Tingkat Efisien Pemasaran Ikan Laut Segar Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
Tingkat Efisien Pemasaran Ikan Laut Segar Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
Tingkat Efisien Pemasaran Ikan Laut Segar Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
net/publication/315939683
CITATIONS READS
0 1,402
3 authors, including:
Iin Solihin
Bogor Agricultural University
13 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Iin Solihin on 09 November 2017.
2
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Korespondensi : [email protected], [email protected]
ABSTRACT
Marketing is the key to the sustainability of economic activity is no exception fish catches came from Brondong
fishing port. Fish landed in Brondong fishing port is diverse. Spotted big eye fish (Priacanthus tayenus) and yellow goat
fish (Upeneus sulphureus) is the dominant fish catches and eastern little tuna (Euthynnus affinis) and red snapper (Lutjanus
malabaricus) is an economical high in fish landed in Brondong fishing port. Fishermen in Brondong fishing port average
daily fishing 159 tons of fish. The potential magnitude of catches landed in Brondong fishing port must be balanced
with good marketing. Marketing activities should be carried out as efficiently as possible so that the business side
can provide great benefits from the results of these marketing activities. Fish marketing activities stemming from
Brondong fishing port is still inefficient due to marketing activities still using traditional tools. Seeing the condition
that it is important to know the level of the efficient marketing activity fish from Brondong fishing port. The aim of
this study is to calculate the level of marketing efficiency of fish in Brondong fishing port, Lamongan, East Java. The
research will be implemented by the method of the case against the strategy of increasing marketing efficiency of fish
from Brondong fishing port. Analysis of the formula used is marketing efficiency. Based on the analysis conducted
showed that showed that the existing marketing activity in Brondong fishing port is inefficient. Proved by analysis
obtained spotted big eye fish have high levels of Eps 45.44%, 38.98% yellow goat fish, eastern little tuna 57.94% and
25.65% red snapper with declared where marketing said to be efficient if it has Eps <5%.
Keywords: Brondong fishing port, East Java, fish landed, marketing efficiency
ABSTRAK
Pemasaran merupakan kunci dari keberlanjutan aktivitas perekonomian tidak terkecuali ikan hasil tangkapan yang
berasal dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong. Ikan yang didaratkan di PPN Brondong beragam. Ikan
swangi (Priacanthus tayenus) dan ikan kuniran (Upeneus sulphureus) merupakan ikan hasil tangkapan dominan serta ikan
tongkol (Euthynnus affinis) dan ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) merupakan ikan ekonomis tinggi yang di daratkan
di PPN Brondong. Nelayan PPN Brondong perhari rata-rata melakukan penangkapan ikan 159 ton ikan. Potensi
besarnya hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Brondong harus dapat diimbangi dengan pemasaran yang baik.
Aktivitas pemasaran harus dapat dilakukan se efisien mungkin sehingga dari sisi bisnis dapat memberikan keuntungan
yang besar dari hasil kegiatan pemasaran ini. Aktivitas distribusi pemasaran ikan yang berasal dari PPN Brondong
saat ini masih belum efisien dikarenakan aktivitas pemasaran masih menggunakan alat-alat yang tradisional. Melihat
kondisi itu penting untuk mengetahui tingkat efisien dari aktivitas pemasaran ikan yang berasal dari PPN Brondong.
Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung tingkat efisiensi pemasaran ikan yang ada di PPN Brondong, Lamongan,
Jawa Timur. Penelitian akan dilaksanakan dengan metode kasus terhadap strategi peningkatan efisiensi pemasaran
dalam pendistribusian ikan dari Pelabuhan Perikanan Pantai (PPN) Brondong. Analisis yang dipergunakan yaitu dengan
rumus efisiensi pemasaran. Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa aktivitas
pemasaran yang ada di PPN Brondong tidak efisien. Terbukti berdasarkan analisis didapatkan ikan swangi memiliki
tingkat Eps 45.44%, ikan kuniran 38.98%, ikan tongkol 57.94% dan ikan kakap merah 25.65% dengan dinyatakan
dimana pemasaran dikatakan efisien jika memiliki Eps < 5%.
