Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Dan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa SMK Negeri 1 Biaro
Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Dan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa SMK Negeri 1 Biaro
Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Dan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa SMK Negeri 1 Biaro
ABSTRACT
Obesity is a problem worldwide because of its increasing prevalence in adults and
adolescents. Riskesdas results showed an increase in the prevalence of over
nutrition in children aged 16-18 years, for the fat category from 1.4% in 2010 to
7.3% consisting of 5.7% fat and 1.6% obesity in 2013. This study aims to determine
the relationship between the level of nutritional knowledge and eating patterns with
the incidence of obesity in students of Biaro 1 Vocational School. This research is
an analytic observational descriptive study with cross sectional design, with a
sample of 36 people who met the inclusion criteria. Data was collected through
interviews using nutritional knowledge questionnaires and semi-FFQ forms to
determine dietary patterns, and measurements of abdominal circumference for
obesity data. Univariate analysis was performed descriptively and the bivariate
analysis used was the correlation test with Kendall's tau-b with a value of α = 0.05.
The results of this study showed that the level of nutritional knowledge of 36
respondents was mostly lacking at 50.0%, the respondents' eating patterns were
mostly not good at 80.6%, and obesity status with an average abdominal
circumference size of 80-85 cm was 55.7%. Statistical test results show that there
is a relationship between the level of nutritional knowledge and eating patterns
with the incidence of obesity in students of State Vocational School 1 Biaro (p
<0.05).
PENDAHULUAN
Masalah obesitas merupakan masalah global yang sering terjadi pada
masyarakat, baik masyarakat yang ada di negara maju maupun negara
berkembang termasuk negara Indonesia. Obesitas menjadi masalah di seluruh
dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun
remaja.
Lingkar perut merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
obesitas sentral. Pria dinyatakan mengalami obesitas sentral apabila lingkar
perut menunjukkan lebih dari 90 cm. Obesitas sentral merupakan keadaan
kelebihan lemak yang terakumulasi di daerah abdomen (intra-abdominal fat).
Obesitas berdampak buruk pada kesehatan. Risiko kematian meningkat pada
obesitas, terutama obesitas yang disertai dengan peningkatan lemak intra-
abdominal (obesitas sentral).
Prevalensi overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan
Asia Pasifik. Sebagai contohpenduduk Korea Selatan yang memiliki status gizi
overweight 20,5% dan obesitas 1,5%. Di Thailand, 16% penduduk mengalamai
overweight dan 4% mengalami obesitas. Di daerah perkotaan Cina, prevalensi
overweight 12,% pada laki- laki dan 14,4% pada perempuan, sedangkan di
28
GIZIDO Volume 11 No.1 Mei 2019 Hubungan Tingkat Jufri S dkk
daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki- laki dan perempuan masing-
masing adalah 5,3% dan 9,8% (Iriyani dan Nurpudji, 2012).
World Health Organization (WHO) tahun 2011 memperkirakan di dunia ada
sekitar 1,6 milyar remaja berumur 15 tahun kelebihan berat badan dan sebanyak
400 juta orang gemuk (obesitas) dan di perikirakan lebih dari 700 juta orang
dewasa akan gemuk (obesitas) pada tahun 2015.(WHO, 2011). Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, didapatkan prevalensi obesitas
pada anak berusia 5-12 tahun adalah 8,8%, 13-15 tahun adalah 2,5%, dan 16-18
tahun adalah 1,6% berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur lebih dari Z-
score menggunakan baku antropometri WHO 2007 untuk anak berumur 5-18
tahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan terjadi
peningkatan prevalensistatus gizi lebih pada anak usia 16-18 tahun yaitu untuk
kategori gemuk dari 1,4% pada tahun 2010 menjadi 7,3% yang terdiri dari gemuk
5,7% dan obesitas 1,6% pada tahun 2013. (Balitbangkes, 2013).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Sulawesi Utara
dijelaskan bahwa status gizi anak remaja (13-15 tahun) berdasarkan IMT
menurut Umur (IMT/U) yang memiliki gizi lebih adalah 2,7 % sedangkan pada
anak remaja usia 16-18 tahun, status gizi lebih 2,6% . Prevalensi status gizi lebih
di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro pada remaja 13-15 tahun adalah 2,5%
dan remaja usia 16-18 tahun adalah 0,6%. Prevalensi obesitas sentral usia ≥ 15
tahun untuk provinsi Sulawesi Utara 37,4% dan kota Manado 41,4%.
