Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Serta Dampaknya Terhadap Perekonomian Warga Di Desa Tulungrejo Kota Batu

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA

SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN WARGA


DI DESA TULUNGREJO KOTA BATU

Nikita Amalia VGA


Andriani Kusumawati
Luchman Hakim
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
Email : [email protected]

ABSTRACT
Research conducted in the village of Tulungrejo which is a tourist village that success and ever reaching the
top five of the best tourist villages in Indonesia. The research has a focus that is knowing that there is a tourist
attraction in the village of Tulungrejo, analyzing the forms of participation of the villagers Tulungrejo and
analyze the negative impact and posistif development of tourism for the economy of the community. The type
of research used in this research is descriptive research method using a qualitative approach. The research
results showed that tourist attractions in the village of Tulungrejo is very diverse, among other natural
attractions, tourist, sightseeing tours, history, agro and religious tourism. Almost the whole village community
Tulungrejo has participated in tours and activities have been prepared within the tourism industry. Tulungrejo
village community participation in more than one form of participation. Tulungrejo tourism village
development creates economic activity for the community. The creation of new jobs, the presence of additional
income for farmers, as well as increasing the value of apples. Based on the results of the study, researchers
gave a recommendation that is further socialization of POKDARWIS Village Tulungrejo to urge people who
have not been active, one of them by having a custom event that involves the entire community then the event
promoted more broadly so that it became a tourist attraction and attracts tourists.

Keywords: Public Participation, The Development Of Village Tours, Village Tours Tulungrejo

ABSTRAK
Penelitian dilakukan di Desa Tulungrejo yang merupakan desa wisata yang sukses dan pernah meraih posisi
lima besar desa wisata terbaik di Indonesia. Penelitian memiliki fokus yaitu mengetahui atraksi wisata yang
ada di Desa Tulungrejo, menganalisis bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Desa Tulungrejo serta
menganalisis dampak negatif dan posistif pengembangan wisata bagi perekonomian masyarakat. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa atraksi wisata di Desa Tulungrejo sangat beragam,
antara lain wisata alam, wisata buatan, wisata agro, wisata sejarah, dan wisata religi. Hampir seluruh
masyarakat Desa Tulungrejo telah berpartisipasi dalam kegiatan wisata dan telah siap dalam industri
pariwisata. Partisipasi masyarakat Desa Tulungrejo lebih dari satu bentuk partisipasi. Pengembangan Desa
Wisata Tulungrejo menciptakan kegiatan ekonomi yang lebih bagi masyarakat. Terciptanya lapangan
pekerjaan baru, adanya tambahan pendapatan bagi petani, serta meningkatnya nilai buah apel. Berdasarkan
hasil penelitian, peneliti memberikan rekomendasi yaitu sosialisasi lebih lanjut dari POKDARWIS Desa
Tulungrejo untuk mengajak masyarakat yang belum aktif, salah satunya dengan mengadakan acara adat desa
yang melibatkan seluruh masyarakat kemudian acara tersebut dipromosikan lebih luas sehingga menjadi suatu
atraksi wisata dan menarik minat wisatawan.
Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Pengembangan Desa Wisata, Desa Wisata Tulungrejo

