < 65 cenderung meningkat (Riskesdas, 2013). Memiliki riwayat
keluarga DM berisiko lebih tinggi untuk terkena DM (Dipiro, 2011).Berdasarkan lama
menderita DM, sebagian besar antara 1-10 tahun, bahkan ada 1 orang yang baru
menyadari bahwa dirinya DM setelah pengecekan awal gula darah sewaktu.
Penerapan Menu Makanan Sehat
Sebelum menentukan jenis makanan yang akan dikonsumsi, sebelumnya
ditanyakan pada saat wawancara yaitu frekuensi makan, jenis karbohidrat,lauk pauk,
sayur, buah dan minuman yang biasa dikonsumsi. Hasil wawancara mengenai makanan
tedapat pada gambar 1.

Vol 6, No.1, Juni 2018


86 | Nurullia Fitriani, et al.

JENIS KARBOHIDRAT
Nasi putih nasi merah roti lontong

13%

12%

50%

25%

Gambar 1. Jenis Karbohidrat yang biasa dikonsumsi sehai-hari oleh subjek

Dari gambar 1 terlihat bahwa 50% subjek mengkonsumsi nasi putih, padahal
nasi putih memiliki indeks glikemik paling tinggi, sehingga mudah unuk dicerna dan
diubah menjadi glukosa darah, hal ini yang menyebabkan penderita DM cepat measa
lapar kembali. Maka dalam pemberian makanan sehat dikombinasi nasi merah untuk
malam hari, tapi tetap diberikan nasi putih karena ada beberapa subjek tidak suka nasi
merah.
JENIS LAUK PAUK
Ayam Ikan Daging Telur Tahu Tempe

3%
5%

10%

7%
50%

25%

Gambar 2. Jenis lauk pauk yang bisa dikonsmsi sehari-hari oleh subjek

Berdasarkan jenis lauk pauk yang disukai sehari-hari adalah ayam dan ikan,
sehingga menu untuk perancangan adalah ayam dan ikan.

ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X


Sistem Ruang Keraton Kanoman Dan Keraton Kacirebonan | 87

JENIS SAYURAN
Tumis sayur capcay Lalap

10%

20% 40%

30%

Gambar 3. ditunjukkan hasil wawancara bahwa 40% subjek menyukai tumis.

Kandungan mikronutrien dalam sayuran bermanfaat dalam menurunkan risiko


perkembangan DM, contohnya magnesium.
Hasil wawancara dengan semua subjek, untuk konsumsi buah-buahan mereka
menyukai semua jenis buah. Dalam perencanaan menu buah-buahan digunakan buah
yang memiliki beban glikemik rendah seperti papaya, alpukat, jeruk, manga, apel,
semangka dan jambu (AJCN 2002).
JENIS MINUMAN
air mineral the manis kopi susu

10%

10%

10%

70%

Gambar 4. menunjukkan 70% subjek beralih ke air mineral dari awalnya rutin
tiap pagi minum the manis dan kopi, sekarang subjek membatasi minuman manis
dan beralih ke air mineral.

Vol 6, No.1, Juni 2018


88 | Nurullia Fitriani, et al.

Makanan sehat harus mengandung nasi, lauk pauk, sayur dan buh-buahan
(Almatsier, 2005). Makanan sehat dirancang untuk 2 waktu makan siang dan malam,
dengan menu yang berbeda agar subjek tidak bosan dalam mengkonsumsi obat tersebut,
contoh menu makanan ada di lampiran 2. Untuk jenis menunya tiap orang berbeda
Karena subjek ada yang tidak suka tempe, ada yang tidak suka ikan dan sebagainya,
tetapi jumlah pemasukan kalori disamakan sekitar 1500-1800kkal sebab pada umumnya
subjek memiliki aktivitas fisik yang rendah. Asupan kalori dari makanan menjadi
sumber energy bagi subjek dalam melakukan aktivitas, dan selama diberikan makanan
sehat, subjek tetap dapat menjalankan aktivitasnya secaa normal tidak terasa lemas, hal
ini menandakan jumlah asupan dari kalori makanan telah sesuai. Berikut nalisa gizi
pada menu makanan sehat yang diberikan kepada subjek.
Tabel 2. Menu makanan sehat terhadap analisa gizi