(Balitbangkes, 2013).
Obesitas pada remaja penting untuk diperhatikan karena remaja yang
mengalami obesitas 80% berpeluang untuk mengalami obesitas pula pada saat
dewasa. Selain itu, terjadi peningkatan remaja obesitas yang didiagnosis dengan
kondisi penyakit yang biasadialami orang dewasa, seperti diabetes tipe 2 dan
hipertensi. Remaja obesitas sepanjang hidupnya juga berisiko lebih tinggi untuk
menderita sejumlah masalah kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung,
stroke, diabetes, asma, dan beberapa jenis kanker.Obesitas juga membawa
konsekuensi psikologis dan sosial pada remaja, termasuk peningkatan risiko
depresi karena lebih sering ditolak oleh rekan-rekan mereka serta digoda dan
dikucilkan karena berat badan mereka. Obesitas terjadi karena berbagai faktor
penyebab yang kompleks antara lain genetik, pola makan, aktivitas fisik dan
faktor-faktor sosial budaya. Remaja obesitas menghabiskan waktu untuk aktivitas
statis lebih lama daripada remaja non obesitas. (Puhl, 2007).
Pola makan yang merupakan pencetus terjadinya kegemukan dan obesitas
adalah mengonsumsi makanan porsi besar (lebih dari kebutuhan), makanan
tinggi energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana dan rendah serat.
Sedangkan perilaku makan yang salah adalah tindakan memilih makanan
berupa junk food, makanan dalam kemasan dan minuman ringan (soft drink)
(Kemenkes RI, 2012). Kebiasaan makan yang buruk seperti rendahnya konsumsi
buah-buahan dan sayur, rendahnya konsumsi susu rendah lemak dan tingginya
konsumsi makanan dan minuman ringan serta kebiasaan tidak sarapan
berpengaruh terhadap obesitas. Pola makan yang baik bagi orang Indonesia
adalah pola makan yang sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS).
METODE
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif observasional analik dengan rancangan
penelitian cross sectiona studyl.Penelitian dilaksanakan pada Bulan November
29
GIZIDO Volume 11 No.1 Mei 2019 Hubungan Tingkat Jufri S dkk
HASIL
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa responden penelitian yang paling
banyak adalah perempuan, dengan kelompok umur berada pada umur 14-17
tahun. Responden paling banyak adalah kelas 2 SMK dan jurusan yang paling
banyak adalah jurusan perikanan.
Jenis Kelamin
Lingkar perut Total
Laki-laki Perempuan
80-85 cm 3 18 21
86-90 cm 2 4 6
>90 cm 8 1 9
Total 13 23 26
Lingkar Perut
Tingkat Pengetahuan Total
80-85 cm 86-90 cm >90 cm
Baik 3 0 0 3
Sedang 13 3 3 19
Kurang 6 2 6 14
Total 22 5 9 36
30
GIZIDO Volume 11 No.1 Mei 2019 Hubungan Tingkat Jufri S dkk
31
GIZIDO Volume 11 No.1 Mei 2019 Hubungan Tingkat Jufri S dkk
PEMBAHASAN
1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Terhadap Kejadian Obesitas
Menurut Baron (2004), sikap tumbuh diawali dari pengetahuan yang
dipersepsikan sebagai suatu hal yang baik maupun yang tidak baik, kemudian
diinternalisasikan ke dalam dirinya. Hal ini dapat diartikan bahwa sikap yang baik
dan kurang terbentuk dari komponen pengetahuan dan hal ini akan
mempengaruhi perilaku seseorang dalam hal ini adalah pemilihan makanan yang
seimbang.
