25 191 1 PB PDF
25 191 1 PB PDF
25 191 1 PB PDF
Email: fajar.sudiono@gmail.com
ABSTRACK
Background:Polycystic ovary syndrome (PCOS) is an endocrine disorder that
has the broadest and best in women often springs reproduktif age. Factors
underlying the recovery of PCOS are excessive androgens, insulin resistance, and
disturbance of gonadotropin dynamics. Excessive androgen causes LH and FSH
to develop. In the theory hyperbaric oxygen therapy allows to increase sensitivity
tissue to insulin. The . The purpose of this research was to know effect using
hyperbaric oxygen therapy 2.4 ATA 3x30 minutes for 5 sessions on testosterone
levels on rats model of Polycystic Ovary Syndrome with insulin resistance.
Metode:The research is experimental with post test only control group design.
The total sample used as 12 rats that is divided into 2 groups. Independent
variable is therapeutic oxygen hiperbarik, dependent variable testosteron level
from blood sample of rats and control variables are room temperature and
standard feed and control variables of androgen injection, types and specifications
of experimental animals, cage size and animal care. Data analysis of this study
was processed using Mann Whitney U test.
Result:The results of using Mann Whitney U Test with p-value = 0,150 > α
(0.05), showed no difference between testosterone levels in the experimental
group given androgen injection with the group of animals given androgen
injection and hyperbaric oxygen therapy.
Conclusion:Therapy oxygen hyperbarik has not been effecting testosteron levels
in white rats (Rattus Norvegicus) model syndroma ovarium polycystic with
resistensi insulin.
1
RESEARCH STUDY Oceana Biomedicina Journal Vol 3 No 1
Jan – Jun 2020
ABSTRAK
Latar Belakang:Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah suatu kelainan
endokrin yang mempunyai spektrum gambaran yang luas dan paling sering timbul
pada wanita usia reproduktif. Faktor yang mendasari terjadinya SOPK adalah
androgen yang berlebih, resistensi insulin, dan gangguan dinamika gonadotropin.
Androgen yang berlebih menyebabkan ketidak seimbangan LH dan FSH. Terapi
oksigen hiperbarik menurut teori dapat meningkatkan sensitivitas jaringan
terhadap insulin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
terapi okssigen hiperbarik 2,4 ATA 3x30 menit selama 5 sesi terhadap kadar
testosterone pada tikus model Sindroma Ovarium Polikistik dengan resistensi
insulin.
Metode:Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sejati dengan post test
only control group design. Besar sampel yang digunakan sebanyak 12 ekor yang
terbagi menjadi 2 kelompok. Variabel bebas pada penelitian adalah terapi oksigen
hiperbarik, variabel terikatnya yaitu kadar testosteron pada sampel darah tikus
putih dan variabel controlnya suhu ruang dan pakan standart serta variabel
kendalinya injeksi androgen, jenis dan spesifikasi hewan coba, ukuran kandang
dan perawatan hewan. Analisis data penelitian ini diolah menggunakan uji Uji
Mann Whitney U.
Hasil:Hasil Hasil uji Mann-Whitney U menunjukkan nilai signifikansi p-value =
0,150 yaitu > α (0.05), antara Kadar testosteron kelompok hewan coba yang
diberi injeksi androgen dengan kelompok hewan coba yang diberi injeksi
androgen dan terapi oksigen hiperbarik.
Kesimpulan:Pemberian terapi oksigen hiperbarik tidak berpengaruh terhadap
Kadar testosterone pada kelompok tikus putih (Rattus Norvegicus) model
Sindrom ovarium polikistik dengan resistensi insulin.
Pendahuluan
Penyakit kelainan endokrin yang banyak terjadi pada perempuan usia produktif
adalah Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK). Gejala yang sering dialami oleh
seorang wanita usia produktif yang terkena sindroma ovarium polikistik adalah
sering mengeluh dan mengalami gejala siklus haid tidak teratur, haid yang tidak
ada dan kadang hanya sedikit, kegemukan dengan jaringan lemak yang
2
RESEARCH STUDY Oceana Biomedicina Journal Vol 3 No 1
Jan – Jun 2020
meningkat, timbul jerawat pada bagian wajah atau badan, tumbuhnya rambut yang
berlebihan pada wajah atau badan, dan apabila wanita tersebut sudah dan ingin
Kelainan yang mendasari terjadinya SOPK sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti, namun telah disepakati bahwa faktor-faktor yang berperan adalah
(Muttaqin et al.,2009).
telah telah diketahui yaitu hormon androgen yang berlebih mengalami aromatisasi
sekresi luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) pada
insulin dan LH didalam sirkulasi secara umum akan meningkat. Sel teka yang
menjadi estrogen di dalam ovarium mejadi sangat aktif dan responsive terhadap
stimulasi LH. Sel teka akan lebih besar dan akan menghasilkan androgen lebih
telah berkembang dengan pesat. Terapi ini telah dipakai untuk menanggulangi
3
RESEARCH STUDY Oceana Biomedicina Journal Vol 3 No 1
Jan – Jun 2020
TNI AL pada tahun 1960 dan terus berkembang sampai saat ini (Rijadi,2009).
seseorang yang bernafas dengan oksigen 100% diatas tekanan 1 Atmosfer. Terapi
ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah molekul oksigen yang masuk ke dalam
yang dihirup, maka jumlah oksigen yang terlarut dalam darah semakin meningkat.
