Dasarpemrogramangolang
Dasarpemrogramangolang
Go Modules
Table of Contents
Dasar Pemrograman Golang 1.1
Kontributor 1.2
Course Mendeploy Aplikasi Go ke Docker dan Kubernetes (PROMO!) 2.1
1
A.3.A. Go Modules
2
A.3.A. Go Modules
3
A.3.A. Go Modules
D.1. Insert 1 Juta Data dari File CSV Ke Database Server, Menggunakan
Teknik Worker Pool, Database Connection Pool, dan Mekanisme
Failover 6.1.1
4
A.3.A. Go Modules
Ebook ini merupakan salah satu dari sekian banyak referensi yang bisa dijadikan
bahan belajar pemrograman Go. Topik-topik yang disediakan sangat bervariasi
mulai dari hal yang basic (dari 0), hingga bab yang sifatnya advance.
Ada total sekitar 110 bab yang dibahas dalam ebook ini. Bab-bab tersebut dibagi
menjadi 4 kategori besar yang berurutan dan berkesinambungan satu sama lain.
A. Pemrograman Go Dasar. Pada bagian ini topik yang dibahas sangat dasar,
cocok untuk orang yang belum pernah tau atau belum menggunakan bahasa
Go. Pembahasan dimulai dari instalasi, eksekusi, hello word, dilanjutkan
dengan topik seperti pembahasan beberapa keyword Go, pointer, struct,
interface, reflect, goroutine, channel, date time, dan lainnya.
B. Pemrograman Web Go Dasar. Pada bagian ini kita akan fokus belajar ilmu
dasar yang diperlukan untuk pengembangan aplikasi web menggunakan Go,
diantaranya seperti: routing, multiplexer, middleware, cookie, dan lainnya.
Pada bab ini kita tidak menggunakan framework atau library external, hanya
menggunakan API internal yang disediakan Go saja.
C. Pemrograman Go Lanjut. Di bagian ini akan mulai dibahas topik yang lebih
advance, beberapa diantaranya akan menggunakan library-library Go yang
sudah cukup terkenal di komunitas. Topik-topik tersebut antara lain: http, ssl,
cors, crsf, mail, pdf, excel, ftp, ssh, web socket, protobuf, gRPC + protobuf,
atau topik advance web atau non-web lainnya.
D. Studi Kasus. Di bagian ini akan dibahas mengenai Proof of Concept dari
problem solving kasus penerapan aplikasi Go di real project.
PDF
ePub
Mobi
Untuk mendapatkan konten buku yang paling update, silakan baca langsung versi
web secara online atau download ulang e-book versi terbaru.
5
A.3.A. Go Modules
Donasi
Anda juga bisa membantu kami secara finansial lewat donasi di beberapa
platform berikut:
Kontribusi
Ebook ini merupakan projek open source, jadi teruntuk siapapun yang ingin
berkontribusi silakan langsung saja cek
github.com/novalagung/dasarpemrogramangolang. Cek juga laman kontributor
untuk melihat list kontributor.
Author
Ebook ini dibuat oleh Noval Agung Prayogo. Untuk pertanyaan, kritik, dan
saran, silakan drop email ke [email protected].
6
A.3.A. Go Modules
Contributors
E-book Dasar Pemrograman Golang adalah proyek open source. Siapapun
bebas untuk berkontribusi di sini, bisa dalam bentuk perbaikan typo, update
kalimat, maupun submit tulisan baru. Bagi teman-teman yang berminat untuk
berkontribusi, silakan fork
https://github.com/novalagung/dasarpemrogramangolang, kemudian langsung
saja buat issue dan relevan pull request untuk issue tersebut 😊.
Berikut merupakan list nama kontributor yang sudah berbaik hati menyisihkan
waktunya untuk membantu pengembangan e-book ini.
Acep Saepudin
Akul Nurislamimanudin
Amin Rasul Kamsena
Burhanudin Yahya
Edi Santoso
Faizar Septiawan
Gusman Widodo
I Gede Tirtanata
Ibnul Mutaki
Ma'mur Rezeki
MH Rohman Masyhar
Mulia Nasution
Noval Agung Prayogo
Sal Prima
Seno
Shabrina
Teuku Mulia Ichsan
Wanda Ichsanul Isra
Yofriadi Yahya
7
A.3.A. Go Modules
Belajar Golang
Golang (atau biasa disebut dengan Go) adalah bahasa pemrograman baru yang
dikembangkan di Google oleh Robert Griesemer, Rob Pike, dan Ken
Thompson pada tahun 2007 dan mulai diperkenalkan ke publik tahun 2009.
Penciptaan bahasa Go didasari bahasa C dan C++, oleh karena itu gaya
sintaksnya mirip.
Kelebihan Go
Go memiliki kelebihan dibanding bahasa lainnya, beberapa di antaranya:
Di buku ini (terutama semua serial bab A) kita akan belajar tentang dasar
pemrograman Go, mulai dari 0.
8
A.3.A. Go Modules
Disini penulis mencoba meringkas petunjuk instalasi pada link di atas, agar lebih
mudah untuk diikuti terutama untuk pembaca yang baru belajar.
go version
1. Install terlebih dahulu Homebrew (jika belum ada), caranya jalankan perintah
berikut di terminal.
9
A.3.A. Go Modules
$ brew install go
go version
$ wget https://storage.googleapis.com/golang/go1...
go version
10
A.3.A. Go Modules
11
A.3.A. Go Modules
A.3.A. Go Modules
Pada bagian ini kita akan belajar cara inisialisasi projek menggunakan Go
Modules (atau Modules).
A.3.A.1. Penjelasan
Go modules merupakan manajemen dependensi resmi untuk Go. Modules ini
diperkenalkan pertama kali di go1.11 , sebelum itu pengembangan projek Go
dilakukan dalam GOPATH .
Modules penggunaannya adalah lewat CLI. Dan jika temen-temen sudah sukses
meng-install Go, maka otomatis bisa mempergunakan Go Modules.
Modules atau Module disini merupakan istilah untuk project ya. Jadi jangan
bingung.
Mari kita praktekan, buat folder baru, bisa via CLI atau lewat browser/finder.
mkdir projek-pertama
cd project-pertama
go mod init project-pertama
dir
Bisa dilihat pada command di atas ada direktori projek-pertama , dibuat. Setelah
masuk ke direktori tersebut, perintah go mod init project-pertama dijalankan.
Dengan ini maka kita telah menginisialisasi direktori projek-pertama sebagai
sebuah project Go dengan nama project-pertama (kebetulan di sini nama projek
sama dengan nama direktori-nya).
12
A.3.A. Go Modules
Untuk nama project, umumnya adalah disamakan dengan nama direktori, tapi
bisa saja sebenarnya menggunakan nama yang lain.
Eksekusi perintah go mod init menghasilkan satu buah file baru bernama
go.mod . File ini digunakan oleh Go toolchain untuk menandai bahwa folder
dimana file tersebut berada adalah folder projek. Jadi jangan di hapus ya file
tersebut.
Jadi setelah bab ini, silakan langsung lanjut ke bab A.4. Instalasi Editor.
13
A.3.A. Go Modules
GOPATH adalah variabel yang digunakan oleh Go sebagai rujukan lokasi dimana
semua folder project disimpan, kecuali untuk yg diinisialisasi menggunakan Go
Modules. GOPATH berisikan 3 buah sub-folder: src , bin , dan pkg .
Path separator yang digunakan sebagai contoh di buku ini adalah slash
/ . Khusus pengguna Windows, path separator adalah backslah \ .
Setelah GOPATH berhasil dikenali, perlu disiapkan 3 buah sub folder didalamnya,
dengan kriteria sebagai berikut:
14
A.3.A. Go Modules
15
A.3.A. Go Modules
Penulis sarankan untuk memilih editor yang paling nyaman digunakan, preferensi
masing-masing pastinya berbeda. Penulis sendiri lebih sering menggunakan
Visual Studio Code. Editor ini sangat ringan, mudah didapat, dan memiliki
ekstensi yang bagus untuk bahasa Go. Jika pembaca ingin menggunakan editor
yang sama, maka silakan melanjutkan panduan berikut.
Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana cara instalasi editor Visual Studio Code.
Cara instalasi ekstensi sendiri cukup mudah, klik View -> Extension atau klik
ikon Extension Marketplace di sebelah kiri (silakan lihat gambar berikut, deretan
button paling kiri yang dilingkari merah). Setelah itu ketikan Go pada inputan
search, silakan install ekstensi Go buatan Microsoft, biasanya muncul paling atas
sendiri.
16
A.3.A. Go Modules
17
A.3.A. Go Modules
root = true
[*]
insert_final_newline = true
charset = utf-8
trim_trailing_whitespace = true
indent_style = space
indent_size = 2
[{Makefile,go.mod,go.sum,*.go}]
indent_style = tab
indent_size = 8
18
A.3.A. Go Modules
A.5. Command
Pengembangan aplikasi Go tak jauh dari hal-hal yang berbau CLI atau Command
Line Interface. Proses inisalisasi projek, kompilasi, testing, eksekusi program,
semuanya dilakukan lewat command line.
Pada bab ini pembaca tidak harus praktek, cukup pelajari saja untuk tahu.
Mengenai praktek sendiri akan dimulai pada bab selanjutnya, yaitu A.6.
Program Pertama: Hello World.
Nama projek ini penting karena nantinya berpengaruh pada import path sub
packages yang ada dalam projek tersebut.
mkdir <nama-project>
cd <nama-project>
go mod init <nama-project>
Berikut adalah contoh penerapan go run untuk eksekusi file program main.go
cd project-pertama
go run main.go
19
A.3.A. Go Modules
Command go run hanya bisa digunakan pada file yang nama package-nya
adalah main . Lebih jelasnya dibahas pada bab selanjutnya (A.6. Program
Pertama: Hello World).
Jika ada banyak file yang package-nya main dan file-file tersebut berada pada
satu direktori level dengan file utama, maka eksekusinya adalah dengan
menuliskan semua file sebagai argument command go run (lebih jelasnya akan
dibahas pada bab 25). Contohnya bisa dilihat pada kode berikut.
Go menyediakan package testing , berguna untuk keperluan unit test. File yang
akan di-test harus ber-suffix _test.go .
go test main_test.go
20
A.3.A. Go Modules
go build -o <nama-executable>
go build -o program.exe
pertama .
cd project-pertama
go get github.com/segmentio/kafka-go
dir
21
A.3.A. Go Modules
go get -u github.com/segmentio/kafka-go
Command go get harus dijalankan dalam folder project. Jika dijalankan di-
luar project maka akan diunduh ke pada GOPATH.
Command ini digunakan untuk vendoring. Lebih detailnya akan dibahas di akhir
serial chapter A, pada bab A.58. Go Vendoring.
22
A.3.A. Go Modules
Pada bab ini akan dijelaskan secara komprehensif step-by-step mulai dari awal.
Mulai dari pembuatan project, pembuatan file program, sesi penulisan kode
(coding), hingga eksekusi program.
mkdir hello-world
cd hello-world
go mod init hello-world
23
A.3.A. Go Modules
Di dalam project yang telah dibuat, siapkan sebuah file dengan nama bebas,
yang jelas harus ber-ekstensi .go . Pada contoh ini saya menggunakan nama
file main.go .
Pembuatan file program bisa dilakukan lewat CLI atau browser, atau juga lewat
editor. Pastikan file dibuat dalam projek folder ya.
Dibawah ini merupakan contoh kode program sederhana untuk memunculkan text
Hello world ke layar output command prompt. Silakan salin kode berikut ke file
program yang telah dibuat. Sebisa mungkin jangan copy paste. Biasakan untuk
menulis dari awal, agar cepat terbiasa dan familiar dengan Go.
package main
import "fmt"
func main() {
fmt.Println("Hello world")
}
Setelah kode disalin, buka terminal (atau CMD bagi pengguna Windows), lalu
masuk ke direktori proyek, kemudian jalankan program menggunakan perintah
go run .
cd hello-world
go run main.go
24
A.3.A. Go Modules
Berikut merupakan pembahasan untuk tiap baris kode yang sudah ditulis di atas.
Setiap file program harus memiliki package. Setiap project harus ada minimal
satu file dengan nama package main . File yang ber-package main , akan di
eksekusi pertama kali ketika program di jalankan.
package <nama-package>
package main
Package fmt merupakan salah satu package bawaan yang disediakan oleh Go,
isinya banyak fungsi untuk keperluan I/O yang berhubungan dengan text.
import "<nama-package>"
import "fmt"
Dalam sebuah proyek harus ada file program yang didalamnya berisi sebuah
fungsi bernama main() . Fungsi tersebut harus berada di file yang package-nya
bernama main .
25
A.3.A. Go Modules
Fungsi main() adalah yang dipanggil pertama kali pada saat eksekusi program.
Contoh penulisan fungsi main :
func main() {
fmt.Println("<isi-pesan>")
fmt.Println("Hello world")
Contoh statement di atas akan menghasilkan output: Hello world! how are you.
26
A.3.A. Go Modules
A.7. Komentar
Komentar biasa dimanfaatkan untuk menyisipkan catatan pada kode program,
menulis penjelasan/deskripsi mengenai suatu blok kode, atau bisa juga
digunakan untuk me-remark kode (men-non-aktifkan kode yg tidak digunakan).
Komentar akan diabaikan ketika kompilasi maupun eksekusi program.
Ada 2 jenis komentar di Go, inline & multiline. Di bab akan dijelaskan tentang
penerapan dan perbedaan kedua jenis komentar tersebut.
package main
import "fmt"
func main() {
// komentar kode
// menampilkan pesan hello world
fmt.Println("hello world")
Mari kita praktekan kode di atas. Siapkan file program baru dalam project folder
(bisa buat projek baru atau gunakan projek yang sudah ada). Kemudian isi
dengan kode di atas, lalu jalankan.
Hasilnya hanya tulisan hello world saja yang muncul di layar, karena semua
yang di awali tanda double slash // diabaikan oleh compiler.
27
A.3.A. Go Modules
/*
komentar kode
menampilkan pesan hello world
*/
fmt.Println("hello world")
Sifat komentar ini sama seperti komentar inline, yaitu sama-sama diabaikan oleh
compiler.
28
A.3.A. Go Modules
A.8. Variabel
Go mengadopsi dua jenis penulisan variabel, yaitu yang dituliskan tipe data-nya,
dan juga yang tidak. Kedua cara tersebut valid dan tujuannya sama, pembedanya
hanya cara penulisannya saja.
Pada bab ini akan dikupas tuntas tentang macam-macam cara deklarasi variabel.
Berikut adalah contoh cara pembuatan variabel yang tipe datanya harus ditulis.
Silakan tulis pada projek baru atau pada projek yang sudah ada, bebas. Pastikan
saja untuk setipa projek baru untuk tidak lupa inisialisasi projek menggunakan
command go mod init <nama-project> . Ok lanjut.
package main
import "fmt"
func main() {
var firstName string = "john"
Keyword var di atas digunakan untuk deklarasi variabel, contohnya bisa dilihat
pada firstName dan lastName .
29
A.3.A. Go Modules
Contoh:
Contoh lain, ketiga baris kode berikut ini akan menghasilkan output yang sama,
meskipun cara penulisannya berbeda.
Fungsi fmt.Printf() tidak menghasilkan baris baru di akhir text, oleh karena itu
digunakanlah literal newline yaitu \n , untuk memunculkan baris baru di akhir.
Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan fungsi fmt.Println() yang
secara otomatis menghasilkan new line (baris baru) di akhir.
30
A.3.A. Go Modules
Tipe data lastName secara otomatis akan ditentukan menyesuaikan value atau
nilai-nya. Jika nilainya adalah berupa string maka tipe data variabel adalah
string . Pada contoh di atas, nilainya adalah string "wick" .
Kedua deklarasi di atas maksudnya sama. Silakan pilih yang nyaman di hati.
lastName := "wick"
lastName = "ethan"
lastName = "bourne"
Pengisian nilai juga bisa dilakukan bersamaan pada saat deklarasi. Caranya
dengan menuliskan nilai masing-masing variabel berurutan sesuai variabelnya
dengan pembatas koma ( , ).
31
A.3.A. Go Modules
Go memiliki aturan unik yang jarang dimiliki bahasa lain, yaitu tidak boleh ada
satupun variabel yang menganggur. Artinya, semua variabel yang dideklarasikan
harus digunakan. Jika ada variabel yang tidak digunakan tapi dideklarasikan,
error akan muncul pada saat kompilasi dan program tidak akan bisa di-run.
_ = "belajar Golang"
_ = "Golang itu mudah"
name, _ := "john", "wick"
Pada contoh di atas, variabel name akan berisikan text john , sedang nilai
wick ditampung oleh variabel underscore, menandakan bahwa nilai tersebut
tidak akan digunakan.
Perlu diketahui, bahwa isi variabel underscore tidak dapat ditampilkan. Data yang
sudah masuk variabel tersebut akan hilang. Ibaratkan variabel underscore seperti
blackhole, objek apapun yang masuk kedalamnya, akan terjebak selamanya di-
dalam singularity dan tidak akan bisa keluar 😁
name := new(string)
fmt.Println(name) // 0x20818a220
fmt.Println(*name) // ""
Variabel name menampung data bertipe pointer string. Jika ditampilkan yang
muncul bukanlah nilainya melainkan alamat memori nilai tersebut (dalam bentuk
notasi heksadesimal). Untuk menampilkan nilai aslinya, variabel tersebut perlu di-
dereference terlebih dahulu, menggunakan tanda asterisk ( * ).
32
A.3.A. Go Modules
Mungkin untuk sekarang banyak yang akan bingung tentang apa itu pointer,
namun tak apa, karena nantinya di Bab A.22. Pointer akan dikupas habis topik
tersebut.
channel
slice
map
Dan lagi, mungkin banyak yang akan bingung. Ketika sudah masuk ke
pembahasan masing-masing poin tersebut, akan terlihat apa kegunaan dari
keyword make ini.
33
A.3.A. Go Modules
Pada bab ini akan dijelaskan beberapa macam tipe data standar yang disediakan
oleh Go, beserta cara penggunaannya.
Kedua tipe data di atas kemudian dibagi lagi menjadi beberapa jenis, dengan
pembagian berdasarkan lebar cakupan nilainya, detailnya bisa dilihat di tabel
berikut.
uint8 0 ↔ 255
uint16 0 ↔ 65535
uint32 0 ↔ 4294967295
uint64 0 ↔ 18446744073709551615
34
A.3.A. Go Modules
Pada kode di atas, variabel decimalNumber akan memiliki tipe data float32 ,
karena nilainya berada di cakupan tipe data tersebut.
35
A.3.A. Go Modules
Ciri khas dari tipe data string adalah nilainya di apit oleh tanda quote atau petik
dua ( " ). Contoh penerapannya:
Selain menggunakan tanda quote, deklarasi string juga bisa dengan tanda grave
accent/backticks ( ` ), tanda ini terletak di sebelah kiri tombol 1. Keistimewaan
string yang dideklarasikan menggunakan backtics adalah membuat semua
karakter didalamnya tidak di escape, termasuk \n , tanda petik dua dan tanda
petik satu, baris baru, dan lainnya. Semua akan terdeteksi sebagai string.
fmt.Println(message)
Ketika dijalankan, output akan muncul sama persisi sesuai nilai variabel message
di atas. Tanda petik dua akan muncul, baris baru juga muncul, sama persis.
Semua tipe data yang sudah dibahas di atas memiliki zero value (nilai default tipe
data). Artinya meskipun variabel dideklarasikan dengan tanpa nilai awal, tetap
akan ada nilai default-nya.
Zero value berbeda dengan nil . Nil adalah nilai kosong, benar-benar kosong.
nil tidak bisa digunakan pada tipe data yang sudah dibahas di atas. Ada
beberapa tipe data yang bisa di-set nilainya dengan nil , diantaranya:
pointer
tipe data fungsi
slice
map
channel
36
A.3.A. Go Modules
Nantinya kita akan sering bertemu dengan nil setelah masuk pada
pembahasan bab-bab tersebut.
37
A.3.A. Go Modules
A.10. Konstanta
Konstanta adalah jenis variabel yang nilainya tidak bisa diubah. Inisialisasi nilai
hanya dilakukan sekali di awal, setelah itu variabel tidak bisa diubah nilainya.
Teknik type inference bisa diterapkan pada konstanta, caranya yaitu cukup
dengan menghilangkan tipe data pada saat deklarasi.
Fungsi ini memiliki peran yang sama seperti fungsi fmt.Println() , pembedanya
fungsi fmt.Print() tidak menghasilkan baris baru di akhir outputnya.
fmt.Println("john wick")
fmt.Println("john", "wick")
fmt.Print("john wick\n")
fmt.Print("john ", "wick\n")
fmt.Print("john", " ", "wick\n")
38
A.3.A. Go Modules
39
A.3.A. Go Modules
A.11. Operator
Bab ini membahas mengenai macam operator yang bisa digunakan di Go.
Secara umum terdapat 3 kategori operator: aritmatika, perbandingan, dan logika.
Tanda Penjelasan
+ penjumlahan
- pengurangan
* perkalian
/ pembagian
Contoh penggunaan:
Tabel di bawah ini berisikan operator perbandingan yang bisa digunakan di Go.
Tanda Penjelasan
<= apakah nilai kiri lebih kecil atau sama dengan nilai kanan
>= apakah nilai kiri lebih besar atau sama dengan nilai kanan
Contoh penggunaan:
40
A.3.A. Go Modules
Tanda Penjelasan
Contoh penggunaan:
Hasil dari operator logika sama dengan hasil dari operator perbandingan, yaitu
berupa boolean.
41
A.3.A. Go Modules
leftAndRight bernilai false , karena hasil dari false dan true adalah
false .
leftOrRight bernilai true , karena hasil dari false atau true adalah
true .
leftReverse bernilai true , karena negasi (atau lawan dari) false adalah
true .
42
A.3.A. Go Modules
Yang dijadikan acuan oleh seleksi kondisi adalah nilai bertipe bool , bisa berasal
dari variabel, ataupun hasil operasi perbandingan. Nilai tersebut menentukan blok
kode mana yang akan dieksekusi.
Go memiliki 2 macam keyword untuk seleksi kondisi, yaitu if else dan switch. Di
bab ini kita akan mempelajarinya satu-persatu.
var point = 8
if point == 10 {
fmt.Println("lulus dengan nilai sempurna")
} else if point > 5 {
fmt.Println("lulus")
} else if point == 4 {
fmt.Println("hampir lulus")
} else {
fmt.Printf("tidak lulus. nilai anda %d\n", point)
}
Dari ke-empat kondisi di atas, yang terpenuhi adalah if point > 5 , karena nilai
variabel point memang lebih besar dari 5 . Maka blok kode tepat dibawah
kondisi tersebut akan dieksekusi (blok kode ditandai kurung kurawal buka dan
tutup), hasilnya text "lulus" muncul sebagai output.
43
A.3.A. Go Modules
Di bahasa pemrograman lain, ketika ada seleksi kondisi yang isi blok-nya
hanya 1 baris saja, kurung kurawal boleh tidak dituliskan. Berbeda dengan
aturan di Go, kurung kurawal harus tetap dituliskan meski isinya hanya 1
blok satement.
Variabel temporary adalah variabel yang hanya bisa digunakan pada blok seleksi
kondisi dimana ia ditempatkan saja. Penggunaan variabel ini membawa beberapa
manfaat, antara lain:
Scope atau cakupan variabel jelas, hanya bisa digunakan pada blok seleksi
kondisi itu saja
Kode menjadi lebih rapi
Ketika nilai variabel tersebut didapat dari sebuah komputasi, perhitungan
tidak perlu dilakukan di dalam blok masing-masing kondisi.
Variabel percent nilainya didapat dari hasil perhitungan, dan hanya bisa
digunakan di deretan blok seleksi kondisi itu saja.
var point = 6
switch point {
case 8:
fmt.Println("perfect")
case 7:
fmt.Println("awesome")
default:
fmt.Println("not bad")
}
44
A.3.A. Go Modules
Pada kode di atas, tidak ada kondisi atau case yang terpenuhi karena nilai
variabel point tetap 6 . Ketika hal seperti ini terjadi, blok kondisi default
dipanggil. Bisa dibilang bahwa default merupakan else dalam sebuah switch.
var point = 6
switch point {
case 8:
fmt.Println("perfect")
case 7, 6, 5, 4:
fmt.Println("awesome")
default:
fmt.Println("not bad")
}
Tanda kurung kurawal ( { } ) bisa diterapkan pada keyword case dan default .
Tanda ini opsional, boleh dipakai boleh tidak. Bagus jika dipakai pada blok kondisi
yang didalamnya ada banyak statement, kode akan terlihat lebih rapi dan mudah
di-maintain.
Perhatikan kode berikut, bisa dilihat pada keyword default terdapat kurung
kurawal yang mengapit 2 statement didalamnya.
45
A.3.A. Go Modules
var point = 6
switch point {
case 8:
fmt.Println("perfect")
case 7, 6, 5, 4:
fmt.Println("awesome")
default:
{
fmt.Println("not bad")
fmt.Println("you can be better!")
}
}
Uniknya di Go, switch bisa digunakan dengan gaya ala if-else. Nilai yang akan
dibandingkan tidak dituliskan setelah keyword switch , melainkan akan ditulis
langsung dalam bentuk perbandingan dalam keyword case .
Pada kode di bawah ini, kode program switch di atas diubah ke dalam gaya if-
var point = 6
switch {
case point == 8:
fmt.Println("perfect")
case (point < 8) && (point > 3):
fmt.Println("awesome")
default:
{
fmt.Println("not bad")
fmt.Println("you need to learn more")
}
}
46
A.3.A. Go Modules
var point = 6
switch {
case point == 8:
fmt.Println("perfect")
case (point < 8) && (point > 3):
fmt.Println("awesome")
fallthrough
case point < 5:
fmt.Println("you need to learn more")
default:
{
fmt.Println("not bad")
fmt.Println("you need to learn more")
}
}
Setelah pengecekkan case (point < 8) && (point > 3) selesai, akan dilanjut ke
pengecekkan case point < 5 , karena ada fallthrough di situ.
var point = 10
if point > 7 {
switch point {
case 10:
fmt.Println("perfect!")
default:
fmt.Println("nice!")
}
} else {
if point == 5 {
fmt.Println("not bad")
} else if point == 3 {
fmt.Println("keep trying")
} else {
fmt.Println("you can do it")
if point == 0 {
fmt.Println("try harder!")
}
}
}
47
A.3.A. Go Modules
A.13. Perulangan
Perulangan adalah proses mengulang-ulang eksekusi blok kode tanpa henti,
selama kondisi yang dijadikan acuan terpenuhi. Biasanya disiapkan variabel
untuk iterasi atau variabel penanda kapan perulangan akan diberhentikan.
Kode berikut adalah contoh for dengan argumen hanya kondisi (seperti if ),
output yang dihasilkan sama seperti penerapan for cara pertama.
48
A.3.A. Go Modules
var i = 0
for i < 5 {
fmt.Println("Angka", i)
i++
}
var i = 0
for {
fmt.Println("Angka", i)
i++
if i == 5 {
break
}
}
Dalam perulangan tanpa henti di atas, variabel i yang nilai awalnya 0 di-
inkrementasi. Ketika nilai i sudah mencapai 5 , keyword break digunakan,
dan perulangan akan berhenti.
dan range . Cara ini biasa digunakan untuk me-looping data bertipe array.
Detailnya akan dibahas dalam bab selanjutnya (bab 14).
49
A.3.A. Go Modules
if i > 8 {
break
}
fmt.Println("Angka", i)
}
Kode di atas akan lebih mudah dicerna jika dijelaskan secara berurutan. Berikut
adalah penjelasannya.
fmt.Println()
}
Pada kode di atas, untuk pertama kalinya fungsi fmt.Println() dipanggil tanpa
disisipkan parameter. Cara seperti ini bisa digunakan untuk menampilkan baris
baru. Kegunaannya sama seperti output dari statement fmt.Print("\n") .
50
A.3.A. Go Modules
outerLoop:
for i := 0; i < 5; i++ {
for j := 0; j < 5; j++ {
if i == 3 {
break outerLoop
}
fmt.Print("matriks [", i, "][", j, "]", "\n")
}
}
Tepat sebelum keyword for terluar, terdapat baris kode outerLoop: . Maksud
dari kode tersebut adalah disiapkan sebuah label bernama outerLoop untuk
for dibawahnya. Nama label bisa diganti dengan nama lain (dan harus diakhiri
dengan tanda titik dua atau colon ( : ) ).
Pada for bagian dalam, terdapat seleksi kondisi untuk pengecekan nilai i .
Ketika nilai tersebut sama dengan 3 , maka break dipanggil dengan target
adalah perulangan yang dilabeli outerLoop , perulangan tersebut akan
dihentikan.
51
A.3.A. Go Modules
A.14. Array
Array adalah kumpulan data bertipe sama, yang disimpan dalam sebuah variabel.
Array memiliki kapasitas yang nilainya ditentukan pada saat pembuatan,
menjadikan elemen/data yang disimpan di array tersebut jumlahnya tidak boleh
melebihi yang sudah dialokasikan. Default nilai tiap elemen array pada awalnya
tergantung dari tipe datanya. Jika int maka tiap element zero value-nya adalah
0 , jika bool maka false , dan seterusnya. Setiap elemen array memiliki
indeks berupa angka yang merepresentasikan posisi urutan elemen tersebut.
Indeks array dimulai dari 0.
slot. Cara mengisi slot elemen array bisa dilihat di kode di atas, yaitu dengan
langsung mengakses elemen menggunakan indeks, lalu mengisinya.
Solusi dari masalah di atas adalah dengan menggunakan keyword append , yang
di bab selanjutnya (Bab A.15. Slice) akan kita bahas.
52
A.3.A. Go Modules
Pengisian elemen array bisa dilakukan pada saat deklarasi variabel. Caranya
dengan menuliskan data elemen dalam kurung kurawal setelah tipe data, dengan
pembatas antar elemen adalah tanda koma ( , ).
// cara horizontal
fruits = [4]string{"apple", "grape", "banana", "melon"}
// cara vertikal
fruits = [4]string{
"apple",
"grape",
"banana",
"melon",
}
Khusus untuk deklarasi array dengan cara vertikal, tanda koma wajib dituliskan
setelah elemen, termasuk elemen terakhir. Jika tidak, maka akan muncul error.
53
A.3.A. Go Modules
Variabel numbers akan secara otomatis memiliki jumlah elemen 5 , karena pada
saat deklarasi disiapkan 5 buah elemen.
Cara deklarasi array multidimensi secara umum sama dengan cara deklarasi
array biasa, dengan cara menuliskan data array dimensi selanjutnya sebagai
elemen array dimensi sebelumnya.
Khusus untuk array yang merupakan sub dimensi atau elemen, boleh tidak
dituliskan jumlah datanya. Contohnya bisa dilihat pada deklarasi variabel
numbers2 di kode berikut.
fmt.Println("numbers1", numbers1)
fmt.Println("numbers2", numbers2)
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk me-looping data array, yg pertama
adalah dengan memanfaatkan variabel iterasi perulangan untuk mengakses
elemen berdasarkan indeks-nya. Contoh:
54
A.3.A. Go Modules
Array fruits diambil elemen-nya secara berurutan. Nilai tiap elemen ditampung
variabel oleh fruit (tanpa huruf s), sedangkan indeks nya ditampung variabel
i .
Output program di atas, sama dengan output program sebelumnya, hanya cara
yang digunakan berbeda.
55
A.3.A. Go Modules
Jika yang dibutuhkan hanya indeks elemen-nya saja, bisa gunakan 1 buah
variabel setelah keyword for .
Parameter pertama keyword make diisi dengan tipe data elemen array yang
diinginkan, parameter kedua adalah jumlah elemennya. Pada kode di atas,
variabel fruits tercetak sebagai array string dengan alokasi 2 slot.
56
A.3.A. Go Modules
A.15. Slice
Slice adalah reference elemen array. Slice bisa dibuat, atau bisa juga dihasilkan
dari manipulasi sebuah array ataupun slice lainnya. Karena merupakan data
reference, menjadikan perubahan data di tiap elemen slice akan berdampak pada
slice lain yang memiliki alamat memori yang sama.
Salah satu perbedaan slice dan array bisa diketahui pada saat deklarasi variabel-
nya, jika jumlah elemen tidak dituliskan, maka variabel tersebut adalah slice.
Sebenarnya slice dan array tidak bisa dibedakan karena merupakan sebuah
kesatuan. Array adalah kumpulan nilai atau elemen, sedang slice adalah referensi
tiap elemen tersebut.
Slice bisa dibentuk dari array yang sudah didefinisikan, caranya dengan
memanfaatkan teknik 2 index untuk mengambil elemen-nya. Contoh bisa dilihat
pada kode berikut.
yang dimulai dari indeks ke-0, hingga elemen sebelum indeks ke-2. Elemen
yang memenuhi kriteria tersebut akan didapat, untuk kemudian disimpan pada
57
A.3.A. Go Modules
variabel lain sebagai slice baru. Pada contoh di atas, newFruits adalah slice
baru yang tercetak dari slice fruits , dengan isi 2 elemen, yaitu "apple" dan
"grape" .
Tidak apa jikalau pembaca masih bingung, di bawah akan dijelaskan lebih
mendetail lagi tentang slice dan reference
Tabel berikut adalah list operasi operasi menggunakan teknik 2 indeks yang bisa
dilakukan.
menghasilkan slice
fruits[0:0] []
kosong, karena tidak
ada elemen sebelum
indeks ke-0
menghasilkan slice
kosong, karena tidak
fruits[4:4] [] ada elemen yang
dimulai dari indeks
ke-4
semua elemen
fruits[:2] [apple, grape] hingga sebelum
indeks ke-2
58
A.3.A. Go Modules
Slice merupakan tipe data reference atau referensi. Artinya jika ada slice baru
yang terbentuk dari slice lama, maka data elemen slice yang baru akan memiliki
alamat memori yang sama dengan elemen slice lama. Setiap perubahan yang
terjadi di elemen slice baru, akan berdampak juga pada elemen slice lama yang
memiliki referensi yang sama.
Program berikut merupakan pembuktian tentang teori yang baru kita bahas. Kita
akan mencoba mengubah data elemen slice baru, yang terbentuk dari slice lama.
Sekilas bisa kita lihat bahwa setelah slice yang isi datanya adalah grape di-ubah
menjadi pinnaple , semua slice pada 4 variabel lainnya juga ikut berubah.
Variabel aFruits , bFruits merupakan slice baru yang terbentuk dari variabel
fruits . Dengan menggunakan dua slice baru tersebut, diciptakan lagi slice
lainnya, yaitu aaFruits , dan baFruits . Kelima slice tersebut ditampilkan
nilainya.
Selanjutnya, nilai dari baFruits[0] diubah, dan 5 slice tadi ditampilkan lagi.
Hasilnya akan ada banyak slice yang elemennya ikut berubah. Yaitu elemen-
elemen yang referensi-nya sama dengan referensi elemen baFruits[0] .
Bisa dilihat pada output di atas, elemen yang sebelumnya bernilai "grape" pada
variabel fruits , aFruits , bFruits , aaFruits , dan baFruits ; kesemuanya
berubah menjadi "pinnaple" , karena memiliki referensi yang sama.
59
A.3.A. Go Modules
Fungsi len() digunakan untuk menghitung jumlah elemen slice yang ada.
Sebagai contoh jika sebuah variabel adalah slice dengan data 4 buah, maka
fungsi ini pada variabel tersebut akan mengembalikan angka 4.
Variabel aFruits dan bFruits merupakan slice baru berisikan 3 buah elemen
milik slice fruits . Variabel aFruits mengambil elemen index 0, 1, 2;
sedangkan bFruits 1, 2, 3.
Fungsi len() menghasilkan angka 3, karena jumlah elemen kedua slice ini
adalah 3. Tetapi cap(aFruits) menghasilkan angka yang berbeda, yaitu 4 untuk
aFruits dan 3 untuk bFruits . kenapa? jawabannya bisa dilihat pada tabel
berikut.
60
A.3.A. Go Modules
fruits[x:y]
Sedangkan slicing yang dimulai dari indeks x, yang dimana nilai x adalah lebih
dari 0, membuat elemen ke-x slice yang diambil menjadi elemen ke-0 slice baru.
Hal inilah yang membuat kapasitas slice berubah.
fmt.Println(cap(bFruits)) // 3
fmt.Println(len(bFruits)) // 2
Pada contoh di atas bisa dilihat, elemen indeks ke-2 slice fruits nilainya
berubah setelah ada penggunaan keyword append() pada bFruits . Slice
bFruits kapasitasnya adalah 3 sedang jumlah datanya hanya 2. Karena
61
A.3.A. Go Modules
Fungsi copy() digunakan untuk men-copy elements slice pada src (parameter
ke-2), ke dst (parameter pertama).
copy(dst, src)
Jumlah element yang di-copy dari src adalah sejumlah lebar slice dst (atau
len(dst) ). Jika jumlah slice pada src lebih kecil dari dst , maka akan ter-copy
semua. Lebih jelasnya silakan perhatikan contoh berikut.
dst := make([]string, 3)
src := []string{"watermelon", "pinnaple", "apple", "orange"}
n := copy(dst, src)
Pada kode di atas variabel slice dst dipersiapkan dengan lebar adalah 3
elements. Slice src yang isinya 4 elements, di-copy ke dst . Menjadikan isi
slice dst sekarang adalah 3 buah elements yang sama dengan 3 buah
elements src , hasil dari operasi copy() .
Yang ter-copy hanya 3 buah (meski src memiliki 4 elements) hal ini karena
copy() hanya meng-copy elements sebanyak len(dst) .
Pada contoh kedua berikut, dst merupakan slice yang sudah ada isinya, 3 buah
elements. Variabel src yang juga merupakan slice dengan isi dua elements, di-
copy ke dst . Karena operasi copy() akan meng-copy sejumlah len(dst) ,
maka semua elements src akan ter-copy karena jumlahnya dibawah atau
sama dengan lebar dst .
Jika dilihat pada kode di atas, isi dst masih tetap 3 elements, tapi dua elements
pertama adalah sama dengan src . Element terakhir dst isinya tidak berubah,
tetap potato , hal ini karena proses copy hanya memutasi element ke-1 dan ke-2
milik dst , karena memang pada src hanya dua itu elements-nya.
62
A.3.A. Go Modules
63
A.3.A. Go Modules
A.16. Map
Map adalah tipe data asosiatif yang ada di Go, berbentuk key-value pair. Untuk
setiap data (atau value) yang disimpan, disiapkan juga key-nya. Key harus unik,
karena digunakan sebagai penanda (atau identifier) untuk pengaksesan value
yang bersangkutan.
Kalau dilihat, map mirip seperti slice, hanya saja indeks yang digunakan untuk
pengaksesan bisa ditentukan sendiri tipe-nya (indeks tersebut adalah key).
chicken["januari"] = 50
chicken["februari"] = 40
Variabel chicken dideklarasikan sebagai map, dengan tipe data key adalah
string dan value-nya int . Dari kode tersebut bisa dilihat bagaimana cara
penggunaan keyword map .
Kode map[string]int maknanya adalah, tipe data map dengan key bertipe
string dan value bertipe int .
Default nilai variabel map adalah nil . Oleh karena itu perlu dilakukan
inisialisasi nilai default di awal, caranya cukup dengan tambahkan kurung kurawal
pada akhir tipe, contoh seperti pada kode di atas: map[string]int{} .
Cara menge-set nilai pada sebuah map adalah dengan menuliskan variabel-nya,
kemudian disisipkan key pada kurung siku variabel (mirip seperti cara
pengaksesan elemen slice), lalu isi nilainya. Contohnya seperti
chicken["februari"] = 40 . Sedangkan cara pengambilan value adalah cukup
dengan menyisipkan key pada kurung siku variabel.
Pengisian data pada map bersifat overwrite, ketika variabel sudah memiliki item
dengan key yang sama, maka value lama akan ditimpa dengan value baru.
Pada pengaksesan item menggunakan key yang belum tersimpan di map, akan
dikembalikan nilai default tipe data value-nya. Contohnya seperti pada kode di
atas, chicken["mei"] menghasilkan nilai 0 (nilai default tipe int ), karena belum
64
A.3.A. Go Modules
data = map[string]int{}
data["one"] = 1
// tidak ada error
// cara vertikal
var chicken1 = map[string]int{"januari": 50, "februari": 40}
// cara horizontal
var chicken2 = map[string]int{
"januari": 50,
"februari": 40,
}
Key dan value dituliskan dengan pembatas tanda titik dua ( : ). Sedangkan tiap
itemnya dituliskan dengan pembatas tanda koma ( , ). Khusus deklarasi dengan
gaya vertikal, tanda koma perlu dituliskan setelah item terakhir.
Variabel map bisa di-inisialisasi dengan tanpa nilai awal, caranya menggunakan
tanda kurung kurawal, contoh: map[string]int{} . Atau bisa juga dengan
menggunakan keyword make dan new . Contohnya bisa dilihat pada kode
berikut. Ketiga cara di bawah ini intinya adalah sama.
65
A.3.A. Go Modules
fmt.Println(len(chicken)) // 2
fmt.Println(chicken)
delete(chicken, "januari")
fmt.Println(len(chicken)) // 1
fmt.Println(chicken)
Item yang memiliki key "januari" dalam variabel chicken akan dihapus.
Fungsi len() jika digunakan pada map akan mengembalikan jumlah item.
66
A.3.A. Go Modules
if isExist {
fmt.Println(value)
} else {
fmt.Println("item is not exists")
}
Dalam []map[string]string , tiap elemen bisa saja memiliki key yang berbeda-
beda, sebagai contoh seperti kode berikut.
67
A.3.A. Go Modules
A.17. Fungsi
Fungsi merupakan aspek penting dalam pemrograman. Definisi fungsi sendiri
adalah sekumpulan blok kode yang dibungkus dengan nama tertentu. Penerapan
fungsi yang tepat akan menjadikan kode lebih modular dan juga dry (kependekan
dari don't repeat yourself), tak perlu menuliskan banyak kode yang kegunaannya
berkali-kali, cukup sekali saja lalu panggil sesuai kebutuhan.
Cara membuat fungsi cukup mudah, yaitu dengan menuliskan keyword func ,
diikuti setelahnya nama fungsi, kurung yang berisikan parameter, dan kurung
kurawal untuk membungkus blok kode.
Parameter sendiri adalah variabel yang disisipkan pada saat pemanggilan fungsi.
package main
import "fmt"
import "strings"
func main() {
var names = []string{"John", "Wick"}
printMessage("halo", names)
}
Pada kode di atas, sebuah fungsi baru dibuat dengan nama printMessage
memiliki 2 buah parameter yaitu string message dan slice string arr .
Fungsi tersebut dipanggil dalam main , dengan disisipkan 2 buah data sebagai
parameter, data pertama adalah string "hallo" yang ditampung parameter
message , dan parameter ke 2 adalah slice string names yang nilainya ditampung
oleh parameter arr .
68
A.3.A. Go Modules
Program berikut merupakan contoh penerapan fungsi yang memiliki return value.
package main
import (
"fmt"
"math/rand"
"time"
)
func main() {
rand.Seed(time.Now().Unix())
var randomValue int
Cara menentukan tipe data nilai balik fungsi adalah dengan menuliskan tipe data
yang diinginkan setelah kurung parameter. Bisa dilihat pada kode di atas, bahwa
int merupakan tipe data nilai balik fungsi randomWithRange .
69
A.3.A. Go Modules
Eksekusi keyword return akan menjadikan proses dalam blok fungsi berhenti
pada saat itu juga. Semua statement setelah keyword tersebut tidak akan
dieksekusi.
Dari kode di atas mungkin ada beberapa hal yang belum pernah kita lakukan
pada bab-bab sebelumnya, kita akan bahas satu-persatu.
Fungsi ini diperlukan untuk memastikan bahwa angka random yang akan di-
generate benar-benar acak. Kita bisa gunakan angka apa saja sebagai nilai
parameter fungsi ini (umumnya diisi time.Now().Unix() ).
rand.Seed(time.Now().Unix())
import "fmt"
import "math/rand"
import "time"
// atau
import (
"fmt"
"math/rand"
"time"
)
70
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
func main() {
divideNumber(10, 2)
divideNumber(4, 0)
divideNumber(8, -4)
}
var res = m / n
fmt.Printf("%d / %d = %d\n", m, n, res)
}
Fungsi divideNumber didesain tidak memiliki nilai balik. Fungsi ini dibuat untuk
membungkus proses pembagian 2 bilangan, lalu menampilkan hasilnya.
Didalamnya terdapat proses validasi nilai variabel pembagi, jika nilainya adalah 0,
maka akan ditampilkan pesan bahwa pembagian tidak bisa dilakukan, lalu proses
dihentikan pada saat itu juga (dengan memanfaatkan keyword return ). Jika nilai
pembagi valid, maka proses pembagian diteruskan.
71
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
import "math"
// kembalikan 2 nilai
return area, circumference
}
Cara pendefinisian banyak nilai balik bisa dilihat pada kode di atas, langsung tulis
tipe data semua nilai balik dipisah tanda koma, lalu ditambahkan kurung
diantaranya.
Tak lupa di bagian penulisan keyword return harus dituliskan juga semua data
yang dijadikan nilai balik (dengan pemisah tanda koma).
Implementasi dari fungsi calculate() di atas, bisa dilihat pada kode berikut.
72
A.3.A. Go Modules
func main() {
var diameter float64 = 15
var area, circumference = calculate(diameter)
Output program:
Karena fungsi tersebut memiliki banyak nilai balik, maka pada pemanggilannya
harus disiapkan juga banyak variabel untuk menampung nilai kembalian yang ada
(sesuai jumlah nilai balik fungsi).
return
}
Fungsi calculate kita modif menjadi lebih sederhana. Bisa dilihat di kode di
atas, ada cukup banyak perbedaan dibanding fungsi calculate sebelumnya.
Perhatikan kode berikut.
Fungsi dideklarasikan memiliki 2 buah tipe data, dan variabel yang nantinya
dijadikan nilai balik juga dideklarasikan. Variabel area yang bertipe float64 ,
dan circumference bertipe float64 .
Karena variabel nilai balik sudah ditentukan di awal, untuk mengembalikan nilai
cukup dengan memanggil return tanpa perlu diikuti variabel apapun. Nilai
terakhir area dan circumference sebelum pemanggilan keyword return
Ada beberapa hal baru dari kode di atas yang perlu dibahas, seperti math.Pow()
73
A.3.A. Go Modules
74
A.3.A. Go Modules
Parameter variadic memiliki sifat yang mirip dengan slice. Nilai dari parameter-
parameter yang disisipkan bertipe data sama, dan ditampung oleh sebuah
variabel saja. Cara pengaksesan tiap datanya juga sama, dengan menggunakan
index.
Di bab ini kita akan belajar mengenai cara penerapan fungsi variadic.
package main
import "fmt"
func main() {
var avg = calculate(2, 4, 3, 5, 4, 3, 3, 5, 5, 3)
var msg = fmt.Sprintf("Rata-rata : %.2f", avg)
fmt.Println(msg)
}
Output program:
75
A.3.A. Go Modules
Pemanggilan fungsi dilakukan seperti biasa, hanya saja jumlah parameter yang
disisipkan bisa banyak.
Nilai tiap parameter bisa diakses seperti cara pengaksesan tiap elemen slice.
Pada contoh di atas metode yang dipilih adalah for - range .
Berikut merupakan penjelasan tambahan dari kode yang telah kita tulis.
Sebelumnya sudah dibahas bahwa float64 merupakan tipe data. Tipe data jika
ditulis sebagai fungsi (penandanya ada tanda kurungnya) berguna untuk casting.
Casting sendiri adalah teknik untuk konversi tipe sebuah data ke tipe lain. Hampir
semua jenis tipe data dasar yang telah dipelajari di bab 9 bisa digunakan untuk
casting. Dan cara penerepannya juga sama, cukup panggil sebagai fungsi, lalu
masukan data yang ingin dikonversi sebagai parameter.
Pada contoh di atas, variabel total yang tipenya adalah int , dikonversi
menjadi float64 , begitu juga len(numbers) yang menghasilkan int dikonversi
ke float64 .
Variabel avg perlu dijadikan float64 karena penghitungan rata-rata lebih sering
menghasilkan nilai desimal.
76
A.3.A. Go Modules
fmt.Println(msg)
Pada kode di atas, variabel numbers yang merupakan slice int, disisipkan ke
fungsi calculate() sebagai parameter variadic (bisa dilihat tanda 3 titik setelah
penulisan variabel). Teknik ini sangat berguna ketika sebuah data slice ingin
difungsikan sebagai parameter variadic.
Perhatikan juga kode berikut ini. Intinya adalah sama, hanya caranya yang
berbeda.
// atau
Pada deklarasi parameter fungsi variadic, tanda 3 titik ( ... ) dituliskan sebelum
tipe data parameter. Sedangkan pada pemanggilan fungsi dengan menyisipkan
parameter array, tanda tersebut dituliskan dibelakang variabelnya.
import "fmt"
import "strings"
sebagai slice.
func main() {
yourHobbies("wick", "sleeping", "eating")
}
77
A.3.A. Go Modules
Jika parameter kedua dan seterusnya ingin diisi dengan data dari slice, maka
gunakan tanda titik tiga kali.
func main() {
var hobbies = []string{"sleeping", "eating"}
yourHobbies("wick", hobbies...)
}
Output program:
78
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
func main() {
var getMinMax = func(n []int) (int, int) {
var min, max int
for i, e := range n {
switch {
case i == 0:
max, min = e, e
case e > max:
max = e
case e < min:
min = e
}
}
return min, max
}
Bisa dilihat pada kode di atas bagiamana sebuah closure dibuat dan dipanggil.
Sedikit berbeda memang dibanding pembuatan fungsi biasa. Fungsi ditulis tanpa
nama, lalu ditampung dalam variabel.
79
A.3.A. Go Modules
Output program:
Template %v digunakan untuk menampilkan segala jenis data. Bisa array, int,
float, bool, dan lainnya.
Bisa dilihat pada statement di atas, data bertipe array dan numerik ditampilkan
menggunakan %v . Template ini biasa dimanfaatkan untuk menampilkan sebuah
data yang tipe nya bisa dinamis atau belum diketahui. Sangat tepat jika
digunakan pada data bertipe interface{} yang nantinya akan di bahas pada bab
27.
Di bawah ini merupakan contoh sederhana penerapan metode IIFE untuk filtering
data array.
80
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
func main() {
var numbers = []int{2, 3, 0, 4, 3, 2, 0, 4, 2, 0, 3}
Output program:
Ciri khas IIFE adalah adanya kurung parameter tepat setelah deklarasi closure
berakhir. Jika ada parameter, bisa juga dituliskan dalam kurung parameternya.
Pada contoh di atas IIFE menghasilkan nilai balik yang kemudian ditampung
newNumber . Perlu diperhatikan bahwa yang ditampung adalah nilai
kembaliannya bukan body fungsi atau closure.
81
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
Nilai kembalian ke-2 pada fungsi di atas adalah closure dengan skema func()
[]int . Bisa dilihat di bagian akhir, ada fungsi tanpa nama yang dikembalikan.
