None PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

[Type text]

KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN


BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) PADA SISTEM
RESIRKULASI DENGAN KEPADATAN BERBEDA
THE SURVIVAL RATE AND GROWTH OF CATFISH FRY
(Clarias sp.) IN RECIRCULATED SYSTEM WITH DIFFERENT
DENSITY
Rosmawati dan Muarif
Staf pengajar pada Jurusan Teknologi Budidaya dan Bisnis Perikanan,
Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan, Universitas Djuanda

Abstract

This study was aimed at assessing the effect of stocking density on the survival and
growth of Dumbo fish fry raised in a recirculated system. The study was conducted at the the
Laboratory of Aquaculture, Department of Aquaculture and Fishery Business and Chemistry
Laboratory of the Faculty of Agribusiness and Food Technology, Djuanda University from
May to September 2010. A completely randomized design with four treatments and three
replications was used. Treatments consisted of stocking density rates of 20, 30, 40, and 50
fish/l. Tanks sized 50x30x30 cm3 were filled in with 25 liter water and fish fry sized 2.24-
2.30 cm in the corresponding stocking density rates. Feeding was done ad libitum twice a day
at 09.00 and 16.00. Parameters measured included survivability rate, body length growth,
daily weight gain, feed efficiency, protein retention, and water quality. Results showed that
stocking density gave significant effects (P<0.05) on survivability rate, body length growth,
and daily weight gain but not (P>0.05) on feed efficiency and protein retention. The highest
survivability rate, body length growth, and daily weight gain of 66.00%; 2.13 cm; and 5.54%,
respectively, were obtained in stocking density of 20 fish/l. The quality of water used as a
medium of catfish fry raising in each treatment during the experimental period was found to
be within good range for the survival and growth of the fry. It was concluded that improving
stocking density from 20 to 50 fish/l did not improve Dumbo catfish fry survival and growth
rates. Meanwhile, the use of recirculated system was found to maintain medium water
quality.

Keywords : recirculated system, survivability rate, catfish fry

Pendahuluan air serta lahan untuk berbagai


kepentingan. Untuk meningkatkan
Kendala yang masih sering produksi benih salah satunya adalah
dijumpai dalam budidaya ikan lele yaiu dengan tingkat kepadatan yang tinggi.
benih yang diproduksi masih belum dapat Menurut Hepher dan Pruginin, (1981),
memenuhi permintaan. Di lain pihak, pada kondisi lingkungan yang baik dan
kualitas dan kuantitas sumber daya air pakan yang cukup, peningkatan kepadatan
tawar pada masa sekarang makin menurun ikan akan meningkatkan produksi.
seiring dengan meningkatnya penggunaan Peningkatan padat penebaran akan diikuti

Rosmawati dan Muarif, Sains Akuatik 13 (2): 1 – 8 1


[Type text]

