Kualitas Air Rawa Jombor Klaten, Jawa Tengah Berdasarkan Komunitas Fitoplankton

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015

Hal. 41-52

Kualitas Air Rawa Jombor Klaten, Jawa Tengah Berdasarkan


Komunitas Fitoplankton

Ayu Ambar Alina(1) Tri Retnaningsih Soeprobowati(2) Fuad Muhammad(3)


1
Program Studi Sarjana Biologi, Universitas Diponegoro,
2
Jurusan Biologi Universitas Diponegoro Semarang,
3
Jurusan Biologi Universitas Diponegoro Semarang,
Email : [email protected]

ABSTRACT
Phytoplankton have an important role in the aquatic ecosystem as a primary
producer. Phytoplankton sensitive to the environmental changes, therefore might be
used as bioindicators of water quality. Rawa Jombor water conditions have changed
as a result of the direct influence of the surrounding community activities or indirect
effect such a change of land use. The purpose of this research was to examine the
composition, abundance, diversity, and evenness of phytoplankton in Rawa Jombor,
assess the level of water pollution Rawa Jombor based on saprobic index and assess
water quality Rawa Jombor by phytoplankton as a bioindicator. Determination of
sampling points purposive random sampling. Sampling using plankton net no.25, and
observation of the sample under the microscope 400 magnification. Temperature, pH,
brightness, turbidity and conductivity is still relatively good conditions for
phytoplankton, while the value of the DO indicates the quality of waters classified as
heavily polluted. The species composition of phytoplankton in Rawa Jombor are 21
types of 5 divisions (Bacillariophyte, Chlorophyte, Cyanophyte, Chrysophyte, and
Euglenophyte), and is dominated by the division Cyanophyte. Species found in the
entire station is Anabaena sp, Anabaena flos-aquae, Anabaena spiroides,
Cylindrospermopsis raciborskii, Microcystis aeruginosa and Gonium pectorale. The
highest abundance at STA 5 with 21,137 Ind/L and the lowest at STA 7 with 8,846
Ind/L. Shannon-Wiener diversity index ranged from 0.84 to 1.47, evenness index
ranged from 0.35 to 0.59, dominance index ranged from 0.34 to 0.63, and the
saprobic index ranges between (-2.48) - (- 2.87). Thoses value indicates that Rawa
Jombor relatively heavy pollution.
Keywords: Water quality, Community, Phytoplankton, Rawa Jombor.

1
Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015
Hal. 41-52

ABSTRAK
Fitoplankton memiliki peranan penting dalam suatu ekosistem perairan
sebagai produsen primer. Fitoplankton sensitif terhadap perubahan lingkungan
sehingga dapat menjadi bioindikator kualitas perairan. Kondisi perairan Rawa Jombor
yang telah berubah akibat pengaruh langsung aktivitas masyarakat sekitarnya ataupun
pengaruh tidak langsung seperti adanya perubahan tata guna lahan. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengkaji komposisi, kemelimpahan, keanekaragaman, dan
kemerataan fitoplankton di Rawa Jombor, mengkaji tingkat pencemaran air Rawa
Jombor berdasarkan indeks saprobik dan mengkaji kualitas air Rawa Jombor
berdasarkan fitoplankton sebagai bioindikator. Penentuan titik sampling secara
purposive random sampling. Pengambilan sampel menggunakan plankton net no.25,
dan pengamatan sampel dengan mikroskop perbesaran 400 kali. Suhu, pH, kecerahan,
kekeruhan, dan konduktivitas masih tergolong kondisi yang baik bagi fitoplankton,
sedangkan nilai DO menunjukkan kualitas perairan tergolong dalam tercemar berat.
Komposisi jenis fitoplankton di Rawa Jombor yaitu 21 jenis dari 5 divisi
(Bacillariophyta, Chlorophyta, Cyanophyta, Chrysophyta, dan Euglenophyta), dan
didominasi oleh divisi Cyanophyta. Spesies yang ditemukan pada seluruh stasiun
adalah Anabaena sp, Anabaena flos-aquae, Anabaena spiroides, Cylindrospermopsis
raciborskii, Microcystis aeruginosa dan Gonium pectorale. Kemelimpahan tertinggi
pada STA 5 dengan 21.137 Ind/L dan terendah pada STA 7 dengan 8.846 Ind/L.
Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener berkisar antara 0,84-1,47, indeks
kemerataan berkisar antara 0,35-0,59, indeks dominansi berkisar antara 0,34-0,63,
dan indeks saprobik berkisar antara (-2,48)-(-2,87). Nilai tersebut menunjukkan Rawa
Jombor tergolong pencemaran berat.

