Jurnal Pengendalian Mutu

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Pengendalian Mutu

ANALISA KONSISTENSI MUTU CRUMB RUBBER PABRIK DX DENGAN


METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) PADA DEPARTEMEN
PROCESSING DI PT. BRIGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

Fitriadi, ST. MT.1, Nissa Prasanti, S.Si., MT2, Rika Balkis, ST3
1
Jurusan Teknik Industri, F. TEKNIK Universitas Teuku Umar
2
Jurusan Teknik Industri, F. TEKNIK Universitas Teuku Umar
3
Jurusan Teknik Industri, F. TEKNIK Universitas Teuku Umar

E-mail: 1 [email protected].

Abstract

Good product quality is an important requirement for companies to obtain


competitiveness of their products in the market. Good product quality needs to be
created and an effective quality control program is carried out in order to increase
the company's profitability. Statistical Quality Control (SQC) method is used to
evaluate the performance of the quality control of the production process so that
quality products are produced, while the Minitab 17 application serves to
determine quality diagrams to analyze the occurrence of quality beyond the
control limits of the company. This research was conducted at PT. Bridgestone
Sumatra Rubber Estate, where the company is engaged in the Crumb Rubber
processing industry which basically uses raw materials such as latex or cuplumps
can produce semi-finished materials. The data used are data on quality
requirements, namely levels of impurities, adar ash and PRI levels. The data is
then analyzed using the SQC method with a control chart diagram, followed by
making a causal diagram to find out the cause of the product is outside the limits
of statistical control. The results showed that of the three types of damage to
Rubber products (Crumb Rubber), namely for dirt spots there are 10 points that
are in the control control limit and 21 points that are within the control limit
because the raw material contains impurities that are difficult to clean so that the
impurities levels increase from standard limits set by the company, for ash
content there are 6 points that are outside the control limit and 25 points that are
within the control limit, this is due to too long packaged products, while PRI levels
There are 26 points that are outside the control limit and 5 points that are within
the control limit, so that it can be said that the process is out of control. Because
there are fluctuating and irregular points, this shows that the PRI levels in rubber
products are still uncontrolled. This is because the drying time of raw materials on
the dryer machine is too long so that the PRI level increases from the standard
limit set by the company. This is as shown in the control chart which shows that
the point has fluctuations, and there are still points that come out of the control
boundary which indicate that the process is in a state of uncontrollable or still

1
experiencing irregularities. Based on the results of the histogram of rubber
products (Crumb Rubber) the most dominant and often occur is the PRI level, this
occurs because the drying time on the dryer machine is too long with the amount
of damage as much as 24.91%. The second highest amount of damage is ash
content as much as 22.83% because during the prilling process until packing
everything is open and the smallest amount of damage caused by dirt or dirt is
4.079% because of the large amount of dirt attached to the rubber product
difficult to clean. Based on the results of evaluations carried out with causal
diagrams can be identified the factors that cause quality deviations such as
human / worker factors, production machinery, work methods, and material / raw
materials.