dengan peningkatan jumlah pakan, ikan diadaptasikan terhadap lingkungan


buangan metabolisme tubuh, konsumsi yang baru dan pakan buatan. Setelah satu
oksigen, dan dapat menurunkan kualitas minggu dilakukan seleksi ukuran ikan.
air. Penurunan kualitas air akan Ikan yang ukurannya sesuai dipindahkan
mengakibatkan ikan stress sehingga ke dalam akuarium percobaan dengan
pertumbuhan menurun dan ikan rentan kepadatan sesuai dengan perlakuan.
terhadap kematian. Akuarium percobaan yang
Untuk mempertahankan kualitas air digunakan sebanyak 12 buah dengan
tetap baik pada pemeliharaan benih ikan ukuran 50 x 30 x 30 cm3 dan diisi 20 liter
lele, digunakan sistem resirkulasi. Sistem air. Setiap akuarium diberi lampu di
resirkulasi adalah suatu sistem produksi atasnya untuk menjaga suhu media
yang menggunakan air lebih dari satu kali, pemeliharaan pada kisaran optimal
yaitu setelah melalui proses pengolahan pertumbuhan ikan. Selain itu dipasang
limbah dan sirkulasi air (Losordo, 1988). instalasi pemasukan dan pengeluaran air
Penelitian tentang peningkatan ke dalam dan ke luar akuarium, yang
kepadatan dengan sistem resirkulasi untuk mana air yang ke luar dari akuarium
meningkatkan produksi benih ikan telah dialirkan ke wadah treatmen air. Air yang
banyak dilakukan dan hasilnya telah ditreatmen, selanjutnya dialirkan ke
memperlihatkan bahwa penggunaan dalam akuarium percobaan.
resirkulasi dapat meningkatkan kepadatan Pemeliharaan ikan percobaan
dan produksi pada ikan patin (Arifin dan dilakukan selama 30 hari. Selama
Asyari, 1992; Raja Gukguk, 2000; percobaan ikan diberi pakan buatan untuk
Nurhamidah, 2007; Hidayat, 2007), lobser benih berbentuk tepung dengan kadar
air tawar (Irawan, 2007), dan pada benih protein 40% . Pemberian pakan dilakukan
gurame (Rahmadani, 2007). Oleh karena 2 kali sehari pada pukul 09.00 dan 16.00
itu perlu dilakukan penelitian daya dukung WIB secara ad libitum. Air yang
suatu sistem resirkulasi agar didapatkan digunakan berasal dari air sumur dalam
kepadatan yang optimal untuk yang terlebih dahulu diendapkan dan
menghasilkan produksi yang maksimal diaerasi. Untuk menjaga kualitas air media
pada benih ikan lele. pemeliharaan dilakukan pergantian air
setiap hari sebanyak 20% dari volume air.
Bahan dan Metode Pergantian air bertujuan juga untuk
membuang sisa pakan dan feses yang ada
Penelitian dilaksanakan selama dua di dalam media pemeliharaan dengan cara
bulan, dari bulan Mei sampai Juni di menyiponnya dan kemudian menggati air
Laboratoium Teknologi Budidaya, yang terbuang karena penyiponan.
Jurusan Teknologi Budidaya dan Bisnis Penelitian ini menggunakan
Perikanan, Fakultas Agribisnis dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
Teknologi Pangan, Universitas Djuanda 4 perlakuan. Perlakuan yang diberikan
Bogor. Ikan yang digunakan adalah benih adalah kepadatan yang berbeda, yaitu 20,
ikan lele dumbo dengan ukuran berkisar 30, 40, dan 50 ekor/l. Setiap perlakuan
antara 2,24-2,30 cm yang berasal dari dari diulang 3 kali. Peubah yang diamati
petani ikan di daerah Parung. Ikan yang adalah kelangsungan hidup, pertumbuhan
baru datang dari petani dipelihara di panjang tubuh, laju pertumbuhan harian,
dalam akuarium selama satu minggu. efisiensi pakan, retensi protein, dan
Selama pemeliharaan satu minggu benih kualitas air. Untuk melihat pengaruh

Rosmawati dan Muarif, Sains Akuatik 13 (2): 1 – 8 2


[Type text]

sebenarnya dari perlakuan dilakukan Tabel1. Kelangsungan hidup (KH),


analisis ragam. Bila terdapat pengaruh Pertumbuhan panjang tubuh
nyata, dilakukan uji lanjut dengan Uji (PPT), Laju pertumbuhan harian
Beda Nyata Terkecil menurut Steel dan (LPH), Efisiensi pakan (EP), dan
Torrie (1981) untuk melihat kepadatan Retensi protein (RP) benih ikan
yang memberikan kelangsungan hidup lele dumbo
dan pertumbuhan tertinggi.
Kepadatan (ekor/l)
Hasil dan Pembahasan Parameter 20 30 40 50
KH (%) 66,00a 52,17bc 54,29b 45,47c
Data kelangsungan hidup, PPT(cm) 2,13a 1,95b 1,98b 2,03b
pertumbuhan panjang tubuh, laju LPH (%) 5,54 a
4,56 b
5,02 ab
4,64b
pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan EP (%) 166,69 101,28 180,34 117,10a
a a a

