Analisis Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Produksi Susu Bogor, Jawa Barat
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Produksi Susu Bogor, Jawa Barat
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Produksi Susu Bogor, Jawa Barat
15 – 31
Abstract: Total production of dairy farmers in Indonesia are accounted for less than a
quarter of the national dairy consumption. Most of dairy farmers in Indonesia are
coordinated by cooperative. Therefore, the right strategy is needed to strengthen the
role of cooperatives and their members. Research is conducted in Bogor Dairy
Production Cooperative (KPS Bogor), Bogor District. The research is offering Business
Development Strategy of dairy cooperative using Strengths, Weaknesses, Opportunities,
and Threats (SWOT) analysis and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
methods. The results showed the internal and external (IE) indicators in KPS Bogor. IE
Matrix showed that KPS Bogor stands in five quadrant. The general strategies are
market penetration and product development. Based on matrix of SWOT method, there
are six alternative strategies. QSPM results showed the highest priority strategy for
KPS Bogor are: (1) Strategy to develop derivative products of milk, (2) Strategy to
increase the number of dairy farmers, (3) Strategy to provide credit facilities for
members of the cooperative, (4) Strategy to improve milk quality standards, (5)
Strategy to expand the distribution network, and (6) Strategy to clarify goals of KPS
Bogor.
Abstrak: Indonesia masih melakukan impor susu sapi sebesar 80% dari konsumsi nasional.
Sebagian besar produksi susu sapi di Indonesia dikoordinir oleh koperasi yang tergabung
dalam GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia). Salah satu anggota dari GKSI di Jawa
Barat adalah Koperasi Produksi dan Pengolahan Susu (KPS) Bogor. Untuk dapat bertahan
dan bersaing di pasar, strategi pengembangan sangat dibutuhkan oleh KPS Bogor.
Penelitian yang dilakukan ini menyajikan strategi pengembangan bisnis KPS Bogor
menggunakan alat analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) dan
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Berdasarkan Matriks IE (internal-
eksternal), strategi umum yang dapat dilakukan adalah pengembangan produk dan penetrasi
pasar. Di sisi lain, berdasarkan alat analisis QSPM, strategi yang menjadi prioritas KPS
Bogor adalah: (1) Strategi mengembangkan produk turunan susu, (2) Strategi mening-
katkan jumlah anggota koperasi, (3) Strategi penyediaan fasilitas kredit usaha bagi anggota,
(4) Strategi meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan, (5) Strategi mengembangkan
jaringan distribusi susu, dan (6) strategi memperjelas tujuan koperasi.
PENDAHULUAN
Agribisnis di bidang susu sapi perah memiliki manfaat dan potensi yang dapat
dikembangkan di Indonesia. Negara ini memiliki peluang dalam pengembangan
peternakan sapi perah karena didukung oleh kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan
lahan di Indonesia yang memungkinkan pengembangannya. Kemudian, peternakan sapi
perah mampu memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia,
khususnya untuk masyarakat perdesaan (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
2015).
Produksi susu sapi perah di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013
sebesar 786.849 ton menjadi sebesar 805.363 ton pada tahun 2015 (Badan Pusat
Statistik, 2016). Meskipun produksi susu lokal meningkat, tetapi ketersediaan susu di
Indonesia masih didominasi oleh susu impor. Ketersediaan produksi susu sapi lokal
hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 20,37% dari kebutuhan nasional,
sedangkan sisanya dipenuhi dari impor. Di sisi lain, konsumsi susu di Indonesia
meningkat dari tahun 2012 sebesar 11,09 liter/kapita/tahun menjadi 14,6 liter/kapita/
tahun pada tahun 2013 (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2015).
Salah satu daerah penghasil produk susu sapi perah di Indonesia adalah Jawa Barat.
Produksi susu sapi peran di Jawa Barat mengalami peningkatan dari 255.548 ton pada tahun
2013 menjadi 260.823 ton pada tahun 2015 (Badan Pusat Statistik, 2016). Daerah ini
memiliki jumlah produksi susu sapi perah terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa
KAJIAN TEORITIS
Konsep Koperasi Peternakan Sapi Perah
Koperasi susu hasil peternakan sapi perah pertama kali berdiri di Indonesia pada
tahun 1949 yang merupakan Gabungan Petani Peternak Sapi Perah Pangalengan
(GAPPSIP). Namun, pada tahun 1963 koperasi ini tutup akibat buruknya manajemen usaha
koperasi. Pada tahun 1969, pemerintah mulai mendirikan kembali koperasi dengan nama
Koperasi Peternak Bandung Selatan. Berikutnya, pada tahun 1978 pemerintah
Manajemen Strategis
Manajemen strategis merupakan ilmu dan seni untuk merumuskan, menerapkan,
dan mengevaluasi kegiatan lintas fungsi organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Manajemen strategis merupakan kegiatan untuk mengintegrasikan
manajemen, pemasaran, akuntansi, penelitian, produksi, dan sebagainya untuk mencapai
kesuksesan organisasi (David, 2011).