Kata kunci: Kualitas air, Komunitas, Fitoplankton, Rawa Jombor.

PENDAHULUAN cenderung semakin meningkat. Rawa


Jombor mengalami permasalahan
Rawa Jombor merupakan salah berupa sedimentasi di daerah perairan,
satu rawa yang sangat luas di Kabupaten disebabkan oleh kawasan DTA Rawa
Klaten. Rawa ini memiliki luas 198 ha Jombor sebagian besar adalah daerah
dengan kedalaman mencapai 4,5 m dan pemukiman. Lahan pemukiman yang
memiliki daya tampung air 4 juta m3. semakin meningkat menyebabkan erosi
Ketersediaan air untuk berbagai tanah dan sedimentasi. Kali yang
kebutuhan cenderung terus menurun, melewati pemukiman selain membawa
baik secara kuantitatif maupun sedimen juga mengangkut sampah dan
kualitatif, sedangkan kebutuhan air limbah rumah tangga. Sedimen, sampah
dan limbah rumah tangga dari daerah

2
Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015
Hal. 41-52

pemukiman menurunkan kualitas pembuangan limbah, baik limbah


perairan Rawa Jombor (Wibowo dkk, pabrik/industri, pertanian, maupun
2014). limbah domestik dari suatu pemukiman
Rawa Jombor memiliki peranan penduduk ke dalam badan air suatu
penting bagi masyarakat sekitarnya yaitu perairan.
untuk irigasi dan tempat wisata. Limbah yang masuk dalam
Aktivitas masyarakat di rawa perairan dapat mempengaruhi
menyebabkan pencemaran yang dapat pertumbuhan organisme perairan
berpengaruh secara langsung terhadap didalamnya, terutama fitoplankton.
kualitas air Rawa Jombor. Fitoplankton merupakan organisme
Kualitas air adalah sifat air, autotrof dengan ukuran yang sangat
kandungan makhluk hidup, energi, zat kecil dan hidup melayang di atas
atau komponen lain yang terdapat permukaan air. Fitoplankton memiliki
didalam air. Berkaitan dengan gerakan yang sangat lemah dengan
pemanfaatan perairan darat sebagai bergerak mengikuti arah arus dan dapat
sumber air bersih untuk keperluan melakukan fotosintesis karena memiliki
rumah tangga, untuk kebutuhan klorofil (Mudjiman, 2004). Fitoplankton
pertanian, peternakan, perikanan dan berperan sebagai produktivitas primer
untuk industri maka pemerintah perairan, sehingga apabila
Indonesia telah menetapkan Peraturan pertumbuhannya terganggu, maka akan
Pemerintah Indonesia No. 82 tahun 2001 menganggu keseimbangan ekosistem
tentang pengelolaan kualitas air dan perairan. Kemelimpahan dan komunitas
pengendalian pencemaran air. fitoplankton terutama dipengaruhi oleh
Kualitas air dapat dinyatakan faktor fisika dan kimia, khususnya
dengan parameter fisika (suhu, ketersediaan unsur hara (nutrien) serta
kekeruhan, padatan terlarut, dan kemampuan fitoplankton untuk
sebagainya); parameter kimia (pH, memanfaatkannya (Muharram, 2006).
oksigen terlarut, COD, BOD, kadar Penelitian ini bertujuan untuk Mengkaji
logam dan lain-lainnya); serta parameter kualitas air Rawa Jombor berdasarkan
biologi (keberadaan plankton, bakteri, fitoplankton sebagai bioindikator,
ikan dan sebagainya) (Effendi, 2003). mengkaji komposisi, kemelimpahan,
Degradasi kualitas air dapatterjadi keanekaragaman, dan kemerataan
akibat adanya perubahan parameter fitoplankton di Rawa Jombor, mengkaji
kualitas air. Perubahan tersebut dapat tingkat pencemaran air Rawa Jombor
disebabkan oleh adanya aktivitas berdasarkan indeks saprobik.