retensi protein benih ikan lele dapat dilihat RP (%) 58,77a 41,42a 67,03a 46,26a
pada Tabel 1. Hasil penelitian Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda
menunjukkan bahwa kepadatan ikan pada baris yang sama
memberikan pengaruh yang berbeda nyata menunjukkan ada perbedaan
(P<0,05) terhadap kelangsungan hidup, yang nyata (P<0,05)
petumbuhan panjang tubuh, dan laju Tabel 2. Kualitas air media
pertumbuhan harian, tetapi tidak pemeliharaan benih lele
memberikan pengaruh yang berbeda nyata dumbo (Clarias sp.)
(P>0,05) terhadap efisiensi pakan dan
retensi protein. Hasil tertinggi pada Kepadatan (ekor/l)
kelangsungan hidup, pertumbuhan Parameter 20 30 40 50
Suhu 28,0- 28,0- 28,0- 28,0-
panjang tubuh, dan laju pertumbuhan
( 0C) 29,0 29,0 29,0 29,0
harian diperoleh pada kepadatan ikan 20
Oksigen 6,14- 5,68- 5,50- 4,71-
ekor/l, yaitu masing-masing 66,00%; 2,13 (ppm) 6,77 5,71 5,65 4,80
cm; dan 5,54%. Uji lanjut dengan beda pH 6,5- 6,5- 6,5- 6,5-
nyata terkecil terhadap kelangsungan 7,0 7,0 7,0 7,0
hidup menunjukkan bahwa kepadatan 20 Ammonia 0,04- 0,045- 0,047- 0,057-
ekor/l berbeda dengan kepadatan lainnya. (ppm) 0,043 0,048 0,049 0,060
Kepadatan 30 ekor/l sama dengan CO2 6,40- 6,52- 6,70- 6,93-
kepadatan 40 dan 50 ekor/l, sedangkan (mg/l) 6,42 6,89 6,77 6,95
kepadatan 40 ekor/l berbeda dengan
kepadatan 50 ekor/l. Pada pertumbuhan Kelangsungan hidup benih ikan lele
panjang tubuh, dan laju pertumbuhan berbeda pada setiap kepadatan ikan dan
harian menunjukan bahwa kepadatan 20 tertinggi diperoleh pada kepadatan 20
ekor/l berbeda denngan kepadatan lainnya, ekor/l. Kelangsungan hidup dipengaruhi
sedangkan kepadatan 30, 40, dan 50 ekor/l oleh kualitas air media pemeliharaan dan
tidak berbeda. Kualitas air media pakan yang diberikan. Dilihat dari pakan,
pemeliharaan benih ikan lele setiap pemberian pakan sudah mencukupi dilihat
perlakuan selama penelitian masih dalam dari nilai efisiensi pakan yang cukup
kisaran yang baik untuk kelangsungan tinggi (Tabel 1.). Kualitas air media
hidup dan pertumbuhan benih ikan lele pemeliharaan masih dalam kisaran yang
(Tabel 2). cukup baik untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih ikan lele.

Rosmawati dan Muarif, Sains Akuatik 13 (2): 1 – 8 3


[Type text]

