None PDF
None PDF
None PDF
Abstract
This study was aimed at assessing the effect of stocking density on the survival and
growth of Dumbo fish fry raised in a recirculated system. The study was conducted at the the
Laboratory of Aquaculture, Department of Aquaculture and Fishery Business and Chemistry
Laboratory of the Faculty of Agribusiness and Food Technology, Djuanda University from
May to September 2010. A completely randomized design with four treatments and three
replications was used. Treatments consisted of stocking density rates of 20, 30, 40, and 50
fish/l. Tanks sized 50x30x30 cm3 were filled in with 25 liter water and fish fry sized 2.24-
2.30 cm in the corresponding stocking density rates. Feeding was done ad libitum twice a day
at 09.00 and 16.00. Parameters measured included survivability rate, body length growth,
daily weight gain, feed efficiency, protein retention, and water quality. Results showed that
stocking density gave significant effects (P<0.05) on survivability rate, body length growth,
and daily weight gain but not (P>0.05) on feed efficiency and protein retention. The highest
survivability rate, body length growth, and daily weight gain of 66.00%; 2.13 cm; and 5.54%,
respectively, were obtained in stocking density of 20 fish/l. The quality of water used as a
medium of catfish fry raising in each treatment during the experimental period was found to
be within good range for the survival and growth of the fry. It was concluded that improving
stocking density from 20 to 50 fish/l did not improve Dumbo catfish fry survival and growth
rates. Meanwhile, the use of recirculated system was found to maintain medium water
quality.
retensi protein benih ikan lele dapat dilihat RP (%) 58,77a 41,42a 67,03a 46,26a
pada Tabel 1. Hasil penelitian Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda
menunjukkan bahwa kepadatan ikan pada baris yang sama
memberikan pengaruh yang berbeda nyata menunjukkan ada perbedaan
(P<0,05) terhadap kelangsungan hidup, yang nyata (P<0,05)
petumbuhan panjang tubuh, dan laju Tabel 2. Kualitas air media
pertumbuhan harian, tetapi tidak pemeliharaan benih lele
memberikan pengaruh yang berbeda nyata dumbo (Clarias sp.)
(P>0,05) terhadap efisiensi pakan dan
retensi protein. Hasil tertinggi pada Kepadatan (ekor/l)
kelangsungan hidup, pertumbuhan Parameter 20 30 40 50
Suhu 28,0- 28,0- 28,0- 28,0-
panjang tubuh, dan laju pertumbuhan
( 0C) 29,0 29,0 29,0 29,0
harian diperoleh pada kepadatan ikan 20
Oksigen 6,14- 5,68- 5,50- 4,71-
ekor/l, yaitu masing-masing 66,00%; 2,13 (ppm) 6,77 5,71 5,65 4,80
cm; dan 5,54%. Uji lanjut dengan beda pH 6,5- 6,5- 6,5- 6,5-
nyata terkecil terhadap kelangsungan 7,0 7,0 7,0 7,0
hidup menunjukkan bahwa kepadatan 20 Ammonia 0,04- 0,045- 0,047- 0,057-
ekor/l berbeda dengan kepadatan lainnya. (ppm) 0,043 0,048 0,049 0,060
Kepadatan 30 ekor/l sama dengan CO2 6,40- 6,52- 6,70- 6,93-
kepadatan 40 dan 50 ekor/l, sedangkan (mg/l) 6,42 6,89 6,77 6,95
kepadatan 40 ekor/l berbeda dengan
kepadatan 50 ekor/l. Pada pertumbuhan Kelangsungan hidup benih ikan lele
panjang tubuh, dan laju pertumbuhan berbeda pada setiap kepadatan ikan dan
harian menunjukan bahwa kepadatan 20 tertinggi diperoleh pada kepadatan 20
ekor/l berbeda denngan kepadatan lainnya, ekor/l. Kelangsungan hidup dipengaruhi
sedangkan kepadatan 30, 40, dan 50 ekor/l oleh kualitas air media pemeliharaan dan
tidak berbeda. Kualitas air media pakan yang diberikan. Dilihat dari pakan,
pemeliharaan benih ikan lele setiap pemberian pakan sudah mencukupi dilihat
perlakuan selama penelitian masih dalam dari nilai efisiensi pakan yang cukup
kisaran yang baik untuk kelangsungan tinggi (Tabel 1.). Kualitas air media
hidup dan pertumbuhan benih ikan lele pemeliharaan masih dalam kisaran yang
(Tabel 2). cukup baik untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih ikan lele.