BAHAN DAN METODE yaitu adanya beberapa pertimbangan


yang dilakukan oleh peneliti.
Pelaksanaan penelitian dilakukan Pengambilan sampel dilakukan didaerah
pada bulan Maret-Juli 2015. Penentuan sebelum terkena pencemaran yaitu
lokasi pengambilan sampel berdasarkan sungai masuk (inlet), daerah warung
metode purposive random sampling apung dan pemancingan, keramba dan

3
Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015
Hal. 41-52

sungai keluar (outlet). Sampling penentuan titik sampling dapat dlihat


dilakukan pada 10 stasiun dan diberi pada Gambar 1.
kode berupa STA 1-STA 10. Lokasi

Gambar 1. Penentuan Lokasi Sampling

Pengambilan sampel fitoplankton


sebanyak 30 liter dilakukan dengan
menggunakan plankton net. Air yang dimana:
tersaring dalam bucket ukuran 100 ml N = Jumlah total individu / liter air
masukkan ke dalam botol sampel, Oi = Luas gelas penutup preparat
kemudian diberi formalin 4% sebanyak (mm2)
3 tetes. Pengamatan Fitoplankton Op = Luas satu lapangan pandang
dilakukan dengan menggunakan (mm2)
mikroskop. Vr = Volume air tersaring (ml)
Vo = Volume air yang diamati (ml)
ANALISIS DATA Vs = Volume air yang disaring (L)
n = Jumlah plankton pada seluruh
a. Jumlah total individu lapangan pandang

4
Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015
Hal. 41-52

p = Jumlah lapangan pandang yang C : Kelompok organisme


teramati (APHA, 2005). Chlorophyta
b. Indeks Kemelimpahan Relatif D : Kelompok organisme
Chrysophyta.

Di = Kelimpahan HASIL DAN PEMBAHASAN


ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah individu per liter Kualitas perairan dapat dilihat
(Silooy, 2012). dari parameter fisika dan kimia yang ada
c. Indeks Keanekaragaman di perairan tersebut. Menurut John
Sahannon-Wiener (1995) dalam Samino dkk (2004),
keuntungan penggunaan sifat fisika dan
∑ kimia suatu perairan untuk memantau
kualitas air adalah karena memiliki nilai
H’= Indeks diversitas Shanon- yang sederhana dan dapat ditentukan
Wiener,
pada waktu tertentu, sedangkan
ni = Jumlah individu jenis ke-i,
kelemahannya adalah bahwa hasil
N = Jumlah total individu
pengukuran tersebut hanyalah
(Silooy, 2012).
menggambarkan keadaan sesaat dan
d. Indeks Kemerataan
tidak dapat memberikan gambaran
Rumus menurut Odum (1971)
tentang kondisi ekosistem secara
dalam Qiptiyah et al (2003) :
keseluruhan. Kelemahan tersebut
dieliminir dengan menggunakan metode
pengukuran parameter biologi, dalam
E = Indeks kemerataan hal ini adalah fitoplankton. Hasil dari
H’ = Indeks Keanekaragaman
kualitas perairan di Rawa Jombor
Jenis
Klaten, Jawa Tengah dengan parameter
S = Jumlah jenis
yang diukur meliputi : suhu, oksigen
e. Indeks Dominansi
terlarut, pH, kecerahan, kekeruhan, dan
∑ konduktivitas.
Suhu sesaat yang didapat pada
N = Jumlah total individu / liter
tiap stasiun merupakan suhu yang ideal
ni = Jumlah individu jenis ke-i
bagi fitoplankton dari filum Chlorophyta
D = Indeks dominansi
dan Cyanophyta karena memiliki
f. Koefisien Saprobik
kisaran suhu antara 31,3-33,7°C.
Menurut Haslam (1995) fitoplankton
dari divisi Chlorophyta dan diatom akan
X : Koefisien Saprobik (-3
tumbuh baik pada kisaran suhu 30-35°C.
sampai dengan 3)
Divisi Cyanophyta memiliki toleran
A : Kelompok organisme
kisaran suhu yang lebih tinggi
Cyanophyta
dibandingkan Chlorophyta dan diatom.
B : Kelompok organisme
Suhu yang didapat relatif panas, hal ini
Dinophyta

5
Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015
Hal. 41-52

dapat disebabkan oleh lingkungannya Menurut Kristanto (2002)


yang terbuka, karena sebagian besar kandungan oksigen terlarut dalam
lahannya digunakan sebagai lahan perairan minimal 5 mg/L. Oksigen
pertanian. Menurut Haslam (1995) terlarut yang didapat pada semua stasiun
besarnya suhu di suatu badan perairan < 5 mg/L sehingga dapat diartikan
dipengaruhi beberapa faktor seperti bahwa oksigen terlarut di Rawa Jombor
musim, kedalaman badan air, sirkulasi tergolong sangat rendah. Nilai oksigen
udara dan penutupan awan.