Keywords: Quality, Crumb Rubber, Statical Quality Control (SQC) and Minitab17

1. PENDAHULUAN

Pengendalian kualitas produk merupakan usaha untuk meminimalisasi produk


cacat dari produk yang dihasilkan perusahaan. Standar kualitas yang dimaksud adalah
bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Tanpa adanya pengendalian kualitas
produk akan menimbulkan kerugian yang besar bagi perusahaan, karena penyimpangan-
penyimpangan tidak diketahui sehingga perbaikan tidak bisa dilakukan dan akhirnya
penyimpangan akan berkelanjutan. Sebaliknya bila pengendalian kualitas dapat
dilaksanakan dengan baik maka setiap terjadi penyimpangan dapat langsung diperbaiki
dan dapat digunakan untuk perbaikan proses produksi dimasa yang akan datang. Dengan
demikian proses produksi yang memperhatikan kualitas produk akan menghasilkan
produk yang berkualitas bebas dari kerusakan dan kecacatan, sehingga membuat harga
lebih kompetitif (Mizuno, 2004).
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate sebagai perusahaan yang bergerak dalam
industri pengolahan Crumb Rubber yang pada dasarnya menggunakan bahan baku berupa
latex ataupun cuplumps dapat menghasilkan bahan setengah jadi yaitu berupa karet remah
dengan mutu yang bervariasi, sesuai dengan apa yang diinginkan dari perusahaan yang
mengolah karet tersebut. Salah satu faktor-faktor yang menentukan mutu crumb rubber
yaitu kadar kotoran, kadar abu, dan kadar PRI. Berbagai program pengendalian kualitas
dilakukan oleh perusahaan akan tetapi, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa masih
terdapat produk yang melebihi standard toleransi yang ditetapkan.
Metode Statistical Quality Control (SQC) dan alat bantu Software Minitab 17,
dimana metode ini dapat mengukur seberapa besar tingkat kerusakan produk yang dapat
diterima oleh suatu perusahaan dengan menentukan batas toleransi dari cacat produk yang
dihasilkan, dimana proses produksi dikendalikan kualitasnya mulai dari awal produksi,
pada saat proses produksi berlangsung sampai dengan produk jadi. Dimana produk yang
baik dipisahkan dengan yang jelek (reject), sehingga produk yang dihasilkan jumlahnya
berkurang.

2. METODE PENELITIAN

2.1. Jenis Penelitian


Berdasarkan sifatnya tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Menurut Mardalis (2004:26) penelitian deskriptif di dalamnya
terdapat upaya mendeskriptifkan, mencatat, dan menginterprestasikan kondisi-kondisi

2
yang sekarang ini terjadi. Dalam penelitian ini penulis berusaha menggambarkan
permasalahan. Penelitian ini merupakan pengembangan konsep dengan menghimpun
fakta yang ada.

2.2. Rancangan Penelitian


Rancangan Penelitian dapat dilihat pada blok diagram metodologi penelitian pada
Gambar 2.1. Blok Diagram Prosedur Penelitian.

Pendahuluan

Studi
Literatur

Pengumpulan
Data

Data Skunder Data Primer


1. Urutan Elemen Kerja 1. Data Produksi Karet (Crumb Rubber)
2. Jam kerja Operator. 2. Data Kadar Kotoran (Dirt)
3. Data Kadar Abu
3. Lay Out Unit Produksi
4. Data Kadar PRI

Check Sheet

Pembuatan Menggunakan
Histogram Aplikasi Excel

Pembuatan Peta
Kendali P Aplikasi Minitab17

Menggunakan Menghitung
Metode SQC Persentase
Kerusakan

Menghitung Batas
Menghitung Garis Pusat Kendali Atas (UCL)
Central Line (CL) dan Batas Kendali
Bawah (LCL)

Pembuatan Diagram
Pareto Aplikasi Minitab17

Pembuatan
Diagram Pencar

Analisa Diagram
Sebab-akibat
(Fishbone Diagram)

Kesimpulan dan
Saran

Selesai

Gambar 2.1. Blok Diagram Prosedur Penelitian


3
2.2.1. Pendahuluan
Persiapan penelitian dilakukan dengan pengenalan perusahaan, membuat
permohonan tugas akhir pada jurusan dan perusahaan, konsultasi dengan koordinator
tugas akhir dan dosen pembimbing, serta membuat proposal.

2.2.2. Studi literatur


Studi literatur dilakukan untuk melihat atau meninjau pustaka-pustaka yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan atau mengumpulkan data pustaka tentang
analisis pengendalian kualitas dengan menggunakan metode Statistical Quality Control
(SQC) dan aplikasi minitab 17 serta mempelajari teori-teori literatur yang berhubungan
dengan Pengendalian Kualitas..

