Hubungan Pengetahuan PX Hipertensi Dengan Clinical Outcome
Hubungan Pengetahuan PX Hipertensi Dengan Clinical Outcome
Hubungan Pengetahuan PX Hipertensi Dengan Clinical Outcome
ABSTRACT: Hypertension is a common cause in increasing mortality and morbidity in the community. Besides being the silent killer
the prevalence of this disease is increasing throughout the world. Prevalence of hypertension in indonesia in 2013 was 25,8% and
increased to 34,1% in 2018. This study aims to determine the characteristics of hypertensive patients, find out the relationship
between sociodemographic characteristics and the level of knowledge of hypertensive patients and knowing the relationship
between the level of knowledge of hypertensive patients and clinical outcome. Is a quantitative descriptive study using a cross
sectional design performed on hypertensive patients in poly internal medicine RSUP DR. M. Djamil Padang in February to April
2019. The sampling technique was purposive sampling and determining the level of respondents knowledge was know from
the score obtained through interviews using a validated questionnaire. Data analysis using chi square statistics. The results of
114 respondents with characteristics of 50% of male patients and 50% of female patients were obtained, age group with a
age range of 46-55 years (31,6%), high school education (46,5%), most work is self-employed (33,3%). There was no significant
relationship between gender and age of hypertensive patients with level of knowledge and there was significant relationship
between education and type of work of hypertensive patients with level of knowledge. From this study it was conclused that there
was a significant relationship between the level of knowledge of hypertensive patients and clinical outcome.
Keywords: knowledge; hypertensive; clinical outcome; RSUP DR. M Djamil.
ABSTRAK: Hipertensi merupakan penyebab umum dalam peningkatan angka mortalitas dan morbiditas di masyarakat. Selain
merupakan the silent killer, prevalensi penyakit ini meningkat diseluruh dunia. Prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2013
sebesar 25,8% dan meningkat menjadi 34,1% ditahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien
hipertensi, mengetahui hubungan antara karakteristik sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan pasien hipertensi dan
mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan pasien hipertensi dengan clinical outcomenya. Merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif menggunakan rancangan cross sectional yang dilakukan terhadap pasien hipertensi di poli penyakit dalam RSUP DR.
M. Djamil Padang pada bulan Februari hingga April 2019. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dan penentuan
tingkat pengetahuan responden diketahui dari perolehan skor melalui wawancara menggunakan kuesioner yang divalidasi.
Analisa data menggunakan statistika chi square. Diperoleh hasil 114 responden dengan karakteristik 50% pasien laki laki dan 50%
pasien perempuan, kelompok umur terbanyak rentang umur 46-55 tahun (31,6%), Pendidikan terbanyak SMA (46,5%), pekerjaan
terbanyak wiraswasta (33,3%). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan umur pasien hipertensi dengan
tingkat pengetahuannya dan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dan jenis pekerjaan pasien hipertensi dengan
tingkat pengetahuannya. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
pasien hipertensi dengan clinical outcomenya.
Kata kunci: pengetahuan; hipertensi; clinical outcome; RSUP DR. M. Djamil.
134
Hubungan Pengeta hua n Pa si e n H i pe r te nsi de nga n. . . M ara et . al.
diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu: pengetahuan umur 46-55 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian
kategori kurang jika responden memperoleh skor ≤ 55%, Tjekyan dengan umur pasien hipertensi terbanyak
pengetahuan kategori cukup jika responden memperoleh berada diatas 40 tahun [14]. Sesuai dengan teori, bahwa
skor 56% - 74% dan pengetahuan kategori baik jika tekanan darah umumnya mengalami peningkatan dimulai
responden memperoleh skor ≥ 75%. Clinical outcome adalah setelah usia 40 tahun dikarenakan arteri akan mengalami
tekanan darah pasien hipertensi yang diukur menggunakan penebalan sehingga pembuluh darah akan menyempit
alat tensimeter. Tekanan darah diklasifikasikan menjadi 2 dan diikuti oleh penurunan elastisitas pembuluh darah
kategori yaitu: target tekanan darah tercapai jika tekanan sehingga pembuluh darah menjadi kaku. Pembuluh
darah kecil dari 140/90 mmHg dan target tekanan darah darah tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik
tidak tercapai jika tekanan darah besar dari 140/90 mmHg. untuk mengembang pada saat jantung memompa darah
sehingga jantung harus meningkatkan denyutnya pada
Analisa Data pembuluh darah yang menyempit agar aliran darah dapat
Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis didistribusikan keseluruh tubuh. Hal ini menyebabkan
menggunakan program SPSS (Statistical Package for the naiknya tekanan darah [15].