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 48


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
1. PENDAHULUAN Pariwisata Melalui Desa Wisata, secara khusus
Sektor pariwisata memiliki potensi desa wisata yang dimaksud ialah masyarakat yang
menjadi pendorong utama perekonomian dan sudah memiliki salah satu aktivitas desa wisata,
menjadi industri yang mengglobal. Pariwisata diantaranya kegiatan kesenian, kuliner dan bahan
memiliki peranan penting dalam pengembangan baku, produksi kerajinan, pemandu wisata, serta
ekonomi di berbagai negara. Pariwisata bisa usaha transportasi wisata. Partisipasi dari aktif
menjadi alat pengembangan yang potensial, masyarakat dalam pengembangan desa wisata
menghasilkan pertumbuhan ekonomi, diversifikasi diharapkan mampu mendorong masyarakat desa
ekonomi, mengurangi kemiskinan dan untuk menuju kehidupan yang lebih sejahtera
menciptakan hubungan timbal balik dengan dengan memberdayakan sumber daya desa.
produksi lain dan sektor penyedia jasa. Pariwisata Perkembangan desa wisata di Indonesia
akan memberikan banyak manfaat pada bidang dapat diketahui melalui data jumlah desa wisata
perekonomian bagi daerah yang sadar akan yang telah terbentuk selama periode 2010 sampai
potensinya terhadap sektor pariwisata. 2014 dari renstra Kementrian Pariwisata dan
Begitu banyak sektor–sektor yang Kebudayaan Tahun 2010-2014. Tercatat ada 200
berhubungan dengan pariwisata, hendaknya desa wisata pada tahun 2010, kemudian meningkat
pengembangan pariwisata dapat dirasakan bagi hingga tercatat sebanyak 822 desa wisata pada
seluruh masyarakat yang ada disekitar area tahun 2014. Salah satu kota di Indonesia yang juga
pengembangan pariwisata serta memberikan mengembangkan desa wisata adalah Kota Batu,
peluang partisipasi didalamnya. Peluang adanya pada tahun 2012 salah satu desa wisata di Kota
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Batu yaitu Desa Tulungrejo meraih prestasi dengan
pariwisata terdapat dalam pasal 19 Undang- menduduki posisi lima besar desa wisata se-
Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Indonesia.
Kepariwisataan, yang menyatakan bahwa setiap Komoditas utama Desa Tulungrejo adalah
orang dan/atau masyarakat di dalam dan di sekitar buah apel dan sayur. Buah apel sebagai salah satu
destinasi pariwisata mempunyai hak prioritas: (a) komoditas utama di Desa Tulungrejo
menjadi pekerja/buruh; (b) konsinyasi; dan/atau (c) dikembangakan menjadi daya tarik wisata
pengelolaan. Peraturan tersebut menegaskan unggulan yaitu wisata petik apel. Wisata petik apel
bahwa adanya pelibatan masyarakat tidak hanya di Desa Tulungrejo memanfaatkan kebun-kebun
sebagai objek pembangunan pariwisata namun milik masyarakat setempat, dengan demikian hasil
juga menjadi subjek. kebun saat ini bukan hanya dari hasil panen apel
Sesuai dengan Soebagyo dalam tetapi ada hasil tambahan dari wisata petik apel.
(Hadiwijoyo, 2012:68) yang menyatakan Wisata petik apel di Desa Tulungrejo
penyelenggara sendiri dari berbagai aktivitas pertama kali di pelopori oleh Kelompok Sadar
kepariwisataan dan hasil dari kegiatan tersebut Wisata atau Pokdarwis Desa Tulungrejo.
akan dinikmati oleh masyarakat secara langsung, Pokdarwis Desa Tulungrejo dibentuk pada tanggal
peran aktif masyarakat sangat menentukan dalam 17 Juli 2009 yang semua anggotanya merupakan
kelangsungan kegiatan pariwisata. Berdasarkan pemuda dari Desa Tulungrejo. Wisata petik apel
pernyataan tersebut maka partisipasi aktif telah mampu menjadi penghasilan tambahan bagi
masyarakat sangat diperlukan dalam masyarakat Desa Tulungrejo, seperti yang
pengembangan desa wisata dalam rangka diungkapkan oleh ketua Pokdarwis Desa
mencapai tujuan kesejahteraan yang diinginkan. Tulungrejo Arohman Mustofa “dari awal
Partisipasi masyarakat secara langsung dapat dibentuknya pokdarwis Desa Tulungrejo hingga
diwujudkan melalui desa wisata. Pengembangan saat ini wisata petik apel telah melibatkan banyak
desa wisata bukan hanya sebagai atraksi bagi pemuda dan masyarakat Desa Tulungrejo, pemuda-
wisatawan tetapi memiliki fungsi yaitu untuk pemuda yang awalnya pengangguran kami ajarkan
pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dalam cara untuk mencari tamu hingga cara melayani
bidang pariwisata. dengan wisatawan dengan baik, dengan demikian
Indonesia sebagai Negara berkembang pengembangan pariwisata di Desa Tulungrejo
sedang gencar mengembangkan pariwisata dapat berdampak pada masyarakat”. Keterlibatan
pedesaan dengan membentuk desa wisata. Merujuk pemuda dan masyarakat Desa Tulungrejo tersebut
pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan merupakan salah satu wujud dari pemberdayaan
Pariwisata Nomor: PM. 18/HM.001/MKP/2011 masyarakat dalam pengembangan pariwisata.
Tentang Pedoman Program Nasional Menurut Adisasmita (2006:35) Peningkatan
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri partisipasi masyarakat merupakan salah satu
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 49
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
bentuk pemberdayaan masyarakat (social 2.2. Objek dan Daya Tarik Wisata
empowerment) secara aktif yang berorientasi pada Objek pariwisata serta segala atraksi yang
pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan diperlihatkan merupakan daya tarik utama bagi
dalam masyarakat (pedesaan). wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat.
Menurut Yoeti (1997: 58) keaslian dari objek dan
2. KAJIAN PUSTAKA atraksi disuguhkan haruslah dipertahankan
2.1. Partisipasi Masyarakat sehingga wisatawan dapat melihat dan
Partisipasi atau peran serta masyarakat menyaksikan objek atau atraksi tersebut.
dalam pembangunan (pedesaan) merupakan Daya tarik wisata adalah segala sesuatu
aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan
masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dilihat (Pendit, 2003). Sementara itu menurut
dalam implementasi program/proyek yang Undang-Undang no. 10 tahun 2009 tentang
dilaksanakan. (Adisasmita, 2006:34). Dengan kepariwisataan, dikatakan bahwa daya tarik wisata
partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
atau program pembangunan yang disusun itu kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
masyarakat, berarti dalam penyusunan wisatawan. Ditinjau dari subjeknya, daya tarik
rencana/program pembangunan dilakukan wisata dibedakan menjadi 2 yaitu daya tarik inti
penentuan prioritas (urutan berdasar besar kecilnya (core attraction) dan daya tarik pendukung
tingkat kepentinganya), dengan demikian (support attraction). Menurut Mill (2000:207)
pelaksanaan (implementasi) program kedua daya tarik tersebut dapat membentuk suatu
pembangunan akan terlaksana pula secara efektif tema bagi kawasan wisata, dapat berupa tema
dan efisien (Adisasmita, 2013: 35). Masyarakat dengan daya tarik alam sebagai core attraction
adalah pelaku aktif dalam kegiatan kepariwisataan sedangkan support attraction nya adalah daya tarik
yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan yang dibangun untuk mendukung daya tarik inti.
bagi masyarakat sendiri dan kepariwisataan Pengusahaan Objek dan daya tarik wisata meliputi
merupakan aktualisasi dari sistem ekonomi kegiatan membangun dan mengelola objek dan
kerakyatan yang merupakan kegiatan seluruh daya tarik wisata beserta sarana dan prasarana yang
lapisan masyarakat Indonesia sebagai sumber dibutuhkan (Mulyadi, 2014:65).
ekonomi kreatif masyarakat (Muljadi, 2014:35)
Partisipasi masyarakat setempat dilibatkan 2.3. Desa Wisata
sejak awal perencanaan, penyusunan rencana itu Definisi dan konsep desa wisata dapat berdasarkan
sendiri, pelaksanaan proyek, pengelolaan dan pada ketersediaan fasilitas, kegiatan yang
pembagian hasilnya merupakan hal yang mutlak dilakukan ataupun berdasarkan pada budaya dan
sehingga harus ditegaskan dalam draf rencana. tradisi yang ada pada desa tersebut. Hadiwijoyo
Damanik & weber (2006:106) menyebutkan (2012:67) menyatakan bahwa pariwisata pedesaan
partisipasi harus memberdayakan masyarakat dapat dilihat sebagai suatu pemukiman dengan
untuk menjadi salah satu penentu tahapan – fasilitas lingkungan yang sesuai dengan tuntutan
tahapan proyek, namun sekaligus juga wisatawan dalam menikmati, mengenal, dan
membelajarkan mereka untuk memiliki menghayati kekhasan desa dengan segala daya
tanggungjawab maupun komitmen dan hasil tariknya dan tuntutan kegiatan hidup
maupun resiko yang mungkin dicapai melalui bermasyarakat. Pengertian desa wisata dari
proyek. Proses partisipasi bertitik tolak untuk Pariwisata Inti Rakyat (PIR) dalam Hadiwijoyo
memandirikan masyarakat agar dapat (2012:68), menyatakan bahwa yang dimaksud
meningkatkan taraf hidupnya, menggunakan dan dengan desa wisata adalah :
mengakses sumberdaya setempat setempat sebaik “suatu kawasan pedesaan yang menawarkan
mungkin, baik sumberdaya alam maupun keseluruhan suasana yang mencerminkan
sumberdaya manusia. Menurut Hadiwijoyo keaslian pedesaan. Keaslian tersebut berupa:
(2012:17) perencanaan partisipasif adalah suatu kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat
tahapan proses pemberdayaan masyarakat yang istiadat, kesehatan, memiliki arsitektur
dimulai dengan tahapan kajian keadaan secara bangunan dan struktur tata ruang desa yang
partisipatif yang didapat dari informasi yang khas, kegiatan perekonomian yang unik, dan
dikumpulkan. menarik serta mempunyai potensi untuk
dikembangkanya berbagai komponen
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 50
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
kepariwisataan. Komponen yang raya, pengangkutan serta mendorong pelaksanaan
dikembangkan contohnya atraksi, akomodasi, program kebersihan dan kesehatan, proyek sarana
makan minuman, dan kebutuhan wisata budaya, pelestarian lingkungan hidup, dan
lainya”. sebagainya yang dapat memberikan keuntungan
Pengembangan desa wisata semestinya dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat
direncanakan dengan hati-hati dengan maupun wisatawan dari luar.
perencanaan yang matang supaya dampak yang Pelibatan masyarakat diharapkan akan
timbul dapat terkontrol. Perlu perencanaan strategi, memberikan dampak baik yang akan kembali lagi
pendekatan, maupun model pengembangan desa kepada masyarakat sendiri serta dapat
yang sesuai dengan keadaan masyarakat dan menstimulasi keinginan masyarakat untuk
geografis desa. Pengembangan sebuah potensi berpartisipasi lebih aktif pada sebuah
wisata dalam suatu kawasan diharapkan pengembangan pariwisata. Keikutsertaan