Ada beberapa tahapan dalam menyusun manajemen strategis. Dengan mengikuti
setiap tahap yang ada, maka manajemen strategis dapat tersusun dengan baik. Tahapan
tersebut terdiri atas perumusan strategi, penerapan strategi, dan penilaian strategi.
Berikut ini merupakan tahapan dalam penyusunan manajemen strategis:
1. Perumusan strategi merupakan penyusunan strategi yang terbaik bagi organisasi
untuk dapat mencakup tujuan perusahaan.
2. Penerapan strategi dilakukan setelah organisasi merumuskan strategi yang ada.
3. Penilaian strategi merupakan tahap terakhir dari tahapan penyusunan manajemen
strategis.
Permana (2011) dalam penelitiannya berjudul Strategi Pengembangan Koperasi
Jasa Agribisnis (KOJA) STA Panumbangan Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat
menyebutkan bahwa tujuan penelitian tersebut untuk menganalisis faktor-faktor
eksternal dan internal pada koperasi, serta merumuskan strategi untuk pengembangan
usaha koperasi. Analisis penelitian tersebut menggunakan metode SWOT. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa strategi yang menjadi prioritas untuk mengembangkan
koperasi adalah meningkatkan pelayanan, meningkatkan jumlah anggota koperasi,
mencari mitra pemasaran baru, mengembangkan jaringan usaha koperasi, bekerjasama
dengan pemerintah, menerapkan sistem penghargaan dan SOP, dan melakukan
konsolidasi internal.
Penelitian lain yang berkaitan adalah penelitian yang dilakukan oleh Pristiyanto,
Bintoro, dan Soekarto (2013) berjudul Strategi Pengembangan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah dalam Pembiayaan Usaha Mikro di Kecamatan Tanjungsari, Sumedang. Tujuan
penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal koperasi dan
menyusun rumusan strategi. Teknik pengolahan data menggunakan metode diskriptif
baik kualitatif maupun kuantitatif yang meliputi analisis matriks IFE, EFE, IE, SWOT,
dan QSPM. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, total bobot untuk nilai IFE
sebesar 3,14 dan total bobot EFE 2,92. Nilai yang lebih besar dari 2,5 menunjukkan
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian ini adalah Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS)
Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Penelitian dilakukan pada bulan Januari–Februari 2017.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini didasari oleh alasan
bahwa KPS Bogor merupakan koperasi yang telah berdiri cukup lama, yaitu sejak tahun
1970 dan telah berhasil mendistribusikan produk hingga ke beberapa perusahaan besar
seperti PT Indolakto, PT Cisarua Mountain Dairy (PT Cisarua Mountain Dairy
(Cimory), PT Nutrifood Indonesia, dan industri pengolahan susu lainnya.
KPS Bogor terbuka dalam memberikan informasi kepada anggota. 0,0582 3,6667 0,2134
KPS Bogor memiliki saluran distribusi yang efektif. 0,0690 3,6667 0,253
KPS Bogor memiliki hubugan yang baik dengan distributor. 0,0668 3,6667 0,2449
Perputaran kas di KPS Bogor cepat (liquid). 0,0707 3,3333 0,2357
Anggota melakukan setoran susu secara rutin. 0,0633 3,6667 0,2321
KPS Bogor memiliki anggota (peternak) yang mampu 0,0563 3,6667 0,2064
menghasilkan susu segar sesuai standar.
KPS Bogor secara rutin melakukan penelitian terhadap kualitas 0,0549 3,3333 0,1829
susu yang diproduksi.
II. Kelemahan
Tujuan koperasi di KPS Bogor. 0,0551 2,0000 0,1002
Beberapa kepala divisi di KPS Bogor belum mampu mendelegasi- 0,0505 2,0000 0,101
kan tanggung jawab dengan baik kepada anggota divisi.
Kemasan produk olahan dari KPS Bogor. 0,0627 1,6667 0,1045
KPS Bogor belum memiliki cukup modal untuk mengembangkan 0,0728 2,0000 0,1456
usaha.
KPS Bogor belum mampu memenuhi seluruh permintaan 0,0670 1,0000 0,067
konsumen (produk susu segar).
KPS Bogor belum mendapatkan izin dari Depkes untuk produk 0,0571 1,6667 0,0951
olahan.
Total 1,0000 2,9103
2. Matriks EFE
Matriks EFE merupakan sebuah alat untuk mengetahui bagaimana perusahaan
menghadapi faktor kunci eksternal yang meliputi peluang dan ancaman pada kondisi
saat ini. Sama dengan perhitungan matriks IFE, matriks EFE terlebih dahulu dianalisis
bobot dan ratingnya, sehingga dapat diketahui masing-masing skor pada Tabel 4.
Tabel 4 memperlihatkan bahwa total skor EFE di KPS Bogor adalah 2,3731. Angka
ini masih berada di bawah nilai rata-rata. Oleh karena itu, KPS Bogor masih belum mampu
memaksimalkan peluang dan mengatasi ancaman. Aspek peluang yang memiliki skor
terbesar adalah Indonesia masih mengimpor susu sebanyak 80% kebutuhan nasional dengan
skor sebesar 0,2096. KPS Bogor mampu memanfaatkan peluang tersebut dengan terus
memasok permintaan susu dalam negeri, khususnya pada industri besar pengolahan susu.