Hal ini berkaitan dengan teori yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan
gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan
yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan
gizi dari makanan yang dikonsumsi (Sediaoetama, 2000). Selanjutnya,
Sediaoetama (2000) berpendapat bahwa kesalahan dalam memilih makanan
dan kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan timbulnya
masalah gizi yang akhirnya mempengaruhi status gizi. Status gizi yang baik
hanya dapat tercapai dengan pola makan yang baik, yaitu pola makan yang
didasarkan atas prinsip menu seimbang, alami, dan sehat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat
antara tingkat pengetahuan gizi dengan kejadian obesitas pada siswa SMK
Negeri 1 Biaro dimana nilai p = 0,042 (p<0,05). Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Jasminah dan Mahmudiono (2018), yang menyebutkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan kejadian obesitas.
Hasil penelitian Andriasti dan Saraswati (2018) juga menyebutkan bahwa tingkat
pengetahuan gizi berpengaruh terhadap kejadian obesitas pada remaja.
Menurut teori yang ada, dijelaskan bahwa obesitas merupakan suatu
keadaan yang ditandai oleh penimbunan lemak tubuh secara berlebihan
Penimbunan lemak terjadi karena ketidakseimbangan asupan energi yang
masuk dengan asupan energi yang keluar. Dimana pada usia remaja
membutuhkan asupan gizi yang berlebih untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan, namun karena kurangnya pengetahuan akan asupan gizi yang
optimal, mengakibatkan banyak remaja mengkonsumsi makanan yang
berlebihan dan tidak sesuai dengan kebutuhannya. Pengetahuan gizi
mengajarkan bagaimana komposisi dan kualitas makanan yang masuk seseuai
keperluan kita.
Pola konsumsi makanan adalah susunan jumlah dan jenis beberapa
makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu untuk
pengaturan makan. Pola konsumsi makan disebut juga dengan kebiasaan
makan. Pola konsumsi makanan yang baik berpengaruh positif terhadap
kesehatan tubuh seseorang seperti mencegah atau membantu menyembuhkan
penyakit. Begitu juga sebaliknya, jika pola konsumsi makanan yang kurang baik
akan mempengaruhi status gizi anak. Pola makan dapat diukur secara kuantitatif
32
GIZIDO Volume 11 No.1 Mei 2019 Hubungan Tingkat Jufri S dkk
dengan melihat jenis makanan, takaran berat, porsi, dan frekuensi, sedangkan
secara kualitatif dapat dilihat melalui jenis dan komposisi makanan saja.
Kebiasaan makan yang tidak baik seperti kelebihan makan makanan jajanan
yang tinggi lemak, tinggi gula, dan tinggi kalori dapat menyebabkan overweight
atau obesitas pada anakdan remaja (Wansink, et al., 2013).
Hasil penelitian ini adalah untuk melihat pola makan yaitu frekuensi dan jenis
bahan makanan memicu obesitas. Hasil analisis data pada penelitian ini
membuktikan adanya hubungan kuat antara pola makan terhadap kejadian
obesitas pada siswa SMK Negeri 1 Biaro dengan nilai p = 0,00 (p<0,05). Hal ini
terjadi karena sebagian besar siswa yang mengalami obesitas mengkonsumsi
makanan yang dapat memicu obesitas dalam frekuensi sering (>3x seminggu).
Makanan tinggi energi, tinggi lemak, dan gula menjadi penyebab utama obesitas
jika sering dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Evan dkk (2017) bahwa pola makan berhubungan erat dengan
kejadian obesitas pada remaja. Putra (2017, menjelaskan bahwa responden
dengan pola makan tidak baik/berlebih mempunyai kecendurangan 2,6 kali lebih
besar terjadinya overweight atau obesitas daripada responden dengan pola
makan baik/cukup.
Hasil penelitan Mokolensang dkk (2016), menyebutkan bahwa frekuensi
makanan sumber lemak dan karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi remaja
adalah nasi, mie instan, minuman bersoda, telur ayam, dan daging ayam, hasil
penelitian ini juga menjelaskan asupan energi, karbohidrat dan lemak yang
paling berpengaruh terhadap kejadian obesitas pada remaja.
Menurut hasil penelitian Nisak dan Mahmudiono (2017), anak dan remaja
yang mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, tinggi gula, makanan jajanan
seperti cokelat, susu kental manis, bakso, gorengan, mie instan, kue basah,
biskuit dalam frekuensi sering berhubungan erat dengan terjadinya obesitas.
