Pertanggungjawaban Hukum Praktik Tukang Gigi Yang Melebihi Wewenangnya Devi Dharmawan, Ivonne Jonathan
Pertanggungjawaban Hukum Praktik Tukang Gigi Yang Melebihi Wewenangnya Devi Dharmawan, Ivonne Jonathan
Pertanggungjawaban Hukum Praktik Tukang Gigi Yang Melebihi Wewenangnya Devi Dharmawan, Ivonne Jonathan
MELEBIHI WEWENANGNYA
Abstract
Background: The public's lack of understanding of the different professions of dental
artisans, dental technicians, and dentists has an impact on the practice that exceeds the
authority carried out for years without any legal consequences borne by dental artisans.
Although the regulations concerning work that can be done by dental artisans have
been clearly explained in Permenkes No. 39 of 2014 this is still violated by dental
artisans. In this case the people are victims because of ignorance and high local
wisdom in certain areas. Method: This study uses a type of normative juridical legal
research. Normative legal research is research that focuses its study by viewing law as
a whole system rule which includes a set of principles, norms and rules of law, both
written and unwritten. Results: Giving the right to claim compensation to the patient is
an effort to provide protection for each patient for a result that arises both physically
and non-physically due to a mistake or negligence by health personnel. Conclusion:
Dental workers can be charged with the Criminal Code article 359, 360, 361, namely
whoever is due to his mistake (negligence) causes other people to be injured, severely
disabled, or even die. In addition, the Consumer Protection Act No.8 of 1999 Article 4
of the Consumer Protection Law has the right to comfort, security and safety in
consuming goods and / or services can be used.
121
122 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 8, No 1, Mei 2019, hlm 01-129
tindakan medis semestinya. Persoalan ini melalui rontgen dan mencetak gigi.
pula yang menjadi perhatian pemerintah, Tujuannya, untuk menemukan struktur
sehingga mencoba membuat aturan gigi ideal yang ingin dicapai di masa akhir
mainnya terhadap penyelengaraan terapi. Di tukang gigi, tahapan ini jelas
kegiatan praktik Tukang Gigi. Sayangnya, dilompati.
meski telah diberi batasan untuk bisa Berdasarkan uraian diatas peneliti
berpraktik membuat dan memasang gigi tertarik untuk mengetahui bentuk
akrilik lepasan, tapi di lapangan tak pertanggungjawaban tukang gigi yang
menjamin praktik di luar kewenangan memberikan jasa pelayanan kesehatan gigi
tukang gigi berjalan sesuai aturan. Pada di luar kewenangan yang telah diatur
akhirnya, diserahkan ke masyarakat agar dalam perundang-undangan berdasarkan
paham dan sadar saat memilih perawatan hukum positif di Indonesia dari segi
ortodonti. Perawatan gigi dan mulut yang pidana, perdata, administrasi, serta hukum
dilakukan bukan oleh seorang profesional kesehatan. Adapun judul penelitian ini
berisiko kesehatan pada pasien. adalah “Pertanggungjawaban hukum
Sayangnya, tak semua masyarakat praktik tukang gigi dalam hukum positif
memperhatikan persoalan ini. Permintaan di Indonesia.”
jasa perawatan gigi dengan harga murah
masih menjadi pilihan masyarakat. drg. METODE PENELITIAN
Widya Apsari, Sp. PM, spesialis penyakit Penelitian ini menggunakan tipe
mulut memberikan penjelasan risiko penelitian hukum yuridis normatif.
perawatan ortodonti yang dilakukan di Penelitian hukum normatif adalah
tukang gigi. Dari pemakaian behel penelitian yang memfokuskan kajiannya
misalnya, para tukang gigi tak mengetahui dengan memandang hukum sebagai suatu
hitungan pasti kekuatan kawat gigi yang kaidah sistem utuh yang meliputi
dipasang. Akibatnya, gigi dapat seperangkat asas, norma dan aturan
melenceng, bahkan lepas, dan membuat hukum, baik yang tertulis maupun tidak
bentuk rahang jadi tak proporsional. Lalu tertulis.
pada pemasangan veneer dengan Pendekatan dalam penelitian
pengalaman yang tidak tepat, atau hukum ini berfungsi sebagai sudut
langsung menempel akrilik tanpa melihat pandang dan kerangka berpikir seorang
masalah gigi lain, seperti ompong atau peneliti dalam melakukan analisa.