memberikan dampak positif serta memiliki masyarakat sekitar objek wisata dapat berbentuk
dampak negatif seminimal mungkin. usaha dagang atau pelayaanan jasa, seperti
Sastrayudha (2010:3) menyatakan bahwa dijelaskan oleh Suwantoro (2004:86) antara lain
prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai yaitu dengan pemberian jasa penginapan atau
salah satu produk wisata alternatif yang dapat homestay, penyediaan/usaha warung makanan dan
memberikan dorongan bagi pembangunan minuman, penyediaan/toko souvenir/cinderamata
pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki dari daerah tersebut, jasa pemandu/penunjuk jalan,
prinsip-prinsip pengelolaan antara lain: (1) fotografi, menjadi pegawai perusahaan wisata
memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat alam. Kegiatan usaha masyarakat tersebut akan
setempat (2) menguntungkan masyarakat setempat dapat menciptakan suasana ikut memiliki tempat
(3) berskala kecil untuk memudahkan terjalinya mata pencaharian yang pada akhirnya akan
hubungan timbal balik dengan masyarakat mendorong masyarakat untuk ikut berperan dalam
setempat (4) melibatkaan masyarakat setempat, menjaga destinasi pariwisata.
dan (5) menerapkan pengembangan produk wisata
pedesaan. Kriteria yang mendasari prinsip diatas 3. METODE PENELITIAN
dinyatakan oleh sastrayudha (2010:3) yaitu Jenis penelitian yang digunakan dalam
penyediaan fasilitas dan prasarana oleh penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
masyarakat, adanya peningkatan pendapatan dari dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
sektor pertanian dan ekonomi tradisional lainya, Peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa
masyarakat memiliki peran dalam pembuatan Tulungrejo Kota Batu, dengan pertimbangan
keputusan bentuk pariwisata yang akan adanya kelompok sadar wisata yang mengelola
dikembangkan, serta mendorong perkembangan salah satu destinasi wisata petik apel, dan juga
kewirausahaan masyarakat setempat. berkembangnya agrowisata sejenis serta usaha
pariwisata yang dijalankan oleh masyarakat lokal.
2.4. Dampak Pariwisata Terhadap Desa Tulungrejo terletak di kecamatan Bumiaji
Perekonomian Kota Batu, memiliki kebun apel yang tersebar
Pariwisata menurut Wahab (1989:55) yaitu dengan total luas 900 Ha dan merupakan desa yang
salah satu jenis industri baru yang mampu memiliki presentasi petani apel terbesar di Kota
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan Batu. Jarak dari pusat kota hanya sekitar 8 Km
penyediaan lapangan kerja, peningkatan dengan jarak tempuh sekitar 15 menit dengan
penghasilan, standart hidup serta menstimulasi kendaraan bermotor. Sumber data yang digunakan
sector-sektor produktif lainya. Sektor pariwisata dalam penelitian ini adalah data primer dan data
bukanlah sektor yang berdiri sendiri, pariwisata sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan
berkaitan secara langsung dan tak langsung dengan dengan cara observasi, wawancara dan
berbagai sektor perekonomian yang memproduksi dokumentasi. Aktivitas dalam analisis data
barang dan jasa yang sebagian atau seluruhnya kualitatif dilakukan secara interaktif dan
dikonsumsi oleh wisatawan. Soebagyo (2012:154) berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.
mengungkapkan, pariwisata mampu menghasilkan Miles and Huberman dalam Sugiyono (2010:337)
pertumbuhan ekonomi, karena dapat menyediakan membagi analisis data yang digunakan dalam
lapangan kerja, menstimulasi berbagai sektor penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan, yaitu:
produksi, serta memberikan konstribusi secara 1. Data reduction (reduksi data)
langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam usaha- Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal
usaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalan – hal pokok, memfokuskan pada hal – hal yang
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 51
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
penting, dicari tema dan polanya, dan jumlahnya lebih banyak dan berinteraksi langsung
membuang yang dirasa kurang sesuai. dengan masyarakat, bukan hanya kepada pemilik
2. Data display (penyajian data) atau pengelola atraksi saja. Hal tersebut
Penyajian data meliputi berbagai jenis gambar menjadikan masyarakat lebih giat memperbaiki
atau skema, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan fasilitas yang ada demi menciptakan kenyamanan
dan table yang dapat membantu satu rakitan bagi wisatawan.
informasi yang memungkinkan kesimpulan Wisata Petik Apel dulu hanya dapat
dapat dilakukan. dilakukan oleh petani yang memiliki relasi dengan
3. Conclusion drawing / Verification travel agent yang dapat membawa tamu. Saat ini
Penarikan kesimpulan merupakan proses dengan koordinasi yang baik dengan
konklusi yang terjadi selama pengumpulan data POKDARWIS maka setiap petani dapat menjadi
dari awal sampai proses pengumpulan data bagian dari Wisata Petik Apel dan mendapatkan
terakhir. wisatawan. Pengembangan desa wisata yang
dilakukan oleh Desa Tulungrejo membawa banyak
Data perkembangan dan perubahan baik bagi atraksi
wisata yang lama maupun yang baru. Hal tersebut
collection
disambut dengan antusias oleh seluruh masyarakat
Data display Desa Tulungrejo.