Tabel 2. Kualitas Air Rawa Jombor

Parameter
Stasiun Suhu DO Kecerahan Kekeruhan Konduktivitas
pH
(˚C) (mg/L) (cm) (cm) (mS/cm)
STA 1 31,96 1,69 7,84 50 123,66 241
STA 2 31,7 1,88 8,20 50 89,66 244,66
STA 3 33,06 1,47 8,26 50 87,33 248
STA 4 31,6 1,70 8,34 51 99 242,66
STA 5 33,23 1,44 8,46 50 86,33 245,33
STA 6 31,9 1,50 8,29 50 86,33 255,66
STA 7 33,1 1,22 8,51 50 71 267,66
STA 8 33,7 1,24 8,31 40 88 244
STA 9 32,9 1,33 8,49 50 94,33 242,66
STA 10 31,3 1,50 7,89 50 75 259,33

terlarut paling rendah pada STA 7. Kecerahan yang didapat pada


Menurut Retnani (2001) penurunan semua stasiun rata-rata memiliki hasil
kadar oksigen dalam perairan dapat yang sama yaitu 50 cm. Data kecerahan
diakibatkan oleh pembusukan bahan yang memiliki nilai terkecil yaitu 40 cm
organik, respirasi, dan terhambatnya terdapat pada STA 8. Kecerahan adalah
pelarutan oksigen dalam air. parameter fisika yang erat kaitannya
Menurut Subarijanti (2000), pH dengan proses fotosintesis pada suatu
yang optimum untuk pertumbuhan ekosistem perairan.
organisme air sekitar 6,5-8,5. Nilai pH Turbiditas merupakan
terendah terdapat pada STA 1, hal ini kandungan bahan organik maupun
diduga karena STA 1 merupakan lokasi anorganik yang terdapat di perairan
yang dimanfaatkan untuk budidaya ikan. sehingga mempengaruhi proses

6
Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015
Hal. 41-52

kehidupan organisme yang ada di mS/cm. Menurut Asdak (2007) faktor


perairan tersebut. Nilai kekeruhan yang paling dominan dalam
tertinggi ada pada STA 1 yang mempengaruhi perubahan konduktivitas
merupakan daerah keramba, daerah dalam suatu perairan adalah
keramba memungkinkan banyaknya sisa temperature.
makanan ikan sehingga membuat Hasil pengamatan fitoplankton
perairan keruh dan menganggu proses pada semua stasiun diperoleh 21 jenis
fotosintesis fitoplankton karena perairan spesies yang termasuk dalam 5 divisi
keruh menyebabkan intensitas cahaya yaitu Bacillariophyta, Chlorophyta,
yang masuk menjadi sedikit. Chrysophyta, Cyanophyta, dan
Konduktivitas perairan rawa Euglenophyta. Spesies yang paling
jombor masih dalam batas ideal bagi banyak dijumpai jenisnya termasuk
perairan dan kehidupan organisme dalam divisi Cyanophyta dan
perairan karena nilainya dibawah 400 Chlorophyta.

7.05%
0.10%
1.17% 0.06%

Bacillariophyta
Chlorophyta
Chrysophyta
Cyanophyta
91.61% Euglenophyta

Gambar 2. Presentase Fitoplankton per divisi

Cyanophyta memiliki nilai kurang menguntungkan (CO2 rendah,


kemelimpahan yang tinggi dapat suhu rendah atau terlalu tinggi, dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu cahaya kurang).
suhu, karbondioksida, pH, cahaya Spesies dari divisi Cyanophyta
matahari dan nutrien. Richmond (2005) yang ditemukan pada semua stasiun
menyatakan melimpahnya jumlah divisi diantaranya adalah Anabaena sp,
Cyanophyta karena divisi ini mampu Anabaena flos-aquae, Anabaena
beradaptasi dengan keadaan yang spiroides, Cylindrospermopsis