Fungsi tanpa nama yang akan dikembalikan boleh disimpan pada variabel
terlebih dahulu. Contohnya:
var getNumbers = func() []int {
return res
}
return len(res), getNumbers
Sedikit tentang fungsi findMax() , fungsi ini digunakan untuk mencari banyaknya
angka-angka yang nilainya di bawah atau sama dengan angka tertentu. Nilai
kembalian pertama adalah jumlah angkanya. Nilai kembalian kedua berupa
closure yang mengembalikan angka-angka yang dicari. Berikut merupakan
contoh implementasi fungsi tersebut.
func main() {
var max = 3
var numbers = []int{2, 3, 0, 4, 3, 2, 0, 4, 2, 0, 3}
var howMany, getNumbers = findMax(numbers, max)
var theNumbers = getNumbers()
fmt.Println("numbers\t:", numbers)
fmt.Printf("find \t: %d\n\n", max)
Output program:
82
A.3.A. Go Modules
83
A.3.A. Go Modules
Di Go, fungsi bisa dijadikan sebagai tipe data variabel. Dari situ sangat
memungkinkan untuk menjadikannya sebagai parameter juga.
package main
import "fmt"
import "strings"
Fungsi filter() sendiri kita buat untuk filtering data array (yang datanya didapat
dari parameter pertama), dengan kondisi filter bisa ditentukan sendiri. Di bawah
ini adalah contoh pemanfaatan fungsi tersebut.
84
A.3.A. Go Modules
func main() {
var data = []string{"wick", "jason", "ethan"}
var dataContainsO = filter(data, func(each string) bool {
return strings.Contains(each, "o")
})
var dataLenght5 = filter(data, func(each string) bool {
return len(each) == 5
})
Ada cukup banyak hal yang terjadi didalam tiap pemanggilan fungsi filter() di
atas. Berikut merupakan penjelasannya.
85
A.3.A. Go Modules
Kita sudah mempelajari bahwa closure bisa dimanfaatkan sebagai tipe parameter,
contohnya seperti pada fungsi filter() . Pada fungsi tersebut kebetulan skema
tipe parameter closure-nya tidak terlalu panjang, hanya ada satu buah parameter
dan satu buah nilai balik.
Pada fungsi yang skema-nya cukup panjang, akan lebih baik jika menggunakan
alias, apalagi ketika ada parameter fungsi lain yang juga menggunakan skema
yang sama. Membuat alias fungsi berarti menjadikan skema fungsi tersebut
menjadi tipe data baru. Caranya dengan menggunakan keyword type . Contoh:
Inti dari fungsi ini adalah untuk deteksi apakah sebuah substring adalah bagian
dari string, jika iya maka akan bernilai true , dan sebaliknya. Contoh
penggunaannya:
Variabel result bernilai true karena string "ang" merupakan bagian dari
string "Golang" .
86
A.3.A. Go Modules
A.22. Pointer
Pointer adalah reference atau alamat memori. Variabel pointer berarti variabel
yang berisi alamat memori suatu nilai. Sebagai contoh sebuah variabel bertipe
integer memiliki nilai 4, maka yang dimaksud pointer adalah alamat memori
dimana nilai 4 disimpan, bukan nilai 4 itu sendiri.
Variabel-variabel yang memiliki reference atau alamat pointer yang sama, saling
berhubungan satu sama lain dan nilainya pasti sama. Ketika ada perubahan nilai,
maka akan memberikan efek kepada variabel lain (yang referensi-nya sama)
yaitu nilainya ikut berubah.
Nilai default variabel pointer adalah nil (kosong). Variabel pointer tidak bisa
menampung nilai yang bukan pointer, dan sebaliknya variabel biasa tidak bisa
menampung nilai pointer.
Variabel numberB dideklarasikan bertipe pointer int dengan nilai awal adalah
referensi variabel numberA (bisa dilihat pada kode &numberA ). Dengan ini,
variabel numberA dan numberB menampung data dengan referensi alamat
memori yang sama.
87
A.3.A. Go Modules
Variabel pointer jika di-print akan menghasilkan string alamat memori (dalam
notasi heksadesimal), contohnya seperti numberB yang diprint menghasilkan
0xc20800a220 .
Nilai asli sebuah variabel pointer bisa didapatkan dengan cara di-dereference
terlebih dahulu (bisa dilihat pada kode *numberB ).
fmt.Println("")
numberA = 5
88
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
func main() {
var number = 4
fmt.Println("before :", number) // 4
change(&number, 10)
fmt.Println("after :", number) // 10
}
89
A.3.A. Go Modules
A.23. Struct
Go tidak memiliki class yang ada di bahasa-bahasa strict OOP lain. Tapi Go
memiliki tipe data struktur yang disebut dengan Struct.
Struct adalah kumpulan definisi variabel (atau property) dan atau fungsi (atau
method), yang dibungkus sebagai tipe data baru dengan nama tertentu. Property
dalam struct, tipe datanya bisa bervariasi. Mirip seperti map , hanya saja key-nya
sudah didefinisikan di awal, dan tipe data tiap itemnya bisa berbeda.
Dari sebuah struct, kita bisa buat variabel baru, yang memiliki atribut sesuai
skema struct tersebut. Kita sepakati dalam buku ini, variabel tersebut dipanggil
dengan istilah object atau object struct.
Konsep struct di golang mirip dengan konsep class pada OOP, meski
sebenarnya berbeda. Disini penulis menggunakan konsep OOP sebagai
analogi, dengan tujuan untuk mempermudah dalam mencerna isi bab ini.
Dengan memanfaatkan struct, grouping data akan lebih mudah, selain itu dan
rapi dan gampang untuk di-maintain.
func main() {
var s1 student
s1.name = "john wick"
s1.grade = 2
90
A.3.A. Go Modules
Cara membuat variabel objek sama seperti pembuatan variabel biasa. Tinggal
tulis saja nama variabel diikuti nama struct, contoh: var s1 student .
Semua property variabel objek pada awalnya memiliki zero value sesuai tipe
datanya.
Property variabel objek bisa diakses nilainya menggunakan notasi titik, contohnya
s1.name . Nilai property-nya juga bisa diubah, contohnya s1.grade = 2 .
Pada contoh berikut, terdapat 3 buah variabel objek yang dideklarasikan dengan
cara berbeda.
var s1 = student{}
s1.name = "wick"
s1.grade = 2
var s2 = student{"ethan", 2}
91
A.3.A. Go Modules
s2.name = "ethan"
fmt.Println("student 1, name :", s1.name)
fmt.Println("student 4, name :", s2.name)
Meskipun s2 bukan variabel asli, property nya tetap bisa diakses seperti biasa.
Inilah keistimewaan property dalam objek pointer, tanpa perlu di-dereferensi nilai
asli property tetap bisa diakses. Pengisian nilai pada property tersebut juga bisa
langsung menggunakan nilai asli, contohnya seperti s2.name = "ethan" .
package main
import "fmt"
func main() {
var s1 = student{}
s1.name = "wick"
s1.age = 21
s1.grade = 2
Pada kode di atas, disiapkan struct person dengan properti yang tersedia adalah
name dan age . Disiapkan juga struct student dengan property grade . Struct
person di-embed kedalam struct student . Caranya cukup mudah, yaitu dengan
92
A.3.A. Go Modules
menuliskan nama struct yang ingin di-embed ke dalam body struct target.
Khusus untuk properti yang bukan properti asli (properti turunan dari struct lain),
bisa diakses dengan cara mengakses struct parent-nya terlebih dahulu,
contohnya s1.person.age . Nilai yang dikembalikan memiliki referensi yang sama
dengan s1.age .
package main
import "fmt"
func main() {
var s1 = student{}
s1.name = "wick"
s1.age = 21 // age of student
s1.person.age = 22 // age of person
fmt.Println(s1.name)
fmt.Println(s1.age)
fmt.Println(s1.person.age)
}
Struct person di-embed ke dalam struct student , dan kedua struct tersebut
kebetulan salah satu nama property-nya ada yg sama, yaitu age . Cara
mengakses property age milik struct person lewat objek struct student ,
adalah dengan menuliskan nama struct yg di-embed kemudian nama property-
nya, contohnya: s1.person.age = 22 .
93
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
func main() {
var s1 = struct {
person
grade int
}{}
s1.person = person{"wick", 21}
s1.grade = 2
Pada kode di atas, variabel s1 langsung diisi objek anonymous struct yang
memiliki property grade , dan property person yang merupakan embedded
struct.
Salah satu aturan yang perlu diingat dalam pembuatan anonymous struct adalah,
deklarasi harus diikuti dengan inisialisasi. Bisa dilihat pada s1 setelah deklarasi
struktur struct, terdapat kurung kurawal untuk inisialisasi objek. Meskipun nilai
tidak diisikan di awal, kurung kurawal tetap harus ditulis.
94
A.3.A. Go Modules
95
A.3.A. Go Modules
Statement type student struct adalah contoh cara deklarasi struct. Maknanya
akan berbeda ketika keyword type diganti var , seperti pada contoh di atas
var student struct , yang artinya dicetak sebuah objek dari anonymous struct
kemudian disimpan pada variabel bernama student .
Deklarasi anonymous struct menggunakan metode ini juga bisa dilakukan beserta
inisialisasi-nya.
// hanya deklarasi
var student struct {
grade int
}
Teknik ini biasa digunakan ketika decoding data json yang struktur datanya cukup
kompleks dengan proses decode hanya sekali.
96
A.3.A. Go Modules
var p1 = struct { name string; age int } { age: 22, name: "wick" }
var p2 = struct { name string; age int } { "ethan", 23 }
Bagi pengguna editor Sublime yang terinstal plugin GoSublime didalamnya, cara
ini tidak akan bisa dilakukan, karena setiap kali file di-save, kode program
dirapikan. Jadi untuk mengetesnya bisa dengan menggunakan editor lain.
Tag biasa dimanfaatkan untuk keperluan encode/decode data json. Informasi tag
juga bisa diakses lewat reflect. Nantinya akan ada pembahasan yang lebih detail
mengenai pemanfaatan tag dalam struct, terutama ketika sudah masuk bab
JSON.
97
A.3.A. Go Modules
Pada kode di atas, sebuah alias bernama People dibuat untuk struct Person .
Casting dari objek (yang dicetak lewat struct tertentu) ke tipe yang merupakan
alias dari struct pencetak, hasilnya selalu valid. Berlaku juga sebaliknya.
Pembuatan struct baru juga bisa dilakukan lewat teknik type alias. Silakan
perhatikan kode berikut.
Perlu diketahui juga, dan di atas sudah sempat disinggung, bahwa teknik type
alias ini tidak didesain hanya untuk pembuatan alias pada tipe struct saja, semua
jenis tipe data bisa dibuatkan alias. Di contoh berikut, dipersiapkan tipe Number
98
A.3.A. Go Modules
A.24. Method
Method adalah fungsi yang menempel pada type (bisa struct atau tipe data
lainnya). Method bisa diakses lewat variabel objek.
package main
import "fmt"
import "strings"
Cara deklarasi method sama seperti fungsi, hanya saja perlu ditambahkan
deklarasi variabel objek di sela-sela keyword func dan nama fungsi. Struct yang
digunakan akan menjadi pemilik method.
func main() {
var s1 = student{"john wick", 21}
s1.sayHello()
Output:
99
A.3.A. Go Modules
s1.sayHello()
var name = s1.getNameAt(2)
Method memiliki sifat yang sama persis dengan fungsi biasa. Seperti bisa
berparameter, memiliki nilai balik, dan lainnya. Dari segi sintaks, pembedanya
hanya ketika pengaksesan dan deklarasi. Bisa dilihat di kode berikut, sekilas
perbandingan penulisan fungsi dan method.
func sayHello() {
func (s student) sayHello() {
Kelebihan method jenis ini adalah, ketika kita melakukan manipulasi nilai pada
property lain yang masih satu struct, nilai pada property tersebut akan di rubah
pada reference nya. Lebih jelasnya perhatikan kode berikut.
100
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
func main() {
var s1 = student{"john wick", 21}
fmt.Println("s1 before", s1.name)
// john wick
s1.changeName1("jason bourne")
fmt.Println("s1 after changeName1", s1.name)
// john wick
s1.changeName2("ethan hunt")
fmt.Println("s1 after changeName2", s1.name)
// ethan hunt
}
Output:
saja, nilai pada reference di objek-nya tidak berubah. Karena itulah ketika objek di
print value dari s1.name tidak berubah.
Keistimewaan lain method pointer adalah, method itu sendiri bisa dipanggil dari
objek pointer maupun objek biasa.
Berikut adalah penjelasan tambahan mengenai beberapa hal pada bab ini.
101
A.3.A. Go Modules
Di bab ini ada fungsi baru yang kita gunakan: strings.Split() . Fungsi ini
berguna untuk memisah string menggunakan pemisah yang ditentukan sendiri.
Hasilnya adalah array berisikan kumpulan substring.
Pada contoh di atas, string "ethan hunt" dipisah menggunakan separator spasi
" " . Maka hasilnya terbentuk array berisikan 2 data, "ethan" dan "hunt" .
fmt adalah nama package yang di-import (bisa dilihat pada kode import
102
A.3.A. Go Modules
Di Go sebenarnya tidak ada istilah public modifier dan private modifier. Yang ada
adalah exported yang kalau di bahasa lain ekuivalen dengan public modifier, dan
unexported untuk private modifier.
A.25.0. PERINGATAN
Peringatan ini ditulis karena sudah terlalu banyak email yang penulis dapati,
perihal error yang muncul ketika mempraktekan beberapa kode pada bab ini.
Bab ini memiliki beberapa perbedaan dibanding lainnya. Jika pembaca mengikuti
secara berurutan, membaca penjelasan dan pembahasan yang sudah tertulis,
maka pasti akan mendapati 3 buah error. Di tiap-tiap error, sebenarnya sudah
terlampir:
1. Screenshot error
2. Penjelasan penyebab error
3. Cara resolve atau solusi dari ketiga error tersebut.
Project folder selain berisikan file-file .go juga bisa berisikan sub-folder lainnya.
Di Go, setiap folder atau sub-folder adalah satu package, file-file yang ada di
dalam sebuah folder package-nya harus sama. Dan package pada file-file
103
A.3.A. Go Modules
tersebut harus berbeda dengan package pada file-file lainnya yang berada pada
folder berbeda.
Dalam sebuah package, biasanya kita menulis sangat banyak komponen, entah
itu fungsi, struct, variabel, atau lainnya. Komponen tersebut bisa leluasa
digunakan dalam package yang sama. Contoh sederhananya seperti program
yang telah kita praktekan di bab sebelum-sebelumnya, dalam package main ada
banyak yang di-define: fungsi, variabel, closure, struct, dan lainnya; kesemuanya
bisa langsung dimanfaatkan.
Jika dalam satu program terdapat lebih dari 1 package, atau ada package lain
selain main , maka komponen dalam package lain tersebut tidak bisa diakses
secara bebas dari file yang package-nya main , karena tiap komponen memiliki
hak akses.
Penentuan hak akses yang tepat untuk tiap komponen sangatlah penting.
104
A.3.A. Go Modules
package library
import "fmt"
func SayHello() {
fmt.Println("hello")
}
Selanjutnya kita lakukan tes apakah memang fungsi yang ber-modifier private
dalam package library tidak bisa diakses dari package lain.
package main
import "belajar-golang-level-akses/library"
func main() {
library.SayHello()
library.introduce("ethan")
}
105
A.3.A. Go Modules
Bisa dilihat bahwa package library yang telah dibuat tadi, di-import ke dalam
package main .
Folder utama atau root folder dalam project yang sedang digarap adalah
belajar-golang-level-akses , sehingga untuk import package lain yang
merupakan subfolder, harus dituliskan lengkap path folder nya, seperti belajar-
golang-level-akses/library .
library.SayHello()
library.introduce("ethan")
Cara pemanggilan fungsi yang berada dalam package lain adalah dengan
menuliskan nama package target diikut dengan nama fungsi menggunakan dot
notation atau tanda titik, seperti library.SayHello() atau
library.introduce("ethan")
OK, sekarang coba jalankan kode yang sudah disiapkan di atas, hasilnya error.
Error di atas disebabkan karena fungsi introduce() yang berada dalam package
library memiliki level akses undexported (atau private), fungsi ini tidak bisa
diakses dari package lain (pada kasus ini main ). Agar bisa diakses, solusinya
bisa dengan menjadikannya ke bentuk exported (atau public), atau diubah cara
pemanggilannya. Disini kita menggunakan cara ke-2.
Di main , cukup panggil fungsi SayHello() saja, sisipkan sebuah string sebagai
parameter.
func main() {
library.SayHello("ethan")
}
106
A.3.A. Go Modules
Belajar tentang level akses di Go akan lebih cepat jika langsung praktek. Oleh
karena itu langsung saja. Hapus isi file library.go , buat struct baru dengan
nama student didalamnya.
package library
package main
import "belajar-golang-level-akses/library"
import "fmt"
func main() {
var s1 = library.student{"ethan", 21}
fmt.Println("name ", s1.Name)
fmt.Println("grade", s1.grade)
}
Error muncul lagi, kali ini penyebabnya adalah karena struct student masih di
set sebagai unexported. Ganti ke bentuk exported dengan cara mengubah huruf
awalnya menjadi huruf besar, kemudian jalankan ulang.
// pada library/library.go
type Student struct {
Name string
grade int
}
// pada main.go
var s1 = library.Student{"ethan", 21}
fmt.Println("name ", s1.Name)
fmt.Println("grade", s1.grade)
107
A.3.A. Go Modules
Output:
Error masih tetap muncul, tapi kali ini berbeda. Error yang baru ini disebabkan
karena salah satu properti dari struct Student adalah unexported. Properti yg
dimaksud adalah grade . Ubah ke bentuk exported, lalu jalankan lagi.
// pada library/library.go
type Student struct {
Name string
Grade int
}
// pada main.go
var s1 = library.Student{"ethan", 21}
fmt.Println("name ", s1.Name)
fmt.Println("grade", s1.Grade)
Di Go, komponen yang berada di package lain yang di-import bisa dijadikan se-
level dengan komponen package peng-import, caranya dengan menambahkan
tanda titik ( . ) setelah penulisan keyword import . Maksud dari se-level disini
adalah, semua properti di package lain yg di-import bisa diakses tanpa perlu
menuliskan nama package, seperti ketika mengakses sesuatu dari file yang
sama.
import (
. "belajar-golang-level-akses/library"
"fmt"
)
func main() {
var s1 = Student{"ethan", 21}
fmt.Println("name ", s1.Name)
fmt.Println("grade", s1.Grade)
}
Pada kode di atas package library di-import menggunakan tanda titik. Dengan
itu, pemanggilan struct Student tidak perlu dengan menuliskan nama package
nya.
108
A.3.A. Go Modules
import (
f "fmt"
)
func main() {
f.Println("Hello World!")
}
Tulis kode berikut pada file partial.go . File ini kita set package-nya main
package main
import "fmt"
Hapus semua isi file main.go , lalu silakan tulis kode berikut.
109
A.3.A. Go Modules
package main
func main() {
sayHello("ethan")
}
Fungsi sayHello pada file partial.go bisa dikenali meski level aksesnya
adalah unexported. Hal ini karena kedua file tersebut ( main.go dan partial.go )
memiliki package yang sama.
Cara lain untuk menjalankan program bisa dengan perintah go run *.go ,
dengan cara ini tidak perlu menuliskan nama file nya satu per satu.
Selain fungsi main() , terdapat juga fungsi spesial, yaitu init() . Fungsi ini
otomatis dipanggil pertama kali ketika aplikasi di-run. Jika fungsi ini berada dalam
package main, maka dipanggil lebih dulu sebelum fungsi main() dieksekusi.
Langsung saja kita praktekkan. Buka file library.go , hapus isinya lalu isi
dengan kode berikut.
package library
import "fmt"
func init() {
Student.Name = "John Wick"
Student.Grade = 2
Pada package tersebut, variabel Student dibuat dengan isi anonymous struct.
Dalam fungsi init, nilai Name dan Grade variabel di-set.
110
A.3.A. Go Modules
package main
import "belajar-golang-level-akses/library"
import "fmt"
func main() {
fmt.Printf("Name : %s\n", library.Student.Name)
fmt.Printf("Grade : %d\n", library.Student.Grade)
}
Package library di-import, dan variabel Student dikonsumsi. Pada saat import
package, fungsi init() yang berada didalamnya langsung dieksekusi.
Property variabel objek Student akan diisi dan sebuah pesan ditampilkan ke
console.
111
A.3.A. Go Modules
A.26. Interface
Interface adalah kumpulan definisi method yang tidak memiliki isi (hanya definisi
saja), yang dibungkus dengan nama tertentu.
Interface merupakan tipe data. Nilai objek bertipe interface zero value-nya adalah
nil . Interface mulai bisa digunakan jika sudah ada isinya, yaitu objek konkret
yang memiliki definisi method minimal sama dengan yang ada di interface-nya.
package main
import "fmt"
import "math"
Pada kode di atas, interface hitung memiliki 2 definisi method, luas() dan
keliling() . Interface ini nantinya digunakan sebagai tipe data pada variabel,
dimana variabel tersebut akan menampung objek bangun datar hasil dari struct
yang akan kita buat.
Siapkan struct bangun datar lingkaran , struct ini memiliki method yang
beberapa diantaranya terdefinisi di interface hitung .
112
A.3.A. Go Modules
dan keliling() .
func main() {
var bangunDatar hitung
bangunDatar = persegi{10.0}
fmt.Println("===== persegi")
fmt.Println("luas :", bangunDatar.luas())
fmt.Println("keliling :", bangunDatar.keliling())
bangunDatar = lingkaran{14.0}
fmt.Println("===== lingkaran")
fmt.Println("luas :", bangunDatar.luas())
fmt.Println("keliling :", bangunDatar.keliling())
fmt.Println("jari-jari :", bangunDatar.(lingkaran).jariJari())
}
Method jariJari() pada struct lingkaran tidak akan bisa diakses karena tidak
terdefinisi dalam interface hitung . Pengaksesannya dengan paksa akan
menyebabkan error.
113
A.3.A. Go Modules
Cara casting objek interface sedikit unik, yaitu dengan menuliskan nama tipe
tujuan dalam kurung, ditempatkan setelah nama interface dengan menggunakan
notasi titik (seperti cara mengakses property, hanya saja ada tanda kurung nya).
Contohnya bisa dilihat di kode berikut. Statement bangunDatar.(lingkaran)
bangunLingkaran.jariJari()
Perlu diketahui juga, jika ada interface yang menampung objek konkrit dimana
struct-nya tidak memiliki salah satu method yang terdefinisi di interface, error juga
akan muncul. Intinya kembali ke aturan awal, variabel interface hanya bisa
menampung objek yang minimal memiliki semua method yang terdefinisi di
interface-nya.
package main
import "fmt"
import "math"
Interface hitung2d berisikan method untuk kalkulasi luas dan keliling, sedang
hitung3d berisikan method untuk mencari volume bidang. Kedua interface
tersebut diturunkan di interface hitung , menjadikannya memiliki kemampuan
untuk menghitung luas, keliling, dan volume.
114
A.3.A. Go Modules
Next, siapkan struct baru bernama kubus yang memiliki method luas() ,
keliling() , dan volume() .
Objek hasil cetakan struct kubus di atas, nantinya akan ditampung oleh objek
cetakan interface hitung yang isinya merupakan gabungan interface hitung2d
dan hitung3d .
func main() {
var bangunRuang hitung = &kubus{4}
fmt.Println("===== kubus")
fmt.Println("luas :", bangunRuang.luas())
fmt.Println("keliling :", bangunRuang.keliling())
fmt.Println("volume :", bangunRuang.volume())
}
Bisa dilihat di kode di atas, lewat interface hitung , method luas , keliling ,
dan volume bisa di akses.
Pada bab 24 dijelaskan bahwa method pointer bisa diakses lewat variabel objek
biasa dan variabel objek pointer. Variabel objek yang dicetak menggunakan struct
yang memiliki method pointer, jika ditampung kedalam variabel interface, harus
diambil referensi-nya terlebih dahulu. Contohnya bisa dilihat pada kode di atas
var bangunRuang hitung = &kubus{4} .
115
A.3.A. Go Modules
merupakan tipe data yang sangat spesial. Variabel bertipe ini bisa menampung
segala jenis data, bahkan array, pointer, apapun. Tipe data dengan konsep ini
biasa disebut dengan dynamic typing.
package main
import "fmt"
func main() {
var secret interface{}
secret = 12.4
fmt.Println(secret)
}
Keyword interface seperti yang kita tau, digunakan untuk pembuatan interface.
Tetapi ketika ditambahkan kurung kurawal ( {} ) di belakang-nya (menjadi
interface{} ), maka kegunaannya akan berubah, yaitu sebagai tipe data.
data = map[string]interface{}{
"name": "ethan hunt",
"grade": 2,
"breakfast": []string{"apple", "manggo", "banana"},
}
116
A.3.A. Go Modules
Dari situ terlihat bahwa interface{} bukanlah sebuah objek, melainkan tipe
data.
Hal ini penting diketahui, karena untuk melakukan operasi yang membutuhkan
nilai asli pada variabel yang bertipe interface{} , diperlukan casting ke tipe
aslinya. Contoh seperti pada kode berikut.
package main
import "fmt"
import "strings"
func main() {
var secret interface{}
secret = 2
var number = secret.(int) * 10
fmt.Println(secret, "multiplied by 10 is :", number)
Pada contoh kedua, secret berisikan array string. Kita memerlukan string
tersebut untuk digabungkan dengan pemisah tanda koma. Maka perlu di-casting
ke []string terlebih dahulu sebelum bisa digunakan di strings.Join() ,
contohnya pada strings.Join(secret.([]string), ", ") .
117
A.3.A. Go Modules
Variabel interface{} bisa menyimpan data apa saja, termasuk data objek,
pointer, ataupun gabungan keduanya. Di bawah ini merupakan contoh penerapan
interface untuk menampung data objek pointer.
Pada contoh berikut, variabel person dideklarasikan berisi data slice map
Dengan memanfaatkan slice dan interface{} , kita bisa membuat data array
yang isinya adalah bisa apa saja. Silakan perhatikan contoh berikut.
118
A.3.A. Go Modules
119
A.3.A. Go Modules
A.28. Reflect
Reflection adalah teknik untuk inspeksi variabel, mengambil informasi dari
variabel tersebut atau bahkan memanipulasinya. Cakupan informasi yang bisa
didapatkan lewat reflection sangat luas, seperti melihat struktur variabel, tipe, nilai
pointer, dan banyak lagi.
Dari banyak fungsi yang tersedia di dalam package tersebut, ada 2 fungsi yang
paling penting untuk diketahui, yaitu reflect.ValueOf() dan reflect.TypeOf() .
package main
import "fmt"
import "reflect"
func main() {
var number = 23
var reflectValue = reflect.ValueOf(number)
if reflectValue.Kind() == reflect.Int {
fmt.Println("nilai variabel :", reflectValue.Int())
}
}
120
A.3.A. Go Modules
Perlu diketahui, fungsi yang digunakan harus sesuai dengan tipe data nilai yang
ditampung variabel. Jika fungsi yang digunakan berbeda dengan tipe data
variabelnya, maka akan menghasilkan error. Contohnya pada variabel
menampung nilai bertipe float64 , maka tidak bisa menggunakan method
String() .
Diperlukan adanya pengecekan tipe data nilai yang disimpan, agar pengambilan
nilai bisa tepat. Salah satunya bisa dengan cara seperti kode di atas, yaitu
dengan mengecek dahulu apa jenis tipe datanya menggunakan method Kind() ,
setelah itu diambil nilainya dengan method yang sesuai.
List konstanta tipe data dan method yang bisa digunakan dalam refleksi di Go
bisa dilihat di https://godoc.org/reflect#Kind
var number = 23
var reflectValue = reflect.ValueOf(number)
121
A.3.A. Go Modules
if reflectValue.Kind() == reflect.Ptr {
reflectValue = reflectValue.Elem()
}
func main() {
var s1 = &student{Name: "wick", Grade: 2}
s1.getPropertyInfo()
}
Setelah itu, dilakukan perulangan sebanyak jumlah property yang ada pada struct
student . Method NumField() akan mengembalikan jumlah property publik yang
ada dalam struct.
Di tiap perulangan, informasi tiap property struct diambil berurutan dengan lewat
method Field() . Method ini ada pada tipe reflect.Value dan reflect.Type .
122
A.3.A. Go Modules
Pada contoh dibawah ini informasi method SetName akan diambil lewat reflection.
Siapkan method baru di struct student , dengan nama SetName .
func main() {
var s1 = &student{Name: "john wick", Grade: 2}
fmt.Println("nama :", s1.Name)
wick" .
Setelah itu, refleksi nilai objek tersebut diambil, refleksi method SetName juga
diambil. Pengambilan refleksi method dilakukan menggunakan MethodByName
dengan argument adalah nama method yang diinginkan, atau bisa juga lewat
indeks method-nya (menggunakan Method(i) ).
Setelah refleksi method yang dicari sudah didapatkan, Call() dipanggil untuk
eksekusi method.
123
A.3.A. Go Modules
[]reflect.Value{
reflect.ValueOf("wick"),
}
124
A.3.A. Go Modules
A.29. Goroutine
Goroutine mirip dengan thread thread, tapi sebenarnya bukan. Sebuah native
thread bisa berisikan sangat banyak goroutine. Mungkin lebih pas kalau goroutine
disebut sebagai mini thread. Goroutine sangat ringan, hanya dibutuhkan sekitar
2kB memori saja untuk satu buah goroutine. Eksekusi goroutine bersifat
asynchronous, menjadikannya tidak saling tunggu dengan goroutine lain.
Mulai bab A.29 ini hingga bab A.34, lalu dilanjut bab A.56 dan A.57, kita akan
membahas tentang fitur-fitur yang disediakan Go untuk kebutuhan concurrent
programming.
125
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
import "runtime"
func main() {
runtime.GOMAXPROCS(2)
go print(5, "halo")
print(5, "apa kabar")
Bisa dilihat di output, tulisan "halo" dan "apa kabar" bermunculan selang-
seling. Ini disebabkan karena statement print(5, "halo") dijalankan sebagai
goroutine baru, menjadikannya tidak saling tunggu dengan print(5, "apa
kabar") .
Pada gambar di atas, program dieksekusi 2 kali. Hasil eksekusi pertama berbeda
dengan kedua, penyebabnya adalah karena kita menggunakan 2 prosesor.
Goroutine mana yang dieksekusi terlebih dahulu tergantung kedua prosesor
tersebut.
126
A.3.A. Go Modules
Berikut adalah penjelasan tambahan tentang beberapa fungsi yang baru kita
pelajari di atas.
Fungsi ini digunakan untuk menentukan jumlah core atau processor yang
digunakan dalam eksekusi program.
Jumlah yang diinputkan secara otomatis akan disesuaikan dengan jumlah asli
logical processor yang ada. Jika jumlahnya lebih, maka dianggap menggunakan
sejumlah prosesor yang ada.
Fungsi ini akan meng-capture semua karakter sebelum user menekan tombol
enter, lalu menyimpannya pada variabel.
fmt.Println(s1) // trafalgar
fmt.Println(s2) // d
fmt.Println(s3) // law
Bisa dilihat pada kode di atas, untuk menampung inputan text trafalgar d law ,
dibutuhkan 3 buah variabel. Juga perlu diperhatikan bahwa yang disisipkan
sebagai parameter pada pemanggilan fungsi fmt.Scanln() adalah referensi
variabel, bukan nilai aslinya.
127
A.3.A. Go Modules
A.30. Channel
Channel digunakan untuk menghubungkan goroutine satu dengan goroutine lain.
Mekanisme yang dilakukan adalah serah-terima data lewat channel tersebut.
Dalam komunikasinya, sebuah channel difungsikan sebagai pengirim di sebuah
goroutine, dan juga sebagai penerima di goroutine lainnya. Pengiriman dan
penerimaan data pada channel bersifat blocking atau synchronous.
128
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
import "runtime"
func main() {
runtime.GOMAXPROCS(2)
go sayHelloTo("john wick")
go sayHelloTo("ethan hunt")
go sayHelloTo("jason bourne")
Selain itu disiapkan juga closure sayHelloTo yang tugasnya membuat sebuah
pesan string yang kemudian dikirim via channel. Pesan string tersebut dikirim
lewat channel messages . Tanda <- jika dituliskan di sebelah kiri nama variabel,
berarti sedang berlangsung proses pengiriman data dari variabel yang berada di
kanan lewat channel yang berada di kiri (pada konteks ini, variabel data dikirim
lewat channel messages ).
go sayHelloTo("john wick")
go sayHelloTo("ethan hunt")
go sayHelloTo("jason bourne")
129
A.3.A. Go Modules
Dari ketiga fungsi tersebut, goroutine yang selesai paling awal akan mengirim
data lebih dulu, datanya kemudian diterima variabel message1 . Tanda <- jika
dituliskan di sebelah kiri channel, menandakan proses penerimaan data dari
channel yang di kanan, untuk disimpan ke variabel yang di kiri.
messages hingga setelahnya tidak akan dieksekusi sebelum ada data yang dikirim
lewat channel.
Kesemua data yang dikirim dari tiga goroutine berbeda tersebut datanya akan
diterima secara berurutan oleh message1 , message2 , message3 ; untuk kemudian
ditampilkan.
Dari screenshot output di atas bisa dilihat bahwa text yang dikembalikan oleh
sayHelloTo tidak selalu berurutan, meskipun penerimaan datanya adalah
berurutan. Hal ini dikarenakan, pengiriman data adalah dari 3 goroutine yang
berbeda, yang kita tidak tau mana yang prosesnya selesai lebih dulu. Goroutine
yang dieksekusi lebih awal belum tentu selesai lebih awal, yang jelas proses yang
selesai lebih awal datanya akan diterima lebih awal.
Karena pengiriman dan penerimaan data lewat channel bersifat blocking, tidak
perlu memanfaatkan sifat blocking dari fungsi sejenis fmt.Scanln() atau lainnya,
untuk mengantisipasi goroutine utama main selesai sebelum ketiga goroutine di
atas selesai.
Siapkan fungsi printMessage dengan parameter adalah channel. Lalu ambil data
yang dikirimkan lewat channel tersebut untuk ditampilkan.
130
A.3.A. Go Modules
func main() {
runtime.GOMAXPROCS(2)
Parameter what fungsi printMessage bertipe channel string , bisa dilihat dari
kode chan string pada cara deklarasinya. Operasi serah-terima data akan bisa
dilakukan pada variabel tersebut, dan akan berdampak juga pada variabel
messages di fungsi main .
Passing data bertipe channel lewat parameter sifatnya pass by reference, yang
ditransferkan adalah pointer datanya, bukan nilai datanya.
131
A.3.A. Go Modules
go func(who string) {
var data = fmt.Sprintf("hello %s", who)
messages <- data
}("wick")
132
A.3.A. Go Modules
Buffered channel sedikit berbeda. Pada channel jenis ini, ditentukan angka jumlah
buffer-nya. Angka tersebut menjadi penentu jumlah data yang bisa dikirimkan
bersamaan. Selama jumlah data yang dikirim tidak melebihi jumlah buffer, maka
pengiriman akan berjalan asynchronous (tidak blocking).
Ketika jumlah data yang dikirim sudah melewati batas buffer, maka pengiriman
data hanya bisa dilakukan ketika salah satu data yang sudah terkirim adalah
sudah diambil dari channel di goroutine penerima, sehingga ada slot channel
yang kosong.
133
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
import "runtime"
func main() {
runtime.GOMAXPROCS(2)
go func() {
for {
i := <-messages
fmt.Println("receive data", i)
}
}()
Pada kode di atas, parameter kedua fungsi make() adalah representasi jumlah
buffer. Perlu diperhatikan bahwa nilai buffered channel dimulai dari 0 . Ketika
nilainya adalah 2 brarti jumlah buffer maksimal ada 3.
Bisa dilihat terdapat IIFE goroutine yang isinya proses penerimaan data dari
channel messages , untuk kemudian datanya ditampilkan. Setelah goroutine
tersebut dieksekusi, perulangan dijalankan dengan di-masing-masing perulangan
dilakukan pengiriman data. Total ada 5 data dikirim lewat channel messages
secara sekuensial.
Bisa dilihat output di atas, pada proses pengiriman data ke-4, diikuti dengan
proses penerimaan data; yang kedua proses tersebut berlangsung secara
blocking.
134
A.3.A. Go Modules
135
A.3.A. Go Modules
Ada kalanya kita butuh tak hanya satu channel saja untuk melakukan komunikasi
data antar goroutine. Tergantung jenis kasusnya, sangat mungkin lebih dari satu
channel dibutuhkan. Nah, disitulah kegunaan dari select . Select ini
mempermudah kontrol komunikasi data lewat satu ataupun banyak channel.
Ok, langsung saja kita praktek. Pertama, siapkan 2 fungsi yang sudah dibahas di
atas. Fungsi pertama digunakan untuk mencari rata-rata, dan fungsi kedua untuk
penentuan nilai tertinggi dari sebuah slice.
package main
import "fmt"
import "runtime"
136
A.3.A. Go Modules
func main() {
runtime.GOMAXPROCS(2)
Pada kode di atas, pengiriman data pada channel ch1 dan ch2 dikontrol
menggunakan select . Terdapat 2 buah case kondisi penerimaan data dari
kedua channel tersebut.
Kondisi case avg := <-ch1 akan terpenuhi ketika ada penerimaan data dari
channel ch1 , yang kemudian akan ditampung oleh variabel avg .
Kondisi case max := <-ch2 akan terpenuhi ketika ada penerimaan data dari
channel ch2 , yang kemudian akan ditampung oleh variabel max .
Karena ada 2 buah channel, maka perlu disiapkan perulangan 2 kali sebelum
penggunaan keyword select .
137
A.3.A. Go Modules
for - range jika diterapkan pada channel berfungsi untuk handle penerimaan
data. Setiap kali ada pengiriman data via channel, maka akan men-trigger
perulangan for - range . Perulangan akan berlangsung terus-menerus seiring
pengiriman data ke channel yang dipergunakan. Dan perulangan hanya akan
berhenti jika channel yang digunakan tersebut di close atau di-non-aktifkan.
Fungsi close digunakan utuk me-non-aktifkan channel.
Channel yang sudah di-close tidak bisa digunakan lagi baik untuk menerima data
ataupun untuk mengirim data, itulah mengapa perulangan for - range juga
berhenti.
Ok, pertama siapkan fungsi sendMessage() yang tugasnya mengirim data via
channel. Didalam fungsi ini dijalankan perulangan sebanyak 20 kali, ditiap
perulangannya data dikirim ke channel. Channel di-close setelah semua data
selesai dikirim.
138
A.3.A. Go Modules
func main() {
runtime.GOMAXPROCS(2)
Cara pemberian level akses adalah dengan menambahkan tanda <- sebelum
atau setelah keyword chan . Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di list berikut.
Sintaks Penjelasan
Pada kode di atas bisa dilihat bahwa secara default channel akan memiliki
kemampuan untuk mengirim dan menerima data. Untuk mengubah channel
tersebut agar hanya bisa mengirim atau menerima saja, dengan memanfaatkan
simbol <- .
139
A.3.A. Go Modules
dideklarasikan dengan level akses untuk pengiriman data saja. Channel tersebut
hanya bisa digunakan untuk mengirim, contohnya: ch <- fmt.Sprintf("data %d",
i) .
140
A.3.A. Go Modules
Ketika tidak ada aktivitas penerimaan data dalam durasi yang sudah ditentukan,
maka blok timeout dieksekusi.
package main
import "fmt"
import "math/rand"
import "runtime"
import "time"
Kondisi case data := <-messages: , akan terpenuhi ketika ada serah terima
data pada channel messages .
Kondisi case <-time.After(time.Second * 5): , akan terpenuhi ketika tidak
ada aktivitas penerimaan data dari channel dalam durasi 5 detik. Blok inilah
yang kita sebut sebagai blok timeout.
141
A.3.A. Go Modules
func main() {
rand.Seed(time.Now().Unix())
runtime.GOMAXPROCS(2)
go sendData(messages)
retreiveData(messages)
}
Muncul output setiap kali ada penerimaan data dengan delay waktu acak. Ketika
tidak ada aktifitas penerimaan dari channel dalam durasi 5 detik, perulangan
pengecekkan channel diberhentikan.
142
A.3.A. Go Modules
Seperti yang sudah dijelaskan secara singkat di atas, bahwa defer digunakan
untuk mengakhirkan eksekusi baris kode dalam skope blok fungsi. Ketika
eksekusi blok sudah hampir selesai, statement yang di-defer dijalankan.
Defer bisa ditempatkan di mana saja, awal maupun akhir blok. Tetapi tidak
mempengaruhi kapan waktu dieksekusinya, akan selalu dieksekusi di akhir.
package main
import "fmt"
func main() {
defer fmt.Println("halo")
fmt.Println("selamat datang")
}
Output:
Statement yang di-defer akan tetap muncul meskipun blok kode diberhentikan
ditengah jalan menggunakan return . Contohnya seperti pada kode berikut.
func main() {
orderSomeFood("pizza")
orderSomeFood("burger")
}
Output:
143
A.3.A. Go Modules
Info tambahan, ketika ada banyak statement yang di-defer, maka kesemuanya
akan dieksekusi di akhir secara berurutan.
func main() {
number := 3
if number == 3 {
fmt.Println("halo 1")
defer fmt.Println("halo 3")
}
fmt.Println("halo 2")
}
Output:
halo 1
halo 2
halo 3
Pada contoh di atas halo 3 akan tetap di print setelah halo 2 meskipun
statement defer dipergunakan dalam blok seleksi kondisi if . Hal ini karena
defer eksekusinya terjadi pada akhir blok fungsi (dalam contoh di atas main() ),
bukan pada akhir blok if .
Agar halo 3 bisa dimunculkan di akhir blok if , maka harus dibungkus dengan
IIFE. Contoh:
func main() {
number := 3
if number == 3 {
fmt.Println("halo 1")
func() {
defer fmt.Println("halo 3")
}()
}
fmt.Println("halo 2")
}
Output:
halo 1
halo 3
halo 2
144
A.3.A. Go Modules
Bisa dilihat halo 3 muncul sebelum halo 2 , karena dalam blok seleksi kondisi
if eksekusi defer terjadi dalam blok fungsi anonymous (IIFE).
Exit digunakan untuk menghentikan program secara paksa pada saat itu juga.
Semua statement setelah exit tidak akan di eksekusi, termasuk juga defer.
package main
import "fmt"
import "os"
func main() {
defer fmt.Println("halo")
os.Exit(1)
fmt.Println("selamat datang")
}
145
A.3.A. Go Modules
Di Go, banyak sekali fungsi yang mengembalikan nilai balik lebih dari satu.
Biasanya, salah satu kembalian adalah bertipe error . Contohnya seperti pada
fungsi strconv.Atoi() . Fungsi tersebut digunakan untuk konversi data string
menjadi numerik. Fungsi ini mengembalikan 2 nilai balik. Nilai balik pertama
adalah hasil konversi, dan nilai balik kedua adalah error . Ketika konversi
berjalan mulus, nilai balik kedua akan bernilai nil . Sedangkan ketika konversi
gagal, penyebabnya bisa langsung diketahui dari error yang dikembalikan.
Dibawah ini merupakan contoh program sederhana untuk deteksi inputan dari
user, apakah numerik atau bukan. Dari sini kita akan belajar mengenai
pemanfaatan error.
package main
import (
"fmt"
"strconv"
)
func main() {
var input string
fmt.Print("Type some number: ")
fmt.Scanln(&input)
if err == nil {
fmt.Println(number, "is number")
} else {
fmt.Println(input, "is not number")
fmt.Println(err.Error())
}
}
Jalankan program, maka muncul tulisan "Type some number: " . Ketik angka
bebas, jika sudah maka enter.
146
A.3.A. Go Modules
Data pertama ( number ) berisi hasil konversi. Dan data kedua err , berisi
informasi errornya (jika memang terjadi error ketika proses konversi).
Setelah itu dilakukan pengecekkan, ketika tidak ada error, number ditampilkan.
Dan jika ada error, input ditampilkan beserta pesan errornya.
Pesan error bisa didapat dari method Error() milik tipe error .
Pada contoh berikut ditunjukan bagaimana cara membuat custom error. Pertama
siapkan fungsi dengan nama validate() , yang nantinya digunakan untuk
pengecekan input, apakah inputan kosong atau tidak. Ketika kosong, maka error
baru akan dibuat.
package main
import (
"errors"
"fmt"
"strings"
)
Selanjutnya di fungsi main, buat proses sederhana untuk capture inputan user.
Manfaatkan fungsi validate() untuk mengecek inputannya.
147
A.3.A. Go Modules
func main() {
var name string
fmt.Print("Type your name: ")
fmt.Scanln(&name)
yang menandakan inputan apakah valid atau tidak. Data ke-2 adalah pesan error-
nya (jika inputan tidak valid).
Ketika inputan tidak valid, maka error baru dibuat dengan memanfaatkan fungsi
errors.New() . Selain itu objek error juga bisa dibuat lewat fungsi fmt.Errorf() .
Kembali ke koding, pada program yang telah kita buat tadi, ubah fmt.Println()
yang berada di dalam blok kondisi else pada fungsi main menjadi panic() , lalu
tambahkan fmt.Println() setelahnya.
func main() {
var name string
fmt.Print("Type your name: ")
fmt.Scanln(&name)
148
A.3.A. Go Modules
Jalankan program lalu langsung tekan enter, maka panic error muncul dan baris
kode setelahnya tidak dijalankan.
Recover berguna untuk meng-handle panic error. Pada saat panic error muncul,
recover men-take-over goroutine yang sedang panic (pesan panic tidak akan
muncul).
Ok, mari kita modif sedikit fungsi di-atas untuk mempraktekkan bagaimana cara
penggunaan recover. Tambahkan fungsi catch() , dalam fungsi ini terdapat
statement recover() yang dia akan mengembalikan pesan panic error yang
seharusnya muncul.
func catch() {
if r := recover(); r != nil {
fmt.Println("Error occured", r)
} else {
fmt.Println("Application running perfectly")
}
}
func main() {
defer catch()
Output:
149
A.3.A. Go Modules
func main() {
defer func() {
if r := recover(); r != nil {
fmt.Println("Panic occured", r)
} else {
fmt.Println("Application running perfectly")
}
}()
Dalam real-world development, ada kalanya recover dibutuhkan tidak dalam blok
fungsi terluar, tetapi dalam blok fungsi yg lebih spesifik.
Silakan perhatikan contoh kode recover perulangan berikut. Umumnya, jika terjadi
panic error, maka proses proses dalam scope blok fungsi akan terjenti,
mengakibatkan perulangan juga akan terhenti secara paksa. Pada contoh berikut
kita coba terapkan cara handle panic error tanpa menghentikan perulangan itu
sendiri.
func main() {
data := []string{"superman", "aquaman", "wonder woman"}
func() {
}
}
Pada kode di atas, bisa dilihat di dalam perulangan terdapat sebuah IIFE untuk
recover panic dan juga ada kode untuk men-trigger panic error secara paksa.
Ketika panic error terjadi, maka idealnya perulangan terhenti, tetapi pada contoh
di atas tidak, dikarenakan operasi dalam perulangan sudah di bungkus dalam
IIFE dan seperti yang kita tau sifat panic error adalah menghentikan proses
secara paksa dalam scope blok fungsi.
150
A.3.A. Go Modules
151
A.3.A. Go Modules
Layout format string digunakan dalam konversi data ke bentuk string. Contohnya
seperti %.3f yang untuk konversi nilai double ke string dengan 3 digit
desimal.
A.37.1. Persiapan
Pada bab ini kita akan mempelajari satu per satu layout format string yang
tersedia di Golang. Kode berikut adalah sample data yang akan kita digunakan
sebagai contoh.
fmt.Printf("%b\n", data.age)
// 11010
152
A.3.A. Go Modules
fmt.Printf("%c\n", 1400)
// ո
fmt.Printf("%c\n", 1235)
// ӓ
fmt.Printf("%d\n", data.age)
// 26
fmt.Printf("%e\n", data.height)
// 1.825000e+02
fmt.Printf("%E\n", data.height)
// 1.825000E+02
Perbedaan antara %e dan %E hanya pada bagian huruf besar kecil karakter e
pada hasil.
Berfungsi untuk memformat data numerik desimal, dengan lebar desimal bisa
ditentukan. Secara default lebar digit desimal adalah 6 digit.
fmt.Printf("%f\n", data.height)
// 182.500000
fmt.Printf("%.9f\n", data.height)
// 182.500000000
fmt.Printf("%.2f\n", data.height)
// 182.50
fmt.Printf("%.f\n", data.height)
// 182
153
A.3.A. Go Modules
Berfungsi untuk memformat data numerik desimal, dengan lebar desimal bisa
ditentukan. Lebar kapasitasnya sangat besar, pas digunakan untuk data yang
jumlah digit desimalnya cukup banyak.
fmt.Printf("%e\n", 0.123123123123)
// 1.231231e-01
fmt.Printf("%f\n", 0.123123123123)
// 0.123123
fmt.Printf("%g\n", 0.123123123123)
// 0.123123123123
Perbedaan lainnya adalah pada %g , lebar digit desimal adalah sesuai dengan
datanya, tidak bisa dicustom seperti pada %f .
fmt.Printf("%g\n", 0.12)
// 0.12
fmt.Printf("%.5g\n", 0.12)
// 0.12
fmt.Printf("%o\n", data.age)
// 32
fmt.Printf("%p\n", &data.name)
// 0x2081be0c0
154
A.3.A. Go Modules
fmt.Printf("%s\n", data.name)
// wick
fmt.Printf("%t\n", data.isGraduated)
// false
fmt.Printf("%T\n", data.name)
// string
fmt.Printf("%T\n", data.height)
// float64
fmt.Printf("%T\n", data.age)
// int32
fmt.Printf("%T\n", data.isGraduated)
// bool
fmt.Printf("%T\n", data.hobbies)
// []string
Digunakan untuk memformat data apa saja (termasuk data bertipe interface{} ).
Hasil kembaliannya adalah string nilai data aslinya.
Jika data adalah objek cetakan struct , maka akan ditampilkan semua secara
property berurutan.
fmt.Printf("%v\n", data)
// {wick 182.5 26 false [eating sleeping]}
155
A.3.A. Go Modules
fmt.Printf("%+v\n", data)
// {name:wick height:182.5 age:26 isGraduated:false hobbies:[eating sleeping]}
Digunakan untuk memformat struct, mengembalikan nama dan nilai tiap property
sesuai dengan struktur struct dan juga bagaimana objek tersebut dideklarasikan.
fmt.Printf("%#v\n", data)
// main.student{name:"wick", height:182.5, age:26, isGraduated:false, hobbies:[
fmt.Printf("%#v\n", data)
// struct { name string; height float64 }{name:"wick", height:182.5}
Format ini juga bisa digunakan untuk menampilkan tipe data lain, dan akan
dimunculkan strukturnya juga.
fmt.Printf("%x\n", data.age)
// 1a
Jika digunakan pada tipe data string, maka akan mengembalikan kode
heksadesimal tiap karakter.
var d = data.name
fmt.Printf("%x\n", d)
// 7769636b
156
A.3.A. Go Modules
fmt.Printf("%%\n")
// %
157
A.3.A. Go Modules
Time disini maksudnya adalah gabungan date dan time, bukan hanya
waktu saja.