4.2. Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa


Tulungrejo dalam Pengembangan Desa
Data Wisata
reduction Desa Tulungrejo menjadi salah satu desa
Conclusions: wisata di Kota Batu dimana masyarakatnya telah
drawing/verifying aktif dalam pengembanganya selama ini. Salah
satu yang harus diperhatikan dalam pengembangan
desa wisata, yaitu masyarakat yang memiliki
Gambar 1 : Komponen Dalam Analisis Data partisipasi aktif di dalamnya. Masyarakat adalah
(Interactive Model) pelaku aktif dalam kegiatan kepariwisataan yang
Sumber : Sugiyono, 2012 bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi
masyarakat sendiri dan kepariwisataan merupakan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN aktualisasi dari sistem ekonomi kerakyatan yang
4.1. Pentingnya Atraksi Wisata bagi merupakan kegiatan seluruh lapisan masyarakat
Pengembangan Desa Wisata Indonesia sebagai sumber ekonomi kreatif
Desa Tulungrejo memiliki banyak atraksi masyarakat (Muljadi, 2014:35). Partisipasi oleh
wisata baik yang sudah ada sejak jaman dahulu masyarakat Desa Tulungrejo sudah dapat
maupun yang baru dikembangkan. Desa meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu
Tulungrejo telah banyak dikunjungi wisatawan sendiri. Salah satu contohnya yaitu pemuda-
sejak sebelum menjadi desa wisata. Hal tersebut pemuda yang tadinya menganggur mendapatkan
karena Desa Tulungrejo memiliki atraksi wisata pekerjaan dalam bidang wisata seperti menjadi
seperti Selecta, Air Terjun Coban Talun dan Pura. penjaga Pos Informasi Wisata Petik Apel, menjadi
Sebelum adanya pengembangan desa wisata driver wisata serta yang mau belajar menjadi guide
atraksi wisata yang terkenal di Desa Tulungrejo pemuda tersebut akhirnya menjadi local guide,
adalah tiga tersebut, tetapi seiring perkembangan serta masyarakat yang memiliki kios-kios apel
wisata di Kota Batu maka masyarakat Desa dipinggir jalan.
Tulungrejo juga berkembang dalam pengelolaan Pengembangan Desa Wisata di Desa
atraksi wisata. Tulungrejo telah melibatkan masyarakat yang
Saat ini ada sekitar 6 atraksi wisata tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata
unggulan yang dimiliki Desa Tulungrejo sebagai (POKDARWIS) Desa Tulungrejo yangmana
Desa Wisata. Pengembangan atraksi wisata seluruh anggotanya adalah masyarakat Desa
disambut baik oleh masyarkat karena dengan Tulungrejo itu sendiri. Memang tidak semua
banyak wisatawan yang berkunjung masyarakat masyarakat ikut dan tergabung dalam
sadar akan dampak baiknya bagi mereka dan desa. POKDARWIS Desa Tulungrejo, tetapi anggota
Dulu masyarakat sudah terbiasa dengan datangnya dari POKDARWIS tersebut telah mewakili
wisatawan tetapi sekarang wisatawan yang datang masyarakat. Semua ide dan gagasan wisata di Desa
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 52
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Tulungrejo muncul dari pemikiran masyarakat pokdarwis bahwa salah satu wisata unggulan di
yang pada akhirnya direalisasikan oleh Desa Tulungrejo yaitu wisata petik apel merupakan
POKDARWIS Desa Tulungrejo. Peningkatan ide dari pemuda karang taruna yang menginginkan
partisipasi masyarakat adalah salah satu bentuk supaya potensi utama di Desa Tulungrejo dapat
pemberdayaan masyarakat secara aktif yang menjadi bagian dari pengembangan wisata di Kota
berorientasi pada pencapaian hasil pembangunan Batu. Kemudian mereka membuat wisata petik
yang dilakukan dalam masyarakat pedesaan apel untuk pertama kalinya karna untuk ada
(Adisasmita, 2013). Realisasi dalam pelibatan serombongan tamu yang ingin berkunjung.
masyarakat secara aktif telah dilakukan di Desa Pemuda karangtaruna di Desa Tulungrejo
Wisata Tulungrejo dari awal pengembangan desa merupakan masyarakat yang sudah sadar wisata
wisata hingga saat ini pariwisata telah berjalan. menurut Ketua POKDARWIS bahwa masyarakat
Hasil dari partisipasi yang dilakukan oleh sudah sering dikunjungi wisatawan karena
masyarakat juga telah dirasakan langsung, yaitu memiliki wisata alam, sejarah dan religi yang
salah satunya berupa peningkatan pendapatan sudah ada sejak lama. Membangun kesadaran
perbaikan infrasrtuktur serta meningkatnya harga wisata supaya masyarakat mau berpartisipasi
jual buah apel bagi petani apel. bukan merupakan hal yang sulit karena SDM nya
sudah sadar wisata.
a. Penggalian Ide/Gagasan
Berdasarkan hasil temuan peneliti yang b. Keikutsertaan Masyarakat dalam
diperoleh dari narasumber dan juga teori partisipasi Pembangunan Sarana dan Prasarana
buah pikir, maka peneliti mengarahkan bahwa arti Masyarakat Desa Tulungrejo berpartisipasi
parisipasi buah pikir dalam pengembangan dalam pengembangan pariwisata baik itu secara ide
pariwisata yaitu masyarakat dibutuhkan dalam maupun tenaga. Partisipasi tenaga atau fisik