Kelangsungan hidup yang rendah panjang awal 1,46 cm dan berat awal
diakibakan oleh padat penebaran yang 0,022 gram menghasilkan kelangsungan
tinggi, dimana kepadatan ikan yang tinggi hidup terbaik sebesar 76,35%, maka
dapat mempengaruhi lingkungan budidaya penelitian ikan lele ini kepadatannya
dan interaksi ikan (Hepher dan Pruginin, terlalu tinggi sehingga menghasilkan
1981). Pada penelitian yang dilakukan, kelangsungan yang rendah. Hal lain yang
kepadatan 20 ekor per liter masih membedakan adalah ikan lele ini kanibal
memberikan kelangsungan hidup yang pada setiap stadia kecuali larva,
lebih baik, yaitu sebesar 66,00% sedangkan ikan patin kanibal saat larva
dibandingkan dengan kepadatan 30, 40, sehingga mempengaruhi juga kepada
dan 50 ekor per liter (Tabel 1). Rendahnya kelangsungan hidup.
kelangsungan hidup pada padat penebaran Pertumbuhan panjang tubuh dan
30,40, dan 50 ekor/l diakibatkan oleh laju pertumbuhan harian benih ikan lele
kepadatan yang terlalu tinggi. Kepadatan pada penelitian ini yang terbaik diperoleh
yang terlalu tinggi ini menyebabkan pada kepadatan ikan 20 ekor/l, yaitu
kualitas air menurun, meskipun pada masing-masing sebesar 2,13 cm dan
penelitian ini kualitas air masih pada 5,54%; sedangkan kepadatan 30, 40, dan
kisaran yang cukup baik, karena adanya 50 ekor/l sama. Pertumbuhan bergantung
sistem resirkulasi yang menjaga kualitas kepada energi yang tersedia. Pertumbuhan
air tetap stabil. Meskipun dengan sistem akan terjadi apabila terdapat kelebihan
resirkulasi kualitas air tetap terjaga dengan energi dari pakan yang dikonsumsi setelah
baik, tetapi bila dilihat dari nilai parameter kebutuhan energi minimumnya (untuk
kualitas air pada penelitian ini terlihat hidup pokok) sudah terpenuhi (Affandi et
bahwa dengan meningkatnya kepadatan al., 1992). Pertumbuhan ikan lele pada
nilai kandungan ammonia dan CO2 kepadatan 20 ekor/l lebih baik
meningkat, sedangkan kelarutan oksigen dibandingkan dengan kepadatan 30, 40,
menurun. Akibat lain dari tingginya dan 50 ekor/l. Hal ini menunjukan bahwa
kepadatan adalah interaksi antara ikan energi yang tersedia untuk pertumbuhan
(Hepher dan Pruginin, 1981). Pada lebih besar pada kepadatan 20 ekor/l.
kepadatan 30, 40, dan 50 ekor/l interaksi Dilihat dari jumlah pakan yang
antara ikan sangat tinggi, dikarenakan dikonsumsi, kepadatan 20 ekor/l lebih
ruang hidup yang semakin sempit. Ikan sedikit dibandingkan dengan kepadatan
lele merupakan ikan kanibal, maka dengan 30, 40, dan 50 ekor/l. Sedikitnya jumlah
makin tingginya interaksi dari ikan maka pakan yang dikonsumsi pada kepadatan 20
makin tinggi juga kanibalismenya, ekor/l dikarenakan jumlah ikan yang
sehingga kelangsungan hidup juga dipelihara lebih sedikit dari yang lainnya.
menjadi rendah. Tingginya kanibalisme Akan tetapi jumlah pakan tersebut dapat
pada penelitian ini bisa dilihat dari nilai dimanfaatkan dengan baik oleh ikan.
efisiensi pakan yang lebih dari 100%. Pertumbuhan benih ikan lele pada
Pada kepadatan 20 ekor/l, kelangsungan kepadan 20 ekor/l lebih baik dibandingkan
hidup lebih tinggi dari kepadatan lainnya, dengan kepadatan lainnya disebakan
hal ini disebabkan karena kualitas air lebih karena tidak banyak energi yang terbuang
baik dan interaksi antara ikan lebih rendah untuk metabolisme, pada kepadatan 20
dari kepadatan 30, 40, dan 50 ekor/l. Bila ekor/l kompetisi ruang gerak tidak terlalu
dibandingkan dengan ikan patin pada tinggi dan sedikitnya energi yang
penelitian Kusdiarti dkk (2003), dimana dibutuhkan untuk persaingan