2.2.3. Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan beberapa metode atau teknik dan instrumen yang
digunakan untuk pengumpulan data diantaranya adalah :
1. Metode observasi, yakni melakukan pengamatan langsung terhadap
pengendalian kualitas yang terjadi pada bagian manajemen mutu.
2. Teknik dokumentasi, yaitu mencatat prosedur pemeriksaan dan hasil
pengukuran seperti data kadar kotoran (dirt), kadar abu dan kadar PRI.
3. Wawancara dengan pekerja Laboratorium tentang proses pengendalian
kualitas.

Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengumpulkan data dari suatu


penelitian. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya akan lebih baik
dalam arti tepat, lengkap, sistematis, sehingga lebih mudah untuk diolah.

2.2.4. Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode pengendalian kualitas
statistik dan aplikasi Minitab 17. Data yang digunakan adalah data variabel yaitu data
yang berdasarkan karakteristik yang diukur secara sebenarnya. Data yang diambil adalah
data kadar kotoran (dirt), kadar abu dan kadar PRI yang terkandung dalam produk karet
Crumb Rubber.

2.2.4.1. Check Sheet


Data yang diperoleh dari perusahaan terutama data produksi dan data produk
rusak jenis kerusakan produk karet Crumb Rubber kemudian diolah menjadi tabel secara
rapi dan terstruktur. Hal ini dilakukan agar memudahkan dalam memahami data tersebut
hingga bisa dilakukan analisis lebih lanjut.

2.2.4.2. Membuat Histogram


Agar mudah membaca atau menjelaskan data dengan cepat, maka data tersebut
perlu untuk disajikan dalam bentuk histogram yang berupa alat penyajian data secara
visual dalam bentuk grafis balok yang memperlihatkan distribusi nilai yang diperoleh
dalam bentuk angka.

2.2.4.3. Membuat Peta Kendali P (P-chart)


Dalam menganalisa data penelitian ini, digunakan peta kendali p (peta kendali
proporsi kerusakan) sebagai alat untuk pengendalian proses secara statistik. Penggunaan
peta kendali p ini adalah dikarenakan pengendalian kualitas yang dilakukan bersifat
atribut, serta data yang diperoleh yang dijadikan sampel pengamatan tidak tetap dan
produk yang mengalami kerusakan tersebut dapat diperbaiki lagi sehingga harus ditolak
(reject) .

4
Adapun langkah-langkah dalam membuat peta kendali p sebagai berikut :

Adapun langkah-langkah dalam membuat peta kendali p sebagai berikut :


1. Menghitung persentase kerusakan
np ...................................................................................... (2.1.)
n
N

Keterangan: np: Jumlah gagal dalam sub grup


N : Jumlah yang diperiksa dalam sub grup
Subgroup : hari ke
2. Menghitung garis pusat/ Central Line (CL)
Garis pusat merupakan rata-rata kerusakan produk ( p)

CL 
 np.................................................................................... (2.2.)
N
Keterangan :
Σ np = Jumlah total yang rusak
Σ N = jumlah total yang diperiksa
3. Menghitung batas kendali atas Upper Control Limit (UCL)
4. Untuk menghitung batas kendali atas (Upper Control Limit/UCL)
dilakukan dengan rumus :
 p(1  p) 
UCL  ( p)  3  
 N  ....................................... (2.3.)
 
Keterangan : ( p=) rata-rata kerusakan produk
N = total grup / sampel
5. Menghitung batas kendali bawah atau Lower Control Limit (LCL)
Untuk menghitung batas kendali bawah atau LCL dilakukan dengan
rumus
 p(1  p) 
LCL  ( p)  3  ......................................... (2.4.)
 N 
 
Keterangan : ( p ) = Rata-rata kerusakan produk
N = Jumlah produksi

2.2.4.4. Diagram Pareto


Diagram pareto adalah diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengurutkan dan bekerja untuk menyisihkan kerusakan produk secara permanen. Dengan
diagram ini, maka dapat diketahui jenis kerusakan yang paling dominan pada hasil
produksi. Jenis-jenis kerusakan tersebut terjadi pada saat proses produksi sedang
berlangsung dan langsung terdeteksi, sehingga bisa direject atau dipisahkan dari produk
yang baik agar tidak sampai ke tangan konsumen.