Kata kunci: efisiensi pemasaran, ikan laut segar, Jawa Timur, Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
92 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1 Mei 2015: 91-104
ISSN 2087-4871
efisiensi adalah penggunaan sumber daya Biaya pemasaran meliputi biaya operasional
secara minimum guna pencapaian hasil pemasaran yang dikeluarkan pedagang
yang optimum (Anggrahini 2012). (biaya pengangkutan, penyimpanan, sortasi,
Menurut Hanafiah & Saefuddin (2006), grading) dan keuntungan pedagang (Irawan,
efisiensi tata niaga dianalisis berdasarkan 2007). Menurut Hapsari (2013), untuk
efisiensi teknis dan ekonomis. Efisiensi teknis mengetahui tingkat efisiensi pemasaran Ikan
dipilih karena memiliki kriteria yang jelas pada masing-masing lembaga pemasaran,
meliputi input pendapatan dan biaya barang digunakan rumus sebagai berikut:
yang dipasarkan hingga output dari barang
yang dipasarkan. Pengukuran efisiensi EPs = x 100%
ekonomis menggunakan margin rantai nilai
yang ada di pasar sebagai alat ukurnya. dimana:
Efisiensi teknis merupakan pengendalian Eps : efisiensi pemasaran
fisik dari produk atau komoditas yang Bp : biaya pemasaran
mencakup prosedur, teknis, dan besarnya HE : harga eceran
skala operasi. Tujuan dari efisiensi teknis Kriteria:
ini untuk penghematan fisik seperti – Eps < 5%, berarti efisien
mengurangi kerusakan barang, mencegah – Eps > 5 %, berarti tidak Efisien
merosotnya mutu produk, dan menghemat
tenaga kerja yang akan berdampak HASIL DAN PEMBAHASAN
pengurangan ongkos berupa uang yang
tergantung pada economic environment Alur dan lokasi pemasaran
dalam rantai nilai yang berlangsung.
Efisiensi ekonomis menunjukkan bahwa Berdasarkan observasi dan wawancara
perusahaan atau industri dengan teknik, di PPN Brondong yang termasuk ikan
keahlian dan pengetahuan yang ada, ekonomis tinggi yaitu ikan tongkol dan ikan
dapat bekerja atas dasar biaya rendah dan kakap merah, serta ikan kuniran dan ikan
memperoleh keuntungan. swangi merupakan ikan dominan. Bentuk
Margin pemasaran adalah perbedaan pemasaran tersebut tertera pada Tabel 1.
harga antara yang harus dibayar kepada Masing-masing pemasaran ikan
penjual pertama dan harga yang dibayar oleh memiliki alur yang berbeda-beda. Khusus
pembeli terakhir. Menurut Oktariza (1996), ikan swangi dan ikan kuniran yang
untuk menghitung margin pemasaran dapat merupakan bahan baku untuk surimi,
menggunakan rumus: memiliki alur pendistribusian yang sama
yaitu dibawa menuju pabrik pengolahan
MP = HK - HP yang ada di sekitar PPN Brondong (Tabel
2). Ikan swangi dan ikan kuniran diolah
dimana : di pabrik, nantinya setelah diolah akan
MP : margin pemasaran langsung dipasarkan keluar negeri untuk
HK : harga ditingkat konsumen memenuhi pasar ekspor.
HP : harga ditingkat nelayan Alur pemasaran ikan swangi dan ikan
kuniran memiliki kesamaan. Kesamaan ini
Efisiensi pemasaran merupakan dikarenakan kedua ikan ini merupakan
maksimisasi rasio antara luaran dan bahan pokok untuk dijadikan surimi
masukan yang digunakan dalam kegiatan oleh perusahaan yang ada disekitar PPN
pemasaran (Irawan 2007). Menurut (Rasyaf Brondong dan sebagian lgi dijual dalam
1995) dalam (Rasuli 2007), biaya pemasaran bentuk ikan segar. Ikan swangi dan kuniran
adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam yang berbentuk segar di pasarkan di kota
pergerakan barang dari tangan produsen Lamongan, Sidoarjo, Tuban, Bojonegoro dan
sampai konsumen akhir atau setiap juga Surabaya.
biaya yang dikeluarkan untuk keperluan Ikan tongkol dan ikan kakap merah
pemasaran. Biaya pemasaran adalah semua yang ada di PPN Brondong tidak semua
biaya yang terjadi sejak produk selesai berasal dari kapal yang mendarat di PPN
diproduksi dan disimpan dalam gudang Brondong, namun sebagian berasal dari
dan sampai saat produk diubah kembali pangkalan pendaratan ikan (PPI) yang ada
dalam bentuk tunai. Biaya pemasaran disekitar PPN Brondong. Seperti ikan tongkol
merupakan biaya yang dikeluarkan dalam yang berasal dari PPI Labuhan serta ikan
memasarkan, mendistribusikan, dan kakap merah dari PPI Kandang Semangkon
melayani produk atau jasa (Setiawan 2014). dan PPI Kranji (Gambar 2).
94 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1 Mei 2015: 91-104
ISSN 2087-4871
panjang dan harga ikan ini yang lebih besar pula. Faktor-faktor tersebut meliputi
mahal. Ikan kakap merah harus melalui pihak nelayan, pihak distributor, pihak
5 rantai atau pelaku yang disetiap pelaku pedagang ikan di pasar regional, pedagang
terjadi margin pemasaran yang disebabkan di pasar kabupaten, dan pedagang di
adanya pengambilan keuntungan dan biaya pasar kecamatan/desa berlomba-lomba
pemasaran ikan. mempertahankan kualitas ikan yang
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa mengakibatkan meningkatnya margin.