Rosmawati dan Muarif, Sains Akuatik 13 (2): 1 – 8 4


[Type text]

mendapatkan oksigen, sehingga energi karena adanya kanibalisme diantara


yang tersedia dari pakan lebih banyak sesama ikan yang dipelihara, sehingga
digunakan untuk pertumbuhan. Pada bobot tubuh ikan tidak hanya berasal dari
kepadatan 30, 40, dan 50 ekor/l ruang jumlah pakan yang diberikan saja tetapi
gerak ikan yang semakin sempit dengan juga berasal dari bobot tubuh ikan yang
meningkatnya padat penebaran, sehingga dikanibal. Berat total jumlah ikan yang
mempengaruhi kompetisi pakan dan dikanibal tidak bisa dihitung, karena yang
kondisi fisiologis ikan, dan pemanfaatan tersisa dari ikan yang dikanibal hanya
energi yang berasal dari pakan lebih potongan kecil seperti kepalanya saja.
banyak digunakan untuk kompetisi ruang Oleh karena bobot tubuh ikan tidak hanya
gerak di dalam wadah pemeliharaan, dari pakan saja maka nilai efisiensi pakan
kondisi seperti itu pada akhirnya dapat bisa lebih dari 100% dan dalam
menghambat pertumbuhan benih ikan lele. perhitungan hanya jumlah pakan yang
Wedemeyer (1996), menyatakan bahwa diberikan saja yang diperhitungkan.
peningkatan padat penebaran akan Retensi protein adalah jumlah
mengganggu proses fisiologis dan tingkah protein yang disimpan dalam tubuh.
laku ikan terhadap ruang gerak yang pada Jumlah protein yang disimpan dalam
akhirnya dapat menurunkan kondisi tubuh berkorelasi dengan pertumbuhan,
kesehatan dan fisiologis ikan, akibat lanjut dalam hal ini adalah pemanfaatan protein
dari proses tersebut adalah pertumbuhan yang diberikan untuk pertumbuhan.
dan kelangsungan hidup mengalami Retensi protein pada setiap perlakuan
penurunan. secara statistik tidak memberikan
Pertumbuhan pada kepadatan 30, perbedaan. Dilihat dari nilai yang
40, dan 50 ekor/l adalah sama. Hal ini diperoleh, retensi protein tertinggi
menunjukan bahwa peningkatan diperoleh pada kepadatan benik ikan lele
kepadatan dari 30 ekor/l sampai 50 ekor/l 40 ekor/l sebesar 67,03%. Retensi protein
tidak memberikan pengaruh terhadap 67,03% menunjukkan bahwa 67,03%
pertumbuhan. Samanya pertumbuhan dari protein yang ada di dalam pakan
kepadatan 30 ekor/l sampai 50 ekor/l dimanfaatkan atau disimpan dalam tubuh
disebabkan karena terjaganya kualitas air ikan yang akhirnya menghasilkan
media pemeliharaan tetap baik dengan pertumbuhan yang baik. Hal ini bisa
digunakannya resirkulasi, sehingga dilihat dari nilai efisiensi pakan (Tabel 1)
buangan metabolit tidak menyebabkan dan laju pertumbuhan harian (Tabel 1)
penurunan kualitas air. yang baik pula. Protein yang
Efisiensi pakan adalah pemanfaatan dimanfaatkan atau disimpan dalam tubuh
pakan oleh ikan yang digunakan untuk benih ikan lele ini berasal dari pakan yang
pertumbuhan. Efisiensi pakan pada diberikan dan protein tubuh ikan lele yang
penelitian ini secara statistik menujukan dikanibal oleh benih ikan lele lainnya.
hasil yang tidak berbeda nyata pada setiap Nilai efisiensi pakan dan retensi
perlakuan. Nilai efisiensi pakan semua protein berkorelasi sama, dimana nilai
perlakuan lebih dari 100%. Perhitungan tertinggi diperoleh pada kepadatan benih
efisiensi pakan adalah pertambahan bobot ikan lele 40 ekor/l, kemudian 20 ekor/l, 50
tubuh dibagi dengan pakan yang diberikan ekor/l, dan terendah 30 ekor/l. Nilai
dikali dengan 100%. Pertambahan bobot efisiensi pakan dan retensi protein
tubuh setiap perlakuan lebih dari jumlah biasanya berkorelasi dengan pertumbuhan,
pakan yang diberikan. Hal ini bisa terjadi tetapi pada penelitian ini tidak. Apabila