2.2.4.5. Diagram Sebab Akibat


Setelah diketahui masalah utama yang paling dominan dengan menggunakan
histogram, maka dilakukan analisa faktor kerusakan produk dengan menggunakan

5
fishbone diagram, sehingga dapat menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi
penyebab kerusakan produk.

2.2.4.6. Membuat Rekomendasi/Usulan Perbaikan Kualitas


Setelah diketahui penyebab terjadinya kerusakan produk, maka dapat disusun
sebuah rekomendasi atau usulan tindakan untuk melakukan perbaikan
kualitas produk.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Histogram Jenis Kerusakan Produk Karet (Crumb Rubber)


Jenis produk produk karet (Crumb Rubber) yang paling sering terjadi adalah
kadar PRI, hal ini terjadi karena waktu pengeringan pada mesin dryer terlalu lama dengan
jumlah kerusakan sebanyak 24,91%. Jumlah kerusakan terbanyak kedua adalah kadar abu
yaitu sebanyak 22,83,% karena pada saat proses prilling hingga pengepakan semua dalam
keadaan terbuka dan jumlah kerusakan terkecil yang diakibatkan dirt atau kotoran adalah
sebesar 4,079% hal ini karena banyaknya kotoran yang menempel pada produk karet
tersebut yang sulit dibersihkan, untuk lebih jelasnya dapat diperlihatkan pada gambar 3.1.
histogram berikut.
Persentase Kerusakan
24,91%
22,83%
25

20

15

10
4,079%
5

0
Dirt (Kadar Kadar Abu Kadar PRI
Kotoran)

Jenis Kerusakan
Gambar 3.1. Histogram Kerusakan Produk Karet (Crumb Rubber)

3.2. Analisis Peta Kendali P (P-chart)


Berdasarkan nilai dari persentase kerusakan dari setiap grup pada bab
pengolahan data sebelumnya dapat kita lihat bahwa masih terdapat titik yang berada
diluar batas kendali untuk kada kotoran terdapat 10 titik berada dibatas kontrol kendali
dan 21 titik yang berada didalam batas kendali hal ini dikarenakan pada bahan baku
terdapatnya kotoran yang sulit dibersihkan sehingga kadar kotoran mengalami
peningkatan dari batas standar yang ditetapkan perusahaan, untuk kadar abu terdapat 6
Titik yang berada diluar batas kendali dan 25 titik yang berada didalam batas kendali, hal
ini disebabkan terlalu lamanya produk dikemas, sedangkan kadar PRI Terdapat 26 titik
yang berada diluar batas kendali dan 5 titik yang berada didalam batas kendali, sehingga
bisa dikatakan bahwa proses tidak terkendali. Karena adanya titik yang berfluktuasi dan

6
tidak beraturan hal ini menunjukkan bahwa kadar PRI pada produk karet masih belum
terkendali. Hal ini dikarenakan waktu pengeringan bahan baku pada mesin dryer terlalu
lama sehingga kadar PRI meningkat dari batas standar yang telah ditentukan perusahaan.

3.3. Diagram Pareto


Diagram pareto adalah diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengurutkan dan bekerja untuk menyisihkan kerusakan produk karet (Crumb Rubber)
secara permanen. Dengan diagram ini, maka dapat diketahui jenis kerusakan produk karet
(Crumb Rubber) yang paling dominan pada hasil produksi selama bulan Juli 2018. Pada
tabel 3.1 dapat dilihat jenis-jenis kerusakan yang sering terjadi pada produk karet (Crumb
Rubber) berikut.

