Aktivitas Di Alun-Alun Sebagai Ruang Terbuka Publik Dengan Konsep Lapangan
Aktivitas Di Alun-Alun Sebagai Ruang Terbuka Publik Dengan Konsep Lapangan
Aktivitas Di Alun-Alun Sebagai Ruang Terbuka Publik Dengan Konsep Lapangan
id
https://journal.unwira.ac.id/index.php/ARTEKS
Research paper doi: http://doi.org/10.30822/arteks.v5i1.116
Copyright ©2020 Grace Putri Dianty, Yohanes Basuki Dwisusanto. This is an open access article distributed the Creative
Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
53
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
sejak jaman prakolonial sampai sekarang (Susanti variabel penilaian yang memengaruhi tingkat
2015). efektifitas penggunaan ruang publik, yaitu;
Alun-alun berdasarkan sejarahnya adalah variabel intensity of use (intensitas penggunaan
sebuah lapangan persegi yang ditanami rumput sebuah ruang), intesity of social use (intensitas
dan terdapat pohon beringin pada bagian penggunaan sosial), people’s duration of stay
tengahnya, yang biasanya dapat ditemui di (durasi tinggal seseorang pada sebuah ruang),
kediaman Bupati daerah Jawa (Handinoto 1992). temporal diversity index (indeks keanekaragaman
Renovasi/pembaharuan fisik pada alun-alun yang temporal), variety of use (variasi
Bandung menjadikannya salah satu perwujudan penggunaan) dan diversity of users (keragaman
dari ruang publik di pusat kota yang berfungsi pengguna) (Gumano, Eriawan, dan Hamdi 2016).
untuk melakukan beragam kegiatan publik Pola dan aktivitas pemanfaatan ruang yang terjadi
(Ramadhan et al. 2018). Meskipun telah berubah pada ruang publik dapat diamati dari aktivitas
dari wujud asalnya, penataan fisik alun-alun yang serta pergerakan pengguna di dalamnya (Hantono
baru, mengembalikan konsep awal dari alun-alun, 2017). Pengamatan terhadap pergerakan orang
yaitu terdapat lapangan persegi pada bagian (movement) adalah kunci penting dan mendasar
tengah dengan menambahkan fasilitas-fasilitas untuk memahami bagaimana makna dan fungsi
pendukung di bagian pinggirnya (Putra et al. suatu tempat. Seperti bagaimana alur/pergerakan
2015). Pemaknaan kembali jiwa/nilai dari suatu pejalan kaki yang terjadi dalam ruang publik
tempat yang sesuai dengan makna awalnya dapat dimana orang lain lebih memilih untuk duduk
mengembalikan makna aslinya dan mengurangi atau berlama-lama (terkait dengan kehidupan dan
efek dari perubahan fungsi tempat tersebut karena aktivitas yang terjadi di dalam ruangan)
perkembangan nilai dan budaya (Sulistyo 2012). (Jamalludin 2018). Sebagai besar pengunjung
Makna dari sebuah ruang dapat dipahami dari Alun-alun Bandung adalah perempuan yang
adanya aktivitas sebagai hasil interaksi antara berasal dari luar Kota, dengan kelompok usia 21-
lingkungan (objek) dengan manusia (pelaku) dan 30 tahun (mahasiswa dan pelajar). Berdasarkan
aktivitas seseorang di ruang publik memengaruhi frekuensi kunjungannya mayoritas pengunjung
lingkungan dimana mereka beraktivitas telah datang ke Alun-alun Bandung lebih dari 4
(Wibowo, Rukayah, dan Suprapti 2015). Terdapat (empat) kali dengan tujuan menikmati suasana
beberapa kriteria ruang publik yang ideal, yaitu; dan beristirahat. Hal tersebut berhubungan
kenyamanan (kenyamanan dalam melakukan dengan permasalahan utama Alun-alun Bandung,
aktivitas), keselamatan (melindungi pengguna), yaitu panas dari matahari saat beraktivitas di area
keamanan (memberikan rasa aman), daya tarik tersebut (Firdausah dan Kusuma 2016).