Oksigen diangkut oleh darah ke seluruh sel-sel dan jaringan tubuh. Oksigen
sendiri memiliki peranan penting pada fungsi-fungsi sel dan jaringan tubuh,
untuk mengetahui pengaruh terapi oksigen hiperbarik 2,4 ATA 3x30 menit selama
5 sesi terhadap terjadinya penurunan kadar testosteron pada tikus model Sindroma
Metode
Rancangan penelitian ini adalah post test only control group design, yang
perlakuan. Terdiri dari dua kelompok (satu kelompok kontrol dan satu kelompok
perlakuan) yang dipilih secara random untuk dianalisis. Tiap kelompok terdiri dari
4
RESEARCH STUDY Oceana Biomedicina Journal Vol 3 No 1
Jan – Jun 2020
6 hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) betina dewasa dengan
injeksi androgen per hari selama 28 hari dan pada hari ke 29-33 diberi
TOHB 100%, dengan tekanan 1 ATA (sesuai tekanan udara luar) dan
(sesi).
Kemudian dilakukan terminasi pada hari ke-34 dan diambil serum darah dari
Hasil Penelitian
galur wistar betina, umur 5-6 bulan, berat berkisar 250-300 gram yang dibagi
1. Kontrol positif diberi pakan standar dan air minum serta injeksi
5
RESEARCH STUDY Oceana Biomedicina Journal Vol 3 No 1
Jan – Jun 2020
2. Kelompok perlakuan diberi pakan standar dan air minum serta injeksi
androgen per hari selama 28 hari kemudian di TOHB selama lima sesi.
Rata-rata nilai kadar testosteron pada tikus model sindroma ovarium polikistik
kelompok hewan coba yang diberi injeksi androgen yaitu sebesar 0,44 ng/ml, dan
kelompok hewan coba yang diberi injeksi androgen serta diberi terapi oksigen
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan rerata kadar testosteron
pada kelompok hewan coba yang diberi injeksi androgen serta diberi terapi
oksigen hiperbarik dibandingkan dengan hewan coba yang diberi injeksi androgen
saja.
Kadar Testosteron
0,8 0,75
0,6 0,44
0,4
K+
0,2
KP
0
K+
KP
Keterangan:
K+ : Kelompok hewan coba yang diberi injeksi androgen
KP : Kelompok hewan coba yang diberi injeksi androgen serta diberi terapi oksigen hiperbarik
meliputi kadar testosteron kelompok hewan coba yang diberi injeksi androgen
6
RESEARCH STUDY Oceana Biomedicina Journal Vol 3 No 1
Jan – Jun 2020
(p=0,022) dan kelompok hewan coba yang diberi injeksi androgen serta diberi
normal. Karena data tidak normal maka pengujian parametrik tidak bisa
yaitu > α (0.05) maka tidak ada perbedaan antara kadar testosteron kelompok
hewan coba yang diberi injeksi androgen dengan kelompok hewan coba yang
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata antara kadar
insulin kelompok hewan coba yang diberi injeksi androgen dengan kelompok
hewan coba yang diberi injeksi androgen dan terapi oksigen hiperbarik 2,4 ATA
hewan coba yang diberi injeksi androgen sebesar 0,44 ng/ml, dan kelompok
hewan coba yang diberi injeksi androgen serta diberi terapi oksigen hiperbarik
sebesar 0,75 ng/ml. Nilai rata-rata ini lebih tinggi dari pada kelompok kontrol
yaitu kelompok hewan coba yang diberi injeksi androgen. Secara statistik nilai
7
RESEARCH STUDY Oceana Biomedicina Journal Vol 3 No 1
Jan – Jun 2020
Pemberian TOHB dengan dosis yang lebih tinggi 2.4 ATA selama 90 menit
dibandingkan dengan 2,4 ATA 3X30 menit 5 sesi diharapkan dapat memperbaiki
endometrium, namun tampaknya hal tersebut tidak terjadi. Penelitian Veterini and
Santoso, (2015) menemukan bahwa Pemberian TOHB 2.4 ATA selama 90 menit,
dua kali dalam sehari selama 5 sesi pada tikus model SOPK dengan resistensi
insulin dengan perlakuan yang sama pada penelitian ini menurunkan ekspresi
GLUT-4 pada otot skelet secara bermakna. Penurunan ekspresi GLUT-4 tersebut
dapat diartikan bahwa TOHB memperburuk resistensi insulin yang terjadi pada
hiperoksia jaringan. Adanya hiperoksia jaringan pada satu sisi akan memberikan
dampak yang positif namun pada sisi yang lain, kondisi hiperoksia jaringan juga
bahwa TOHB adalah pisau bermata dua, di satu sisi dapat memberikan manfaat
positif, namun di sisi lainnya dapat merugikan sehingga penentuan dosis (besar
tekanan, lama pemberian) sangat menentukan manfaat yang akan diperoleh. Dosis
8
RESEARCH STUDY Oceana Biomedicina Journal Vol 3 No 1
Jan – Jun 2020
yang sesuai pada satu kondisi belum tentu dapat diaplikasikan pada kondisi yang
Pada penelitian Rojas et al., (2014) tingkat oxydative stress (OS) diamati
insulin melalui post insulin receptor signaling pathway, insulin receptor substrate
et al., 2014).
Berdasarkan alasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa TOHB tidak
memberikan pengaruh terhadap kadar testosteron pada tikus model SOPK, tetapi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh terapi oksigen hiperbarik 2,4 ATA 3X30
menit 5 sesi terhadap kadar testosteron pada tikus model sindroma ovarium
9
RESEARCH STUDY Oceana Biomedicina Journal Vol 3 No 1
Jan – Jun 2020
Daftar Pustaka
10
RESEARCH STUDY Oceana Biomedicina Journal Vol 3 No 1
Jan – Jun 2020
11