Tipe time.Time merupakan representasi untuk objek date-time. Ada 2 cara yang
bisa dipilih untuk membuat data bertipe ini.
package main
import "fmt"
import "time"
func main() {
var time1 = time.Now()
fmt.Printf("time1 %v\n", time1)
// time1 2015-09-01 17:59:31.73600891 +0700 WIB
158
A.3.A. Go Modules
Tipe data time.Time merupakan struct, memiliki beberapa method yang bisa
dipakai.
Kode di atas adalah contoh penggunaan beberapa method milik objek bertipe
time.Time . Method Year() mengembalikan informasi tahun, dan Month()
Selain kedua method di atas, ada banyak lagi yang bisa dimanfaatkan. Tabel
berikut merupakan list method yang berhubungan dengan date, time, dan location
yang dimiliki tipe time.Time .
159
A.3.A. Go Modules
now.Local() time.Time
Date-time dalam timezone
lokal
Mengembalikan informasi
now.Zone() ( string , int ) timezone offset dalam string
dan numerik. Sebagai contoh
WIB, 25200
now.Unix() int64
Date-time dalam format unix
time
Parameter ke-1 adalah layout format dari data waktu yang akan diparsing.
160
A.3.A. Go Modules
Go memiliki standar layout format yang cukup unik, contohnya seperti pada kode
di atas "2006-01-02 15:04:05" . Go menggunakan 2006 untuk parsing tahun,
bukan YYYY ; 01 untuk parsing bulan; 02 untuk parsing hari; dan seterusnya.
Detailnya bisa dilihat di tabel berikut.
161
A.3.A. Go Modules
06 Tahun 2 digit 15
01 Bulan 2 digit 05
02 Tanggal 2 digit 02
04 Menit 2 digit 08
05 Detik 2 digit 06
162
A.3.A. Go Modules
Ada beberapa layout format lain yang tersedia, silakan lihat tabel berikut.
time.RFC3339 2006-01-02T15:04:05Z07:00
time.RFC3339Nano 2006-01-02T15:04:05.999999999Z07:00
time.Kitchen 3:04PM
Setelah sebelumnya kita belajar tentang cara konversi data dengan tipe string
163
A.3.A. Go Modules
Variabel date di atas berisikan hasil parsing data dengan format time.RFC822 .
Data tersebut kemudian diformat sebagai string 2 kali dengan layout format
berbeda.
var date, err = time.Parse("06 Jan 15", "02 Sep 15 08:00 WIB")
if err != nil {
fmt.Println("error", err.Error())
return
}
fmt.Println(date)
Kode di atas menghasilkan error karena format tidak sesuai dengan skema data
yang akan diparsing. Layout format yang seharusnya digunakan adalah 06 Jan
15 03:04 MST .
164
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
import "time"
func main () {
fmt.Println("start")
time.Sleep(time.Second * 4)
fmt.Println("after 4 seconds")
}
seconds" muncul.
Selain untuk blocking proses, fungsi time.Sleep() ini bisa dimanfaatkan untuk
membuat scheduler sederhana, contohnya seperti berikut, scheduler untuk
menampilkan pesan halo setiap 1 detik.
for true {
fmt.Println("Hello !!")
time.Sleep(1 * time.Second)
}
Cara kerja fungsi ini: setelah jeda waktu yang ditentukan sebuah data akan
dikirimkan lewat channel C . Penggunaan fungsi ini harus diikuti dengan
statement untuk penerimaan data dari channel C .
165
A.3.A. Go Modules
Hasil program di atas adalah tulisan "start" muncul, lalu setelah 4 detik tulisan
"finish" muncul.
time.AfterFunc(4*time.Second, func() {
fmt.Println("expired")
ch <- true
})
fmt.Println("start")
<-ch
fmt.Println("finish")
Hasil dari kode di atas, tulisan "start" muncul kemudian setelah 4 detik berlalu,
tulisan "expired" muncul.
Didalam callback terdapat proses transfer data lewat channel, menjadikan tulisan
"finish" akan muncul tepat setelah tulisan "expired" muncul.
Jika tidak ada serah terima data lewat channel, maka eksekusi
time.AfterFunc() adalah asynchronous (tidak blocking).
Jika ada serah terima data lewat channel, maka fungsi akan tetap berjalan
asynchronous hingga baris kode dimana penerimaan data channel dilakukan.
Proses blocking nya berada pada baris kode penerimaan channel.
166
A.3.A. Go Modules
<-time.After(4 * time.Second)
fmt.Println("expired")
Cara penggunaan ticker cukup mudah, buat objek ticker baru menggunakan
time.NewTicker() isi argument dengan durasi yang diinginkan. Dari objek
tersebut kita bisa akses properti .C yang merupakan channel. Setiap durasi
yang sudah ditentukan, objek ticker akan mengirimkan informasi date-time via
channel tersebut.
package main
import (
"fmt"
"time"
)
func main() {
done := make(chan bool)
ticker := time.NewTicker(time.Second)
go func() {
time.Sleep(10 * time.Second) // wait for 10 seconds
done <- true
}()
for {
select {
case <-done:
ticker.Stop()
return
case t := <-ticker.C:
fmt.Println("Hello !!", t)
}
}
}
Pada contoh di atas bisa dilihat, selain ticker disiapkan juga variabel channel
done . Variabel ini kita gunakan untuk mengontrol kapan ticker harus di stop.
Cara kerja program di atas: teknik for - select pada channel digunakan untuk
mengecek penerimaan data dari channel done dan ticker.C . By default,
channel ticker.C akan menerima kiriman data setiap N duration yang dimana
pada kode di atas adalah 1 detik (lihat argumen inisialisasi objek ticker).
Data yang dikirimkan via channel ticker.C adalah data date-time kapan event
itu terjadi. Pada kode di atas, setiap ada kiriman data via channel tersebut kita
tampilkan.
167
A.3.A. Go Modules
Sebelum blok kode perulangan for , bisa kita lihat ada goroutine baru di-
dispatch, isinya adalah mengirim data ke channel done setelah 10 detik. Data
tersebut nantinya akan diterima oleh blok kode for - select , dan ketika itu
terjadi, method .Stop() milik objek ticker dipanggil untuk menonaktifkan
scheduler pada ticker tersebut.
OK langsung saja, mari kita buat programnya, pertama, import package yang
diperlukan.
package main
import "fmt"
import "os"
import "time"
Buat fungsi timer() , nantinya fungsi ini dieksekusi sebagai goroutine. Di dalam
fungsi timer() terdapat blok kode jika waktu sudah mencapai timeout , maka
sebuah data dikirimkan lewat channel ch .
Siapkan juga fungsi watcher() . Fungsi ini juga akan dieksekusi sebagai
goroutine. Tugasnya cukup sederhana, yaitu menerima data dari channel ch
(jika ada penerimaan data, berarti sudah masuk waktu timeout), lalu menampilkan
pesan bahwa waktu telah habis.
168
A.3.A. Go Modules
func main() {
var timeout = 5
var ch = make(chan bool)
go timer(timeout, ch)
go watcher(timeout, ch)
if input == "29" {
fmt.Println("the answer is right!")
} else {
fmt.Println("the answer is wrong!")
}
}
Ketika user tidak menginputkan apa-apa dalam kurun waktu 5 detik, maka akan
muncul pesan timeout, lalu program dihentikan.
169
A.3.A. Go Modules
Package strconv berisi banyak fungsi yang sangat membantu kita untuk
melakukan konversi. Berikut merupakan beberapa fungsi yang dalam package
tersebut.
• Fungsi strconv.Atoi()
Fungsi ini digunakan untuk konversi data dari tipe string ke int .
strconv.Atoi() menghasilkan 2 buah nilai kembalian, yaitu hasil konversi dan
error (jika konversi sukses, maka error berisi nil ).
package main
import "fmt"
import "strconv"
func main() {
var str = "124"
var num, err = strconv.Atoi(str)
if err == nil {
fmt.Println(num) // 124
}
}
• Fungsi strconv.Itoa()
fmt.Println(str) // "124"
• Fungsi strconv.ParseInt()
Pada contoh berikut, string "124" dikonversi ke tipe numerik dengan ketentuan
basis yang digunakan 10 dan lebar datanya mengikuti tipe int64 (lihat
parameter ketiga).
170
A.3.A. Go Modules
if err == nil {
fmt.Println(num) // 124
}
Contoh lainnya, string "1010" dikonversi ke basis 2 (biner) dengan tipe data
hasil adalah int8 .
if err == nil {
fmt.Println(num) // 10
}
• Fungsi strconv.FormatInt()
Berguna untuk konversi data numerik int64 ke string dengan basis numerik
bisa ditentukan sendiri.
fmt.Println(str) // 30
• Fungsi strconv.ParseFloat()
Digunakan untuk konversi string ke numerik desimal dengan lebar data bisa
ditentukan.
if err == nil {
fmt.Println(num) // 24.1200008392334
}
Pada contoh di atas, string "24.12" dikonversi ke float dengan lebar tipe data
float32 . Hasil konversi strconv.ParseFloat adalah sesuai dengan standar
IEEE Standard for Floating-Point Arithmetic.
• Fungsi strconv.FormatFloat()
fmt.Println(str) // 24.120000
171
A.3.A. Go Modules
Pada kode di atas, Data 24.12 yang bertipe float64 dikonversi ke string
dengan format eksponen f atau tanpa eksponen, lebar digit desimal 6 digit, dan
lebar tipe data float64 .
Ada beberapa format eksponen yang bisa digunakan. Detailnya bisa dilihat di
tabel berikut.
g
Akan menggunakan format eksponen e untuk
eksponen besar dan f untuk selainnya
G
Akan menggunakan format eksponen E untuk
eksponen besar dan f untuk selainnya
• Fungsi strconv.ParseBool()
if err == nil {
fmt.Println(bul) // true
}
• Fungsi strconv.FormatBool()
fmt.Println(str) // 124
172
A.3.A. Go Modules
Cara mendapatkan slice byte dari sebuah data string adalah dengan meng-
casting-nya ke tipe []byte .
Pada contoh di atas, string dalam variabel text1 dikonversi ke []byte . Tiap
elemen slice byte tersebut kemudian ditampilkan satu-per-satu.
Contoh berikut ini merupakan kebalikan dari contoh di atas, data bertipe []byte
fmt.Printf("%s \n", s)
// halo
Pada contoh di-atas, beberapa kode byte dituliskan dalam bentuk slice,
ditampung variabel byte1 . Lalu, nilai variabel tersebut di-cast ke string , untuk
kemudian ditampilkan.
Selain itu, tiap karakter string juga bisa di-casting ke bentuk int , hasilnya
adalah sama yaitu data byte dalam bentuk numerik basis desimal, dengan
ketentuan literal string yang digunakan adalah tanda petik satu ( ' ).
Juga berlaku sebaliknya, data numerik jika di-casting ke bentuk string dideteksi
sebagai kode ASCII dari karakter yang akan dihasilkan.
173
A.3.A. Go Modules
fmt.Println(data["nama"].(string))
fmt.Println(data["grade"].(int))
fmt.Println(data["height"].(float64))
fmt.Println(data["isMale"].(bool))
fmt.Println(data["hobbies"].([]string))
Pada kode di atas, tidak akan terjadi panic error, karena semua operasi type
assertion adalah dilakukan menggunakan tipe data yang sudah sesuai dengan
tipe data nilai aslinya. Seperti data["nama"] yang merupakan string pasti bisa
di-asertasi ke tipe string .
Coba lakukan asertasi ke tipe yang tidak sesuai dengan tipe nilai aslinya, seperti
data["nama"].(int) , pasti akan men-trigger panic error.
Nah, dari penjelasan di atas, terlihat bahwa kita harus tau terlebih dahulu apa tipe
data asli dari data yang tersimpan dalam interface. Jika misal tidak tau, maka bisa
gunakan teknik di bawah ini untuk pengecekan sukses tidaknya proses asertasi.
Tipe asli data pada variabel interface{} bisa diketahui dengan cara meng-
casting ke tipe type , namun casting ini hanya bisa dilakukan pada switch .
174
A.3.A. Go Modules
Kombinasi switch - case bisa dimanfaatkan untuk deteksi tipe konkret data
yang bertipe interface{} , contoh penerapannya seperti pada kode di atas.
175
A.3.A. Go Modules
Dipakai untuk deteksi apakah string (parameter kedua) merupakan bagian dari
string lain (parameter pertama). Nilai kembaliannya berupa bool .
package main
import "fmt"
import "strings"
func main() {
var isExists = strings.Contains("john wick", "wick")
fmt.Println(isExists)
}
Variabel isExists akan bernilai true , karena string "wick" merupakan bagian
dari "john wick" .
Digunakan untuk deteksi apakah sebuah string (parameter pertama) diawali string
tertentu (parameter kedua).
176
A.3.A. Go Modules
Nilai yang dikembalikan 2 , karena pada string "ethan hunt" terdapat dua buah
karakter "t" .
Digunakan untuk mencari posisi indeks sebuah string (parameter kedua) dalam
string (parameter pertama).
String "ha" berada pada posisi ke 2 dalam string "ethan hunt" (indeks
dimulai dari 0). Jika diketemukan dua substring, maka yang diambil adalah yang
pertama, contoh:
String "n" berada pada indeks 4 dan 8 . Yang dikembalikan adalah yang
paling kiri (paling kecil), yaitu 4 .
Fungsi ini digunakan untuk replace atau mengganti bagian dari string dengan
string tertentu. Jumlah substring yang di-replace bisa ditentukan, apakah hanya 1
string pertama, 2 string, atau kesemuanya.
Penjelasan:
1. Pada contoh di atas, substring "a" pada string "banana" akan di-replace
dengan string "o" .
177
A.3.A. Go Modules
Pada contoh di atas, string "na" diulang sebanyak 4 kali. Hasilnya adalah:
"nananana"
String "the dark knight" dipisah oleh karakter spasi " " , hasilnya kemudian
ditampung oleh string1 .
Untuk memisah string menjadi array tiap 1 string, gunakan pemisah string kosong
"" . Bisa dilihat contohnya pada variabel string2 .
178
A.3.A. Go Modules
179
A.3.A. Go Modules
A.42. Regex
Regex atau regexp atau regular expression adalah suatu teknik yang digunakan
untuk pencocokan string dengan pola tertentu. Regex biasa dimanfaatkan untuk
pencarian dan pengubahan data string.
Go mengadopsi standar regex RE2, untuk melihat sintaks yang di-support engine
ini bisa langsung merujuk ke dokumentasinya di
https://github.com/google/re2/wiki/Syntax.
Pada bab ini kita akan belajar mengenai pengaplikasian regex dengan
memanfaatkan fungsi-fungsi dalam package regexp .
package main
import "fmt"
import "regexp"
func main() {
var text = "banana burger soup"
var regex, err = regexp.Compile(`[a-z]+`)
if err != nil {
fmt.Println(err.Error())
}
180
A.3.A. Go Modules
Ada cukup banyak method struct regexp.*Regexp yang bisa kita manfaatkan
untuk keperluan pengelolaan string. Berikut merupakan pembahasan tiap
method-nya.
Method ini digunakan untuk mendeteksi apakah string memenuhi sebuah pola
regexp.
Pada contoh di atas isMatch bernilai true karena string "banana burger soup"
Digunakan untuk mencari string yang memenuhi kriteria regexp yang telah
ditentukan.
Fungsi ini hanya mengembalikan 1 buah hasil saja. Jika ada banyak substring
yang sesuai dengan ekspresi regexp, akan dikembalikan yang pertama saja.
Digunakan untuk mencari index string kembalian hasil dari operasi regexp.
Method ini sama dengan FindString() hanya saja yang dikembalikan indeks-
nya.
181
A.3.A. Go Modules
Digunakan untuk mencari banyak string yang memenuhi kriteria regexp yang
telah ditentukan.
Jumlah data yang dikembalikan bisa ditentukan. Jika diisi dengan -1 , maka
akan mengembalikan semua data.
Berguna untuk me-replace semua string yang memenuhi kriteri regexp, dengan
string lain.
Digunakan untuk me-replace semua string yang memenuhi kriteri regexp, dengan
kondisi yang bisa ditentukan untuk setiap substring yang akan di replace.
Pada contoh di atas, jika salah satu substring yang match adalah "burger" maka
akan diganti dengan "potato" , string selainnya tidak di replace.
182
A.3.A. Go Modules
Jumlah karakter yang akan di split bisa ditentukan dengan mengisi parameter
kedua fungsi regex.Split() . Jika di-isi -1 maka semua karakter yang
memenuhi regex akan di-replace. Contoh lain, jika di-isi 2 , maka hanya 2
karakter pertama yang memenuhi regex akan di-replace.
183
A.3.A. Go Modules
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk encode dan decode data, dan di
bab ini kita akan mempelajarinya.
package main
import "encoding/base64"
import "fmt"
func main() {
var data = "john wick"
Variabel data yang bertipe string , harus di-casting terlebih dahulu kedalam
bentuk []byte sebelum di-encode menggunakan fungsi
base64.StdEncoding.EncodeToString() . Hasil encode adalah data base64 bertipe
string .
184
A.3.A. Go Modules
Kedua fungsi ini kegunaannya sama dengan fungsi yang sebelumnya kita bahas,
salah satu pembedanya adalah data yang akan dikonversi dan hasilnya bertipe
[]byte . Penggunaan cara ini cukup panjang karena variabel penyimpan hasil
encode maupun decode harus disiapkan terlebih dahulu, dan harus memiliki lebar
data sesuai dengan hasil yang akan ditampung (yang nilainya bisa dicari
menggunakan fungsi EncodedLen() dan DecodedLen() ).
menjadi URLEncoding .
185
A.3.A. Go Modules
186
A.3.A. Go Modules
SHA1 atau Secure Hash Algorithm 1 merupakan salah satu algoritma hashing
yang sering digunakan untuk enkripsi data. Hasil dari sha1 adalah data dengan
lebar 20 byte atau 160 bit, biasa ditampilkan dalam bentuk bilangan
heksadesimal 40 digit.
Di bab ini kita akan belajar tentang pemanfaatan sha1 dan teknik salting dalam
hash.
package main
import "crypto/sha1"
import "fmt"
func main() {
var text = "this is secret"
var sha = sha1.New()
sha.Write([]byte(text))
var encrypted = sha.Sum(nil)
var encryptedString = fmt.Sprintf("%x", encrypted)
fmt.Println(encryptedString)
// f4ebfd7a42d9a43a536e2bed9ee4974abf8f8dc8
}
Variabel hasil dari sha1.New() adalah objek bertipe hash.Hash , memiliki dua
buah method Write() dan Sum() .
Method Write() digunakan untuk menge-set data yang akan di-hash. Data
harus dalam bentuk []byte .
Method Sum() digunakan untuk eksekusi proses hash, menghasilkan data
yang sudah di-hash dalam bentuk []byte . Method ini membutuhkan sebuah
parameter, isi dengan nil.
Untuk mengambil bentuk heksadesimal string dari data yang sudah di-hash, bisa
memanfaatkan fungsi fmt.Sprintf dengan layout format %x .
187
A.3.A. Go Modules
Hash merupakan enkripsi satu arah dengan lebar data yang sudah pasti, sangat
mungkin sekali kalau hasil hash untuk beberapa data adalah sama. Disinilah
kegunaan salt, teknik ini berguna untuk mencegah serangan menggunakan
metode pencocokan data-data yang hasil hash-nya adalah sama (dictionary
attack).
Langsung saja kita praktekan. Pertama import package yang dibutuhkan. Lalu
buat fungsi untuk hash menggunakan salt dari waktu sekarang.
package main
import "crypto/sha1"
import "fmt"
import "time"
func main() {
var text = "this is secret"
fmt.Printf("original : %s\n\n", text)
Hasil ekripsi fungsi doHashUsingSalt akan selalu beda, karena salt yang
digunakan adalah waktu.
188
A.3.A. Go Modules
Metode ini sering dipakai untuk enkripsi password user. Salt dan data hasil hash
harus disimpan pada database, karena digunakan dalam pencocokan password
setiap user melakukan login.
189
A.3.A. Go Modules
Di bab ini kita akan belajar tentang penggunaan arguments dan flag.
package main
import "fmt"
import "os"
func main() {
var argsRaw = os.Args
fmt.Printf("-> %#v\n", argsRaw)
// []string{".../bab45", "banana", "potato", "ice cream"}
cream .
Menggunakan go run
Menggunakan go build
go build bab45.go
$ ./bab45 banana potato "ice cream"
Variabel os.Args mengembalikan tak hanya arguments saja, tapi juga path file
executable (jika eksekusi-nya menggunakan go run maka path akan merujuk ke
folder temporary). Gunakan os.Args[1:] untuk mengambil slice arguments-nya
saja.
190
A.3.A. Go Modules
Bisa dilihat pada kode di atas, bahwa untuk data argumen yang ada karakter
spasi nya ( ), maka harus diapit tanda petik ( " ), agar tidak dideteksi sebagai 2
argumen.
package main
import "flag"
import "fmt"
func main() {
var name = flag.String("name", "anonymous", "type your name")
var age = flag.Int64("age", 25, "type your age")
flag.Parse()
fmt.Printf("name\t: %s\n", *name)
fmt.Printf("age\t: %d\n", *age)
}
Tiap argument harus ditentukan key, tipe data, dan nilai default-nya. Contohnya
seperti pada flag.String() di atas. Agar lebih mudah dipahami, mari kita bahas
kode berikut.
Kode tersebut maksudnya adalah, disiapkan flag bertipe string , dengan key
adalah name , dengan nilai default "anonymous" , dan keterangan "type your
name" . Nilai flag nya sendiri akan disimpan kedalam variabel dataName .
Nilai balik fungsi flag.String() adalah string pointer, jadi perlu di-dereference
terlebih dahulu agar bisa mendapatkan nilai aslinya ( *dataName ).
Flag yang nilainya tidak di set, secara otomatis akan mengembalikan nilai default.
191
A.3.A. Go Modules
Tabel berikut merupakan macam-macam fungsi flag yang tersedia untuk tiap jenis
tipe data.
Cara kedua mirip dengan cara pertama, perbedannya adalah kalau di cara
pertama nilai pointer flag dikembalikan lalu ditampung variabel; sedangkan pada
cara kedua, nilainya diambil lewat parameter pointer.
// cara ke-1
var data1 = flag.String("name", "anonymous", "type your name")
fmt.Println(*data1)
// cara ke-2
var data2 string
flag.StringVar(&data2, "gender", "male", "type your gender")
fmt.Println(data2)
Tinggal tambahkan suffix Var pada pemanggilan nama fungsi flag yang
digunakan (contoh flag.IntVar() , flag.BoolVar() , dll), lalu disisipkan referensi
variabel penampung flag sebagai parameter pertama.
192
A.3.A. Go Modules
193
A.3.A. Go Modules
A.46. Exec
Exec digunakan untuk eksekusi perintah command line lewat kode program.
Command yang bisa dieksekusi adalah semua command yang bisa dieksekusi di
terminal (atau CMD untuk pengguna Windows).
Cara untuk eksekusi command cukup mudah, yaitu dengan menuliskan command
dalam bentuk string, diikuti arguments-nya (jika ada) sebagai parameter variadic
pada fungsi exec.Command() .
package main
import "fmt"
import "os/exec"
func main() {
var output1, _ = exec.Command("ls").Output()
fmt.Printf(" -> ls\n%s\n", string(output1))
194
A.3.A. Go Modules
Untuk mengatasi masalah ini, tambahkan bash -c pada linux/nix command atau
cmd /C untuk windows.
if runtime.GOOS == "windows" {
output, err = exec.Command("cmd", "/C", "git config user.name").Output()
} else {
output, err = exec.Command("bash", "-c", "git config user.name").Output()
}
195
A.3.A. Go Modules
A.47. File
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk operasi file di Go. Pada bab ini
kita akan mempelajari teknik yang paling dasar, yaitu dengan memanfaatkan
os.File .
package main
import "fmt"
import "os"
func createFile() {
// deteksi apakah file sudah ada
var _, err = os.Stat(path)
func main() {
createFile()
}
Fungsi os.Stat() mengembalikan 2 data, yaitu informasi tetang path yang dicari,
dan error (jika ada). Masukkan error kembalian fungsi tersebut sebagai parameter
fungsi os.IsNotExist() , untuk mendeteksi apakah file yang akan dibuat sudah
ada. Jika belum ada, maka fungsi tersebut akan mengembalikan nilai true .
196
A.3.A. Go Modules
Fungsi os.Create() digunakan untuk membuat file pada path tertentu. Fungsi ini
mengembalikan objek *os.File dari file yang bersangkutan. File yang baru
terbuat statusnya adalah otomatis open, maka dari itu perlu untuk di-close
menggunakan method file.Close() setelah file tidak digunakan lagi.
Membiarkan file terbuka ketika sudah tak lagi digunakan bukan hal yang baik,
karena efeknya ke memory dan akses ke file itu sendiri, file akan di-lock sehingga
tidak bisa digunakan oleh proses lain selama belum status file masih open atau
belum di-close.
func writeFile() {
// buka file dengan level akses READ & WRITE
var file, err = os.OpenFile(path, os.O_RDWR, 0644)
if isError(err) { return }
defer file.Close()
// simpan perubahan
err = file.Sync()
if isError(err) { return }
func main() {
writeFile()
}
Pada program di atas, file dibuka dengan level akses read dan write dengan
kode permission 0664. Setelah itu, beberapa string diisikan kedalam file tersebut
menggunakan WriteString() . Di akhir, semua perubahan terhadap file akan
disimpan dengan dipanggilnya Sync() .
197
A.3.A. Go Modules
File yang ingin dibaca harus dibuka terlebih dahulu menggunakan fungsi
os.OpenFile() dengan level akses minimal adalah read. Setelah itu, gunakan
method Read() dengan parameter adalah variabel, yang dimana hasil proses
baca akan disimpan ke variabel tersebut.
func readFile() {
// buka file
var file, err = os.OpenFile(path, os.O_RDONLY, 0644)
if isError(err) { return }
defer file.Close()
// baca file
var text = make([]byte, 1024)
for {
n, err := file.Read(text)
if err != io.EOF {
if isError(err) { break }
}
if n == 0 {
break
}
}
if isError(err) { return }
func main() {
readFile()
}
Variabel text disiapkan bertipe slice []byte dengan alokasi elemen 1024.
Variabel tersebut bertugas menampung data hasil statement file.Read() .
Proses pembacaan file akan dilakukan terus menerus, berurutan dari baris
pertama hingga akhir.
Error yang muncul ketika eksekusi file.Read() akan di-filter, ketika error
tersebut adalah selain io.EOF maka proses baca file akan berlanjut. Error
io.EOF sendiri menandakan bahwa file yang sedang dibaca adalah baris terakhir
isi atau end of file.
198
A.3.A. Go Modules
func deleteFile() {
var err = os.Remove(path)
if isError(err) { return }
func main() {
deleteFile()
}
199
A.3.A. Go Modules
A.48. Web
Go menyediakan package net/http , berisi berbagai macam fitur untuk
keperluan pembuatan aplikasi berbasis web. Termasuk di dalamnya web server,
routing, templating, dan lainnya.
Go memiliki web server sendiri, dan web server tersebut berada di dalam Go,
tidak seperti bahasa lain yang servernya terpisah dan perlu diinstal sendiri
(seperti PHP yang memerlukan Apache, .NET yang memerlukan IIS).
Di bab ini kita akan belajar cara pembuatan aplikasi web sederhana dan
pemanfaatan template untuk mendesain view.
package main
import "fmt"
import "net/http"
func main() {
http.HandleFunc("/", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
fmt.Fprintln(w, "halo!")
})
http.HandleFunc("/index", index)
Jika muncul dialog Do you want the application “bab48” to accept incoming
network connections? atau sejenis, pilih allow. Setelah itu, buka url
http://localhost/ dan http://localhost/index lewat browser.
200
A.3.A. Go Modules
Pada kode di atas 2 rute didaftarkan, yaitu / dan /index . Aksi dari rute /
Pada pendaftaran rute /index , callback-nya adalah fungsi index() , hal seperti
ini diperbolehkan asalkan tipe dari fungsi tersebut sesuai.
Perlu diingat, setiap ada perubahan pada file .go , go run harus dipanggil lagi.
Untuk menghentikan web server, tekan CTRL+C pada terminal atau CMD,
dimana pengeksekusian aplikasi berlangsung.
<html>
<head>
<title>Go learn net/http</title>
</head>
<body>
<p>Hello {{.Name}} !</p>
<p>{{.Message}}</p>
</body>
</html>
201
A.3.A. Go Modules
Kode {{.Name}} artinya memunculkan isi data property Name yang dikirim dari
router. Kode tersebut nantinya di-replace dengan isi variabel Name .
package main
import "fmt"
import "html/template"
import "net/http"
func main() {
http.HandleFunc("/", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
var data = map[string]string{
"Name": "john wick",
"Message": "have a nice day",
}
t.Execute(w, data)
})
Jalankan, lalu buka http://localhost:8080/, maka data Nama dan Message akan
muncul di view.
Pada kode di atas, variabel data disisipkan sebagai parameter ke-2 method
Execute() . Isi dari variabel tersebut bisa diakses di-view dengan menggunakan
notasi {{.NAMA_PROPERTY}} (nama variabel sendiri tidak perlu dituliskan, langsung
nama property didalamnya).
Pada contoh di atas, statement di view {{.Name}} akan menampilkan isi dari
data.Name .
202
A.3.A. Go Modules
pemrograman web, jadi sabar dulu. Mari kita selesaikan dulu yang fundamental
sebelum masuk ke web development.
203
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
import "net/url"
func main() {
var urlString = "http://kalipare.com:80/hello?name=john wick&age=27"
var u, e = url.Parse(urlString)
if e != nil {
fmt.Println(e.Error())
return
}
Selain itu, query yang ada pada url akan otomatis diparsing juga, menjadi bentuk
map[string][]string , dengan key adalah nama elemen query, dan value array
string yang berisikan value elemen query.
204
A.3.A. Go Modules
A.50. JSON
JSON atau Javascript Object Notation adalah notasi standar yang umum
digunakan untuk komunikasi data dalam web. JSON merupakan subset dari
javascript.
Di bab ini, kita akan belajar cara untuk konverstri string yang berbentuk json
menjadi objek Go, dan sebaliknya.
Program berikut ini adalah contoh cara decoding json ke bentuk objek. Pertama
import package yang dibutuhkan, lalu siapkan struct User .
package main
import "encoding/json"
import "fmt"
Struct User ini nantinya digunakan untuk membuat variabel baru penampung
hasil decode json string. Proses decode sendiri dilakukan lewat fungsi
json.Unmarshal() , dengan json string tersebut dimasukan ke statement fungsi
tersebut.
205
A.3.A. Go Modules
func main() {
var jsonString = `{"Name": "john wick", "Age": 27}`
var jsonData = []byte(jsonString)
Fungsi unmarshal hanya menerima data json dalam bentuk []byte , maka dari
itu data json string pada kode di atas di-casting terlebih dahulu ke tipe []byte
Juga, perlu diperhatikan, argument ke-2 fungsi unmarshal harus diisi dengan
pointer dari objek yang nantinya akan menampung hasilnya.
Jika kita perhatikan lagi, pada struct User , salah satu property-nya yaitu
FullName memiliki tag json:"Name" . Tag tersebut digunakan untuk mapping
informasi json ke property yang bersangkutan.
Data json yang akan diparsing memiliki 2 property yaitu Name dan Age .
Kebetulan penulisan Age pada data json dan pada struktur struct adalah sama,
berbeda dengan Name yang tidak ada pada struct.
Dengan menambahkan tag json, maka property FullName struct akan secara
cerdas menampung data json property Name .
Pada kasus decoding data json string ke variabel objek struct, semua level
akses property struct penampung harus publik.
Tak hanya ke objek cetakan struct, target decoding data json juga bisa berupa
variabel bertipe map[string]interface{} .
206
A.3.A. Go Modules
var jsonString = `[
{"Name": "john wick", "Age": 27},
{"Name": "ethan hunt", "Age": 32}
]`
Fungsi json.Marshal digunakan untuk encoding data ke json string. Sumber data
bisa berupa variabel objek cetakan struct, map[string]interface{} , atau slice.
Pada contoh berikut, data slice struct dikonversi ke dalam bentuk json string.
Hasil konversi berupa []byte , casting terlebih dahulu ke tipe string agar bisa
ditampilkan bentuk json string-nya.
207
A.3.A. Go Modules
Output:
208
A.3.A. Go Modules
Web Service API adalah sebuah web yang menerima request dari client
dan menghasilkan response, biasa berupa JSON/XML.
package main
import "encoding/json"
import "net/http"
import "fmt"
Struct student di atas digunakan sebagai tipe elemen slice sample data,
ditampung variabel data .
Selanjutnya buat fungsi users() untuk handle endpoint /users . Didalam fungsi
tersebut ada proses deteksi jenis request lewat property r.Method() , untuk
mencari tahu apakah jenis request adalah POST atau GET atau lainnya.
209
A.3.A. Go Modules
if r.Method == "POST" {
var result, err = json.Marshal(data)
if err != nil {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusInternalServerError)
return
}
w.Write(result)
return
}
Jika request adalah POST, maka data yang di-encode ke JSON dijadikan sebagai
response.
Selebihnya, jika request tidak valid, response di set sebagai error menggunakan
fungsi http.Error() .
Siapkan juga handler untuk endpoint /user . Perbedaan endpoint ini dengan
/users di atas adalah:
210
A.3.A. Go Modules
if r.Method == "POST" {
var id = r.FormValue("id")
var result []byte
var err error
if err != nil {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusInternalServerError)
return
}
w.Write(result)
return
}
}
Method r.FormValue() digunakan untuk mengambil data form yang dikirim dari
client, pada konteks ini data yang dimaksud adalah ID .
Dengan menggunakan ID tersebut dicarilah data yang relevan. Jika ada, maka
dikembalikan sebagai response. Jika tidak ada maka error 400, Bad Request
dikembalikan dengan pesan User Not Found.
func main() {
http.HandleFunc("/users", users)
http.HandleFunc("/user", user)
Jalankan program, sekarang web server sudah live dan bisa dikonsumsi datanya.
211
A.3.A. Go Modules
212
A.3.A. Go Modules
Pastikan anda sudah mempraktekkan apa-apa yang ada pada bab sebelumnya
Bab A.51. Web Service API (JSON Data), karena web service yang telah dibuat
pada bab tersebut dipergunakan juga pada bab ini.
Sebelumnya, import package yang dibutuhkan. Dan siapkan struct student yang
nantinya akan dipakai sebagai tipe data reponse dari web API. Struk tersebut
skema nya sama dengan yang ada pada bab 51.
package main
import "fmt"
import "net/http"
import "encoding/json"
Setelah itu buat fungsi fetchUsers() . Fungsi ini bertugas melakukan request ke
http://localhost:8080/users, menerima response dari request tersebut, lalu
menampilkannya.
213
A.3.A. Go Modules
err = json.NewDecoder(response.Body).Decode(&data)
if err != nil {
return nil, err
}
return data,nil
}
1. Parameter pertama, berisikan tipe request POST atau GET atau lainnya
2. Parameter kedua, adalah URL tujuan request
3. Parameter ketiga, form data request (jika ada)
Cara eksekusi request sendiri adalah dengan memanggil method Do() pada
instance http.Client yang sudah dibuat, dengan parameter adalah instance
request-nya. Contohnya seperti pada client.Do(request) .
Data response bisa diambil lewat property Body dalam bentuk string. Gunakan
JSON Decoder untuk mengkonversinya menjadi bentuk JSON. Contohnya bisa
dilihat di kode di atas, json.NewDecoder(response.Body).Decode(&data) . Setelah itu
barulah kita bisa menampilkannya.
Perlu diketahui, data response perlu di-close setelah tidak dipakai. Caranya
seperti pada kode defer response.Body.Close() .
214
A.3.A. Go Modules
func main() {
var users, err = fetchUsers()
if err != nil {
fmt.Println("Error!", err.Error())
return
}
Ok, terakhir sebelum memulai testing, run terlebih dahulu aplikasi pada bab
sebelumya A.51. Web Service API (JSON Data) (jika belum). Kemudian start
prompt cmd/terminal baru dan jalankan program yang barusan kita buat pada bab
ini.
import "bytes"
import "net/url"
215
A.3.A. Go Modules
err = json.NewDecoder(response.Body).Decode(&data)
if err != nil {
return data, err
}
Isi fungsi di atas bisa dilihat memiliki beberapa kemiripan dengan fungsi
fetchUsers() sebelumnya.
Karena data yang akan dikirim di-encode, maka pada header perlu di set tipe
konten request-nya. Kode request.Header.Set("Content-Type", "application/x-
www-form-urlencoded .
Pada konteks HTML, HTTP Request yang di trigger dari tag <form>
Response dari endpoint /user bukanlah slice, tetapi berupa objek. Maka pada
saat decode perlu pastikan tipe variabel penampung hasil decode data response
adalah student (bukan []student ).
216
A.3.A. Go Modules
func main() {
var user1, err = fetchUser("E001")
if err != nil {
fmt.Println("Error!", err.Error())
return
}
217
A.3.A. Go Modules
A.53. SQL
Go menyediakan package database/sql berisikan generic interface untuk
keperluan interaksi dengan database sql. Package ini hanya bisa digunakan
ketika driver database engine yang dipilih juga ada.
Ada cukup banyak sql driver yang tersedia untuk Go, detailnya bisa diakses di
https://github.com/golang/go/wiki/SQLDrivers. Beberapa diantaranya:
MySql
Oracle
MS Sql Server
dan lainnya
Pada bab ini kita akan belajar bagaimana berkomunikasi dengan database
MySQL menggunakan driver Go MySQL Driver.
cd <folder-project>
go get github.com/go-sql-driver/mysql
218
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
import "database/sql"
import _ "github.com/go-sql-driver/mysql"
219
A.3.A. Go Modules
Skema connection string untuk driver mysql yang kita gunakan cukup unik,
root@tcp(127.0.0.1:3306)/db_belajar_golang . Dibawah ini merupakan skema
connection string yang bisa digunakan pada driver Go MySQL Driver. Jika anda
menggunakan driver mysql lain, skema koneksinya bisa saja berbeda tergantung
driver yang digunakan.
user:password@tcp(host:port)/dbname
user@tcp(host:port)/dbname
Di bawah ini adalah penjelasan mengenai connection string yang digunakan pada
fungsi connect() .
root@tcp(127.0.0.1:3306)/db_belajar_golang
// user => root
// password =>
// host => 127.0.0.1 atau localhost
// port => 3306
// dbname => db_belajar_golang
Setelah fungsi untuk konektivitas dengan database sudah dibuat, saatnya untuk
mempraktekan proses pembacaan data dari server database. Siapkan fungsi
sqlQuery() dengan isi adalah kode berikut.
220
A.3.A. Go Modules
func sqlQuery() {
db, err := connect()
if err != nil {
fmt.Println(err.Error())
return
}
defer db.Close()
var age = 27
rows, err := db.Query("select id, name, grade from tb_student where age = ?
if err != nil {
fmt.Println(err.Error())
return
}
defer rows.Close()
for rows.Next() {
var each = student{}
var err = rows.Scan(&each.id, &each.name, &each.grade)
if err != nil {
fmt.Println(err.Error())
return
}
Setiap kali terbuat koneksi baru, jangan lupa untuk selalu close instance
koneksinya. Bisa menggunakan keyword defer seperti pada kode di atas, defer
db.Close() .
Selanjutnya, sebuah array dengan tipe elemen struct student disiapkan dengan
nama result . Nantinya hasil query akan ditampung ke variabel tersebut.
221
A.3.A. Go Modules
Method Scan() milik sql.Rows berfungsi untuk mengambil nilai record yang
sedang diiterasi, untuk disimpan pada variabel pointer. Variabel yang digunakan
untuk menyimpan field-field record dituliskan berurutan sebagai parameter
variadic, sesuai dengan field yang di select pada query. Silakan lihat
perbandingan dibawah ini unuk lebih jelasnya.
// query
select id, name, grade ...
// scan
rows.Scan(&each.id, &each.name, &each.grade ...
Data record yang didapat kemudian di-append ke slice result , lewat statement
result = append(result, each) .
OK, sekarang tinggal panggil fungsi sqlQuery() di main , lalu jalankan program.
func main() {
sqlQuery()
}
Output:
222
A.3.A. Go Modules
func sqlQueryRow() {
var db, err = connect()
if err != nil {
fmt.Println(err.Error())
return
}
defer db.Close()
func main() {
sqlQueryRow()
}
Dari kode di atas ada statement yang dituliskan cukup unik, chain statement
boleh dituliskan dalam beberapa baris, contohnya:
err = db.
QueryRow("select name, grade from tb_student where id = ?", id).
Scan(&result.name, &result.grade)
Sekarang jalankan program. Outputnya akan muncul data record sesuai id.
223
A.3.A. Go Modules
func sqlPrepare() {
db, err := connect()
if err != nil {
fmt.Println(err.Error())
return
}
defer db.Close()
func main() {
sqlPrepare()
}
224
A.3.A. Go Modules
func sqlExec() {
db, err := connect()
if err != nil {
fmt.Println(err.Error())
return
}
defer db.Close()
func main() {
sqlExec()
}
Teknik prepared statement juga bisa digunakan pada metode ini. Berikut adalah
perbandingan eksekusi Exec() menggunakan Prepare() dan cara biasa.
sql.Open(driverName, connectionString)
225
A.3.A. Go Modules
226
A.3.A. Go Modules
Pada bab ini kita akan belajar cara berkomunikasi dengan NoSQL MongoDB
server menggunakan official driver untuk go, yaitu mongo-go-driver.
A.54.1. Persiapan
Ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum mulai masuk ke bagian coding.
cd <folder-project>
go get github.com/mongodb/mongo-go-driver
2. Pastikan sudah terinstal MongoDB di komputer anda, dan jangan lupa untuk
menjalankan daemon-nya. Jika belum, download dan install terlebih dahulu.
package main
import (
"context"
"fmt"
"log"
"time"
"go.mongodb.org/mongo-driver/mongo"
"go.mongodb.org/mongo-driver/mongo/options"
"go.mongodb.org/mongo-driver/bson"
)
Siapkan satu object context dan struct student . Rencananya satu buah
document kita buat sebagai satu buah objek student .
Perlu diketahui bahwa pada bab ini tidak dijelaskan tentang apa itu context.
Silakan merujuk ke D.2. Google API Search Dengan Timeout untuk
mempelajarinya. Menggunakan satu context background untuk semua operasi
sangat tidak dianjurkan, tapi pada bab ini kita terapkan demikian agar tidak
227
A.3.A. Go Modules
Tag bson pada property struct digunakan sebagai penentu nama field ketika
data disimpan ke dalam collection. Jika sebuah property tidak memiliki tag bson,
secara default nama field adalah sama dengan nama property hanya saja
lowercase. Untuk customize nama field, gunakan tag bson .
Pada contoh di atas, property Name ditentukan nama field mongo-nya sebagai
name , dan Grade sebagai Grade .
Selanjutnya siapkan fungsi untuk membuat satu buah mongo connection. Dari
objek connection diambil object database, kemudian dijadikan sebagai nilai balik
fungsi.
err = client.Connect(ctx)
if err != nil {
return nil, err
}
Lanjut buat fungsi yang didalamnya berisikan kode untuk insert data ke mongodb,
lalu panggil fungsi tersebut di main() .
228
A.3.A. Go Modules
func insert() {
db, err := connect()
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
fmt.Println("Insert success!")
}
func main() {
insert()
}
Sebagai contoh, pada kode di atas .InsertOne() digunakan untuk insert satu
data ke database. Perbandingannya kurang lebih seperti berikut:
// mongodb
db.getCollection("student").insertOne({ name: "Wick", Grade: 2 })
// mongo-go-driver
db.Collection("student").InsertOne(ctx, student{ name: "Wick", Grade: 2})
Dalam pencarian, sisipkan query atau filter sebagai parameter ke-dua method
.Find() .
229
A.3.A. Go Modules
func find() {
db, err := connect()
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
result := make([]student, 0)
for csr.Next(ctx) {
var row student
err := csr.Decode(&row)
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
if len(result) > 0 {
fmt.Println("Name :", result[0].Name)
fmt.Println("Grade :", result[0].Grade)
}
}
func main() {
find()
}
Query selector ditulis dalam tipe bson.M . Tipe ini sebenarnya adalah alias dari
map[string]interface{} .
Cara untuk mendapatkan semua rows hasil pencarian kursor adalah dengan
mengiterasi method .Next() dengan didalamnya method .Decode() dipanggil
untuk retrieve datanya. Setelah itu data yang sudah terampil di-append ke slice.
Selain method .Find() ada juga .FindOne() , silakan cek dokumentasi lebih
jelasnya.
// mongodb
db.getCollection("student").find({"name": "Wick"})
// mongo-go-driver
db.Collection("student").Find(ctx, bson.M{"name": "Wick"})
230
A.3.A. Go Modules
Method .Update() digunakan untuk update data (jika update hanya diinginkan
untuk berlaku pada 1 dokumen saja, maka gunakan .UpdateOne() ). Method
.Update() memerlukan 3 buah parameter dalam pemanggilannya.
func update() {
db, err := connect()
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
fmt.Println("Update success!")
}
func main() {
update()
}
Jalankan kode di atas, lalu cek lewat Mongo GUI apakah data berubah.
// mongodb
db.getCollection("student").update({"name": "Wick"}, { "$set": {"name": "Wick",
// mongo-go-driver
db.Collection("student").UpdateOne(ctx, bson.M{"name": "Wick"}, bson.M{"$set":
231
A.3.A. Go Modules
func remove() {
db, err := connect()
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
fmt.Println("Remove success!")
}
func main() {
remove()
}
Hasil dari kode di atas, 2 data yang sebelumnya sudah di-insert kini tinggal satu
saja.
// mongodb
db.getCollection("student").delete({"name": "John Wick"})
// mongo-go-driver
db.Collection("student").DeleteMany(ctx, bson.M{"name": "John Wick"})
Pipeline sendiri bisa dituliskan langsung dalam []bson.M , atau bisa tulis dalam
bentuk string dan unmarshal ke []bson.M .
232
A.3.A. Go Modules
pipeline := make([]bson.M, 0)
err = bson.UnmarshalExtJSON([]byte(strings.TrimSpace(`
[
{ "$group": {
"_id": null,
"Total": { "$sum": 1 }
} },
{ "$project": {
"Total": 1,
"_id": 0
} }
]
`)), true, &pipeline)
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
result := make([]bson.M, 0)
for csr.Next(ctx) {
var row bson.M
err := csr.Decode(&row)
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
if len(result) > 0 {
fmt.Println("Total :", result[0]["Total"])
}
233
A.3.A. Go Modules
Pada bab ini kita akan belajar mengenai testing, benchmark, dan juga testing
menggunakan testify.
A.55.1. Persiapan
Langsung saja kita praktek. Pertama siapkan terlebih dahulu sebuah struct
Kubus . Variabel object hasil struct ini nantinya kita gunakan sebagai bahan
testing.
package main
import "math"
A.55.2. Testing
File untuk keperluan testing dipisah dengan file utama, namanya harus
berakhiran _test.go , dan package-nya harus sama. Pada bab ini, file utama
adalah bab55.go , maka file testing harus bernama bab55_test.go .
Unit test di Go dituliskan dalam bentuk fungsi, yang memiliki parameter yang
bertipe *testing.T , dengan nama fungsi harus diawali kata Test (pastikan sudah
meng-import package testing sebelumnya). Lewat parameter tersebut, kita bisa
mengakses method-method untuk keperluan testing.
Pada contoh di bawah ini disiapkan 3 buah fungsi test, yang masing-masing
digunakan untuk mengecek apakah hasil kalkulasi volume, luas, dan keliling
kubus adalah benar.
234
A.3.A. Go Modules
package main
import "testing"
var (
kubus Kubus = Kubus{4}
volumeSeharusnya float64 = 64
luasSeharusnya float64 = 96
kelilingSeharusnya float64 = 48
)
if kubus.Volume() != volumeSeharusnya {
t.Errorf("SALAH! harusnya %.2f", volumeSeharusnya)
}
}
if kubus.Luas() != luasSeharusnya {
t.Errorf("SALAH! harusnya %.2f", luasSeharusnya)
}
}
if kubus.Keliling() != kelilingSeharusnya {
t.Errorf("SALAH! harusnya %.2f", kelilingSeharusnya)
}
}
Argument -v atau verbose digunakan menampilkan semua output log pada saat
pengujian.
Jalankan aplikasi seperti gambar dibawah ini, terlihat bahwa tidak ada test yang
fail.
235
A.3.A. Go Modules
OK, selanjutnya coba ubah rumus kalkulasi method Keliling() . Tujuan dari
pengubahan ini adalah untuk mengetahui bagaimana penanda fail muncul ketika
ada test yang gagal.
Method Kegunaan
Fail()
Menandakan terjadi Fail() dan proses testing fungsi
tetap diteruskan
FailNow()
Menandakan terjadi Fail() dan proses testing fungsi
dihentikan
SkipNow()
Menghentikan proses testing fungsi, dilanjutkan ke testing
fungsi setelahnya
A.55.4. Benchmark
236
A.3.A. Go Modules
Package testing selain berisikan tools untuk testing juga berisikan tools untuk
benchmarking. Cara pembuatan benchmark sendiri cukup mudah yaitu dengan
membuat fungsi yang namanya diawali dengan Benchmark dan parameternya
bertipe *testing.B .
Sebagai contoh, kita akan mengetes performa perhitungan luas kubus. Siapkan
fungsi dengan nama BenchmarkHitungLuas() dengan isi adalah kode berikut.
Arti dari 30000000 51.1 ns/op adalah, fungsi di atas di-test sebanyak 30 juta kali,
hasilnya membutuhkan waktu rata-rata 51 nano detik untuk run satu fungsi.
Package Kegunaan
Sama seperti assert, hanya saja jika terjadi fail pada saat test
require
akan menghentikan eksekusi program
Pada bab ini akan kita contohkan bagaimana penggunaan package assert.
Silakan perhatikan contoh berikut.
237
A.3.A. Go Modules
import "github.com/stretchr/testify/assert"
...
238
A.3.A. Go Modules
A.56. WaitGroup
Sebelumnya kita telah belajar banyak mengenai channel, yang fungsi utama-nya
adalah untuk sharing data antar goroutine. Selain untuk komunikasi data, channel
secara tidak langsung bisa dimanfaatkan untuk kontrol goroutine.