(ciri khas ruang publik) dan aksesibilitas Isu atau permasalahan yang dibahas dalam
(kemudahan dalam mencapai) (Hilman 2015). penelitian ini adalah pola aktivitas publik yang
Sejalan dengan itu, terdapat 3 (tiga) faktor yang terjadi di Alun-alun Bandung sebagai ruang
memengaruhi masyarakat dalam penggunaan publik dengan bentuknya yang baru, setelah
ruang publik sebagai fungsi sosialnya yaitu; dilakukan beberapa kali renovasi yang pada
aksesibilitas (mudah untuk diakses oleh semua akhirnya kembali ke konsep awalnya (konsep
kalangan masyarakat), kualitas keamanan dan lapangan luas) dengan penambahan fasilitas-
kenyamanan, dan kemampuan menarik pengguna fasilitas pendukung di sekelilingnya.
(didukung dengan aktivitas yang menarik seperti Tujuan dari penelitian ini adalah
olahraga, bersantai) (Illiyin dan Idajati 2015). mengidentifikasi aktivitas - aktivitas yang terjadi
Tingkat kenyamanan di ruang publik dapat dari penataan fisik Alun-alun Bandung yang baru
dicapai dengan memperhatikan kondisi public dengan kembali ke konsep awal dan beberapa
furniture, atraksi fisik (misalnya: adanya air penyesuaian. Manfaat penelitian ini, yaitu; (1)
mancur, area bermain), vegetasi, jalur bagi kaum menyumbangkan pemikiran dengan melanjutkan
difabel dan keberadaan shelter (A. D. Pratiwi dan penelitian-penelitan yang telah dilakukan
Ernawati 2018). Elemen jalur pedestrian pada sebelumnya tentang ruang publik, (2) dapat
ruang publik dapat memicu (trigger) untuk dijadikan pedoman bagi para praktisi di bidang
menghidupkan kembali sebuah kawasan yang Arsitektur Perkotaan dalam menciptakan ruang
tadinya tidak aktif di sekitar jalur tersebut (Y. publik di kota yang sesuai dengan konteks dan
Pratiwi 2016). Berdasarkan penelitian dengan kebutuhan masyarakatnya.
menggunakan metode GPSI (Good Public Space
Index) pada suatu ruang publik, terdapat 6 (enam)
54
Grace Putri Dianty, Yohanes Basuki Dwisusanto:
Activity in Bandung city square as a public open space with open field concept
Metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
mengidentifikasi permasalahan yang ada adalah
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.
Penelitian kualitatif digunakan untuk membangun
realitas dan memahami maknanya dari objek yang
diteliti secara mendalam. Penelitian kualitatif
sangat penting untuk memperhatikan peristiwa,
proses dan otentisitasnya (Somantri 2005).
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
penelitian ini yaitu:
a. Observasi lapangan dengan melakukan
Gambar 1. Posisi Alun-alun Bandung, 2019
wawancara kepada beberapa pengunjung
Alun-alun Bandung untuk dapat mengetahui
Di bagian Utara alun-alun, terdapat halte bus
respon mereka selama beraktivitas dan
yang merupakan fasilitas pelengkap dan salah
mendokumentasikan kondisi alun-alun di
satu ikon dari taman pusat kota ini. Desainnya
lapangan, sehingga mendapatkan gambaran
yang menarik sering dijadikan tempat untuk
secara menyeluruh.
berfoto bagi para pengunjung dan masyarakat
b. Menetapkan objek yang akan diamati secara
yang melewatinya.
spesifik di area Alun-alun Bandung. dan
memaparkan secara detil tentang lokasi dan
Penataan fisik dan aktivitas di alun-alun
objek yang dipilih (tempat duduk, area
Bandung
bermain dan lain-lain).
