Jurnal Sanitasi 1 PDF
Jurnal Sanitasi 1 PDF
Jurnal Sanitasi 1 PDF
Abstract
Personal hygiene practices in food processing must be considered as a potential source of food
handlers in the transfer of microorganisms that can cause food contamination. Fish Peste is the
commodity from the fish processing which is usually used as a side dish or a typical mix of traditional
food. On the other hand, fish paste is a food that is served without reheating and directly without the
use of tools such as spoons or plastic gloves so it can be potentially contaminated with bacteria such
as Escherichia coli. Research is aimed to identify how the personal hygiene practices and the presence
of Escherichia coli bacteria on the hands of the fish paste sellers placed in open containers in Anom
Market of Sumenep district of Sumenep regency. The research was descriptive with quantitative
approach. The sample uses a total sampling of 15 respondents fish paste seller. The results of this
study indicate that the practice of personal hygiene, most of the 12 respondents categorized of adequate
personal hagiene practices, among others from contagious diseases, nails and hands hygiene, hair
hygiene, clothing hygiene, wash hands thoroughly, and use tools when handling food. From the results
of laboratory test, the samples hands of fish paste seller there were 3 respondents were positive
presence of Escherichia coli.
Keywords: Personal Higyene Practice, Fish Paste, and Escherichia coli Bacteria
Abstrak
Praktik higiene personal dalam pengolahan makanan harus diperhatikan karena penjamah makanan
merupakan sumber potensial dalam perpindahan mikroorganisme yang dapat meyebabkan
kontaminasi pada makanan. Petis merupakan komoditi hasil pegolahan ikan yang biasanya digunakan
sebagai lauk pauk atau campuran makanan rakyat yang khas. Disisi lain, petis disajikan tanpa melalui
pemanasan kembali dan pengemasannya tanpa menggunakan alat bantu seperti sendok atau sarung
tangan plastik, sehingga dapat berpotensi terkontaminasi bakteri seperti bakteri Escherichia coli.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana praktik higiene personal dan keberadaan
bakteri Escherichia coli pada tangan penjual petis yang ditempatkan di wadah terbuka di Pasar Anom
Kecamatan Sumenep Kabupaten Sumenep. Penelitian ini menggunakan metode peneltian deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian ini menggunakan total sampling yakni berjumlah 15
responden penjual petis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik higiene personal, sebagian
besar 12 responden termasuk kategori praktik hagiene personal yang cukup, diantaranya meliputi tidak
menderita penyakit menular, kebersihan kuku dan tangan, kebersihan rambut, kebersihan pakaian,
mencuci tangan dengan benar, dan penggunaan alat bantu pada saat menjamah makanan. Dari hasil
pemeriksaan uji laboratorium, sampel telapak tangan penjual petis terdapat 3 responden yang positif
keberadaan Escherichia coli.
Kata kunci: Praktik Higiene Personal, Petis, dan Bakteri Escherichia coli
pasar. Pakaian yang digunakan responden Tabel 7. Keberadaan Bakteri Escherichia coli
sebanyak 2 responden (13,3%) tidak bermotif dan pada Tangan Penjual Petis yang ditempat-
6 responden (40,0%) berwarna terang. Namun, kan di Wadah Terbuka
sebanyak 10 responden menggunakan pakaian
yang bersih. Keberadaan Bakteri
No N %
Escherichia Coli
d. Mencuci Tangan
1 Positif 3 20
Hasil penelitian dari mencuci tangan dengan 2 Negatif 12 80
benar responden penjual petis disajikan pada tabel Total 15 100
berikut: Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa
hasil uji laboratorium keberadaan Escherichia coli
Tabel 6. Praktik Higiene Personal Penjual Petis pada telapak tangan penjual petis yaitu terdapat 3
Berdasarkan Mencuci Tangan responden (20%) yang positif bakteri Escherichia
coli pada telapak tangan. Ketiga responden yang
Tidak
No
Mencuci Terpenuhi
Terpenuhi
Total positif bakteri Escherichia coli didapatkan bahwa 2
tangan responden memiliki kategori umur pertengahan
n % n % n %
1. Tersedia air 2 13,3 13 86,7 15 100 (40 - >60 tahun) dan tingkat pendidikan terakhir
bersih untuk dasar (tamat SD) serta ketiga responden tersebut
mencuci tangan
2. Mencuci tangan - - 15 100 15 100
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup
dengan sabun mengenai higiene sanitasi makanan.