Kelangsungan hidup yang rendah panjang awal 1,46 cm dan berat awal
diakibakan oleh padat penebaran yang 0,022 gram menghasilkan kelangsungan
tinggi, dimana kepadatan ikan yang tinggi hidup terbaik sebesar 76,35%, maka
dapat mempengaruhi lingkungan budidaya penelitian ikan lele ini kepadatannya
dan interaksi ikan (Hepher dan Pruginin, terlalu tinggi sehingga menghasilkan
1981). Pada penelitian yang dilakukan, kelangsungan yang rendah. Hal lain yang
kepadatan 20 ekor per liter masih membedakan adalah ikan lele ini kanibal
memberikan kelangsungan hidup yang pada setiap stadia kecuali larva,
lebih baik, yaitu sebesar 66,00% sedangkan ikan patin kanibal saat larva
dibandingkan dengan kepadatan 30, 40, sehingga mempengaruhi juga kepada
dan 50 ekor per liter (Tabel 1). Rendahnya kelangsungan hidup.
kelangsungan hidup pada padat penebaran Pertumbuhan panjang tubuh dan
30,40, dan 50 ekor/l diakibatkan oleh laju pertumbuhan harian benih ikan lele
kepadatan yang terlalu tinggi. Kepadatan pada penelitian ini yang terbaik diperoleh
yang terlalu tinggi ini menyebabkan pada kepadatan ikan 20 ekor/l, yaitu
kualitas air menurun, meskipun pada masing-masing sebesar 2,13 cm dan
penelitian ini kualitas air masih pada 5,54%; sedangkan kepadatan 30, 40, dan
kisaran yang cukup baik, karena adanya 50 ekor/l sama. Pertumbuhan bergantung
sistem resirkulasi yang menjaga kualitas kepada energi yang tersedia. Pertumbuhan
air tetap stabil. Meskipun dengan sistem akan terjadi apabila terdapat kelebihan
resirkulasi kualitas air tetap terjaga dengan energi dari pakan yang dikonsumsi setelah
baik, tetapi bila dilihat dari nilai parameter kebutuhan energi minimumnya (untuk
kualitas air pada penelitian ini terlihat hidup pokok) sudah terpenuhi (Affandi et
bahwa dengan meningkatnya kepadatan al., 1992). Pertumbuhan ikan lele pada
nilai kandungan ammonia dan CO2 kepadatan 20 ekor/l lebih baik
meningkat, sedangkan kelarutan oksigen dibandingkan dengan kepadatan 30, 40,
menurun. Akibat lain dari tingginya dan 50 ekor/l. Hal ini menunjukan bahwa
kepadatan adalah interaksi antara ikan energi yang tersedia untuk pertumbuhan
(Hepher dan Pruginin, 1981). Pada lebih besar pada kepadatan 20 ekor/l.
kepadatan 30, 40, dan 50 ekor/l interaksi Dilihat dari jumlah pakan yang
antara ikan sangat tinggi, dikarenakan dikonsumsi, kepadatan 20 ekor/l lebih
ruang hidup yang semakin sempit. Ikan sedikit dibandingkan dengan kepadatan
lele merupakan ikan kanibal, maka dengan 30, 40, dan 50 ekor/l. Sedikitnya jumlah
makin tingginya interaksi dari ikan maka pakan yang dikonsumsi pada kepadatan 20
makin tinggi juga kanibalismenya, ekor/l dikarenakan jumlah ikan yang
sehingga kelangsungan hidup juga dipelihara lebih sedikit dari yang lainnya.
menjadi rendah. Tingginya kanibalisme Akan tetapi jumlah pakan tersebut dapat
pada penelitian ini bisa dilihat dari nilai dimanfaatkan dengan baik oleh ikan.
efisiensi pakan yang lebih dari 100%. Pertumbuhan benih ikan lele pada
Pada kepadatan 20 ekor/l, kelangsungan kepadan 20 ekor/l lebih baik dibandingkan
hidup lebih tinggi dari kepadatan lainnya, dengan kepadatan lainnya disebakan
hal ini disebabkan karena kualitas air lebih karena tidak banyak energi yang terbuang
baik dan interaksi antara ikan lebih rendah untuk metabolisme, pada kepadatan 20
dari kepadatan 30, 40, dan 50 ekor/l. Bila ekor/l kompetisi ruang gerak tidak terlalu
dibandingkan dengan ikan patin pada tinggi dan sedikitnya energi yang
penelitian Kusdiarti dkk (2003), dimana dibutuhkan untuk persaingan
dilihat dari laju pertumbuahn harian, yang tinggi banyak buangan metabolisme
efisiensi pakan dan retensi protein dan feses ikan yang membutuhkan
berkorelasi sama dengan laju oksigen untuk menguraikannya, sehingga
pertumbuhan harian, tetapi dengan kandungan oksigen menjadi rendah.