Go menyediakan package sync , berisi cukup banyak API untuk handle masalah
multiprocessing (goroutine), salah satunya diantaranya adalah yang kita bahas di
bab ini, yaitu sync.WaitGroup .
package main
import "sync"
import "runtime"
import "fmt"
func main() {
runtime.GOMAXPROCS(2)
var wg sync.WaitGroup
wg.Add(1)
go doPrint(&wg, data)
}
wg.Wait()
}
239
A.3.A. Go Modules
sync.WaitGroup merupakan salah satu tipe yang thread safe. Kita tidak
perlu khawatir terhadap potensi race condition karena variabel bertipe ini
aman untuk digunakan di banyak goroutine secara paralel.
240
A.3.A. Go Modules
241
A.3.A. Go Modules
A.57. Mutex
Sebelum kita membahas mengenai apa itu mutex? ada baiknya untuk
mempelajari terlebih dahulu apa itu race condition, karena kedua konsep ini
berhubungan erat satu sama lain.
Race condition adalah kondisi dimana lebih dari satu goroutine, mengakses data
yang sama pada waktu yang bersamaan (benar-benar bersamaan). Ketika hal ini
terjadi, nilai data tersebut akan menjadi kacau. Dalam concurrency
programming situasi seperti ini ini sering terjadi.
A.57.1. Persiapan
Pertama siapkan struct baru bernama counter , dengan isi satu buah property
val bertipe int . Property ini nantinya dikonsumsi dan diolah oleh banyak
goroutine.
package main
import (
"fmt"
"runtime"
"sync"
)
242
A.3.A. Go Modules
Kode di atas kita gunakan sebagai template contoh source code yang ada pada
bab ini.
Pastikan jumlah core prosesor komputer anda adalah lebih dari satu.
Karena contoh pada bab ini hanya akan berjalan sesuai harapan jika
GOMAXPROCS > 1.
func main() {
runtime.GOMAXPROCS(2)
var wg sync.WaitGroup
var meter counter
go func() {
for j := 0; j < 1000; j++ {
meter.Add(1)
}
wg.Done()
}()
}
wg.Wait()
fmt.Println(meter.Value())
}
Di akhir, wg.Wait() dipanggil, dan nilai variabel counter meter diambil lewat
meter.Value() untuk kemudian ditampilkan.
Nilai meter.val tidak genap 1000000? kenapa bisa begitu? Padahal seharusnya
tidak ada masalah dalam kode yang kita tulis di atas.
243
A.3.A. Go Modules
Inilah yang disebut dengan race condition, data yang diakses bersamaan dalam 1
waktu menjadi kacau.
Terlihat pada gambar diatas, ada pesan memberitahu terdapat kemungkinan data
race pada program yang kita jalankan.
Sekarang kita tahu bahwa program di atas menghasilkan bug, ada kemungkinan
data race didalamnya. Untuk mengatasi masalah ini ada beberapa cara yang bisa
digunakan, dan disini kita akan menggunakan sync.Mutex .
Ubah kode di atas, embed struct sync.Mutex kedalam struct counter , agar
lewat objek cetakan counter kita bisa melakukan lock dan unlock dengan
mudah. Tambahkan method Lock() dan Unlock() didalam method Add() .
Method Lock() digunakan untuk menandai bahwa semua operasi pada baris
setelah kode tersebut adalah bersifat eksklusif. Hanya ada satu buah goroutine
yang bisa melakukannya dalam satu waktu. Jika ada banyak goroutine yang
244
A.3.A. Go Modules
Pada kode di atas terdapat kode untuk increment nilai meter.val . Maka property
tersebut hanya bisa diakses oleh satu goroutine saja.
Di contoh di atas, pada saat bagian pengambilan nilai, mutex tidak dipasang,
karena kebetulan pengambilan nilai terjadi setelah semua goroutine selesai. Data
Race bisa terjadi saat pengubahan maupun pengambilan data, jadi penggunaan
mutex harus disesuaikan dengan kasus.
Pada contoh di atas, mutex diterapkan dengan cara di-embed ke objek yang
memerlukan proses lock-unlock, menjadikan variabel mutex tersebut adalah
eksklusif untuk objek tersebut saja. Cara ini merupakan cara yang dianjurkan.
Meskipun demikian, mutex tetap bisa digunakan dengan cara tanpa ditempelkan
ke objek yang memerlukan lock-unlock. Contohnya bisa dilihat dibawah ini.
func main() {
runtime.GOMAXPROCS(2)
var wg sync.WaitGroup
var mtx sync.Mutex
var meter counter
go func() {
for j := 0; j < 1000; j++ {
mtx.Lock()
meter.Add(1)
mtx.Unlock()
}
wg.Done()
}()
}
wg.Wait()
fmt.Println(meter.Value())
}
245
A.3.A. Go Modules
sync.Mutex merupakan salah satu tipe yang thread safe. Kita tidak perlu
khawatir terhadap potensi race condition karena variabel bertipe ini aman
untuk digunakan di banyak goroutine secara paralel.
246
A.3.A. Go Modules
A.58. Go Vendoring
Pada bagian ini kita akan belajar cara pemanfaatan vendoring untuk menyimpan
dependensi di lokal.
A.58.1. Penjelasan
Vendoring di Go merupakan kapabilitas untuk mengunduh semua dependency
atau 3rd party, untuk disimpan di lokal dalam folder project, dalam folder bernama
vendor .
Dengan adanya folder tersebut, maka Go tidak akan lookup 3rd party ke cache
folder, melainkan langsung mempergunakan yang ada dalam folder vendor . Jadi
tidak perlu download lagi dari internet.
Ok lanjut.
Buat folder project baru dengan nama belajar-vendor dengan isi satu file
main.go . Lalu go get library gubrak.
mkdir belajar-vendor
cd belajar-vendor
go mod init belajar-vendor
go get -u github.com/novalagung/gubrak/v2
Isi main.go dengan blok kode berikut, untuk menampilkan angka random dengan
range 10-20.
package main
import (
"fmt"
gubrak "github.com/novalagung/gubrak/v2"
)
func main() {
fmt.Println(gubrak.RandomInt(10, 20))
}
Setelah itu jalankan command go mod vendor untuk vendoring 3rd party library
yang dipergunakan, dalam contoh ini adlah gubrak.
247
A.3.A. Go Modules
Bisa dilihat, sekarang library gubrak source code-nya disimpan dalam folder
vendor . Nah ini juga akan berlaku untuk semua library lainnya yg digunakan jika
ada.
go run main.go
go build -o executable
248
A.3.A. Go Modules
Manfaat vendoring adalah pada sisi kompatibilitas dan kestabilan 3rd party. Jadi
dengan vendor, misal 3rd party yang kita gunakan di itu ada update yg sifatnya
tidak backward compatible, maka aplikasi kita tetap aman karena menggunakan
yang ada dalam folder vendor .
Jika tidak menggunakan vendoring, maka bisa saja saat go mod tidy sukses,
namun sewaktu build error, karena ada fungsi yg tidak kompatibel lagi misalnya.
249
A.3.A. Go Modules
Analoginya seperti ini: bayangkan sebuah flow proses untuk auto backup
database secara rutin, yang dimana database yang di backup ada banyak. Untuk
backup-nya sendiri kita pake program Go, bukan shell script. Mungkin secara
garis besar serangkaian tahapan proses yang akan dijalankan adalah berikut:
1. Kita perlu data list dari semua database yang harus di-backup, beserta
alamat akses dan kredensial-nya.
2. Kita jalankan proses backup, bisa secara sekuensial (setelah db1 selesai,
lanjut db2 , lanjut db3 , dst), atau secara paralel (proses backup db1 ,
db2 , db3 , dan lainnya dijalankan secara bersamaan).
3. Di masing-masing proses backup database sendiri ada beberapa proses
yang dijalankan:
Kalau diperhatikan pada kasus di atas, mungkin akan lebih bagus dari segi
performansi kalau proses backup banyak database tersebut dilakukan secara
parallel. Dan untuk ini penulis setuju.
Dan akan lebih bagus lagi, jika di masing-masing proses backup database
tersebut, proses A, B, dan C dijalankan secara konkuren. Dengan menjadikan
ketiga proses tersebut (A, B, C) sebagai proses konkuren, maka I/O akan lebih
efisien. Nantinya antara proses A, B, dan C eksekusinya akan tetap berurutan
(karena memang harus berjalan secara urut. Tidak boleh kalau misal B lebih dulu
dieksekusi kemudian A); akan tetapi, ketika goroutine yang bertanggung jawab
250
A.3.A. Go Modules
untuk eksekusi proses A selesai, kita bisa lanjut dengan eksekusi proses B (yang
memang next stage-nya proses A) plus eksekusi proses A lainnya (database lain)
secara paralel. Jadi goroutine yang handle A ini ga sampai menganggur.
1 db1 - -
2 db2 db1 -
3 db3 db1 -
1. Sequence 1: pipeline A akan melakukan proses dump dari dari db1 . Pada
waktu yang sama, pipeline B dan C menganggur.
2. Sequence 2: proses dump db1 telah selesai, maka lanjut ke next stage
yaitu proses archive data dump db1 yang dilakukan oleh pipeline B. Dan
pada waktu yang sama juga, pipeline A menjalankan proses dump db2 .
Pipeline C masih menganggur.
3. Sequence 3: pipeline A menjalankan proses dump db3 . Pada waktu yang
sama pipeline B belum menjalankan proses archiving db2 yang sudah di-
dump karena archiving db1 masih belum selesai. Pipeline C masih
menganggur.
4. Sequence 4: proses archiving db1 sudah selesai, maka lanjut ke next stage
yaitu kirim archive ke server backup yang prosesnya di-handle oleh pipeline
C. Pada saat yang sama, pipeline B mulai menjalankan archiving data dump
db2 dan pipeline A dumping db4 .
5. ... dan seterusnya.
Pada contoh ini kita asumsikan pipeline A adalah hanya satu goroutine, pipeline B
juga satu goroutine, demikian juga pipeline C. Tapi sebenarnya dalam
implementasi real world bisa saja ada banyak goroutine untuk masing-masing
pipeline (banyak goroutine untuk pipeline A, banyak goroutine untuk pipeline B,
banyak goroutine untuk pipeline C).
251
A.3.A. Go Modules
Semoga cukup jelas ya. Gpp kalau bingung, nanti kita sambil praktek juga jadi
bisa saja temen-temen mulai benar-benar pahamnya setelah praktek.
Penulis sarankan untuk benar-benar memahami setiap bagian praktek ini, karena
topik ini merupakan pembahasan yang cukup berat untuk pemula, tapi masih
dalam klasifikasi fundamental kalau di Go programming. Bingung tidak apa, nanti
bisa di-ulang-ulang, yang penting tidak sekadar copy-paste.
Untuk skenario praktek kita tidak menggunakan analogi backup database di atas
ya, karena untuk setup environment-nya butuh banyak effort. Skenario praktek
yang kita pakai adalah mencari md5 sum dari banyak file, kemudian
menggunakan hash dari content-nya sebagai nama file. Jadi file yang lama akan
di-rename dengan nama baru yaitu hash dari konten file tersebut.
Agar skenario ini bisa kita eksekusi, kita perlu siapkan dulu sebuah program
untuk generate dummy files.
Dalam file tersebut import beberapa hal dan definisikan konstanta totalFile
yang isinya jumlah file yang ingin di-generate, contentLength yang isinya
panjang karakter random yang merupakan isi dari masing-masing generated file,
dan satu buah variabel tempPath yang mengarah ke temporary folder.
package main
import (
"fmt"
"io/ioutil"
"log"
"math/rand"
"os"
"path/filepath"
"time"
)
252
A.3.A. Go Modules
Sedangkan dalam fungsi init() ada statement untuk inisialisasi nilai seed
random source, ini penting karena dibutuhkan oleh fungsi generate random string
yang juga akan kita buat.
func init() {
rand.Seed(time.Now().UnixNano())
}
func main() {
log.Println("start")
start := time.Now()
generateFiles()
duration := time.Since(start)
log.Println("done in", duration.Seconds(), "seconds")
}
b := make([]rune, length)
for i := range b {
b[i] = letters[rand.Intn(len(letters))]
}
return string(b)
}
Lalu siapkan fungsi generateFiles() -nya. isinya kurang lebih adalah generate
banyak file sejumlah totalFile . Lalu di tiap-tiap file di-isi dengan random string
dengan lebar sepanjang contentLength . Untuk nama file-nya sendiri, formatnya
adalah file-<index>.txt .
253
A.3.A. Go Modules
func generateFiles() {
os.RemoveAll(tempPath)
os.MkdirAll(tempPath, os.ModePerm)
O iya untuk logging pembuatan file saya tampilkan setiap 100 file di-generate,
agar tidak menganggu performa, karena printing output ke stdout atau
CMD/terminal itu cukup costly.
Bisa dilihat sebanyak 3000 dummy file di-generate pada folder temporary os, di
sub folder chapter-A.59-pipeline-temp .
254
A.3.A. Go Modules
Sesuai judul sub bagian, kita akan buat satu file program lagi, yang isinya kurang
lebih adalah melakukan pembacaan terhadap semua dummy file yang sudah di-
generate untuk kemudian dicari hash-nya, lalu menggunakan value hash tersebut
sebagai nama file baru masing-masing file.
Pada bagian ini kita belum masuk ke aspek konkurensi-nya ya. Sabar dulu. Saya
akan coba sampaikan dengan penjabaran yang bisa diterima oleh banyak
pembaca termasuk yang masih junior.
package main
import (
"crypto/md5"
"fmt"
"io/ioutil"
"log"
"os"
"path/filepath"
"time"
)
func main() {
log.Println("start")
start := time.Now()
proceed()
duration := time.Since(start)
log.Println("done in", duration.Seconds(), "seconds")
}
Isi dari fungsi proceed() sendiri adalah bisnis logic dari aplikasi yang akan kita
buat, yaitu membaca file, mencari md5 hash, lalu rename file.
255
A.3.A. Go Modules
func proceed() {
counterTotal := 0
counterRenamed := 0
err := filepath.Walk(tempPath, func(path string, info os.FileInfo, err erro
counterTotal++
// read file
buf, err := ioutil.ReadFile(path)
if err != nil {
return err
}
// sum it
sum := fmt.Sprintf("%x", md5.Sum(buf))
// rename file
destinationPath := filepath.Join(tempPath, fmt.Sprintf("file-%s.txt", s
err = os.Rename(path, destinationPath)
if err != nil {
return err
}
counterRenamed++
return nil
})
if err != nil {
log.Println("ERROR:", err.Error())
}
Cukup panjang isi fungsi ini, tapi isinya cukup straightforward kok.
256
A.3.A. Go Modules
Selesai dalam waktu 1,17 detik, lumayan untuk eksekusi proses sekuensial.
Ok, aplikasi sudah siap. Selanjutnya kita akan refactor aplikasi tersebut ke bentuk
konkuren menggunakan metode pipeline.
Kenapa kita pecah, karena ketiga proses tersebut bisa dijalankan barengan
secara konkuren, dalam artian misalnya ketika file1 sudah selesai dibaca,
perhitungan md5 sum nya bisa dijalankan secara barengan dengan pembacaan
file2. Begitu juga untuk proses rename-nya, misalnya, proses rename file24 bisa
dijalnkan secara konkuren bersamaan dengan proses hitung md5 sum file22 dan
bersamaan dengan proses baca file28.
file-then-rename-it-concurrently.go .
257
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"crypto/md5"
"fmt"
"io/ioutil"
"log"
"os"
"path/filepath"
"sync"
"time"
)
Kurang lebih sama seperti sebelumnya, hanya saja ada beberapa packages lain
yg di-import dan ada struct FileInfo . Struct ini digunakan sebagai metadata tiap
file. Karena nantinya proses read file, md5sum, dan rename file akan dipecah
menjadi 3 goroutine berbeda, maka perlu ada metadata untuk mempermudah
tracking file, agar nanti ketika dapat md5 sum nya tidak salah simpan, dan ketika
rename tidak salah file.
func main() {
log.Println("start")
start := time.Now()
// ...
}
258
A.3.A. Go Modules
go func() {
err := filepath.Walk(tempPath, func(path string, info os.FileInfo, err
return nil
})
if err != nil {
log.Println("ERROR:", err.Error())
}
close(chanOut)
}()
return chanOut
}
Bisa dilihat isi fungsi readFiles() . Di fungsi tersebut ada sebuah channel
bernama chanOut tipenya channel FileInfo , yang variabel channel ini langsung
dijadikan nilai balik dari fungsi readFiles() .
Di dalam fungsi readFiles() juga ada proses lain yang berjalan secara
asynchronous dan concurrent yaitu goroutine yang isinya pembacaan file. Dalam
blok kode baca file, informasi path dan konten file dibungkus dalam objek baru
dengan tipe FileInfo kemudian dikirim ke channel chanOut .
Karena proses utama dalam fungsi readFiles berada dalam goroutine, maka di
main() , ketika statement chanFileContent := readFiles() selesai dieksekusi,
bukan berarti proses pembacaan file selesai, malah mungkin baru saja dimulai.
Ini karena proses baca file dijalankan dalam goroutine di dalam fungsi
readFiles() tersebut.
Mengenai channel chanOut sendiri, akan di-close ketika dipastikan semua file
sudah dikirim datanya ke channel tersebut (silakan lihat statement
close(chanOut) di akhir goroutine).
Ok lanjut, karena disini ada channel yang digunakan sebagai media pengiriman
data ( FileInfo ), maka juga harus ada penerima data channel-nya dong. Yups.
259
A.3.A. Go Modules
func main() {
// ...
// ...
}
Fungsi getSum() isinya adalah perhitungan md5hash untuk konten yang datanya
dikirim via channel chanFileContent hasil kembalian statement readFiles() .
Fungsi getSum() ini juga mengembalikan channel. Karena kita menjalankan
getSum() tiga kali, maka akan ada 3 channel. Nah ketiga channel tersebut
nantinya kita merge ke satu channel saja via fungsi mergeChanFileInfo() .
Fungsi getSum() menerima channel dan akan secara aktif memantau dan
membaca data yang dikirim via channel tersebut hingga channel itu sendiri di-
close. Fungsi seperti ini biasa disebut dengan Fan-out function. Fungsi fan-out
digunakan untuk pendistribusian job ke banyak worker. channel chanFileContent
Nah, karena disini kita punya 3 worker yang jelasnya menghasilkan 3 buah
channel baru, kita perlu sebuah mekanisme untuk menggabung channel tersebut,
agar nanti mudah untuk dikontrol (SSoT). Disinilah peran fungsi
mergeChanFileInfo() .
260
A.3.A. Go Modules
go func() {
for fileInfo := range chanIn {
fileInfo.Sum = fmt.Sprintf("%x", md5.Sum(fileInfo.Content))
chanOut <- fileInfo
}
close(chanOut)
}()
return chanOut
}
Bisa dilihat, disitu channel inputan chanIn di-listen dan setiap ada penerimaan
data (via channel tersebut) dilanjut ke proses kalkulasi md5 hash. Hasil hash-nya
di tambahkan ke data FileInfo kemudian dikirim lagi ke channel chanOut yang
dimana channel ini merupakan nilai balik fungsi getSum() .
Ketika chanIn closed, maka bisa diasumsikan semua data sudah dikirim. Jika
memang iya dan data-data tersebut sudah diproses (pencarian md5hash-nya),
maka channel chanOut juga di-close.
wg.Add(len(chanInMany))
for _, eachChan := range chanInMany {
go func(eachChan <-chan FileInfo) {
for eachChanData := range eachChan {
chanOut <- eachChanData
}
wg.Done()
}(eachChan)
}
go func() {
wg.Wait()
close(chanOut)
}()
return chanOut
}
261
A.3.A. Go Modules
func main() {
// ...
// ...
}
Di atas bisa dilihat ada 4 buah worker untuk rename di-dispatch. Fungsi rename
ini sendiri tugasnya adalah me-rename file yang sudah kita baca isinya ke nama
baru dengan format file-<md5hash>.txt .
Tulis definisi fungsi rename() -nya. Secara garis besar semua penulisan fungsi
Fan-out pasti mirip, yang beda hanya isi bisnis logic-nya saja. Kalau dalam
getSum() isinya statement untuk kalkulasi hash, pada rename() ini isinya ya
statements untuk rename file.
go func() {
for fileInfo := range chanIn {
newPath := filepath.Join(tempPath, fmt.Sprintf("file-%s.txt", fileI
err := os.Rename(fileInfo.FilePath, newPath)
fileInfo.IsRenamed = err == nil
chanOut <- fileInfo
}
close(chanOut)
}()
return chanOut
}
262
A.3.A. Go Modules
Bisa dilihat di atas kita rename file asli yang informasi path-nya ada di
FileInfo.FilePath . Jika proses rename berhasil, maka FileInfo.IsRenamed di-
set ke true .
• Pipeline 4 / Output
Serangkaian proses yang sudah kita setup punya ketergantungan tinggi satu
sama lain, dan eksekusinya harus berurutan meskipun concurrently. Ini secara
langsung juga mempermudah kita dalam mengolah output hasil pipeline. Kita
cukup fokus ke channel hasil Fan-in yang paling terakhir, yaitu channel
chanRename .
func main() {
// ...
// print output
counterRenamed := 0
counterTotal := 0
for fileInfo := range chanRename {
if fileInfo.IsRenamed {
counterRenamed++
}
counterTotal++
}
duration := time.Since(start)
log.Println("done in", duration.Seconds(), "seconds")
}
Kita lakukan perulangan terhadap channel tersebut, lalu hitung jumlah file yang
ditemukan vs jumlah file yang berhasil di-rename. Idealnya keduanya nilainya
adalah sama, yaitu 3000 .
Ok, sekarang program sudah siap. Mari kita jalankan untuk melihat hasilnya.
263
A.3.A. Go Modules
Bisa dilihat bedanya, untuk rename 3000 file menggunakan cara sekuensial
membutuhkan waktu 1.17 detik, sedangkan dengan metode pipeline butuh
hanya 0.72 detik. Bedanya hampir 40%! dan ini hanya 3000 file saja,
bayangkan kalau jutaan file, mungkin lebih kerasa perbandingan performnya.
A.59.6. Kesimpulan
Pipeline concurrency pattern sangat bagus untuk diterapkan pada kasus yang
proses-nya bisa di-klasifikasi menjadi sub-proses kecil-kecil yang secara I/O tidak
saling tunggu (tapi secara flow harus berurutan).
Untuk banyak kasus, metode pipeline ini sangat tepat guna. Kita bisa dengan
mudah mengontrol penggunaan resource seperti CPU dengan cara menentukan
angka ideal jumlah worker untuk masing-masing pipeline, tapi untuk bagian ini
butuh test and try, karena tidak selalu banyak worker itu menghasilkan proses
yang lebih cepat. Bisa jadi karena terlalu banyak worker malah lebih lambat. Jadi
silakan lakukan testing saja, sesuaikan dengan spesifikasi CPU
laptop/komputer/server yang digunakan.
264
A.3.A. Go Modules
Pada chapter ini kita akan mempelajari concurrency pattern juga, lanjutan dari
sebelumnya. Pada versi ini kalau dilihat dari prespektif coding penerapannya
akan lebih ringkas. Tapi apakah lebih mudah dan lebih performant dibanding
penerapan pipeline sebelumnya? Jawabannya sangat tergantung dengan kasus
yang dihadapi, tergantung spesifikasi hardware-nya juga, dan mungkin juga
tergantung dengan taste dari si engineer pembuat program.
Perbedaannya sebenarnya hanya pada bagian Fan-out Fan-in nya saja. Disini
(hampir) semua pipeline isinya adalah gabungan dari Fan-out dan juga Fan-in.
Jadi kita tidak perlu report merge. Dan juga beda lainnya adalah, jumlah worker
bisa kita tentukan sesuai kebutuhan (parameterized).
sequentially.go .
265
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"fmt"
"io/ioutil"
"log"
"math/rand"
"os"
"path/filepath"
"time"
)
func init() {
rand.Seed(time.Now().UnixNano())
}
func main() {
log.Println("start")
start := time.Now()
generateFiles()
duration := time.Since(start)
log.Println("done in", duration.Seconds(), "seconds")
}
• Fungsi randomString()
b := make([]rune, length)
for i := range b {
b[i] = letters[rand.Intn(len(letters))]
}
return string(b)
}
• Fungsi generateFiles()
266
A.3.A. Go Modules
func generateFiles() {
os.RemoveAll(tempPath)
os.MkdirAll(tempPath, os.ModePerm)
Kita lanjut dulu saja. Berikut adalah output jika program di atas di-run.
267
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"fmt"
"io/ioutil"
"log"
"math/rand"
"os"
"path/filepath"
"sync"
"time"
)
Kita perlu siapkan struct baru bernama FileInfo , struct ini digunakan sebagai
skema payload data ketika dikirimkan via channel dari goroutine jobs ke goroutine
worker.
Property Index dan FileName menurut saya cukup jelas, isinya adalah
angka dan nama file. Nama file sendiri formatnya adalah file-<index>.txt .
Property WorkerIndex digunakan sebagai penanda worker mana yang akan
melakukan operasi pembuatan file tersebut.
Property Err default isinya kosong. Nantinya akan diisi dengan objek error
ketika ada error saat pembuatan file.
func init() {
rand.Seed(time.Now().UnixNano())
}
func main() {
log.Println("start")
start := time.Now()
generateFiles()
duration := time.Since(start)
log.Println("done in", duration.Seconds(), "seconds")
}
• Fungsi randomString()
268
A.3.A. Go Modules
b := make([]rune, length)
for i := range b {
b[i] = letters[rand.Intn(len(letters))]
}
return string(b)
}
• Fungsi generateFiles()
func generateFiles() {
os.RemoveAll(tempPath)
os.MkdirAll(tempPath, os.ModePerm)
269
A.3.A. Go Modules
Jadi fungsi createFiles() ini merupakan gabungan dari fungsi Fan-out dan Fan-
in (proses merge channel output dari Fan-out juga ada di dalam fungsi tersebut).
• Fungsi generateFileIndexes()
go func() {
for i := 0; i < totalFile; i++ {
chanOut <- FileInfo{
Index: i,
FileName: fmt.Sprintf("file-%d.txt", i),
}
}
close(chanOut)
}()
return chanOut
}
Setelah dipastikan semua job terkirim, kita close channel output chanOut
tersebut.
• Fungsi dispatchWorkers()
Bagian ini merupakan yang paling butuh effort untuk dipahami. Jadi fungsi
createFiles() seperti yang sudah saja jelaskan secara singkat di atas, fungsi ini
merupakan fungsi gabungan Fan-out (menerima channel output dari pipeline
sebelumnya) dan juga Fan-in (menjalankan beberapa worker untuk memproses
channel output dari pipeline sebelumnya, lalu output masing-masing worker yang
juga merupakan channel - langsung di merge jadi satu channel saja).
Mungkin lebih enak silakan tulis dulu fungsinya, lalu kita bahas satu per satu
setelahnya.
270
A.3.A. Go Modules
// allocate N of workers
wg.Add(numberOfWorkers)
go func() {
// dispatch N workers
for workerIndex := 0; workerIndex < numberOfWorkers; workerIndex++ {
go func(workerIndex int) {
// do the jobs
filePath := filepath.Join(tempPath, job.FileName)
content := randomString(contentLength)
err := ioutil.WriteFile(filePath, []byte(content), os.ModeP
// wait until `chanIn` closed and then all workers are done,
// because right after that - we need to close the `chanOut` channel.
go func() {
wg.Wait()
close(chanOut)
}()
return chanOut
}
Penjelasan:
271
A.3.A. Go Modules
7. Dispatch goroutine baru lagi untuk menunggu semua worker selesai. Jika iya,
maka kita close channel chanOut .
Semoga cukup jelas ya. Kelebihan metode ini ini salah satunya adalah kita bisa
dengan mudah menentukan jumlah workernya.
Untuk temen-temen yang bingung, mungkin fungsi ini bisa dipecah menjadi
satu fungsi Fan-out dan satu fungsi Fan-in seperti chapter sebelumnya.
Testing di awal chapter ini hasilnya butuh sekitar 19 detik untuk menyelesaikan
generate dummy files sebanyak 3000 secara sekuensial. Tapi kali ini lebih lambat,
yaitu 23 detik dan ini wajar, karena di tiap operasi kita munculkan log ke stdout
(via log.Println() ).
272
A.3.A. Go Modules
Bandingkan dengan ini, 3 detik saja! luar biasa sekali bukan beda performanya.
Dan pastinya akan lebih cepat lagi kalau kita hapus statement untuk logging ke
stdout ( log.Println() ).
Nah dari sini semoga cukup jelas ya bedanya kalau dari sisi performa. Inilah
pentingnya kenapa konkurensi di Go harus diterapkan (untuk kasus yang
memang bisa di-konkurensikan prosesnya). Tapi temen-temen juga harus hati-
hati dalam mendesain pipeline dan menentukan jumlah workernya, karena jika
tidak tepat bisa makan resources seperti CPU dan RAM cukup tinggi.
273
A.3.A. Go Modules
Disini kita akan gunakan salah satu API milik Go yang tersedia untuk cancellation,
yaitu context.Context .
274
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"fmt"
"io/ioutil"
"log"
"math/rand"
"os"
"path/filepath"
"sync"
"time"
)
func init() {
rand.Seed(time.Now().UnixNano())
}
func main() {
log.Println("start")
start := time.Now()
generateFiles()
duration := time.Since(start)
log.Println("done in", duration.Seconds(), "seconds")
}
• Fungsi randomString()
b := make([]rune, length)
for i := range b {
b[i] = letters[rand.Intn(len(letters))]
}
return string(b)
}
275
A.3.A. Go Modules
• Fungsi generateFiles()
func generateFiles() {
os.RemoveAll(tempPath)
os.MkdirAll(tempPath, os.ModePerm)
• Fungsi generateFileIndexes()
go func() {
for i := 0; i < totalFile; i++ {
chanOut <- FileInfo{
Index: i,
FileName: fmt.Sprintf("file-%d.txt", i),
}
}
close(chanOut)
}()
return chanOut
}
• Fungsi createFiles()
276
A.3.A. Go Modules
wg := new(sync.WaitGroup)
wg.Add(numberOfWorkers)
go func() {
for workerIndex := 0; workerIndex < numberOfWorkers; workerIndex++ {
go func(workerIndex int) {
for job := range chanIn {
filePath := filepath.Join(tempPath, job.FileName)
content := randomString(contentLength)
err := ioutil.WriteFile(filePath, []byte(content), os.ModeP
wg.Done()
}(workerIndex)
}
}()
go func() {
wg.Wait()
close(chanOut)
}()
return chanOut
}
277
A.3.A. Go Modules
import (
"context"
// ...
)
Pada fungsi main, lakukan sedikit perubahan. Yang sebelumnya ada statement
berikut:
generateFiles()
Ini merupakan salah satu idiomatic Go untuk cara penulisan fungsi yang
cancellable. Umumnya akan ada fungsi tanpa context dan fungsi yang ada
context-nya. Contohnya seperti berikut:
generateFiles()
generateFilesWithContext(ctx)
Dimisalkan lagi jika argument context adalah wajib pada sebuah fungsi, maka
cukup gunakan 1 fungsi saja, yang ada WithContext() -nya dihapus, tapi satu
fungsi yang ada ditambahkan context. Contohnya:
generateFiles(ctx)
Pada contoh ini kita akan siapkan dua fungsi, yang ada context-nya dan yang
tidak.
278
A.3.A. Go Modules
Jadi pada contoh yang kita tulis di atas, kurang lebih yang akan dilakukan adalah:
279
A.3.A. Go Modules
func generateFiles() {
generateFilesWithContext(context.Background())
}
go func() {
// pipeline 1: job distribution
chanFileIndex := generateFileIndexes(ctx)
select {
case <-ctx.Done():
log.Printf("generation process stopped. %s", ctx.Err())
case counterSuccess := <-done:
log.Printf("%d/%d of total files created", counterSuccess, totalFile)
}
}
280
A.3.A. Go Modules
Channel done ini kita gunakan sebagai indikator bahwa proses pipeline sudah
selesai secara keseluruhan.
Case pertama adalah ketika channel done pada context ctx menerima data.
Cara penggunaannya seperti ini <-ctx.Done() . Ketika channel done milik context
ini menerima data, berarti context telah di-cancel secara paksa. Cancel-nya bisa
karena memang context melebihi timeout yang sudah ditentukan, atau di-cancel
secara eksplisit lewat pemanggilan callback context.CancelFunc . Untuk
mengetahui alasan cancel bisa dengan cara mengakses method error milik
contex, yaitu: ctx.Err() .
Jadi pada contoh di atas, ketika context timeout atau di-cancel secara eksplisit
(via callback cancel ), maka case pertama akan terpenuhi dan message
ditampilkan.
Untuk case kedua akan terpenuhi ketika proses pipeline sudah selesai secara
keseluruhan. Bisa dilihat di akhir goroutine, disitu channel done dikirimi informasi
counterSuccess . Ketika ini terjadi maka kondisi case kedua terpenuhi, lalu
ditampilkan informasi file yang sudah sukses dibuat.
Nah jadi lewat seleksi kondisi 2 case di atas, kita bisa dengan mudah
mengidentifikasi apakah proses selesai sepenuhnya, ataukah cancelled ditengah
jalan karena timeout ataupun karena di-cancel secara eksplisit.
Selain beberapa hal yang sudah saya sampaikan, ada minor changes lainnya,
yaitu pada pemanggilan fungsi generateFileIndexes() dan createFiles()
Maka dari itu kita perlu memodifikasi, memastikan bahwa cancellation juga
diberlakukan dalam level sub proses.
281
A.3.A. Go Modules
go func() {
for i := 0; i < totalFile; i++ {
select {
case <-ctx.Done():
break
default:
chanOut <- FileInfo{
Index: i,
FileName: fmt.Sprintf("file-%d.txt", i),
}
}
}
close(chanOut)
}()
return chanOut
}
Jika ada notif cancel paksa, maka case pertama akan terpenuhi, dan
perulangan di- break .
Selebihnya, pengiriman jobs akan berlangsung seperti normalnya.
Hal yang sama (cancel di level sub prosees) juga perlu diterapkan pada
createFiles() , karena jika tidak, maka proses pembuatan file akan tetap
berjalan sesuai dengan jumlah jobs yang dikirim meskipun sudah di-cancel
secara paksa.
282
A.3.A. Go Modules
wg := new(sync.WaitGroup)
wg.Add(numberOfWorkers)
go func() {
for workerIndex := 0; workerIndex < numberOfWorkers; workerIndex++ {
go func(workerIndex int) {
for job := range chanIn {
select {
case <-ctx.Done():
break
default:
filePath := filepath.Join(tempPath, job.FileName)
content := randomString(contentLength)
err := ioutil.WriteFile(filePath, []byte(content), os.M
wg.Done()
}(workerIndex)
}
}()
go func() {
wg.Wait()
close(chanOut)
}()
return chanOut
}
283
A.3.A. Go Modules
Silakan coba modifikasi durasinya dengan nilai lebih besar, misalnya 15 detik,
lalu coba jalankan.
Bisa dilihat, di gambar di atas, jika program selesai sebelum 15 detik maka
aman.
Ke:
Lalu coba jalankan, maka hasilnya adalah tetap sama. Jika eksekusi program
melebihi context maka akan di-cancel secara paksa, selebihnya aman.
Perbedannya ada pada penerapan cancellation-nya. Pada contoh ini kita tidak
menggunakan timeout, melainkan menggunakan explicit cancel dengan
mensimulasi timeout menggunakan time.AfterFunc() .
284
A.3.A. Go Modules
285
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
import "net/http"
Setelah itu, siapkan dua buah fungsi, masing-masing fungsi memiliki skema
parameter yang sama seperti berikut.
Pada contoh ini, data yang akan kita tampilkan bertipe string, maka perlu
dilakukan casting dari string ke []byte . Contohnya bisa dilihat seperta pada
kode di atas, di bagian w.Write([]byte(message)) .
286
A.3.A. Go Modules
func main() {
http.HandleFunc("/", handlerIndex)
http.HandleFunc("/index", handlerIndex)
http.HandleFunc("/hello", handlerHello)
Dalam chapter ini kita menggunakan default mux yang sudah disediakan
oleh Go, jadi untuk parameter ke-2 cukup isi dengan nil .
Cek pada browser rute yang sudah dibuat, output akan muncul.
Berikut merupakan penjelasan detail per-bagian program yang telah kita buat dari
contoh di atas.
• Penggunaan http.HandleFunc()
Fungsi ini digunakan untuk routing, menentukan aksi dari sebuah url tertentu
ketika diakses (di sini url tersebut kita sebut sebagai rute/route). Rute dituliskan
dalam string sebagai parameter pertama, dan aksi-nya sendiri dibungkus
dalam fungsi (bisa berupa closure) yang ditempatkan pada parameter kedua (kita
sebut sebagai handler).
Ketika rute-rute tersebut diakses lewat browser, outpunya adalah isi-handler dari
rute yang bersangkutan. Kebetulan pada bab ini, ketiga rute tersebut outputnya
adalah sama, yaitu berupa string.
287
A.3.A. Go Modules
Pada contoh di atas, ketika rute yang tidak terdaftar diakses, secara
otomatis handler rute / akan terpanggil.
Output dari rute, dituliskan di dalam handler menggunakan method Write() milik
objek ResponseWriter (parameter pertama). Output bisa berupa apapun, untuk
output text tinggal lakukan casting dari tipe string ke []byte , aturan ini juga
berlaku untuk beberapa jenis output lainnya seperti html dan json, namun
response header Content-Type perlu disesuaikan.
Pada contoh program yang telah kita buat, handler Index() memunculkan text
"Welcome" , dan handler Hello() memunculkan text "Hello world!" .
Sebuah handler bisa dipergunakan pada banyak rute, bisa dilihat pada di atas
handler Index() digunakan pada rute / dan /index .
• Penggunaan http.ListenAndServe()
Fungsi ini digunakan untuk membuat web server baru. Pada contoh yang telah
dibuat, web server di-start pada port 9000 (bisa dituliskan dalam bentuk
localhost:9000 atau cukup :9000 saja).
Fungsi ini mengembalikan nilai balik ber-tipe error . Jika proses pembuatan web
server baru gagal, maka kita bisa mengetahui root-cause nya apa.
288
A.3.A. Go Modules
Kode di bagian start server yang sudah kita buat, jika diubah ke cara ini, kurang
lebih menjadi seperti berikut.
server := new(http.Server)
server.Addr = address
err := server.ListenAndServe()
if err != nil {
fmt.Println(err.Error())
}
Informasi host/port perlu dimasukan dalam property .Addr milik objek server.
Lalu dari objek tersebut panggil method .ListenAndServe() untuk start web
server.
Contoh, pada kode berikut, timeout untuk read request dan write request di ubah
menjadi 10 detik.
server.ReadTimeout = time.Second * 10
server.WriteTimeout = time.Second * 10
Ada banyak lagi property dari struct http.Server ini, yang pastinya akan dibahas
pada bab-bab selanjutnya.
289
A.3.A. Go Modules
4. Dan lainnya
Pada buku ini, kesemua cara tersebut akan dibahas, namun khusus pada bab ini
saja, hanya http.HandleFunc() yang kita pelajari.
Metode routing cara pertama dan cara kedua memiliki kesamaan yaitu
sama-sama menggunakan DefaultServeMux untuk pencocokan
rute/endpoint yang diregistrasikan. Mengenai apa itu DefaultServeMux
Penggunaan fungsi ini cukup mudah, panggil saja fungsi lalu isi dua
parameternya.
Agar lebih mudah dipahami mari langsung praktek. Siapkan file main.go dengan
package adalah main , dan import package net/http didalamnya.
package main
import "fmt"
import "net/http"
290
A.3.A. Go Modules
func main() {
handlerIndex := func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
w.Write([]byte("hello"))
}
http.HandleFunc("/", handlerIndex)
http.HandleFunc("/index", handlerIndex)
}
Selanjutnya, masih dalam fungsi main() , tambahkan rute baru /data dengan
handler adalah anonymous function.
func main() {
// ...
func main() {
// ...
Dalam routing, handler bisa berupa fungsi, closure, ataupun anonymous function;
bebas, yang terpenting adalah skema fungsi-nya sesuai dengan func
(http.ResponseWriter, *http.Request) .
291
A.3.A. Go Modules
Dalam folder assets , isi dengan file apapun, bisa gambar atau file js.
Selanjutnya masuk ke bagian routing static assets.
B.3.2. Routing
Berbeda dengan routing menggunakan http.HandleFunc() , routing static assets
lebih mudah. Silakan tulis kode berikut dalam main.go , setelahnya kita akan
bahas secara mendetail.
package main
import "fmt"
import "net/http"
func main() {
http.Handle("/static/",
http.StripPrefix("/static/",
http.FileServer(http.Dir("assets"))))
Syarat yang dibutuhkan untuk routing static assets masih sama dengan routing
handler, yaitu perlu didefiniskan rute-nya dan handler-nya. Hanya saja
pembedanya, dalam routing static assets yang digunakan adalah http.Handle() ,
bukan http.HandleFunc() .
1. Rute terpilih adalah /static/ , maka nantinya semua request yang di-awali
dengan /static/ akan diarahkan ke sini. Registrasi rute menggunakan
http.Handle() adalah berbeda dengan routing menggunakan
http.HandleFunc() , lebih jelasnya akan ada sedikit penjelasan di bab lain.
292
A.3.A. Go Modules
2. Sedang untuk handler-nya bisa di-lihat, ada pada parameter ke-2 yang isinya
statement http.StripPrefix() . Sebenarnya actual handler nya berada pada
http.FileServer() . Fungsi http.StripPrefix() hanya digunakan untuk
membungkus actual handler.
B.3.3. Penjelasan
Penjelasan akan lebih mudah dipahami jika disajikan juga contoh praktek, maka
sejenak kita coba bahas menggunakan contoh sederhana berikut.
http.Handle("/", http.FileServer(http.Dir("assets")))
Jika dilihat pada struktur folder yang sudah di-buat, di dalam folder assets
terdapat file bernama site.css . Maka dengan bentuk routing pada contoh
sederhana di atas, request ke /site.css akan diarahkan ke path ./site.css
http.Handle("/static", http.FileServer(http.Dir("assets")))
293
A.3.A. Go Modules
Terlihat bahwa rute yang didaftarkan juga akan digabung dengan path destinasi
file yang dicari, dan ini menjadikan path tidak valid. File site.css berada pada
path assets/site.css , sedangkan dari routing di atas pencarian file mengarah ke
path assets/static/site.css . Di sinilah kegunaan dari fungsi
http.StripPrefix() .
Routing static assets menjadi valid, karena file yang di-request akan cocok
dengan path folder dari file yang di request.
294
A.3.A. Go Modules
Terdapat banyak jenis template pada Go, yang akan kita pakai adalah template
HTML. Package html/template berisi banyak sekali fungsi untuk kebutuhan
rendering dan parsing file template jenis ini.
package main
import "fmt"
import "net/http"
import "html/template"
import "path"
func main() {
http.HandleFunc("/", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
// not yet implemented
})
Handler rute / akan kita isi dengan proses untuk rendering template html untuk
ditampilkan ke layar browser. Beberapa data disisipkan dalam proses rendering
template.
295
A.3.A. Go Modules
Package path berisikan banyak fungsi yang berhubungan dengan lokasi folder
atau path, yang salah satu diantaranya adalah fungsi path.Join() . Fungsi ini
digunakan untuk menggabungkan folder atau file atau keduanya menjadi sebuah
path, dengan separator relatif terhadap OS yang digunakan.
Jika dituliskan dalam bentuk map , maka key akan menjadi nama variabel
dan value menjadi nilainya
Jika dituliskan dalam bentuk variabel objek cetakan struct , nama property
akan menjadi nama variabel
Pada contoh di atas, data map yang berisikan key title dan name disisipkan
ke dalam template yang sudah di parsing.
296
A.3.A. Go Modules
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
<title>{{.title}}</title>
</head>
<body>
<p>Welcome {{.name}}</p>
</body>
</html>
B.4.4. Testing
Semua sudah siap, maka jalankan program lalu lakukan testing via browser.
body {
font-family: "Helvetica Neue";
font-weight: bold;
font-size: 24px;
color: #07c;
}
Terakhir pada fungsi main() , tambahkan router untuk handling file statis.
297
A.3.A. Go Modules
func main() {
// ...
http.Handle("/static/",
http.StripPrefix("/static/",
http.FileServer(http.Dir("assets"))))
298
A.3.A. Go Modules
Ada beberapa metode yang bisa digunakan, dari kesemuanya akan kita bahas 2
diantaranya, yaitu:
package main
import (
"net/http"
"html/template"
"fmt"
)
type M map[string]interface{}
func main() {
var tmpl, err = template.ParseGlob("views/*")
if err != nil {
panic(err.Error())
return
}
}
299
A.3.A. Go Modules
Proses parsing semua file html dalam folder views dilakukan di-awal, agar ketika
mengakses rute-tertentu-yang-menampilkan-html, tidak terjadi proses parsing
lagi.
Kedua rute tersebut sama, pembedanya adalah template yang di-render. Rute
/index me-render template bernama index , dan rute /about me-render
template bernama about .
Karena semua file html sudah diparsing di awal, maka untuk render template
tertentu cukup dengan memanggil method ExecuteTemplate() , dengan
menyisipkan 3 parameter berikut:
300
A.3.A. Go Modules
OK, sekarang waktunya untuk mulai menyiapkan template view. Ada 4 buah
template yang harus kita siapkan satu per satu.
{{define "index"}}
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
{{template "_header"}}
</head>
<body>
{{template "_message"}}
<p>Page: Index</p>
<p>Welcome {{.name}}</p>
</body>
</html>
{{end}}
Pada kode di atas terlihat bahwa ada beberapa kode yang ditulis dengan
notasinya {{ }} . Berikut adalah penjelasannya.
Template ke-2, about.html diisi dengan dengan kode yang sama seperti pada
index.html , hanya berbeda di bagian nama template dan beberapa text.
301
A.3.A. Go Modules
{{define "about"}}
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
{{template "_header"}}
</head>
<body>
{{template "_message"}}
<p>Page: About</p>
<p>Welcome {{.name}}</p>
</body>
</html>
{{end}}
{{define "_header"}}
<title>Learn Golang Template</title>
{{end}}
Nama file bisa ditulis dengan diawali karakter underscore atau _ . Pada
bab ini, nama file yang diawali _ kita asumsikan sebagai template parsial,
template yang nantinya di-include-kan ke template utama.
Definisikan juga template _message pada file _message.html dengan isi sebuah
text.
{{define "_message"}}
<p>Welcome</p>
{{end}}
Bisa dilihat pada gambar di atas, ketika rute /index dan /about di akses,
konten yang keluar adalah berbeda, sesuai dengan template yang di-render di
masing-masing rute.
302
A.3.A. Go Modules
Alternatif metode lain yang bisa digunakan, yang lebih efisien, adalah dengan
memanfaatkan fungsi template.ParseFiles() . Fungsi ini selain bisa digunakan
untuk parsing satu buah file saja (seperti yang sudah dicontohkan di bab
sebelumnya), bisa digunakan untuk parsing banyak file.
Mari kita praktekan. Ubah handler rute /index dan /about . Gunakan
template.ParseFiles() dengan isi parameter (variadic) adalah path dari file-file
html yang akan dipergunakan di masing-masing rute. Lalu hapus statement
template.ParseGlob()
303
A.3.A. Go Modules
304
A.3.A. Go Modules
Sebenarnya pada dua bab sebelumnya, secara tidak sadar kita telah
menggunakan beberapa jenis actions, diantaranya:
Pada bab ini, kita akan belajar lebih banyak lagi tentang actions lain yang
disediakan Go, juga cara pembuatan dan pemanfaatan variabel pada template
view.
B.6.1. Persiapan
Pertama-tama, siapkan sebuah file bernama main.go , lalu isi dengan kode
berikut.
package main
import "net/http"
import "fmt"
import "html/template"
Pada kode di atas, dua buah struct disiapkan, Info dan Person (yang dimana
struct Info di-embed ke dalam struct Person ). Kedua struct tersebut nantinya
akan digunakan untuk pembuatan objek, yang kemudian object tersebut
disisipkan kedalam view.
305
A.3.A. Go Modules
func main() {
http.HandleFunc("/", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
var person = Person{
Name: "Bruce Wayne",
Gender: "male",
Hobbies: []string{"Reading Books", "Traveling", "Buying things"},
Info: Info{"Wayne Enterprises", "Gotham City"},
}
Pada route handler / di atas, variabel objek person dibuat, lalu disisipkan
sebagai data pada view view.html yang sebelumya sudah diparsing.
Perlu diketahui, ketika data yang disisipkan ke view berbentuk map , maka key
(yang nantinya akan menjadi nama variabel) boleh dituliskan dalam huruf kecil.
Sedangkan jika berupa variabel objek struct , maka property harus dituliskan
public (huruf pertama kapital).
Data yang disisipkan ke view, jika tipe nya adalah struct, maka hanya
properties ber-modifier public (ditandai dengan huruf kapital di awal nama
property) yang bisa diakses dari view.
OK, bagian back end sudah selesai, sekarang saatnya lanjut ke bagian depan.
Buat file view baru bernama view.html , isi dengan kode berikut.
<html>
<head>
<title>Learning html/template Actions</title>
</head>
<body>
<table>
</table>
</body>
</html>
306
A.3.A. Go Modules
<tr>
{{/* example how to use actions */}}
<td>{{"Name"}}</td>
<td>: {{.Name}}</td>
</tr>
Untuk menampilkan tipe data lain selain string, caranya masih sama, langsung
dituliskan dalam {{ }} . Untuk menampilkan nilai variabel, caranya juga masih
sama, hanya saja perlu ditambahkan tanda titik . pada penulisannya (tanda titik
. adalah penanda bahwa variabel tersebut adalah variabel terluar; bukan
merupakan elemen array, item map, atau property struct).
Sedangkan untuk komentar, gunakan tanda {{/* */}} . Komentar tidak akan
dimunculkan dalam output.
<tr>
<td>Gender</td>
{{$gender := .Gender}}
<td style="text-transform: capitalize;">:
{{$gender}}
</td>
</tr>
B.6.4. Perulangan
Actions range digunakan untuk melakukan perulangan pada template view.
Keyword ini bisa diterapkan pada tipe data map atau array. Cara penggunaannya
sedikit berbeda dibanding penggunaan range pada Go. Silakan perhatikan contoh
berikut.
307
A.3.A. Go Modules
<tr>
<td>Hobbies</td>
<td>:
{{range $index, $elem := .Hobbies}}
{{$elem}},
{{end}}
</td>
</tr>
<tr>
<td>Affiliation</td>
<td>: {{.Info.Affiliation}}</td>
</tr>
Sedangkan untuk pengaksesan method, caranya juga sama, hanya saja tidak
perlu dituliskan tanda kurung method-nya. Buat sebuah method pada struct
Info .
<tr>
<td>Affiliation</td>
<td>: {{.Info.Affiliation}} ({{.Info.GetAffiliationDetailInfo}})</td>
</tr>
308
A.3.A. Go Modules
Sebagai contoh property Info yang merupakan variabel objek. Kita bisa
menentukan scope suatu block adalah mengikuti variabel objek tersebut.
