Ratri Mauluti Larasati, Martha Lulus Lande, Zulkifli, Sri Wahyuningsih
Ratri Mauluti Larasati, Martha Lulus Lande, Zulkifli, Sri Wahyuningsih
Ratri Mauluti Larasati, Martha Lulus Lande, Zulkifli, Sri Wahyuningsih
298
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 17 (3): 72-77 pISSN 1410-5020
http://www.jurnal.polinela.ac.id/JPPT eISSN 2047-1781
ABSTRACT
Fruit is a necessity for most Indonesian people. Kepok banana is a climacteric fruit that can
experience browning quickly. Therefore, this study was conducted to find a safe and effective
material to prevent the browning process of kepok bananas. This study aims to determine the
differences in the browning index, and the activity of the enzyme dehydrogenase in kepok
banana cells. This study was conducted using a 2x3 factorial design. Factor A is ascorbic
acid with 2 concentration levels namely 0% (b / v) and 5% (b / v). Factor B is Aloe (Aloe
barbadensis L.) leaf extract with 3 levels, namely 0%, 5%, and 10%. The quantitative
parameters are browning index and total dissolved carbohydrate content. The qualitative
parameter is dehydrogenase enzyme activity. Levene test and variance analysis were carried
out with 5% real level. The results obtained were kepok bananas with treatments coloured
brighter than control. Ascorbic acid and Aloe (Aloe barbadensis L.) affect the browning
index and dissolved total carbohydrate content of the sample. A decrease in dehydrogenase
enzyme activity happened in the ascorbic acid treatment. Conclusions obtained from the
study are ascorbic acid with a concentration of 5% can reduce the browning index of kepok
banana by 31%, ascorbic acid with a concentration of 5% can maintain total dissolved
carbohydrate content kepok banana as much as 53%, and Aloe extract 10% retain total
dissolved carbohydrate content sample is 20%.
PENDAHULUAN
Menurut hasil penelitian (Rachman, Mustika, & Kusumawati, 2017) hubungan ketersediaan makanan
terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur menunjukkan hubungan yang positif yaitu apabila ketersediaan
buah dan sayur semakin tinggi maka konsumsi buah dan sayur seseorang juga akan meningkat. Oleh karena
itu proses pengawetan buah diperlukan untuk memperpanjang umur simpan buah, sehingga meningkatkan
ketersediaan buah sebagai bahan pangan.
Laju respirasi buah pisang memiliki pola klimakterik. Pola klimakterik terjadi karena terjadi kenaikan
jumlah yang kemudian menurun hingga buah layu. Buah pisang akan mengalami perubahan warna
Larasati, dkk : Analisis Browning Buah Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L.) Setelah Perlakuan Asam Askorbat Dan
secara bertahap maupun tidak bertahap hanya dalam waktu 9 hari (Arista et al., 2017). Hal ini menunjukkan
bahwa pisang adalah buah yang dapat mengalami proses pencokelatan dengan cepat.
Ekstrak lidah buaya diketahui dapat mengurangi laju respirasi buah dan efektif dalam mengurangi
aktivitas enzimatik yang secara umum diketahui berperan dalam kualitas pencokelatan. Selain itu, indeks
browning menunjukkan kemampuan buah yang dilapisi dengan ekstrak lidah buaya dapat mempertahankan
nilai indeksnya selama kurang lebih 6 hari dibandingkan buah yang tidak diberikan perlakuan (Rosaria et al.,
2015). Asam askorbat dapat menghambat proses pencokelatan non-enzimatik dan juga aktivitas enzim
dehidrogenase (Husaini, Zulkifli, Lande, & Nurcahyani, 2017).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratoriun Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Desember 2018 sampai Januari
2019.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah beaker glass, gelas ukur, pipet tetes, pipet
volumetrik, erlenmeyer, tabung reaksi, rak tabung reaksi, neraca digital, mortar dan alu, kertas tissue, kertas
label, karet gelang, kantong plastik, pisau, pinset, cawan petri, kapas, centrifuge, dan spektrofotometer.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu asam askorbat, daun tanaman lidah buaya (Aloe barbadensis L.) yang
diperoleh di sekitar Universitas Lampung, buah pisang kepok (Musa paradisiaca L.) yang diperoleh dari
pasar tradisional Bandar Lampung, aquades, pekat, fenol, dan metilen biru.
Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan faktorial 2x3. Faktor A adalah asam askorbat dengan
2 taraf konsentrasi yaitu 0% (b/v) dan 5% (b/v) (Puspaningrum, Zulkifli, Handayani, & Lande, 2017). Faktor
B adalah ekstrak daun lidah buaya (Aloe barnadensis L.) dengan 3 taraf yaitu 0%, 5%, dan 10% (Purwanto &
Effendi, 2016). Dilakukan pengulangan 4 kali untuk setiap kombinasi perlakuan sehingga jumlah satuan
percobaan menjadi 24. Variabel dalam penelitian ini berupa indeks browning, aktivitas enzim dehidrogenase,
dan kandungan karbohidrat terlarut total. Parameter kuantitatif dalam penelitian ini adalah nilai tengah (µ)
dari masing-masing variabel, sementara parameter kualitatif berupa perubahan warna yang terjadi pada uji
metilen biru.
Buah pisang kepok dipilih dan diambil sebanyak 30 buah yang memiliki ukuran, berat, dan tingkat
kematangan seragam. Buah pisang kepok dikupas kulitnya dan daging buah dipotong secara melintang
dengan masing-masing ketebalan 2-3 mm. Kemudian diambil beberapa potongan dan ditimbang hingga
mencapai berat 1 gram. Selanjutnya, potongan-potongan tersebut dibagi dalam kelompok masing-masing dan
dimasukkan ke dalam larutan asam askorbat dan lidah buaya sesuai ketentuan kombinasi perlakuan. Menurut
(Husaini et al., 2017) masing-masing kelompok direndam selama 15 menit. Daging buah yang sudah
direndam dimasukkan ke dalam kantung plastik dan diletakkan di dalam cawan petri. Berdasarkan (Purwanto
& Effendi, 2016) kemudian semua sampel disimpan dalam suhu 4˚C selama 7 hari.
Pengamatan indeks browning dilakukan dengan mengambil potongan buah pisang kepok dari setiap
ulangan dan kontrol sebanyak 1 gram. Masing-masing digerus halus menggunakan mortar dan alu,
kemudian 10 ml aquades ditambahkan ke dalam sampel. Selanjutnya disaring menggunakan kertas saring
Whatman nomor 1 dan filtrat ditampung dalam erlenmeyer. Nilai absorbansi sampel diukur menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm (Husaini et al., 2017).
Kandungan karbohidrat terlarut total diketahui dengan menggunakan metode fenol-sulfur. Buah
pisang kepok diambil sebanyak 1 gram dan dihaluskan menggunakan mortar dan alu, kemudian ditambahkan
100 ml aquades. Selanjutnya disaring menggunakan kertas saring Whatman nomor 1. Filtrat ditampung
dengan erlenmeyer, lalu diambil sebanyak 3 ml menggunakan pipet tetes untuk dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan 3 ml pekat dan 1 ml fenol. Sampel dibiarkan pada suhu ruang dalam
keadaan tabung terbuka hingga warna sampel berubah menjadi cokelat kemerahan. Perubahan warna ini
menunjukkan adanya kandungan karbohidrat terlarut di dalam sampel. Nilai absorbansi diperoleh
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 490 nm.
Aktivitas Enzin Dehidrogenase diketahui dengan menggunakan metode metilen biru (Puspaningrum et
al., 2017). Sebanyak 1 g daging buah pisang kepok dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian diberi
larutan metilen biru 0,025% sampai menutupi semua bagian buah. Tabung reaksi ditutup rapat dengan
plastik dan diikat dengan karet gelang. Semua tabung reaksi diinkubasi selama 24 jam. Perubahan warna
yang terjadi pada tiap perlakuan diamati. Kontrol dibuat dengan tidak memberikan perlakuan asam askorbat
dan lidah buaya terhadap potongan buah pisang kepok. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya perubahan
warna pada larutan metilen biru menjadi bening. Semakin bening warna larutannya, maka aktivitas enzim
dehidrogenase semakin tinggi.