7
Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015
Hal. 41-52

raciborskii, dan Microcystis aeruginosa. Jumlah total individu per liter


Cyanophyta yang paling banyak terendah pada spesies Nitzschia palea,
ditemukan pada semua stasiun adalah Melosira nummuloides, dan
Anabaena sp, hal ini mengindikasikan Merismopedia punctata dengan nilai 24
bahwa divisi Cyanophyta memiliki Ind/L. Jumlah total individu rendah pada
penyebaran yang luas di perairan Rawa ketiga spesies tersebut dapat disebabkan
Jombor. Anabaena sp merupakan salah oleh parameter lingkungan yang tidak
satu spesies yang mampu memfiksasi menunjang pertumbuhannya. Spesies
nitrogen dan termasuk dalam Nitzschia palea biasanya hidup pada
Cyanophyta berheterocystis, hal ini perairan dingin, sehingga kemelimpahan
sesuai dengan yang dikemukakan oleh spesies ini rendah pada perairan Rawa
Whitton dan Potts (2002) seluruh Jombor yang tergolong perairan hangat
Anabaena sp dapat memfiksasi nitrogen karena memiliki suhu air diatas 30°C.
sehingga genus-genus tersebut mampu Kemelimpahan Cyanophyta yang
bersaing secaraefektifpada suatu diperoleh pada penelitian ini dapat
lingkungan dan keberadaannya memberikan dampak yang kurang baik
seringkali melimpah. pada ekosistem perairan karena
Kemelimpahan tertinggi kedua beberapa spesies dari divisi Cyanophyta
setelah Anabaena sp dari divisi memproduksi toksin. Kemelimpahan
Cyanophyta adalah Cylindrospermopsis yang tinggi dari divisi Cyanophyta ini
raciborskii. Cylindrospermopsis dapat menyebabkan Fenomena HABs
raciborskii bersifat planktonik, dapat (Harmful Algal Blooms). Fenomena ini
melimpah dan umumnyahidup di terjadi pada spesies alga tertentu yang
daerah tropis pada perairan tawar memproduksi toksin selama blooming,
eutrofik (Wehr and Sheath, 2003). sehingga dapat menyebabkan kematian
Kemelimpahan tertinggi setelah pada organisme perairan lainnya. Faktor
Cylindrospermopsis raciborskii adalah yang dapat memicu fenomena HABs
Microcystis aeruginosa. Menurut adalah karena adanya eutrofikasi.
Oberholster et al, (2004) Microcystis sp Eutrofikasi merupakan pengkayaan
termasuk fitoplankton yang dominan di nutrien yang terdapat dalam perairan.
perairan tawar yang hangat dan bersifat Pengkayaan nutrien ini bisa merupakan
kosmopolit. Microcystis sp dan proses alami (masuknya air dari sungai
Anabaena sp dikenal memiliki lendir yang tercemar) maupun akibat ulah
sehingga organisme perairan tidak manusia. Penyebab terjadinya
menyukai spesies tersebut. Jika suatu eutrofikasi akibat perbuatan manusia
perairan didominasi oleh alga dari adalah banyaknya buangan limbah ke
Cyanobacteria (seperti Mycrocystis dan perairan tersebut, limbah ini akan
Anabaena), bisa dikatakan perairan mempengaruhi keseimbangan ekosistem
tersebut merupakan perairan yang perairan.
eutrofik (Putri dan Purnamaningtyas,
2010).

8
Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015
Hal. 41-52

25000

20000

15000

10000

5000

0
STA 1 STA 2 STA 3 STA 4 STA 5 STA 6 STA 7 STA 8 STA 9 STA 10

Gambar 3. Jumlah Total Individu per liter Setiap Stasiun

STA 5 merupakan lokasi memiliki nilai terendah diduga


sampling yang disekitarnya tidak ada disebabkan oleh nilai oksigen terlarut
aktivitas yang terjadi sehingga yang paling rendah dibanding stasiun
memungkinkan untuk fitoplankton lain sehingga mempengaruhi komunitas
berkembang secara optimal. STA 7 fitoplankton.