{{with .Info}}
<tr>
<td>Address</td>
<td>: {{.Address}}</td>
</tr>
{{end}}
Pada contoh di atas, sebuah blok ditentukan scope-nya adalah Info . Maka di
dalam blok kode tersebut, untuk mengakses sub property-nya ( Address ,
Affiliation , dan GetAffiliationDetailInfo ), tidak perlu dituliskan dari objek
terluar, cukup langsung nama property-nya. Sebagai contoh .Address di atas
merujuk ke variabel .Info .
309
A.3.A. Go Modules
Untuk seleksi kondisi dengan jumlah kondisi lebih dari satu, bisa gunakan else
if .
{{if pipeline}}
a
{{else if pipeline}}
b
{{else}}
c
{{end}}
Untuk seleksi kondisi yang kondisinya adalah bersumber dari variabel bertipe
bool , maka langsung saja tulis tanpa menggunakan eq . Jika kondisi yang
diinginkan adalah kebalikan dari nilai variabel, maka gunakan ne . Contohnya
bisa dilihat pada kode berikut.
{{if .IsTrue}}
<p>true</p>
{{end}}
{{isTrue := true}}
{{if isTrue}}
<p>true</p>
{{end}}
{{if eq isTrue}}
<p>true</p>
{{end}}
{{if ne isTrue}}
<p>not true (false)</p>
{{end}}
310
A.3.A. Go Modules
B.7.1. Persiapan
Siapkan folder proyek baru, dengan isi 2 buah file: main.go dan view.html . Di
dalam file main siapkan sebuah struct berisikan 3 buah property dan 1 method.
package main
import "net/http"
import "fmt"
import "html/template"
Selanjutnya buat fungsi main() , isi dengan handler untuk rute / . Secara umum
isi dari file main.go ini mirip seperti yang ada pada bab sebelumnya.
func main() {
http.HandleFunc("/", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
var person = Superhero{
Name: "Bruce Wayne",
Alias: "Batman",
Friends: []string{"Superman", "Flash", "Green Lantern"},
}
311
A.3.A. Go Modules
<html>
<head>
<title>Learning html/template Functions</title>
</head>
<body>
</body>
</html>
<p>
{{html "<h2>Hello</h2>"}}
</p>
Bisa dilihat bahwa cara untuk menggunakan fungsi pada file template, adalah
cukup dengan menuliskan nama fungsinya dalam notasi {{namaFungsi}} . Jika
fungsi tersebut membutuhkan parameter (seperti fungsi html ), maka
parameternya dituliskan tepat setelah nama fungsi dengan pembatas spasi.
Selain fungsi html , ada juga beberapa fungsi lain yang sudah disediakan oleh
Go.
312
A.3.A. Go Modules
{{if eq true}}
benar
{{end}}
Nilai kondisi yang bertipe bool hanya bisa digunakan pada eq dan ne
saja
Pada kode di atas, nilai variabel $value akan dibandingkan dengan angka 60 ,
apakah nilainya lebih besar atau tidak.
313
A.3.A. Go Modules
Cara memanggil method yang disisipkan ke view sama dengan cara pemanggilan
fungsi, hanya saja perlu ditambahkan tanda titik . (menyesuaikan scope
variabelnya). Contohnya bisa dilihat seperti pada kode berikut.
<p>
{{.SayHello "Gotham citizen" "You are our hero!"}}
</p>
<p>
{{printf "%s because I'm %s" "You know why?" "Batman!"}}
</p>
Output:
// template view
printf "%s because I'm %s" "You know why?" "Batman!"
// go
fmt.Sprintf("%s because I'm %s", "You know why?", "Batman!")
314
A.3.A. Go Modules
Kegunaan dari fungsi len seperti yang sudah diketahui adalah untuk
menghitung jumlah elemen. Sedangkan fungsi index digunakan jika elemen
tertentu ingin diakses.
Sebagai contoh, Friends yang merupakan array, diakses elemen indeks ke-1
menggunakan index , maka caranya:
<p>
Batman have many friends. {{len .Friends}} of them are:
{{index .Friends 0}},
{{index .Friends 1}}, and
{{index .Friends 2}}
</p>
Output:
atau elseif , sebagai fungsi dengan parameter adalah nilai yang ingin
dibandingkan.
{{$cond1 := true}}
{{$cond2 := false}}
Output:
315
A.3.A. Go Modules
316
A.3.A. Go Modules
<html>
<head>
<title>Learning html/template Functions</title>
</head>
<body>
{{unescape "<!-- this is comment -->"}}
{{unescape "<h2>"}}
{{avg 8 9 8 6 7 8 8}}
{{"</h2>" | unescape}}
</body>
</html>
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari kode di atas. Pertama, terdapat dua buah
fungsi yang dipanggil beberapa kali.
Kedua fungsi tersebut adalah fungsi kustom yang akan kita buat.
Hal ke-2, terdapat 1 baris statement yang penulisannya agak unik, yaitu {{"
package main
import "net/http"
import "fmt"
import "html/template"
317
A.3.A. Go Modules
Dalam funcMap di atas, dua buah fungsi disiapkan, unescape() dan avg() .
Nantinya fungsi ini kita gunakan di view.
Setelah itu, siapkan fungsi main() dengan isi route handler untuk / . Di dalam
handler ini, view.html diparsing, kemudian disisipkan fungsi yang telah dibuat di
atas kedalamnya.
func main() {
http.HandleFunc("/", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
var tmpl = template.Must(template.New("view.html").
Funcs(funcMap).
ParseFiles("view.html"))
if err := tmpl.Execute(w, nil); err != nil {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusInternalServerError)
}
})
318
A.3.A. Go Modules
B.8.3. Test
Tes hasilnya lewat browser.
Pada Bab B.5. Template: Render Partial HTML Template kita telah belajar
mengenai fungsi template.ParseFiles() , yang fungsi tersebut juga
mengembalikan objek bertipe *template.Template .
319
A.3.A. Go Modules
{{define "index"}}
<html>
<head>
<title>Learning html/template Functions</title>
</head>
<body>
<h2>Index</h2>
</body>
</html>
{{end}}
{{define "test"}}
<html>
<head>
<title>Other Template</title>
</head>
<body>
<h2>Test</h2>
</body>
</html>
{{end}}
Pada file view di atas, terlihat terdapat 2 template didefinisikan dalam 1 file,
template index dan test . Rencananya template index akan ditampilkan
ketika rute / diakses, dan template test ketika rute /test diakses.
320
A.3.A. Go Modules
package main
import "net/http"
import "fmt"
import "html/template"
func main() {
http.HandleFunc("/", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
var tmpl = template.Must(template.New("index").ParseFiles("view.html"))
if err := tmpl.Execute(w, nil); err != nil {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusInternalServerError)
}
})
Pada kode di atas bisa dilihat, terdapat 2 rute yang masing-masing memparsing
file yang sama, tapi spesifik template yang dipilih untuk di-render berbeda.
B.9.3. Test
Lakukan tes pada program yang telah kita buat, kurang lebih hasilnya seperti
pada gambar berikut.
321
A.3.A. Go Modules
B.10.1. Praktek
Langsung saja kita praktekkan, siapkan folder projek baru beserta file main.go ,
isi dengan kode berikut.
package main
import "net/http"
import "fmt"
import "html/template"
Konstanta bernama view bertipe string disiapkan, dengan isi adalah string
html yang akan kita jadikan sebagai output nantinya.
Kemudian buat fungsi main() , isinya adalah route handler /index . Dalam
handler tersebut, string html view diparsing lalu dirender sebagai output.
Tambahkan juga rute / , yang isinya adalah me-redirect request secara paksa
ke /index menggunakan fungsi http.Redirect() .
func main() {
http.HandleFunc("/index", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
var tmpl = template.Must(template.New("main-template").Parse(view))
if err := tmpl.Execute(w, nil); err != nil {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusInternalServerError)
}
})
disiapkan. Template tersebut diisi dengan hasil parsing string html view lewat
method Parse() .
322
A.3.A. Go Modules
B.10.2. Test
Lakukan tes dan lihat hasilnya.
323
A.3.A. Go Modules
Sebuah route handler pada dasarnya bisa menerima segala jenis request, dalam
artian: apapun jenis HTTP method-nya maka akan tetap masuk ke satu handler
(seperti POST, GET, dan atau lainnya). Untuk memisah request berdasarkan
method-nya, bisa menggunakan seleksi kondisi.
Pada bab lain kita akan belajar teknik routing yg lebih advance dengan
bantuan routing library.
B.11.1. Praktek
Silakan pelajari dan praktekkan kode berikut.
package main
import "net/http"
import "fmt"
func main() {
http.HandleFunc("/", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
switch r.Method {
case "POST":
w.Write([]byte("post"))
case "GET":
w.Write([]byte("get"))
default:
http.Error(w, "", http.StatusBadRequest)
}
})
B.11.2. Test
Gunakan Postman, atau tools sejenisnya untuk mempermudah testing. Berikut
adalah contoh request dengan method GET.
324
A.3.A. Go Modules
Jika method yang digunakan adalah selain POST dan GET, maka sesuai source
code di atas, harusnya request akan menghasilkan response 400 Bad Request.
Di bawah ini adalah contoh request dengan method PUT.
325
A.3.A. Go Modules
{{define "form"}}
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
<title>Input Message</title>
</head>
<body>
<form method="post" action="/process">
<label>Name :</label>
<input type="text" placeholder="Type name here" name="name" require
<br />
<label>Message :</label>
<input type="text" placeholder="Type message here" name="message" r
<br />
<button type="submmit">Print</button>
</form>
</body>
</html>
{{end}}
Aksi dari form di atas adalah /process , yang dimana url tersebut nantinya akan
mengembalikan output berupa html hasil render template result . Silakan tulis
template result berikut dalam view.html (jadi file view ini berisi 2 buah template).
{{define "result"}}
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
<title>Show Message</title>
</head>
<body>
<h1>Hello {{.name}}</h1>
<p>{{.message}}</p>
</body>
</html>
{{end}}
326
A.3.A. Go Modules
Buat file main.go . Dalam file ini 2 buah route handler diregistrasikan.
package main
import "net/http"
import "fmt"
import "html/template"
func main() {
http.HandleFunc("/", routeIndexGet)
http.HandleFunc("/process", routeSubmitPost)
if err != nil {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusInternalServerError)
}
return
}
327
A.3.A. Go Modules
Ketika user submit ke /process , maka data-data yang ada di form input dikirim.
Method ParseForm() pada statement r.ParseForm() berguna untuk parsing form
data yang dikirim dari view, sebelum akhirnya bisa diambil data-datanya. Method
tersebut mengembalikan data error jika proses parsing gagal (kemungkinan
karena data yang dikirim ada yang tidak valid).
Selain lewat method FormValue() , pengaksesan data juga bisa dilakukan dengan
cara mengakses property Form terlebih dahulu, kemudian mengakses method
Get() . Contohnya seperti r.Form.Get("message") , yang akan menghasilkan data
inputan message . Hasil dari kedua cara di atas adalah sama.
Setelah data dari form sudah ditangkap oleh back-end, data ditampung dalam
variabel data yang bertipe map[string]string . Variabel data tersebut
kemudian disisipkan ke view, lewat statement tmpl.Execute(w, data) .
B.12.3. Test
OK, sekarang coba jalankan program yang telah kita buat, dan cek hasilnya.
328
A.3.A. Go Modules
329
A.3.A. Go Modules
Program sederhana yang akan kita buat, memiliki satu form dengan 2 inputan,
alias dan file. Data file nantinya disimpan pada folder files yang telah dibuat,
dengan nama sesuai nama file aslinya. Kecuali ketika user mengisi inputan alias,
maka nama tersebut yang akan digunakan sebagai nama file tersimpan.
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
<title>Input Message</title>
</head>
<body>
<form method="post" action="/process" enctype="multipart/form-data">
<label>The file :</label>
<input type="file" name="file" required /><br />
<label>Rename to :</label>
<input type="text" name="alias" /><br />
<button type="submmit">Submit</button>
</form>
</body>
</html>
330
A.3.A. Go Modules
Di layer back end ada cukup banyak package yang perlu di-import, seperti os,
io, path/filepath , dan lainnya. Packages tersebut kita perlukan untuk handling
file upload.
Pada fungsi main() siapkan 2 buah route handler, satu untuk landing page, dan
satunya lagi digunakan ketika proses upload selesai (sama seperti pada bab
sebelumnya).
package main
import "net/http"
import "fmt"
import "os"
import "io"
import "path/filepath"
import "html/template"
func main() {
http.HandleFunc("/", routeIndexGet)
http.HandleFunc("/process", routeSubmitPost)
if err != nil {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusInternalServerError)
}
}
// ...
}
331
A.3.A. Go Modules
alias := r.FormValue("alias")
Tahap selanjutnya adalah, menambahkan kode membuat file baru, yang nantinya
file ini akan diisi dengan isi dari file yang ter-upload. Jika inputan alias di-isi,
maka nama nilai inputan tersebut dijadikan sebagai nama file.
filename := handler.Filename
if alias != "" {
filename = fmt.Sprintf("%s%s", alias, filepath.Ext(handler.Filename))
}
w.Write([]byte("done"))
332
A.3.A. Go Modules
Fungsi filepath.Ext digunakan untuk mengambil ekstensi dari sebuah file. Pada
kode di atas, handler.Filename yang berisi nama file terupload diambil
ekstensinya, lalu digabung dengan alias yang sudah terisi.
Parameter pertama merupakan path atau lokasi dari file yang ingin di buka
Parameter kedua adalah flag mode, apakah read only, write only, atau
keduanya, atau lainnya.
os.O_WRONLY|os.O_CREATE maknanya, file yang dibuka hanya akan bisa di
tulis saja (write only konsantanya adalah os.O_WRONLY ), dan file tersebut
akan dibuat jika belum ada (konstantanya os.O_CREATE ).
Sedangkan parameter terakhir adalah permission dari file, yang digunakan
dalam pembuatan file itu sendiri.
Nantinya pada salah satu pembahasan di Bab B.16. AJAX Multiple File
Upload akan dijelaskan cara handling file upload dengan metode yang
lebih efektif dan hemat memori, yaitu menggunakan MultipartReader .
B.13.4. Testing
Jalankan program, test hasilnya lewat browser.
333
A.3.A. Go Modules
Teknik request Form Data digunakan salah satu nya pada request submit lewat
<form /> . Pada bab ini, kita tidak akan menggunakan cara submit lewat form,
melainkan menggunakan teknik AJAX (Asynchronous JavaScript And XML),
dengan payload ber-tipe JSON.
Perbedaan antara kedua jenis request tersebut adalah pada isi header Content-
Type , dan bentuk informasi dikirimkan. Secara default, request lewat <form /> ,
content type-nya adalah application/x-www-form-urlencoded . Data dikirimkan
dalam bentuk query string (key-value) seperti id=n001&nama=bruce .
334
A.3.A. Go Modules
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
<title>JSON Payload</title>
<script src="static/jquery-1.12.0.min.js"></script>
<script>
$(function () {
// javascript code here
});
</script>
</head>
<body>
<p class="message"></p>
<form id="user-form" method="post" action="/save">
<!-- html code here -->
</form>
</body>
</html>
Selanjutnya, pada tag <form /> tambahkan tabel sederhana berisikan inputan-
inputan yang diperlukan. Ada tiga buah inputan yang harus dipersiapkan, yaitu:
Name, Age, dan Gender; dan juga sebuah button untuk submit form.
<table noborder>
<tr>
<td><label>Name :</label></td>
<td>
<input required type="text" name="name" placeholder="Type name here
</td>
</tr>
<tr>
<td><label>Age :</label></td>
<td>
<input required type="number" name="age" placeholder="Set age" />
</td>
</tr>
<tr>
<td><label>Gender :</label></td>
<td>
<select name="gender" required style="width: 100%;">
<option value="">Select one</option>
<option value="male">Male</option>
<option value="female">Female</option>
</select>
</td>
</tr>
<tr>
<td colspan="2" style="text-align: right;">
<button type="submit">Save</button>
</td>
</tr>
</table>
335
A.3.A. Go Modules
$.ajax({
url: $self.attr("action"),
type: $self.attr("method"),
data: payload,
contentType: 'application/json',
}).then(function (res) {
$(".message").text(res);
}).catch(function (a) {
alert("ERROR: " + a.responseText);
});
});
Value semua inputan diambil lalu dimasukkan dalam sebuah objek lalu di stringify
(agar menjadi JSON string), untuk kemudian di jadikan sebagai payload request.
Bisa dilihat pada kode AJAX di atas, contentType nilainya adalah
application/json .
package main
import "fmt"
import "net/http"
import "html/template"
import "encoding/json"
func main() {
http.HandleFunc("/", handleIndex)
http.HandleFunc("/save", handleSave)
http.Handle("/static/",
http.StripPrefix("/static/",
http.FileServer(http.Dir("assets"))))
336
A.3.A. Go Modules
message := fmt.Sprintf(
"hello, my name is %s. I'm %d year old %s",
payload.Name,
payload.Age,
payload.Gender,
)
w.Write([]byte(message))
return
}
Isi payload didapatkan dengan cara men-decode body request ( r.Body ). Proses
decoding tidak dilakukan menggunakan json.Unmarshal() melainkan lewat json
decoder, karena akan lebih efisien untuk jenis kasus seperti ini.
B.14.5. Test
Jalankan program, test hasilnya di browser.
Gunakan fasilitas Developer Tools pada Chrome untuk melihat detail dari request.
337
A.3.A. Go Modules
338
A.3.A. Go Modules
B.15.1. Praktek
Siapkan satu buah folder proyek baru, dengan satu buah file di dalamnya
bernama main.go . Dalam file ini siapkan rute / .
package main
import "fmt"
import "net/http"
import "encoding/json"
func main() {
http.HandleFunc("/", ActionIndex)
Selanjutnya buat handler untuk rute / . Di dalam fungsi ini, data dummy ber-tipe
slice object disiapkan. Data ini akan dikonversi ke JSON lalu dijadikan nilai balik
endpoint / .
w.Header().Set("Content-Type", "application/json")
w.Write(jsonInBytes)
}
339
A.3.A. Go Modules
Untuk mengambil bentuk string dari hasil konversi JSON, cukup lakukan
casting pada data slice bytes tersebut. Contoh: string(jsonInBytes)
Karena nilai balik konversi sudah dalam bentuk bytes, maka langsung saja
panggil method Write() milik http.ResponseWriter dan sisipkan data json
sebagai argument pemanggilan method.
application/json .
B.15.2. Testing
OK, semua sudah selesai, lakukan testing.
Package json juga memiliki fungsi lain-nya yaitu json.Encoder , yang sangat
cocok digunakan untuk meng-encode data menjadi JSON dengan tujuan objek
langsung ke stream io.Reader .
w.Header().Set("Content-Type", "application/json")
err := json.NewEncoder(w).Encode(data)
if err != nil {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusInternalServerError)
return
}
340
A.3.A. Go Modules
https://github.com/novalagung/dasarpemrogramangolang-example/.../chapter-
B.15...
341
A.3.A. Go Modules
Sebelumnya pada Bab B.13. Form Upload File, pemrosesan file upload dilakukan
lewat ParseMultipartForm, sedangkan pada bab ini metode yang dipakai
berbeda, yaitu menggunakan MultipartReader.
342
A.3.A. Go Modules
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
<title>Multiple Upload</title>
<script src="static/jquery-3.3.1.min.js"></script>
<script>
$(function () {
// javascript code goes here
});
</script>
</head>
<body>
<form id="user-form" method="post" action="/upload">
<input required multiple id="upload-file" type="file" />
<br />
<button id="btn-upload" type="submit">Upload!</button>
</form>
</body>
</html>
Override event submit pada form #user-form , handler event ini berisikan
proses mulai pembentukan objek FormData dari file-file yang telah di upload,
hingga eksekusi AJAX.
$.ajax({
url: $self.attr("action"),
type: $self.attr("method"),
data: formData,
processData: false,
contentType: false,
}).then(function (res) {
alert(res);
$("#user-form").trigger("reset");
}).catch(function (a) {
alert("ERROR: " + a.responseText);
});
});
343
A.3.A. Go Modules
Konfigurasi processData juga perlu di set ke false , agar data yang akan di
kirim tidak otomatis dikonversi ke query string atau json string (tergantung
contentType ). Pada konteks ini kita memerlukan payload tetap dalam tipe
FormData .
Buka file main.go , isi dengan package yang dibutuhkan, lalu lakukan registrasi
dua rute yang dimaksud di atas, beserta satu buah rute untuk static assets.
package main
import "fmt"
import "net/http"
import "html/template"
import "path/filepath"
import "io"
import "os"
func main() {
http.HandleFunc("/", handleIndex)
http.HandleFunc("/upload", handleUpload)
http.Handle("/static/",
http.StripPrefix("/static/",
http.FileServer(http.Dir("assets"))))
Sebelumnya, pada Bab B.13. Form Upload File, metode yang digunakan untuk
handle file upload adalah menggunakan ParseMultipartForm , file diproses dalam
memori dengan alokasi tertentu, dan jika melebihi alokasi maka akan disimpan
pada temporary file.
Metode tersebut kurang tepat guna jika digunakan untuk memproses file yang
ukurannya besar (file size melebihi maxMemory ) atau jumlah file-nya sangat
banyak (memakan waktu, karena isi dari masing-masing file akan ditampung
pada file temporary sebelum benar-benar di-copy ke file tujuan).
344
A.3.A. Go Modules
basePath, _ := os.Getwd()
reader, err := r.MultipartReader()
if err != nil {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusInternalServerError)
return
}
// ...
}
Selanjutnya lakukan perulangan terhadap objek reader . Setiap file yang di-
upload diproses di masing-masing perulangan. Setelah looping berakhir. idealnya
semua file sudah terproses dengan benar.
for {
part, err := reader.NextPart()
if err == io.EOF {
break
}
345
A.3.A. Go Modules
File destinasi dipersiapkan, kemudian diisi dengan data dari stream file,
menggunakan io.Copy() .
B.16.4. Testing
Buka browser, test program yang telah dibuat. Coba lakukan pengujian dengan
beberapa buah file.
346
A.3.A. Go Modules
File yang berada di folder files adalah dummy, jadi anda bisa gunakan file
apapun dengan jumlah berapapun untuk keperluan belajar.
Pertama siapkan dahulu template nya, isi file view.html dengan kode berikut.
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
<title>Download file</title>
<script>
// javascript code goes here
</script>
</head>
<body>
<ul id="list-files"></ul>
</body>
</html>
Tag <ul /> nantinya akan berisikan list semua file yang ada dalam folder
files . Data list file didapat dari back end. Diperlukan sebuah AJAX untuk
pengambilan data tersebut.
347
A.3.A. Go Modules
Siapkan sebuah fungsi dengan nama Yo atau bisa lainnya, fungsi ini berisikan
closure renderData() , getAllListFiles() , dan method init() . Buat instance
object baru dari Yo , lalu akses method init() , tempatkan dalam event
window.onload .
function Yo() {
var self = this;
var $ul = document.getElementById("list-files");
self.init = function () {
getAllListFiles();
};
};
window.onload = function () {
new Yo().init();
};
dipanggil.
348
A.3.A. Go Modules
package main
import "fmt"
import "net/http"
import "html/template"
import "path/filepath"
import "io"
import "encoding/json"
import "os"
type M map[string]interface{}
func main() {
http.HandleFunc("/", handleIndex)
http.HandleFunc("/list-files", handleListFiles)
http.HandleFunc("/download", handleDownload)
Lalu siapkan juga route handler /list-files . Isi dari handler ini adalah
membaca semua file yang ada pada folder files untuk kemudian dikembalikan
sebagai output berupa JSON. Endpoint ini akan diakses oleh AJAX dari front end.
349
A.3.A. Go Modules
if info.IsDir() {
return nil
}
w.Header().Set("Content-Type", "application/json")
w.Write(res)
}
Fungsi filepath.Walk berguna untuk membaca isi dari sebuah direktori, apa
yang ada didalamnya (file maupun folder) akan di-loop. Dengan memanfaatkan
callback parameter kedua fungsi ini (yang bertipe filepath.WalkFunc ), kita bisa
mengamil informasi tiap item satu-per satu.
350
A.3.A. Go Modules
path := r.FormValue("path")
f, err := os.Open(path)
if f != nil {
defer f.Close()
}
if err != nil {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusInternalServerError)
return
}
menghasilkan output response berupa attachment atau file, yang kemudian akan
di-download oleh browser.
B.17.4. Testing
Jalankan program, akses rute / . List semua file dalam folder files muncul di
sana. Klik salah satu file untuk men-download-nya.
351
A.3.A. Go Modules
Informasi username dan password tidak serta merta disisipkan dalam header,
informasi tersebut harus di-encode terlebih dahulu ke dalam format yg sudah
ditentukan sesuai spesifikasi, sebelum dimasukan ke header.
// Request header
Authorization: Basic c29tZXVzZXJuYW1lOnNvbWVwYXNzd29yZA==
Informasi disisipkan dalam request header dengan key Authorization , dan value
adalah Basic spasi hasil enkripsi dari data username dan password. Data
username dan password digabung dengan separator tanda titik dua ( : ), lalu di-
encode dalam format encoding Base 64.
Golang menyediakan fungsi untuk meng-handle request basic auth dengan cukup
mudah, jadi tidak perlu untuk memparsing header request terlebih dahulu untuk
mendapatkan informasi username dan password.
Data siswa sendiri merupakan slice object yang disimpan di variabel global.
OK, langsung saja kita praktekan. Siapkan 3 buah file berikut, tempatkan dalam
satu folder proyek.
352
A.3.A. Go Modules
B.18.2. Routing
Buka main.go , isi dengan kode berikut.
package main
import "net/http"
import "fmt"
import "encoding/json"
func main() {
http.HandleFunc("/student", ActionStudent)
server := new(http.Server)
server.Addr = ":9000"
if id := r.URL.Query().Get("id"); id != "" {
OutputJSON(w, SelectStudent(id))
return
}
OutputJSON(w, GetStudents())
}
Setelah request lolos dari 2 validasi di atas, kita cek lagi apakah request ini
memiliki parameter student id.
Ketika tidak ada parameter student id, maka endpoint ini mengembalikan
semua data user yang ada, lewat pemanggilan fungsi GetStudents() .
Sedangkan jika ada parameter student id, maka hanya user dengan id yg
diinginkan yg dijadikan nilai balik, lewat fungsi SelectStudent(id) .
353
A.3.A. Go Modules
w.Header().Set("Content-Type", "application/json")
w.Write(res)
}
Konversi dari objek atau slice ke JSON string bisa dilakukan dengan
memanfaatkan json.Marshal . Untuk lebih jelasnya silakan baca lagi Bab A.50.
JSON.
Buka file student.go , siapkan struct Student dan variabel untuk menampung
data yang bertipe []Student . Data inilah yang dijadikan nilai balik di endpoint
yang sudah dibuat.
package main
Buat fungsi GetStudents() , fungsi ini mengembalikan semua data student. Dan
buat juga fungsi SelectStudent(id) , fungsi ini mengembalikan data student
sesuai dengan id terpilih.
return nil
}
Last but not least, implementasikan fungsi init() , buat beberapa dummy data
untuk ditampung pada variabel students .
354
A.3.A. Go Modules
func init() {
students = append(students, &Student{Id: "s001", Name: "bourne", Grade: 2})
students = append(students, &Student{Id: "s002", Name: "ethan", Grade: 2})
students = append(students, &Student{Id: "s003", Name: "wick", Grade: 3})
}
• Fungsi Auth()
package main
import "net/http"
return true
}
Tugas fungsi Auth() adalah memvalidasi apakah request merupakan valid basic
auth request, dan juga apakah credentials yang dikirim cocok dengan data pada
aplikasi kita. Informasi acuan credentials sendiri di hardcode pada konstanta
USERNAME dan PASSWORD .
1. Username
2. Password
3. Nilai balik ke-3 ini adalah representasi valid tidak nya basic auth request
yang sedang berlangsung
Jika basic auth request tidak valid, maka tampilkan pesan error sebagai nilai
balik. Sedangkan jika basic auth adalah valid, maka dilanjutkan ke proses
otentikasi, mengecek apakah username dan password yang dikirim cocok dengan
355
A.3.A. Go Modules
• Fungsi AllowOnlyGET()
Fungsi ini bertugas untuk memastikan bahwa request yang diperbolehkan hanya
yang ber-method GET . Selainnya, maka akan dianggap invalid request.
return true
}
B.18.5. Testing
Semuanya sudah siap, jalankan aplikasi.
go run *.go
terdapat beberapa file lain yang harus di-ikut-sertakan pada saat runtime.
356
A.3.A. Go Modules
Di bab sebelumnya, kalau dilihat, ada beberapa proses yang dijalankan dalam
handler rute /student , yaitu pengecekan otentikasi dan pengecekan method.
Misalnya terdapat rute lagi, maka dua validasi tersebut juga harus dipanggil lagi
dalam handlernya.
// ...
}
Jika ada banyak rute, apa yang harus kita lakukan? salah satu solusi yang bisa
digunakan adalah dengan memanggil fungsi Auth() dan AllowOnlyGet() di
semua handler rute yang ada. Namun jelasnya ini bukan best practice. Dan juga
belum tentu di tiap rute hanya ada dua validasi ini, bisa saja ada lebih banyak
proses, misalnya pengecekan csrf, authorization, dan lainnya.
*Request) .
Di Go sendiri objek utama untuk keperluan routing yaitu mux atau multiplexer,
adalah mengimplementasikan interface http.Handler ini.
357
A.3.A. Go Modules
B.19.2. Persiapan
OK, mari kita praktekan. Pertama duplikat folder projek sebelumnya sebagai
folder proyek baru. Lalu pada main.go , ubah isi fungsi ActionStudent dan
main .
Fungsi ActionStudent()
OutputJSON(w, GetStudents())
}
Fungsi main()
func main() {
mux := http.DefaultServeMux
mux.HandleFunc("/student", ActionStudent)
server := new(http.Server)
server.Addr = ":9000"
server.Handler = handler
358
A.3.A. Go Modules
http.HandleFunc("/student", ActionStudent)
// vs
mux := http.DefaultServeMux
mux.HandleFunc("/student", ActionStudent)
Kembali ke pembahasan source code. Di kode setelah routing, bisa dilihat objek
mux ditampung ke variabel baru bertipe http.Handler . Seperti ini adalah valid
karena memang struct multiplexer memenuhi kriteria interface http.Handler ,
yaitu memiliki method ServeHTTP() .
Silakan lihat source code beberapa library middleware yang sudah terkenal
seperti gorilla, gin-contrib, echo middleware, dan lainnya; kesemuanya
metode implementasi middleware-nya adalah sama, atau paling tidak mirip.
Point plus nya, beberapa diantara library tersebut mudah diintegrasikan
dan compatible satu sama lain.
Kedua middleware yang akan kita buat tersebut mengembalikan fungsi bertipe
http.Handler . Eksekusi middleware sendiri terjadi pada saat ada http request
masuk.
server := new(http.Server)
server.Addr = ":9000"
server.Handler = handler
359
A.3.A. Go Modules
Di dalam middleware.go ubah fungsi Auth() (hasil salinan projek pada bab
sebelumnya) menjadi fungsi MiddlewareAuth() . Parameternya objek bertipe
http.Handler , dan nilai baliknya juga sama.
next.ServeHTTP(w, r)
})
}
Isi dari MiddlewareAuth() sendiri adalah pengecekan basic auth, sama seperti
pada bab sebelumnya.
next.ServeHTTP(w, r)
})
}
B.19.4. Testing
Jalankan aplikasi.
Lalu test menggunakan curl , hasilnya adalah sama dengan pada bab
sebelumnya.
360
A.3.A. Go Modules
Dibanding metode pada bab sebelumnya, dengan teknik ini kita bisa sangat
mudah mengontrol lalu lintas routing aplikasi, karena semua rute pasti melewati
middleware terlebih dahulu sebelum sampai ke tujuan. Cukup maksimalkan
middleware tersebut tanpa menggangu fungsi callback masing-masing rute.
361
A.3.A. Go Modules
Namun pembuatan mux baru tidaklah cukup, karena naturally mux baru tersebut
tidak akan ada beda dengan default mux. Oleh karena itu agar lebih berguna, kita
akan buat tipe mux baru, meng-embed http.ServeMux kedalamnya, lalu
membuat beberapa hal dalam struct tersebut.
OK, langsung saja kita praktekan. Ubah isi fungsi main menjadi seperti berikut.
mux := new(CustomMux)
mux.HandleFunc("/student", ActionStudent)
mux.RegisterMiddleware(MiddlewareAuth)
mux.RegisterMiddleware(MiddlewareAllowOnlyGet)
server := new(http.Server)
server.Addr = ":9000"
server.Handler = mux
Objek mux dicetak dari struct CustomMux yang jelasnya akan di buat. Struct ini di
dalamnya meng-embed http.ServeMux .
362
A.3.A. Go Modules
Lalu buat method ServeHTTP . Method ini diperlukan dalam custom mux agar
memenuhi kriteria interface http.Handler .
current.ServeHTTP(w, r)
}
Method ServeHTTP() milik mux adalah method yang pasti dipanggil pada web
server, di setiap request yang masuk.
Dengan perubahan di atas, setiap kali ada request masuk pasti akan melewati
middleware-middleware terlebih dahulu secara berurutan. Jika lolos middleware
ke-1, lanjut ke-2; jika lolos middleware ke-2, lanjut ke-3; dan seterusnya.
B.20.2. Testing
Jalankan aplikasi.
Lalu test menggunakan curl , hasilnya adalah sama dengan pada bab
sebelumnya.
363
A.3.A. Go Modules
Cookie merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan aplikasi web.
Sangat sering kita membutuhkan sebuah data bisa disimpan dan diakses untuk
keperluan aplikasi web kita, seperti pengecekan preferensi pengunjung,
pengecekan status login tidak nya user.
Pada bab ini kita akan belajar bagaimana cara membuat dan mengakses cookie
di Go.
B.21.1. Praktek
Buat sebuah folder proyek, siapkan satu buah file main.go . Buat fungsi main() ,
registrasikan dua buah rute.
package main
import (
"fmt"
gubrak "github.com/novalagung/gubrak/v2"
"net/http"
"time"
)
type M map[string]interface{}
func main() {
http.HandleFunc("/", ActionIndex)
http.HandleFunc("/delete", ActionDelete)
Rute / bertugas untuk membuat cookie baru (jika belum ada atau cookie
sudah ada namun expired).
Rute /delete mempunyai tugas untuk menghapus cookie, lalu redirect ke
/ sehingga cookie baru akan dibuat
OK, sekarang buat fungsi handler ActionIndex() . Di dalam fungsi ini, data
berupa random string disimpan dalam cookie.
364
A.3.A. Go Modules
c := &http.Cookie{}
if c.Value == "" {
c = &http.Cookie{}
c.Name = cookieName
c.Value = gubrak.RandomString(32)
c.Expires = time.Now().Add(5 * time.Minute)
http.SetCookie(w, c)
}
w.Write([]byte(c.Value))
}
Cookie bisa dikases lewat method .Cookie() milik objek *http.Request . Method
ini mengembalikan 2 informasi:
Objek cookie
Error, jika ada
Pada kode di atas, ketika storedCookie nilainya bukanlah nil (berarti cookie
dengan nama cookieName sudah dibuat), maka objek cookie tersebut disimpan
dalam c .
Pembuatan cookie cukup mudah, tinggal cetak saja objek baru dari struct
http.Cookie .
Jika c.Value adalah kosong, kita asumsikan bahwa cookie belum pernah dibuat
(atau expired), maka kita buat cookie baru dengan data adalah random string.
Cookie bisa expired. Lama cookie aktif ditentukan lewat property Expires . Pada
kode di atas expiration duration kita set selama 5 menit.
365
A.3.A. Go Modules
Cara menghapus cookie adalah dengan menge-set ulang cookie dengan nama
yang sama, dengan isi property Expires = time.Unix(0, 0) dan MaxAge = -1 .
Tujuannya agar cookie expired.
B.21.2. Testing
Jalankan aplikasi, lalu akses / . Sebuah random string akan muncul di layar, dan
jika kita cek pada bagian response header, informasi cookie nya juga tampil.
Coba refresh page beberapa kali, informasi header cookie dan data yang muncul
adalah tetap sama. Karena ketika cookie sudah pernah dibuat, maka seterusnya
endpoint ini akan menggunakan data cookie yang sudah tersimpan tersebut.
366
A.3.A. Go Modules
367
A.3.A. Go Modules
Pada bab ini, kita akan belajar cara membuat config file modular.
Semua konfigurasi perlu dituliskan dalam file ini. Desain struktur JSON nya untuk
bisa mudah dipahami. Tulis data berikut di file tersebut.
{
"server": {
"port": 9000,
"read_timeout": 5,
"write_timeout": 5
},
"log": {
"verbose": true
}
}
368
A.3.A. Go Modules
Pada file config.go , nantinya kita akan buat sebuah fungsi, isinya
mengembalikan objek cetakan struct representasi dari config.json .
package conf
import (
"encoding/json"
"io/ioutil"
"os"
"path/filepath"
"time"
)
Log struct {
Verbose bool `json:"verbose"`
} `json:"log"`
}
Bisa dilihat pada kode di atas, struct bernama _Configuration dibuat. Struct ini
berisikan banyak property yang strukturnya sama persis dengan isi file
config.json . Dengan desain seperti ini, akan sangat memudahkan developer
dalam pengaksesan konfigurasi.
Dari struct tersebut tercetak private objek bernama shared . Variabel inilah yang
nantinya akan dikembalikan lewat fungsi yang akan kita buat.
Selanjutnya, isi init() dengan beberapa proses: membaca file json, lalu di
decode ke object shared .
Dengan menuliskan proses barusan ke fungsi init() , pada saat package conf
ini di import ke package lain maka file config.json akan otomatis di parsing. Dan
dengan menambahkan sedikit validasi, parsing hanya akan terjadi sekali di awal.
369
A.3.A. Go Modules
func init() {
if shared != nil {
return
}
shared = new(_Configuration)
err = json.Unmarshal(bts, &shared)
if err != nil {
panic(err)
return
}
}
package main
import (
"chapter-B.22/conf"
"fmt"
"log"
"net/http"
"time"
)
c.ServeMux.ServeHTTP(w, r)
}
370
A.3.A. Go Modules
Bisa dilihat dalam method ServeHTTP() di atas, ada pengecekan salah satu
konfigurasi, yaitu Log.Verbose . Cara pengaksesannya cukup mudah, yaitu lewat
fungsi Configuration() milik package conf yang telah di-import.
OK, kembali lagi ke contoh, dari mux di atas, buat object baru bernama router ,
lalu lakukan registrasi beberapa rute.
func main() {
router := new(CustomMux)
router.HandleFunc("/", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
w.Write([]byte("Hello World!"))
})
router.HandleFunc("/howareyou", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request
w.Write([]byte("How are you?"))
})
// ...
}
Selanjutnya, kita akan start web server untuk serve mux di atas. Masih di dalam
main.go , tambahkan kode berikut.
server := new(http.Server)
server.Handler = router
server.ReadTimeout = conf.Configuration().Server.ReadTimeout * time.Second
server.WriteTimeout = conf.Configuration().Server.WriteTimeout * time.Second
server.Addr = fmt.Sprintf(":%d", conf.Configuration().Server.Port)
if conf.Configuration().Log.Verbose {
log.Printf("Starting server at %s \n", server.Addr)
}
err := server.ListenAndServe()
if err != nil {
panic(err)
}
Objek baru bernama server telah dibuat dari struct http.Server . Untuk start
server cukup panggil method ListenAndServe() milik objek tersebut.
Pada kode di atas bisa kita lihat, ada 4 buah properti milik server di-isi.
server.Handler . Properti ini wajib di isi dengan cusom mux yang dibuat.
server.ReadTimeout . Adalah timeout ketika memproses sebuah request. Kita
isi dengan nilai dari configurasi.
server.WriteTimeout . Adalah timeout ketika memproses response.
server.Addr . Port yang digunakan web server pada saat start.
Terakhir jalankan aplikasi, akses dua buah endpoint yang sudah dibuat, lalu coba
cek di console.
371
A.3.A. Go Modules
Contohnya pada beberapa kasus, seperti di AWS, database server yang di-setup
secara automated akan meng-generate connection string yang host-nya bisa
berganti-ganti tiap start-up, dan tidak hanya itu, bisa saja username, password
dan lainnya juga tidak statis.
Dengan ini akan sangat susah jika kita harus cari terlebih dahulu value
konfigurasi tersebut untuk kemudian dituliskan ke file. Memakan waktu dan
kurang baik dari banyak sisi.
• Tidak terpusat
Dalam pengembangan aplikasi, banyak konfigurasi yang nilai-nya akan didapat
lewat jalan lain, seperti environment variables atau command arguments.
Akan lebih mudah jika hanya ada satu sumber konfigurasi saja untuk dijadikan
acuan.
372
A.3.A. Go Modules
• Solusi
Kita akan membahas solusi dari beberapa masalah di atas pada chapter terpisah,
yaitu ketika masuk ke C.8.
373
A.3.A. Go Modules
Berbeda dengan handler di back end-nya, by default request yang sudah di-
cancel oleh client tidak terdeteksi (proses di back end akan tetap lanjut).
Umumnya tidak ada masalah mengenai ini, tapi ada kalanya kita perlu men-treat
cancelled request dengan baik untuk keperluan lain (logging, atau lainnya).
Bab ini fokus terhadap cancellation pada client http request. Untuk
cancellation pada proses konkuren silakan merujuk ke A.61. Concurrency
Pattern: Context Cancellation Pipeline.
B.32.1. Praktek
Dari objek *http.Request bisa diambil objek context lewat method .Context() ,
dan dari context tersebut kita bisa mendeteksi apakah sebuah request di-cancel
atau tidak oleh client.
Pada bab ini kita tidak membahas secara rinci apa itu context. Silakan
langsung merujuk ke Bab D.2. Google API Search Dengan Timeout untuk
lebih detailnya.
Object context memiliki method .Done() yang nilai baliknya berupa channel. Dari
channel tersebut kita bisa deteksi apakah request di-cancel atau tidak, caranya
dengan cara mengecek apakah ada data yang terkirim lewat channel tersebut,
jika ada maka lakukan pengecekan pada error message-nya, jika ada keterangan
"cancelled" maka diasumsikan request tersebut dibatalkan.
374
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"log"
"net/http"
"strings"
"time"
)
func main() {
http.HandleFunc("/", handleIndex)
http.ListenAndServe(":8080", nil)
}
Cara ke-1: bisa dengan menaruh proses utama di dalam gorutine tersebut,
dan menaruh kode untuk deteksi di luar (di dalam handler-nya).
Cara ke-2: Atau sebaliknya. Menaruh proses utama di dalam handler, dan
menempatkan deteksi cancelled request dalam goroutine baru.
Pada contoh berikut, kita gunakan cara pertama. Tulis kode berikut dalam
handler.
select {
case <-r.Context().Done():
if err := r.Context().Err(); err != nil {
if strings.Contains(strings.ToLower(err.Error()), "canceled") {
log.Println("request canceled")
} else {
log.Println("unknown error occured.", err.Error())
}
}
case <-done:
log.Println("done")
}
Pada kode di atas terlihat, proses utama dibungkus dalam goroutine. Ketika
selesai, sebuah data dikirimkan ke channel done .
375
A.3.A. Go Modules
Pada gambar di atas terdapat dua request, yg pertama sukses dan yang kedua
adalah cancelled. Pesan request cancelled muncul ketika client http request
dibatalkan.
go func() {
// do the process here
// simulate a long-time request by putting 10 seconds sleep
time.Sleep(10 * time.Second)
376
A.3.A. Go Modules
377
A.3.A. Go Modules
Mulai bab C1 hingga C6 kita akan mempelajari banyak aspek dalam framework
Echo dan mengkombinasikannya dengan beberapa library lain.
Salah satu dependensi yang ada didalamnya adalah router, dan pada bab ini kita
akan mempelajarinya.
Dari banyak routing library yang sudah penulis gunakan, hampir kesemuanya
mempunyai kemiripan dalam hal penggunaannya, cukup panggil fungsi/method
yang dipilih (biasanya namanya sama dengan HTTP Method), lalu sisipkan rute
pada parameter pertama dan handler pada parameter kedua.
r := echo.New()
r.GET("/", handler)
r.Start(":9000")
Sebuah objek router r dicetak lewat echo.New() . Lalu lewat objek router
tersebut, dilakukan registrasi rute untuk / dengan method GET dan handler
adalah closure handler . Terakhir, dari objek router di-start-lah sebuah web
server pada port 9000.
Echo router mengadopsi konsep radix tree, membuat performa lookup nya
begitu cepat. Tak juga itu, pemanfaatan sync pool membuat penggunaan
memory lebih hemat, dan aman dari GC overhead.
C.1.2. Praktek
Mari kita pelajari lebih lanjut dengan praktek langsung. Buat folder proyek baru,
buat main.go , isi dengan kode berikut, kemudian jalankan aplikasi.
378
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"fmt"
"github.com/labstack/echo"
"net/http"
"strings"
)
type M map[string]interface{}
func main() {
r := echo.New()
r.Start(":9000")
}
Handler dari method routing milik echo membutuhkan satu argument saja,
dengan tipe adalah echo.Context . Dari argumen tersebut objek
http.ResponseWriter dan http.Request bisa di-akses. Namun kedua objek
tersebut akan jarang kita gunakan karena echo.Context memiliki banyak method
yang beberapa tugasnya sudah meng-cover operasi umum yang biasanya kita
lakukan lewat objek request dan response, diantara seperti:
Render output (dalam bentuk html, plain text, json, atau lainnya).
Parsing request data (json payload, form data, query string).
URL Redirection.
... dan lainnya.
Salah satu alasan lain kenapa penulis memilih framework ini, adalah karena
desain route-handler-nya menarik. Dalam handler cukup kembalikan objek error
ketika memang ada kesalahan terjadi, sedangkan jika tidak ada error maka
kembalikan nilai nil .
379
A.3.A. Go Modules
Ketika terjadi error pada saat mengakses endpoint, idealnya HTTP Status error
dikembalikan sesuai dengan jenis errornya. Tapi terkadang juga ada kebutuhan
dalam kondisi tertentu http.StatusOK atau status 200 dikembalikan dengan
disisipi informasi error dalam response body-nya. Kasus sejenis ini menjadikan
standar error reporting menjadi kurang bagus. Pada konteks ini echo unggul
menurut penulis, karena default-nya semua error dikembalikan sebagai response
dalam bentuk yang sama.
• Method .String()
Digunakan untuk render plain text sebagai output (isi response header Content-
Type adalah text/plain ). Method ini tugasnya sama dengan method .Write()
• Method .HTML()
Digunakan untuk render html sebagai output. Isi response header Content-Type
adalah text/html .
• Method .Redirect()
• Method .JSON()
Digunakan untuk render data JSON sebagai output. Isi response header
Content-Type adalah application/json .
380
A.3.A. Go Modules
Bisa dilihat, terdapat :name pada pendeklarasian rute. Nantinya url apapun yang
ditulis sesuai skema di-atas akan bisa diambil path parameter-nya. Misalkan
/page2/halo maka ctx.Param("name") mengembalikan string halo .
381
A.3.A. Go Modules
data := fmt.Sprintf("Hello %s, I have message for you: %s", name, message)
data := fmt.Sprintf(
"Hello %s, I have message for you: %s",
name,
strings.Replace(message, "/", "", 1),
)
Pada bab selanjutnya kita akan belajar teknik parsing request data yang lebih
advance.
382
A.3.A. Go Modules
func main() {
r := echo.New()
r.GET("/index", echo.WrapHandler(http.HandlerFunc(ActionIndex)))
r.GET("/home", echo.WrapHandler(ActionHome))
r.GET("/about", ActionAbout)
r.Start(":9000")
}
Buat sub folder dengan nama assets dalam folder projek. Dalam folder tersebut
buat sebuah file layout.js , isinya bebas.
Pada main.go tambahkan routing static yang mengarah ke path folder assets .
r.Static("/static", "assets")
383
A.3.A. Go Modules
384
A.3.A. Go Modules
Payload dalam HTTP request bisa dikirimkan dalam berbagai bentuk. Kita akan
mempelajari cara untuk handle 4 jenis payload berikut.
Form Data
JSON Payload
XML Payload
Query String
Secara tidak sadar, kita sudah sering menggunakan jenis payload form data.
Contohnya pada html form, ketika event submit di-trigger, data dikirim ke destinasi
dalam bentuk form data. Indikatornya adalah data tersebut ditampung dalam
request body, dan isi request header Content-Type adalah application/x-www-
JSON payload dan XML payload sebenarnya sama dengan Form Data,
pembedanya adalah header Content-Type masing-masing request. Untuk JSON
payload isi header tersebut adalah application/json , sedang untuk XML
payload adalah application/xml .
Sedang jenis request query string adalah yang paling berbeda. Data tidak
disisipkan dalam request body, melainkan pada url nya dalam bentuk key-value.
Mari kita langsung praktekan, buat satu folder projek baru, buat main.go . Buat
struct User , nantinya digunakan untuk menampung data payload yang dikirim.
385
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"fmt"
"github.com/labstack/echo"
"net/http"
)
func main() {
r := echo.New()
// routes here
return c.JSON(http.StatusOK, u)
})
C.2.2 Testing
Jalankan aplikasi, lakukan testing. Bisa gunakan curl ataupun API testing tools
sejenis postman atau lainnya.
Di bawah ini shortcut untuk melakukan request menggunakan curl pada 4 jenis
payload yang kita telah bahas. Response dari kesemua request adalah sama,
menandakan bahwa data yang dikirim berhasil ditampung.
• Form Data
386
A.3.A. Go Modules
• JSON Payload
• XML Payload
• Query String
387
A.3.A. Go Modules
Langsung saja kita praktekan, buat folder projek baru dengan isi file main.go ,
lalu tulis kode berikut kedalamnya.
package main
import (
"github.com/labstack/echo"
"github.com/go-playground/validator/v10"
"net/http"
)
Struct User memiliki 3 field, berisikan aturan/rule validasi, yang berbeda satu
sama lain (bisa dilihat pada tag validate ). Kita bahas validasi per-field agar
lebih mudah untuk dipahami.
Kurang lebih berikut adalah penjelasan singkat mengenai beberapa rule yang kita
gunakan di atas.
Jika sebuah field membutuhkan dua atau lebih rule, maka tulis kesemuanya
dengan delimiter tanda koma ( , ).
388
A.3.A. Go Modules
OK, selanjutnya buat struct baru CustomValidator dengan isi sebuah property
bertipe *validator.Validate dan satu buah method ber-skema
Validate(interface{})error . Objek cetakan struct ini akan kita gunakan sebagai
pengganti default validator milik echo.
func main() {
e := echo.New()
e.Validator = &CustomValidator{validator: validator.New()}
// routes here
e.Logger.Fatal(e.Start(":9000"))
}
Siapkan sebuah endpoint untuk keperluan testing. Dalam endpoint ini method
Validate milik CustomValidator dipanggil.