Rosmawati dan Muarif, Sains Akuatik 13 (2): 1 – 8 5


[Type text]

dilihat dari laju pertumbuahn harian, yang tinggi banyak buangan metabolisme
efisiensi pakan dan retensi protein dan feses ikan yang membutuhkan
berkorelasi sama dengan laju oksigen untuk menguraikannya, sehingga
pertumbuhan harian, tetapi dengan kandungan oksigen menjadi rendah.
pertumbuhan panjang tidak. Pertumbuhan Rendahnya kandungan oksigen ini juga
panjang tebaik pada kepadatan benih ikan dapat menyebabkan kematian, hal ini juga
lele 20 ekor/l. Perbedaan ini mungkin mungkin yang menyebabkan
disebabkan karena adanya kanibalisme, kelangsungan hidup yang rendah pada
sehingga pertambahan bobot tubuh ikan kepadatan 50 ekor/l. Menurut Hepher dan
dan protein yang disimpan dalam tubuh Pruginin (1981), kekurangan oksigen akan
ikan tidak hanya berasal dari pakan yang mengurangi jumlah ikan secara drastis,
diberikan tetapi berasal dari ikan yang terutama ikan yang berukuran kecil.
dimakan, yang tidak diketahui berat total Selain itu kelarutan oksigen yang rendah
yang dimakan oleh benih ikan lele. mengakibatkan laju dekomposisi bahan
Kualitas air media pemeliharaan organik oleh bakteri terhambat, sehingga
benih ikan lele selama penelitian masih ammonia meningkat. Hal ini bisa dilihat
dalam kisaran yang baik untuk dari nilai ammonia yang semakin
pertumbuhan dan kelangsungan hidup, meningkat dengan semakin rendahnya
meskipun ada nilai parameter kualitas air kandungan oksigen dalam air.
yang menurun dengan meningkatnya Hardjamulia et al (1986) menyatakan
kepadatan ikan. bahwa kisaran oksigen terlarut yang tidak
Suhu pada penelitian berkisar antara membahayakan kehidupan ikan adalah
280C sampai 290C. Fluktuasi suhu pada 5,7 – 6,4 mg/l. Untuk kelangsungan hidup
saat penelitian sangat kecil yaitu 10C, hal dan pertumbuhan, oksigen terlarut yang
ini dikarenakan ruangan penelitian dianjurkan tidak kurang dari 5 mg/l,
tertutup dan diberi lampu setiap akuarium sedangkan kandungan oksigen pada
sehingga suhu dapat lebih stabil. Nilai kepadatan 50 ekor/l adalah 4,71-4,80 ppm,
suhu penelitian ini sudah sesuai untuk sedangkan menurut Zonneveld (1991)
kehidupan ikan (Arifin dan Asyari, 1992 konsentrasi oksigen terlarut diatas 3 mg/l
dan Stickney, 1979). masih termasuk dalam batas teloransi
Oksigen terlarut merupakan ikan.
parameter mutu air yang paling penting Penggunaan sistem resirkulasi
bagi kehidupan organisme di dalamnya, sebetulnya masih dapat mempertahankan
dalam hal ini adalah benih ikan lele. kandungan oksigen dalam batas toleransi
Oksigen berperan penting dalam proses ikan. Hal ini dikarenakan selain dari
metabolism di dalam tubuh. Kandungan aerasi, oksigen juga masuk dari sirkulasi
oksigen di dalam air menurun dengan air. Sirkulasi air pada sistem resirkulasi
meningkatnya kepadatan. Kandungan dapat menggati air sebanyak 500% dalam
oksigen tertinggi pada kepadatan 20 ekor/l satu hari.
(6,14-6,77 ppm)dan terendah pada Nilai amonia berkisar antara 0,041
kepadatan 50 ekor/l (4,71-4,80 ppm). mg/l sampai 0,060 mg/l selama masa
Menurunnya kandungan oksigen dengan pemeliharaan ikan. Nilai amonia
meningkatnya kepadatan disebabkan meningkat dengan meningkatnya
karena dengan banyaknya jumlah ikan kepadatan. Menurut Boyd (1982),
maka kebutuhan oksigen juga menjadi konsentrasi beracun amonia terhadap ikan
lebih banyak. Selain itu pada kepadatan air tawar berkisar antara 0,7 – 2,4 mg/l,