dan diikuti
pembilasan Berdasarkan hasil tabulasi silang dengan
3. Mencuci tangan 3 20 12 80 15 100
sebelum menggunakan statistik deskriptif diperoleh data
memulai praktik higiene personal dan keberadaan
pekerjaan Escherichia coli disajikan pada tabel berikut:
4. Mencuci tangan 13 86,7 2 13,3 15 100
setelah
melakukan Tabel 8. Tabulasi Silang Praktik Higiene Personal
aktivitas dan Keberadaan Escherichia coli
apapun
5. Menggunakan 3 20 12 80 15 100 Keberadaan Bakteri
pengeringan Praktik Escherichia coli
tangan dengan No. Higiene N %
handuk Personal Positif Negatif
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa n % n %
tidak sedikit responden belum menerapkan 1. Cukup 2 16,7 10 83,3 12 100
mencuci tangan dengan benar yaitu hanya 2 2. Buruk 1 33,3 2 66,7 3 100
responden (13,3%) tersedia air bersih untuk Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa
mencuci tangan, tidak terdapat responden yang pada praktik higiene personal yang memiliki
memenuhi syarat mencuci tangan dengan sabun kategori cukup masih ditemukan positif bakteri
dan diikuti dengan pembilasan, 3 responden Escherichia coli sebesar 16,7%.
(20,0%) mencuci tangan sebelum memulai
pekerjaan dan menggunakan pengeringan tangan. Pembahasan
e. Menjamah makanan dengan Alat Bantu
Berdasarkan hasil wawancara dan Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
observasi dapat diketahui bahwa seluruh nomor 942 tahun 2003, menyatakan bahwa dalam
responden tidak memenuhi syarat dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan
menjamah makanan dengan alat bantu yaitu tidak makanan jajanan harus memenuhi persyaratan
menggunakan alat bantu pada saat mengolah atau yang meliputi tidak menderita penyakit menular
menyajikan makanan, pada saat melayani seperti diare, menjaga kebersihan kuku dan
konsumen, dan pada saat mencicipi makanan. Hal tangan, menjaga kebersihan rambut, menjaga
ini dikarenakan responden tidak terbiasa memakai kebersihan pakaian, mencuci tangan dengan
alat bantu berupa sedok karena akan benar, dan menggunakan alat bantu pada saat
memperlambat pekerjaan. menjamah makanan[5]. Berdasarkan hasil
Hasil penelitian dari keberadaan bakteri penelitian mengenai praktik higiene personal
Escherichia coli pada tangan penjual petis yang penjual petis yang ditempatkan di wadah terbuka
ditempatkan diwadah terbuka disajikan pada tabel di Pasar Anom Kecamatan Sumenep Kabupaten
berikut: Sumenep yang berjumlah 15 responden dengan
22 pertanyaan menujukkan bahwa sebagian besar dengan rapi dan terlihat bersih, serta tidak
memiliki praktik higiene personal yang cukup yaitu menjuntai keluar. Namun, untuk penilaian terakhir
sebanyak 12 responden (80%). Penelitian yaitu seluruh responden tidak menggunakan
Cahyarani (2006) juga menunjukkan bahwa penutup kepala, 13 responden menutup kepalanya
kurangnya higiene personal yaitu dari 5 responden dengan menggunakan kerudung. Selama
sebanyak 4 responden (80%) tidak menjaga pegolahan dan peyajian makanan harus dijaga
higiene personal mereka [6]. Hal ini dapat terjadi agar rambut tidak terjatuh kedalam makanan.
karena responden (penjual petis) kurang Walaupun dalam penelitian ini rambut tidak terlalu
memperhatikan aspek-aspek higiene personal yag berperan dalam penularan bakteri Escherichia coli,
harus dilakukan dalam menangani atau menjamah namun apabila terdapat rambut dalam makanan
makanan. tidak disukai oleh konsumen. Setiap kali tangan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai menyentuh, menggaruk, menyisir, atau mengikat
praktik higiene personal diperoleh dari enam rambut, tangan, harus segera dicuci sebelum
penilaian yang dapat memungkinkan bakteri digunakan lagi untuk menangani makanan [9].