389
A.3.A. Go Modules
Bisa dilihat pada gambar di atas, ada beberapa request yang mengembalikan
error.
Field Age tidak harus di-isi; namun jika ada isinya, maka harus berupa
numerik dalam kisaran angka 0 hingga 80.
Dari testing di atas bisa kita simpulkan bahwa fungsi validasi berjalan sesuai
harapan. Namun masih ada yang kurang, ketika ada yang tidak valid, error yang
dikembalikan selalu sama, yaitu message Internal server error .
Sebenarnya error 500 ini sudah sesuai jika muncul pada page yang sifatnya
menampilkan konten. Pengguna tidak perlu tau secara mendetail mengenai detail
error yang sedang terjadi. Mungkin dibuat saja halaman custom error agar lebih
menarik.
Tapi untuk web service (RESTful API?), akan lebih baik jika errornya detail
(terutama pada fase development), agar aplikasi consumer bisa lebih bagus
dalam meng-handle error tersebut.
Nah, di bab selanjutnya kita akan belajar cara membuat custom error handler
untuk meningkatkan kualitas error reporting.
390
A.3.A. Go Modules
https://github.com/novalagung/dasarpemrogramangolang-example/.../chapter-
C.3...
391
A.3.A. Go Modules
c.Logger().Error(report)
c.JSON(report.Code, report)
}
Pada kode di atas, objek report menampung objek error setelah di casting ke
tipe echo.HTTPError . Error tipe ini adalah error-error yang berhubungan dengan
http, yang di-handle oleh echo. Untuk error yang bukan dari echo, tipe nya adalah
error biasa. Pada kode di atas kita standarkan, semua jenis error harus
berbentuk echo.HTTPError .
Selanjutnya objek error tersebut kita tampilkan ke console dan juga ke browser
dalam bentuk JSON.
392
A.3.A. Go Modules
if castedObject, ok := err.(validator.ValidationErrors); ok {
for _, err := range castedObject {
switch err.Tag() {
case "required":
report.Message = fmt.Sprintf("%s is required",
err.Field())
case "email":
report.Message = fmt.Sprintf("%s is not valid email",
err.Field())
case "gte":
report.Message = fmt.Sprintf("%s value must be greater than %s"
err.Field(), err.Param())
case "lte":
report.Message = fmt.Sprintf("%s value must be lower than %s",
err.Field(), err.Param())
}
break
}
}
c.Logger().Error(report)
c.JSON(report.Code, report)
}
393
A.3.A. Go Modules
Setiap kali error terjadi, maka halaman dengan nama adalah <error-code>.html
dicari untuk kemudian ditampilkan. Misalkan errornya adalah 500 Internal Server
Error, maka halaman 500.html muncul; error 404 Page Not Found, maka
halaman 404.html muncul.
394
A.3.A. Go Modules
395
A.3.A. Go Modules
Pada dasarnya proses parsing dan rendering template tidak di-handle oleh echo
sendiri, melainkan oleh API dari package html/template . Jadi bisa dibilang cara
render template di echo adalah sama seperti pada aplikasi yang murni
menggunakan golang biasa, seperti yang sudah dibahas pada bab B-4, B-5, B-9,
dan B-10.
Echo menyediakan satu fasilitas yang bisa kita manfaatkan untuk standarisasi
rendering template. Cara penggunaannya, dengan meng-override default
.Renderer property milik echo menggunakan objek cetakan struct, yang dimana
pada struct tersebut harus ada method bernama .Render() dengan skema
sesuai dengan kebutuhan echo. Nah, di dalam method .Render() inilah kode
untuk parsing dan rendering template ditulis.
C.5.1. Praktek
Agar lebih mudah dipahami, mari langsung kita praktekan. Siapkan sebuah
projek, import package yang dibutuhkan.
package main
import (
"github.com/labstack/echo"
"html/template"
"io"
"net/http"
)
type M map[string]interface{}
Buat sebuah struct bernama Renderer , struct ini mempunyai 3 buah property dan
2 buah method.
396
A.3.A. Go Modules
production.
Sedangkan jika nilai adalah true , maka parsing template dilakukan tiap
pengaksesan rute. Mode ini cocok diaktifkan untuk stage development,
karena perubahan kode pada file html sering pada stage ini.
tpl.ReloadTemplates()
return tpl
}
Siapkan dua buah method untuk struct renderer, yaitu .ReloadTemplates() dan
.Render() .
Method .Render() berguna untuk render template yang sudah diparsing sebagai
output. Method ini harus dibuat dalam skema berikut.
Selanjutnya, buat echo router, override property renderer nya, dan siapkan
sebuah rute.
397
A.3.A. Go Modules
func main() {
e := echo.New()
e.Logger.Fatal(e.Start(":9000"))
}
Saat pemanggilan NewRenderer() sisipkan path folder tempat file template html
berada. Gunakan ./*.html agar mengarah ke semua file html pada current
folder.
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
<title></title>
</head>
<body>
Message from index: {{.message}}!
</body>
</html>
Pada rute /index , sebuah variabel bernama data disiapkan, bertipe map
dengan isi satu buah item. Data tersebut disisipkan pada saat view di-render,
membuatnya bisa diakses dari dalam template html.
398
A.3.A. Go Modules
399
A.3.A. Go Modules
Pada bab ini kita akan belajar cara membuat dan me-manage middleware.
OK, langsung saja, buat folder projek baru dengan isi sebauh file main.go seperti
biasanya. Lalu tulis kode berikut.
package main
import (
"fmt"
"github.com/labstack/echo"
"net/http"
)
func main() {
e := echo.New()
// middleware here
e.Logger.Fatal(e.Start(":9000"))
}
Kode di atas merupakan aplikasi web kecil, berisi satu buah rute /index yang
ketika di akses akan print log "threeeeee!" ke console.
400
A.3.A. Go Modules
Registrasikan kedua middleware di atas. Kode di bawah ini adalah contoh cara
registrasinya.
func main() {
e := echo.New()
e.Use(middlewareOne)
e.Use(middlewareTwo)
// ...
401
A.3.A. Go Modules
func main() {
e := echo.New()
e.Use(echo.WrapMiddleware(middlewareSomething))
// ...
package main
import (
"github.com/labstack/echo"
"github.com/labstack/echo/middleware"
"net/http"
)
func main() {
e := echo.New()
e.Use(middleware.LoggerWithConfig(middleware.LoggerConfig{
Format: "method=${method}, uri=${uri}, status=${status}\n",
}))
e.Logger.Fatal(e.Start(":9000"))
}
402
A.3.A. Go Modules
Berikut merupakan list middleware yang disediakan oleh echo, atau cek
https://echo.labstack.com/middleware untuk lebih detailnya.
Basic Auth
Body Dump
Body Limit
CORS
CSRF
Casbin Auth
Gzip
JWT
Key Auth
Logger
Method Override
Proxy
Recover
Redirect
Request ID
Rewrite
Secure
Session
Static
Trailing Slash
Next, kita akan coba untuk meng-implementasi salah satu golang library terkenal
untuk keperluan logging, yaitu logrus.
403
A.3.A. Go Modules
Buat file baru, import packages yang diperlukan, lalu buat fungsi makeLogEntry() ,
fungsi ini menerima satu parameter bertipe echo.Context dan mengembalikan
objek logrus *log.Entry .
package main
import (
"fmt"
"github.com/labstack/echo"
log "github.com/sirupsen/logrus"
"net/http"
"time"
)
return log.WithFields(log.Fields{
"at": time.Now().Format("2006-01-02 15:04:05"),
"method": c.Request().Method,
"uri": c.Request().URL.String(),
"ip": c.Request().RemoteAddr,
})
}
makeLogEntry(c).Error(report.Message)
c.HTML(report.Code, report.Message.(string))
}
404
A.3.A. Go Modules
Buat fungsi main() , implementasikan semua fungsi tersebut, siapkan yang harus
disiapkan.
func main() {
e := echo.New()
e.Use(middlewareLogging)
e.HTTPErrorHandler = errorHandler
time.Sleep(1 * time.Millisecond)
makeLogEntry(nil).Warning("application started without ssl/tls enabled")
err := <-lock
if err != nil {
makeLogEntry(nil).Panic("failed to start application")
}
}
Fungsi main() di atas berisikan beberapa kode yang jarang kita gunakan, pada
saat men-start web server.
Web server di start dalam sebuah goroutine. Karena method .Start() milik echo
adalah blocking, kita manfaatkan nilai baliknya untuk di kirim ke channel lock .
Nah pada bagian penerimaan channel, jika nilai baliknya tidak nil maka pasti
terjadi error pada saat start web server, dan pada saat itu juga munculkan log
dengan level PANIC.
405
A.3.A. Go Modules
406
A.3.A. Go Modules
$ ./main --port=3000
Pada bab ini kita akan belajar cara parsing argumen eksekusi aplikasi. Parsing
sebenarnya bisa dilakukan dengan cukup memainkan property os.Args . Tapi
pada bab ini kita akan menggunakan 3rd party library
github.com/alecthomas/kingpin untuk mempermudah pelaksanaannya.
OK, mari kita praktekan. Buat folder projek baru dengan isi satu buah main file.
Siapkan dua buah property untuk menampung appName dan port , dan satu
buah fungsi main() .
package main
import (
"fmt"
"net/http"
"github.com/labstack/echo"
"gopkg.in/alecthomas/kingpin.v2"
)
var (
argAppName = kingpin.Arg("name", "Application name").Required().String()
argPort = kingpin.Arg("port", "Web server port").Default("9000").Int()
)
func main() {
kingpin.Parse()
407
A.3.A. Go Modules
Mari kita selesaikan aplikasi, silakan tulis kode berikut dalam fungsi main() .
appName := *argAppName
port := fmt.Sprintf(":%d", *argPort)
e := echo.New()
e.GET("/index", func(c echo.Context) (err error) {
return c.JSON(http.StatusOK, true)
})
e.Logger.Fatal(e.Start(port))
Objek argument kingpin pasti bertipe pointer, maka dereference objek tersebut
untuk mengambil nilai aslinya.
Bisa dilihat dari gambar di atas ketika flag --help dipanggil list semua argument
muncul.
408
A.3.A. Go Modules
kingpin.Parse()
Kelebihan menggunakan kingpin application, kita bisa buat custom handler untuk
antisipasi error. Pada aplikasi yg sudah dibuat di atas, jika argument yang
required tidak disisipkan dalam eksekusi binary, maka aplikasi langsung exit dan
error muncul. Error sejenis ini bisa kita override jika menggunakan kingpin
application.
kingpin.MustParse(app.Parse(os.Args[1:]))
Contoh argument:
409
A.3.A. Go Modules
Contoh flag:
Kita tetap menggunakan kingpin pada bagian ini. Pembuatan flag di kingpin tidak
sulit, cukup gunakan .Flag() (tidak menggunakan .Arg() ). Contohnya seperti
berikut.
kingpin.MustParse(app.Parse(os.Args[1:]))
Method .Short() digunakan untuk mendefinisikan short flag. Pada kode di atas,
flag port bisa ditulis dalam bentuk --port=value ataupun -p=value .
Di bagian ini kita akan buat sebuah aplikasi untuk simulasi manajemen user. Tiga
buah command dipersiapkan dengan skema sebagai berikut.
Command add
Flag --override
Argument user
Command update
Command delete
410
A.3.A. Go Modules
Flag --force
Argument user
Mari kita praktekan, buat satu folder projek baru. Buat satu file main, isi dengan
kode berikut.
package main
import (
"fmt"
"os"
"gopkg.in/alecthomas/kingpin.v2"
)
OK, sekarang buat 3 command sesuai skema yang sudah disepakati di atas.
411
A.3.A. Go Modules
func main() {
commandAdd.Action(func(ctx *kingpin.ParseContext) error {
// more code here ...
})
kingpin.MustParse(app.Parse(os.Args[1:]))
}
return nil
})
return nil
})
return nil
})
412
A.3.A. Go Modules
Atau gunakan --help-long dalam eksekusi binary, untuk menampilkan help yang
mendetail (argument dan flag tiap command juga dimunculkan).
Dari informasi command tersebut, bisa kita kembangkan untuk membuat handler
masing-masing command. Dengan ini tak perlu menggunakan method
.Action() untuk menulis handler command. Contoh prakteknya seperti berikut.
413
A.3.A. Go Modules
commandInString := kingpin.MustParse(app.Parse(os.Args[1:]))
switch commandInString {
Jika pembaca ingin membuat aplikasi command line, penggunaan kingpin cukup
membantu dalam proses pengembangan, tapi akan lebih mudah lagi jika
menggunakan 3rd party library Cobra.
414
A.3.A. Go Modules
Kekurangan dari teknik menyimpan konfigurasi dalam object struct adalah, pada
saat ada kebutuhan untuk menambah atau merubah isi konfigurasi file, maka
mengharuskan developer juga mengubah skema struct penampung. Pada bagian
ini, pengaksesan property konfigurasi dilakukan lewat notasi string
konfigurasinya.
{
"appName": "SimpleApp",
"server": {
"port": 9000
}
}
415
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"github.com/labstack/echo"
"github.com/spf13/viper"
"net/http"
)
func main() {
e := echo.New()
viper.SetConfigType("json")
viper.AddConfigPath(".")
viper.SetConfigName("app.config")
err := viper.ReadInConfig()
if err != nil {
e.Logger.Fatal(err)
}
// ...
}
Kode di atas adalah contoh penggunaan dasar viper, untuk parsing file
konfigurasi bertipe JSON . Fungsi viper.SetConfigType() digunakan untuk set
jenis file konfigurasi.
json
toml
yaml
yml
properties
props
prop
OK, kembali ke bagian tulis-menulis kode. Tambahkan beberapa kode untuk print
nama aplikasi, sebuah rute, dan start web server.
e.Logger.Print("Starting", viper.GetString("appName"))
e.Logger.Fatal(e.Start(":" + viper.GetString("server.port")))
416
A.3.A. Go Modules
Selain .GetString() , masih banyak lagi fungsi lain yang bisa digunakan,
sesuaikan dengan tipe data property yang akan diambil.
Get(string) interface{}
GetBool(string) bool
GetDuration(string) time.Duration
GetFloat64(string) float64
GetInt(string) int
GetInt32(string) int32
GetInt64(string) int64
GetSizeInBytes(string) uint
GetString(string) string
GetStringMap(string) map[string]interface{}
GetStringMapString(string) map[string]string
GetStringMapStringSlice(string) map[string][]string
GetStringSlice(string) []string
GetTime(string) time.Time
Pengaksesan property nested seperti server.port juga mudah, tinggal tulis saja
skema property yang ingin diambil nilainya dengan separator tanda titik ( . ).
Mari kita langsung praktekan saja. Buat file konfigurasi baru app.config.yaml
417
A.3.A. Go Modules
appName: SimpleApp
server:
port: 9000
Pada bagian kode golang, cukup ubah argumen pemanggilan fungsi set config
type.
viper.SetConfigType("yaml")
viper.WatchConfig()
viper.OnConfigChange(func(e fsnotify.Event) {
fmt.Println("Config file changed:", e.Name)
})
418
A.3.A. Go Modules
C.8.B.1. Definisi
Environment variable merupakan variabel yang berada di lapisan runtime sistem
operasi. Karena env var atau environment variable merupakan variabel seperti
pada umumnya, maka kita bisa melakukan operasi seperti mengubah nilainya
atau mengambil nilainya.
Salah satu env var yang mungkin sering temen-temen temui adalah PATH . PATH
sendiri merupakan variabel yang digunakan oleh sistem operasi untuk men-
specify direktori tempat dimana binary atau executable berada.
Default-nya, sistem operasi pasti mempunyai beberapa env var yang sudah ada
tanpa kita set, salah satunya seperti PATH tadi, juga lainnya. Variabel-variabel
tersebut digunakan oleh sistem operasi untuk keperluan mereka. Tapi karena
variabel juga bisa diakses oleh kita (selaku developer), maka kita pun juga bisa
mempergunakannya untuk kebutuhan tertentu.
Selain reserved env var, kita bisa juga membuat variabel baru yang hanya
digunakan untuk keperluan program secara spesifik.
Pada chapter kali ini kita akan mendefinisikan konfigurasi yang sama tapi tidak di
file, melainkan di environment variable.
419
A.3.A. Go Modules
Jadi bisa dibilang penulisan konfigurasi di env var merupakan best practice untuk
banyak jenis kasus, terutama pada microservice, pada aplikasi/service yang
distributable, maupun pada aplikasi monolith yang manajemenya ter-
automatisasi.
Memang kalau dari sisi readability sangat kalah kalau dibandingkan dengan
JSON atau YAML, tapi saya sampaikan bahwa meski effort koding bakal lebih
banyak, akan ada sangat banyak manfaat yang bisa didapat dengan menuliskan
konfigurasi di env var, terutama pada bagian devops.
C.8.B.3. Praktek
Mari kita praktekan, buat 1 folder projek baru, kemudian main.go , lalu isi file
tersebut dengan kode berikut.
package main
import (
"net/http"
"os"
"strconv"
"time"
"github.com/labstack/echo"
)
func main() {
e := echo.New()
// ...
}
Pada bagian main, tepat dibawah statement pembuatan objek echo , ambil nilai
konfigurasi nama aplikasi dari env var. Caranya kurang lebih seperti berikut.
confAppName := os.Getenv("APP_NAME")
if confAppName == "" {
e.Logger.Fatal("APP_NAME config is required")
}
Jadi APP_NAME disitu merupakan nama env var-nya. Umumnya env var tidak
dituliskan dalam bentuk camelCase , tapi dalam bentuk UPPERCASE dengan
separator kata adalah underscore. Untuk value-nya nanti tinggal kita siapkan saja
sebelum proses eksekusi program.
man bash :
name A word consisting only of alphanumeric characters and underscores,
and beginning with an alphabetic character or an underscore. Also referred
to as an identifier.
420
A.3.A. Go Modules
confServerPort := os.Getenv("SERVER_PORT")
if confAppName == "" {
e.Logger.Fatal("SERVER_PORT config is required")
}
Setelah itu, tambahkan routing untuk untuk GET /index lalu definisi objek server
yang nantinya digunakan untuk keperluan start webserver. Nilai server.Addr
server := new(http.Server)
server.Addr = ":" + confServerPort
Kemudian tambahkan setting untuk timeout webserver, tapi hanya ketika memang
timeout didefinisikan konfigurasinya.
Memang penerapan konfigurasi pada env var ini membutuhkan sedikit effort
lebih, hehe.
e.Logger.Print("Starting", confAppName)
e.Logger.Fatal(e.StartServer(server))
421
A.3.A. Go Modules
Ada satu hal yang penting untuk diketahui. Cara set env var untuk Windows
dibanding sistim operasi lainnya adalah berbeda. Untuk non-Windows, gunakan
export .
export APP_NAME=SimpleApp
export SERVER_PORT=9000
export SERVER_READ_TIMEOUT_IN_MINUTE=2
export SERVER_WRITE_TIMEOUT_IN_MINUTE=2
go run main.go
set APP_NAME=SimpleApp
set SERVER_PORT=9000
set SERVER_READ_TIMEOUT_IN_MINUTE=2
set SERVER_WRITE_TIMEOUT_IN_MINUTE=2
go run main.go
Agak sedikit report memang untuk bagian ini, tapi mungkin bisa diperingkas
dengan membuat file .sh untuk non-Windows, dan file .bat untuk Windows.
Jadi nanti bisa tinggal eksekusi sh/bat-nya saja. Atau temen-temen bisa tulis saja
dalam Makefile . Untuk windows bisa kok eksekusi command make caranya
dengan install make lewat Chocolatey.
C.8.B.5. Penutup
Memang saya setuju jika lebih butuh effort baik dari sisi programming maupun
dari sisi eksekusi program-nya. Tapi trust me, pada production yang notabene
deployment di-automatisasi (entah itu container based, pakai orchestrator,
maupun tidak), pasti lebih mudah.
Mungkin dari sini temen-temen bisa lanjut ke bab C.35 - Dockerize Aplikasi
Golang untuk melihat praktek nyata penerapan konfigurasi via env var.
422
A.3.A. Go Modules
https://github.com/novalagung/dasarpemrogramangolang-example/.../chapter-
C.8.B...
423
A.3.A. Go Modules
TL;DR; Jika atribut secure di-isi true , namun web server TIDAK
menggunakan SSL/TLS, maka cookie disimpan seperti biasa tanpa di-
enkripsi.
Lalu bagaimana cara untuk membuat cookie aman pada aplikasi yang meng-
enable SSL/TLS maupun yang tidak? caranya adalah dengan menambahkan
step enkripsi data sebelum disimpan dalam cookie (dan men-decrypt data
tersebut saat membaca).
OK, langsung saja kita praktekan. Buat folder projek seperti biasa lalu isi
main.go dengan kode berikut.
package main
import (
"github.com/gorilla/securecookie"
"github.com/labstack/echo"
gubrak "github.com/novalagung/gubrak/v2"
"net/http"
"time"
)
type M map[string]interface{}
424
A.3.A. Go Modules
Variabel sc adalah objek secure cookie. Objek ini kita gunakan untuk encode
data yang akan disimpan dalam cookie, dan juga untuk decode data.
cookie := &http.Cookie{
Name: name,
Value: encoded,
Path: "/",
Secure: false,
HttpOnly: true,
Expires: time.Now().Add(1 * time.Hour),
}
http.SetCookie(c.Response(), cookie)
return nil
}
Method sc.Encode() digunakan untuk encoding data dengan identifier adalah isi
variabel name . Variabel encoded menampung data setelah di-encode, lalu
variabel ini dimasukan ke dalam objek cookie.
data := M{}
if err = sc.Decode(name, cookie.Value, &data); err == nil {
return data, nil
}
}
OK, sekarang buat fungsi main() , lalu isi dengan kode di bawah ini.
425
A.3.A. Go Modules
e := echo.New()
if data == nil {
data = M{"Message": "Hello", "ID": gubrak.RandomString(32)}
e.Logger.Fatal(e.Start(":9000"))
Dalam handler rute, terdapat beberapa proses terjadi. Pertama, objek cookie
dengan identifier CookieName diambil, jika muncul error, dan jenisnya adalah
selain error karena cookie tidak ada, dan error-nya selain invalid cookie, maka
kembalikan objek error tersebut.
Lalu, kita cek data cookie yang dikembalikan, jika kosong (bisa karena cookie
belum dibuat ataupun sudah ada tetapi datanya kosong) maka buat data baru
untuk disimpan dalam cookie. Data tersebut bertipe map , salah satu elemen map
tersebut ada yg value-nya adalah random.
Jalankan aplikasi untuk mengetes hasilnya. Lakukan refresh beberapa kali, data
yang muncul pasti sama.
Lihat pada response header url index , data pada cookie terlihat sudah dalam
kondisi encoded dan encrypted.
426
A.3.A. Go Modules
cookie := &http.Cookie{}
cookie.Name = name
cookie.Path = "/"
cookie.MaxAge = -1
cookie.Expires = time.Unix(0, 0)
http.SetCookie(c.Response(), cookie)
427
A.3.A. Go Modules
Di back end, SessionData disimpan dalam media database, atau memory, atau
fasilitas penyimpanan lainnya. Bisa saja sebenarnya jika SessionData juga
disimpan dalam cookie, dengan memanfaatkan secure cookie maka SessionData
tersebut ter-enkripsi dan aman dari peretas. Memang aman, tapi jelasnya lebih
aman kalau disimpan di sisi server.
Pada bab ini kita akan mempelajari penerapan session di golang menggunakan
beberapa jenis media penyimpanan, yaitu mongo db, postgres sql db, dan secure
cookie.
Dari ketiga method di-atas saya rasa cukup jelas sekilas bagaimana cara
mengakses, membuat, dan menyimpan session.
428
A.3.A. Go Modules
Cookie merupakan salah satu header pada http request, operasi yang
berhubungan dengan cookie pasti membutuhkan objek http.Request dan
http.ResponseWriter . Jika menggunakan echo, kedua objek tersebut bisa
diakses lewat objek http context echo.Context .
dan error . Pemanggilan method ini memerlukan dua buah parameter untuk
disisipkan, yaitu objek http request, dan nama/key SessionID yang disiapkan di
konstanta SESSION_ID . Method .Get() ini akan selalu mengembalikan objek
session, ada ataupun tidak ada session yang dicari, objek session tetap
dikembalikan.
Dari objek session, akses property mutable .Values untuk mengambil ataupun
mengisi data session. Objek ini bertipe map[interface{}]interface{} , berarti
SessionData yang akan disimpan juga harus memiliki identifier.
Pada contoh di atas, dua buah data bertipe string disimpan, dengan identifier data
yang juga string.
Cara menyimpan session adalah dengan memanggil method .Save() milik objek
session, dengan parameter adalah http request dan response.
429
A.3.A. Go Modules
if len(session.Values) == 0 {
return c.String(http.StatusOK, "empty result")
}
TIDAK akan pernah berisi nil . Ada atau tidak, objek session selalu
dikembalikan.
Pada kode di atas, jika SessionData kosong maka string empty result
Selain CookieStore, ada banyak store lain yang bisa kita gunakan. Komunitas
begitu baik telah menyediakan berbagai macam store berikut.
430
A.3.A. Go Modules
github.com/starJammer/gorilla-sessions-arangodb - ArangoDB
github.com/yosssi/boltstore - Bolt
github.com/srinathgs/couchbasestore - Couchbase
github.com/denizeren/dynamostore - Dynamodb on AWS
github.com/savaki/dynastore - DynamoDB on AWS (Official AWS library)
github.com/bradleypeabody/gorilla-sessions-memcache - Memcache
github.com/dsoprea/go-appengine-sessioncascade -
Memcache/Datastore/Context in AppEngine
github.com/kidstuff/mongostore - MongoDB
github.com/srinathgs/mysqlstore - MySQL
github.com/EnumApps/clustersqlstore - MySQL Cluster
github.com/antonlindstrom/pgstore - PostgreSQL
github.com/boj/redistore - Redis
github.com/boj/rethinkstore - RethinkDB
github.com/boj/riakstore - Riak
github.com/michaeljs1990/sqlitestore - SQLite
github.com/wader/gormstore - GORM (MySQL, PostgreSQL, SQLite)
github.com/gernest/qlstore - ql
github.com/quasoft/memstore - In-memory implementation for use in unit
tests
github.com/lafriks/xormstore - XORM (MySQL, PostgreSQL, SQLite,
Microsoft SQL Server, TiDB)
Objek store dibuat sekali di awal (atau bisa saja berkali-kali di tiap handler,
tergantung kebutuhan). Pada pembuatan objek store, umumya ada beberapa
konfigurasi yang perlu disiapkan dan dua buah keys: authentication key dan
encryption key.
Dari objek store tersebut, dalam handler, kita bisa mengakses objek session
dengan menyisipkan context http request. Silakan lihat kode berikut untuk lebih
jelasnya. Store direpresentasikan oleh variabel objek store .
431
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"fmt"
"github.com/gorilla/context"
"github.com/gorilla/sessions"
"github.com/labstack/echo"
"net/http"
)
func main() {
store := newMongoStore()
e := echo.New()
e.Use(echo.WrapMiddleware(context.ClearHandler))
// ...
Sesuai dengan README Gorilla Session, library ini jika digabung dengan library
lain selain gorilla mux, akan berpotensi menyebabkan memory leak. Untuk
mengcover isu ini maka middleware context.ClearHandler perlu diregistrasikan.
Middleware tersebut berada dalam library Gorilla Context.
gopkg.in/mgo.v2
github.com/kidstuff/mongostore
Library pertama, mgo.v2 merupakan driver mongo db untuk golang. Koneksi dari
golang ke mongodb akan kita buat lewat API library ini.
Silakan kombinasikan semua koding yang sudah kita tulis di atas agar menjadi
satu aplikasi. Lalu buat fungsi newMongoStore() .
432
A.3.A. Go Modules
import (
"fmt"
"github.com/gorilla/context"
"github.com/kidstuff/mongostore"
"github.com/labstack/echo"
"gopkg.in/mgo.v2"
"log"
"net/http"
"os"
)
// ...
dbCollection := mgoSession.DB("learnwebgolang").C("session")
maxAge := 86400 * 7
ensureTTL := true
authKey := []byte("my-auth-key-very-secret")
encryptionKey := []byte("my-encryption-key-very-secret123")
store := mongostore.NewMongoStore(
dbCollection,
maxAge,
ensureTTL,
authKey,
encryptionKey,
)
return store
}
Dari mgo session akses database lewat method .DB() , lalu akses collection
yang ingin digunakan sebagai media penyimpanan data asli session lewat
method .C() .
Jika pembaca merasa bingung, silakan langsung buka source code untuk bab
B.10 ini di github, mungkin membantu.
433
A.3.A. Go Modules
import (
"fmt"
"github.com/antonlindstrom/pgstore"
"github.com/gorilla/context"
"github.com/labstack/echo"
"log"
"net/http"
"os"
)
// ...
return store
}
import (
"fmt"
"github.com/gorilla/context"
"github.com/gorilla/sessions"
"github.com/labstack/echo"
"net/http"
)
// ...
return store
}
434
A.3.A. Go Modules
Tujuan dari kode yang kita tulis kurang lebih sebagai berikut.
1. Ketika /get diakses untuk pertama kali, empty result muncul, tidak ada
data session yang disimpan sebelumnya.
2. Rute /set diakses, lalu sebuah session disimpan, dari rute ini pengguna di-
redirect ke /get , sebuah pesan muncul yang sumber datanya tak lain
adalah dari session.
3. Rute /delete diakses, session dihapus, lalu di-redirect lagi ke /get , pesan
empty result muncul kembali karena session sudah tidak ada (dihapus).
435
A.3.A. Go Modules
CORS hanya berlaku pada request-request yang dilakukan lewat browser, dari
javascript; dan tujuan request-nya berbeda domain/origin. Jadi request yang
dilakukan dari curl maupun dari back end, tidak terkena dampak aturan CORS.
Request jenis ini biasa disebut dengan istilah cross-origin HTTP request.
Access-Control-Allow-Origin
Access-Control-Allow-Methods
Access-Control-Allow-Headers
Access-Control-Allow-Credentials
Access-Control-Max-Age
Agar lebih mudah untuk dipahami bagaimana penerapannya, mari langsung kita
praktekan seperti biasanya.
436
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"log"
"net/http"
)
func main() {
http.HandleFunc("/index", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
w.Header().Set("Access-Control-Allow-Origin", "https://www.google.com")
w.Header().Set("Access-Control-Allow-Methods", "OPTIONS, GET, POST, PUT
w.Header().Set("Access-Control-Allow-Headers", "Content-Type, X-CSRF-To
if r.Method == "OPTIONS" {
w.Write([]byte("allowed"))
return
}
w.Write([]byte("hello"))
})
Access-Control-Allow-Origin: https://www.google.com
Simulasi pada bab ini adalah aplikasi web localhost:3000 diakses dari
google.com (eksekusi request sendiri kita lakukan dari browser dengan
memanfaatkan developer tools milik chrome). BUKAN google.com diakses dari
aplikasi web localhost:3000, jangan sampai dipahami terbalik.
437
A.3.A. Go Modules
Jika request tidak memenuhi salah satu saja dari ke-tiga rules di atas, maka
request bisa dipastikan gagal. Contoh:
Khusus untuk beberapa header seperti Accept , Origin , Referer , dan User-
Agent tidak terkena efek CORS, karena header-header tersebut secara otomatis
di-set di setiap request.
Buka chrome developer tools, klik tab console. Lalu jalankan perintah jQuery
AJAX berikut.
$.ajax({
url: "http://localhost:9000/index",
})
438
A.3.A. Go Modules
Bisa dilihat, tidak ada error, karena memang request dari google diijinkan. Silakan
coba-coba melakukan request AJAX lainnya dengan method POST, DELETE,
atau lainnya; atau ditambah dengan menyisipkan header tertentu dalam ajax
request.
Dari screenshot dan error log di atas, bisa dilihat bahwa request gagal. Hal ini
dikarenakan origin https://novalagung.com tidak diijinkan untuk mengakses
http://localhost:9000.
// ...
439
A.3.A. Go Modules
Jalankan ulang aplikasi, lalu dispatch lagi AJAX dari situs tersebut.
• Allow All
Gunakan tanda asteriks ( * ) sebagai nilai ketiga CORS header untuk memberi
ijin ke semua.
Ketika melakukan cross origin request dengan payload adalah JSON, atau
request jenis lainnya, biasanya di developer tools -> network log muncul 2 kali
request, request pertama method-nya OPTIONS dan request ke-2 adalah actual
request.
440
A.3.A. Go Modules
Tujuan dari preflight request adalah untuk mengecek apakah destinasi url
mendukung CORS. Tiga buah informasi dikirimkan Access-Control-Request-
DELETE
CONNECT
OPTIONS
TRACE
PATCH
Terdapat header SELAIN yang otomatis di-set dalam http request. Contoh
header untuk kriteria ini adalah Authorization , X-CSRF-Token , atau lainnya.
Isi header Content-Type adalah SELAIN satu dari 3 berikut.
application/x-www-form-urlencoded
multipart/form-data
text/plain
Ada event yang ter-registrasi dalam objek XMLHttpRequestUpload yang
digunakan dalam request.
Menggunakan objek ReadableStream dalam request.
Pada kode yang kita tulis, terdapat pengecekan method OPTIONS . Pengecekan
ini digunakan untuk mencegah eksekusi statement selanjutnya. Hal ini
dikarenakan preflight request tidak membutuhkan kembalian data, tugas si dia
hanya mengecek apakah cross origin request didukung atau tidak. Jadi pada
handler, ketika method nya adalah OPTIONS , langsung saja intercept proses
utamanya.
if r.Method == "OPTIONS" {
w.Write([]byte("allowed"))
return
}
// ...
})
441
A.3.A. Go Modules
• Praktek
Langsung saja buka google.com lalu lakukan AJAX request yang memenuhi alah
satu kriteria preflighted request, misalnya, gunakan header Content-Type:
application/json .
Bisa dilihat pada screenshot, dua request muncul, yang pertama adalah preflight
yang kedua adalah actual request.
go get https://github.com/rs/cors
Buat file baru, import library yang diperlukan lalu buat fungsi main.
package main
import (
"github.com/labstack/echo"
"github.com/rs/cors"
"net/http"
)
func main() {
e := echo.New()
// ...
e.Logger.Fatal(e.Start(":9000"))
}
442
A.3.A. Go Modules
corsMiddleware := cors.New(cors.Options{
AllowedOrigins: []string{"https://novalagung.com", "https://www.google.com"
AllowedMethods: []string{"OPTIONS", "GET", "POST", "PUT"},
AllowedHeaders: []string{"Content-Type", "X-CSRF-Token"},
Debug: true,
})
e.Use(echo.WrapMiddleware(corsMiddleware.Handler))
Pada kode di atas, kita meng-allow dua buah origin. Sebelumnya sudah kita
bahas bahwa kebanyakan browser tidak mendukung ini. Dengan menggunakan
CORS library, hal itu bisa teratasi.
Origin -nya.
Berikut adalah list konfigurasi yang bisa dimanfaatkan dari library ini.
443
A.3.A. Go Modules
Key Description
444
A.3.A. Go Modules
C.13. CSRF
Pada bab ini kita akan belajar tentang serangan Cross-Site Request Forgery
(CSRF) dan cara mengatisipasinya.
C.13.1. Teori
Cross-Site Request Forgery atau CSRF adalah salah satu teknik hacking yang
dilakukan dengan cara mengeksekusi perintah yang seharusnya tidak diizinkan,
tetapi output yang dihasilkan sesuai dengan yang seharusnya. Contoh serangan
jenis ini: mencoba untuk login lewat media selain web browser, seperti
menggunakan CURL, menembak langsung endpoint login. Masih banyak contoh
lainnya yang lebih ekstrim.
Ada beberapa cara untuk mencegah serangan ini, salah satunya adalah dengan
memanfaatkan csrf token. Di setiap halaman yang ada form nya, csrf token di-
generate. Pada saat submit form, csrf disisipkan di request, lalu di sisi back end
dilakukan pengecekan apakah csrf yang dikirim valid atau tidak.
Csrf token sendiri merupakan sebuah random string yang di-generate setiap kali
halaman form muncul. Biasanya di tiap POST request, token tersebut disisipkan
sebagai header, atau form data, atau query string.
Di setiap halaman, jika di dalam html nya terdapat form, maka harus disisipkan
token csrf. Token tersebut di-generate oleh middleware.
Di tiap POST request hasil dari form submit, token tersebut harus ikut dikirimkan.
Proses validasi token sendiri di-handle oleh middleware.
Mari kita praktekkan, siapkan projek baru. Buat file main.go , isi dengan kode
berikut.
445
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"fmt"
"github.com/labstack/echo"
"github.com/labstack/echo/middleware"
"html/template"
"net/http"
)
type M map[string]interface{}
func main() {
tmpl := template.Must(template.ParseGlob("./*.html"))
e := echo.New()
// ...
e.Logger.Fatal(e.Start(":9000"))
}
Nantinya akan ada endpoint /index , isinya menampilkan html form. Objek tmpl
kita gunakan untuk rendering form tersebut. API echo renderer tidak digunakan
dalam bab ini.
e.Use(middleware.CSRFWithConfig(middleware.CSRFConfig{
TokenLookup: "header:" + CSRFTokenHeader,
ContextKey: CSRFKey,
}))
Property tersebut kita isi dengan konstanta CSRFKey , maka dalam pengambilan
token cukup panggil c.Get(CSRFKey) . Token kemudian disisipkan sebagai data
pada saat rendering view.html .
446
A.3.A. Go Modules
tersebut. Bisa dilihat, kita memilih header:X-CSRF-Token , artinya csrf token dalam
request akan disisipkan dalam header dengan key adalah X-CSRF-Token .
Selanjutnya siapkan satu endpoint lagi, yaitu /sayhello , endpoint ini nantinya
menjadi tujuan request yang di-dispatch dari event submit form.
Pada handler endpoint /sayhello tidak ada pengecekan token csrf, karena
sudah ditangani secara implisit oleh middleware.
447
A.3.A. Go Modules
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
<title></title>
</head>
<body>
<form id="form" action="/sayhello" method="POST">
<div>
<label>Name</label>
<input type="text" name="name" placeholder="Type your name here">
</div>
<div>
<label>Gender</label>
<select name="gender">
<option value="">Select one</option>
<option value="male">Male</option>
<option value="female">Female</option>
</select>
</div>
<div>
<input type="hidden" name="csrf" value="{{ .csrf }}">
<button type="submit">Submit</button>
</div>
</form>
<script src="https://code.jquery.com/jquery-3.3.1.min.js"></script>
<script type="text/javascript">
// JS code here ...
</script>
</body>
</html>
Bisa dilihat, sebuah form disiapkan dengan isi 2 inputan dan satu buah tombol
submit.
Sebenarnya ada tiga inputan, namun yang satu adalah hidden. Inputan tersebut
berisi nilai csrf yang disisipkan dari back end.
Pada saat tombol submit di-klik, token tersebut harus disisipkan dalam AJAX
request yang mengarah ke /sayhello .
Sekarang buat script JS-nya. Siapkan sebuah event listener submit untuk
element form , isinya adalah AJAX. Ambil informasi inputan nama dan gender,
jadikan sebagai payload AJAX tersebut.
448
A.3.A. Go Modules
$(function () {
$('form').on('submit', function (e) {
e.preventDefault()
var formData = {
name: self.find('[name="name"]').val(),
gender: self.find('[name="gender"]').val(),
}
$.ajax({
url: url,
type: method,
contentType: 'application/json',
data: payload,
beforeSend: function(req) {
var csrfToken = self.find('[name=csrf]').val()
req.setRequestHeader("X-CSRF-Token", csrfToken)
},
}).then(function (res) {
alert(res)
}).catch(function (err) {
alert('ERROR: ' + err.responseText)
console.log('err', err)
})
})
})
CSRF-Token .
C.13.4. Testing
Sekarang jalankan aplikasi lalu akses /index untuk mengetes hasilnya. Silakan
melakukan skenario testing berikut.
449
A.3.A. Go Modules
Hasilnya:
Lewat teknik pencegahan ini, bukan berarti serangan CSRF tidak bisa dilakukan,
si hacker masih bisa menembak endpoint secara paksa lewat CURL, hanya saja
membutuhkan usaha ekstra jika ingin sukses.
450
A.3.A. Go Modules
Selain 3 topik tersebut masih terdapat banyak lagi. Beruntungnya ada library
secure. Sesuai tagline-nya, secure library digunakan untuk membantu mengatasi
beberapa masalah keamanan aplikasi.
C.15.2. Praktek
Mari langsung kita praktekan. Buat folder projek baru. Di file main tulis kode
berikut. Sebuah aplikasi dibuat, isinya satu buah rute /index yang bisa diakses
dari mana saja.
package main
import (
"net/http"
"github.com/labstack/echo"
)
func main() {
e := echo.New()
Perlu diketahui, aplikasi di atas di-start dengan SSL/TLS enabled. Dua buah file
dibutuhkan, yaitu file certificate server.crt dan file private key server.key .
Silakan unduh kedua file tersebut dari source code di GitHub, Bab C.14. Pada
bab C.22 HTTPS/TLS Web Server nantinya akan kita pelajari lebih lanjut
mengenai cara generate kedua file di atas hingga cara penggunannya.
451
A.3.A. Go Modules
import (
// ...
"github.com/unrolled/secure"
)
func main() {
// ...
secureMiddleware := secure.New(secure.Options{
AllowedHosts: []string{"localhost:9000", "www.google.com"},
FrameDeny: true,
CustomFrameOptionsValue: "SAMEORIGIN",
ContentTypeNosniff: true,
BrowserXssFilter: true,
})
e.Use(echo.WrapMiddleware(secureMiddleware.Handler))
// ...
}
dengan isi parameter adalah konfigurasi. Bisa dilihat ada 5 buah property
konfigurasi di-set. Berikut merupakan penjelasan tiap-tiap property tersebut.
• Konfigurasi AllowedHosts
• Konfigurasi FrameDeny
FrameDeny: true
Secara default sebuah aplikasi web adalah bisa di-load di dalam iframe yang
berada host nya berbeda. Misalnya di salah satu laman web www.kalipare.com
ada iframe yang atribut src nya berisi www.novalagung.com, hal seperti ini
diperbolehkan.
Perijinan apakah website boleh di-load lewat iframe atau tidak, dikontrol lewat
header X-Frame-Options.
Di library secure, untuk men-disable ijin akses aplikasi dari dalam iframe, bisa
dilakukan cukup dengan mengeset proerty FrameDeny dengan nilai true .
452
A.3.A. Go Modules
Untuk mengetes, silakan buat aplikasi web terpisah yang mer-render sebuah
view. Dalam view tersebut siapkan satu buah iframe yang mengarah ke
https://localhost:9000/index .
• Konfigurasi CustomFrameOptionsValue
CustomFrameOptionsValue: "SAMEORIGIN"
Jika FrameDeny di-set sebagai true , maka semua host (termasuk aplikasi itu
sendiri) tidak akan bisa me-load url lewat iframe.
"SAMEORIGIN" maka ijin pengaksesan url lewat iframe menjadi eksklusif hanya
untuk aplikasi sendiri.
Untuk mengetes, buat rute baru yang me-render sebuah view. Dalam view
tersebut siapkan satu buah iframe yang mengarah ke /index .
• Konfigurasi ContentTypeNosniff
ContentTypeNosniff: true
• Konfigurasi BrowserXssFilter
BrowserXssFilter: true
AllowedHosts
HostsProxyHeaders
SSLRedirect
SSLTemporaryRedirect
SSLHost
SSLHostFunc
SSLProxyHeaders
STSSeconds
STSIncludeSubdomains
STSPreload
ForceSTSHeader
453
A.3.A. Go Modules
FrameDeny
CustomFrameOptionsValue
ContentTypeNosniff
BrowserXssFilter
CustomBrowserXssValue
ContentSecurityPolicy
PublicKey
ReferrerPolicy
454
A.3.A. Go Modules
C.15.1. Teori
HTTP Compression adalah teknik kompresi data pada HTTP response, agar
ukuran/size output menjadi lebih kecil dan response time lebih cepat.
Pada saat sebuah endpoint diakses, di header request akan ada header Accept-
Jika isinya adalah gzip atau deflate , berarti browser siap dan support untuk
menerima response yang di-compress dari back end.
Deflate adalah algoritma kompresi untuk data lossless. Gzip adalah salah
satu teknik kompresi data yang menerapkan algoritma deflate.
Di sisi back end sendiri, jika memang output di-compress, maka response header
Content-Encoding: gzip perlu disisipkan.
Content-Encoding: gzip
Jika di sebuah request tidak ada header Accept-Encoding: gzip , tetapi response
back end tetap di-compress, maka akan muncul error di browser
ERR_CONTENT_DECODING_FAILED .
C.15.2. Praktek
Golang menyediakan package compress/gzip . Dengan memanfaatkan API yang
tersedia dalam package tersebut, kompresi data pada HTTP response bisa
dilakukan.
Namun pada bab ini kita tidak memakainya, melainkan menggunakan salah satu
library middleware gzip compression yang cukup terkenal, gziphandler.
Mari kita praktekan. Siapkan folder projek baru, siapkan satu buah rute /image .
Dalam handler rute tersebut terdapat proses pembacaan isi file gambar
sample.png , untuk kemudian dijadikan sebagai output data response. Gunakan
file gambar apa saja untuk keperluan testing.
455
A.3.A. Go Modules
Tujuan dari aplikasi ini untuk melihat seberapa besar response size dan lama
response time-nya. Nantinya akan kita bandingkan dengan hasil test di aplikasi
yang menerapkan http gzip comporession.
package main
import (
"io"
"net/http"
"os"
)
func main() {
mux := new(http.ServeMux)
_, err = io.Copy(w, f)
if err != nil {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusInternalServerError)
}
})
server := new(http.Server)
server.Addr = ":9000"
server.Handler = mux
server.ListenAndServe()
}
Image size adalah 137 KB, dan response time adalah 18 ms.
Selanjutnya kita akan coba menerapkan middleware gzip pada program kecil di
atas. Pertama unduh dependency gziphandler terlebih dahulu menggunakan go
get .
go get -u github.com/NYTimes/gziphandler
Import library yang sudah ter-unduh pada file main, lalu bungkus multiplexer mux
456
A.3.A. Go Modules
import (
// ...
"github.com/NYTimes/gziphandler"
)
func main() {
// ...
server.Handler = gziphandler.GzipHandler(mux)
// ...
}
Perbedannya size dan time nya mungkin tidak terlihat signifikan, karena memang
gambarnya berukuran kecil, jumlahnya cuma satu asset, dan pengaksesannya di
localhost. Untuk aplikasi yang sudah published di internet, dan diakses dari
komputer lokal, pasti akan terasa jauh lebih cepat dan ringan.
457
A.3.A. Go Modules
e := echo.New()
e.Use(middleware.Gzip())
_, err = io.Copy(c.Response(), f)
if err != nil {
return err
}
return nil
})
e.Logger.Fatal(e.Start(":9000"))
458
A.3.A. Go Modules
Sebuah akun email diperlukan dalam mengirim email, silakan gunakan provider
email apa saja. Pada bab ini kita gunakan Google Mail (gmail), jadi siapkan satu
buah akun gmail untuk keperluan testing.
Mari kita praktekan. Buat folder projek baru, salin kode berikut.
package main
import (
"fmt"
"log"
"net/smtp"
"strings"
)
func main() {
to := []string{"[email protected]", "[email protected]"}
cc := []string{"[email protected]"}
subject := "Test mail"
message := "Hello"
log.Println("Mail sent!")
}
459
A.3.A. Go Modules
Pada kode di atas, konstanta dengan prefix CONFIG_ adalah konfigurasi yang
diperlukan untuk terhubung dengan mail server. Sesuaikan CONFIG_EMAIL dan
CONFIG_PASSWORD dengan akun yang digunakan.
Di dalam fungsi main bisa dilihat, fungsi sendMail() dipanggil untuk mengirim
email, dengan empat buah parameter disisipkan.
return nil
}
Fungsi sendMail() digunakan untuk mengirim email. Empat data yang disisipkan
pada fungsi tersebut dijadikan satu dalam format tertentu, lalu disimpan ke
variabel body .
Hello
Parameter ke-1, smtpAddr , merupakan kombinasi host dan port mail server.
Parameter ke-2, auth , menampung credentials untuk keperluan otentikasi
ke mail server. Objek ini dicetak lewat smtp.PlainAuth() .
Parameter ke-3, CONFIG_EMAIL , adalah alamat email yang digunakan untuk
mengirim email.
Parameter ke-4, Isinya adalah semua email tujuan, termasuk Cc .
460
A.3.A. Go Modules
Error di atas hanya muncul pada pengiriman email menggunakan akun google
mail. Untuk alasan keamanan, google men-disable akun gmail untuk digunakan
mengirim email lewat kode program.
Jalankan ulang aplikasi, email terkirim. Lihat di inbox email tujuan pengiriman
untuk mengecek hasilnya.
go get -u gopkg.in/gomail.v2
461
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"gopkg.in/gomail.v2"
"log"
)
func main() {
mailer := gomail.NewMessage()
mailer.SetHeader("From", CONFIG_EMAIL)
mailer.SetHeader("To", "[email protected]", "[email protected]")
mailer.SetAddressHeader("Cc", "[email protected]", "Tra Lala La")
mailer.SetHeader("Subject", "Test mail")
mailer.SetBody("text/html", "Hello, <b>have a nice day</b>")
mailer.Attach("./sample.png")
dialer := gomail.NewDialer(
CONFIG_SMTP_HOST,
CONFIG_SMTP_PORT,
CONFIG_EMAIL,
CONFIG_PASSWORD,
)
err := dialer.DialAndSend(mailer)
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
log.Println("Mail sent!")
}
Siapkan satu buah image bernama sample.png , simpan di dalam folder yang
sama dengan file main. Untuk meng-attach file ke dalam email, gunakan method
.Attach() milik *gomail.Message .
Pada contoh kali ini email isinya adalah HTML. Gunakan MIME html pada
parameter pertama .SetBody() untuk mengaktifkan mode html email.
462
A.3.A. Go Modules
463
A.3.A. Go Modules
Pada bab ini kita akan belajar tentang pengolahan file excel menggunakan
excelize.
go get github.com/360EntSecGroup-Skylar/excelize
Buat projek baru, buat file main, import excelize dan siapkan dummy data-nya.
package main
import (
"fmt"
"github.com/360EntSecGroup-Skylar/excelize"
"log"
)
type M map[string]interface{}
func main() {
// magic here
}
xlsx := excelize.NewFile()
464
A.3.A. Go Modules
Sheet Sheet1 kita ubah namanya menjadi Sheet One lewat statement
xlsx.SetSheetName() . Perlu diperhatikan index sheet dimulai dari 1, bukan 0.
Lalu lakukan perulangan pada data . Tulis tiap map item sebagai cell berurutan
per row setelah cell header.