Penataan fisik pada Alun-alun Bandung
c. Memetakan area berdasarkan aktivitas dan
dijelaskan dengan membagi areanya menjadi 7
fungsinya.
(tujuh) bagian, yaitu; area depan alun-alun, jalur
d. Data yang didapatkan dari wawancara dan
sirkulasi Barat, lapangan terbuka, area duduk dan
dokumentasi kemudian diolah berdasarkan
ruang bermain, jalur sirkulasi Timur, taman
teori-teori yang digunakan sebagai landasan
labirin, dan area belakang alun-alun. Perbedaan
dalam penelitian ini.
dari ketujuh penataan fisik terletak pada bentuk,
elemen pengisi dan konfigurasinya.
Temuan dan pembahasan
Alun-alun kota Bandung telah direnovasi dan
diresmikan oleh Walikota Bandung, Ridwan
Kamil pada bulan Desember 2014. Ruang publik
yang luasnya 1.200-meter persegi ini dibangun di
atas bangunan parkir dan dilapisi dengan rumput
hijau sintetis. Fasilitas pendukung yang terdapat
di area Alun-alun Bandung antara lain yaitu;
arena bermain anak, olahraga, area duduk,
perpustakaan dan sebagainya.
Gambar 2. Pemetaan area penelitian di Alun-alun
Bandung
55
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
elemen pengisi ruang. Sehingga dibutuhkan lampu taman, pohon yang diletakkan dengan
deskripsi secara detil mengenai sebuah penataan konfigurasi setiap jarak tempat duduk terdapat 2
fisik berdasarkan bentuk, elemen pengisi dan (dua) buah pohon. Di area pertama tidak ada
konfigurasi dari elemen-elemen yang ada. perbedaan ketinggian alasnya (rata).
Area pertama Alun-alun Bandung adalah area
depan yang terbagi atas 2 (dua) bagian dan
dipotong oleh gerbang untuk pintu masuk utama
dari arah Jalan Asia-Afrika. Bagian satu area
pertama berada disebelah kanan dari arah depan,
sedangkan bagian kedua berada pada sebelah
kirinya. Bentuk dasar bagian pertama adalah
persegi panjang dengan elemen pengisinya yaitu ;
tempat duduk single yang berbentuk kotak kecil
dari beton dengan finishing menyerupai batu
(lebar 50 cm, tinggi 60 cm) yang diletakkan Gambar 4. Tulisan ikonik Alun-alun Bandung menjadi
estetik di area ruang publik
mengelilingi setiap 1 (satu) pohon (dengan
konfigurasi 1 pohon dikelilingi 2-4 tempat duduk,
dan beberapa tempat duduk single diletakkan Kecenderungan yang terlihat di area pertama
secara tersebar pada bagian pinggirnya), 2 (dua) ini adalah adanya kecanggungan dalam posisi
buah bangku taman dengan bentuk memanjang duduk, dikarenakan bentuk yang unik dari tempat
bermaterialkan kayu dan besi (diletakkan pada duduk dan letaknya yang berada di tengah (pusat
bagian pinggir), tempat penitipan sepeda sewa, perhatian) sehingga banyak orang yang memilih
lampu taman, post peminjaman sepeda dan untuk tidak duduk pada area ini (bukan menjadi
tempat sampah. Pola lantai di area ini adalah pilihan pertama). Jarak antar tempat duduk 2 m
garis-garis horizontal dengan warna kuning dan adalah batas normal bagi individu atau kelompok
abu-abu, digunakan sebagai ilusi untuk sosial. Kebisingan di area ini sangat tinggi, karena
memberikan kesan ruang tidak terlalu panjang langsung berhadapan dengan jalanan besar, dan
dan ruang lebih lebar. sering terdengar suara dari alat stop pejalan kaki.