karang gigi. Tindakan tersebut bisa Berbagai pendekatan yang digunakan
mengakibatkan pembengkakan gusi dan dalam penelitian ini yaitu :
infeksi menahun. “Tidak tepatnya a. Pendekatan perundang-undangan
penanganan dapat terlihat dari bentuk (Statute Approach)
rahang yang miring, terlihat monyong, Pendekatan penelitian ini dilakukan
atau mulutnya seperti tidak bisa dengan menganalisa berbagai peraturan
menutup,” kepada Tirto. Kondisi tersebut perundang – undangan yang terkait
diakibatkan karena metode penanganan dengan isu hukum. Penulis menggunakan
singkat dan tak berdasar yang dilakukan peraturan perundang-undangan dan
tukang gigi saat melakukan tindakan. norma-norma hukum yang berhubungan
Sedangkan untuk pemasangan behel di dengan kewenangan tukang gigi sebagai
dokter gigi terlebih dulu harus dasar dalam melakukan analisis.
Devi Dharmawan, Pertanggungjawaban Hukum Praktik Tukang Gigi 123
tiruan lepasan. Selain itu juga di atau surat izin praktik sebagaimana
dalamPermenkes Nomor 339 dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2)
/MENKES/PER/V/1989 tentang dipidana dengan pidana penjara paling
Pekerjaan Tukang Gigi disebutkan lama 5 (lima) tahun atau denda paling
bahwa: Tukang gigi adalah mereka yang banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima
melakukan pekerjaan di bidang puluh juta rupiah). Disini memberikan
penyembuhan dan pemulihan kesehatan larangan kepada siapa saja yang bukan
gigi dan tidak mempunyai pendidikan berlatar belakang pendidikan dokter atau
berdasarkan ilmu pengetahuan dokter gigi untuk membuka praktik,
kedokteran gigi serta telah mempunyai termasuk dalam kriteria ini adalah Tukang
izin Menteri Kesehatan untuk melakukan gigi. Apabila hal ini tetap dilakukan maka,
pekerjaannya. Diatur pula wewenang yang bersangkutan dapat dikenakan
seorang tukang gigi meliputi: a. membuat pidana penjara atau denda. Hal ini
sebagian/seluruh gigi tiruan dari aklirik; kemudian diajukan permohonan pengujian
dan b. memasang gigi tiruan lepasan. Pasal 73 ke Mahkamah Konstitusi oleh
Mengenai legalitas praktik Tukang gigi ini Hamdani Prayoga. MK mengabulkan
sempat dicabut dengan dikeluarkannya permohonan pengujian Pasal 73 ayat (2)
UU No.29 tahun 2004 tentang Praktek dan pasal 78 UU No. 29 Tahun
Kedokteran serta Peraturan Menteri 2004tentang Praktik Kedokteran. MK
Kesehatan No. menyatakan kedua pasal itu
1871/MENKES/PER/IX/2011 tentang inkonstitusional bersyarat.
pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan Menurut MK, Pasal 73 ayat (2)
No. 339/MENKES/PER/V/1989 tentang bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak
pekerjaan tukang gigi. Pencabutan mempunyai kekuatan hukum mengikat
tersebut berakibat pada tidak diberikannya sepanjang tidak dimaknai,“Setiap orang
izin berpraktik maupun memperpanjang dilarang menggunakan alat, metode atau
izin praktik tukang gigi. cara lain dalam memberikan pelayanan
Pada UU No.29 tahun 2004, Pasal kepada masyarakat yang menimbulkan
73 ayat (2) berbunyi, “Setiap orang kesan seolah-olah yang bersangkutan
dilarang menggunakan alat, metode atau adalah dokter atau dokter gigi yang telah
cara lain dalam memberikan pelayanan memiliki surat tanda registrasi dan/atau
kepada masyarakat yang menimbulkan surat izin praktik, kecuali tukang gigi
kesan seolah-olah yang bersangkutan yang mendapat izin praktik dari
adalah dokter atau dokter gigi yang telah Pemerintah”. Rumusan awal Pasal 73
memiliki surat tanda registrasi dan/atau ayat (2) berbunyi, “Setiap orang dilarang
surat izin praktik”.Dalam Pasal 78 menggunakan alat, metode atau cara lain
disebutkan “Setiap orang yang dengan dalam memberikan pelayanan kepada
sengaja menggunakan alat, metode atau masyarakat yang menimbulkan kesan