Terakhir simpan objek excel sebagai file fisik. Gunakan .SaveAs() , isi parameter
dengan path lokasi excel akan disimpan.
err = xlsx.SaveAs("./file1.xlsx")
if err != nil {
fmt.Println(err)
}
Jalankan aplikasi, sebuah file bernama file1.xlsx akan muncul. Buka file
tersebut lihat isinya. Data tersimpan sesuai ekspektasi. Fasilitas filter pada cell
header juga aktif.
465
A.3.A. Go Modules
Pada sheet baru, Sheet two , tambahkan sebuah text Hello pada sheet A1 ,
lalu merge cell dengan cell di sebelah kanannya.
Tambahkan juga style pada cell tersebut. Buat style baru lewat xlsx.NewStyle() ,
sisipkan konfigurasi style sebagai parameter.
466
A.3.A. Go Modules
err = xlsx.SaveAs("./file2.xlsx")
if err != nil {
fmt.Println(err)
}
Dari objek excel, operasi baca dan tulis bisa dilakukan. Berikut merupakan contoh
cara membaca file excel yang sudah kita buat, file1.xlsx .
467
A.3.A. Go Modules
rows := make([]M, 0)
for i := 2; i < 5; i++ {
row := M{
"Name": xlsx.GetCellValue(sheet1Name, fmt.Sprintf("A%d", i)),
"Gender": xlsx.GetCellValue(sheet1Name, fmt.Sprintf("B%d", i)),
"Age": xlsx.GetCellValue(sheet1Name, fmt.Sprintf("C%d", i)),
}
rows = append(rows, row)
}
Pada kode di atas, data tiap cell diambil lalu ditampung ke slice M . Gunakan
xlsx.GetCellValue() untuk mengambil data cell.
468
A.3.A. Go Modules
gofpdf adalah library yang berguna untuk membuat dokumen PDF dari golang.
Penggunannya tidak terlalu sulit. Jadi mari belajar sambil praktek seperti
biasanya.
go get -u github.com/jung-kurt/gofpdf
package main
import (
"github.com/jung-kurt/gofpdf"
"log"
)
func main() {
pdf := gofpdf.New("P", "mm", "A4", "")
pdf.AddPage()
pdf.SetFont("Arial", "B", 16)
pdf.Text(40, 10, "Hello, world")
pdf.Image("./sample.png", 56, 40, 100, 0, false, "", 0, "")
err := pdf.OutputFileAndClose("./file.pdf")
if err != nil {
log.Println("ERROR", err.Error())
}
}
Fungsi .New() mengembalikan objek PDF. Dari situ kita bisa mengakses banyak
method sesuai kebutuhan, beberapa diantaranya adalah 4 buah method yang
dicontohkan di atas.
469
A.3.A. Go Modules
• Method .AddPage()
Setelah at least satu halaman tersedia, kita bisa lanjut ke proses tulis menulis.
• Method .SetFont()
Method ini digunakan untuk menge-set konfigurasi font dokumen. Font Family,
Font Style, dan Font Size disisipkan dalam parameter secara berurutan.
• Method .Text()
Digunakan untuk menulis text pada koordinat tertentu. Pada kode di atas, 40
artinya 40mm dari kiri, sedangkan 10 artinya 10mm dari atas. Satuan milimeter
digunakan karena pada saat penciptaan objek dipilih mm sebagai satuan.
• Method .Image()
Sebenarnya masih banyak lagi method yang tersedia, selengkapnya cek saja di
https://godoc.org/github.com/jung-kurt/gofpdf#Fpdf.
Coba jalankan aplikasi untuk melihat hasilnya. Buka generated file file.pdf ,
isinya kurang lebih seperti gambar berikut.
470
A.3.A. Go Modules
471
A.3.A. Go Modules
Namun pada bab ini akan tetap kita bahas cara tradisional ini, konversi
HTML ke PDF pada back end (golang). Semoga berguna.
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
<title>Testing</title>
</head>
<body>
<p>
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit.
Proin tempor ut ipsum et feugiat. Phasellus porttitor,
felis et gravida aliquam,
eros orci dignissim magna, at tristique elit massa at magna.
Etiam et dignissim mi. Phasellus laoreet nulla non aliquam imperdie
Aenean varius turpis at orci posuere, ut bibendum lorem porta.
Maecenas ullamcorper posuere ante quis ultricies. Aliquam erat volu
Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et
ultrices posuere cubilia Curae;
Pellentesque eu tellus ante. Vivamus varius nisi non nulla imperdie
vitae pellentesque nibh varius. Fusce diam magna, iaculis eget feli
accumsan convallis elit.
Phasellus in magna placerat, aliquet ante sed, luctus massa.
Sed fringilla bibendum feugiat. Suspendisse tempus, purus sit amet
accumsan consectetur, ipsum odio commodo nisi,
vel dignissim massa mi ac turpis. Ut fringilla leo ut risus facilis
nec malesuada nunc ornare. Nulla a dictum augue.
</p>
<img src="https://i.stack.imgur.com/440u9.png">
472
A.3.A. Go Modules
File html di atas akan kita konversi menjadi sebuah file baru bertipe PDF.
Konversi dilakukan menggunakan library wkhtmltopdf. Library ini sebenarnya
adalah aplikasi CLI yang dibuat menggunakan bahasa C++. Untuk bisa
menggunakannya kita harus mengunduh lalu meng-install-nya terlebih dahulu.
Secara teknis, go-wkhtmltopdf melakukan hal yang sama dengan cara pertama,
yaitu mengeksekusi binary wkhtmltopdf menggunakan exec.Command() .
Mari langsung kita praktekan, buat folder projek baru. Siapkan file main. Isi
dengan kode berikut.
package main
import (
"github.com/SebastiaanKlippert/go-wkhtmltopdf"
"log"
"os"
)
func main() {
pdfg, err := wkhtmltopdf.NewPDFGenerator()
if err != nil {
log.Fatal(err)
}
// ...
}
473
A.3.A. Go Modules
f, err := os.Open("./input.html")
if f != nil {
defer f.Close()
}
if err != nil {
log.Fatal(err)
}
pdfg.AddPage(wkhtmltopdf.NewPageReader(f))
pdfg.Orientation.Set(wkhtmltopdf.OrientationPortrait)
pdfg.Dpi.Set(300)
Untuk menyimpan objek dokumen menjadi file fisik PDF, ada beberapa step yang
harus dilakukan. Pertama, buat dokumen dalam bentuk buffer menggunakan
method .Create() .
err = pdfg.Create()
if err != nil {
log.Fatal(err)
}
err = pdfg.WriteFile("./output.pdf")
if err != nil {
log.Fatal(err)
}
log.Println("Done")
Test aplikasi yang sudah kita buat, lihat hasil generated PDF-nya.
474
A.3.A. Go Modules
Bisa dilihat, dalam satu PDF dua page muncul, hal ini karena memang isi
input.html terlalu panjang untuk dijadikan sebagai satu page.
Cara yang kita telah pelajari ini cocok digunakan pada file html yang isinya sudah
pasti pada saat file tersebut di-load.
475
A.3.A. Go Modules
pdfg.Orientation.Set(wkhtmltopdf.OrientationLandscape)
page := wkhtmltopdf.NewPage("http://localhost:9000")
page.FooterRight.Set("[page]")
page.FooterFontSize.Set(10)
pdfg.AddPage(page)
err = pdfg.Create()
if err != nil {
log.Fatal(err)
}
err = pdfg.WriteFile("./output.pdf")
if err != nil {
log.Fatal(err)
}
log.Println("Done")
Cara ini cocok digunakan untuk konversi data HTML yang isinya muncul pada
saat page load. Untuk konten-konten yang munculnya asynchronous, seperti di
event documen.onload ada AJAX lalu setelahnya konten baru ditulis, tidak bisa
menggunakan cara ini. Solusinya bisa menggunakan teknik export ke PDF dari
sisi front end.
476
A.3.A. Go Modules
Pada bab ini kita akan belajar parsing HTML dengan cara yang lebih mudah,
tidak memanfaatkan package net/html , melainkan menggunakan goquery.
Library ini penggunannya mirip dengan jQuery.
go get -u github.com/PuerkitoBio/goquery
477
A.3.A. Go Modules
478
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"encoding/json"
"github.com/PuerkitoBio/goquery"
"log"
"net/http"
)
func main() {
// code here ...
}
if res.StatusCode != 200 {
log.Fatalf("status code error: %d %s", res.StatusCode, res.Status)
}
Akses property .Body dari objek response (yang tipenya adalah reader),
masukan sebagai parameter di pemanggilan goquery.NewDocumentFromReader() .
479
A.3.A. Go Modules
OK mari langsung kita praktekan, ambil objek .post-feed kemudian ambil child
elements-nya.
rows := make([]Article, 0)
log.Println(string(bts))
480
A.3.A. Go Modules
Mari kita langsung praktekan saja. Buat file main baru, siapkan string html. Kali ini
sumber data bukan berasal dari website asli, melainkan dari string html.
package main
import (
"github.com/PuerkitoBio/goquery"
"github.com/yosssi/gohtml"
"log"
"strings"
)
481
A.3.A. Go Modules
Ambil bentuk string html dari objek doc yang sudah banyak dimodifikasi. Jangan
gunakan doc.Html() karena yang dikembalikan adalah inner html. Gunakan
goquery.OuterHtml(doc.Selection) agar yang dikembalikan outer html-nya.
log.Println(gohtml.Format(modifiedHTML))
Pada kode di atas kita menggunakan satu lagi library, gohtml. Fungsi .Format()
482
A.3.A. Go Modules
483
A.3.A. Go Modules
go get -u github.com/beevik/etree
Silakan perhatikan xml di atas, akan kita ambil semua element article beserta
isinya, untuk kemudian ditampung dalam slice.
Buat file main, didalamnya, buat objek dokumen bertipe etree.Document lewat
fungsi etree.NewDocument() . Dari objek tersebut, baca file xml yang sudah dibuat,
gunakan method .ReadFromFile() untuk melakukan proses baca file.
484
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"encoding/json"
"github.com/beevik/etree"
"log"
)
type M map[string]interface{}
func main() {
doc := etree.NewDocument()
if err := doc.ReadFromFile("./data.xml"); err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
// ...
}
Dari objek doc , ambil root element <website/> , lalu akses semua element
<article/> kemudian lakukan perulangan. Di dalam tiap perulangan, ambil
informasi title , url , dan category , tampung sebagai element slice rows .
root := doc.SelectElement("website")
rows := make([]M, 0)
categories := make([]string, 0)
for _, category := range article.SelectElements("category") {
categories = append(categories, category.Text())
}
row["categories"] = categories
485
A.3.A. Go Modules
Di tiap perulangan, child element title dan url diambil. Gunakan method
.Text() untuk mengambil isi element.
Setelah perulangan selesai, data artikel ada dalam objek rows . Tampilkan isinya
sebagai JSON string.
log.Println(string(bts))
486
A.3.A. Go Modules
Jika 3 penjelasan bagian di atas digabungkan, maka kurang lebih arti dari
//article[@info='popular article']/title adalah, dilakukan pencarian secara
rekursif dengan kriteria adalah: element bernama article dan harus memiliki
atribut info yang berisi popular article , setelah diketemukan, dicari child
element-nya menggunakan kriteria: element bernama title .
Siapkan file baru, buat struct Document . Nantinya sebuah objek dicetak lewat
struk ini, tugasnya sendiri adalah menampung data hasil proses decoding json.
package main
import (
"encoding/json"
"github.com/beevik/etree"
"log"
)
func main () {
// code here
}
487
A.3.A. Go Modules
const jsonString = `{
"Title": "Noval Agung",
"URL": "https://novalagung.com",
"Content": {
"Articles": [{
"Categories": [ "Server" ],
"Title": "Connect to Oracle Server using Golang and Go-OCI8 on Ubun
"URL": "/go-oci8-oracle-linux/"
}, {
"Categories": [ "Server", "VPN" ],
"Title": "Easy Setup OpenVPN Using Docker DockVPN",
"URL": "/easy-setup-openvpn-docker/"
}, {
"Categories": [ "Server" ],
"Info": "popular article",
"Title": "Setup Ghost v0.11-LTS, Ubuntu, Nginx, Custom Domain, and
"URL": "/ghost-v011-lts-ubuntu-nginx-custom-domain-ssl/"
}]
}
}`
data := Document{}
err := json.Unmarshal([]byte(jsonString), &data)
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
Selanjutnya buat objek etree baru, siapkan root element website . Di dalamnya
buat 2 child elements: title dan url , nilai masing-masing didapat dari objek
data .
doc := etree.NewDocument()
doc.CreateProcInst("xml", `version="1.0" encoding="UTF-8"`)
website := doc.CreateElement("website")
website.CreateElement("title").SetText(data.Title)
website.CreateElement("url").SetText(data.URL)
Siapkan satu element lagi dibawah root, namanya contents . Loop objek slice
artikel, dan di tiap perulangannya, buat element dengan nama article , sisipkan
sebagai child contents .
488
A.3.A. Go Modules
content := website.CreateElement("contents")
if each.Info != "" {
article.CreateAttr("info", each.Info)
}
}
Khusus untuk objek artikel yang property .Info -nya tidak kosong, buat atribut
dengan nama info pada element article yang bersangkutan, simpan nilai
property sebagai nilai atribut tersebut.
doc.Indent(2)
err = doc.WriteToFile("output.xml")
if err != nil {
log.Println(err.Error())
}
489
A.3.A. Go Modules
C.22.1. Definisi
• SSL
SSL, Secure Sockets Layer, adalah standar untuk pengamanan komunikasi
lewat internet. Data atau informasi yang sedang dikomunikasikan dari sebuah
system ke system lain akan di-proteksi, dengan cara adalah mengacak informasi
tersebut menggunakan algoritma enkripsi.
• SSL Certificates
SSL Certificate, adalah sebuah file berisikan informasi mengenai website, yang
nantinya dibutuhkan untuk enkripsi data. SSL Certificate berisi Public Key. Public
key digunakan untuk meng-enkripsi data yang akan di transfer.
Private Key, atau Secret Key, adalah file terpisah yang diperlukan pada proses
dekripsi data yang di-encrypt menggunakan public key.
Kedua file certificate dan file private key harus disimpan dengan sangat super
aman di server.
• TLS
TLS, Transport Layer Security, adalah versi yang lebih update dari SSL.
490
A.3.A. Go Modules
• HTTPS
HTTPS, Hyper Text Transfer Protocol Secure, adalah ekstensi dari HTTP yang
berguna untuk pengamanan komunikasi lewat internet. Data atau informasi yang
dikomunikasikan di-enkripsi menggunakan TLS.
$ openssl req -new -x509 -sha256 -key server.key -out server.crt -days 3650
Selain .crt dan .key , ada ekstensi lain lagi seperti .pem . Format
.pem ini merupakan jenis encoding yang sangat sering digunakan pada
file kriptografi sejenis .key dan .crt . File .crt dan .key bisa di
konversi ke .pem , dan juga sebaliknya.
491
A.3.A. Go Modules
Buat sebuah projek folder, copy 2 file yang telah ter-generate ke dalamnya. Lalu
siapkan file main.go .
package main
import (
"log"
"net/http"
)
func StartNonTLSServer() {
mux := new(http.ServeMux)
mux.Handle("/", http.HandlerFunc(func(w http.ResponseWriter, r *http.Reques
log.Println("Redirecting to https://localhost/")
http.Redirect(w, r, "https://localhost/", http.StatusTemporaryRedirect)
}))
http.ListenAndServe(":80", mux)
}
Lalu pada fungsi main() , buat mux baru lagi, dengan isi satu buah routing,
menampilkan text "Hello World!". Start mux menggunakan
http.ListenAndServeTLS() pada port :443 , tak lupa sisipkan path dari file private
key dan public key sebagai argumen fungsi.
func main() {
go StartNonTLSServer()
mux := new(http.ServeMux)
mux.HandleFunc("/", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
w.Write([]byte("Hello World!"))
})
Tak lupa fungsi StartNonTLSServer() juga dipanggil dalam main() . Jadi pada
satu program terdapat 2 buah web server dijalankan.
492
A.3.A. Go Modules
Jika error panic: listen tcp :443: bind: permission denied muncul, coba
jalankan aplikasi menggunakan sudo, contoh: sudo go run main.go
C.22.5. Testing
Test aplikasi menggunakan curl . Untuk request ke protokol https coba
tambahkan flag --insecure untuk men-disable verifikasi certificate.
Coba test juga menggunakan browser, jika menggunakan chrome maka akan
muncul warning NET::ERR_CERT_AUTHORITY_INVALID Klik Advanced → Proceed to
localhost (unsafe).
493
A.3.A. Go Modules
Pada bab ini kita akan belajar cara menerapkan HTTP/2 dan salah satu fitur milik
protokol ini yaitu HTTP/2 Server Push.
Mengenai multiplexing banyak request tidak akan kita bahas pada buku ini,
silakan coba pelajari sendiri jika tertarik, menggunakan library cmux.
Untuk memastikan mari kita langsung praktekkan, coba duplikat projek pada bab
sebelumnya (A.23. HTTPS/TLS Web Server) sebagai projek baru, jalankan
aplikasinya lalu cek di browser chrome. Gunakan chrome extension HTTP/2 and
SPDY indicator untuk menge-test apakah HTTP/2 sudah enabled.
Perlu diketahui untuk golang versi sebelum 1.6 ke bawah, secara default HTTP/2
tidak akan di-enable. Perlu memanggil fungsi http2.ConfigureServer() secara
eksplist untuk meng-enable HTTP/2. Fungsi tersebut tersedia dalam package
golang.org/x/net/http2 . Lebih jelasnya silakan baca laman dokumentasi.
494
A.3.A. Go Modules
Fitur server push ini cocok digunakan untuk push data assets, seperti: css,
gambar, js, dan file assets lainnya.
Lalu apakah server push ini bisa dimanfaatkan untuk push data JSON, XML, atau
sejenisnya? Sebenarnya bisa, hanya saja ini akan menyalahi tujuan dari
penciptaan server push sendiri dan hasilnya tidak akan optimal, karena
sebenernya server push tidak murni bidirectional, masih perlu adanya request ke
server untuk mendapatkan data yg sudah di push oleh server itu sendiri.
Fasilitas server push ini hanya bisa digunakan pada golang versi 1.8 ke-
atas.
C.23.3. Praktek
Mari kita praktekan. Buat projek baru, buat file main.go , isi dengan kode berikut.
package main
import (
"fmt"
"log"
"net/http"
)
func main() {
http.Handle("/static/",
http.StripPrefix("/static/",
http.FileServer(http.Dir("."))))
Dalam folder proyek baru di atas, siapkan juga beberapa file lain:
File app.js
File app.css
Selanjutnya siapkan string html, nantinya akan dijadikan sebagai output rute / .
495
A.3.A. Go Modules
const indexHTML = `
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
<title>Hello World</title>
<script src="/static/app.js"></script>
<link rel="stylesheet" href="/static/app.css"">
</head>
<body>
Hello, gopher!<br>
<img src="https://blog.golang.org/go-brand/logos.jpg" height="100">
</body>
</html>
`
Siapkan rute / , render string html tadi sebagai output dari endpoint ini.
if pusher, ok := w.(http.Pusher); ok {
if err := pusher.Push("/static/app.js", nil); err != nil {
log.Printf("Failed to push: %v", err)
}
fmt.Fprintf(w, indexHTML)
})
Pada handler di atas bisa kita lihat bahwa selain me-render string html, rute ini
juga memiliki tugas lain yaitu push assets.
Cara untuk mendeteksi apakah server push di-support, adalah dengan meng-
casting objek http.ResponseWriter ke tipe http.Pusher . Proses casting tersebut
mengembalikan dua buah data.
Method Push() milik http.Pusher digunakan untuk untuk push data. Endpoint
yang disisipkan sebagai argumen, datanya akan di push ke front end oleh server,
dalam contoh di atas adalah /static/app.js dan /static/app.css .
Server push ini adalah per endpoint atau rute. Jika ada rute lain, maka dua assets
di atas tidak akan di push, kecuali method Push() dipanggil lagi dalam rute lain
tersebut.
496
A.3.A. Go Modules
Kegunaan dari fungsi fmt.Fprintf() adalah untuk render html, sama seperti
w.Write() .
C.23.4. Testing
Perbedaan antara aplikasi yang menerapkan HTTP/2 dan tidak, atau yang
menerapkan server push atau tidak; adalah tidak terasa bedanya jika hanya di-
test lewat lokal saja.
Untuk mengecek HTTP/2 diterapkan atau tidak, kita bisa gunakan Chrome
extension HTTP/2 and SPDY indicator.
Untuk mengecek server push pada tiap request sebenernya bisa hanya cukup
menggunakan chrome dev tools, namun fitur ini hanya tersedia pada Chrome
Canary. Download browser tersebut lalu install, gunakan untuk testing aplikasi
kita.
Untuk endpoint yang menggunakan server push, pada kolom Protocol nilainya
adalah spdy. Pada screenshot di atas terlihat bahwa assets app.js dan
app.css dikirim lewat server push.
Jika kolom Protocol tidak muncul, klik kanan pada kolom, lalu centang
Protocol.
Selain dari kolom protocol, penanda server push bisa dilihat juga lewat grafik
Waterfall. Garis warna ungu muda pada grafik tersebut adalah start time. Untuk
endpoint yang di push maka bar chart akan muncul sebelum garis ungu atau start
time.
497
A.3.A. Go Modules
https://github.com/novalagung/dasarpemrogramangolang-example/.../chapter-
C.23...
498
A.3.A. Go Modules
Dua aplikasi akan dibuat, server dan client. Server merupakan aplikasi web
server kecil, memiliki satu endpoint. Lalu dari client http request di-trigger, dengan
tujuan adalah server.
package main
import (
"encoding/json"
"fmt"
"log"
"net/http"
)
type M map[string]interface{}
Pada fungsi main() , siapkan mux dengan isi satu buah handler, jalankan pada
port :9000 .
func main() {
mux := new(http.ServeMux)
mux.HandleFunc("/data", ActionData)
server := new(http.Server)
server.Handler = mux
server.Addr = ":9000"
Buat fungsi ActionData() yang merupakan handler dari rute /data . Handler ini
hanya menerima method POST , dan mewajibkan consumer endpoint untuk
menyisipkan payload dalam request-nya, dengan isi adalah JSON.
499
A.3.A. Go Modules
if r.Method != "POST" {
http.Error(w, "Method not allowed", http.StatusBadRequest)
return
}
payload := make(M)
err := json.NewDecoder(r.Body).Decode(&payload)
if err != nil {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusBadRequest)
return
}
if _, ok := payload["Name"]; !ok {
http.Error(w, "Payload `Name` is required", http.StatusBadRequest)
return
}
// ...
}
Setelah itu, buat objek data dengan 2 property, yang salah satunya berisi
kombinasi string dari payload .Name .
data := M{
"Message": fmt.Sprintf("Hello %s", payload["Name"]),
"Status": true,
}
w.Header().Set("Content-Type", "application/json")
err = json.NewEncoder(w).Encode(data)
if err != nil {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusInternalServerError)
}
Aplikasi server sudah siap. Selanjutnya kita masuk ke bagian pembuatan aplikasi
client.
500
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"bytes"
"encoding/json"
"log"
"net/http"
)
type M map[string]interface{}
Buat fungsi doRequest() . Fungsi ini kita gunakan men-trigger http request.
if data != nil {
payload = new(bytes.Buffer)
err := json.NewEncoder(payload).Encode(data)
if err != nil {
return nil, err
}
}
// ...
}
Selanjutnya buat objek client. Dari client ini request di-trigger, menghasilkan objek
response.
501
A.3.A. Go Modules
client := new(http.Client)
responseBody := make(M)
err = json.NewDecoder(response.Body).Decode(&responseBody)
if err != nil {
return nil, err
}
Buat fungsi main() . Panggil fungsi doRequest() yang sudah dibuat. Untuk
payload silakan isi sesuka hati, asalkan ada item dengan key Name . Lalu
tampilkan response body hasil pemanggilan fungsi doRequest() .
func main() {
baseURL := "http://localhost:9000"
method := "POST"
data := M{"Name": "Noval Agung"}
C.24.3. Testing
Jalankan aplikasi server, buka prompt terminal/CMD baru, lalu jalankan aplikasi
client.
502
A.3.A. Go Modules
https://github.com/novalagung/dasarpemrogramangolang-example/.../chapter-
C.24...
503
A.3.A. Go Modules
Insecure request
Secure request menggunakan file certificate
C.25.1. Handshake
Sebelum masuk ke inti pembahasan, kita perlu mempelajari terlebih dahulu
tentang pembeda antara secure request dan http request biasa.
Dalam secure request, sebelum data benar-benar diterima oleh server, terjadi
proses negosiasi antara client (yg men-dispatch request) dan server (tujuan
request), proses ini biasa disebut dengan handshake.
1. Fase Client Hello. Pada fase ini handshake dimulai dengan client
mengirimkan pesan yang kita sebut dengan client hello ke se server. Pesan
tersebut berisikan semua informasi milik client yang diperlukan oleh server
untuk bisa terhubung dengan client via SSL. Informasi yang dimaksud
diantaranya adalah versi SSL/TLS dan konfigurasi cipher. Cipher suite sendiri
adalah seperangkat algoritma, digunakan untuk membantu pengamanan
koneksi yang menerapkan TLS/SSL.
2. Fase Server Hello. Setelah diterima, server merespon dengan pesan yang
mirip, yaitu server hello, isinya juga informasi yang kurang lebih sejenis.
Informasi ini diperlukan oleh client untuk bisa terhubung balik dengan server.
3. Fase Otentikasi dan Pre-Master Secret. Setelah kontak antara client dan
server terjadi, server mengenalkan dirinya ke client lewat file certificate.
Anggap saja certificate tersebut sebagai KTP (Kartu Tanda Penduduk). Client
selanjutnya melakukan pengecekan, apakah KTP tersebut valid dan
dipercaya, atau tidak. Jika memang terpercaya, client selanjutnya membuat
data yang disebut dengan pre-master secret, meng-enkripsi-nya
menggunakan public key, lalu mengirimnya ke server sebagai response.
504
A.3.A. Go Modules
Sekarang kita tau, bahwa agar komunikasi antara client dan server bisa terjalin,
pada sisi client harus ada file certificate, dan pada sisi server harus private key &
certificate.
OK, saya rasa bagian teori sudah cukup, mari kita lanjut ke bagian praktek.
C.25.2. Persiapan
Salin projek pada bab sebelumnya, bab A25 - Client HTTP Request sebagai
folder projek baru.
Kita perlu menambahkan sedikit modifikasi pada aplikasi web server (yang sudah
di salin), mengaktifkan SSL/TLS-nya dengan cara mengubah bagian
.ListenAndServe() menjadi .ListenAndServeTLS() , dengan disisipkan dua
parameter berisi path certificate dan private key.
Silakan generate certificate dan private key baru, caranya sama seperti pada bab
A23 - HTTPS/TLS Web Server.
Jika client tidak menyertakan certificate dalam request-nya, maka pasti terjadi
error (pada saat handshake). Contohnya bisa dilihat pada screenshot berikut.
505
A.3.A. Go Modules
Akan tetapi, jika memang client tidak memilik certificate dan komunikasi ingin
tetap dilakukan, masih bisa (dengan catatan server meng-allow kapabilitas ini),
caranya yaitu menggunakan teknik insecure request.
Cara membuat insecure request sangat mudah, cukup aktifkan atribut insecure
pada request. Misal menggunakan curl, maka cukup tambahkan flag --insecure
pada command.
Penerapan inscure request dalam golang juga tidak terlalu sulit. Pada object
http.Client , isi property .Transport dengan objek baru buatan struct
http.Transport yang didalamnya berisi konfigurasi insecure request.
client := new(http.Client)
client.Transport = &http.Transport{
TLSClientConfig: &tls.Config{InsecureSkipVerify: true},
}
Ubah kode pada aplikasi client (yang sudah disalin) seperti di atas. Jangan lupa
juga untuk mengganti protokol base url destinasi, dari http ke https .
baseURL := "https://localhost:9000"
Jalankan ulang aplikasi server yang sudah ssl-enabled dan aplikasi client yang
sudah dikonfigurasi untuk insecure request, lalu test hasilnya.
Secure request bisa dilakukan dengan mudah di golang. Mari langsung saja kita
praktekan. Pertama, pada file consumer, tambahkan package crypto/x509 .
506
A.3.A. Go Modules
import (
// ...
"crypto/x509"
)
Lalu buat objek baru bertipe x509.CertPool lewat x509.NewCertPool() . Objek ini
nantinya menampung list certificate yang digunakan.
caCertPool := x509.NewCertPool()
caCertPool.AppendCertsFromPEM(certFile)
client := new(http.Client)
client.Transport = &http.Transport{
TLSClientConfig: tlsConfig,
}
Bisa dilihat pada kode di atas, file server.crt dibaca isinya, lalu dimasukan ke
caCertPool . Objek caCertPool ini bisa menampung banyak certificate, jika
memang dibutuhkan banyak.
"server.key") .
507
A.3.A. Go Modules
tlsConfig := new(tls.Config)
tlsConfig.NextProtos = []string{"http/1.1"}
tlsConfig.MinVersion = tls.VersionTLS12
tlsConfig.PreferServerCipherSuites = true
tlsConfig.Certificates = []tls.Certificate{
certPair1, /** add other certificates here **/
}
tlsConfig.BuildNameToCertificate()
tlsConfig.ClientAuth = tls.VerifyClientCertIfGiven
tlsConfig.CurvePreferences = []tls.CurveID{
tls.CurveP521,
tls.CurveP384,
tls.CurveP256,
}
tlsConfig.CipherSuites = []uint16{
tls.TLS_ECDHE_RSA_WITH_AES_128_GCM_SHA256,
tls.TLS_ECDHE_ECDSA_WITH_AES_128_GCM_SHA256,
}
server := new(http.Server)
server.Handler = mux
server.Addr = ":9000"
server.TLSConfig = tlsConfig
Tujuan mengapa penulis tambahkan sub bab Konfigurasi SSL/TLS Lanjutan ini
adalah agar pembaca tau bahwa konfigurasi SSL/TLS yang compleks bisa
dilakukan dengan mudah dalam aplikasi web golang. Mengenai pembahasan
tiap-tiap property silakan pelajari sendiri.
508
A.3.A. Go Modules
C.26. FTP
Pada bab ini kita akan belajar cara melakukan pertukaran data lewat FTP (File
Transfer Protocol) menggunakan Golang.
Sebelum memulai, ada satu hal penting yang perlu dipersiapkan, yaitu sebuah
server dengan FTP server ter-install. Jika tidak ada, bisa menggunakan library
ftpd untuk set up ftp server di local (untuk keperluan belajar).
Dalam server tersebut, siapkan beberapa file dan folder dengan struktur sebagai
berikut.
package main
import (
"fmt"
"github.com/jlaffaye/ftp"
"log"
)
func main() {
const FTP_ADDR = "0.0.0.0:2121"
const FTP_USERNAME = "admin"
const FTP_PASSWORD = "123456"
// ...
}
509
A.3.A. Go Modules
Tiga buah konstanta dengan prefix FTP_ disiapkan, isinya adalah credentials
FTP untuk bisa melakukan koneksi FTP ke server.
Cara konek ke server melalui FTP dipecah menjadi dua tahap. Pertama adalah
menggunakan ftp.Dial() dengan argumen adalah alamat server (beserta port).
Statement tersebut mengembalikan objek bertipe *ftp.ServerConn yang
ditampung oleh variabel conn .
Tahap kedua, lewat objek conn , panggil method .Login() dengan disisipi
argumen username dan password FTP.
Method .List() di atas dipanggil dengan argumen adalah string "." , berarti
semua aset dalam "." atau current path dimunculkan.
510
A.3.A. Go Modules
Jika dibandingkan dengan file yang ada di server, ada satu yang tidak muncul,
yaitu somefolder/test3.txt . Hal ini dikarenakan file yang di-list adalah yang ada
pada "." atau current path. File test3.txt berada di dalam sub folder
somefolder .
err = conn.ChangeDir("./somefolder")
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
Setelah itu, list semua file. Tetap gunakan "." sebagai argument pemanggilan
method .List() untuk listing current path. Karena kita sudah masuk ke folder
./somefolder , maka path tersebut-lah yang menjadi current path.
511
A.3.A. Go Modules
err = conn.ChangeDirToParent()
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
Cara mengambil file adalah dengan method .Retr() . Tulis saja path file yang
ingin diambil sebagai argumen. Nilai baliknya adalah objek bertipe
*ftp.Response dan error (jika ada).
fileTest1Path := "test1.txt"
fileTest1, err := conn.Retr(fileTest1Path)
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
Baca isi objek response tersebut menggunakan method .Read() miliknya, atau
bisa juga menggunakan ioutil.ReadAll() lebih praktisnya (nilai baliknya bertipe
[]byte maka cast ke tipe string terlebih dahulu untuk menampilkan isinya).
512
A.3.A. Go Modules
Di kode di atas file test1.txt dibaca. Lakukan operasi yang sama pada file
somefolder/test3.txt .
fileTest2Path := "somefolder/test3.txt"
fileTest2, err := conn.Retr(fileTest2Path)
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
Di golang, penerapan download lewat FTP kurang lebih adalah sama. perlu
dibuat terlebih dahulu file di local untuk menampung isi file yang diambil dari
remote server.
OK, mari kita praktekan. File movie.mp4 yang berada di server akan kita unduh
ke local.
513
A.3.A. Go Modules
fileMoviePath := "movie.mp4"
fileMovie, err := conn.Retr(fileMoviePath)
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
destinationMoviePath := "/Users/novalagung/Desktop/downloaded-movie.mp4"
f, err := os.Create(destinationMoviePath)
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
Pertama ambil file tujuan menggunakan .Retr() . Lalu buat file di local. Pada
contoh di atas nama file di local adalah berbeda dengan nama file asli,
downloaded-movie.mp4 . Buat file tersebut menggunakan os.Create() .
Setelah itu, copy isi file yang sudah diambil dari server, ke downloaded-movie.mp4
Jalankan aplikasi, coba cek md5 sum dari kedua file, harusnya sama.
Coba buka downloaded-movie.mp4 , jika proses transfer sukses maka pasti bisa
dibuka.
514
A.3.A. Go Modules
sourceFile := "/Users/novalagung/Desktop/Go-Logo_Aqua.png"
f, err = os.Open(sourceFile)
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
destinationFile := "./somefolder/logo.png"
err = conn.Stor(destinationFile, f)
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
f.Close()
Jalankan aplikasi, cek hasilnya. Untuk memvalidasi bahwa file di client dan di
server sama, bandingkan md5 sum kedua file.
515
A.3.A. Go Modules
516
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"golang.org/x/crypto/ssh"
"io/ioutil"
"log"
"os"
)
func main() {
const SSH_ADDRESS = "0.0.0.0:22"
const SSH_USERNAME = "user"
const SSH_PASSWORD = "password"
sshConfig := &ssh.ClientConfig{
User: SSH_USERNAME,
HostKeyCallback: ssh.InsecureIgnoreHostKey(),
Auth: []ssh.AuthMethod{
ssh.Password(SSH_PASSWORD),
},
}
// ...
}
Pada kode di atas, tiga buah konstanta dengan prefix SSH_* disiapkan.
Credentials username dan password disisipkan sebagai property objek
sshConfig . Bisa dilihat pada property Auth , isinya adalah slice ssh.AuthMethod
dengan satu buah element yaitu ssh.Password() . Konfigurasi seperti ini dipakai
jika otentikasi menggunakan username dan password.
Jika otentikasi dilakukan menggunakan identity file, maka gunakan kode berikut.
517
A.3.A. Go Modules
sshConfig := &ssh.ClientConfig{
User: SSH_USERNAME,
HostKeyCallback: ssh.InsecureIgnoreHostKey(),
Auth: []ssh.AuthMethod{
PublicKeyFile(SSH_KEY),
},
}
return ssh.PublicKeys(key)
}
Silakan pilih jenis otentikasi sesuai dengan yang di dukung oleh remote server.
Isi argument pertama isi dengan "tcp" , hal ini dikarenakan protokol
tersebut digunakan dalam SSH.
Argument ke-2 diisi dengan alamat tujuan server.
Argument ke-3 diisi dengan objek sshConfig .
// ...
518
A.3.A. Go Modules
Pada session, set tiga koneksi standar IO: stdin, stdout, dan stderr; ke standard
IO sistem operasi.
session.Stdin = os.Stdin
session.Stdout = os.Stdout
session.Stderr = os.Stderr
OK, semua persiapan sudah cukup. Sekarang coba jalankan salah satu
command seperti ls .
Mari kita praktekan, salin kode sebelumnya ke file baru, hapus semua baris kode
setelah statement pembuatan session.
Siapkan variabel untuk menampung objek default stdin pipe milik session.
519
A.3.A. Go Modules
err = session.Start("/bin/bash")
if err != nil {
log.Fatal("Error starting bash. " + err.Error())
}
Method .Start() dan .Run() memiliki kesamaan dan perbedaan. Salah satu
kesamaannya adalah kedua method tersebut digunakan untuk menjalankan
perintah shell, yang eksekusinya akan selesai ketika perintah yang dijalankan
selesai, contoh: .Start("ls -l ~/") dan .Run("ls -l ~/") , kedua statement
tersebut menghasilkan proses dan output yang sama.
commands := []string{
"cd /where/is/the/path",
"cd src/myproject",
"ls",
"exit",
}
for _, cmd := range commands {
if _, err = fmt.Fprintln(stdin, cmd); err != nil {
log.Fatal(err)
}
}
520
A.3.A. Go Modules
Gunakan method .Wait() milik session untuk menunggu banyak command yang
dieksekusi selesai terlebih dahulu. Kemudian tangkap output stdout dan stderr
nya lalu tampilkan.
err = session.Wait()
if err != nil {
log.Fatal(err)
}
outputErr := stderr.String()
fmt.Println("============== ERROR")
fmt.Println(strings.TrimSpace(outputErr))
outputString := stdout.String()
fmt.Println("============== OUTPUT")
fmt.Println(strings.TrimSpace(outputString))
Mari kita praktekan, salin kode sebelumnya ke file baru, hapus semua baris kode
setelah statement pembuatan client. Kemudian, go get package tersebut, lalu
import.
Buat objek sftp client, objek ini merupakan superset dari objek ssh client.
521
A.3.A. Go Modules
Lalu baca file di lokal, gunakan io.Copy untuk mengcopy isi file.
log.Println("File copied.")
522
A.3.A. Go Modules
C.29. Protobuf
Pada bab ini kita akan belajar tentang penggunaan protobuf (Protocol Buffers) di
Go. Topik gRPC kita pelajari pada bab selanjutnya (bukan pada bab ini).
C.29.1. Definisi
Protocol Buffers adalah metode untuk serialisasi data terstruktur, yang dibuat oleh
Google. Protobuf cocok digunakan pada aplikasi yang berkomunikasi dengan
aplikasi lain. Protobuf bisa dipakai di banyak platform, contoh: komunikasi antara
aplikasi mobile iOS dan Go Web Service, bisa menggunakan protobuf.
Protobuf hanya bertugas di bagian serialisasi data saja, untuk komunikasi antar
service atau antar aplikasi sendiri menggunakan gRPC.
gRPC adalah sebuah remote procedure call atau RPC yang dibuat oleh
google. gRPC menggunakan HTTP/2 untuk komunikasinya, dan Protocol
Buffers di bagian antarmuka-nya.
Mungkin sampai sini masih terasa abstrak, membingungkan, dan muncul banyak
pertanyaan mengenai apa dan untuk apa protobuf ini. Agar lebih mudah untuk
dipahami, bayangkan sebuah aplikasi client yang mengkonsumsi data dari
(RESTful) web service, dengan data dikirimkan dalam bentuk JSON.
Arsitektur di atas (yang menggunakan http dan json) jika dikonversi ke bentuk
gRPC dan protobuf, maka kurang lebih jadinya seperti gambar di bawah ini.
Sederhananya protobuf itu mirip seperti JSON atau XML, tapi lebih terstruktur.
Perbedaannya adalah pada protobuf skema model harus didefinisikan di awal
(schema on write).
523
A.3.A. Go Modules
Skema tersebut didefinisikan dalam file berekstensi .proto . Dari file tersebut di
generate-lah file model sesuai bahasa yang dipilih. Misalkan bahasa yang
digunakan adalah java, maka nantinya terbentuk pojo; misal bahasa adalah php
nantinya class di-generate; jika bahasa Go maka struct di-generate, dan
seterusnya.
gRPC dan protobuf adalah salah satu pilihan terbaik untuk diterapkan pada
aplikasi yang mengadopsi konsep microservices.
C.29.2. Instalasi
Schema yang ditulis dalam .proto di-compile ke bentuk file sesuai bahasa yang
dipilih. Dari sini jelasnya sebuah compiler dibutuhkan, maka dari itu protobuf
harus install terlebih dahulu di lokal masing-masing. Compiler tersebut bernama
protoc atau proto compiler.
Selain protoc , masih ada satu lagi yang perlu di install, yaitu protobuf runtime
untuk Go (karena di sini kita menggunakan bahasa Go). Cara instalasinya cukup
mudah:
go get -u github.com/golang/protobuf/protoc-gen-go
mkdir chapter-c29
cd chapter-c29
go mod init chapter-c29
524
A.3.A. Go Modules
• File user.proto
OK, mari kita masuk ke bagian tulis-menulis kode. Buka file user.proto , tulis
kode berikut.
syntax = "proto3";
package model;
enum UserGender {
UNDEFINED = 0;
MALE = 1;
FEMALE = 2;
}
Bahasa yang digunakan dalam file proto sangat minimalis, dan cukup mudah
untuk dipahami.
Statement syntax = "proto3"; , artinya adalah versi proto yang digunakan adalah
proto3 . Ada juga versi proto2 , namun kita tidak menggunakannya.
Statement package model; , digunakan untuk menge-set nama package dari file
yang nantinya di-generate. File user.proto akan di-compile, menghasilkan file
user.pb.go . File Go tersebut package-nya adalah sesuai dengan yang sudah
didefinisikan di statement, pada contoh ini model .
Setelah proses kompilasi ke bentuk Go, kode di atas kurang lebihnya akan
menjadi seperti berikut.
package model
const (
UserGender_UNDEFINED UserGender = 0
UserGender_MALE UserGender = 1
UserGender_FEMALE UserGender = 2
)
message User {
string id = 1;
string name = 2;
string password = 3;
UserGender gender = 4;
}
message UserList {
repeated User list = 1;
}
525
A.3.A. Go Modules
Bisa dilihat bahwa di tiap field terdapat unique number. Informasi ini
berguna untuk versioning model protobuf. Tiap field harus memiliki angka
yang unik satu sama lain dalam satu message .
Selain User , model UserList juga didefinisikan. Isinya hanya satu property
yaitu list yang tipe-nya adalah User . Keyword repeated pada property
digunakan untuk pendefinisian tipe array atau slice. Statement repeated User
• File garage.proto
syntax = "proto3";
package model;
message GarageCoordinate {
float latitude = 1;
float longitude = 2;
}
message Garage {
string id = 1;
string name = 2;
GarageCoordinate coordinate = 3;
}
Bisa dilihat, property coordinate pada model Garage tipe-nya adalah model
juga, yaitu GarageCoordinate .
Di atas, tipe data float digunakan pada pendefinisian property latitude dan
longitude . Silakan merujuk ke link berikut untuk mengetahui tipe-tipe primitif apa
saja yang bisa digunakan sebagai tipe data property model
526
A.3.A. Go Modules
https://developers.google.com/protocol-buffers/docs/proto3#scalar.
message GarageList {
repeated Garage list = 1;
}
message GarageListByUser {
map<string, GarageList> list = 1;
}
Selain array/slice, tipe map juga bisa digunakan pada protobuf. Gunakan
keyword map untuk mendefinisikan tipe map. Penulisannya disertai dengan
penulisan tipe data key dan tipe data value map tersebut.
Penulisan tipe data map mirip seperti penulisan HashMap pada java yang
disisipkan juga tipe generics-nya.
File .proto sudah siap, sekarang saatnya untuk meng-compile file-file tersebut
agar menjadi .go . Kompilasi dilakukan lewat command protoc . Agar output
berupa file Go, maka gunakan flag --go_out . Lebih jelasnya silakan ikut
command berikut.
cd chapter-c29/model
tree .
.
├── garage.pb.go
├── garage.proto
├── user.pb.go
└── user.proto
0 directories, 4 files
C.29.5. Praktek
527
A.3.A. Go Modules
Sekarang kita akan belajar tentang pengoperasian file proto yang sudah di-
generate. Buka file main.go , tulis kode berikut.
package main
import (
"bytes"
"fmt"
"os"
func main() {
// more code here ...
}
Package model yang isinya generated proto file, di-import. Dari package tersebut,
kita bisa mengakses generated struct seperti model.User , model.GarageList ,
dan lainnya. Maka coba buat beberapa objek untuk kesemua generated struct.
528
A.3.A. Go Modules
// =========== original
fmt.Printf("# ==== Original\n %#v \n", user1)
// =========== as string
fmt.Printf("# ==== As String\n %v \n", user1.String())
Pada statement print pertama, objek ditampilkan apa adanya. Generated struct
memiliki beberapa property lain selain yang sudah didefinisikan pada proto
message, seperti XXX_unrecognized dan beberapa lainnya. Property tersebut
dibutuhkan oleh protobuf, tapi tidak kita butuhkan, jadi biarkan saja.
529
A.3.A. Go Modules
Di atas kita membuat banyak objek lewat generated struct. Objek tersebut bisa
dikonversi ke bentuk JSON string, caranya dengan memanfaatkan package
github.com/golang/protobuf/jsonpb. Lakukan go get pada package jika belum
punya, dan jangan lupa untuk meng-importnya pada file yang sedang dibuat.
go get -u github.com/golang/[email protected]
Selain method .Marshal() , konversi ke json string bisa dilakukan lewat method
.MarshalToString() .
buf2 := strings.NewReader(jsonString)
protoObject := new(model.GarageList)
530
A.3.A. Go Modules
protoObject := new(model.GarageList)
Silakan pilih cara yang cocok sesuai kebutuhan. Lalu jalankan aplikasi dan lihat
hasilnya.
531
A.3.A. Go Modules
Kita akan buat satu buah folder projek besar, didalamnya terdapat 3 buah
aplikasi. Dua diantaranya merupakan aplikasi server, lebih tepatnya rpc server,
dan yang satu lagi aplikasi client. Aplikasi client akan berkomunikasi dengan
kedua aplikasi server.
Bisa dibilang ini adalah contoh super sederhana (dan asal-asalan) tentang
penerapan microservices architecture.
C.30.1. Definisi
gRPC adalah salah satu RPC framework, dibuat oleh Google. gRPC
menggunakan protokol RPC untuk transport dan protobuf di bagian antarmuka-
nya.
C.30.2 Prerequisites
Sekedar informasi bahwa sebelum mulai mengikuti pembelajaran pada bab ini,
WAJIB HUKUMNYA untuk mengikuti pembahasan pada bab sebelumnya C.29.
Protobuf terlebih dahulu.
532
A.3.A. Go Modules
# perform go get outside of go mod project, so the binary will be stored in $GO
# more details, take a look at https://stackoverflow.com/a/30097929/1467988
go get -u github.com/golang/protobuf/protoc-gen-go
mkdir chapter-c30
cd chapter-c30
go mod init chapter-c30
go get -u github.com/golang/[email protected]
go get -u google.golang.org/[email protected]
7 directories, 7 files
Salah satu pembeda yang paling terlihat dibanding chapter sebelumnya adalah
disini kita go get package google.golang.org/grpc . Package ini diperlukan oleh
generator untuk bisa memahami dan men-generate spesifikasi service . Lebih
jelasnya akan kita bahas sambil praktek.
Lanjut. Di bawah ini merupakan penjelasan per bagian dari struktur projek di atas.
• Folder common
• Folder client
Isinya adalah satu buah file main, yang nantinya di jalankan sebagai aplikasi
client. Aplikasi client ini akan berkomunikasi dengan 2 buah aplikasi server.
• Folder services
533
A.3.A. Go Modules
Satu buah file proto untuk satu aplikasi rpc server (service). Karena ada dua file
proto, berarti jelasnya ada dua aplikasi rpc server, service-user dan service-
File garage.proto dan user.proto tidak dijadikan satu dalam respektif folder
service-garage dan service-user , karena kedua file ini juga digunakan pada
aplikasi client, itulah kenapa file ini dipisah ke dalam folder common/model .
Siapkan file bernama config.go dalam common/config . Di dalam file config ini
didefinisikan dua buah konstanta yaitu port untuk service user dan garage.
Nantinya aplikasi server di start menggunakan port ini.
package config
const (
SERVICE_GARAGE_PORT = ":7000"
SERVICE_USER_PORT = ":9000"
)
Setelah kedua file user.proto dan garage.proto pada bab sebelumnya disalin,
kita perlu menambahkan pendefinisian service pada masing-masing file proto.
Keyword service digunakan untuk membuat service. Service ini nantinya juga
ikut di konversi ke bentuk Go (menjadi interface), lewat command protoc . Di
aplikasi rpc server, nantinya harus dibuat implementasi dari interface tersebut.
• Service Users
// ...
import "google/protobuf/Empty.proto";
service Users {
rpc Register(User) returns (google.protobuf.Empty) {}
rpc List(google.protobuf.Empty) returns (UserList) {}
}
Sebuah service bernama Users didefinisikan, dengan isi dua buah method.
534
A.3.A. Go Modules
Silakan dilihat bagaimana cara untuk membuat service pada kode atas.
Pada method Register() sebenarnya kita tidak butuh nilai balik. Tapi karena
requirements dari protobuf mewajibkan semua rpc method harus memiliki nilai
balik, maka kita gunakan model Empty milik google protobuf.
Juga, pada method List() , sebenarnya argument tidak dibutuhkan, tapi karena
protobuf mewajibkan pendefinisian rpc method untuk memiliki satu buah
argument dan satu buah return type, maka mau tidak mau harus ada argument.
Interface UsersServer .
Interface UsersClient .
• Service Garages
Pada file garage.proto , definisikan service Garages dengan isi dua buah
method, Add() dan List() .
import "google/protobuf/Empty.proto";
service Garages {
rpc List(string) returns (GarageList) {}
rpc Add(string, Garage) returns (google.protobuf.Empty) {}
}
Perlu diketahui bahwa protobuf mewajibkan pada rpc method untuk tidak
menggunakan tipe primitif sebagai tipe argument maupun tipe nilai balik. Tipe
string pada rpc List(string) akan menghasilkan error saat di-compile. Dan
535
A.3.A. Go Modules
juga protobuf mewajibkan method untuk hanya menerima satu buah parameter,
maka jelasnya rpc Add(string, Garage) juga invalid.
Lalu bagaimana solusinya? Buat model baru lagi, property nya sesuaikan dengan
parameter yang dibutuhkan di masing-masing rpc method.
message GarageUserId {
string user_id = 1;
}
message GarageAndUserId {
string user_id = 1;
Garage garage = 2;
}
service Garages {
rpc List(GarageUserId) returns (GarageList) {}
rpc Add(GarageAndUserId) returns (google.protobuf.Empty) {}
}
Sama seperti service Users , service Garages juga akan di-compile menjadi
interface.