Kondisi siang hari terasa sangat panas meskipun
terdapat pohon peneduh, sehingga area ini
cenderung sepi pada siang hari. Bentuk tempat
duduk yang memanjang dan menerus (tidak
terdapat batasan), membuat pengunjung merasa
tidak canggung untuk duduk bersebelahan dengan
orang lain.
56
Grace Putri Dianty, Yohanes Basuki Dwisusanto:
Activity in Bandung city square as a public open space with open field concept
57
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
Pada area ketiga (lapangan), orang-orang akan berdampingan atau berlawanan arah. Jalan masuk
duduk bergerombol membentuk kelompok- yang terdapat di tengah memotong area menjadi
kelompok kecil yang menyebar (di sudut-sudut dua bagian dari arah belakang dan berfungsi
dan tengah lapangan). Area ini sangat sepi sebagai tempat transisi atau pun meeting point
(lengang) saat siang hari dan pengunjung yang bagi pengunjung.
datang akan duduk dipinggir lapangan untuk
berteduh, karena tidak terdapat pohon ataupun
peneduh di tengahnya sehingga terasa sangat
panas. Pengunjung menaruh alas kakinya pada
sisi-sisi lapangan karena tidak terdapat tempat
penitipan barang/alas kaki di area ini. Berbeda
dengan kondisi sore dan malam hari area ini
menjadi area yang sangat ramai, karena dengan
lapangan yang luas pengunjung dapat lebih
leluasa untuk bergerak dan menjadi tempat tujuan
Gambar 10. Pengunjung masih dapat melihat area
utama untuk bermain anak-anak. Letak lapangan sekitar secara keseluruhan, dan duduk di atas kotak-
yang berada di bagian tengah, memudahkan kotak labirin yang berukuran tidak terlalu tinggi
pengunjung untuk mengaksesnya dari keempat
sisi dan menjadi tempat yang paling dicari untuk Pengunjung memanfaatkan area keempat
berfoto (identitas dari Alun-alun Bandung) karena untuk duduk, bersirkulasi dan berfoto. Dengan
menyediakan view (pemandangan) yang luas ke jarak antar kotak yang cukup dekat, membuat
semua area di sekelilingnya. pengunjung lebih memilih untuk tidak
berhadapan langsung dengan orang lain, yang
tidak dikenalnya. Area ini cenderung sangat sepi
(lengang) pada siang hari, karena tidak terdapat
pohon peneduh. Sedangkan area ini cukup ramai
digunakan untuk berkumpul dan berfoto pada sore
dan malam hari.
Area keempat ada di sebelah Selatan lapangan Gambar 11. Kemiringan pada tiap kotak labirin
dengan luas areanya ± 1,492 m2 dan bentuk dasar memengaruhi posisi duduk dan arah dari jalan
persegi panjang. Area ini mengambil konsep seseorang secara tidak langsung
taman labirin, dengan bentuk poligon pada setiap
kotaknya (pot tanaman). Selain itu ketinggian dari Area kelima memiliki bentuk dasar segitiga,
tiap kotaknya tidak rata, melainkan dibuat miring, dengan luas area ± 619 m2, berada di sisi Utara
sehingga memberikan kesan dinamis/tidak lapangan. Elemen Pada area ini terdapat tempat
monoton. Lebar sirkulasinya 1,2 m, sehingga sampah, lampu taman, pohon, alat bermain anak,
tidak memungkinkan untuk berjalan
58
Grace Putri Dianty, Yohanes Basuki Dwisusanto:
Activity in Bandung city square as a public open space with open field concept
alat olahraga dan tempat duduk memanjang Area keenam berada di sisi Timur lapangan
disepanjang area (sisi kanan dan kiri jalan). dan bersebelahan dengan perpustakaan alun-alun
Adanya jalan masuk yang memotong area ini yang merupakan jalur sirkulasi. Luas area ini
menjadi 2 (dua) bagian, yaitu area duduk dan area adalah ± 629 m2, panjang ± 88 m dan lebar jalan
bermain dengan tempat duduk. Alas pada area 3 m. Di area ini terdapat bangku dan meja taman
bermain anak ditutupi dengan bahan khusus, yang (menyatu) berwarna merah dengan lebar dudukan
tidak keras, sehingga lebih aman jika anak ± 26.66 cm, tinggi dudukan ± 42.62 cm, lebar
terjatuh. Tempat duduk area ini memiliki meja ± 73.66 cm, panjang meja ± 182.25 cm dan
ketinggian 50 cm, lebar dudukan 50 cm, tinggi tinggi meja ± 77.69 cm (kapasitas 6 orang).