dalam pemasaran ikan kakap sama dengan Harga bermula dari penjualan di
ikan tongkol terjadi 4 kali proses kenaikan TPI. Biaya pemasaran juga terjadi di pihak
harga dikarenakan harus melalui 5 pelaku distributor yang menyebabkan terjadinya
yang berbeda sebelum mencapai tangan margin karena harus mengeluarkan biaya-
konsumen. Komoditas ikan kakap merah biaya lain pula. Biaya yang dikeluarkan
terjadi margin sebesar 22.000/kg ketika meliputi membayar jasa pikul dari TPI
di pasar kecamatan atau pasar desa. menuju pick-up, pemberian es untuk ikan,
Adanya margin yang terjadi pada komoditas biaya bahan bakar minyak kendaraan,
ikan kakap merah ini disebabkan oleh upah sopir, pengambilan keuntungan, biaya
pengambilan keuntungan, pemberian retribusi pembelian ikan dari TPI dan biaya
perlakuan untuk menjaga kualitas ikan, resiko. Biaya yang dikeluarkan tidak sampai
biaya transportasi selama distribusi, disini, karena masih ada penanganan dan
dan biaya resiko ikan yang tidak terjual. pengambilan keuntungan yang harus
Tingkat efisiensi pemasaran dari ikan kakap diperoleh oleh pedagang di pasar regional,
merah sendiri mencapai 29.58% yang pasar kabupaten dan pasar kecamatan,
menunjukkan bahwa sistem pemasaran maka terjadi pula kenaikan harga ikan di
yang ada belum efisien. setiap pelaku-pelaku yang ada didalam alur
distribusi ikan ini.
Faktor penyebab kenaikan harga ikan dan
biaya pemasaran Ikan kakap merah
96 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1 Mei 2015: 91-104
ISSN 2087-4871
tradisional maupun restoran. Selain itu, (agen) yang mencapai (53%) (Gambar 7).
ikan kakap merah juga dipasarkan dalam Tingkat efisiensi pemasaran ikan yang
bentuk fillet yang kemudian diekspor berasal dari PPN Brondong untuk jenis
menuju negara-negara sekitar indonesia ikan swangi, kuniran, tongkol dan kakap
untuk dipasarkan di supermarket. merah masih berada pada tingkat tidak
Kenaikan harga masing-masing ikan efisien. Berdasarkan hasil analisis efisiensi
terjadi tertinggi di rantai kedua dimana pemasaran ikan, ikan swangi, kuniran,
merupakan ditingkat supplyer karena tongkol, dan kakap merah memiliki nilai
adanya pemberian penanganan pada ikan efisiensi pemasaran (Eps) masing-masing
sebelum dipasarkan menuju lokasi pasar 45.44%, 38.98%, 57.94% dan 25.3%. Nilai
masing-masing. Prosentase kenaikan Eps ini menunjukkan bahwa pemasaran
harga pada setiap ikan ditingkat supplyer ikan yang berasal dari PPN Brondong
diantaranya Ikan swangi 23%, kuniran dengan komoditas 4 ikan tersebut masih
19%, kakap merah 10%, dan ikan tongkol belum efisien. hal ini dikarenakan suatu
mencapai 41%. Pada lokasi yang sama produk dinyatakan efisien jika nilai efisiensi
di PPN Brondong menurut Ayuanita dan pemasaran kurang dari 5% (Eps<5%) (Tabel
Ubaidillah (2012), komoditas ikan bawal 10).
putih mengalami kenaikan tertinggi pada
rantai kedua yaitu pedagang pengumpul
Gambar 1. Alur pemasaran ikan swangi dan ikan kuniran di PPN Brondong
98 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1 Mei 2015: 91-104
ISSN 2087-4871
100 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1 Mei 2015: 91-104
ISSN 2087-4871
Biaya
Komposisi biaya Pemasaran
No Rantai Tempat Terjadi Kenaikan
pemasaran (per-kg) ikan
(Rp.-)
1 R1 Biaya Melaut 1.323
Biaya Angkut Kapal-TPI 60
Pengambilan keuntungan 500
Total biaya pemasaran/kg 1.883
ikan dari kapal-TPI Harga awal dari nelayan
Pemberian es batu 360
Pengambilan keuntungan 2.000
Jasa mengangkut dari TPI 150
ke pick up
2 R2 Retribusi pembelian ikan 50
Biaya transport dari PPN- 400
Pasar regional
Biaya resiko 200
Distributor (Pengepul) dari
Total biaya pemasaran/kg 3.160
TPI menuju pasar ikan
ikan
regional
Jasa mengangkut dari 100
kendaraan ke pasar
Pemberian tambahan es 10 120
balok
3 R3 Pengambilan keuntungan 3000
Retribusi harian pasar 10
Biaya resiko 300
Pedagang ikan grosir di
Total biaya pemasaran/kg 3230
pasar regional
ikan di Pasar regional 2000
Pengambilan keuntungan 240
Pemberian es 1 balok 100
102 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1 Mei 2015: 91-104
ISSN 2087-4871
104 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1 Mei 2015: 91-104