Social Sciences) menggunakan uji chi square dengan tingkat Karakteristik pendidikan terbanyak adalah tingkat
kepercayaan 5% untuk melihat hubungan antara faktor SMA sebanyak 53 orang (46,5%) dikarenakan pasien
sosiodemografi (jenis kelamin, umur, pendidikan, hipertensi yang berobat ke poli penyakit dalam RSUP DR.
pekerjaan) dengan tingkat pengetahuan pasien hipertensi M. Djamil Padang didominasi oleh pasien berpendidikan
dan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan terakhir SMA. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh
pasien hipertensi dengan clinical outcomenya. Tarigan yang menunjukkan sebanyak 48,1% pasien
hipertensi dengan pendidikan terakhir SMA [16] dan
Hasil dan Diskusi penelitian sinuraya menunjukkan sebanyak 34% pasien
hipertensi dengan pendidikan terakhir SMA [17].
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh Karakteristik pekerjaan terbanyak pada penelitian
sampel sebanyak 114 pasien yang memenuhi kriteria ini adalah wiraswasta sebanyak 38 orang (33,3%). Hal
inklusi. Distribusi frekuensi karakteristik sosiodemografi ini menunjukkan kalau kejadian hipertensi lebih banyak
responden periode Februari hingga April 2019 dapat terjadi pada orang yang bekerja. Sesuai dengan hasil
dilihat pada tabel 1. penelitian Azhari menunjukan bahwa dari 60 responden
Sebagaimana yang ditunjukkan oleh tabel 1 yang bekerja, yang menderita hipertensi sebanyak 44 orang
diperoleh responden laki-laki sebanyak 57 orang (50%) (73,3%). Dan dari 52 responden yang tidak bekerja, yang
dan perempuan sebanyak 57 orang (50%). Diperoleh menderita hipertensi sebanyak 24 orang (46,2%). Hasil
jumlah imbang antara pasien laki-laki dengan pasien analisa chi-square didapatkan p value = 0,006 < α (0,05),
perempuan sebab peluang kejadian hipertensi antara laki- berarti ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian
laki dengan perempuan sama saja. Cortas mengatakan hipertensi dan nilai Odds Ratio (OR) = 3,208, yang berarti,
prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan responden yang bekerja mempunyai peluang sebanyak
wanita namun, hormon estrogen melindungi wanita dari 3,2 kali untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan
penyakit kardiovaskuler sebelum menopause [10]. Saat dengan responden yang tidak bekerja [18].
fase menopause, terjadi penurunan hormon estrogen yang Tabel 2 menjelaskan tentang hubungan karakteristik
berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah dan sosiodemografi (Jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,
penurunan hormon estrogen mengakibatkan gangguan jenis pekerjaan) dengan tingkat pengetahuan. Diketahui
metabolisme lemak yang ditandai dengan meningkatnya dari 100% pasien laki-laki, 79% berpengetahuan baik,
LDL kolesterol dan rendahnya HDL. Hal ini memicu 19,3% berpengetahuan cukup, 1,7% berpengetahuan
terjadinya aterosklerosis yang merupakan faktor risiko kurang. Dari 100% pasien perempuan, 82,5%
hipertensi [11]. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan berpengetahuan baik, 14% berpengetahuan cukup, 3,5%
penelitian Amaliah dengan hasil pasien hipertensi laki-laki berpengetahuan kurang. Berdasarkan uji chi square antara
41,6% dan pasien hipertensi perempuan 58,4% [12] dan jenis kelamin dengan pengetahuan diperoleh nilai p > 0,05
penelitian Muslimin dengan hasil pasien hipertensi laki- yaitu 0,795 artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan
laki 37,7% dan pasien hipertensi perempuan 62,3% [13]. antara jenis kelamin dengan pengetahuan pasien. Artinya
Pasien hipertensi terbanyak berada pada rentang dengan perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan
tidak akan mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien
Perempuan 57 50,0
26 – 35 tahun 10 8,8
36 – 45 tahun 21 18,4
46 – 55 tahun 36 31,6
56 – 65 tahun 29 25,4
> 65 11 9,7
SD 25 21,9
SMP 13 11,4
SMA 53 46,5
PNS 10 8,8
Wiraswasta 38 33,3
IRT 36 31,6
Lain-lain 10 8,8
pula tingkat pengetahuannya. Sejalan dengan penelitian hipertensi yang bekerja sebagai PNS, disusul oleh pasien
Sinuraya yang memperlihatkan hasil bahwa pasien dengan yang bekerja sebagai wiraswasta. Hal ini menunjukkan
pengetahuan kategori sedang dan kurang umumnya adalah bahwa lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
pasien hipertensi dengan tingkat pendidikan yang rendah memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara
dan pasien dengan pengetahuan kategori baik umumnya langsung maupun tidak langsung. Jenis pekerjaan yang
adalah pasien hipertensi dengan pendidikan tinggi [17]. sering berinteraksi dengan orang lain dapat menambah
Dari tabel 2 diketahui 75% pasien tidak bekerja pengetahuan bila dibandingkan dengan pekerjaan tanpa
berpengetahuan baik, 90% pasien PNS berpengetahuan interaksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam
baik, 84,2% pasien wiraswasta berpengetahuan baik, bekerja akan memberikan pengetahuan dan keterampilan
80,6% ibu rumah tangga berpengetahuan baik dan profesional serta pengalaman belajar dalam bekerja akan
70% pasien dengan pekerjaan lain-lain berpengetahuan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil
baik. Berdasarkan uji chi square antara pekerjaan dengan keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara
pengetahuan diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,031 artinya ilmiah dan etik [23].