Escherichia coli megkontaminasi makanan melalui Berdasarkan hasil penelitian mengenai
tangan responden yaitu seluruh responden penjual kebersihan pakaian didapatkan hasil bahwa
petis tidak menderita penyakit diare. Menurut sebagian besar responden belum memenuhi
Purnawijayanti (2001:48) menyatakan bahwa syarat kebersihan pakaian diantaranya adalah
pekerja yang sedang flu, demam dan diare menggunakan pakaian yang bermotif, berwarna
sebaiknya tidak dilibatkan terlebih dahulu dalam gelap, dan tidak menggunakan celemek yang
proses pengolahan makanan, sampai gejala- bersih. Namun, pada penilaian ini sebagian besar
gejala penyakit tersebut hilang [2]. Hal ini responden telah memenuhi syarat pakaian yang
dikarenakan keberadaan bakteri khususnya digunakan terlihat bersih. Penelitian Tambekar et
Escherichia coli terdapat di tinja dan kemungkinan al., (2009) menyatakan bahwa pakaian yang kotor
besar akan berpindah ke tangan apabila tidak pada penjamah makanan dikarenakan kurangnya
mencuci tangannya dengan bersih yaitu pengetahuan tentang praktik higiene dan
pemakaian sabun dan air mengalir. keamanan produk pangan [10].
Kuku merupakan salah satu tempat Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
berkumpulnya jasad renik. Kuku yang bersih bahwa sebagian besar responden belum
adalah kuku jari yang dipotong pendek rapi, tidak memenuhi syarat diantaranya adalah tidak
terdapat kotoran, dan tidak dicat. Pada penelitian tersedia air bersih sebanyak 13 responden
ini sebagian besar responden telah memenuhi (86,7%) artinya air ditampug pada bak air atau
syarat penilaian yaitu seluruh responden tidak ember yang biasanya digunakan bersamaan
menggunakan cat kuku dan menutup luka yag dengan mencuci tangan dan membilas peralatan
terbuka, serta sebanyak 13 responden tidak yang kotor, seluruh responden tidak mencuci
menggunakan perhiasan pada saat menjamah tangan dengan sabun dan diikuti dengan
makanan. Namun, masih terdapat responden yang pembilasan, serta tidak mencuci tangan sebelum
belum memenuhi syarat diantaranya adalah memulai pekerjaan dan tidak menggunakan
tangan dan jari tidak terlihat bersih (73,3%), kuku pengeringan tangan dengan handuk yang bersih.
tangan tidak dalam keadaan pendek dan bersih Perilaku cuci tangan dapat meminimalkan
(53,3%), serta selalu menyentuh bagian tubuh kontaminasi kuman pada kulit. Pencucian tangan
pada saat menjamah makanan. Kuku yang pendek yang benar yaitu dengan menggunakan sabun
dan bersih bertujuan untuk menghindari sampai air bersih. Hal ini harus dilakukan sebelum
bersarangnya bakteri yang dapat menularkan menangani makanan maupun minuman, dan
penyakit kedalam makanan dan minuman, serta mutlak harus dilakukan ketika seseorang telah
tidak menggunakan pewarna kuku yang dapat menggunakan toilet [11]. Kombinasi antara
memungkinkan besar akan mengelupas dan jatuh aktivitas sabun sebagai pembersih, penggosokan,
kedalam makanan [7]. Penelitian yang dilakukan dan aliran air akan menghanyutkan partikel
Mensah et al., (2002) menyatakan bahwa tangan kotoran yang banyak mengandung mikroba [2].
yang kurang bersih akan berpotensi untuk Berdasarkan penelitian mengenai
mencemari makanan bila terjadi kontak saat penggunaan alat bantu pada saat menjamah
pegolaan makanan[8]. makanan menunjukkan bahwa seluruh responden
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tidak memenuhi syarat yaitu tidak terdapat
kebersihan rambut didapatkan hasil bahwa responden yag menggunakan alat bantu pada saat
sebagian besar responden telah memenuhi syarat mengolah atau menyajikan makanan, melayani
yaitu seluruh responden telah mengikat rambutnya konsumen, dan mencicipi makanan. Alasan
mereka adalah dikarenakan akan memperlambat bahwa semakin banyak penjamah makanan tidak
dalam penyajian dan ketidaknyamanan melakukan praktik higiene personal yang baik,
menggunakan alat bantu pada saat melayani maka semakin besar kemungkinan tangan akan
konsumen. Alasan lain menurut mereka, apabila terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli [14].