Data dianalisis dengan Uji Levene dengan dan uji analisis keragaman (ANOVA) pada taraf nyata 5%.
Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa kontrol memiliki warna permukaan yang lebih
cokelat jika dibandingkan dengan sampel pisang kepok lain yang diberi perlakuan. Hal ini menunjukkan
bahwa perubahan warna cokelat pada kontrol lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan. Menurut
(Manolopoulou & Varzakas, 2011) perubahan warna buah efektif untuk memvisualisasikan penampilan
suatu produk makanan. Suhu, waktu penyimpanan, perlakuan kimia, dan interaksi diantara faktor-faktor itu
memberikan efek yang cukup signifikan dalam proses perubahan warna buah menjadi cokelat.
Indeks Browning. Indeks browning buah pisang kepok sesudah diberi perlakuan asam askorbat dan
lidah buaya dapat diketahui pada Tabel 1. Uji Levene pada taraf nyata 5% (Lampiran 1 P -value 0,39 > 0,05)
menunjukkan bahwa ragam ke-5 populasi adalah homogen. Analisis ragam pada taraf nyata 5%
menunjukkan bahwa asam askorbat dengan atau tanpa adanya ekstrak lidah buaya berpengaruh nyata
terhadap indeks browning buah pisang kepok. Pada (Lampiran 1 P -value rows = 0,0054 < 0,05) diketahui
bahwa indeks browning pisang kepok kontrol berbeda nyata dari indeks browning perlakuan 5% b/v. Hal ini
diduga karena konsentrasi lidah buaya yang diperlukan untuk menghambat browning pada pisang kepok
lebih banyak daripada konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut hasil penelitian (Purwanto
& Effendi, 2016) penggunaan larutan asam askorbat lebih efektif dalam mencegah pencokelatan daripada
penggunaan lidah buaya.
Berdasarkan tabel di atas faktor asam askorbat menunjukkan nilai marginal mean kontrol 0,507a,
sementara pada sampel yang diberi asam askorbat 5% memiliki nilai 0,348b. Sehingga dapat diketahui
bahwa asam askorbat mempengaruhi pencokelatan pada buah pisang kepok. Main effect asam askorbat
terhadap terhadap indeks browning buah pisang kapok ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar di atas menunjukkan bahwa asam askorbat berpengaruh nyata terhadap indeks browning buah
pisang kepok. Asam askorbat dengan konsentrasi 5% dapat menurunkan indeks browning pisang kepok
sebanyak 31 %. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari (Abbasi, Akhtar, Hussain, & Ali, 2013) bahwa
asam askorbat dapat mempertahankan kualitas buah dengan mengurangi pencokelatan. Menurut (Purwanto
& Effendi, 2016) hal ini dikarenakan aktivitas PPO pada perlakuan kontrol lebih tinggi sehingga
menyebabkan proses pencokelatan terjadi lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan.
Kandungan Karbohidrat Terlarut Total. Kandungan karbohidrat terlarut total buah pisang kepok sesudah
diberi perlakuan asam askorbat dan lidah buaya dapat diketahui pada Tabel 2. Uji levene pada taraf nyata 5%
(Lampiran 1 P –value 0,27 > 0,05) menunjukkan bahwa ragam ke-5 populasi adalah homogen.
Analisis ragam pada taraf nyata 5% menunjukkan bahwa asam askorbat dengan atau tanpa adanya
ekstrak lidah buaya dapat mempengaruhi kandungan karbohidrat terlarut total pada buah pisang kepok. Pada
(Lampiran 1 P -value rows = <.0001 < 0,05) diketahui bahwa kandungan karbohidrat terlarut total pisang
kepok kontrol berbeda nyata dari karbohidrat terlarut total perlakuan 5% b/v.