memberikan ide dan gagasan mengenai strategi menurut Dirjen PMD Depdagri yaitu partisipasi
maupun rencana-rencana pengembangan Desa aktif oleh seseorang atau kelompok yang tampak
Tulungrejo sebagai desa wisata melalui ajang pada kegiatan gotong royong contohnya perbaikan
sonom, rapat dan musyawarah desa. Desa jalan, infrastruktur desa, pembangunan sarana
Tulungrejo sendiri telah membentuk Kelompok prasarana dan sebagainya (Sudriamunawar, 2006).
Sadar Wisata (POKDARWIS) sebagai wadah Hasil penelitian yang diperoleh, bentuk partisipasi
resmi masyarakat dapat memberikan ide-ide atau tenaga oleh masyarakat Desa Tulungrejo yaitu
gagasanya mengenai pengembangan desa wisata, dengan sukarela memberikan bantuan tenaga untuk
karena POKDARWIS Desa Tulungrejo sudah ikut serta dalam pengembangan pariwisata di Desa
memiliki struktur organisasi, dan memiliki Tulungrejo.
kegiatan yang jelas serta prestasi. Berkaitan dengan karakteristik masyarakat desa
POKDARWIS Desa Tulungrejo pada awalnya yang disebutkan oleh Siagian (1991) yaitu salah
merupakan sebuah organisasi pemuda yaitu satu karakteristik masyarakat desa adalah segala
KARANGTARUNA Desa Tulungrejo. sesuatu seolah-olah membawa kehidupan yang
Berdasarkan penjelasan ketua POKDARWIS Desa rukun, perasaan sepenanggunagan, jiwa tolong
Tulungrejo, pemuda KARANGTARUNA menolong sangat kuat. Teori tersebut dapat dilihat
memiliki ide Wisata Petik Apel, yang kemudian dari partisipasi tenaga yang diberikan oleh
didukung oleh program wisata di Kota Batu. Sesuai masyarakat Desa Tulungrejo. Sebagai contoh,
dengan UU No. 40 Th 2009 tentang Kepemudaan pemuda-pemuda dengan sukarela membantu
yaitu bahwa salah satu peran pemuda adalah perbaikan, membersihkan serta menjaga kantor
sebagai agen perubahan dalam segala aspek POKDARWIS secara bergantian, selain itu
pembangunan nasional. Wisata petik apel yang pemuda yang memiliki keahlian menyetir dengan
digagas oleh pemuda KARANGTARUNA Desa sukarela mengantar tamu ke dalam kebun yang
Tulungrejo telah berperan dalam terbentuknya susah dijangkau dengan mobil kecil.
Desa Wisata Tulungrejo. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang
Pengertian partisipasi buah pikir oleh paling mudah dilakukan karena tidak
Dirjen PMD Depdagri (dalam Sudriamunawar, membutuhkan keahlian khusus dalam
2006) yaitu bahwa seorang atau kelompok pelaksanaanya. Hal tersebut sudah dilakukan oleh
masyarakat itu turut serta menyumbangkan ide atau masyarakat Desa Tulungrejo, hasil penilitian
gagasan bagi pembangunan masyarakat. Ide-ide menunjukan bahwa seorang pemilik kebun apel
wisata di Desa Tulungrejo merupakan gagasan dari dengan suka rela membantu mengangkat belanjaan
masyarakat sendiri. Hasil dari penuturan ketua buah apel milik wisatawan yang berkunjung ke
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 53
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
kebunya, membantu menimbang apel, bahkan juga memiliki beberapa home industry keripikik buah.
membantu menyambut tamu yang datang. Selain Semuanya dikelola oleh masyarakat Desa
itu masyarakat juga turut serta dalam kegiatan Tulungrejo. Keahlian ini diajarakan kepada warga
perbaikan jalan, perbaikan rest area supaya parkir yang ingin belajar sehingga mereka dapat bekerja
bis tidak kesusahan, memasang petunjuk jalan dan ataupun membuat produk keripikik buahnya
poster-poster wisata dengan sukarela. sendiri. Sebelumnya masyarakat kurang memiliki
keinginan untuk belajar keahlian lain, tetapi saat ini
c. Partisipasi dalam Bentuk Materi masyarakat sangat senang memiliki keahlian
Partisipasi harta benda yang diberikan oleh karena sudah memiliki sarana untuk menyalurkan
masyarakat Desa Tulungrejo salah satunya adalah keahlianya bahkan dapat menghasilkan
berupa memberikan kebun apelnya untuk dikelola keuntungan ekonomi.
pokdarwis sebagai kebun wisata petik apel.
Partisipasi harta benda berarti partisipasi oleh 4.3. Pariwisata dan Ekonomi Lokal
masyarakat dengan menyisihkan sebagian harta Pengembangan pariwisata harus dapat
yang dimilikinya untuk kepentingan pembangunan dirasakan dampaknya oleh masyarakat disekitar
pariwisata. Partisipasi harta benda membutuhkan destinasi wisata. Dampak yang dimaksut dapat
lebih dari sekedar memberikan sumbangan, mungkin terjadi apabila masyarakat berpartisipasi
dibutuhkan kesadaran dan kepedulian tinggi oleh dalam pengembangan pariwisata. Peneliti
masyarakat dalam hal ini. Masyarakat Desa mengarahkan dampak pariwisata di Desa
Tulungrejo merupakan masyarakat yang sudah Tulungrejo yang sesuai dengan hasil penelitian
sadar wisata, jadi kepedulian mengenai serta teori dari World Tourism Organisation
memberikan sumbangan untuk menunjang (WTO) (dalam Pitana, 2009) yaitu:
pariwisata di desanya sudah bukan hal yang sulit. a. Meningkatnya Permintaan Akan Produk
Salah satu contoh yaitu masyarakat membangun Pertanian Lokal