Tabel 3.1. Jumlah Frekuensi Kerusakan (Berdasarkan Urutan Jumlahnya)


Jenis Kerusakan
Jumlah Persentase
No Produk Karet Persentase
Kerusakan (%) Kumulatif
(Crumb Rubber)
1. Kadar PRI 24,91 48,07 48,07
2. Kadar Abu 22,83 44,06 92,13
3. Kadar Kotoran 4,079 7,87 100,00
Total 51,81 100,00
(Sumber : Pabrik DX diPT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate 2018 yang diolah).

Berdasarkan data diatas maka dapat disusun sebuah diagram pareto seperti
terlihat pada gambar berikut :

Gambar 3.2. Pareto Jumlah dan Jenis Kerusakan

Berdasarkan Diagram pareto dapat diketahui bahwa kerusakan yang terjadi pada
produksi karet (Crumb Rubber) selama 31 (tiga puluh satu) hari didominasi oleh 3 jenis
kerusakan dengan persentase tertinggi yaitu kadar PRI dengan persentase sebesar
24,91%, untuk persentase terbesar kedua yaitu kadar kotoran dengan jumlah persentase
sebesar 22,83% dan persentase terkecil yaitu kadar abu dengan persentase sebesar
4,079% dari jumlah produksi.

7
3.4. Scatter Diagram
Scatter Diagram untuk yaitu berfungsi melihat jumlah perbandingan kerusakan
akibat kadar kotoran kadar abu, dan kadar pri scatter diagram kerusakan menunjukan
terdapat 19 Titik yang saling berdekatan atau menumpuk hal ini bahwa proses
pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan tidak terkendali karena titik tidak
menyebar sedangkan 12 titik yang menyebar dapat dikatakan bahwa kualitas didalam
batas kendali karena titik diagram pencar menyebar hal ini harus ditingkatkan oleh pihak
menenjemen kualitas perusahaan akan berakibat positif pada produk akhir, hal tersebut
karena karena dari ketiga jenis kerusakan menunjukan bahwa Kadar Kotoran kadar Abu,
dan Kadar Pri saling berhubungan erat sehingga untuk merejek kualitas yang diatas dari
batas kontrol yang telah ditetapkan perusahaan harus menganalisa dengan diagram sebab
akibat untuk menentukan sebab akibanya. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 3.3. berikut

1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

Persentase Jenis Kerusakan

Gambar 3.3. Scatter Diagram Kerusakan Akibat Kadar


Kotoran kadar Abu, dan Kadar Pri

3.5. Analisis Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram)


Diagram sebab-akibat / Fishbone Diagram digunakan untuk menganalisis faktor-
faktor apa sajakah yang menjadi penyebab kerusakan produk. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi Kadar Kotoran kadar Abu, dan Kadar Pri. Penyebab kadar kotoran pada
crumb rubber disebabkan karena lateks yang dipasok dari masyarakat tidak diinspeksi
secara baik dan tidak diklasifikasikan kadar kotoran yang masih ditolerir. Kadar kotoran
mengandung tatal dan daun yang terdapat pada bongkahan berdasarkan Dry Rubber
Content (DRC). Untuk karet yang dibeli dari masyarakat kadar kering (DRC) akan
menentukan harga karet yang akan dijual. Dimana semakin tinggi DRC maka semaking
rendah kualitas dari crumb rubber. Adapun berdasarkan diagram sebab akibat diatas maka
penyebabnya adalah sebagai berikut:
1. Bahan baku, disebabkan penyimpangan bahan baku yang tidak bersih, tidak
dilakukan sortasi.
2. Manusia, yaitu ketidaktelitian pada saat pelaksanaan produksi, hal tersebut
dikarenakan pekerja tidak bekerja sesuai dengan standar operasi pabrik yang
diberikan dan kelelahan pada saat bekerja.

8
3. Metode kerja, yaitu pemilihan bahan mentah yang tercampur dengan tatal,
kotoran, dedaunan.
4. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan yang kotor.
5. Mesin yaitu kurangnya perawatan mesin.