sandaran punggung 35 cm dan menggunakan Bangku dan meja taman diletakkan di ujung jalan
keramik sebagai penutup alas duduknya. yang mengarah ke area belakang alun-alun. Selain
bangku dan meja taman, elemen lainnya adalah
pohon dekat pintu masuk perpustakaan, tempat
sampah, lampu taman, bangunan perpustakaan
dan pagar tanaman yang rendah sepanjang
bangunan perpustakaan. Tampilan fasad
bangunan perpustakaan berfungsi sebagai elemen
estetis dengan garis-garis vertikal dan sebagai
ilusi untuk memotong jalur sirkulasi agar tidak
terlalu panjang dan monoton. Selain itu juga
Gambar 12. Posisi tempat duduk memudahkan bagi diberi pembatas berupa gate (gerbang) sehingga
orang tua mengawasi anak-anak bermain di area Alun- jalur sirkulasi tidak terlihat sangat panjang.
alun Bandung
59
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
60
Grace Putri Dianty, Yohanes Basuki Dwisusanto:
Activity in Bandung city square as a public open space with open field concept
bagian depan. Dalam segi keselamatan alun-alun memperhatikan perilaku orang lain yang
Bandung melindungi penggunanya dengan beraktivitas di sekitarnya dan dengan sadar atau
menempatkan papan-papan tulisan yang berisikan tidak menangkapnya sebagai suatu kebiasaan
aturan beraktivitas di dalamnya. Dalam segi yang wajar dan selalu dilakukan di suatu area
keamanan, terdapat petugas-petugas yang selalu tertentu, seperti yang terjadi di area sirkulasi
mengawasi, sehingga pengunjung dapat merasa Timur Alun-alun Bandung.
aman saat beraktivitas. Aksesibilitas menuju
Alun-alun Bandung, memudahkan
pengunjungnya yang datang menggunakan bis Referensi
kota dan taxi online, tetapi cukup sulit bagi
pengunjung yang menggunakan kendaraan Damayanty, Nora, Izziah Izziah, dan Renni
pribadi, karena harus memutar jika datang dari Anggraini. 2018. “Kajian Kesesuaian
arah Jalan Asia Afrika. Lapangan rumput sintetis Penataan Ruang Terbuka Publik di Kawasan
dan Masjid Raya Bandung yang menjadi latar Pasar Aceh Kota Banda Aceh dengan
belakangnya menjadi daya tarik yang dimiliki Komponen dan Indikator Perancangan Taman
Alun-alun Bandung, sehingga banyak Kota serta RTRW Kota Banda Acah 2009-
pengunjung yang menjadikannya tempat untuk 2029.” Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan
berfoto dan melakukan kegiatan khusus lainnya Perencanaan 1 (1): 53–62.
seperti beribadah ataupun rekreasi). https://doi.org/10.24815/jarsp.v1i1.10350.
Darmawan, Edy. 2005. “Ruang Publik dan
Kualitas Ruang Kota.” In Proceeding,
Kesimpulan Seminar Nasional PESAT 2005. Depok:
Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma.