memakai tangan pada saat mengolah petis akan Selain praktik higiene personal penjamah
menciptakan keindahan pada warna petis. makanan, sanitasi lokasi tempat penjualan pun
Penelitian Nurudeen et al., (2013) yang juga dapat mempegaruhi keberadaan bakteri
menyatakan bahwa sebagian besar penjamah Escherichia coli. berdasarkan hasil observasi di
makanan menyajikan atau menyentuh makanan lapangan untuk kondisi lantai Pasar Anom sudah
dengan tangan langsung [12]. Namun berbeda terbuat dari semen sehingga dapat dikatakan
dengan peelitian Cahyarani (2006), hasil sudah terbuat dari bahan yang kedap air, namun
penelitiannya menyatakan bahwa 100% lantai tersebut terlihat retak dan licin serta lantai
responden menggunakan peralatan sendok dalam kondisi basah karena aktifitas pedagang
makan [7]. lainnya yang berdekatan dengan penjual petis
Berdasarkan hasil uji laboratorium pada yaitu pedagang ikan mencuci tempat
telapak tangan penjual petis yang ditempatkan di dagangannya dan kondisi drenase yang tidak
wadah terbuka di Pasar Anom Kecamatan tertutup dan tidak mengalir dengan baik karena
Sumenep Kabupaten Sumenep, terdapat 3 tumpukan sampah berasal dari potongan ikan dan
responden (20%) positiif bakteri Escherichia coli. sampah bungkusan makanan. Hal ini dapat
Pada penelitian ini hanya menentukan keberadaan berpotensi keterpaparan kuman atau
Escherichia coli pada tangan yang aktif atau mikroorganisme pada pasar sehingga dapat
tangan kanan. Keberadaan Escherichia coli pada mengkontaminasi makanan yang dijualnya [15].
telapak tangan penjual petis merupakan indikasi
dari kondisi sanitasi yang tidak memadai. Hal ini Simpulan dan Saran
dapat terjadi dikarenakan dari faktor penjamah
makanan yang kurang memperhatikan aspek- Karakteristik responden pada penjual petis
aspek dari higiene personal. Apabila penjamah yang ditempatkan di wadah terbuka di Pasar Anom
makanan melakukan praktik higiene dengan baik Kecamatan Sumenep Kabupaten Sumenep di-
dan benar maka akan meminimalisasi tingkat peroleh hasil bahwa sebagian besar responden
kontaminasi makanan yang disebabkan oleh faktor berumur usia pertengahan atau 40-<60 tahun, ber-
higiene personal. Pada penelitian ini, penjual petis pendidikan dasar (Tamat SD/MI/SMP/MTS), dan
pada saat proses penyajian atau melayani tingkat pengetahuan yang cukup tentang higiene
konsumen tidak menggunakan alat bantu / alas personal penjamah makanan.
tangan seperti sendok makan dan tidak mencuci Hasil observasi terkait praktik higiene
tangannnya dengan bersih seperti menggunakan personal penjamah makanan pada penjual petis
sabun dan air mengalir. yang ditempatkan diwadah terbuka di Pasar Anom
Berdasarkan hasil tabulasi silang Kecamatan Sumenep Kabupaten Sumenep
menunjukkan bahwa kelompok dengan praktik diperoleh dari hasil bahwa sebagian besar
higiene personal buruk diketahui 1 responden responden tidak menderita penyakit menular
(33,3%) dari 3 responden yang dinyatakan positif seperti diare; tidak memenuhi syarat kuku dan
bakteri Escherichia coli. Kelompok dengan praktik tangan yang bersih; memenuhi syarat kebersihan
higiene personal yang cukup atau sedang, rambut namun tidak terdapat responden yang
sebanyak 2 responden (16,7%) dinyatakan positif menggunakan penutup kepala; tidak memenuhi
bakteri Escherichia coli pada telapak tangan syarat kebersihan pakaian seperti pakaian
responden (penjual petis). Penelitian Setyorini bermotif dan tidak berwarna terang serta tidak
(2013) menyatakan bahwa ada keterkaitan antara menggunakan celemek yang bersih; tidak
praktik higiene personal dan keberadaan memenuhi cara mencuci tangan dengan baik
Escherichia coli pada rujak, pada penelitian seperti dengan menggunakan sabun dan air
tersebut membuktikan bahwa praktik higiene bersih, serta menggunakan pengering tangan;
personal yang buruk atau kurang baik akan tidak terdapat responden yang menggunakan alat
mempengaruhi keberadaan bakteri Escherichia bantu pada saat menjamah makanan.
coli sebesar 77,8% [13]. Penelitian Rachmawati Hasil uji laboratorium keberadaan
(2015) tentang praktik higiene personal dan Escherichia coli pada telapak tangan penjual petis
keberadaan bakteri Escherichia coli juga yang ditempatkan diwadah terbuka di Pasar Anom
membuktikan bahwa ada keterkaitan diantara Kecamatan Sumenep Kabupaten Sumenep,
kedua variabel tersebut, hal ini dapat diketahui terdapat 3 responden yang positif bakter
Escherichia coli. [8] Mensah, P., Yeboah, M., Owusu, D., Ablordey
Saran yang dapat diberikan bagi Dinas A. Street Foods in Accra, Ghana: How Safe
Kesehatan Kabupaten Sumenep adalah perlu are They?. Journal Bull World Health Organ.