Metode kerja sangat mempengaruhi nilai kadar kotoran yang terkandung didalam
bahan baku. Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan yakni dengan menjaga agar
penyaringan kotoran dilakukan pada saat proses produksi harus sempurna. Faktor
lingkungan kerja juga sangat mempengaruhi kadar kotoran dimana lingkungan kerja yang
kotor dan sisa-sisa produksi yang masih terdapat dimesin dapat mempengaruhi kadar
kotoran. Untuk faktor manusia diharapkan untuk lebih memperhatikan pekerjaan yang
dilakukan agar metode kerja yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan baik.
Kadar abu yang terkandung dalam crumb rubber akan mempengaruhi kadar
kotoran. Semakin tinggi kadar abu maka semakin tinggi pula kadar kotoran yang
terbentuk. Untuk memperoleh sebab lainnya ditelusuri melalui alat pengendalian kualitas
yaitu diagram sebab akibat.
1. Bahan baku, disebabkan penyimpangan bahan baku yang tidak bersih.
2. Manusia, yaitu ketidaktelitian pada saat bekerja, hal tersebut dikarenakan
pekerja tidak terlalu memperhatikan pekerjaan dan kurangnya konsentrasi
terhadap pekerjaan disebabkan jam kerja yang terlalu tinggi.
3. Metode kerja, yaitu perebusan bahan baku yang tidak sempurna pada mesin
settling tank.
4. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan yang kotor.
5. Mesin yaitu kurangnya perawatan mesin.

Kadar abu juga saling bersinggungan terhadap kadar kotoran. Evaluasi yang
dapat dilakukan yakni dengan menjaga agar penyaringan kotoran yang dilakukan pada
saat proses pencucian harus sempurna dan pengadukan bahan baku harus dilakukan
sesuai stadard yang telah ditetapkan sehingga proses pemisahan bahan baku dan kadar
abu dapat berjalan dengan baik.
Plasticity Retention Index (PRI) yang ada pada crumb rubber disebabkan oleh
bahan baku yang dipasok dari masyarakat sekitar sering kali terlalu lama disimpan
sehingga membuat kadar elastisitas dari crumb rubber tersebut menurun dan disebabkan
karena tidak rutinnya jadwal maintenance alat yang tidak rutin sehingga sering kali mesin
error dalam tahap waktu pengopenan sehingga kadar PRI yang terkandung dalam bahan
mentah akan mempengaruhi nilai crumb rubber. Semakin tinggi kadar DRC maka
semakin tinggi pula nilai crumb rubber yang terbentuk. Untuk memperoleh sebab lainnya
ditelusuri melalui alat pengendalian kualitas yaitu diagram sebab akibat.
1. Bahan baku, bahan baku yang terlalu cepat diproses maka akan semakin
tinggi kadar airnya
2. Metode kerja, pemisahan kadar air dengan kadar kotoran.
3. Manusia, kurangnya ketelitian pada saat bekerja, kelelahan pada saat bekerja.
4. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan yang kotor.
5. Mesin yaitu kurangnya perawatan mesin.

Melakukan proses maturasi semaksimal mungkin dimana kadar DRC


mempengaruhi nilai kualitas crumb rubber. Merupakan cara yang digunakan untuk proses
pengeringan pada periode yang ditentukan, agar kadar kering bahan baku semakin tinggi
sebelum diolah menjadi crumb. Proses maturasi dilakukan selama 3 minggu, hal ini
dilakukan untuk mendapatkan kadar kering yang tinggi. Kadar kering dari bahan baku
sangat menentukan kualitas produk akhir, salah satunya adalah adanya bintik-bintik putih
pada produk yang dikenal dengan white spot. Untuk itu perlu dilakukan proses
pemeriksaan bahan baku.