Interface GaragesServer .
Interface GaragesClient .
536
A.3.A. Go Modules
definisi service tersebut akan bisa dipahami oleh generator untuk kemudian di-
transform menjadi definisi interface beserta isi method-nya.
package main
import (
"context"
"log"
"net"
"chapter-c30/common/config"
"chapter-c30/common/model"
"github.com/golang/protobuf/ptypes/empty"
"google.golang.org/grpc"
)
func init() {
localStorage = new(model.UserList)
localStorage.List = make([]*model.User, 0)
}
Buat struct baru UsersServer . Struct ini akan menjadi implementasi dari
generated interface model.UsersServer . Siapkan method-method-nya sesuai
spesifikasi interface.
Buat fungsi main() , buat objek grpc server dan objek implementasi
UsersServer , lalu registrasikan kedua objek tersebut ke model menggunakan
statement model.RegisterUsersServer() .
537
A.3.A. Go Modules
func main() {
srv := grpc.NewServer()
var userSrv UsersServer
model.RegisterUsersServer(srv, userSrv)
dibuat.
// ...
log.Fatal(srv.Serve(l))
func init() {
localStorage = new(model.GarageListByUser)
localStorage.List = make(map[string]*model.GarageList)
}
Tugas localStorage kurang lebih sama seperti pada service-user , hanya saja
pada aplikasi ini data garage disimpan per user dalam map.
Method Add()
538
A.3.A. Go Modules
if _, ok := localStorage.List[userId]; !ok {
localStorage.List[userId] = new(model.GarageList)
localStorage.List[userId].List = make([]*model.Garage, 0)
}
localStorage.List[userId].List = append(localStorage.List[userId].List,
Method List()
func main() {
srv := grpc.NewServer()
var garageSrv GaragesServer
model.RegisterGaragesServer(srv, garageSrv)
log.Fatal(srv.Serve(l))
}
539
A.3.A. Go Modules
return model.NewGaragesClient(conn)
}
return model.NewUsersClient(conn)
}
Buat fungsi main() , isi dengan pembuatan object dari generated-struct yang ada
di package model .
func main() {
user1 := model.User{
Id: "n001",
Name: "Noval Agung",
Password: "kw8d hl12/3m,a",
Gender: model.UserGender(model.UserGender_value["MALE"]),
}
garage1 := model.Garage{
Id: "q001",
Name: "Quel'thalas",
Coordinate: &model.GarageCoordinate{
Latitude: 45.123123123,
Longitude: 54.1231313123,
},
}
// ...
}
540
A.3.A. Go Modules
user := serviceUser()
// register user1
user.Register(context.Background(), &user1)
// register user2
user.Register(context.Background(), &user2)
Bisa dilihat, pemanggilan method Add() pada aplikasi rpc server service-user
sukses.
Sekarang coba panggil method .List() . Jalankan ulang aplikasi client untuk
melihat hasilnya. O iya, aplikasi service-user juga di-restart, agar datanya tidak
menumpuk.
Bisa dilihat pada gambar berikut, pemanggilan method .List() juga sukses.
Dua buah data yang sebelumnya didaftarkan muncul.
garage .
541
A.3.A. Go Modules
garage := serviceGarage()
542
A.3.A. Go Modules
OK, jika anda membaca sampai baris ini, berarti anda telah berhasil sabar dalam
mempelajari gRPC dalam pembahasan yang sangat panjang ini
543
A.3.A. Go Modules
C.32.1. Definisi
JWT merupakan salah satu standar JSON (RFC 7519) untuk keperluan akses
token. Token dibentuk dari kombinasi beberapa informasi yang di-encode dan di-
enkripsi. Informasi yang dimaksud adalah header, payload, dan signature.
Contoh JWT:
eyJhbGciOiJIUzI1NiIsInR5cCI6IkpXVCJ9.eyJzdWIiOiIxMjM0NTY3ODkwIiwibmFtZSI6IkpvaG
Skema JWT:
544
A.3.A. Go Modules
Nantinya di setiap http call, token yang disertakan pada request header dicocokan
dengan token yang ada di database, dilanjutkan dengan pengecekan
grant/group/sejenisnya, untuk menentukan apakah request tersebut adalah
verified request yang memang berhak mengakses endpoint.
Pada aplikasi yang menerapkan JWT, yang terjadi sedikit berbeda. Token adalah
hasil dari proses kombinasi, encoding, dan enkripsi terhadap beberapa informasi.
Nantinya pada sebuah http call, pengecekan token tidak dilakukan dengan
membandingkan token yang ada di request vs token yang tersimpan di database,
karena memang token pada JWT tidak disimpan di database. Pengecekan token
dilakukan dengan cara mengecek hasil decode dan decrypt token yang ditautkan
dalam request.
Ada kalanya token JWT perlu juga untuk disimpan di back-end, misalnya
untuk keperluan auto-invalidate session pada multiple login, atau kasus
lainnya.
Mungkin sekilas terlihat mengerikan, terlihat sangat gampang sekali untuk di-
retas, buktinya adalah data otorisasi bisa dengan mudah diambil dari token JWT.
Dan penulis sampaikan, bahwa ini adalah presepsi yang salah.
Informasi yang ada dalam token, selain di-encode, juga di-enkripsi. Dalam
enkripsi diperlukan private key atau secret key, dan hanya pengembang yang tau.
Jadi pastikan simpan baik-baik key tersebut.
Selama peretas tidak tau secret key yang digunakan, hasil decoding dan dekripsi
data PASTI TIDAK VALID.
mkdir chapter-c32
cd chapter-c32
go mod init chapter-c32
tree .
.
├── go.mod
├── main.go
├── middleware.go
└── users.json
545
A.3.A. Go Modules
• File middleware.go
Lanjut isi file middleware.go dengan kode middleware yang sudah biasa kita
gunakan.
package main
import "net/http"
current.ServeHTTP(w, r)
}
• File users.json
Juga isi file users.json yang merupakan database aplikasi. Silakan tambahkan
data JSON berikut.
[{
"username": "noval",
"password": "kaliparejaya123",
"email": "[email protected]",
"group": "admin"
}, {
"username": "farhan",
"password": "masokpakeko",
"email": "[email protected]",
"group": "publisher"
}]
• File main.go
Sekarang kita fokus ke file main.go . Import packages yang diperlukan. Salah
satu dari packages tersebut adalah jwt-go, yang digunakan untuk keperluan JWT.
go get -u github.com/dgrijalva/[email protected]
go get -u github.com/novalagung/gubrak/v2
546
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"context"
"encoding/json"
"fmt"
"io/ioutil"
"net/http"
"os"
"path/filepath"
"strings"
jwt "github.com/dgrijalva/jwt-go"
gubrak "github.com/novalagung/gubrak/v2"
)
Masih di file yang sama, siapkan 4 buah konstanta yaitu: nama aplikasi, durasi
login, metode enkripsi token, dan secret key.
type M map[string]interface{}
Kemudian buat fungsi main() , siapkan didalmnya sebuah mux baru, dan
daftarkan middleware MiddlewareJWTAuthorization dan dua buah rute /index
dan /login .
func main() {
mux := new(CustomMux)
mux.RegisterMiddleware(MiddlewareJWTAuthorization)
mux.HandleFunc("/login", HandlerLogin)
mux.HandleFunc("/index", HandlerIndex)
server := new(http.Server)
server.Handler = mux
server.Addr = ":8080"
547
A.3.A. Go Modules
// ...
}
Fungsi authenticateUser() memiliki dua nilai balik yang ditampung oleh variabel
berikut:
Selanjutnya kita akan buat objek claims. Objek ini harus memenuhi persyaratan
interface jwt.Claims . Objek claims bisa dibuat dari tipe map dengan cara
membungkusnya dalam fungsi jwt.MapClaims() ; atau dengan meng-embed
interface jwt.StandardClaims pada struct baru, dan cara inilah yang akan kita
pakai.
Seperti yang sudah kita bahas di awal, bahwa claims isinya adalah data-data
untuk keperluan otentikasi. Dalam prakteknya, claims merupakan sebuah objek
yang memilik banyak property atau fields. Nah, objek claims harus memiliki fields
yang termasuk di dalam list JWT Standard Fields. Dengan meng-embed interface
jwt.StandardClaims , maka fields pada struct dianggap sudah terwakili.
Pada aplikasi yang sedang kita kembangkan, claims selain menampung standard
fields, juga menampung beberapa informasi lain, oleh karena itu kita perlu buat
struct baru yang meng-embed jwt.StandardClaims .
548
A.3.A. Go Modules
Ok, struct MyClaims sudah siap, sekarang buat objek baru dari struct tersebut.
claims := MyClaims{
StandardClaims: jwt.StandardClaims{
Issuer: APPLICATION_NAME,
ExpiresAt: time.Now().Add(LOGIN_EXPIRATION_DURATION).Unix(),
},
Username: userInfo["username"].(string),
Email: userInfo["email"].(string),
Group: userInfo["group"].(string),
}
Ada beberapa standard claims, pada contoh di atas hanya dua yang di-isi
nilainya, Issuer dan ExpiresAt , selebihnya kita kosongi. Lalu 3 fields tambahan
yang kita buat (username, email, dan group) di-isi menggunakan data yang
didapat dari userInfo .
Issuer (code iss ), adalah penerbit JWT, dalam konteks ini adalah
APPLICATION_NAME .
ExpiresAt (code exp ), adalah kapan token JWT dianggap expired.
Ok, objek claims sudah siap, sekarang buat token baru. Pembuatannya dilakukan
menggunakan fungsi jwt.NewWithClaims() yang menghasilkan nilai balik bertipe
jwt.Token . Parameter pertama adalah metode enkripsi yang digunakan, yaitu
JWT_SIGNING_METHOD , dan parameter kedua adalah claims .
token := jwt.NewWithClaims(
JWT_SIGNING_METHOD,
claims,
)
Bagian otentikasi dan generate token sebenarnya cukup sampai disini. Tapi
sebenarnya ada yang kurang, yaitu fungsi authenticateUser() . Silakan buat
fungsi tersebut.
549
A.3.A. Go Modules
data := make([]M, 0)
err := json.Unmarshal(buf, &data)
if err != nil {
return false, nil
}
if res != nil {
resM := res.(M)
delete(resM, "password")
return true, resM
}
if r.URL.Path == "/login" {
next.ServeHTTP(w, r)
return
}
authorizationHeader := r.Header.Get("Authorization")
if !strings.Contains(authorizationHeader, "Bearer") {
http.Error(w, "Invalid token", http.StatusBadRequest)
return
}
// ...
})
}
550
A.3.A. Go Modules
Dari objek token, informasi claims diambil, lalu dilakukan pengecekan valid-
tidaknya claims tersebut.
claims, ok := token.Claims.(jwt.MapClaims)
if !ok || !token.Valid {
http.Error(w, err.Error(), http.StatusBadRequest)
return
}
Data claims yang didapat disisipkan ke dalam context, agar nantinya di endpoint,
informasi userInfo bisa diambil dengan mudah dari context request.
next.ServeHTTP(w, r)
• Handler Index
Terakhir, kita perlu menyiapkan handler untuk rute /index .
551
A.3.A. Go Modules
C.32.5. Testing
Jalankan aplikasi, lalu test menggunakan curl.
• Otentikasi
Output:
• Mengakses Endpoint
Test endpoint /index . Sisipkan token yang dikembalikan pada saat otentikasi,
sebagai value header otorisasi dengan skema Authorization: Bearer <token> .
curl -X GET \
--header "Authorization: Bearer eyJhbGciOiJIUzI1NiIsInR5cCI6IkpXVCJ9.eyJleH
http://localhost:8080/index
Output:
Semua berjalan sesuai harapan. Agar lebih meyakinkan, coba lakukan beberapa
test dengan skenario yg salah, seperti:
552
A.3.A. Go Modules
553
A.3.A. Go Modules
C.33.1. Definisi
• LDAP
LDAP (Lightweight Directory Access Protocol) adalah protokol yang digunakan
untuk mengakses Directory Services dalam sebuah komunikasi client-server.
• Directory Services
Directory Services adalah sebuah sistem yang menyimpan, mengelola, dan
menyediakan akses informasi untuk menghubungkan sumber daya network (atau
network resources). Network resources yang dimaksud contohnya:
Email
Perangkat periferal
Komputer
Folder/Files
Printers
Nomor telephone
...
Cakupan network resources mulai dari hardware seperti komputer (atau lebih
tinggi lagi) hingga aspek yang relatif kecil seperti file.
Dengan terhubungnya resources tersebut, akan mudah bagi kita untuk mengelola
banyak hal yang berhubungan dengan network. Contoh misalnya membuat
aplikasi yang bisa login menggunakan credentials email kantor, atau banyak
lainnya.
Selain itu, juga LDAP sering dimanfaatkan dalam implementasi SSO (Single sign-
on).
• Bind Operation
Operasi bind digunakan untuk otentikasi client ke directory server, dan juga untuk
mengubah state otorisasi client tersebut. Operasi bind dilakukan dengan
mengirim informasi bind dn dan password.
554
A.3.A. Go Modules
Karena komunikasi adalah client-server maka kita perlu menggunakan salah satu
directory server untuk keperluan testing. Beruntung-nya Forum Systems berbaik
hati menyediakan directory server yg bisa diakses secara gratis oleh public, dan
di bab ini akan kita menggunakannya.
Server: ldap.forumsys.com
Port: 389
Bind DN: cn=read-only-admin,dc=example,dc=com
Bind Password: password
Bisa dilihat bahwa terdapat beberapa user data. Nantinya testing akan dilkakukan
dengan login menggunakan salah satu user tersebut.
555
A.3.A. Go Modules
mkdir chapter-c33
cd chapter-c33
go mod init chapter-c33
Buat file main.go , lalu siapkan html string untuk login form.
package main
import "net/http"
import "fmt"
import "html/template"
Lalu buat fungsi main() , siapkan route handler landing page, parse html string di
atas.
556
A.3.A. Go Modules
username := r.PostFormValue("username")
password := r.PostFormValue("password")
Pada kode di atas proses otentikasi di handle secara implisit oleh fungsi
AuthUsingLDAP() , yang akan kita buat pastinya. Ketika user sukses melakukan
login maka pesan selamat datang akan ditampilkan disertai dengan nama
lengkap user (data nama didapat nantinya dari user data di directory service).
OK, dua handler sudah siap, tambahkan kode untuk start webserver.
package main
import (
"fmt"
"github.com/go-ldap/ldap"
)
const (
ldapServer = "ldap.forumsys.com"
ldapPort = 389
ldapBindDN = "cn=read-only-admin,dc=example,dc=com"
ldapPassword = "password"
ldapSearchDN = "dc=example,dc=com"
)
557
A.3.A. Go Modules
go get -u github.com/go-ldap/ldap/v3
Beberapa konstanta di atas isinya sesuai dengan credentials directory server test
yang di atas sudah kita bahas. Diluar itu ada satu tambahan konstanta, yaitu
ldapSearchDN , nantinya kita perlukan dalam melakukan operasi search.
Selanjutnya, siapkan struct untuk menampung user data yang dikembalikan oleh
directory server.
Buat fungsi AuthUsingLDAP() , lalu inisialisasi koneksi ldap. Fungsi ini menerima
dua parameter, username dan password, yang keduanya diinputkan oleh user
nantinya lewat browser.
// ...
}
Setelah itu lakukan bind operation menggunakan Bind DN dan password sesuai
konstanta yang sudah dipersiapkan. Gunakan method .Bind() milik objek hasil
dial ldap untuk bind.
Setelah bind sukses, lakukan operasi search. Siapkan terlebih dahulu objek
search request. Klausa search yang digunakan adalah uid atau username
dengan base dn adalah ldapSearchDN .
558
A.3.A. Go Modules
searchRequest := ldap.NewSearchRequest(
ldapSearchDN,
ldap.ScopeWholeSubtree,
ldap.NeverDerefAliases,
0,
0,
false,
fmt.Sprintf("(&(objectClass=organizationalPerson)(uid=%s))", username),
[]string{"dn", "cn", "sn", "mail"},
nil,
)
Klausa dituliskan dalam bentuk LDAP Filter Syntax. Bisa dilihat di atas
merupakan contoh filter uid/username. Lebih jelasnya mengenai sintaks ini
silakan merujuk ke http://www.ldapexplorer.com/en/manual/109010000-ldap-filter-
syntax.htm
Parameter setelah filter adalah informasi atributtes yang ingin kita dapat dari hasil
search request.
Berikutnya, trigger object search request tersebut lewat method .Search() dari
objek ldap. Cek data yang dikembalikan (accessible via .Entries property), jika
tidak ada data maka kita asumsikan search gagal.
if len(sr.Entries) == 0 {
return false, nil, fmt.Errorf("User not found")
}
entry := sr.Entries[0]
Jika semuanya berjalan lancar, maka kita akan dapat setidaknya 1 user data.
Lakukan bind operation menggunakan DN milik user tersebut dengan password
adalah yang diinputkan user. Ini diperlukan untuk mem-validasi apakah password
yang di-inputkan user sudah benar atau tidak.
Jika semua masih berjalan lancar, berarti proses otentikasi bisa dipastikan
berhasil. Tapi ada satu hal lagi yang perlu dilakukan, yaitu serialisasi data
attributes kembalian dari server untuk fit ke object UserLDAPData yang sudah
disiapkan.
559
A.3.A. Go Modules
data := new(UserLDAPData)
data.ID = username
C.33.5. Testing
Ok, mari kita test. Jalankan program, lalu akses http://localhost:9000/; Lakukan
login menggunakan salah satu user yang ada (silakan cek di LDAP browser
anda). Di sini saya pilih menggunakan user boyle , password-nya password
Login berhasil, dibuktikan dengan munculnya fullname Robert Boyle. Coba juga
gunakan password yang salah agar lebih meyakinkan.
560
A.3.A. Go Modules
561
A.3.A. Go Modules
C.34.1. Definisi
Sebelum kita masuk ke bagian tulis menulis kode, alangkah baiknya sedikit
membahas tentang definisi dari SSO dan SAML itu sendiri.
• SSO
SSO atau Single Sign-On merupakan servis untuk otentikasi dan manajemen
session. Dengan SSO, maka akses ke banyak aplikasi cukup bisa sekali
otentikasi saja. Contoh SSO:
Ada beberapa jenis penerapan SSO yang bisa dipilih, salah satunya adalah
Security Assertion Markup Language atau SAML yang akan kita bahas pada
bab ini.
• SAML
SAML merupakan protokol open standard untuk otentikasi dan otorisasi antara
penyedia layanan (Service Provider) dan penyedia identitas (Identity Provider).
SAML berbasis assertion berupa XML.
SAML adalah standar yang paling banyak digunakan dalam platform berbentuk
layanan enterprise (Sass/PaaS), seperti Github, Atlassian JIRA, Sales Force
menerapkan SAML pada platform mereka, lebih detailnya silakan cek
https://en.wikipedia.org/wiki/SAML-based_products_and_services.
562
A.3.A. Go Modules
http://ngemail.com/ngirimemailsaiki
Yang terjadi ketika user browser website tersebut, si SP (dalam konteks ini
ngemail) melakukan pengecekan ijin akses (disebut security context), apakah
user ini sudah login atau belum. Karena belum login maka user diarahkan ke
halaman otentikasi SSO.
http://loginomrene.com/SAML2/SSO/Redirect?SAMLRequest=request
563
A.3.A. Go Modules
Setelah aplikasi menerima balasan atas request pada point 1, dilakukan redirect
ke URL halaman SSO login pada point 2.
https://loginomrene.com/SAML2/SSO/POST
http://ngemail.com/ngirimemailsaiki
564
A.3.A. Go Modules
Selanjutnya, setiap kali ada request target resource, maka point 7 dan 8
akan diulang.
Metadata merupakan sebuah XML berisi informasi penting mengenai SP dan IDP,
yang juga sekaligus menjadi unique identifier ubaik ntuk SP dan juga IDP.
SP memiliki metadata, IDP juga punya. Nantinya kedua entitas ini akan bertukar
metadata. Jadi SP akan memiliki metadata IDP, dan berlaku sebalikanya (IDP
memiliki metadata SP).
Metadata berisi informasi penting. Diantaranya adalah entity ID, key pair,
protocol endpoints, dan lainnya.
565
A.3.A. Go Modules
Ada dua jenis metode pertukaran metadata, static metadata exchange dan
dynamic metadata exchange. Yang kita terapkan pada pembahasan ini adalah
yg static.
Silakan buat 1 projek baru, lalu didalamnya generate self-signed X.509 key pair
dengan menggunakan command berikut. Key pair ini diperlukan oleh SP dalam
melakukan komunikasi dengan IDP.
mkdir chapter-c34
cd chapter-c34
go mod init chapter-c34
go get -u github.com/crewjam/saml@861266e
566
A.3.A. Go Modules
var (
samlCertificatePath = "./myservice.cert"
samlPrivateKeyPath = "./myservice.key"
samlIDPMetadata = "https://samltest.id/saml/idp"
webserverPort = 9000
webserverRootURL = fmt.Sprintf("http://localhost:%d", webserverPort)
)
Bisa dilihat, selain konfigurasi untuk web server, konfigurasi key pair juga ada.
Dan satu lagi variabel konfigurasi samlIDPMetadata isinya yang mengarah ke
sebuah url.
Seperti yang sudah di bahas di atas, bahwa untuk meng-enable SAML, perlu ada
pertukaran metadata. Aplikasi yang kita buat ini (SP) wajib tau metadata IDP.
Konfigurasi samlIDPMetadata berisi url download metadata IDP milik samltest.id.
567
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"crypto/rsa"
"crypto/tls"
"crypto/x509"
"net/url"
"github.com/crewjam/saml/samlsp"
)
pckage main
import (
"github.com/crewjam/saml/samlsp"
// ...
)
func main() {
sp, err := newSamlMiddleware()
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
http.Handle("/saml/", sp)
// ...
}
568
A.3.A. Go Modules
Buat dua buah route handler, / dan /hello , lalu bungkus fungsi handler kedua
routes dengan sp.RequireAccount() . Dengan ini akan membuat kedua endpoint
ini hanya bisa diakses ketika user statusnya authorized atau sudah melakukan
login.
// ...
http.Handle("/index", sp.RequireAccount(
http.HandlerFunc(landingHandler),
))
http.Handle("/hello", sp.RequireAccount(
http.HandlerFunc(helloHandler),
))
// ...
go run *.go
569
A.3.A. Go Modules
Jika dilihat baik-baik, errornya cukup jelas, bahwa ini terjadi karena kita belum
memberikan metadata SP aplikasi kita ke IDP. Ingat bahwa pertukaran metadata
adalah wajib, SP sudah tau metadata IDP, tapi IDP belum tau metadata SP.
Ok, sekarang kita perlu upload metadata SP ke samltest.id. Metadata SP bisa di-
unduh lewat endpoint /saml/metadata (pada konteks ini url menjadi
http://localhost:9000/saml/metadata. URL upload metadata samltest adalah
https://samltest.id/upload.php.
570
A.3.A. Go Modules
Test dengan membuka endpoint /index pada browser. Idealnya kita akan
diarahkan ke URL SAML login. Gunakan sandbox account yang ada di halaman
itu untuk login.
Informasi nama user tersebut diambil dari objek context route handler, yg
informasinya disisipkan oleh saml middleware. Contoh pengambilan informasi
user bisa dilihat dalam handler indexHandler :
Salah satu benefit metode inisialisasi ini: ketika ada banyak aplikasi SP (misal
ada 3 aplikasi) yang kesemuanya berkomunikasi dengan satu IDP yang sama
(misal samltest.id), maka Single Sign-on akan ter-enable seamlessly. Ketika kita
login di salah satu aplikasi SP, maka pada aplikasi SP lainnya tidak perlu login
lagi.
571
A.3.A. Go Modules
572
A.3.A. Go Modules
Kita tidak akan membahas docker secara detail ya, hanya pengenalannya saja.
Untuk teman-teman yang tertarik belajar docker secara komprehensif mulai dari
awal, hingga masuk ke docker compose kemudian kubernetes from zero to hero,
bisa enroll course Udemy Praktis Belajar Docker dan Kubernetes untuk Pemula
berikut.
C.35.1. Prerequisities
Pastikan Docker Engine ter-install untuk pengguna Windows atau MacOS. Untuk
pengguna Linux/Unix, install saja Docker Engine. Silakan merujuk ke laman
panduan instalasi https://docs.docker.com/get-docker/ jika belum meng-install
Docker-nya.
• Docker Container
Docker container adalah sebuah container yang di-manage oleh Docker Engine.
573
A.3.A. Go Modules
• Docker Engine
Docker engine merupakan daemon yang bertugas untuk manajemen container-
container.
• Docker Image
Docker Image adalah sebuah file yang di-generate oleh docker, yang file tersebut
nantinya digunakan untuk basis pembuatan dan eksekusi container.
Siapkan folder project baru dengan isi file main.go . Tulis kode berikut.
package main
import (
"log"
"net/http"
"os"
)
func main() {
// ...
}
Dalam fungsi main, tambahkan statement untuk ambil informasi port dari env var
PORT , dan informasi id instance dari env var INSTANCE_ID . Kedua variabel ini
akan dipergunakan dalam web server yang akan kita buat.
port := os.Getenv("PORT")
if port == "" {
log.Fatal("PORT env is required")
}
instanceID := os.Getenv("INSTANCE_ID")
574
A.3.A. Go Modules
Selanjutnya siapkan satu buah multiplexor dengan isi satu buah route GET / ,
yang handler-nya mengembalikan sebuah pesan teks Hello world . Jika env var
INSTANCE_ID di set, maka akan ditampilkan isinya sebagai bagian dari respon
handler ini.
mux := http.NewServeMux()
mux.HandleFunc("/", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
if r.Method != "GET" {
http.Error(w, "http method not allowed", http.StatusBadRequest)
return
}
w.Write([]byte(text))
})
Lanjut siapkan objek http.Server -nya, gunakan objek mux yang sudah dibuat
sebagai basis handler web server, kemudian start web server-nya.
server := new(http.Server)
server.Handler = mux
server.Addr = "0.0.0.0:" + port
set PORT=8080
set INSTANCE_ID="my first instance"
go run main.go
export PORT=8080
export INSTANCE_ID="my first instance"
go run main.go
575
A.3.A. Go Modules
Ok bisa dilihat aplikasi berjalan sesuai harapan. Selanjutnya kita akan dockerize
aplikasi hello world ini.
Jadi sekarang buat file baru bernama Dockerfile , lalu isi dengan kode berikut.
FROM golang:alpine
WORKDIR /app
COPY . .
ENTRYPOINT ["/app/binary"]
Keyword FROM ini digunakan untuk inisialisasi build stage dan juga menentukan
basis Image yang digunakan. Informasi golang:alpine disini adalah basis image
yang dimaksud, yaitu image bernama golang dengan tag bernama alpine
576
A.3.A. Go Modules
Digunakan untuk menentukan working directory yang pada konteks ini adalah
/app . Statement ini menjadikan semua statement RUN di bawahnya akan
dieksekusi pada working directory.
4. Statement COPY . .
Dengan ini isi /app adalah sama persis seperti isi folder project hello world.
Command go build digunakan untuk build binary atau executable dari kode
program Go. Dengan ini source code dalam working directory akan di-build ke
executable dengan nama binary .
577
A.3.A. Go Modules
Ok, file Dockerfile sudah siap, mari kita lanjut ke proses build dan start
container.
berikut.
cd folder-projek
docker build -t my-image-hello-world .
Command di atas akan melakukan proses build Image pada file yang ada di
dalam . yang merupakan isi folder projek. Projek akan di-build ke sebuah
Image dengan nama adalah my-image-hello-world . Flag -t digunakan untuk
menentukan nama Image.
Kurang lebih outputnya seperti gambar berikut. O iya gunakan command docker
• Create Container
Image sudah siap, sekarang mari kita buat container baru menggunakan basis
image my-image-hello-world . Command-nya kurang lebih berikut:
Command di atas akan menjalankan sebuah proses yang isinya kurang lebih
berikut:
578
A.3.A. Go Modules
Semoga cukup jelas penjabaran di atas. Setelah container berhasil dibuat, cek
menggunakan command docker container ls -a untuk menampilkan list semua
container baik yang sedang running maupun tidak.
• Start Container
Ok, sekarang container juga sudah dibuat, lanjut untuk start container tersebut,
caranya menggunakan command docker container start . Jika sudah, coba cek
di browser aplikasi web hello world, harusnya sudah bisa diakses.
Bisa dilihat, sekarang aplikasi web hello world sudah bisa diakses dari
host/komputer yang aplikasi tersebut running dalam container docker.
Jika mengalami error saat start container, bisa jadi karena port 8080 sudak
dialokasikan untuk proses lain. Solusi untuk kasus ini adalah kill saja proses yang
menggunakan port tersebut, atau rebuild image dan create container ulang tapi
menggunakan port lainnya, selain 8080 .
O iya, pada image di atas juga bisa dilihat penggunaan command docker
container ls untuk memunculkan list container yang sedand running atau aktif.
Untuk menampilkan semua container (aktif maupun non-aktif), cukup dengan
579
A.3.A. Go Modules
• Stop Container
Untuk stop container bisa dengan command docker container stop <nama-
container-atau-container-id> .
• Hapus Container
Untuk hapus container bisa dengan command docker container rm <nama-
container-atau-container-id> .
• Hapus Image
Untuk hapus image bisa dengan command docker image rm <nama-image-atau-
container start .
Atau bisa juga menggunakan command docker run . Command ini akan
membuat container baru kemudian otomatis menjalankannya. Tapi saya
sampaikan bahwa lewat cara ini tidak ada pengecekan apakah container sudah
dibuat atau tidak sebelumnya, pasti akan dibuat container baru.
580
A.3.A. Go Modules
rm dan -it .
• Flag --rm
akan membuat container baru setiap dijalankan. Tapi sebenarnya pada contoh
sebelumnya kita tidak perlu khawatir akan dibuat container baru karena sudah
ada flag --name . Flag tersebut digunakan untuk menentukan nama container,
yang dimana nama container harus unik. Jadi kalau ada duplikasi pasti langsung
error. Nah dari sini berarti kalau temen-temen tidak pakai --name sangat
dianjurkan paka --rm dalam penerapan docker run .
• Flag -it
Flag ini merupakan flag gabungan antara -i yang digunakan untuk meng-
enable interactive mode dan -t untuk enable TTY . Dengan ini kita bisa masuk
ke mode interaktif yang dimana jika kita terminate atau kill command
menggunakan CTRL + C atau CMD + C (untuk mac), maka otomatis container
akan di stop.
Nah dengan menggabungkan flag --rm dan flag -it kita bisa dengan mudah
stop kemudian hapus container.
Selain itu ada juga flag yang mungkin penting yaitu -d atau dettach. Flag ini
bisa digabung dengan -it . Dettach adalah mode dimana ketika command
docker run dijalankan, command akan langsung selesai. Dari sini untuk stop
container berarti harus menggunakan command docker stop . Contoh:
581
A.3.A. Go Modules
Pada bagian insert data kita terapkan mekanisme failover, jadi ketika ada operasi
insert gagal, maka akan otomatis di recover dan di retry. Jadi idealnya di akhir,
semua data, sejumlah satu juta, akan berhasil di-insert.
D.1.1. Penjelasan
• Worker Pool
Worker pool adalah teknik manajemen goroutine dalam concurrent programming
pada Go. Sejumlah worker dijalankan dan masing-masing memiliki tugas yang
sama yaitu menyelesaikan sejumlah jobs.
Dengan metode worker pool ini, maka penggunaan memory dan performansi
program akan bisa optimal.
Connection pool sangat penting dalam kasus operasi data yang berhubungan
dengan database yang dimana concurrent programming diterapkan.
• Failover
Failover merupakan mekanisme backup ketika sebuah proses gagal. Pada
konteks ini, failover mengarah ke proses untuk me-retry operasi insert ketika
gagal.
582
A.3.A. Go Modules
D.1.2. Persiapan
File majestic-million-csv digunakan sebagai bahan dalam praktek. File tersebut
gratis dengan lisensi CCA3. Isinya adalah list dari top website berjumlah 1jt.
Setelah itu siapkan My SQL database server, create database dan sebuah tabel
di dalamnya dengan nama domain.
Setelah itu buat projek baru, dan sebuah file main.go , dan tempatkan file csv
yang sudah didownload dalam folder yang sama.
Karena di contoh ini saya menggunakan My SQL, maka perlu untuk go get driver
RDBMS ini untuk go.
go get -u github.com/go-sql-driver/mysql
D.1.3. Praktek
• Definisi Konstanta
Ada beberapa konstanta yang perlu dipersiapkan. Pertama connection string
untuk komunikasi ke database server. Sesuaikan value nya dengan yang
dipergunakan.
Lalu jumlah koneksi idle yang diperbolehkan, kita set saja 4, karena nantinya
semua connection yg di create akan sibuk untuk bekerja meng-insert data.
const dbMaxIdleConns = 4
583
A.3.A. Go Modules
Path dari file CSV. Karena file berada satu level dengan main.go maka tulis saja
nama file nya.
Terakhir, siapkan variabel untuk menampung data header dari pembacaan CSV
nanti.
O iya, untuk yang tidak menggunakan mysql, maka sesuaikan saja nilai argument
pertama statement sql.Open() .
db.SetMaxOpenConns(dbMaxConns)
db.SetMaxIdleConns(dbMaxIdleConns)
import _ "github.com/go-sql-driver/mysql"
584
A.3.A. Go Modules
f, err := os.Open(csvFile)
if err != nil {
return nil, nil, err
}
reader := csv.NewReader(f)
return reader, f, nil
}
Tiap-tiap goroutine tersebut adalah worker atau pekerja, yang tugasnya nanti
akan meng-insert data ke database.
1 job adalah 1 data, maka rata-rata setiap worker akan menyelesaikan operasi
insert sekitar 10k. Tapi ini jelasnya tidak pasti karena worker akan berkompetisi
dalam penyelesaian job, jadi sangat besar kemungkinan akan ada job yang
menyelesaikan lebih dari 10k jobs, ataupun yg dibawah 10k jobs.
Bisa dilihat dalam fungsi di atas, di dalam goroutine/worker, isi channel jobs (yang
berupa data dari proses pembacaan CSV), didistribusikan ke worker, ke
goroutine.
Fungsi doTheJob() yang nantinya kita buat, isinya adalah operasi insert data ke
database server. Setiap satu operasi insert selesai, wg.Done() untuk menandai
bahwa 1 job adalah selesai.
585
A.3.A. Go Modules
if len(dataHeaders) == 0 {
dataHeaders = row
continue
}
rowOrdered := make([]interface{}, 0)
for _, each := range row {
rowOrdered = append(rowOrdered, each)
}
wg.Add(1)
jobs <- rowOrdered
}
close(jobs)
}
Data dibaca dalam perulangan per baris. Pada pembacaan pertama, rows akan
ditampung ke variabel dataHeaders . Selanjutnya, data dikirimkan ke worker lewat
channel jobs .
Setelah proses baca data selesai, channel di close. Karena pengiriman dan
penerimaan data pada channel bersifat synchronous untuk unbuffered channel.
Jadi aman untuk berasumsi bahwa ketika semua data berhasil dikirim, maka
semua data tersebut juga berhasil diterima.
Jika blok kode perulangan dalam fungsi di atas selesai, maka sudah tidak ada
lagi operasi kirim terima data, maka kita close channelnya.
586
A.3.A. Go Modules
err = conn.Close()
if err != nil {
log.Fatal(err.Error())
}
}(&outerError)
if outerError == nil {
break
}
}
if counter%100 == 0 {
log.Println("=> worker", workerIndex, "inserted", counter, "data")
}
}
Pada kode di atas bisa dilihat bahwa kode insert dibungkus dalam IIFE dalam
sebuah perulangan.
Kenapa butuh perulangan? keyword for di atas perannya sangat penting. Disini
diterapkan mekanisme failover dimana ketika proses insert gagal akan di recover
dan di-retry ulang.
Nah jadi ketika operasi insert di atas gagal, maka error tetap di tampilkan tapi
kemudian diulang kembali insert data yang gagal tadi, hingga sukses.
O iya, mengenai kode untuk manajemen db connection poll mana ya? sepertinya
tidak ada. Yups, memang tidak ada. As per Go official documentation untuk
package sql/database , connection pool di manage oleh Go, kita engineer cukup
panggil method .Conn() milik *sql.DB untuk mengambil pool item, yang pool
item ini bisa berupa connection lama yang di reuse atau connection yang baru
dibuat.
587
A.3.A. Go Modules
Btw, di atas juga ada satu fungsi lagi, generateQuestionsMark() , gunanya untuk
membantu pembentukan query insert data secara dinamis.
• Fungsi Main
Terakhir, panggil semua fungsi yang sudah dibuat pada main.
func main() {
start := time.Now()
wg.Wait()
duration := time.Since(start)
fmt.Println("done in", int(math.Ceil(duration.Seconds())), "seconds")
}
588
A.3.A. Go Modules
Nah, bisa dilihat operasi insert selesai dalam waktu sekitar 1 menitan. Saya
menggunakan laptop dengan spek berikut untuk run program:
Kalau diperhatikan, hanya 25.8% utilisasi CPU, dan hanya 12MB saja resource
RAM yang dibutuhkan. Di Task Manager CPU usage nya 100% karena My SQL
server di lokal saya benar-benar bekerja keras untuk menjalankan operasi insert.
Kalau dibandingkan dengan operasi insert data secara sekuensial, yang tanpa
worker pool dan tanpa db connection pool, memakan waktu hingga 20 MENIT!.
Metode pada bab ini jauh lebih cepat.
Praktek pada bab ini sifatnya adalah POC, jadi sangat mungkin diperlukan
penyesuaian untuk kasus nyata. Kode di atas sebenarnya juga masih bisa di
optimize lagi dari banyak sisi.
589
A.3.A. Go Modules
mkdir chapter-d2
cd chapter-d2
go mod init chapter-d2
0 directories, 2 files
Pada file middleware.go isi dengan CustomMux yang pada bab-bab sebelumnya
sudah pernah kita gunakan.
590
A.3.A. Go Modules
package main
import "net/http"
current.ServeHTTP(w, r)
}
Lalu pada file main.go , buat satu buah endpoint /api/search , dengan isi
handler menampilkan data from yang diambil dari request context. Data from
package main
import (
"context"
"fmt"
"net/http"
)
type M map[string]interface{}
func main() {
mux := new(CustomMux)
mux.RegisterMiddleware(MiddlewareUtility)
server := new(http.Server)
server.Handler = mux
server.Addr = ":80"
Cara mengakses context request adalah lewat method .Context() milik objek
request. Lalu chain dengan method Value() untuk mengambil data sesuai
dengan key yang disisipkan pada parameter.
591
A.3.A. Go Modules
from := r.Header.Get("Referer")
if from == "" {
from = r.Host
}
requestWithContext := r.WithContext(ctx)
next.ServeHTTP(w, requestWithContext)
})
}
Objek request context bisa didapat lewat pengaksesan method .Context() milik
*http.Request . Objek ini bertipe context.Context dengan zero type adalah
nil .
Pada kode di atas, jika context adalah nil , maka di-inisialisasi dengan context
baru lewat context.Background() .
Objek ctx yang merupakan context.Context disini kita tempeli data from .
Cara melakukannya dengan memanggil statement context.WithValue() dengan
disisipi 3 buah parameter.
Ok, sekarang objek ctx sudah dimodifikasi. Objek ini perlu untuk ditempelkan
lagi ke objek request. Caranya dengan mengakses method .WithContext() milik
objek request, lalu gunakan nilai baliknya pada next.ServeHTTP() .
592
A.3.A. Go Modules
Ok, untuk sekarang sepertinya cukup jelas mengenai penggunaan context pada
objek http request. Tinggal kembangkan saja sesuai kebutuhan, seperti
contohnya: context untuk menyimpan data session, yang diambil dari database
sessuai dengan session id nya.
keyword := r.URL.Query().Get("keyword")
chanRes := make(chan []byte)
chanErr := make(chan error)
select {
case res := <-chanRes:
w.Header().Set("Content-type", "application/json")
w.Write(res)
case err := <-chanErr:
http.Error(w, err.Error(), http.StatusInternalServerError)
}
})
593
A.3.A. Go Modules
Channel chanErr , digunakan untuk pass objek error, jika memang terjadi
error.
func doSearch(
ctx context.Context,
keyword string,
chanRes chan []byte,
chanErr chan error,
) {
innerChanRes := make(chan []byte)
innerChanErr := make(chan error)
url := "https://www.googleapis.com/customsearch/v1"
url = fmt.Sprintf("%s?key=%s", url, GOOGLE_SEARCH_API_KEY)
url = fmt.Sprintf("%s&cx=017576662512468239146:omuauf_lfve", url)
url = fmt.Sprintf("%s&callback=hndlr", url)
url = fmt.Sprintf("%s&q=%s", url, keyword)
from := ctx.Value("from").(string)
// ...
}
Di dalam fungsi tersebut, url pencarian dibentuk, data API key dan keyword
pencarian disisipkan. Selain itu disiapkan pula innerChanRes dan innerChanErr
yang kegunaannya mirip seperti objek channel yang disisipkan pada pemanggilan
fungsi, hanya saja dua channel baru ini digunakan hanya dalam fungsi ini saja.
594
A.3.A. Go Modules
req = req.WithContext(ctx)
req.Header.Set("Referer", from)
transport := new(http.Transport)
client := new(http.Client)
client.Transport = transport
Disiapkan juga objek req yang merupakan objek request. Objek ini dibungkus
menggunakan req.WithContext() dengan isi parameter objek ctx , menjadikan
objek context yang sudah kita buat tertempel pada request ini. Kegunaannya
nanti akan dibahas.
Selain itu, data from yang didapat dari request context disisipkan sebagai
request header pada objek req .
Setelah ini, tulis kode untuk dispatch request yang sudah dibuat lalu handle
response nya. Jalankan proses-nya sebagai goroutine.
go func() {
resp, err := client.Do(req)
if err != nil {
innerChanErr <- err
return
}
if resp != nil {
defer resp.Body.Close()
resData, err := ioutil.ReadAll(resp.Body)
if err != nil {
innerChanErr <- err
return
}
innerChanRes <- resData
} else {
innerChanErr <- errors.New("No response")
}
}()
595
A.3.A. Go Modules
Baca response body, jika tidak ada masalah, lempar result-nya ke channel
innerChanRes .
select {
case res := <-innerChanRes:
chanRes <- res
return
case err := <-innerChanErr:
transport.CancelRequest(req)
chanErr <- err
return
case <-ctx.Done():
transport.CancelRequest(req)
chanErr <- errors.New("Search proccess exceed timeout")
return
}
Request perlu di-cancel karena jika waktu sudah mencapai deadline context
(yaitu SEARCH_MAX_DURATION ), pada saat tersebut bisa saja request belum selesai,
maka dari itu request perlu di-cancel.
Jika di-summary, maka yang dilakukan oleh fungsi doSearch kurang lebih
sebagai berikut sebagai berikut.
596
A.3.A. Go Modules
http://mysampletestapp.com/api/search?keyword=golang
http://localhost/api/search?keyword=golang
Error message:
The referrer localhost does not match the referrer restrictions configured on y
Error di atas muncul karena, host localhost belum didaftarkan pada API
console. Berbeda dengan mysampletestapp.com yang sudah didaftarkan, host ini
berhak mengakses menggunakan API key yang kita gunakan.
597
A.3.A. Go Modules
598
A.3.A. Go Modules
Seperti biasanya proses belajar dilakukan sambil praktek. Kita buat aplikasi
chatting minimalis, dengan kode se-sedikit mungkin agar mudah dipahami,
development dilakukan from scratch.
Nantinya saat testing akan ada banyak user terhubung dengan socket server,
dalam satu room. Setiap pesan yang ditulis oleh salah seorang user, bisa dibaca
oleh semua user lainnya.
Kurang lebih aplikasi yang kita kembangkan seperti gambar di bawah ini.
mkdir chapter-d3
cd chapter-d3
go mod init chapter-d3
go get -u github.com/gorilla/[email protected]
go get -u github.com/novalagung/gubrak/v2
Siapkan dua buah file, main.go dan index.html . Kita akan buat socket server
terlebih dahulu. Silakan tulis kode berikut ke dalam main.go .
599
A.3.A. Go Modules
package main
import (
"fmt"
"github.com/gorilla/websocket"
gubrak "github.com/novalagung/gubrak/v2"
"io/ioutil"
"log"
"net/http"
"strings"
)
type M map[string]interface{}
Konstanta dengan prefix MESSAGE_* adalah representasi dari jenis message yang
dikirim dari socket server ke semua client (yang terhubung).
OK, setelah kode di atas ditulis, siapkan tiga buah struct berikut.
600
A.3.A. Go Modules
Selanjutnya buat fungsi main() , siapkan satu buah rute, / , isinya menampilkan
template view index.html . Siapkan juga rute /ws yang akan menjadi gateway
komunikasi socket.
func main() {
http.HandleFunc("/", func(w http.ResponseWriter, r *http.Request) {
content, err := ioutil.ReadFile("index.html")
if err != nil {
http.Error(w, "Could not open requested file", http.StatusInternalS
return
}
Handler /ws diisi dengan proses untuk konversi koneksi HTTP ke koneksi web
socket. Statement websocket.Upgrade() digunakan untuk ini. Pada statement
tersebut, parameter ke-4 adalah besar read buffer, sedangkan parameter ke-5
adalah besar write buffer.
username := r.URL.Query().Get("username")
currentConn := WebSocketConnection{Conn: currentGorillaConn, Username: user
connections = append(connections, ¤tConn)
go handleIO(¤tConn, connections)
})
601
A.3.A. Go Modules
for {
payload := SocketPayload{}
err := currentConn.ReadJSON(&payload)
if err != nil {
if strings.Contains(err.Error(), "websocket: close") {
broadcastMessage(currentConn, MESSAGE_LEAVE, "")
ejectConnection(currentConn)
return
}
log.Println("ERROR", err.Error())
continue
}
Ketika koneksi terjalin untuk pertama kalinya, antara socket client dan socket
server, fungsi broadcastMessage() dipanggil. Semua client yang terhubung
(kecuali currentConn ) dikirimi pesan dengan jenis MESSAGE_NEW_USER ,
menginformasikan bahwa ada user baru terhubung ke room.
dalam loop adalah blocking. Statement tersebut hanya akan tereksekusi ketika
ada payload (berupa message/pesan) dikirim dari socket client. Payload tersebut
diterima oleh socket server, kemudian di-broadcast ke semua client yang
602
A.3.A. Go Modules
Error diatas adalah indikator bahwa current client terputus koneksinya dengan
socket server. Ketika hal ini terjadi, maka akan ada message yang di-broadcast
ke semua client yang terhubung (kecuali currentConn ) dengan jenis message
adalah MESSAGE_LEAVE , untuk menginformasikan bahwa ada user (yaitu
currentConn ) yang leave room. Tak lupa, objek currentConn dikeluarkan dari
slice connections lewat fungsi ejectConnection() .
Fungsi ejectConnection() :
Fungsi broadcastMessage() :
eachConn.WriteJSON(SocketResponse{
From: currentConn.Username,
Type: kind,
Message: message,
})
}
}
Bagian back end sudah cukup. Sekarang lanjut ke layer front end.
603
A.3.A. Go Modules
Siapkan terlebih dahulu basis layout front end. Ada dua section penting yg harus
disiapkan.
1. Sebuah div dengan ukuran besar, nantinya diisi dengan message yang
dikirim oleh current client dan client lainnya.
2. Sebuah form dengan isi satu inputan text dan satu button. Nantinya user
menulis pesan yang ingin di-broadcast ke inputan text, lalu klik button untuk
submit message tersebut.
<!DOCTYPE html>
<html>
<head>
<title>WebSocket</title>
<style type="text/css">
// styles here
</style>
</head>
<body>
<div class="container"></div>
<div class="form">
<form onsubmit="app.doSendMessage(); return false;">
<div class="placeholder">
<label>Hello <b class="username"></b>. Say something:</label>
</div>
<input class="input-message" type="text" placeholder="Enter message
<button type="submit">Send</button>
</form>
</div>
<script type="text/javascript">
// js script here
</script>
</body>
</html>
604
A.3.A. Go Modules
.form {
position: fixed;
left: 0;
bottom: 0;
right: 0;
background-color: #f9f9f9;
border-top: 1px solid #78b8ef;
padding: 5px 10px;
}
.form .placeholder, .form .input-message, .form button {
display: block;
margin-bottom: 5px;
}
.form .input-message {
padding: 7px;
border: 1px solid #ecebeb;
border-radius: 4px;
width: -webkit-fill-available;
}
.form button {
width: 100%;
color: white;
padding: 7px 10px;
border-radius: 4px;
background-color: #78b8ef;
border: 1px solid #5a9ed8;
}
.container { margin-bottom: 50px; }
.container p { display: block; }
OK, sekarang saatnya masuk ke bagian yang paling disukai anak jaman now (?),
yaitu javascript. Siapkan beberapa property, satu untuk menampung objek client
socket server, dan satu lagi menampung element container (element inilah yang
nantinya akan diisi message yang di-broadcast oleh server).
605
A.3.A. Go Modules
var app = {}
app.ws = undefined
app.container = undefined
app.init = function () {
if (!(window.WebSocket)) {
alert('Your browser does not support WebSocket')
return
}
app.container = document.querySelector('.container')
// ...
}
window.onload = app.init
Di saat pertama kali page load, muncul prompt yang meminta inputan nama user.
Nantinya user yang diinput dijadikan sebagai current username pada aplikasi
chatting ini.
Property app.ws digunakan untuk menampung objek client web socket. Dari
objek tersebut, buat 3 buah event listener. Tulis deklarasi event-nya dalam
app.init .
Event onopen . Event ini dieksekusi ketika current socket client berhasil
terhubung dengan socket server.
app.ws.onopen = function() {
var message = '<b>me</b>: connected'
app.print(message)
}
Event onmessage . Event ini terpanggil ketika socket server mengirim data
dan diterima oleh masing-masing socket client. Di dalam event init, message
yang di-broadcast oleh socket server ditampilkan sesuai jenis message-nya,
apakah New User , Leave , atau Chat .
606
A.3.A. Go Modules
app.print(message)
}
app.ws.onclose = function () {
var message = '<b>me</b>: disconnected'
app.print(message)
}
app.doSendMessage = function () {
var messageRaw = document.querySelector('.input-message').value
app.ws.send(JSON.stringify({
Message: messageRaw
}));
document.querySelector('.input-message').value = ''
}
D.3.3. Testing
Buka beberapa tab, gunakan username apa saja di masing-masing tab. Coba
berinteraksi satu sama lain.
607
A.3.A. Go Modules
Bisa dilihat, ketika ada user baru, semua client yang sudah terhubung mendapat
pesan User XXX: connected.
Pesan yang ditulis oleh satu client bisa dilihat oleh client lainnya.
Ketika salah satu user leave, pesan User XXX: disconnected akan di-broadcast
ke semua user lainnya. Pada gambar di bawah ini dicontohkan user Noval
Agung leave.
608