Tabel 2. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), Indeks Kemerataan (E),


Indeks Dominansi (D), dan Indeks Saprobik (X)

NAMA
No. H' E D
LOKASI
1 STA 1 1.47 0.59 0.33
2 STA 2 1.21 0.49 0.44
3 STA 3 1.27 0.51 0.39
4 STA 4 1.27 0.55 0.42
5 STA 5 1.09 0.47 0.44
6 STA 6 1.27 0.58 0.41
7 STA 7 1.18 0.54 0.46
8 STA 8 1.17 0.49 0.50
9 STA 9 0.84 0.35 0.63
10 STA 10 1.01 0.42 0.59

Nilai H’ (Tabel 2.) menunjukkan 1,47 dan nilai terendah pada STA 9
nilai tertinggi pada STA 1 dengan nilai dengan nilai 0,84. STA 1 merupakan

9
Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015
Hal. 41-52

lokasi sampling yang digunakan untuk (Tabel 2.) yang menunjukkan bahwa
sarana pemeliharaan ikan. STA 1 adalah kemerataan di perairan Rawa Jombor
lokasi pengambilan sampel pertama tergolong rendah.
yang dilakukan sehingga Hasil indeks dominansi yang
memungkinkan pertumbuhan diperoleh pada semua stasiun yang
fitoplankton yang optimal dan memiliki nilai tertinggi ada pada STA 9
mempengaruhi keanekaragaman jenis dengan 0,63, sedangkan nilai terendah
yang terdapat di stasiun STA 1. Lokasi ada pada STA 1 dengan 0,34. Nilai
STA 9 pengambilan sampelnya indeks dominansi yang didapat
dilakukan pada sorehari sehingga mendekati 1 sehingga dapat dikatakan
adanya penurunan jumlah total individu. terdapat spesies yang mendominasi.
Keanekaragaman jenis pada STA 9 yang Spesies yang mendominasi di tersebut
rendah dapat disebabkan juga oleh adalah Anabaena sp.
adanya spesies yang mendominasi di Indeks saprobik digunakan untuk
lokasi tersebut. mengetahui tingkat ketergantungan atau
Hasil yang diperoleh pada semua hubungan suatu organisme dengan
stasiun menunjukkan nilai indeks senyawa yang menjadi sumber
kemerataan yang paling tinggi ada pada nutrisinya, sehingga dapat diketahui
STA 1 dengan 0,59, sedangkan yang hubungan kemelimpahan plankton
paling rendah ada pada STA 9 dengan dengan tingkat pencemaran suatu
0,35. Nilai indeks kemerataan secara perairan.
keseluruhan memiliki nilai kurang dari 1

-2.69 STA 10
-2.87 STA 9
-2.71 STA 8
-2.66 STA 7
-2.75 STA 6
-2.68 STA 5
-2.78 STA 4
-2.67 STA 3
-2.69 STA 2
-2.48 STA 1
-2.9 -2.8 -2.7 -2.6 -2.5 -2.4 -2.3 -2.2

Gambar 4. Indeks Saprobik Setiap Stasiun

10
Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015
Hal. 41-52

Nilai indeks saprobik tertinggi Indeks Saprobik berkisar antara


terletak pada STA 9 dan nilai terendah (-2,48)-(-2,87) menunjukkan kualitas air
pada STA 1. Keseluruhan nilai indeks Rawa Jombor tergolong tercemar berat.
saprobik berkisar antara -2,48 sampai
dengan -2,87 (Tabel 2.). Nilai indeks SARAN
saprobik yang diperoleh menunjukkan
tingkat pencemaran perairan di Rawa Berdasarkan melimpahnya
Jombor tergolong polisaprobik artinya, Cyanophyta khususnya Anabaena sp
tingkat pencemarannya berat, sedikit yang mengindikasikan perairan kaya
atau tidak adanya DO di dalam perairan, nutrien, sehingga diperlukan adanya
populasi bakteri padat, dan H₂S tinggi. pengurangan masukan nutrien ke badan
Hal ini dapat dihubungkan dengan hasil air Rawa Jombor.
parameter DO pada semua stasiun
tergolong sangat rendah, oksigen yang
DAFTAR PUSTAKA
ada di perairan sebagian besar terpakai
dalam proses degradasi bahan organik
yang berasal dari sisa-sisa pembusukan [APHA] American Public Health
tanaman air terutama enceng gondok. Association. 2005. Standard
Methods For the
Examination of Water and
KESIMPULAN Wastewater. Amer. Publ. 17th
Edition. New York Health
Kualitas air di Rawa Jombor Association.
berdasarkan parameter fisika dan kimia Asdak, C. 2007. Hidrologi dan
menunjukkan nilai suhu, pH, kecerahan, Pengelolaan Daerah Aliran
kekeruhan, dan konduktivitas masih Sungai. Bandung: Gadjah Mada
tergolong kondisi yang baik bagi University Press.
fitoplankton, sedangkan nilai DO yang Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air
diperoleh tergolong sangat rendah. Bagi Pengelolaan Sumber Daya
Komposisi jenis fitoplankton dan Lingkungan Perairan.
yang ditemukan yaitu 21 jenis dari 5 Kanisius Yogyakarta. 145 Hal.
divisi (Bacillariophyta, Chlorophyta, Haslam, S.M. 1995. River Pollution, an
Cyanophyta, Chrysophyta dan Ecological Perspective.
Euglenophyta). Kemelimpahan tertinggi Belhaven Press. London UK.
pada STA 5 dengan nilai 21.137 Ind/L Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri.
dan kemelimpahan terendah pada STA 7 Penerbit ANDI. Yogyakarta.
dengan nilai 8.846 Ind/L. Indeks Mudjiman A., 2004. Makanan Ikan
keanekaragaman Shannon-Wiener dan Edisi Revisi. Penebar
indeks kemeratan menunjukkan kualitas Swadaya, Jakarta.
air Rawa Jombor tergolong tercemar Muharram, N. 2006. Struktur Komunitas
berat. Indeks dominansi menunjukkan di Perifiton dan Fitoplankton di
perairan Rawa Jombor terdapat spesies Bagian Hulu Sungai Ciliwung,
yang mendominasi yaitu Anabaena sp. Jawa Barat. [Skripsi].