9
4. KESIMPULAN

Setelah dilakukan pembahasan kembali maka diperoleh beberapa kesimpulan:


1. Berdasarkan perhitungan dari ketiga jenis kerusakan produk Karet Crumb
Rubber yaitu Kadar Kotoran, Kadar Abu, dan Kadar PRI, ternyata
konsistensi mutu crumb rubber masih ada yang melebihi dari batas standar
yang telah di tetapkan perusahaan, hal ini terbukti bahwa ternyata kualitas
produk karet Crumb Rubber masih ada yang berada diluar batas kendali,
untuk kada kotoran terdapat 10 titik berada dibatas kontrol kendali dan 21
titik yang berada didalam batas kendali hal ini dikarenakan pada bahan baku
terdapatnya kotoran yang sulit dibersihkan sehingga kadar kotoran
mengalami peningkatan dari batas standar yang ditetapkan perusahaan, untuk
kadar abu terdapat 6 Titik yang berada diluar batas kendali dan 25 titik yang
berada didalam batas kendali, hal ini disebabkan terlalu lamanya produk
dikemas, sedangkan kadar PRI Terdapat 26 titik yang berada diluar batas
kendali dan 5 titik yang berada didalam batas kendali, sehingga bisa
dikatakan bahwa proses tidak terkendali. Karena adanya titik yang
berfluktuasi dan tidak beraturan hal ini menunjukkan bahwa kadar PRI pada
produk karet masih belum terkendali. Hal ini dikarenakan waktu pengeringan
bahan baku pada mesin dryer terlalu lama sehingga kadar PRI meningkat dari
batas standar yang telah ditentukan perusahaan.
2. Berdasarkan diagram pareto, prioritas perbaikan yang perlu dilakukan oleh
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate untuk menekan atau mengurangi
jumlah kerusakan yang terjadi dalam produksi karet Crumb Rubber dapat
dilakukan pada 3 jenis kerusakan atau Jenis kerusakan yang dominan yaitu
jenis kerusakan karena kadar PRI, hal ini terjadi karena waktu pengeringan
pada mesin dryer terlalu lama dengan jumlah kerusakan sebanyak 24,91%.
Jumlah kerusakan terbanyak kedua adalah kadar abu yaitu sebanyak 22,83,%
karena pada saat proses prilling hingga pengepakan semua dalam keadaan
terbuka dan jumlah kerusakan terkecil yang diakibatkan dirt atau kotoran
adalah sebesar 4,079% hal ini karena banyaknya kotoran yang menempel
pada produk karet tersebut yang sulit dibersihkan, sedangkan dari analisis
diagram sebab akibat dapat diketahui faktor penyebab kerusakan dalam
produksi yaitu berasal dari faktor manusia/pekerja, mesin produksi, metode
kerja, material/ bahan baku.

5. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan adalah :
1. Berdasarkan hasil pembahasan dan perhitungan yang dilakukan penulis
dalam penelitian ini, penulis memberi saran kepada pihak perusahaan agar
dapat menerapkan model pengendaliaan mutu dengan menggunakan metode
Statical Quality Control (SQC) sehingga dapat diketahui jumlah presentasi
yang mendominasi kerusakan produk Karet Crumb Rubber terbanyak serta
dapat mengetahui sebab-akibat mengapa produk tersebut mendominasi
kerusakan terbanyak dalam kegiatan produksi.
2. Dengan menggunakan metode Statical Quality Control (SQC) dan software
minitab 17 Perusahaan dapat mengetahui faktor-faktor yang menjadi
penyebab penyimpangan kualitas Karet Crumb Rubber. Dengan demikian

10
perusahaan dapat segera melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi
terjadinya kerusakan.
3. Berdasarkan analisis menggunakan alat batu statistik yang telah dilakukan,
perusahaan dapat melakukan perbaikan kualitas dengan memfokuskan
perbaikan pada jenis kerusakan atau misdruk yang memiliki jumlah besar
atau dominan dalam produksi, yang disebabkan oleh faktor antara lain;
manusia, mesin, metode, dan material.