toilet umum di Wisata Coban Talun, meskipun itu Desa Tulungrejo memiliki produk pertanian
adalah toilet berbayar tetapi masyarakat dengan unggulan yaitu berupa buah apel. Kebun apel di
senang hati membangun toilet untuk kenyamanan Desa Tulungrejo merupakan kebun apel terluas
wisatawan. Partisipasi harta benda oleh masyarakat se-Kota Batu. Pengembangan pariwisata petik
yaitu dapat dilihat dengan adanya kios-kios oleh- apel telah dapat meningkatkan harga jual buah
oleh dan kios apel di pinggir jalan yang didirikan apel. Harga buah apel akan sama rata apabila di
sendiri oleh masyarakat. Selain itu masyarakat juga jual ke tengkulak, tetapi terdapat diversifikasi
memberikan sumbanganya berupa meminjamkan harga buah apel apabila dijual ke wisatawan,
mobil pribadi mereka apabila angkutan wisata yaitu harga bervariasi sesuai dengan ukuran
untuk ke kebun petik apel sedang kosong. buah apel.
b. Memacu Pengembangan Lokasi atau Lahan
d. Keahlian, Kreativitas dan Inovasi dari yang Kurang Produktif
Masyarakat Pengembangan pariwisata di Desa Tulungrejo
Partisipasi keterampilan dan kemahiran mampu meningkatkan nilai tanah / lahan. Salah
merupakan yang dilakukan seseorang atau satu nya yaitu pembangunan rest area atau area
masyarakat dalam bentuk keterampilan yang parkir bagi bis, lahan yang digunakan adalah
dimilikinya untuk keperluan pembangunan lahan yang tidak produktif, tetapi sekarang
pariwisata. Bentuk partisipasi ini sudah dilakukan mampu memberikan penghasilan bagi
oleh masyarakat Desa Tulungrejo. Masyarakat masyarakat, dari tarif parkir dan masyarakat
saling membantu dengan keahlian yang yang berjualan disekitarnya. Lahan kecil
dimilikinya masing-masing, contohnya pemuda dipinggir jalan juga menjadi memiliki nilai dan
yang memiliki keahlian guide tentunya memandu memebrikan penghasilan bagi warga karena
wisatawan selain itu juga tidak segan membagikan dapat didirikan kios oleh-oleh dan kios apel.
ilmunya kepada pemuda lain yang ingin belajar Pembangunan wisata di Coban Talun juga
cara memandu wisatawan. Pemuda yang memiliki merupakan suatu penambahan nilai lahan,
keahlian menyetir juga ikut berpartisipasi sebagai kebun bunga yang awalnya hanya mendapatkan
driver wisata jeep adventure. pemasukan melalui panen sekarang dapat
Selain terlibat langsung dengan wisatawan, tambahan lebih melalui tiket wisata kebun
pemuda yang memiliki keahlian lain juga turut bunga.
serta berpartisipasi. Contohnya yaitu membuat c. Menstimulasi Minat dan Permintaan Akan
poster dan banner wisata. Desa Tulungrejo juga Produk Lokal Suatu Daerah
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 54
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Pengembangan wisata di Desa Tulungrejo membawa dampak langsung yang dapat dirasakan
mampu memberikan produk unggulan yang oleh mereka. Pengembangan desa wisata tidak
menjadi andalan untuk menarik wisatawan. akan berhasil dan tidak akan berdampak pada
Selain buah apel hasil olahan apel yang semua pihak apabila masyarakat tidak memberikan
diproduksi di Desa Tulungrejo menajdi salah partisipasinya.
satu produk andalan dan unggulan. Produk
tersebut adalah keripik buah, keripik buah yang 5. KESIMPULAN DAN SARAN
di produksi oleh home indutry di Desa 5.1. Kesimpulan
Tulungrejo telah mampu memasok seluruh toko 1. Atraksi wisata di Desa Wisata Tulungrejo
oleh-oleh di Kota Batu. sangat beragam, antara lain :
d. Mendorong Pengembangan Wilayah dan a. Terdapat wisata alam, wisata buatan, wisata
Penciptaan Kawasan Ekonomi Baru agro, wisata sejarah, serta wisata religi.
Penciptaan wisata baru yaitu salah satunya b. Atraksi wisata utama di Desa Tulungrejo
wisata petik apel telah mampu menciptakan yang saat ini sedang gencar di kembangkan
kawasan ekonomi baru. Salah satu contoh lagi yaitu wisata petik apel.
yaitu kawasan wisata Coban Talun. Dulu wisata c. Pengembangan desa wisata telah dapat
di Coban Talun hanya wisata air terjun dan membuat atraksi wisata di Desa Tulungrejo
camp ground, tetapi saat ini dikembangkan berkembang dengan baik, memperbarui
berbagai macam wisata seperti Wisata Kebun atraksi wisata yang lama serta menciptakan
Bunga, Wisata Spot Foto, Apache Camp, dan atraksi wisata yang baru.
Wisata Rumah Pagupon. Pengembangan wisata 2. Berdasarkan hasil penelitian, partisipasi
di wilayah wisata Coban Talun telah mampu masyarakat Desa Tulungrejo sangat beragam,
menciptakan kawasan ekonomi baru karena yaitu:
mampu mendatangkan banyak wisatawan. a. Partisipasi masyarakat Desa Tulungrejo
e. Menghindari Konsentrasi Penduduk dan terhadap pengembangan desa wisata cukup
Adanya Penyebaran Aktivitas Ekonomi tinggi. Hampir semua masyarakat telah
Belum ada data yang mendukung tentang berpartisipasi dalam kegiatan wisata di Desa
apakah wisatawan terpecah dari pusat kota Tulungrejo.