adanya program promosi kesehatan dengan 2002;80(7):546-54. Epub 2002 Jul 30. Univer-
memberikan edukasi dan informasi berupa sity of Ghana
penyuluhan dengan bantuan media poster, leaflet, [9] Fathonah, S., 2005. Higiene dan Sanitasi Ma-
brosur, audio, dan media lainnya untuk kanan. Semarang: UNNES Press
meningkatkan pengetahuan dan perhatian [10] Tambekar D.H., V.J. Jaiswal, D.V. Dhanorkar,
penjamah makanan mengenai higiene sanitasi P.B.Gulhane and M.N.Dudhane1, 2009. Mi-
makanan, serta lebih ketat lagi dalam pengawasan crobial Quality and safety of street vended
kepada penjual petis yang ditempatkan di wadah fruit juices: A case study of Amravati city.
terbuka agar memperhatikan higiene sanitasi Journal of Food Safety. Vol.10, 2009, p. 72-
makanan. Saran untuk pedagang atau penjual 76. Amravati University
yaitu perlu dilakukannya peningkatan higiene [11] Mukono, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan
personal terutama dalam menjaga kebersihan Lingkungan Edisi Kedua. Surabaya : Air-
tangan dengan cara menggunakan alat bantu langga University Press
(sendok makan atau sarung tangan plastik) pada [12] Nurudeen, A.A., Lawan, A.O., and Ajayi, S.A.
saat menjamah makanan, guna untuk menghindari A survey of hygiene and sanitary practices of
penyakit bawaan makanan. Saran untuk peneliti street food vendors in the Central State of
selanjutnya yaitu perlu adanya penelitian lanjutan Northern Nigeria. Journal of Public Health and
mengenai pemeriksaan laboratorium terkait Epidemiology. Vol. 6(5), pp. 174-181, May
kandungan mikroba pada petis dan air cuci tangan 2014. ISSN 2006-9723. Kaduna Polytechnic
yang digunakan di Pasar Anom Kecamatan Nigeria
Sumenep Kabupaten Sumenep, serta [13] Setyorini, E. 2013. Hubungan Praktek Higiene
mengidentifikasi bakteri patogen lain yang terdapat Pedagang dengan Keberadaan Escherichia
pada petis kemasan dan bukan kemasan. coli Pada Rujak yang Dijual di Sekitar Kampus
Universitas Negeri Semarang. Skripsi. Sema-
Daftar Pustaka rang. Universitas Semarang
[14] Rachmawati, R. 2015. Praktik Higiene Per-
[1] Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2012 ten-
sonal dan Keberadaan Bakteri Escherichia
tang Pangan
coli Pada Tangan Penjamah Makanan (Studi
[2] Purnawijayanti, HA. 2001. Sanitasi, Higiene,
pada Pedagang Kaki Lima di Jalan Kaliman-
dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan
tan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jem-
Makanan. Yogyakarta: Kanisius
ber). Skripsi. Jember. Universitas Jember
[3] Mukono, H.J. 2004. Higiene Sanitasi Hotel
[15] Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
dan Restoran Edisi Pertama. Surabaya : Air-
2008. Keputusan Menteri Kesehatan Repub-
langga University Press
lik Indonesia Nomor 519/Menkes/SK/VI/2008
[4] Fitriyah, R., Susilo B., Komar, N. 2013. Studi
Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat. Ja-
Pengaruh Penambahan Air dan Suhu Pema-
karta
nasan Terhadap Viskositas Petis Ikan. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
Vol. 1 No.2, Juni 2013,29-34. Malang: Univer-
sitas Brawijaya
[5] Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI No
942/menkes/SK/VII/2003 tentang Persyara-
tan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Ja-
karta
[6] Cahyarani, C. 2006. Perbedaan Jumlah MPN
Coliform pada Petis Ikan Kemasan dan Bukan
Kemasan yang Beredar di Pasar Baru Kamal
Madura. Skripsi. Surabaya: Universitas Air-
langga
[7] Widyati dan Yuliarsih. 2002. Hygiene dan
Sanitasi Umum dan Restoran. Jakarta : PT.
Grasindo