Analisis ragam pada taraf nyata 5% juga menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya dengan atau tanpa
adanya asam askorbat mempengaruhi kandungan karbohidrat terlarut total buah pisang kepok. Pada
(Lampiran 1 P -value columns = 0,0174 < 0,05) menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat terlarut total
kontrol berbeda nyata dengan kandungan karbohidrat terlarut total perlakuan.
Pada faktor rows dapat diketahui nilai marginal mean kontrol adalah 0,412a. Sementara pada sampel
yang diberi asam askorbat 5% memiliki nilai 0,872b. Sehingga dapat diketahui bahwa sampel yang diberi
asam askorbat 5% memiliki kandungan karbohidrat terlarut total lebih banyak dari pada kontrol. Pada faktor
column dapat diketahui nilai marginal mean kontrol adalah 0,635a. Sementara pada pada sampel yang diberi
ekstrak lidah buaya 5% memiliki nilai 0,5ab dan sampel yang diberi 10% ekstrak lidah buaya memiliki nilai
0,791ac. Hal tersebut menunjukkan lidah buaya berpengaruh nyata terhadap kandungan karbohidrat terlarut
total dalam pisang kepok. Main effect asam askorbat terhadap terhadap kandungan karbohidrat terlarut total
buah pisang kepok ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Main effect konsentrasi asam askorbat terhadap kandungan karbohidrat terlarut total
Gambar di atas menunjukkan bahwa asam askorbat berpengaruh nyata terhadap kandungan
karbohidrat terlarut total buah pisang kepok. Asam askorbat dengan konsentrasi 5% dapat mempertahankan
kandungan karbohidrat terlarut total pisang kepok sebanyak 53 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian (Puspaningrum et al., 2017) bahwa asam askorbat dapat meningkatkan kandungan karbohidrat
terlarut total. Asam askorbat dapat meningkatkan kapasitas antioksidan sehingga mempertahankan kualitas
nutrisi buah (Javdani, Ghasemnezhad, & Zare, 2013), sehingga karbohidrat di dalam buah pisang tidak
terpecah oleh reaksi Maillard.
Main effect ekstrak lidah buaya terhadap terhadap kandungan karbohidrat terlarut total buah pisang
kepok ditunjukkan pada gambar 4.
Kandungan Karbohidrat
0,791
0,8
jaringan
0,4
0,2
0
0 5 10
Ekstrak Lidah Buaya (%b/v)
Gambar 4. Main effect ekstrak lidah buaya terhadap kandungan karbohidrat terlarut total
Gambar di atas menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya 5% berpengaruh nyata terhadap kandungan
karbohidrat terlarut total buah pisang kepok. Ekstrak lidah buaya dengan konsentrasi 5% dapat menurunkan
kandungan karbohidrat terlarut total buah pisang kepok sebanyak 21 %. Hal ini terjadi diduga karena ekstrak
lidah buaya dengan konsentrasi 5% tidak cukup banyak untuk menghambat reaksi Maillard. Menurut (Hu et
al., 2016) reaksi pencokelatan non-enzimatik terjadi selama proses perubahan warna buah menjadi cokelat,
mekanisme yang menyebabkan hal ini terjadi berhubungan dengan perubahan dalam pengurangan molekul
gula dan asam amino. Sementara ekstrak lidah buaya 10% berpengaruh nyata terhadap kandungan
karbohidrat terlarut total buah pisang kepok. Ekstrak lidah buaya dengan konsentrasi 10% dapat
mempertahankan kandungan karbohidrat terlarut total buah pisang kepok sebanyak 20 % diduga karena
lapisan lidah buaya menghambat proses senesen pada buah pisang kepok sehingga menunda perombakan
karbohidrat menjadi gula (Sridevi, Bhaskar, Subbaramamma, & Suneetha, 2018).
Aktivitas Enzim Dehidrogenase. Aktivitas enzim dehidrogenase pada buah pisang kepok setelah diberi
perlakuan asam askorbat dan ekstrak lidah buaya dan diinkbasi dalam suhu ruang selama 24 jam
dapatdiamati pada Gambar 5.