cara lain dalam memberikan pelayanan seolah-olah yang bersangkutan adalah
kepada masyarakat yang menimbulkan dokter atau dokter gigi yang telah
kesan seolah-olah yang bersangkutan memiliki surat tanda registrasi dan/atau
adalah dokter atau dokter gigi yang telah surat izin praktik”. Membandingkan dua
memiliki surat tanda registrasi dokter rumusan itu, Putusan MK berarti
atau surat tanda registrasi dokter gigi menambahkan frasa “…..kecuali tukang
Devi Dharmawan, Pertanggungjawaban Hukum Praktik Tukang Gigi 125
gigi yang mendapat izin praktik dari keamanan, dan keselamatan dalam
Pemerintah”.Frasa yang sama juga mengkonsumsi barang dan/atau jasa;hak
disisipkan MK ke dalam Pasal 78. untuk memilih barang dan/atau jasa serta
Keberadaan tukang gigi dapat mendapatkan barang dan/atau jasa
menjadi alternatif bagi masyarakat untuk tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
mendapatkan pelayanan kesehatan gigi kondisi serta jaminan yang dijanjikan;hak
yang terjangkau. Hal ini didasarkan atas informasi yang benar, jelas, dan jujur
pemikiran hingga saat ini pemerintah mengenai kondisi dan jaminan barang
belum dapat menyediakan pelayanan gigi dan/atau jasa;hak untuk didengar pendapat
yang terjangkau bagi seluruh masyarakat. dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
Dalam putusan, MK menyatakan dokter yang digunakan;hak untuk mendapatkan
gigi dan tukang gigi seharusnya saling advokasi, perlindungan, dan upaya
bersinergi dan mendukung satu sama lain penyelesaian sengketa perlindungan
dalam upaya meningkatkan kesehatan gigi konsumen secara patut;hak untuk
masyarakat. Seyogyanya, profesi tukang mendapat pembinaan dan pendidikan
gigi dapat dimasukkan dalam satu jenis konsumen;hak untuk diperlakukan atau
pelayanan kesehatan tradisional Indonesia dilayani secara benar dan jujur serta tidak
yang harus dilindungi negara dalam suatu diskriminatif;hak untuk mendapatkan
peraturan tersendiri. Berdasarkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penilaian hukum itu, Mahkamah penggantian, apabila barang dan/atau jasa
berpendapat Pasal 73 ayat (2) UU Praktik yang diterima tidak sesuai dengan
Kedokteran bertentangan dengan UUD perjanjian atau tidak sebagaimana
1945 secara bersyarat, bertentangan mestinya;hak-hak yang diatur dalam
dengan konstitusi jika larangan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
pasal itu diberlakukan terhadap tukang lainnya.
gigi yang telah memiliki izin dari Sedangkan tukang gigi selaku
pemerintah. Terkait Pasal 78, MK pelaku usaha mempunyai kewajiban
menyatakan pasal itu merupakan satu sebagaimana diatur di dalam Pasal 7 UU
kesatuan yang tidak terpisahkan dari Pasal Perlindungan Konsumen yaitu beritikad
73 ayat (2). Pasal 78 UU Praktik baik dalam melakukan kegiatan
Kedokteran harus dinyatakan usahanya;memberikan informasi yang
konstitusional bersyarat, konstitusional benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
sepanjang norma Pasal 78 tidak termasuk dan jaminan barang dan/atau jasa serta
tukang gigi yang mendapat izin dari memberi penjelasan penggunaan,
pemerintah. perbaikan dan
pemeliharaan;memperlakukan atau
PEMBAHASAN melayani konsumen secara benar dan
Menyangkut masalah perlindungan jujur serta tidak diskriminatif;menjamin
hukum terhadap pasien pengguna jasa mutu barang dan/atau jasa yang
tukang gigi dalam praktik yang bukan diproduksi dan/atau diperdagangkan
merupakan kompetensinya, maka pasien berdasarkan ketentuan standar mutu
yang merupakan konsumen, menurut barang dan/atau jasa yang
Pasal 4 UU Perlindungan Konsumen berlaku;memberi kesempatan kepada
mempunyai hak atas kenyamanan, konsumen untuk menguji, dan/atau
126 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 8, No 1, Mei 2019, hlm 01-129