Rosmawati dan Muarif, Sains Akuatik 13 (2): 1 – 8 6


[Type text]

sedangkan pada chanel catfish amonia 1. Peningkatan kepadatan dari 20 ekor/l


bersifat racun pada konsentrasi amonia sampai 50 ekor/l tidak meningkatkan
adalah 0,1 mg/l (Zonneveld, 1991). kelangsungan hidup dan
Peningkatan amonia selama percobaan pertumbuhan benih ikan lele dumbo
dikarenakan semakin banyaknya buangan dengan panjang awal 2,24-2,30 cm.
sisa metabolisme dan sisa pakan seiring Kelangsungan hidup, pertumbuhan
dengan lamanya waktu pemeliharaan dan panjang tubuh, dan laju
bertambahnya kepadatan pada setiap pertumbuahan harian tertinggi
perlakuan. Karena pada kepadatan tinggi diperoleh pada kepadatan 20 ekor/l.
buangan sisa metabolisme akan tinggi 2. Penggunaan resirkulasi dapat
seiring dengan meningkatnya NH3. mempertahankan kualitas air media
Penggunaan sistem resirkulasi dapat pemeliharaan benih ikan lele tetap
memerbaiki kualitas air, karena pada baik.
sistem resirkulasi sisa metabolisme dan
sisa pakan dapat terangkat, dengan adanya Dari hasil penelitian dapat
perputaran air yang terus menerus dan disarankan sebagai berikut:
selanjutnya tertampung pada filter 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
biologis dimana dalam filter biologis dengan ukuran yang lebih kecil
bahan-bahan buangan dalam bentuk yang dengan kepadatan yang sama.
berbahaya akan diubah menjadi nitrat 2. Perlu upaya yang lebih baik untuk
dengan bantuan bakteri Nitrosomonas dan meningkatkan kandungan oksigen
Nitrobakter sehingga kisaran amonia pada terlarut di dalam media pemeliharaan.
wadah resirkulasi masih layak untuk
pertumbuhan. Daftar Pustaka
Nilai pH pada setiap kepadatan
berkisar antara 6,5 sampai 7,0; menurut Affandi, R., Syafei, D.S., Rahardjo, M.F.,
Zonneveld (1991), pH yang cocok untuk Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan.
kehidupan ikan berkisar 6,5-8,0. Nilai pH Bogor. Pusat Antar Universitas,
berkisar pada kisaran yang baik untuk Ilmu Hayat, Institut Pertanian
kehidupan ikan, hal ini diduga karena Bogor.
adanya penggunaan arang pada sistem Arifin, Z. dan Asyari, 1992. Perawatan
resirkulasi yang dapat befungsi sebagai larva ikan patin (Pangasius
penyangga pH air (pH Buffer). pangasius) dengan sistem
Kandungan CO2 meningkat dengan resirkulasi. Di dalam : Prosiding
meningkatnya kepadatan, yaitu 6,40-6,42 Seminar Hasil Penelitian Perikanan
mg/l pada kepadatan 20 ekor/l sampai Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar,
6,93-6,95 ekor/l pada kepadatan 50 ekor/l. Bogor, hal : 205 – 207
Meningkatnya kandungan CO2 dengan Boyd, C.E. 1982. Water Quality
meningkatnya kepadatan dikarenakan Management for Pond Fish Culture.
lebih banyaknya ikan yang melakukan Elsevier Scientific Publishing
respirasi, sehingga buangan respirasi Company. Amsterdam.
berupa CO2 meningkat. Nilai CO2 masih Herpher, B & Y. Pruginin, 1981.
dalam kisaran yang baik untuk kehidupan Commercial Fish Farming with
ikan. Special Reference to Fish Culture in
Dari hasil penelitian dapat Israel. John Wiley and Sons, Inc.,
disimpulkan sebagai berikut: New York.