Konsep awal (lapangan di tengah) yang http://repository.gunadarma.ac.id/645/.
diterapkan kembali pada Alun-alun Bandung Firdausah, Azzahra M., dan Hanson E. Kusuma.
yang disesuaikan dengan adanya penambahan 2016. “Korespondensi Permasalahan dan
fasilitas-fasilitas pendukung di sekelilingnya, Pemilihan Tempat di Alunalun sebagai Ruang
memberikan pilihan yang lebih banyak dan Terbuka Publik.” In Temu Ilmiah IPLBI 2016,
spesifik kepada pengunjung untuk beraktivitas di B049–54. Malang: Fakultas Teknik Sipil dan
dalamnya. Setiap fasilitas pendukung yang ada Perencanaan Institut Teknologi Nasional,
juga memberikan nilai lebih pada Alun-alun Malang. https://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-
Bandung yang sejatinya hanya merupakan content/uploads/2016/12/IPLBI2016-B-049-
lapangan luas, tetapi dapat menjadi ruang publik 054-Korespondensi-Permasalahan-dan-
di tengah kota yang menyatu dengan bangunan Pemilihan-Tempat-di-Alun-alun-Kota-
dan fasilitas publik lain di sekitarnya (Masjid sebagai-Ruang-Terbuka-Publik.pdf.
Agung, halte, dan lain-lain). Elemen pengisi Gumano, Hendry Natanael, Tomi Eriawan, dan
(tempat duduk, pohon dan lain-lain) dan Nur Hamdi. 2016. “Kajian Tingkat Efektifitas
perletakkannya menjadi faktor utama yang Ruang Publik yang Tersedia pada Pusat Kota-
memengaruhi pola aktivitas di Alun-alun kota di Provinsi Sumatera Barat berdasarkan
Bandung. Bentuk tempat duduk berpengaruh pada Metode ‘Good Public Space Index (GPSI).’”
kapasitas dan jenis pemakaiannya. Masyarakat Abstract of Undergraduate Research, Faculty
yang datang berkelompok akan cenderung of Civil and Planning Engineering, Bung
mencari tempat/area yang dapat menampung Hatta University 1 (3): 1–11.
kegiatannya sebagai kelompok, seperti bangku http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?journ
yang menyatu dengan meja. Selain itu orientasi al=JFTSP&page=article&op=view&path%5
tempat duduk menentukkan pilihan dan posisi B%5D=7244&path%5B%5D=6126.
duduk seseorang, karena orang cenderung akan Handinoto. 1992. “Alun-alun sebagai Identitas
menghindari posisi duduk yang membuatnya Kota Jawa, dulu dan sekarang.” Dimensi
menjadi pusat perhatian atau membuatnya dapat Teknik Arsitektur, 1–15.
bersentuhan langsung dengan orang lain yang http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/81-
tidak dikenalnya. Selain itu, aktivitas orang lain di 005/ALUN-ALUN.pdf.
dalamnya juga dapat membentuk pola aktivitas Hantono, Dedi. 2017. “Pola Aktivitas Ruang
tertentu, karena orang akan cenderung Terbuka pada Kawasan Taman Fatahillah
61
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
Jakarta.” Jurnal Arsitektur Komposisi 11 (6): Alun-alun Bandung Sebagai Ruang Terbuka
265–77. Publik.” Reka Karsa: Jurnal Arsitektur 3 (3):
https://doi.org/10.24002/jars.v11i6.1360. 1–12.
Hilman, Yusuf Adam. 2015. “Revitalisasi Konsep https://doi.org/10.26760/rekakarsa.v3i3.696.
Alun – Alun sebagai Ruang Publik: ( Studi Rahman, Arif. 2009. “Revitalisasi Kawasan
pada pemanfaatan alun alun Ponorogo).” Konservasi Pusat Kota Lama, Studi Kasus:
ARISTO 3 (1): 28–37. Kawasan Jalan ‘Braga’ Bandung.” Jurnal
https://doi.org/10.24269/ars.v3i1.9. Ilmiah Desain dan Konstruksi 8 (2).