ada hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan Hubungan antara pengetahuan pasien hipertensi
dengan pengetahuan pasien. Pada penelitian ini terlihat dengan clinical outcome dapat dilihat pada tabel 3. 100%
pengetahuan kategori baik tertinggi berada pada pasien Pasien dengan pengetahuan kurang, clinical outcome tidak
tercapai. Dari 100% pasien pengetahuan cukup, 68,4% membantu dalam pengendalian hipertensi. Sebab dengan
clinical outcome tidak tercapai dan 31,6% clinical outcome pengetahuan ini individu akan patuh pada pengobatan
tercapai. Dari 100% pasien pengetahuan baik, 55,4% yang dijalaninya dan berusaha mencegah hipertensi
clinical outcome tidak tercapai dan 44,6% clinical outcome dengan cara mengubah pola makan, olahraga rutin, jaga
tercapai. Berdasarkan uji chi square antara pengetahuan berat badan ideal, menjauhi minum alkohol, kelola stres
dengan clinical outcome diperoleh nilai p <0,05 (p=0,019), dengan baik dan cek tekanan darah secara berkala. Sesuai
yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara dengan pendapat Maryono bahwa pengetahuan yang baik
pengetahuan pasien hipertensi dengan clinical outcomenya. akan mampu merubah gaya hidup dengan cara berhenti
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Rahayu dan merokok sedini mungkin, berolahraga secara teratur,
Anowie yang memperlihatkan terdapat hubungan yang perbaikan diet, hindari stres serta hindari pola hidup tidak
signifikan antara pengetahuan pasien hipertensi dengan sehat [26].
tekanan darahnya [24,25] Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Artinya, responden dengan tingkat pengetahuan Dirhan yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
yang baik tentang hipertensi umumnya tekanan darahnya bermakna antara pengetahuan pasien hipertensi dengan
terkendali, sedangkan responden yang mempunyai tingkat derajat sistole dan diastole pasien dengan perolehan niai
pengetahuan tidak baik mengenai hipertensi umumnya P=0,000 [9]. Hal ini sesuai dengan pendapat Green bahwa
tekanan darahnya tidak terkendali. Karena pengetahuan tingkat kesehatan seseorang dapat ditentukan oleh tingkat
dan kesadaran pasien hipertensi tentang penyakitnya pengetahuan dari orang tersebut, sehingga semakin baik
merupakan faktor penting dalam mencapai kontrol tekanan tingkat pengetahuan seseorang maka tingkat kesehatan
darah dan pengetahuan individu mengenai hipertensi orang tersebut juga akan semakin baik [5].
Clinical Outcome
f % f % f %
1 Kurang 0 0 3 100 3 100
2 Cukup 6 31,6 13 68,4 19 100 0,019
Kesimpulan Referensi
[1] Bustan MN. Epidemiologi penyakit tidak menular. cetakan 2. Jakarta:
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan Rineka Cipta; 2007.
distribusi karakteristik pasien hipertensi laki-laki sebanyak [2] Koelling TM, Johnson ML, Cody RJ. Discharge education improves
clinical outcome in patients with chronic heart failure. US national
57 orang (50%) dan pasien hipertensi perempuan sebanyak library of medicines. J PubMed. 2005;111(2):85-179.
57 orang (50%) dengan distribusi frekuensi terbanyak [3] Triyanto, Endang. Pelayanan keperawatan bagi penderita hipertensi
secara terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2014.
berada pada rentang umur 46-55 tahun sebanyak 36 orang
[4] Palmer A, William, B. Tekanan darah tinggi. Jakarta: Erlangga; 2007.
(31,6%), pendidikan SMA sebanyak 53 orang (46,5%),
jenis pekerjaan terbanyak wiraswasta sebanyak 38 orang [5] Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta; 2007.