Zona
Bening
Berdasarkan hasil pengamatan sampel dalam methylene blue, terlihat bahwa terdapat zona bening
pada kontrol, perlakuan lidah buaya 5%, dan lidah buaya 10%. Pada ketiga sampel tersebut tidak dilakukan
penambahan asam askorbat, sementara perlakuan askorbat 5%, askorbat 5% dan lidah buaya 5%, serta
askorbat 5% dan lidah buaya 10% tidak menunjukkan adanya zona bening.
Menurut (Manolopoulou & Varzakas, 2011) enzim dehidrogenase tidak dapat bekerja pada kondisi
asam dimana enzim tersebut berperan dalam siklus krebs, sehingga siklus krebs pada sampel yang diberi
asam askorbat mengalami penurunan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbasi, N. A., Akhtar, A., Hussain, A., & Ali, I. 2013. Effect Of Anti-Browning Agents on Quality Changes
of Loquat [ Eriobotrya japonica ( Thunmb .) Lindley ] Fruit after Harvest. Journal of Botany, 45(4),
1391–1396.
Arista, M. L., Widodo, W. D., Suketi, K., Agronomi, D., Pertanian, F., & Bogor, I. P. 2017. Penggunaan
Kalium Permanganat sebagai Oksidan Etilen untuk Memperpanjang Daya Simpan Pisang Raja Bulu.
Buletin Agrohorti, 5(3), 334–341.
Hu, M., Peng, W., Liu, Y., Yan, D., Chen, X., & Wu, C. 2016. Maillard reaction induces changes in
saccharides and amino acids during stir-baking of areca nuts. Tropical Journal of Pharmaceutical
Research, 15(October), 2107–2112.
Husaini, O., Zulkifli, Lande, M. L., & Nurcahyani, E. 2017. Karakterisasi Bahan Anti Browning dari Ekstrak
Air Buah Jambu Batu (Psidium guajava Linn) pada Buah Apel Malang (Malus sylvestris (L.) Mill).
Jurnal Pertanian Terapan, 17, 85–92.
Javdani, Z., Ghasemnezhad, M., & Zare, S. 2013. A comparison of heat treatment and ascorbic acid on
controlling enzymatic browning of fresh-cuts apple fruit. Journal of Agriculture and Crop Sciences.
Manolopoulou, E., & Varzakas, T. 2011. Effect of Storage Conditions on the Sensory Quality , Colour and
Texture of Fresh-Cut Minimally Processed Cabbage with the Addition of Ascorbic Acid , Citric Acid
and Calcium Chloride. Journal of Food and Nutrition Sciences, 2011(November), 956–963.
https://doi.org/10.4236/fns.2011.29130
Purwanto, Y. A., & Effendi, R. N. 2016. Penggunaan Asam Askorbat dan Lidah Buaya untuk Menghambat
Pencokelatan pada Buah Potong Apel Malang. Jurnal Keteknikan Pertanian, 4, 203–210. Retrieved
from http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtep
Puspaningrum, D. A., Zulkifli, Handayani, T. T., & Lande, M. L. 2017. Pengaruh Penambahan Asam
Askorbat Terhadap Proses Non-Enzimatik Browning Jus Buah Salak Pondoh (Salacca zalacca
Gaertn.)e. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, (2017).
Rachman, B. N., Mustika, I. G., & Kusumawati, I. G. A. W. 2017. Faktor yang berhubungan dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMP di Denpasar. Jurnal Gizi Indonesia, 6(1).
Rosaria, G., Alberio, A., Muratore, G., Licciardello, F., Giardina, G., & Spagna, G. 2015. Aloe vera extract
as a promising treatment for the quality maintenance of minimally-processed table grapes. Journal of
Food Science and Technology, 35(2), 299–306.
Sridevi, P., Bhaskar, V. V., Subbaramamma, P., & Suneetha, D. R. S. 2018. Effect of Aloe vera Gel on the
Physiological , Biochemical and Quality Parameters of Pomegranate Arils cv . ‘ Bhagwa .’ Journal
of Current Microbiology and Applied Sciences, 7(01), 1757–1766.