Illiyin, Dini Faza, dan Hertiari Idajati. 2015. https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/d
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi ekons/article/view/459/399.
Masyarakat dalam Penggunaan Ruang Ramadhan, Gema, Gina Nurzuraida, Heru
Terbuka Publik sebagai Fungsi Sosial di GOR Wibowo, dan Karto Wijaya. 2018. “Elemen
Delta Sidoarjo berdasarkan Prefernsi Pembentuk Ruang Terbuka Publik Alun-Alun
Masyarakat.” Jurnal Teknik 4 (2): C114–18. Kota Bandung.” ENSAINS JOURNAL.
https://doi.org/10.12962/j23373539.v4i2.112 https://doi.org/10.31848/ensains.v1i1.57.
74. Santoso, Budi, Retna Hidayah, dan Sumardjito.
Jamalludin, Rizqi. 2018. “Identifikasi Alun-alun 2012. “Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka
Kudus sebagai Fasilitas Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perkampungan
Publik di Tinjau terhadap Pendekatan Plemburan Tegal, Ngaglik Sleman.” Inersia :
Dimensi Fungsi dan Dimensi Sosial.” Jurnal Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur 8 (1): 1–14.
Planologi 15 (1): 34–48. https://doi.org/10.21831/inersia.v8i1.3694.
https://doi.org/10.30659/jpsa.v15i1.2761. Somantri, Gumilar Rusliwa. 2005. “Memahami
Liem, Yoseph, dan Reginaldo Christophori Lake. Metode Kualitatif.” Makara Hubs-Asia
2018. “Pemaknaan Ruang Terbuka Publik (Human Behavior Studies in Asia) 9 (2): 57–
Taman Nostalgia Kota Kupang.” ARTEKS : 65. https://doi.org/10.7454/mssh.v9i2.122.
Jurnal Teknik Arsitektur 2 (2): 149–58. Sulistyo, Broto W. 2012. “Diferensiasi dan
https://doi.org/10.30822/arteks.v2i1.48. Redefinisi Ruang Terbuka Publik Kota
Pratiwi, Ayunastuti Dian, dan Jenny Ernawati. Melalui Pemaknaan Jiwa Tempat (Spirit of
2018. “Tingkat Kenyamanan Fungsional Place), Studi Kasus: Taman Bungkul
Alun-alun Batu sebagai Ruang Publik.” Surabaya.” JURNAL IPTEK 16 (1): 9–16.
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur 6 (1). http://jurnal.itats.ac.id/wp-
http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index. content/uploads/2013/06/2.-BROTO-FINAL-
php/jma/article/viewFile/472/446. hal-9-16.pdf.
Pratiwi, Yulia. 2016. “Transformasi Fungsi Susanti, Wiwik Dwi. 2015. “Identifikasi
Ruang Terbuka Publik di Perkotaan, Studi Pemanfaatan Alun-alun Malang.” Jurnal
Kasus: Taman Pedestrian Kecamatan Ilmiah Teknik Lingkungan 7 (2): 124–28.
Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, http://eprints.upnjatim.ac.id/7223/1/8._Wiwi
Kalimantan Timur.” Nalars: Jurnal Arsitektur k_Arsitek__Abstrak_inggris_belum.pdf.
FT-UMJ 15 (1): 63–72. Wibowo, Heru, R. Siti Rukayah, dan Atiek
https://doi.org/10.24853/nalars.15.1.63-72. Suprapti. 2015. “Persepsi Masyarakat
Putra, Aria Dirgantara, Muhammad Azwir, Vera terhadap Alun-alun Kota Bandung sebagai
Octaviany, dan Rasty Nilamsuci. 2015. Ruang Terbuka Publik.” Teknik 36 (1): 10–16.
“Kajian Transformasi Bentuk dan Fungsi https://doi.org/10.14710/teknik.v36i1.7268.
62