Lebih lanjut Nisak dan Mahmudiono (2017), juga menjelaskan bahwa ada
hubungan pola konsumsi makanan gorengan dalam frekuensi harian dan
mingguan dengan kejadian overweight/obesitas pada anak sekolah. Hasil
analisis frekuensi pola makan jenis gorengan seperti tahu isi dan pisang pada
siswa di SMK Negeri 1 Biaro di konsumsi dalam frekuensi sering (>3x seminggu).
Hasil penelitian lain juga menyebutkan bahwa makan makanan digoreng
(gorengan) ada hubungannya dengan penambahan lingkar pinggang (Rouhani,
et al., 2012).
Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
asupan makan anak yang diperoleh dari konsumsi makanan jajanan di sekolah
(Martin, 2017). Konsumsi makanan jajanan yang berlebihan juga dapat
menyebabkan peningkatan berat badan apabila pilihan jajanan berupa makanan
yang tinggi kalori, lemak, gula, dan rendah zat gizi (Steiner, et al., 2012).
Makanan jajanan berefek kepada kejadian overweight/obesitas disebabkan oleh
kandungan gizinya (Habsiyah, 2015). Contohnya yaitu makanan jajanan
gorengan yang mengandung banyak lemak. Frekuensi kebiasaan makan jajan
yang berlemak dalam harian akan berakibat terjadinya penumpukan lemak dalam
tubuh dan beresiko untuk menaikkan berat badan, yang nantinya akan berakibat
pada kejadian overweight/obesitas (Qi, Qibin, et al., 2014).
KESIMPULAN
Tingkat pengetahuan responden sebagian besar masih kurang (50,0%), pola
makan sebagian besar dengan kategori tidak baik (80,6%), status obesitas
33
GIZIDO Volume 11 No.1 Mei 2019 Hubungan Tingkat Jufri S dkk
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Dengan Kejadian Obesitas
Pada Remaja Putri Usia 17-19 Tahun .Universitas Hasanudin Makasar.
Anrasili J, Saraswati M.R,2018. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gizi
Terhadap Terjadinya Obesitas Pada Anak SMA Di Denpasar. E-JURNAL
MEDIKA,Vol.7 No 7,Juli,2018
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes (Balitbangkes).
2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Baron, R. A., Byrne, D. E. 2004. Social Psychology. Pearson. USA
Bowman, Barbara A, and Robert M. Russel, 200). Present Knowledge in Nutrion
eight edition. International Life Sciences Institute: Washington
Emilia, E., 2008. Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek
pada Gizi Remaja. http://repository.ipb.ac.id/
Evan, Wiyono J, Candrawati E, 2017. Hubungan antara pola makan dengan
kejadian obesitas pada mahasiswa di universitas tribhuwana tunggadewi
malang. Nursing News Volume 2, Nomor 3, 2017
Freitag, H. (2010). Bebas Obesitas Tanpa Diet Menyiksa. Yogyakarta : Media
pressindo.
Habsiyah, Y. 2015. Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Dengan Berat Badan
Anak Prasekolah Di TK Tarbiyatush Shibyan Desa Gayaman Mojoanyar
Mojokerto.http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUB-
KEB/article/viewFile/464/378
Hanson NI, Neumark-Sztainer D, Eisenberg ME, et.al, 2005. Associations
between parental report of the home food environment and adolescent
Hasdianah H.R. 2014. Gizi Pemanfaatan Gizi, Diet dan Obesitas.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Indriati E, 2012. Antropometri Untuk Kedokteran, Keperawatan, Gizi, dan
Olahraga. Yogyakarta :Citra Aji Parama.
Khomsan, Ali. (2004). Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Martin, L. 2017. Evidence for environmental interventions to prevent childhood
overweight and obesity within schools. NHS Health Scotland.
Masnar, 2010. Hubungan Faktor Determinan Gaya Hidup Terhadap Obesitas
Sentral Pada Berbagai Status Ekonomi di Sulawesi (Analisis Data
Riskesdas 2007). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Hassanudin Makasar.
Mokolensang OG, Manampiring A, Fatimawati, 2016. Hubungan Pola Makan dan
Obesitas Pada Remaja di Kota Bitung. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume
4, Nomor 1, Januari-Juni 2016
34
GIZIDO Volume 11 No.1 Mei 2019 Hubungan Tingkat Jufri S dkk
35