(33,3%). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara [6] Notoatmodjo S. Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
jenis kelamin dan umur dengan tingkat pengetahuan edisi 1. Yogyakarta: Andi Offset; 2012.
[7] Yancy CW, Jessup M, Bazkurt B, Butler J, Casey DE, Drazner MH.
pasien hipertensi (p>0,05) dan terdapat hubungan yang
ACCF/AHA Guideline for the management of heart failure: A report
signifikan antara tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan of the american collage of cardiology foundation/american heart
dengan tingkat pengetahuan pasien hipertensi (p<0,05). association task force on practice guidelines. American J College Of
Cardiology. 2013;62(16):539-1495.
Serta terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan pasien hipertensi dengan clinical outcomenya
(p<0,05).
[8] Krousel-Wood M, Joyce C, Holt EW, Muntner P, Webber LS, Morisky [18] Azhari MH. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
DE. Predictors of decline in medication adherence: Results from hipertensi di puskesmas makrayu kecamatan ilir barat II palembang.
cohort study of medication adherence among older adults. US J Ilmu Kesehatan. 2017;2(1):23-30.
national library of medicines. American J PubMed. 2011;58(5):10- [19] Novitaningtyas T. Hubungan Karakteristik (umur,jenis kelamin,tingkat
804. pendidikan) dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah Pada
[9] Dirhan. Hubungan pengetahuan, sikap dan ketaatan berobat Lansia di Kelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten
dengan derajat sistole dan diastole pasien hipertensi di puskesmas Sukoharjo [skripsi].Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
sukamerindu kota bengkulu. J Ilmiah Farmasi. 2012;9(1):1-10 Muhammadiyah; 2014.
[10] Cortas K. Hypertension [Internet]. Medscape. 2018 [cited 27 [20] Wahyuni, Eksanoto D. Hubungan tingkat pendidikan dan jenis
November 2018]. Available from: http:// wemedicine.medscape. kelamin dengan kejadian hipertensi di kelurahan jagalan di wilayah
com/article/241381 kerja puskesmas pucang sawit surakarta. J Ilmu Keperawatan
[11] Proverawati A. Menopause dan sindrome pre-menopause. Indonesia. 2013;1(1):79-85.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. [21] Sadeq R, Lafta K. Knowledge, attitude and practice about
[12] Amaliah F, Sudikno. Faktor risiko hipertensi pada orang umur 45-74 hypertension in hypertensive patients attending hospitals in
tahun di pulau sulawesi. J Gizi Indon. 2014;37(2):124-151. baghdad, iraq. South Easth Asian J Public Health. 2017;7(1):29-34.
[13] Muslimin I, Adiningsih R. Analisis faktor kejadian hipertensi di [22] Notoatmodjo, S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka
wilayah kerja puskesmas binanga kabupaten mamuju. J Kesehatan Cipta; 2003.
Suara Forikes. 2017;8(3):161-165. [23] Nursalam. Dokumentasi keperawatan. Jakarta: EGC; 2001.
[14] Tjekyan S. Angka kejadian dan faktor risiko hipertensi di kota [24] Rahayu LL. Hubungan Antara Pengetahuan Masyarakat tentang
palembang. J Mks. 2014;46(1):1-11. Penyakit Hipertensi dengan Pengaturan Pola Diet Hipertensi di
[15] Yogiantoro M. 2010. Hipertensi essensial: Buku ajar ilmu penyakit Puskesmas Nguter Nguter Surakarta. [skripsi]. Surakarta: Stikes
dalam. FKUI. Jakarta: Interna Publishing; 2010. Muhammadiyah; 2012.
[16] Taringan AR, Lubis Z. Pengaruh pengetahuan, sikap dan dukungan [25] Anowie F, Darkwa S. The knowledge, attitude and lifestyle practices
keluarga terhadap diet hipertensi di desa hulu kecamatan pancur of hypertensive patients in the cape coast metropolis ghana. J of
batu medan. J Kesehatan. 2018;11(1):9-17. Scientific Research & Reports. 2015;8(7):1-15.
[17] Sinuraya RK, Siagian BJ, Taufik A. Pengukuran tingkat pengetahuan [26] Maryono D. Penyakit jantung. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer;
tentang hipertensi pada pasien hipertensi di kota bandung. J Farmasi 2007.
Klinik Indonesia. 2017;6(4):290-297.
Copyright © 2019 The author(s). You are free to share (copy and redistribute the material in any medium or format) and adapt (remix, transform, and build upon the
material for any purpose, even commercially) under the following terms: Attribution — You must give appropriate credit, provide a link to the license, and indicate if
changes were made. You may do so in any reasonable manner, but not in any way that suggests the licensor endorses you or your use; ShareAlike — If you remix,
transform, or build upon the material, you must distribute your contributions under the same license as the original (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)