11
Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015
Hal. 41-52

Departemen Sumberdaya Teluk Doreri Manokwari.


Perairan. Fakultas Perikanan dan Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan.
Ilmu Kelautan. Institut Fakultas Peternakan Perikanan
Pertanian Bogor. dan Ilmu Kelautan. Universitas
Oberholster, P.J, Botha dan Grobbelaan. Negeri Papua. Manokwari.
2004. Microcystis spp. : Source Subarijanti, HU, 2000, Faktor
of Toxic Mikrocystins in Lingkungan yang Mempengaruhi
Drinking Water. African Journal Pertumbuhan Alga, IPB, Bogor.
of Biotechnology, 3(3):159– Wehr, J. D and R. G. Sheath. 2003.
168. Freshwater algae of North
Putri, M.R.A., dan Purnamaningtyas, Amerika. Ecology and
S.E. 2010. Variasi Kelimpahan classification. Academic Press.
Fitoplankton di Area Keramba California & London: xv + 918
Jaring Apung (KJA) Waduk hlm.
Jatiluhur, Jawa Barat. Balai Whitton B. A. & M. Potts. 2002. The
Penelitian Pemulihan dan Ecology of Cyanobacteria: Their
Konservasi Sumberdaya Ikan. Diversityin Time and Space.
Qiptiyah M, 2003. Peranan Kluwer Academic Publishers.
Keanekaragaman Fitoplankton New York.
sebagai Bioindikator Wibowo, A, Soeprobowati, T.R. ,
Lingkungan dalam Sudarno. 2014. Dinamika
Pengelolaan Ekosistem Lahan Perubahan Penggunaan
Basah, Eboni no 9. hlm 10-16. Lahan Daerah Tangkapan Air
Retnani, A. 2001. Struktur Komunitas (DTA) Rawa Jombor pada
Plankton di Perairan Mangrove Sub Daerah Aliran Sungai (Sub
Angke Kapuk, Jakarta Utara. DAS) Dengkeng, DAS Bengawan
Skripsi IPB. Bogor. Solo. Prosiding Seminar
Richmond, A. 2005. Microalgal Nasional Pengelolaan
Culture, Biotechnology and Sumberdaya Alam dan
Applied Phycology, Blackwell Lingkungan 2014. Universitas
Publishing. Diponegoro. Semarang. ISBN
Samino, S., Catur, R., Dwi, S., dan 978-602- 17001-2-9.
Rudina, A.R. 2004. Monitoring
Dinamika Komunitas
Fitoplankton dan Zooplankton di
Waduk Sutami Malang. Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Brawijaya. Malang
Silooy, D.N. 2012. Komposisi Jenis dan
Kelimpahan Zooplankton di
Bagan Ikan Perairan Rendani

12
Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015
Hal. 41-52

Lampiran 1. Data Tabel Perhitungan Indeks Kemelimpahan Jenis, Indeks Kemelimpahan Relatif, Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener, Indeks
Kemerataan, Indeks Dominansi, dan Indeks Saprobik