menuju ke Desa Tulung tanpa adanya b. Masyarakat telah mengerti dan telah sadar
penambahan jumlah wisatawan yang masuk ke wisata dalam ikut serta menciptakan desa
Kota Batu, ataukah jumlah wisatawan wisata yang layak dan siap bersaing di
bertambah dan menyebar hingga ke pelosok industri pariwisata.
daerah. Berdasarkan penelitian, penyebaran c. Masyarakat Desa Tulungrejo memberikan
ekonomi memang terjadi di Desa Tulungrejo, partisipasinya lebih dari satu bentuk
terlihat dari hasil wawancara dengan partisipasi, partisipasi tenaga dan juga
masyarakat yang merasakan bahwa mereka partisipasi harta benda misalnya.
mendapatkan tambahan pendapatan dari 3. Pengembangan desa wisata di Desa Tulungrejo
datangnya wisatawan. menciptakan kegiatan ekonomi yang lebih bagi
f. Penyebaran Infrastruktur ke Pelosok Wilayah masyarakat. Terciptanya lapangan pekerjaan
Pembangunan infrastruktur yang awalnya baru, adanya tambahan pendapatan bagi petani,
diperuntukan sebagai fasilitas penunjang serta meningkatnya nilai jual buah apel.
pariwisata dapat dimanfaatkan juga oleh
masyarakat Desa Tulungrejo. Salah satu contoh 5.2. Saran
adalah perbaikan jalan menuju wisata religi Pura 1. Sebaiknya pengelola Desa Wisata Tulungrejo
Arjuna. Banyak wisatawan luar daerah yang memperbarui setiap atraksi wisata secara
mengunjungi dan beribadah meskipun berkala, sehingga selalu tercipta tren wisata
jalananya rusak, tetapi jalan menuju pura telah baru. Membuat suatu tourism event yang
diperbaiki. Masyarakat Hindu di Desa berbeda pada setiap atraksi wisata sehingga
Tulungrejo juga merasakan dampak dari selalu menarik minat wisatawan untuk datang.
perbaikan infrastruktur tersebut. 2. Sebaiknya perlu dilakukan promosi yang lebih
Hasil akhir dari dampak pengembangan luas, sehingga dapat menarik minat wisatawan
pariwisata adalah dampak ekonomi yang lokal maupun mancanegara, seperti membuat
kebanyakan dirasa positif (Kemal, 2009). Dampak promosi melalui media online, ataupun dengan
positif memang dirasakan oleh masyarakat Desa kerja sama dengan travel agent serta membuat
Tulungrejo. Partisipasi dari masyarakat akan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 55
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
brosur wisata dan peta wisata sehingga Soebagyo. 2012. Strategi Pengembangan,
memudahkan wisatawan. Pariwisata di Indonesia. Liquidity, 1(2) 153-
3. Perlu menciptakan produk cinderamata khas 158.
Desa Tulungrejo selain keripik buah dan sari
Website
buah. Contohnya memilih salah satu ikon dari
atraksi wisata Desa Tulungrejo kemudian Sastrayudha, Gumelar S. 2010. Hand Out Mata
menjadikanya cinderamata khas. Kuliah Concept Resort and Leisure, Strategi
4. Perlu sosialisasi lebih lanjut dari POKDARWIS Pengembangan dan Pengelolaan Resort and
sehingga masyarakat yang belum aktif dapat Leisure. Diakses pada 13 Febuari 2016
tertarik untuk ikut serta dalam pengembangan melalui http://file.upi.edu
wisata. Seperti mengadakan acara adat desa Undang – undang
dimana seluruh masyarakat terlibat, tetapi acara
tersebut di promosikan sehingga menjadi suatu Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
atraksi wisata dan menarik minat wisatawan. Nomor: PM. 18/HM.001/MKP/2011
Tentang Pedoman Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
DAFTAR PUSTAKA Pariwisata Melalui Desa Wisata
Adisasmita, Raharjo. 2006. Membangun Desa Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu Kepariwisataan pasal 19
Damanik, Janianto dan Helmut. 2006. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang
Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta: Andi Kepemudaan
Offset.
Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Perencanaan
Pariwisata Pedesaan Berbasis Masyarakat.
Yogyakarta:Graha Ilmu.
Mill, Robert. 2000. Tourism The International
Business Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Muljadi, dan Andri H Warman 2014.
Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Pendit, Nyoman. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah
Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya
Paramita
Pitana, I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009.
Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta:
Andi Offset.
Siagian. (1991). Teori dan Praktek Kepemimpinan.
Jakarta: Rineka Cipta
Sudriamunawar, Haryono. 2006. Kepemimpinan,
Peran Serta, Produktivitas. Bandung:
Mandar Maju.
Suwantoro, Gamal. 2007. Dasar – dasar
Pariwisata. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Jurnal
Kemal, Mustafa. 2002. Host Perceptions of
Impacts a Comparative Tourism Study.
Annals of Tourism Research, 29(1) 231-253

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 61 No. 3 Agustus 2018| 56


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

You might also like