Hari Menu KH Protein Lemak Lemak kolesterol Kalori


ke makanan (g) (g) total (g) jenuh (KKal)
(g)
1. Nasi putih 74 42 15,5 3,6 86 600,5
Tumis pare
Daging
melon
Nasi merah 50 13,6 16,8 2,3 19,9 397
Sayur lodeh
Ayam bakar
mangga
2 Nasi putih 53,3 20 8,9 2,9 34,3 434,5
Capcay
Telur balado
Semangka
Nasi merah 63,3 30,4 20,8 5,3 98 581
Pepes ikan
Tumis jamur
pepaya
3 Nasi putih 60,4 35,7 15,6 3,2 86 530,5
Udang balado
Tumis tempe
kacang
panjang
jeruk
Nasi merah 47,6 44,7 16,7 5 86 648
Pepes telur
asin
Lalap
jambu

ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X


Sistem Ruang Keraton Kanoman Dan Keraton Kacirebonan | 89

Aktivitas Fisik Subjek


AKTIVITAS FISIK SUBJEK
tidak olahraga jalan kaki bulu tangkis footsal

3% 3%

12%

82%

Gambar 5 aktivitas fiaik yang dilakukan subjek

Dari gambar 5 dapat terlihat bahwa sebagian besar penderita DM tidak rutin
dalam berolahraga. Aktivitas fisik yang rendah salah satu faktir risiko DM. Semua
subjek merasakan kesemutan yang hilang timbul, sehingga diberikan perlakuan senam
kaki untu mencegah komplikasi neuropati perifer (ADA, 2015).
jumlah subjek yang mengalami kesemutan
90%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
sebelum senam kaki sesudah senam kaki

Gambar 6. Jumlah subjek yang mengalami kesemutan sebelum dan sesudah


senam kaki.

Vol 6, No.1, Juni 2018


90 | Nurullia Fitriani, et al.

Sekitar 80% penderita DM mengalami kesemutan, namun setelah diberikan


senam kaki, maka terjadi penuunan gejala kesemutan. Sehingga senam kaki sangat
bermanfaat dalam mengurangi gejala kesemutan akibat komplikasi neuropati (ADA,
2015).
Rataan perubahan kadar glukosa darah sewaktu sejak awl sampai dengan akhir
pengabdian masayarakat.
Penurunan kadar glukosa darah
700

600

500

400

300

200

100

0
0 3 7 14

tidak ada perlakuan diberikan perlakuan

Gambar 7. Rataan perubahan kadar glukosa darah sewaktu sejak awal sampai
akhir pengujian.

Terdapat penurunan kadar glukosa darah sewaktu pada subjek yang diberikan
perlakuan. Sedangkan pada subjek yang tidak diberikan perlakuan tidak
memperlihatkan besarnya penurunan kadar glukosa darah. Dan penurunan darah
bermakna pada saat subjek menambahkan terapi puasa..
Sebagian besar pasien mengkonsumsi obat DM yaitu metformin dan semua
pasien patuh dalam konsumsi obat. Hal ini haus terus dipertahankan dengan bantuan
keluarga (BPOM, 2006)

4. Kesimpulan
Penerapan makanan sehat dengan memperhatikan jumlah asupan kalor dapat
menurunkan kadar glukosa darah sewaktu. Olahraga senam kaki yang dilakukan secara
teratur dapat menguangi gejala neuropati perifer.

Daftar pustaka
American Diabetes Association, (2015), Standars of Medical Cae in Diabetes, Diabetes
care, volume 38, supplement 1.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia, (2013), Riset
Kesehatan Dasar, Jakarta, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Dipiro, T.J, R. L. Talbert, G.C.Yee, at all, (2011). Pharmacotheraphy A
Pathophysiologic Approach, 8th Ed,. United States of America : McCgraw Hill
Company, 2652-2660.

ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X


Sistem Ruang Keraton Kanoman Dan Keraton Kacirebonan | 91

Mahan,L.K, Escott-stump S, (2008). Kause’s Food & Nutrition Theraphy, 12 th edition.


St,Louis : Saunders Elsevier, 776-779
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, (2011). Consensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta.

Vol 6, No.1, Juni 2018

You might also like