STASIUN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
N
NAMA SPESIES N N N N N N N N N N
O Di Di Di Di Di Di Di Di
(Ind/ (Ind/L Di (%) (Ind/ (Ind/L (Ind/L (Ind/ (Ind/ Di (%) (Ind/L (Ind/L (Ind/
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
L) ) L) ) ) L) L) ) ) L)
A. Bacillariophyta
1. Navicula recens 94 0.5 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 24 0.2 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
2. Nitzschia palea 0 0.0 0 0.0 24 0.1 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
3. Melosira nummuloides 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 24 0.2
B. Chlorophyta
1. Chlorococcum
hypnosporum 0 0.0 24 0.1 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 71 0.5 0 0.0 0 0.0
2. Chlorella homosphaera 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 24 0.3 0 0.0 0 0.0 47 0.4
3. Scenedesmus acuminatus 142 0.7 0 0.0 71 0.4 142 0.7 94 0.4 142 1.2 24 0.3 118 0.8 47 0.2 0 0.0
4. Scenedesmus protuberans 189 1.0 142 0.8 71 0.4 0 0.0 24 0.1 47 0.4 24 0.3 24 0.2 0 0.0 0 0.0
5. Chlamydomonas
reinhardtii 142 0.7 71 0.4 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 236 1.9
6. Gonium pectorale 1722 8.9 826 4.8 1180 7.3 283 1.4 849 4.0 472 3.9 283 3.2 519 3.5 377 1.8 425 3.4
7. Coelastrum astroideum 0 0.0 24 0.1 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 142 1.0 24 0.1 0 0.0
8. Micractinium
bornhemiense 0 0.0 212 1.2 0 0.0 543 2.7 684 3.2 0 0.0 401 4.5 189 1.3 165 0.8 189 1.5
9. Zygnema sp 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 71 0.6
C. Chrysophyta
1. Synura sp 94 0.5 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
D. Cyanophyta 94
1. Anabaena sp 10144 52.3 10804 62.8 9153 56.6 12361 61.4 13046 61.7 7266 60.2 5756 65.1 10144 68.6 16112 78.5 9649 76.2
2. Anabaena flos-aquae 401 2.1 283 1.6 307 1.9 354 1.8 236 1.1 165 1.4 212 2.4 259 1.8 236 1.1 118 0.9
3. Anabaena spiroides 71 0.4 47 0.3 118 0.7 236 1.2 543 2.6 165 1.4 71 0.8 236 1.6 259 1.3 71 0.6
4. Cylindrospermopsis
raciborskii 3987 20.6 3350 19.5 3657 22.6 3161 15.7 4695 22.2 1887 15.6 146 16.5 2052 13.9 2619 12.8 1203 9.5
5. Microcystis aeruginosa 1911 9.9 1227 7.1 1486 9.2 2383 11.8 873 4.1 1699 14.1 519 5.9 920 6.2 425 2.1 330 2.6
6. Microcystis incerta
Lemmermann 283 1.5 0 0.0 0 0.0 0 0.0 24 0.1 0 0.0 0 0.0 118 0.8 24 0.1 47 0.4
7. Merismopedia punctata 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 24 0.1 0 0.0
E. Euglenophyta 0.0
1. Trachelomonas sp 118 0.6 189 1.1 118 0.7 661 3.3 71 0.3 212 1.8 71 0.8 0 0.0 212 1.0 259 2.0
Jumlah Total Individu 19391 100 17197 100 16183 100 20123 100 21137 100 12078 100 8846 100 14791 100 20524 100 12668 100
Jumlah Jenis 12 12 12 10 10 9 9 11 11 11
Indeks Keanekaragaman Shanon-
Wiener 1.470 1.213 1.272 1.270 1.088 1.273 1.177 1.173 0.836 1.011
Indeks Kemerataan 0.5915 0.4880 0.5121 0.5517 0.4724 0.5792 0.5355 0.4892 0.3488 0.4217
Indeks Dominansi 0.33448 0.44068 0.38521 0.41856 0.43543 0.40843 0.45795 0.49565 0.63383 0.59206
Jurnal Biologi, Volume 4 No 3, Juli 2015
Hal. 41-52

Indeks Saprobik -2.48 -2.69 -2.67 -2.78 -2.68 -2.75 -2.66 -2.71 -2.87 -2.69

13

You might also like