pertumbuhan panjang tidak. Pertumbuhan Rendahnya kandungan oksigen ini juga
panjang tebaik pada kepadatan benih ikan dapat menyebabkan kematian, hal ini juga
lele 20 ekor/l. Perbedaan ini mungkin mungkin yang menyebabkan
disebabkan karena adanya kanibalisme, kelangsungan hidup yang rendah pada
sehingga pertambahan bobot tubuh ikan kepadatan 50 ekor/l. Menurut Hepher dan
dan protein yang disimpan dalam tubuh Pruginin (1981), kekurangan oksigen akan
ikan tidak hanya berasal dari pakan yang mengurangi jumlah ikan secara drastis,
diberikan tetapi berasal dari ikan yang terutama ikan yang berukuran kecil.
dimakan, yang tidak diketahui berat total Selain itu kelarutan oksigen yang rendah
yang dimakan oleh benih ikan lele. mengakibatkan laju dekomposisi bahan
Kualitas air media pemeliharaan organik oleh bakteri terhambat, sehingga
benih ikan lele selama penelitian masih ammonia meningkat. Hal ini bisa dilihat
dalam kisaran yang baik untuk dari nilai ammonia yang semakin
pertumbuhan dan kelangsungan hidup, meningkat dengan semakin rendahnya
meskipun ada nilai parameter kualitas air kandungan oksigen dalam air.
yang menurun dengan meningkatnya Hardjamulia et al (1986) menyatakan
kepadatan ikan. bahwa kisaran oksigen terlarut yang tidak
Suhu pada penelitian berkisar antara membahayakan kehidupan ikan adalah
280C sampai 290C. Fluktuasi suhu pada 5,7 – 6,4 mg/l. Untuk kelangsungan hidup
saat penelitian sangat kecil yaitu 10C, hal dan pertumbuhan, oksigen terlarut yang
ini dikarenakan ruangan penelitian dianjurkan tidak kurang dari 5 mg/l,
tertutup dan diberi lampu setiap akuarium sedangkan kandungan oksigen pada
sehingga suhu dapat lebih stabil. Nilai kepadatan 50 ekor/l adalah 4,71-4,80 ppm,
suhu penelitian ini sudah sesuai untuk sedangkan menurut Zonneveld (1991)
kehidupan ikan (Arifin dan Asyari, 1992 konsentrasi oksigen terlarut diatas 3 mg/l
dan Stickney, 1979). masih termasuk dalam batas teloransi
Oksigen terlarut merupakan ikan.
parameter mutu air yang paling penting Penggunaan sistem resirkulasi
bagi kehidupan organisme di dalamnya, sebetulnya masih dapat mempertahankan
dalam hal ini adalah benih ikan lele. kandungan oksigen dalam batas toleransi
Oksigen berperan penting dalam proses ikan. Hal ini dikarenakan selain dari
metabolism di dalam tubuh. Kandungan aerasi, oksigen juga masuk dari sirkulasi
oksigen di dalam air menurun dengan air. Sirkulasi air pada sistem resirkulasi
meningkatnya kepadatan. Kandungan dapat menggati air sebanyak 500% dalam
oksigen tertinggi pada kepadatan 20 ekor/l satu hari.
(6,14-6,77 ppm)dan terendah pada Nilai amonia berkisar antara 0,041
kepadatan 50 ekor/l (4,71-4,80 ppm). mg/l sampai 0,060 mg/l selama masa
Menurunnya kandungan oksigen dengan pemeliharaan ikan. Nilai amonia
meningkatnya kepadatan disebabkan meningkat dengan meningkatnya
karena dengan banyaknya jumlah ikan kepadatan. Menurut Boyd (1982),
maka kebutuhan oksigen juga menjadi konsentrasi beracun amonia terhadap ikan
lebih banyak. Selain itu pada kepadatan air tawar berkisar antara 0,7 – 2,4 mg/l,