Rosmawati dan Muarif, Sains Akuatik 13 (2): 1 – 8 7


[Type text]

Hidayat, A. 2007. Produksi Benih Ikan Nurhamidah, D. 2007. Pengaruh Padat


Patin Pangsionodon hypophthalmus Penebaran Pada Benih Ikan Patin
Ukuran 6 cm Dengan Kepadatan Pangasius hypophthalmus dengan
Yang Berbeda Dalam Sistem Sistem Resirkulasi. [Skripsi].
Resirkulasi. [Skripsi]. Departemen Departemen Budidaya Perairan,
Budidaya Perairan, Fakultas Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan,
Perikanan Ilmu Kelautan, Institut Institut Pertanian. Bogor.
Pertanian. Bogor. Rahmadani, D. 2007. Pertumbuhan dan
Irawan, D.Y. 2007. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Kelangsungan Hidup Lobster Air Gurame (Osphronemus gouramy
Tawar Cherax quadricarinatus pada Lac.) Ukuran 3,14 Cm yang
Sistem Resirkulasi dengan Dipelihara dengan Padat Penebaran
Kepadatan Berbeda. [Skripsi]. yang Berbeda dalam Akuarium
Departemen Budidaya Perairan, Sistem Resirkulasi. [Skripsi].
Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan, Departemen Budidaya Perairan,
Institut Pertanian. Bogor. Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan,
Kusdiarti, Mundriyanto H, Yunus M, Institut Pertanian. Bogor.
Insan I, Suhenda N, Triheru P. Raja Gukguk L. 2000. Kinerja sistem
2003. Penentuan kriteria kualitas resirkulasi dalam pendederan ikan
air berdasarkan umur dan ukuran patin (Pangasius sutchi Fowler).
ikan Patin Jambal (Pangasius [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan
djambal). Di dalam : Prosiding Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Seminar Hasil Riset Perikanan Bogor. Bogor.
Budidaya Air Tawar 2003. Balai Stickney, R.R. 1979. Principles of
Riset Perikanan Budidaya Air Warmwater Aquaculture. John
Tawar. Pusat Riset Perikanan Willey and Sons. New York.
Budidaya, Badan Riset Kelautan Steel, R.G.D., Torrie, J.H., 1981. Principle
dan Perikanan. Departemen and Procedures of Statistics, A
Kelautan dan Perikanan. Bogor, Biometrical Approach. McGraw
22-23 Desember 2003, hal 21-34. Hill International Book Company,
Losordo,T.M. 1988. Recirculation Singapore.
Aquaculture Production System: Zonneveld, N., E.A. Huisman and J.H.
The Status and Future. Aquaclture, Boon. 1991. Prinsip-prinsip
volume 24. budidaya ikan, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Rosmawati dan Muarif, Sains Akuatik 13 (2): 1 – 8 8

You might also like