Pustaka

[1] Ariani, 2010. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif


Dalam Manajemen Kualitas Edisi 2). Penerbit ANDI, Yogyakarta.
[2] , 2012. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif
Dalam Manajemen Kualitas Edisi 3). Penerbit ANDI, Yogyakarta.
[3] Assauri, S. 2008. Manajemen Operasi Dan Produksi. Jakarta : LP FE UI.
[4] 2009. Manajemen Pemasaran. Raja Grafindo Persada; Jakarta
[5] 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: LPFEUI.
[6] Astuti, W.Y. 2007. Aplikasi Statistik Kendali Mutu Pada Proses
Pengukuran Kadar Air Dalam Tembakau . Semarang
[7] Dorothea, Ariani, Wahyu. 2013. Pengendalian Kualitas Statistik.
Yogyakarta: Andi Offset.
[8] Fakhri. Faiz Al 2010. Analisis Pengendalian Kualitas Produksi di PT.
Masscom Graphy Dalam Upaya Mengendalikan Tingkat KerusakanProduk
Menggunakan Alat Bantu Statistik. Semarang.
[9] Feigenbaum, 1989. Kendali MutuTerpadu Jilid 1, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
[10] Friskylianda 2012. Pengendalian Kualitas Pada Proses Produksi Crumb
Rubber Di Pt. Bridgestone Sumatra Rubber Estate
[11] Garvin, V. 2009. Managing Quality. New York: The Free Press
[12] Gaspert. V. 2001. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas, Penerbit
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
[13] .2010. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi BalancedScorecard
Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemeritah.Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
[14] . 2011. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas,Edisi II
Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
[15] Gitosudarmono, 2012. Manajemen Pemasaran. Edisi II, BPFE,Yogyakarta.
[16] Hadiguna, R.A. 2009. Manajemen Pabrik. Jakarta : Bumi Aksara.
[17] Handoko, 2009. Manajemen personalia dan sumber daya manusia.
Yogyakarta : BPFE.
[18] Ibrahim, Muhsin, 2000. Pembelajaran Koperatif Surabaya University
Press.
[19] Ilham, N. 2012. Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan
Menggunakan
[20] Statistical Processing Control (SPC) pada PT Bosowa Media Grafika.
[21] Indranata. Iskandar, 2008.Pendekatan Kualitatif untuk Pengendalian
Kualitas. Jakarta: Universitas Indonesia.
[22] Ishikawa, 1992. Pengendalian Mutu Terpadu. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung
[23] Isti Khomah, 2013. Analisis Pengendalian Kualitas Karet dengan
menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) PT. Perkebunan
Nusantara IX (Persero) Kebun Batujamus Kerjoarum Karanganyar. Jawa
Tengah.

11
[24] Mardalis. 2004. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta:
Bumi.Aksara
[25] Hendradi, C. Tri. 2006.Statistik SIX SIGMA denganMINITAB, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
[26] Mizuno Akao, 2004. QFD : The Customer-Driven Approach toQuality
Planning and Deployment. Hong Kong Nordica International, Ltd.
[27] Nasution, M. N., 2005. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management). Ghalia Indonesia, Bogor.
[28] Nugraheni, 2010. Peningkatan Kualitas Nutrisi Tepung Daun Lamtoro
Sebagai Pakan Ikan Dengan Penambahan Ekstrak Enzim Cairan Rumen
Domba. Berita Biologi 10(2). IPB,Bogor.
[29] Render, B. 2006. Manajemen Operasi, Edisi tujuh, Jakarta : Salemba
Empat.
[30] . 2009. Manajemen Operasi, Edisi delapan, Jakarta : Salemba
Empat.
[31] Reza M. Syarif. 2008. Life Excellent. Jakarta: Gema Insani.
[32] Setiawan. D.H dan Andoko. A. 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya
Karet. Jakarta: PT.Agro Media Pustaka.
[33] Tunggal, 2012. Manajemen Mutu Terpadu Suatu Pengantar. PT.
RinekaCipta, Jakarta
[34] Prawirosentono, S. 2007. Manajemen Operasi (Analisis dan Studi kasus) :
Edisi ke empat (4). Jakarta : PT. Bumi aksara.

12

You might also like