Selanjutnya, untuk aspek eksternal, skor tertinggi menunjukkan distributor di KPS Bogor
memiliki kekuatan tawar menawar dengan skor sebesar 0,1777.
Gambar 2. Matriks IE
Berdasarkan analisis IE, KPS Bogor berada pada posisi V, dengan nilai IFE
sebesar 2,9103 dan nilai EFE sebesar 2,3731. Pada posisi sel V, KPS Bogor dapat
melakukan strategi yang meliputi penetrasi pasar atau pengembangan produk. Penetrasi
pasar merupakan strategi untuk meningkatkan pangsa pasar perusahaan agar penjualan
semakin meningkat, sedangkan pengembangan produk adalah strategi untuk
meningkatkan penerimaan perusahaan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi
produk menjadi semakin menarik.
Dari penjelasan di atas, maka strategi penetrasi pasar yang dapat dilakukan KPS
Bogor adalah menambah saluran distribusi KPS Bogor, misalnya dengan menjual ke
industri pengolahan susu di Indonesia. Lima besar perusahaan pengolahan susu di
Indonesia adalah Nestle, Frisian Flag Indonesia, Indolakto, Sari Husada, dan Ultra Jaya.
KPS Bogor dapat memasarkan produknya ke beberapa industri pengolahan susu seperti
yang telah disebutkan tersebut. Kemudian, untuk pengembangan produk lebih lanjut,
KPS Bogor dapat melakukan strategi untuk menambah unit usaha pengolahan susu
seperti produksi keju, keripik, permen, dan lain-lain, sehingga KPS Bogor dapat
meningkatkan penerimaan koperasinya. Selanjutnya, KPS Bogor juga dapat
memperbaiki kemasan produk susu pasteurisasi dan yoghurt agar lebih menarik.
1. Strategi SO
Strategi SO atau hasil dari analisis pencocokan antara kekuatan dan peluang adalah
sebagai berikut:
1. Menambah jumlah anggota atau peternak sapi perah, sehingga volume susu
meningkat.
Dengan adanya kekuatan di KPS Bogor, yaitu struktur organisasi sudah berjalan
dengan efektif, hubungan yang baik antara pengurus, dengan peluang adanya
impor yang banyak di dalam negeri, pemasok susu segar masih belum banyak
mencukupinya, maka strategi yang dapat dijalankan adalah dengan menambah
jumlah anggota agar volume produksi susu di KPS Bogor lebih banyak.
Penambahan jumlah produksi susu dengan menambah anggota dapat berdampak
pada perluasan pasar KPS Bogor, yaitu dengan menambah saluran distribusi.
2. Memaksimalkan standar mutu susu, sehingga dapat meningkatkan harga susu di
industri.
KPS Bogor merupakan koperasi yang rutin melakukan pelatihan setidaknya tiga
bulan sekali. Selain itu, koperasi ini juga terbuka dalam memberikan informasi
kepada anggota. Seiring dengan adanya kebijakan keamanan pangan, peningkatan
jumlah penduduk, dan ketersediaan susu sapi segar dalam negeri yang belum
terpenuhi, maka KPS Bogor memerlukan strategi yang tepat untuk menghadapi
hal ini. Strategi yang cocok berdasarkan pernyataan tersebut adalah
memaksimalkan standar mutu, sehingga upaya itu dapat meningkatkan harga susu,
khususnya di industri pengolahan susu yang menentukan standar minimum.
3. Memberikan fasilitas kredit usaha kepada anggota.
Salah satu cara agar anggota mampu mengembangkan usahanya atau pun
menambah anggota baru adalah memberikan kredit ringan. Melihat pasokan susu
sapi lokal di Indonesia yang masih berkisar 20%, maka KPS Bogor dapat
menambah volume susu dengan cara menarik anggota melalui pemberian kredit
ringan. Selain itu, karena KPS Bogor memiliki kekuatan dalam hubungan yang
baik antaranggota dan adanya pelatihan bagi peternak, maka stratagi pemberian
kredit ringan akan dapat menarik anggota untuk bergabung di koperasi.
Pemilihan Strategi
Untuk melakukan pemilihan strategi digunakan matriks QSPM (Quantitative
Strategic Planning Matrix) atau disebut juga dengan Matriks Perencanaan Strategi
Kuantitatif. Matriks QSPM adalah alat yang digunakan untuk menentukan alternatif
strategi yang terbaik. QSPM berisi strategi-strategi yang sudah dianalisis di atas, yaitu
matriks IE dan matriks SWOT.
DAFTAR REFERENSI
Badan Pusat Statistik (2016). Produksi Susu Segar Menurut Provinsi, 2009-2015.
Diunduh tanggal 17 Februari 2017 dari: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/
view/id/1083.
Baga,L., Yanuar, R., Feryanto, & Aziz, K. (2009). Koperasi dan Kelembagaan
Agribisnis. Bogor: IPB.
David, F. R. (2011). Strategic Management Manajemen Strategis Konsep. Jakarta:
Salemba Empat.
Hermawan, A. (2009). Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Grasindo.
Nazir (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.